Anda di halaman 1dari 6

JURNAL ILMIAH KESEHATAN MEDIA HUSADA

EFEKTIVITAS PEMBERIAN DOSIS TINGGI METHYLPREDNISOLONE PADA


TRAUMA SPINAL CORD AKUT

Abdul Qodir
Email: doel_qodir09@yahoo.com
Prodi Ilmu Keperawatan STIKES Widyagama Husada

ABSTRACT
Acute spinal cord injury is a devastating condition typically affecting young people, mostly males.
High-Dose Methylprednisolone treatment in the early hours after the injury is aimed at reducing
the extent of permanent paralysis during the rest of the patient’s life. The aim To review randomized
trials of High-Dose Methylprednisolone in Acute Spinal Cord Injuries. All randomized controlled
trials of steroid treatment for acute spinal cord injury in any language. Data have been extracted
from original trial reports. For the NASCIS, Japanese and French trials, additional data (e.g. SDs)
have been obtained from the original authors. The evidence produced by this systematic review
support the use of high dose methylprednisolone in acute spinal cord injury to improve neurological
recovery. Patients who received high-dose methylprednisolone therapy should be observed with
intensive in order to reduce complications from such therapy.
Keywords: Acute spinal cord, Injury, and Methylprednisolone

81
JURNAL ILMIAH KESEHATAN MEDIA HUSADA VOLUME 02/ NOMOR 01/ SEPTEMBER 2013

ABSTRAK
Cedera tulang belakang akut adalah suatu kondisi yang menyebabkan kecacatan pada
orang-orang muda, kebanyakan laki-laki. Terapi dosis tinggi methylprednisolone secara
dini setelah cedera bertujuan untuk mengurangi tingkat kelumpuhan permanen selama
sisa hidup pasien. Tujuan dari makalah ini adalah untuk meninjau percobaan acak dari
High-Dosis Methylprednisolone Akut Spinal Cord Cedera. Semua penelitian dengan
desain randomized controlled trials dari pengobatan steroid untuk cedera tulang belakang
akut dalam bahasa apapun. Data telah dianalisa dari laporan percobaan asli. Untuk
NASCIS, Jepang dan Perancis percobaan, data tambahan (misalnya SD) telah diperoleh
dari penulis asli. Bukti yang dihasilkan oleh tinjauan sistematis ini mendukung
penggunaan dosis tinggi metilprednisolon pada trauma spinal cord fase akut untuk
meningkatkan pemulihan neurologis. Pasien yang menerima terapi metilprednisolon dosis
tinggi harus diamati dengan intensif untuk mengurangi komplikasi dari terapi tersebut.
Kata Kunci: Cedra, Tulang Belakang, dan Methylprednisolone

PENDAHULUAN bertujuan untuk mengurangi cedera


Latar Belakang sekunder (Gregory D, at.al., 2003).
Diperkirakan angaka kejadian spinal cord Methylprednisolone merupakan
injury (SCI) adalah sekitar 40 kasus per juta neuroprotektif yang dipercaya sebagai terapi
penduduk di AS atau sekitar 12.000 kasus famakologis pada pasien dengan trauma
baru setiap tahun, tidak termasuk korban spinal. Methylprednisolone sebagai
yang meningal di tempat kejadian. Wyndaele neuroprotektif berkerja dengan cara
dan Wyndaele (2006) melaporkan bahwa menghambat paroxidasi lipid, influx calsium,
insiden cedera spinal secara global bervariasi mencegah ischemia, dan anti infalamsi.
dengan kisaran 10.4 sampai dengan 83 kasus Meskipun banyak sekali penelitian telah
per juta populasi setiap tahun (Furlan and dilakukan selama 40 tahun terakhir mengenai
Fehlings, 2009). Penyabab yang paling sering methylprednisolone sebagai neuroprotektif.
dari spinal cord injury (SCI) sejak tahun 2005 Akan tetapi hingga saat ini masih
adalah kecelakan kendaraan bermotor (42%), kontroversial tentang penggunaan
jatuh, kekerasan (terutama luka tembak) dan methylprednisolone pada trauma spinal
olahraga. Insiden spinal cord injury (SCI) (Kelly A. at.al., 2010). Oleh karena itu pada
lebih besar terjadi pada dewasa muda, dari makalah ini akan membahas bagaimana
seluruh korban spinal cord injury (SCI) seharusnya penggunaan terapi
sekitar 80 % adalah usia 40 tahun (Kelly A. methylprednisolone pada kasus trauma
at.al., 2010). spinal.
Spinal cord injury merupakan salah satu Rumusan Masalah
penyebab utama disabilitas neurologis akibat Berdasarkan latar belakang yang telah
trauma. Kerusakan neurologi dapat diuraikan, maka dikemukakan rumusan
disebabkan oleh cedera primer atau cedera masalah sebagai berikut :
sekunder. Cedera primer diakibatkan oleh Bagaimanakah efektifitas penggunaan dosis
traksi dan kompresi pada medula spinalis, tinggi methylprednisolon pada pasien
baik oleh tonjolan/fragmen tulang, herniasi dengan trauma spinal?
diskus vertebralis maupun ligamen. Cedera Tujuan
sekunder dapat mengakibatkan ischemia, Makalah ini bertujuan untuk mengetahui
perubahan elektrolit, respon inflamasi, edema bagaimana penggunaan methylprednisolon
dan apoptosis. Pengobatan farmakologis pada pasien dengan trauma spinal
dengan menggunakan methylprednisolone

82
EFEKTIVITAS PEMBERIAN DOSIS TINGGI METHYLPREDNISOLONE … ABDUL QODIR

TINJAUAN PUSTAKA Penggunaan dosis tinggi methylprednisolon


Patofiologi Acute Spinal Cord Injury menunjukan bahwa terdapat penurunan
Proses patologi yang terjadi pada pasien pelepasan interleukin, prostaglandin dimana
dengan trauma spinal dibagi menjadi dua merupakan mediator inflamasi. Manfaat yang
tahap yaitu cedera primer dan cedera lain dari penggunaan dosis tinggi
sekunder. Cedera primer disebabkan oleh methylprednisolon adalah meningkatkan
trauma mekanik, compresi, contusio, laserasi, perfusi ke jaringan yang mengalami cedera,
dan trauma penetrasi pada spinal cord. menurunkan edema, peningkatan genarasi
Kebanyakan kasus pasien dengan trauma implus, dan efek positif pada konsentrasi
spinal, cidera primer menyebabkan paralysis elektrolit (Hawryluk GW, Rowland J, Kwon
yang diakibatkan oleh kompresi dan contusio BK, Fehlings MG, 2008).
pada spinal cord atau berpindahnya collum
spinal akibat fraktur atau dislokasi tulang PEMBAHASAN
pada spinal (Sekhon and Fehlings, 2001). Penelitian mengenai terapi
Kerusakan akibat cedera primer methylprednisolon pada trauma spinal telah
menyebabkan cedera sekunder walaupun banyak dilakukan. Seperti 3 penelitian
terjadinya dalam waktu menit sampai dengan mengunakan sampel yang besar,
dengan bulan setelah cedera (Baptiste and desain penelitian yang handal, dan uji klinis
Fehlings, 2006). yang dilakukan oleh National Acute Spinal
Cedera sekunder terjadi hal-hal sebagai Cord Injury Studies (NASCIS I, II dan III)
berikut, peningkatan respirasi anerobik, meneliti tentang efek penggunaan terapi
peroxidasi lemak, kerusakan pada pembuluh steroid terhadap pasien dengan trauma
darah, axon, dan myelin. Terjadi infalamsi spinal (Bracken, et. al., 1984 dalam
akibat respon dari neutropil, microglia, dan Hugenholtz, 2003).
magrofag. Pada cedera sekunder juga terjadi Dalam NASCIS I meneliti tentang perubahan
edema, peningkatan permiabilitas barier fungsi motorik pada spesifik otot dan
pembuluh darah pada spinal cord serta perubahan pada sentuhan ringan. Hasilnya
terjadi ischemia dan nekrosis. Sehingga tidak ada perbaikan yang signifikan pada
apabila pasien dengan trauma spinal tidak fungsi sensorik maupun motorik. Tidak ada
ditangani dengan tepat dan cepat akan perbaikan fungsi sensorik maupun motorik
memperparah kondisi pasien. Terapi diduga karena dosis methylprednisolon
farmakologis dengan menggunakan kurang tinggi. Sehingga peneliti
methylprednisolon bertujuan untuk menyarankan untuk memberikan
mencegah cedera sekunder akibat trauma methylprednisolon dalam dosis tinggi
(Komal A. et. al., 2010) (Hugenholtz, 2003).
Methylprednisolon Dalam NASCIS II yang dipublikasikan pada
Managemen trauma spinal dengan tahun 1990 membandingkan penggunaan
mengunakan methylprednisolon adalah dosis tinggi methylprednisolon (30 mg/kg
untuk mencegah cedera sekunder akibat intravena bolus) dengan naloxon (5,4 mg/kg
trauma telah dilakukan studi sejak lama bolus, kemudian dikuti 4,0 mg/kg/jam selam
sekali. Penggunaan dosis tinggi 23 jam) dan placebo pada 487 pasien dengan
methylprednisolon akan mengambat trauma spinal. Hasilnya adalah secara
peroxidasi lipid dengan menstabilkan keseluruhan tidak ditemukan perbedaan
membrana sel. Telah diketahui bahwa yang signifikan fungsi neurologi pada semua
dengan mengambat peroxidasi lipid dapat kelompok. Akan tetapi setelah dilakukan
mengurangi ischemia dan necrosis (Hall ED analisis bagian/sub kelompok didapatkan
& Springer JE 2004 dalam Kelly A. at.al., bahwa pasien yang mendapatkan terapi
2010). methylprednisolon dalam 8 jam setelah

83
JURNAL ILMIAH KESEHATAN MEDIA HUSADA VOLUME 02/ NOMOR 01/ SEPTEMBER 2013

cedera spinal menujukan bahwa terdapat dosis tinggi methylprednisolon (Hugenholtz,


perbaikan fungsi motorik dan sensorik dalam 2003., Komal A. et. al., 2010).
waktu 6 minggu dan 6 bulan. Setelah di Biaya terapi infus metilprednisolon tidak
follow up selama 1 tahun menunjukan bahwa menjadi penghalang untuk terapi pasien
terdapat perbaikan yang signifikan fungsi dengan trauma spinal. Keuntungan dari
motorik sisi kanan. Tetapi tidak ada kekuatan anti-gravitasi pada satu atau lebih
perbedaan pada fungsi sensorik dan tingkat otot dibawah segmen tulang belakang dapat
kematian diantara kelompok (Hugenholtz, memberikan keutungan fungsional yang
2003., Komal A. et. al., 2010). penting, terutama pada pasien dengan
Dalam NASCIS III penelitian dilakukan pada cervical spinal cord injury. Oleh karena itu,
499 pasien dengan trauma spinal, meskipun hanya ada perbaikan kecil
membandingkan pemberian subkelompok NASCIS dapat dipandang
methylprednisolon dalam waktu 48 jam infus sebagai manfaat dalam kasus cedera tulang
dengan 24 jam infus yang dimulai dalam cervical lengkap atau tidak lengkap.
waktu 8 jam setelah cedera. Hasilnya tidak Meskipun risiko komplikasi dalam
perbaikan fungsi motorik maupun sensorik subkelompok NASCIS kemungkinan tetap
pemberian methylprednisolon dalam waktu terjadi, dokter mungkin masih memilih untuk
24 jam. Hanya setelah dilakukan post hoc mengelola dosis tinggi metilprednisolon infus
pada pasien yang menerima dalam waktu 8 jam setelah cedera
methylprednisolon 48 jam infus terutama (Hugenholt, 2003., Kelly A. et.al., 2010).
pemberiannya dimulai 3-8 jam setelah cedera Berdasarkan penelitian yang ada sejak 40
(Hugenholtz, 2003., Komal A. et. al., 2010). tahun terakhir, permberian dosis tinggi
Sebuah meta-analisis dari semua studi metilprednisolon merupakan pilihan terapi
menyimpulkan, atas dasar dari sub kelompok pada pasien dengan trauma spinal.
post hoc yang masih kontrovesi dalam Pemberian dosis tinggi metilprednisolon
NASCIS II dan III dimana data tersebut dari yaitu 30 mg/kg bolus selama 15 menit,
Jepang. Pemberian dosis tinggi kemudian diikuti dengan 5,4 mg/kg/jam
methylprednisolon dalam waktu 8 jam selama 23 jam, jika pemeberian
setelah cedera menunjukan adanya perbaikan metilphrednisolon dimulai 3 jam setelah
fungsi motorik dan sensorik. Meskipun meta- cedera. Pertimbangkan terapi
analisis mengenai keefektifan metilprednisolon dilanjutkan sampai 48 jam
methylprednisolon sebagai terapi trauma jika awal pemberiannya dalam 3 sampai 8
spinal masih belum jelas dan membutuhkan jam setelah cedera (Kelly A. et.al., 2010).
penelitian/studi lebih lanjut (Hugenholt, Hindari pemberian terapi metilprednisolon
2003). apabila lebih dari 8 jam setelah cedera.
Terapi steroid bukan tanpa risiko/komplikasi. Berdasarkan studi yang telah dilakukan
Kebanyakan pasien dengan trauma spinal termasuk NASCIS I, II dan III tidak
yang mendapatkan terapi methylprednisolon didapatkan hasil yang signifikan dalam
mengalami kelainan kapasitas vital paru dan perbaikan fungsi motorik maupun sensorik
sepsis. Dalam semua studi NASCIS dan antara kelompok pasien yang mendapatkan
beberapa studi yang lainya didapatkan terapi metilprednisolon dengan kelompok
insiden sepsis dan pneumonia sangat tinggi pasien yang menerima placebo atau obat
pada pasien yang menerima terapi dosis yang lain (Kelly A. et.al., 2010).
tinggi methylprednisolon dari pada Pasien yang mendapatkan terapi dosis tinggi
kelompok yang menerima placebo atau obat metilprednisolon harus diobsevasi dengan
lain. Hiperglikemia dan komplikasi intensive akan kompilkasi akibat terapi
gastrointestinal juga terjadi pada pemberian tersebut. Pasien harus mendapatkan cairan
yang adekuat jika ada indikasi dan juga harus

84
EFEKTIVITAS PEMBERIAN DOSIS TINGGI METHYLPREDNISOLONE … ABDUL QODIR

mendapat profilaksis ulser untuk mencegah Medical Society of Paraplegia All


komplikasi pada gastro intestinal. Pasien juga rights reserved 1362 - 4393/00.
harus terhidar dari keaadan hiperglikemia Fawcett et al. (2007). Guidelines for the
agar tidak terjadi komplikasi seperti sepsis. conduct of clinical trials for spinal
Sehingga pemberian dosis tinggi cord injury as developed by the
metilprednisolon dapat maksimal dengan ICCP panel: spontaneous recovery
cara meningkatkan efek terapuetik dan after spinal cord injury and statistical
meminilisir efek sampingnya (Kelly A. et.al., power needed for therapeutic
2010). clinical trials. Spinal Cord (2007) 45,
190–205.
KESIMPULAN Gregory D, at.al., (2003). Efek of
Metilprednisolon merupakan neouropritektif Methylprednisolon on regional
pada pasien dengan trauma spinal. blood flow and recovery of
Permberian dosis tinggi metilprednisolon somatosensory evoked potentials.
merupakan pilihan terapi pada pasien Journal of bone and join sugery.
dengan trauma spinal. Pemberian dosis 2003;85;1
tinggi metilprednisolon dalam waktu 8 jam Hugenholtz, (2003). Methylprednisolone for
setelah cedera pada pasien dengan trauma acute spinal cord injury: not a
spinal dapat memberikan manfaat dalam standard of care. Canadian Medical
menigkatkan fungsi motorik dan sensorik. Association or its licensors. CMAJ.
Pasien yang mendapatkan terapi dosis tinggi 29, 2003; 168 (9).
metilprednisolon harus diobservasi dengan Hurlbert, (2000). Methylprednisolone for
intensive agar dapat mengurangi komplikasi acute spinal cord injury: an
akibat terapi tersebut.. Pemberian cairan inappropriate standard of care. J.
harus adekuat, pencegahan komplikasi Neurosurg: Spine / Volume 93 / July,
gastointestinal dengan pemberian profilaksis, 2000. Neurosurgical Forum, pp 175–
dan mencegah terjadinya hiperglikemia agar 182.
pasien terhidar dari sepsis. Hall ED & Springer JE (2004)
Neuroprotection and acute spinal
DAFTAR PUSTAKA cord injury: a reappraisal. NeuroRX.
Baptiste and Fehlings(2006). Pharmacological 2004; 1(1):80-100.
Approaches To Repair the Injured Hawryluk GW, Rowland J, Kwon BK,
Spinal Cord JOURNAL OF Fehlings MG (2008) Protection and
NEUROTRAUMA Volume 23, repair of the injured spinal cord: a
Number 3/4, 2006 Mary Ann Liebert, review of completed, ongoing, and
Inc. 318–334 planned clinical trials for acute
Botelho RV et al, (2010). Effectiveness of spinal cord injury. Neurosurg Focus.
methylprednisolone in acute spinal 2008; 25(5):E14.
cord injury – a systematic review of Kelly A. at.al.,( 2010). High-Dose
random ized contro lled trials. Rev Methylprednisolone in Acute Spinal
Assoc Med Bras 2009; 2010; 56(6): Cord Injuries: Proceed With Caution.
729-37 orthopedics. APRIL 2010. volume 33.
DJ Short et al. (2000). High dose number 4
methylprednisolone in the Komal A. et. al., (2010). High-Dose
management of acute spinal cord Methylprednisolone in Acute Spinal
injury - a systematic review from a Cord Injuries: Proceed With Caution.
clinical perspective. International may 2010. volume 33. number 5.

85
JURNAL ILMIAH KESEHATAN MEDIA HUSADA VOLUME 02/ NOMOR 01/ SEPTEMBER 2013

86

Anda mungkin juga menyukai