Anda di halaman 1dari 6

Nama : Fahrini Syafitri

Nim : 170204019

Kelas : D. 3.2

M.P : Keperawatan Kritis

Trauma Medulla Spinalis

 Definisi Medulla Spinalis


Medula spinalis merupakan satu kumpulan saraf-saraf yang terhubung
ke susunan saraf pusat yang berjalan sepanjang kanalis spinalis yang dibentuk
oleh tulang vertebra. Ketika terjadi kerusakan pada medula spinalis, masukan
sensoris, gerakan dari bagian tertentu dari tubuh dan fungsi involunter seperti
pernapasan dapat terganggu atau hilang sama sekali. Ketika gangguan
sementara ataupun permanen terjadi akibat dari kerusakan pada medula
spinalis, kondisi ini disebut sebagai cedera medula spinalis.
Trauma medulla spinalis adalah suatu kerusakan fungsi neurologis yang
disebabkan seringkali oleh kecelakaan lalu lintas. Apabila cedera itu
mengenai daerah L1-2 dan/atau di bawahnya maka dapat mengakibatkan
hilangnya fungsi motorik dan sensorik serta kehilangan fungsi defekasi dan
berkemih. Trauma medulla spinalis diklasifikasikan sebagai komplet :
kehilangan sensasi fungsi motorik volunter total, dan tidak komplet :
campuran kehilangan sensasi dan fungsi motorik volunteer.
 Pencegahan primer
Metilprednisolon merupakan terapi yang paling umum digunakan untuk
cedera medula spinalis traumatika dan direkomendasikan oleh National
Institute of Health di Amerika Serikat. metilprednisolon dosis tinggi
merupakan satusatunya terapi farmakologik yang terbukti efektif pada uji
klinik tahap 3, sehingga obat ini dianjurkan sebagai terapi cedera medula
spinalis

 Pencegahan sekunder
Pencegahan pada tindakan rehabilitasi medik dalam penanganan pasien
cedera medula spinalis. Fisioterapi, terapi okupasi, dan bladder training
harus dilakukan sedini mungkin. Tujuan utama fisioterapi ialah untuk
mempertahankan range of movement (ROM) dan kemampuan mobilitas,
dengan memperkuat fungsi otot- otot. Terapi okupasional terutama
ditujukan untuk memperkuat dan memperbaiki fungsiekstremitas atas,
serta mempertahankan kemampuan aktivitas hidup sehari-hari.
Pembentukan kontraktur harus dicegah seoptimal mungkin.
 Pencegahan tersier
Dilakukan setelah sistem ditangani dengan strategi- strategi pencegahan
sekunder. Pencegahan tersier difokuskan pada perbaikan kembali ke arah
stabilitas sistem klien secara optimal. Tujuan utamanya adalah untuk
memperkuat resistansi terhadap stressor untuk mencegah reaksi timbul
kembali atau regresi, sehingga dapat mempertahankan energi.
Pencegahan tersier cenderung untuk kembali pada pencegahan primer.
Dalam mengimplementasikan pencegahan di praktek sehari-hari dibutuhkan
1. data riwayat penyakit pasien,
2. data pemeriksaan fisik,
3. prioritas dalam merancang tindakan,
4. meluangkan waktu untuk edukasi dan konseling pasien serta
menggunakan sebuah sistem kartu/ rekam medis yang berorientasi
pencegahan (prevention-oriented charting system), sehingga kita perlu
berfikir secara sistematis.
Daftra pustakan

1. PERDOSSI. Konsensus nasional penanganan trauma kapitis dan trauma


medula spinalis. Jakarta: Prikarsa Utama; 2006.
2. The International Spinal Cord Society. International perspectives on spinal
cordinjury (ISCOS). Geneva: WHO; 2013.
3. Basuki A. Cedera medula spinalis akut. Dalam: Basuki A, Dian S, editors.
Kegawatdaruratan neurologi. Bandung: Bagian Ilmu Penyakit Saraf FK
UNPAD/RSHS; 2010. hlm. 123-49.
4. Baskin DS. Spinal cord injury. Dalam: Evans RW, editor. Neurology and
trauma. New York: Oxford University Press; 2006. hlm.
265-344.

Anda mungkin juga menyukai