Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PENYUSUNAN ANGGARAN BIAYA KONVERSI DAN ANGGARAN


BEBAN USAHA
Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Penganggaran Perusahaan yang
dibimbing oleh
Ibu Dr. Himmyatul AJJ, SE., MM., CFD

Disusun oleh :

Ela Fajar Wulandari (175020218113031)


Firda Prisilia Yunitasari (175020218113050)
Elang Satria Putra Pratama (175020218113053)
Andhimas Bayu R.H. (175020218113057)

JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2019
BAB 9

PENYUSUNAN ANGGARAN BIAYA TENAGA KERJA LANGSUNG

Tenaga kerja langsung adalah tenaga manusia yang bekerja langsung


mengolah produk. Seperti tukang potong rotan, tukang ukur kursi rotan, tukang
rakit kursi rotan, tukang ketam kursi rotan dan tukang warna kursi rotan. Adapun
tenaga kerja tak langsung adalah tenaga kerja manusia yang ikut membantu
menyelesaikan produk, seperti mandor, manajer produksi, penyelia dan lain-lain.
Upah untuk tenaga kerja langsung disebut biaya tenaga kerja langsung (BTKL),
sedangkan upah untuk tenaga kerja tak langsung disebut biaya tenaga kerja tak
langsung (BTKTL).

Anggaran biaya tenaga kerja langsung meliputi taksiran keperluan tenaga


kerja yang diperlukan untuk memproduksi jenis dan kuantitas produk yang
direncanakan dalam anggaran produk. Anggaran biaya tenaga langsung
merupakan unsur dari harga pokok produk. Sedangkan biaya tenaga kerja tak
langsung merupakan salah satu unsur dari biaya overhead.

Biaya Tenaga Kerja Langsung Standar per Unit Produk

Biaya ini terdiri dari jam tenaga kerja langsung dan tarif upah standar
tenaga kerja langsung. Jam tenaga kerja langsung adalah sejumlah jam tenaga
kerja langsung yang diperlukan untuk memproduksi satu unit produk tertentu. Jam
standar tenaga kerja langsung ditentukan dengan cara :

a. Menghitung rata-rata jam kerja yang dikonsumsi dalam suatu pekerjaan


dari kartu harga pokok periode yang lain
b. Mencoba jalan operasi produksi dibawah keadaan normal yang diharapkan
c. Mengadakan penyelidikan gerak dan waktu
d. Mengadakan taksiran yang wajar
e. Memperhitungkan kelonggaran waktu untuk istirahat, penundaan kerja
yang tak bisa dihindarkan dan faktor kelelahan.
Tarif upah standar tenaga kerja langsung adalah taksiran tarif upah per jam
tenaga kerja langsung. Tarif upah standar ini dapat ditentukan atas dasar,
diantaranya :

a. Perjanjian dengan organisasi karyawan


b. Data upah masa lalu yang dihitung secara rata-rata
c. Perhitungan tarif upah dalam operasi normal

Tenaga Kerja Langsung Terpakai

Untuk menyusun jam kerja standar tenaga kerja langsung dibutuhkan data
anggaran produk dan jam standar tenaga kerja langsung. Misalkan anggaran
produk jadi dari perusahaan kecap asli selama tahun 2016 sebagai berikut :

Triwulan Kecap Kecap manis Kecap asin Total


sedang
I 22 botol 13 botol 9 botol 44 botol
II 23 botol 13 botol 10 botol 46 botol
III 24 botol 14 botol 9 botol 47 botol
IV 26 botol 14 botol 10 botol 50 botol
Setahun 95 botol 54 botol 38 botol 187 botol
Jam standar tenaga kerja langsung untuk membuat satu botol kecap diperlukan
waktu 0,1 jam.

Rumus yang dapat digunakan dalam menyusun jam kerja standar tenaga kerja
langsung terpakai sebagai berikut :

JKSt = P x JSTKL

JKSt = jam kerja standar tenaga kerja langsung terpakai

P = unit ekuivalen produk

JKSTKL = jam kerja standar tenaga kerja langsung

Anggaran Biaya Tenaga Kerja Langsung

Rumus yang dapat digunakan dalam menyusun anggaran biaya tenaga kerja
langsung sebagai berikut :
Anggaran BTKL = JKSt x TUSt atau P x BTKLSP

PENYUSUNAN ANGGARAN BIAYA OVERHEAD PABRIK

Biaya overjead pabrik (BOP) adalah biaya pabrik selain biaya bahan baku
dan biaya tenaga kerja langsung. Biaya pabrik adalah biaya yang terjadi di pabrik
periode ini meliputi biaya bahan baku, niaya tenaga kerja langsung, dan biaya
overhead pabrik. Dalam biaya overhead pabrik terdapat biaya variable dan biaya
tetap.

Biaya overhead pabrik variable adalah biaya overhead pabrik yang


dipengaruhi oleh besar kecilnya volume kegiatan produksi, sedangkan biaya
overhead pabrik tetap adalah biaya overhead pabrik yang besar kecilnya tidak
dipengaruhi oleh besar kecilnya volume kegiatan produksi.

Ilustrasi Penyusunan Anggaran Biaya Overhead Pabrik

Misalnya Perusahaan Kecap Asli pada tahun 2016 menyusun anggaran biaya
overhead pabrik pada kapasitas produksi normal setahun 200 botol dengan waktu
20 jam kerja langsung. Atas dasar unit produk dan atas dasar jam kerja langsung
dapat dibuat pembebanan biaya overhead pabrik yang dianggarkan seperti Tabel
9-3.

Dari Tabel 9-3 terlihat merupakan BOP variable penuh seperti biaya bahan
pembantu dan biaya pernik pabrik.

Adapun yang merupakan BOP tetap penuh hanya biaya depresiasi pabrik.
Sedangkan yang merupakan biaya semi variable, artinya dalam biaya tersebut
terdapatbiaya variable tetapi terdapat juga biaya tetap, seperti: biaya tenaga kerja
tak langsung, biaya pemeliharaan pabrik, biaya listrik pabrik, biaya asuransi
pabrik, dan biaya lain-lain pabrik. Cara pemisahan biaya semi variable dan
sebagian lagi menjadi biaya tetap dapat dipelajari lebih lanjut pada Bab 16 dalam
pokok bahasan Metode Pemisahan Biaya Semivariabel.

Perusahaan Kecap Asli


Anggaran Biaya Overhead Pabrik (BOP)
Atas Dasar Kapasitas Normal 200 atau 20 Jam Kerja Langsung
Tahun Berakhir 31 Desember 2016
(dalam Rp)
BOP Variabel
Unsur Biaya Overhead Pabrik (BOP) Total BOP BOP Tetap BOP Variabel
Per Unit
Bahan Pembantu 4,000 - 4,000 20
Pernik pabrik 1,000 - 1,000 5
Tenaga kerja tak langsung 7,000 1,000 6,000 30
Pemeliharaan pabrik 1,000 200 800 4
Listrik pabrik 3,000 2,000 1,000 5
Depresiasi pabrik 2,000 2,000 - -
Asuransi pabrik 1,000 600 400 2
Lain-lain pabrik 1,000 600 400 2
Jumlah 20,000 6,400 13,600 68

Dengan demikian BOP variable standar per botol kecap memrlukan waktu
Rp 68
= = 0,1 jam
Rp 680

Pada Tabel 9-3 terlihat jumlah BOP tetap standar per unit sebesar Rp 32 dan
jumlah BOP tetap per jam sebesar Rp 230.
Dengan demikian BOP tetap per botol kecap memerlukan waktu
Rp 32
= = 0,1 jam
Rp 320

Dari perhitungan tersebut di atas, dapat dibuat biaya overjead pabrik


standar per botol kecap sebagai berikut.

BOP variable 0,1 jam @Rp 680 = Rp 68


BOP tetap 0,1 jam @Rp 320 = Rp 32
BOP per botol kecap = Rp 100

Bila kita gabungkan biaya bahan bakiu standar per unit produk dengan
biaya tenaga kerja langsung standar per unit produk dan biaya overhead pabrik
standar per unit produk, maka dapatlah disusun harga pokok standar per botol
produk jadi berupa kecap seperti Tabel 9-4.

Perusahaan Kecap Asli


Harga Pokok Standar Per Botol Kecap Sedang
Tahun Berakhir 31 Desember 2016
Unsur Harga Pokok Produk Pengharga- Pengharga-
pokokan Penuh pokokan Variabel
BBB kedelai 2ons @Rp 100 200 200
gula merah 0,5ons @RP 240 120 + 120 +
320 320

BTKL 0,1 jam @Rp 500 50 50


BOP variabel 0,1 jam @Rp 680 68 68
BOP tetap 0,1 jam @Rp 320 32 -

Harga pokok standar per botol kecap 470 438

Pada Tabel 9-4 tampak harga pokok standar per unit produk dalam hal ini
harga pokok standar per botol kecap sedang dengan metode penghargapokokan
penuh (full costing) Rp 470 dan dengan penghargapokokan variable (variable
costing) Rp 438. Anggaran tetap menggunakan metode penghargapokokan penuh.
Anggaran tetap berupa anggaran jangka panjang dan anggaran jangka pendek
menggunakan metode penghargapokokan variable.
Dengan dibuatnya harga pokok standar per botol kecap sedang, maka
dapat ditentukan harga jual per botol kecap sedang. Misalnya perusahaan
membuat margin kontribusi per botol kecap Rp 262, berate harga jual per botol
kecap sedang sebesar Rp 262 + Rp 438 = Rp 700. Dengan demikian margin
kontribusi yang diinginkan oleh perusahaan sebesar 262 : 700 = 37%.
Bila harga jual per botol Rp 700, berate kenaikan 59,82% dari harga pokok
variable per botol kecap.
Harga variable per botol kecap = Rp 438
Kenaikan 59,82% x Rp 438 = Rp 262
Harga jual per botol kecap = Rp 700
PENYUSUNAN ANGGARAN BEBAN USAHA
Beban usaha (operating expenses) adalah beban kegiatan pokok
perusahaan yang tidak terjadi di pabrik, selain harga pokok jualan (cost of sales).
Beban usaha terdiri dari: beban penjualan, beban administrasi dan umum.

Ilustrasi Penyusunan Anggaran Beban Usaha


Sebagai ilustrasi misalkan Perusahaan Kecap Asli akan menyusun anggaran beban
usaha selama tahun 2016 dengan data sebagai berikut.
a. Mempunyai asset tetap yang terdiri dari atas: bagian penjualan senilai
Rp 100.000 dan bagian umum senilai Rp 50.000. Aset tetap disusut
dengan metode garis lurus 12% setahun atau 3% tiap triwulan.
b. Jualan direncanakan triwulan I: Rp 24.000, II Rp 25.000, Rp 26.750,
dan IV Rp 26.950.
c. Komisi penjualan 5% dari penjualan dan penghapusan piutang ditaksir
2% dari jualan.
d. Gaji penjualan dan pemeliharaan alat penjualan tiap triwulan masing-
masing Rp 1.000 dan Rp 700.
e. Pernik (supplies) penjualan ditaksir triwulan: I Rp 200, II Rp 210, III
Rp 250, dan IV Rp 250.
f. Beban turun harga triwulan I dan II mkasing –masing 1% dari jualan,
triwulan III dan IV masing-masing 2% dari jualan.
g. Beban penjualan lainnya pada triwulan I dan II masing-masing Rp
150, triwulan III dan IV masing-masing Rp 200.
h. Beban administrasi ditaksir tiap triwulan terdiri atas: gaji pemimpin
dan staf kantor Rp 300, asuransi alat kantor Rp 100, pernik kantor Rp
50, pemeliharaan kantor Rp 125, lainnya Rp 75.

Dari data tersebut disusunlah anggaran beban usaha seperti Tabel 9-5.
Pada Tabel 9-5 triwulan I komisi penjualan sebesar Rp 1.220 dengan perhitungan
komisi penjualan tiap triwulan 5% dari jualan pada triwulan bersangkutan, yaitu
5% x Rp 24.400 = Rp 1.220.
Perusahaan Kecap Asli
Anggaran Beban Usaha
Tiap Triwulan pada Tahun 2016
(dalam Rp)

Unsur Beban Usaha I II III IV Setahun


1. Beban penjualan
Komisi penjualan 1.220 1.275 1.338 1.338 5.171
Penghapusan piutang 488 510 535 539 2.072
Gaji penjualan 1.000 1.000 1.000 1.000 4.000
Pemeliharaan alat 700 700 700 700 2.800
Depresiasi alat 3.000 3.000 3.000 3.000 12.000
Turun harga 244 255 535 539 1.573
Pernik penjualan 200 210 250 250 910
Lainnya 150 150 200 200 700
Jumlah 1 7.002 7.100 7.558 7.566 29.226
2. Beban
Administrasi
Gaji pemimpin/staff 300 300 300 300 1.200
Depresiasi alat 1.500 1.500 1.500 1.500 6.000
Asuransi alat 100 100 100 100 400
Pernik kantor 50 50 50 50 200
Pemeliharaan alat 125 125 125 125 500
Lainnya 75 75 75 75 300
Jumlah 2 2.150 2.150 2.150 2.150 8.600
3. Beban usaha (1+2) 9.152 9.250 9.708 9.716 37.826
Perhitungan beban penghapusan piutang tiap triwulan 2% dari jualan pada
triwulan bersangkutan, misalnya tiap triwulan I = 2% x Rp 24.400 = Rp 488.
Perhitungan beban depresiasi alat penjualan tiap triwulan = 3% x Rp 100.000 =
Rp 3.000. Perhitungan beban turun harga pada triwulan I = 1% x Rp 24.400 = Rp
244. Triwulan II = 2% x Rp 26.950 = Rp 539. Perhitungan depresiasi alat kantor
tiap triwulan = 3% x Rp 50.000 = Rp 1.500.

Menyusun Anggaran Laba Rugi

Sebagai ilustrasi penyusunan anggaran laba rugi digunakan data dari


Perusahaan Kecap Asli pada tahun 2016 sebagai berikut :

1. Sediaan produk dalam proses (PDP) awal 10 botol dengan tingkat


penyelesaian BBB 80%, BTKL 30%, dan BOP 40 %.
2. Anggaran sedian produk dalam proses (PDP) akhir sebanyak 18 botol
dengan tingkat penyelesaian BBB 100%, BTKL 50%, dan BOP 50%
3. Produk terjual dianggarkan tahun ini 148 botol dengan harga jual per botol
Rp 700 = Rp 103.600. Sediaan produk jadi awal 15 botol.
4. Anggaran produk jadi periode ini 182 botol.
5. Harga pokok standar produk kecap per botol seperti terdapat pada tabel 9-
4
6. Beban usaha dianggarkan setahun Rp 37.826 terdiri atas beban usaha tetap
Rp 28.100 dan beban usaha variabel Rp 9.726

Berdasarkan data tersebut dibuat beberapa perhitungan untuk menyusun


anggaran laba rugi.

Langkah Pertama, menghitung sediaan produk jadi akhir sebagai berikut :

Jualan 148 botol


Sediaan produk jadi akhir ?botol+¿ ¿
Produk siap dijual 197 botol
Sediaan produk jadi awal 15 botol−¿¿
Produk jadi 182 botol
Sediaan produk dalam proses (PDP) akhir 18 botol+¿ ¿
Produk dihasilkan / produk diproses 200 botol
Sediaan produk dalam proses (PDP) awal 10 botol−¿¿
Produk masuk pada periode ini 190 botol

Tampak pada perhitungan tersebut sediaan produk jadi akhir belum diketahui.
Sediaan produk jadi dapat diketahui sebanyak 49 botol dengan cara mengurangi
produk siap dijual 197 botol dengan 148 botol.

Langkah Kedua, menghitung unit ekuivalen produk dengan metode masuk


pertama keluar pertama (MPKP) sebagai berikut :

Produk jadi + Ekuivalen PDP Akhir – Ekuivalen PDP Awal

BBB = 182 + (18x100%) – (10x80%) 192 botol


= 182 + (18x50%) – (10x30%)
BTKL 188 botol
= 182 + (18x50%) – (10x40%)
BOP 187 botol

Langkah Ketiga, biaya pabrik variabel sebagai berikut :

Produk jadi + Ekuivalen PDP Akhir – Ekuivalen PDP Awal


BBB = 192 botol + Rp 320 = Rp 61.440
= 188 botol + Rp 50 = Rp 9.400
BTKL
= 187 botol + Rp 68 = Rp 12.176
BOP
Biaya Pabrik Variabel = Rp 83.556

Langkah Keempat, menghitung sediaan dengan metode pengharga-pokokan


penuh (PP) dan pengharapan variabel (PV) sebagai berikut :

Sediaan Produk Jadi awal

PP = 15 botol + Rp 470 = Rp 7.050


= 15 botol + Rp 438 = Rp 6.570
PV

Sediaan Produk Jadi akhir

PP = 49 botol + Rp 470 = Rp 23.030


= 49 botol + Rp 438 = Rp 21.462
PV
Sediaan Produk dalam Proses Awal

PP PV
= Rp 2.560
BBB = 10 x 80% x Rp 320 = Rp 7.050
= 10 x 30% x Rp 50 = Rp 150 = Rp 150
BTKL
= 10 x 40% x Rp 68 = Rp 272 = Rp 272
BOPV
= 10 x 40% x Rp 32 = Rp 128 = Rp -
BOPT
Rp 3.110 Rp 2.982

Sediaan Produk dalam Proses Akhir

PP PV
= Rp 5.760
BBB = 18 x 100% x Rp 320 = Rp 5.760
= 18 x 50% x Rp 50 = Rp 450 = Rp 450
BTKL
= 18 x 50% x Rp 68 = Rp 612 = Rp 612
BOPV
= 18 x 50% x Rp 32 = Rp 288 = Rp -
BOPT
Rp 7.110 Rp 6.822

Langkah Kelima, menyusun anggaran laba rugi seperti tabel dibawah :

Perusahaanan Kecap Asli


Anggaran Laba Rugi
Tahun Berakhir 31 Desember 2016

Penghargapokokan
Keterangan
Penuh Variabel
Rp 103.600 Rp 103.600
1. Jualan
Rp 83.556 Rp 83.556
2. Biaya pabrik variabel
Rp 6.400 -
3. BOP tetap
Rp 89.956 -
4. Biaya pabrik
Rp 3.110 Rp 2.982
5. Sediaan produk pada proses awal
Rp 93.066 Rp 86.538
6. Biaya produksi
Rp 7.110 Rp 6.822
7. Sediaan produk pada proses akhir
Rp 85.956 Rp 79.716
8. Harga pokok produk jadi
Rp 7.050 Rp 6.570
9. Sediaan produk jadi awal

10 Produk siap dijual Rp 93.006 Rp 86.286


.

11 Sediaan produk jadi akhir Rp 23.030 Rp 21.462


.

12 Harga pokok produk terjual Rp 69.976 Rp 64.824


.

13 Laba kotor/margin kontribusi kotor Rp 33.624 Rp 38.776


.

14 Beban usaha variabel Rp 9.726 Rp 9.726


.

15 Margin kontribusi bersih - Rp 29.050


.

16 Beban usaha tetap Rp 28.100 Rp 28.100


.

17 BOP tetap - Rp 6.400


.

18 Biaya tetap - Rp 34.500


.

19 Rugi (Rp 4.202) (Rp 5.450)


.

Tampak pada tabel diatas terdapat selisih rugi Rp 1.248, yaitu Rp 4.202 – Rp
5.450. penyebab selisih rugi Rp 1.248 tersebut adalah selisih sediaan antara
metode penghargapokokan penuh dan metode penghargapokokan variabel dengan
perhitungan sebagai berikut :

Tampak pada table 9-6 terdapat selisih rugi Rp 1.248, yaitu Rp 4.202 – Rp 5.450,
penyebab selisih rugi Rp 1.248 tersebut adalah selisih sediaan antara metode
pengharga pokokan penuh dan metode penghargapokokan variabel dengan
perhitungan sebagai berikut.
Sediaan metode pernhargapokokan penuh:
sediaan produk dalam proses awal Rp 3.110
sediaan produk jadi awal Rp 7.050
sediaan awal Rp 10.160
sediaan produk dalam transaksi Rp 7.110
sediaan produk jadi akhir Rp23. 030
sediaan akhir Rp 30.140
selisih sediaan penghargapokokan penuh Rp 19.980
sediaan metode penghargapokokan variabel
sediaan produk dalam proses awal Rp 2.982
sediaan produk jadi awal Rp 6.570
sediaan awal Rp 9.552
sediaan produk dalam transaksi Rp 6.822
sediaan produk jadi akhir Rp21.462
sediaan akhir Rp 28.284
selisih sediaan penghargapokokan variabel Rp 18.732
selisih sediaan Rp 1.248

Anggaran laba rugi metode penghargapokokan variabel seperti tampak pada tebel
9-6 dapat dibuat dalam bentuk singkat seperti tabel 9-7

Perusahaan Kecap Asli


Anggaran Laba Rugi
Tahun Berakhir 31 Desember 2016

Jualan 148 botol Rp 700 = Rp 103.600


Biaya variabel 148 botolx Rp ? = Rp ?
Margin kontribusi = Rp 29.050
Biaya tetap = Rp 34.500
Rugi = Rp 5.450
Pada tabel 9-7 tampak jumlah biaya variabel dan biaya variabel per botol belum
diketahui. Jumlah biaya variabel Rp 74.550 dapat diketahui dengan cara jualan Rp
103.600 dikurangi margin kontribusi Rp 29.050. dengan demikian biaya variabel
per botol = Rp 74.550 : 148 botol = Rp 503,71622

Biaya variabel per botol dapat juga dihitung sebagai berikut.

Harga pokok per botol (tabel 9-4) = Rp 438,00000


Beban usaha variabel Rp 9.726+ 148 botol = Rp 65,71622
Biaya variabel per botol = Rp 503,17622

Anggaran laba rugi dapat dilengkapi dengan anggaran biaya produksi untuk
penghargapokokan penuh (PP) dan penghargapokokan variabel (PV) seperti tabel
9-8.

Pada tabel 9-8 tampak biaya penyelesaian produk dalam proses awal 10
botol sebesar Rp 1.590 untuk metode penghargapokokan penuh (PP) dan sebesar
Rp 1.398 untuk penghargapokokan variabel (PV) dengan perhitungan sebagai
berikut.

Perusahaan Kecap Asli


Anggaran Biaya Produksi
Tahun Berakhir 31 Desember 2016

I. Data Produksi
Sediaan produk dalm proses awal 10 botol
produk masuk prodksi periode ini 190 botol
produk diproses 200 botol
produk jadi 182 botol
sediaan produk dalam proses akhir 18 botol
produk dihasilkan 200 botol
II. Biaya Produksi Dibebankan

Biaya Unit Biaya pabrik Harga pokok


ekuivalen/kapasitas produk perbobot
PP PV PP PV
normal
BBB 192 botol Rp Rp Rp 320 Rp 320
61.440 61.440
BTKL 188 botol Rp 9.400 Rp 9.400 Rp 50 Rp 50
BOPV 187 botol Rp Rp Rp 68 Rp 68
12.716 12.716
BOPT 200 botol Rp 6.400 Rp 32
Jumlah biaya pabrik Rp Rp Rp 470 Rp 438
89.956 83.556
Sediaan produk dalam proses Rp 3.110 Rp 2.982
awal
Biaya produksi Rp Rp
93.066 86.538

III. Biaya Produksi Diperhitungkan PP PV


Sediaan produk dalam proses awal 10 botol Rp 3.110 Rp 2.982
Biaya penyelesaian produk dalam proses awal Rp 1.590 Rp 1.398
harga pokok produk jadi 10 botol Rp 4.700 Rp 4.380
harga pokok produk jadi 172 botol Rp81.256 Rp75.336
harga pokok produk jadi 182 botol Rp85.956 Rp79.716
sediaan produk dalam proses akhir Rp 7.110 Rp 6.822
Biaya Produksi Rp 93.066 Rp86.538

PP PV
BBB 20% x 10 botol x Rp 320 Rp 640 Rp 640
BTKL 70% x 10 botol x Rp 50 Rp 350 Rp 350
BOPV 60% x 10 botol x Rp 68 Rp 408 Rp 408
BOPT 60% x 10 botol x Rp 32 Rp 192 -
Rp1.590 Rp1.398
Harga pokok produk jadi 172 botol metode penghargapokokan variabel (PV)
sebesar Rp 75.336 dan metode penghargapokokan penuh (PP) sebesar Rp 81.256
dihitung sebagai berikut
= 200 botol
kapasitas normal
Unit ekuivalen sediaan produk dalam proses
akhir = 18 botol x 50% = 9 botol
awal = 10 botol x 40% = 4 botol
= 5 botol
= 195 botol
sediaan produk dalam proses awal = 10 botol
= 185 botol
tarif biaya overhead pabrik tetap (BOPT) = Rp 32 x
= Rp 5.920
harga pokok produk jadi metode PV=172 botol x Rp 438 = Rp 75.336
harga pokok produk jadi metode PP=172 botol = Rp 81 256

Mengenai penyusunan anggaran laba rugi dan anggaran biaya produksi dengan
metode penghargapokokan penuh dan pengarhargapokokan variabel dijelaskan
lebih lanjut di bab 16

Anda mungkin juga menyukai