Disusun oleh :
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2019
BAB 9
Biaya ini terdiri dari jam tenaga kerja langsung dan tarif upah standar
tenaga kerja langsung. Jam tenaga kerja langsung adalah sejumlah jam tenaga
kerja langsung yang diperlukan untuk memproduksi satu unit produk tertentu. Jam
standar tenaga kerja langsung ditentukan dengan cara :
Untuk menyusun jam kerja standar tenaga kerja langsung dibutuhkan data
anggaran produk dan jam standar tenaga kerja langsung. Misalkan anggaran
produk jadi dari perusahaan kecap asli selama tahun 2016 sebagai berikut :
Rumus yang dapat digunakan dalam menyusun jam kerja standar tenaga kerja
langsung terpakai sebagai berikut :
JKSt = P x JSTKL
Rumus yang dapat digunakan dalam menyusun anggaran biaya tenaga kerja
langsung sebagai berikut :
Anggaran BTKL = JKSt x TUSt atau P x BTKLSP
Biaya overjead pabrik (BOP) adalah biaya pabrik selain biaya bahan baku
dan biaya tenaga kerja langsung. Biaya pabrik adalah biaya yang terjadi di pabrik
periode ini meliputi biaya bahan baku, niaya tenaga kerja langsung, dan biaya
overhead pabrik. Dalam biaya overhead pabrik terdapat biaya variable dan biaya
tetap.
Misalnya Perusahaan Kecap Asli pada tahun 2016 menyusun anggaran biaya
overhead pabrik pada kapasitas produksi normal setahun 200 botol dengan waktu
20 jam kerja langsung. Atas dasar unit produk dan atas dasar jam kerja langsung
dapat dibuat pembebanan biaya overhead pabrik yang dianggarkan seperti Tabel
9-3.
Dari Tabel 9-3 terlihat merupakan BOP variable penuh seperti biaya bahan
pembantu dan biaya pernik pabrik.
Adapun yang merupakan BOP tetap penuh hanya biaya depresiasi pabrik.
Sedangkan yang merupakan biaya semi variable, artinya dalam biaya tersebut
terdapatbiaya variable tetapi terdapat juga biaya tetap, seperti: biaya tenaga kerja
tak langsung, biaya pemeliharaan pabrik, biaya listrik pabrik, biaya asuransi
pabrik, dan biaya lain-lain pabrik. Cara pemisahan biaya semi variable dan
sebagian lagi menjadi biaya tetap dapat dipelajari lebih lanjut pada Bab 16 dalam
pokok bahasan Metode Pemisahan Biaya Semivariabel.
Dengan demikian BOP variable standar per botol kecap memrlukan waktu
Rp 68
= = 0,1 jam
Rp 680
Pada Tabel 9-3 terlihat jumlah BOP tetap standar per unit sebesar Rp 32 dan
jumlah BOP tetap per jam sebesar Rp 230.
Dengan demikian BOP tetap per botol kecap memerlukan waktu
Rp 32
= = 0,1 jam
Rp 320
Bila kita gabungkan biaya bahan bakiu standar per unit produk dengan
biaya tenaga kerja langsung standar per unit produk dan biaya overhead pabrik
standar per unit produk, maka dapatlah disusun harga pokok standar per botol
produk jadi berupa kecap seperti Tabel 9-4.
Pada Tabel 9-4 tampak harga pokok standar per unit produk dalam hal ini
harga pokok standar per botol kecap sedang dengan metode penghargapokokan
penuh (full costing) Rp 470 dan dengan penghargapokokan variable (variable
costing) Rp 438. Anggaran tetap menggunakan metode penghargapokokan penuh.
Anggaran tetap berupa anggaran jangka panjang dan anggaran jangka pendek
menggunakan metode penghargapokokan variable.
Dengan dibuatnya harga pokok standar per botol kecap sedang, maka
dapat ditentukan harga jual per botol kecap sedang. Misalnya perusahaan
membuat margin kontribusi per botol kecap Rp 262, berate harga jual per botol
kecap sedang sebesar Rp 262 + Rp 438 = Rp 700. Dengan demikian margin
kontribusi yang diinginkan oleh perusahaan sebesar 262 : 700 = 37%.
Bila harga jual per botol Rp 700, berate kenaikan 59,82% dari harga pokok
variable per botol kecap.
Harga variable per botol kecap = Rp 438
Kenaikan 59,82% x Rp 438 = Rp 262
Harga jual per botol kecap = Rp 700
PENYUSUNAN ANGGARAN BEBAN USAHA
Beban usaha (operating expenses) adalah beban kegiatan pokok
perusahaan yang tidak terjadi di pabrik, selain harga pokok jualan (cost of sales).
Beban usaha terdiri dari: beban penjualan, beban administrasi dan umum.
Dari data tersebut disusunlah anggaran beban usaha seperti Tabel 9-5.
Pada Tabel 9-5 triwulan I komisi penjualan sebesar Rp 1.220 dengan perhitungan
komisi penjualan tiap triwulan 5% dari jualan pada triwulan bersangkutan, yaitu
5% x Rp 24.400 = Rp 1.220.
Perusahaan Kecap Asli
Anggaran Beban Usaha
Tiap Triwulan pada Tahun 2016
(dalam Rp)
Tampak pada perhitungan tersebut sediaan produk jadi akhir belum diketahui.
Sediaan produk jadi dapat diketahui sebanyak 49 botol dengan cara mengurangi
produk siap dijual 197 botol dengan 148 botol.
PP PV
= Rp 2.560
BBB = 10 x 80% x Rp 320 = Rp 7.050
= 10 x 30% x Rp 50 = Rp 150 = Rp 150
BTKL
= 10 x 40% x Rp 68 = Rp 272 = Rp 272
BOPV
= 10 x 40% x Rp 32 = Rp 128 = Rp -
BOPT
Rp 3.110 Rp 2.982
PP PV
= Rp 5.760
BBB = 18 x 100% x Rp 320 = Rp 5.760
= 18 x 50% x Rp 50 = Rp 450 = Rp 450
BTKL
= 18 x 50% x Rp 68 = Rp 612 = Rp 612
BOPV
= 18 x 50% x Rp 32 = Rp 288 = Rp -
BOPT
Rp 7.110 Rp 6.822
Penghargapokokan
Keterangan
Penuh Variabel
Rp 103.600 Rp 103.600
1. Jualan
Rp 83.556 Rp 83.556
2. Biaya pabrik variabel
Rp 6.400 -
3. BOP tetap
Rp 89.956 -
4. Biaya pabrik
Rp 3.110 Rp 2.982
5. Sediaan produk pada proses awal
Rp 93.066 Rp 86.538
6. Biaya produksi
Rp 7.110 Rp 6.822
7. Sediaan produk pada proses akhir
Rp 85.956 Rp 79.716
8. Harga pokok produk jadi
Rp 7.050 Rp 6.570
9. Sediaan produk jadi awal
Tampak pada tabel diatas terdapat selisih rugi Rp 1.248, yaitu Rp 4.202 – Rp
5.450. penyebab selisih rugi Rp 1.248 tersebut adalah selisih sediaan antara
metode penghargapokokan penuh dan metode penghargapokokan variabel dengan
perhitungan sebagai berikut :
Tampak pada table 9-6 terdapat selisih rugi Rp 1.248, yaitu Rp 4.202 – Rp 5.450,
penyebab selisih rugi Rp 1.248 tersebut adalah selisih sediaan antara metode
pengharga pokokan penuh dan metode penghargapokokan variabel dengan
perhitungan sebagai berikut.
Sediaan metode pernhargapokokan penuh:
sediaan produk dalam proses awal Rp 3.110
sediaan produk jadi awal Rp 7.050
sediaan awal Rp 10.160
sediaan produk dalam transaksi Rp 7.110
sediaan produk jadi akhir Rp23. 030
sediaan akhir Rp 30.140
selisih sediaan penghargapokokan penuh Rp 19.980
sediaan metode penghargapokokan variabel
sediaan produk dalam proses awal Rp 2.982
sediaan produk jadi awal Rp 6.570
sediaan awal Rp 9.552
sediaan produk dalam transaksi Rp 6.822
sediaan produk jadi akhir Rp21.462
sediaan akhir Rp 28.284
selisih sediaan penghargapokokan variabel Rp 18.732
selisih sediaan Rp 1.248
Anggaran laba rugi metode penghargapokokan variabel seperti tampak pada tebel
9-6 dapat dibuat dalam bentuk singkat seperti tabel 9-7
Anggaran laba rugi dapat dilengkapi dengan anggaran biaya produksi untuk
penghargapokokan penuh (PP) dan penghargapokokan variabel (PV) seperti tabel
9-8.
Pada tabel 9-8 tampak biaya penyelesaian produk dalam proses awal 10
botol sebesar Rp 1.590 untuk metode penghargapokokan penuh (PP) dan sebesar
Rp 1.398 untuk penghargapokokan variabel (PV) dengan perhitungan sebagai
berikut.
I. Data Produksi
Sediaan produk dalm proses awal 10 botol
produk masuk prodksi periode ini 190 botol
produk diproses 200 botol
produk jadi 182 botol
sediaan produk dalam proses akhir 18 botol
produk dihasilkan 200 botol
II. Biaya Produksi Dibebankan
PP PV
BBB 20% x 10 botol x Rp 320 Rp 640 Rp 640
BTKL 70% x 10 botol x Rp 50 Rp 350 Rp 350
BOPV 60% x 10 botol x Rp 68 Rp 408 Rp 408
BOPT 60% x 10 botol x Rp 32 Rp 192 -
Rp1.590 Rp1.398
Harga pokok produk jadi 172 botol metode penghargapokokan variabel (PV)
sebesar Rp 75.336 dan metode penghargapokokan penuh (PP) sebesar Rp 81.256
dihitung sebagai berikut
= 200 botol
kapasitas normal
Unit ekuivalen sediaan produk dalam proses
akhir = 18 botol x 50% = 9 botol
awal = 10 botol x 40% = 4 botol
= 5 botol
= 195 botol
sediaan produk dalam proses awal = 10 botol
= 185 botol
tarif biaya overhead pabrik tetap (BOPT) = Rp 32 x
= Rp 5.920
harga pokok produk jadi metode PV=172 botol x Rp 438 = Rp 75.336
harga pokok produk jadi metode PP=172 botol = Rp 81 256
Mengenai penyusunan anggaran laba rugi dan anggaran biaya produksi dengan
metode penghargapokokan penuh dan pengarhargapokokan variabel dijelaskan
lebih lanjut di bab 16