Prakata
Dr Johan A. Hutauruk, SpM …………………………… v
iii
Bab V. Pedoman/Tata Tertib
Pelaporan Bakti Sosial
Katarak …………………………… 47
V.1. Tata Tertib Organisasi …………………………… 47
V.2. Koordinasi SPBK Cabang
dengan SPBK Pusat …………………………… 47
V.3. Koordinasi SPBK dengan
Donatur …………………………… 49
iv
v
PRAKATA
Ketua Seksi Penanggulangan Buta Katarak - Perdami
vi
banyak membantu baik dalam kegiatan sehari-hari operasional SPBK
maupun dalam penyusunan buku ini. Demikian juga staf SPBK seperti
Bpk Ruswandi, Ibu Arin dan Ibu Eva yang bekerja hampir setiap akhir
pekan untuk menunjang administrasi kegiatan baksos.
Tidak lupa saya sampaikan terima kasih kepada pasien-pasien yang telah
mempercayai SPBK untuk tindakan operasi dengan suasana baksos yang
terkadang kurang nyaman, karena mereka juga sekaligus telah
menambah ilmu para dokter mata mengatasi kasus sulit. Kepada
segelintir pasien yang mengalami komplikasi, semoga bisa memaafkan
tindakan operasi SPBK yang kurang sesuai dengan harapan.
vii
KATA PENGANTAR
VISION 2020 The Right to Sight merupakan program yang diinisiasi oleh
World Health Organization (WHO) dan International Agency for the
Prevention of Blindness (IAPB) untuk mewujudkan fungsi penglihatan
yang optimal di dunia. Indonesia sebagai negara dengan angka kebutaan
ketiga terbanyak di dunia turut berkomitmen dalam upaya
pemberantasan kebutaan.
viii
dapat terjalin kerjasama yang semakin baik dalam upaya pemberantasan
kebutaan katarak di Indonesia.
ix
BAB I
PENDAHULUAN
Hal yang patut disadari adalah bahwa kebutaan bukan hanya merupakan
beban pribadi penderita, tetapi juga beban bagi orang-orang di sekeliling
penderita yang menjadi caregiver penderita. Kondisi ini memberi dampak
buruk terhadap produktivitas, kualitas hidup, serta kesejahteraan baik
Visi
Menanggulangi kebutaan katarak di Indonesia (to eliminate cataract
blindness in Indonesia).
Misi
Misi Seksi Penanggulangan Buta Katarak adalah:
1. Menyediakan layanan bakti sosial operasi katarak
2. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia untuk melakukan
operasi katarak
3. Membangun kerja sama dengan instansi terkait (stakeholders),
donatur dan organisasi kemasyarakatan
4. Membangun sistem dan strategi nasional untuk
penanggulangan buta katarak
Tujuan
Tujuan program Seksi Penanggulangan Buta Katarak adalah
meningkatkan cataract surgical rate (CSR) dari 720 menjadi 1000 dalam
jangka waktu tiga tahun (estimasi adalah 5 operasi
katarak/SpM/minggu, dengan asumsi jumlah operator katarak 1000
orang).
Sasaran
Sasaran program Seksi Penanggulangan Buta Katarak adalah:
1. Pengendalian dan pencegahan kebutaan akibat katarak
a. Menciptakan demand untuk layanan dengan mengatasi
barrier uptake layanan bedah
b. Melakukan operasi katarak bermutu tinggi dengan
hasil tajam penglihatan maksimal
c. Monitoring dan evaluasi hasil operasi katarak
2. Pembangunan sumber daya tenaga kesehatan mata
a. Pelatihan teknisi, dokter dan perawat untuk
meningkatkan hasil operasi katarak
b. Memfasilitasi kemampuan dokter spesialis mata dan
perawat mahir mata melalui sarana pelatihan operasi
katarak
c. Pembuatan pedoman tingkat kompetensi/syarat
keterampilan minimal operator dan tenaga mahir mata
3. Membangun kemitraan dengan semua stake-holders
4. Infrastruktur dan teknologi pendukung
C. Target Program
D. Indikator Pencapaian
Ditetapkan
Standar Tanggal Terbit : Ketua SPBK Pusat
Prosedur 5 Januari 2009
operasional Dr. Johan Hutauruk, SpM
A. Perizinan :
1 Pihak Penyelenggara/ Rumah Sakit/ Puskesmas/ Pemerintah Daerah/
Yayasan mengajukan surat permohonan bakti sosial operasi katarak kepada
Seksi Penanggulangan Buta Katarak (SPBK).
2 SPBK membuat surat tugas ke Dokter Spesialis Mata (SpM)/ Rumah Sakit/
Puskesmas setempat sesuai rencana yang diusulkan (mengenai jumlah
pasien, daerah sasaran baksos dan waktu pelaksanaan). Tembusan ke
Dinas Kesehatan/ Instansi terkait.
3 Dinas Kesehatan setempat menerbitkan surat izin/penugasan yang sifatnya
sementara yang akan berfungsi sebagai SIP sementara (berlaku 3 bulan).
C. SDM :
1 Semua Dokter yang tergabung dalam Tim Operasi harus mempunyai surat
izin praktek (SIP) / SIP sementara yang berlaku dari Dinas Kesehatan
setempat. Untuk Dokter dari luar negeri harus dapat menunjukkan surat
yang setaraf dengan SIP dan Izin kerja dari KKI/ IDI.
2 Semua paramedis yang ikut Tim harus mempunyai Kompetensi yang masih
berlaku untuk dapat menjadi anggota Tim. (dibuat oleh Instansi dimana
paramedis itu berdinas).
D. Pembiayaan :
1 Unit cost operasi diperhitungkan secara proporsional sesuai perhitungan
SPBK.
2 Biaya untuk operasi dan penanganan apabila terjadi penyulit / komplikasi
setelah operasi ditanggung oleh Penyelenggara / SPBK.
Dokter spesialis Mata setempat, Dokter Spesialis Mata Tim SPBK, Paramedis Tim
Unit Terkait SPBK, Dinas Kesehatan setempat, Puskesmas/Rumah Sakit tempat operasi,
Rumah sakit tempat rujukan, dan pihak Penyelenggara.
Ditetapkan
Standar Tanggal Terbit : Ketua SPBK Pusat
Prosedur 5 Januari 2009
operasional Dr. Johan Hutauruk, SpM
A. Perizinan
Indikasi operasi
: :
1 Indikasi administratif: pasien-pasien miskin yang dinyatakan dengan surat
keterangan tidak mampu dari RT/RW, Lurah, Camat dan Puskesmas
setempat, yang tidak memiliki jaminan kesehatan apapun.
2 Indikasi medik: presenting visual acuity <6/60 pada salah satu atau kedua
mata
3 Indikasi sosial: sesuai Protap SPBK
B. Persiapan
Teknik seleksi
pasien
: dan peralatan :
1 Seleksi pasien operasi dengan indikasi medik dan indikasi sosial adalah
kewenangan Dokter SpM setempat bersama Tim SPBK.
2 Pada waktu seleksi awal pasien, Dokter SpM setempat harus diikutsertakan
sehingga tidak terjadi konflik tentang pasien yang dipilih.
3 Kebutaan dengan penyebab di luar katarak harus dirujuk ke Dokter SpM
setempat atau Rumah Sakit yang sudah ditunjuk.
C. SDM
Teknik
: operasi :
1 Ekstraksi Katarak Ekstra Kapsular ( Extracapsular Cataract Extraction, ECCE)
2 Small Incision Cataract Surgery (SICS)
3 Fakoemulsifikasi
Prosedur Point C1-C3 dengan menggunakan implantasi lensa intraokular
D. Pembiayaan
Evaluasi pascabedah
: :
1 Follow-up pascabedah H+1/H+2 kewenangan operator/SpM setempat, H+7
dan H+30 kewenangan SpM setempat
E. Penyulit/komplikasi operasi :
1 Penyulit yang tidak dapat ditangani sendiri oleh Dokter SpM setempat atau
anggota Tim Operasi dikirim ke RS Rujukan yang telah disepakati.
2 Pengiriman ke RS Rujukan dilaporkan secara resmi kepada SPBK Cabang
untuk kemudian diteruskan kepada SPBK Pusat.
3 Biaya komplikasi menjadi pertanggungan SPBK, selama pasien memenuhi
persyaratan administratif.
Dokter spesialis Mata setempat, Dokter Spesialis Mata Tim SPBK, Paramedis Tim
Unit Terkait SPBK, Dinas Kesehatan setempat, Puskesmas/Rumah Sakit tempat operasi,
Rumah sakit tempat rujukan, dan pihak Penyelenggara.
BAKSOS
Metode sterilisasi
1. Kain linen disterilisasi menggunakan sterilisator autoclave
2. Instrumen operasi di sterilisasi tiap kali operasi dengan
menggunakan domestic pressure cooker dengan steam pressure:
a. 5 lb/in2 pada temperature 116 C selama 40 menit.
b. 10 lb/in2 pada temperature 121 C selama 20 menit.
3. Air yang digunakan untuk proses sterilisasi adalah aqua
destilata
IV.3.3. Anestesi
Persiapan pasien:
• Lembar instruksi prabedah
• Lembar instruksi pasca bedah
• Lembar informed consent (surat persetujuan tindakan)
• Sabun untuk mencuci
• Mangkuk tempat mencuci
• Handuk tangan
• Toilet
• Pakaian bersih untuk ahli bedah, asisten / pasien
• Tutup rambut /kepala
Perlengkapan pakaian/linen:
• Balutan kepala pasien
• Duk lubang
• Duk berlubang dibuat dari kain berukuran 120 x 220 cm. Dibagian
sepertiga dari panjang kain dibuat kain yang berwarna berbeda
berukuran 30 x 30 cm. Kemudian di tengahnya dibuat lubang
berukuran 5x 5 cm (contoh gambar di lampiran 3)
• Kain penutup meja operasi
• Kain penutup meja instrument
• Pakaian operasi / bedah
• Baju operasi
• Duk lapangan operasi
Perlengkapan anestesi:
• Larutan pembersih : Povidone-iodine 10%
• Pantocain 0.5% tetes mata
• Lidocain 2% vial
• Bupivacain 0.5% vial
• Kain kasa
• Suntikan 5 ml
• Jarum 19 G dan 23 G
• Kapas alcohol
Untuk Donatur dengan jumlah operasi satu tahun melebihi 500 orang,
kerjasama dibuat melalui SPBK Pusat dengan membuat MOU.