Anda di halaman 1dari 6

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kehilangan gigi tetap pasca pencabutan gigi tanpa penggantian gigi yang
hilang dapat mengakibatkan gangguan fungsi pengunyahan, estetik dan fonetik..
Penggantian gigi yang hilang dapat dilakukan dengan aplikasi gigi tiruan baik
sebagian maupun lengkap, gigi tiruan cekat ( crown dan bridge ) dan dental
implant. Seiring dengan kebutuhan dan keinginan penderita serta perkembangan
tehnologi dalam bidang kedokteran gigi, implant gigi merupakan alternatif
terbaik. Prosesus alveolaris sangat menunjang dalam pemasangan dental implant.
Pada keadaan yang normal pasca pencabutan gigi terjadi resorbsi tulang alveolaris
dalam arah horizontal dan vertical sehingga mempersulit pemasangan dental
implant.

Diperlukan metoda untuk menghambat proses resorpsi tulang alveolaris


sehingga dimensi soket gigi dapat dipertahankan sampai pada saat pemasangan
implant, disebut dengan prosedur socket preservation. Prosedur socket
preservation dilakukan dengan menempatkan bahan yang dapat mempercepat
proses penyembuhan soket pasca pencabutan gigi sehingga diharapkan dapat
menghambat proses resorpsi tulang alveolaris.

Saat ini banyak penelitian yang telah dilakukan mengenai preservasi soket
dan penyembuhan luka yang memanfaatkan bahan alam. Diantaranya digunakan
obat tradisional sebagai antiinflamasi. Hal ini dikarenakan kepercayaan
masyarakat terhadap kelebihan dari obat tradisional dibandingkan dengan obat
modern yaitu efek samping obat tradisional relatif kecil jika digunakan secara
tepat (Katno, 2007).
Bahan dari alam yang dapat dimanfaatkan untuk penyembuhan tulang
adalah kulit dari buah manggis (Garcinia mangostana) (Chaovanalikit, 2012). Di
dalam kulit buah manggis mengandung saponin dan tanin yang dapat merangsang
proliferasi fibroblas. Derivat dari senyawa fenol yaitu antosianin, flavonoid dan
tanin memiliki sifat antioksidan dan antimikroba (Sakagami, 2012). Derivat dari
1
xanthone yaitu α-mangostin memiliki aktivitas sebagai antijamur, antioksidan,
antiviral, antibakteri, serta anti inflamasi (Chaverri, 2008).
Proses penyembuhan luka setelah pemberian ekstrak kulit buah
manggis melibatkan banyak faktor, salah satunya adalah peningkatan jumlah
fibroblast dan proses angiogesis. Angiogenesis merupakan pembentukan
pembuluh darah baru yang terjadi secara alami didalam tubuh baik dalam
kondisi sehat maupun patologi. Pada keadaan terjadi kerusakan jaringan
proses angiogenesis berperan dalam mempertahankan kelangsungan fungsi
berbagai jaringan dan organ yang terkena luka. Hal ini terjadi melalui
terbentuknya pembuluh darah baru yang menggantikan pembuluh darah yang
rusak ( Frisca et al. 2009 )
Ada berbagai macam growth factor pada ostegenesis yakni Osx ( Osterix ),
RUNX-2 ( Runt Related Transcription Factor -2 ) dan ALP Alkali Phosphatase)
yang dapat mempengaruhi proses osteogenesis pada proses penyembuhan
tulang. Dengan demikian, penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh
ekstrak kulit buah manggis terhadap ekspresi Osterix, Runx-2 dan ALP ditingkat
DNA dan Protein kultur sel human gingiva fibroblast sebagai strategi potensial
mempercepat penyembuhan tulang. Dari penelitian ini dapat dilanjutkan dengan
membuat gel ekstrak kulit buah manggis yang diaplikasikan kepada soket pasca
pencabutan gigi untuk mempercepat penyembuhan luka dan mengurangi infeksi
Proses penyembuhan luka setelah pemberian ekstrak kulit buah manggis
melibatkan banyak faktor, salah satunya adalah peningkatan jumlah Osteoblast
dan proses Osteogenesis. Osteogenesis merupakan proses perkembangan yang
melibatkan pembentukan fibrocartilago dan aktivitas osteogenik dari sel tulang
utama ( Solomon et al, 2010 ). Proses osteogenesis terdiri dari 5 fase, yaitu fase
hematoma, fase inlamasi dan proliferasi seluler, pembentukan callus,
konsolidasi,remodeling(Shapiro,2008) .
Ada berbagai macam marker osteogenesis yaitu Osterix, ALP, RUNX2,
COL1α, dan BSP yang dapat mempengaruhi proses osteogenesis pada proses
penyembuhan tulang. Dan selain itu ada berbagai macam marker inflamasi yaitu
IL-1, IL-6, IL-10, TNF α, dan CRP yang berperan dalam proses inflamasi.

2
Dengan demikian, penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh
ekstrak kulit buah manggis terhadap ekspresi Osterix, serta marker TNF α pada
media Osteoblastic Cell Line MC3T3-E1 sebagai strategi potensial untuk
menghambat resorpsi tulang pada proses inflamasi post ekstraksi gigi. Dari
penelitian ini dapat dilanjutkan dengan membuat gel ekstrak kulit buah manggis
yang diaplikasikan kepada soket pasca pencabutan gigi untuk mempercepat
penyembuhan luka, dan menghambat proses resorpsi tulang.

1.2 Rumusan Masalah


Apakah aplikasi ekstrak kulit buah manggis dapat meningkatkan ekspresi
Osterix serta menurunkan marker inflamasi TNF α, yang dievaluasi dengan
realtime PCR dengan media Osteoblastic cell line MC3T3-E1?

1.3 Tujuan Penelitian


a. Mengetahui dosis optimal ekstrak kulit buah manggis pada Osteoblastic
cell line MC3T3-E1
b. Membuktikan bahwa ekstrak kulit buah manggis dapat meningkatkan
Ekspresi gen Osterix pada Osteoblastic cell line MC3T3-E1
c. Membuktikan bahwa ekstrak kulit buah manggis dapat menurunkan TNFα
pada Osteoblastic cell line MC3T3-E1

1.4 Manfaat Penelitian


Manfaat dari penelitian ini adalah :
.
1. Sebagai model penyembuhan luka untuk memperbaiki atau
mempercepat proses penyembuhan luka pasca pencabutan gigi melalui
proses jalur pencegahan keradangan dan aktivasi proses osteogenesis.
2. Meningkatkan efektifitas pendayagunaan ekstrak kulit buah manggis
sebagai bio-produk yang baik sebagai bahan alternatif untuk
mempercepat penyembuhan luka dan mengurangi terjadinya resorpsi
tulang alveolar pasca pencabutan gigi.

3
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Tulang adalah suatu jaringan ikat vaskular terdiri atas sel-sel dan zat antar sel yang
mengalami kalsifikasi, seperti tulang padat (tulang kompakta) dan seperti spons (tulang spongiosa).
Tulang juga mempunyai banyak fungsi sebagai penyokong, pelindung, penyimpan mineral pada
ujung-ujung persendian dimana tulang rawan sebagai pelapis yang khusus untuk mempermudah
pergerakan (Gartner dan Hiatt, 2012).

Komponen selular dari tulang terdiri dari osteogenic precursor cell, osteoblas, osteoklas,
osteosit, dan elemen hematopoietik dari sumsum tulang. Osteogenic precursor cell terdapat pada
periosteum dan endosteum. Periosteum merupakan jaringan ikat yang menutupi tulang, kecuali
pada permukaan persendian, yang terdiri atas lapisan luar dan lapisan dalam. Lapisan luar terdiri
dari jaringan ikat padat yang iregular sedangkan lapisan dalam disebut juga osteogenic layer terdiri
dari sel-sel osteogenic. Pada endosteum hanya terdapat selapis sel osteogenic dan tidak
mengandung komponen jaringan ikat (Kalfas, Iain 2001).

Ada dua tipe dasar tulang: lapisan luar tulang korteks yang padat (compact) berfungsi
terutama untuk proteksi, dan lapisan dalam tulang kanselus (trabecular, spons) yang terdiri dari
kompartemen sumsum merah di ujung tulang panjang. Lapisan jaringan ikat padat yang disebut
periosteum mengelilingi permukaan luar dari tulang kortikal dan berisi pembuluh darah yang
memberikan nutrisi untuk tulang, fibroblas, pericytes dan sel-sel progenitor multipoten dengan
kapasitas untuk berdiferensiasi menjadi tulang, tulang rawan, lemak, dan otot (Putri dkk,2013).

Tipe tulang dibagi menjadi tulang imatur dan matur, pada tulang imatur terlihat di masa
janin/embryonic bone, pada penyembuhan patah tulang dan keadaan patologis pada tulang (tumor
atau infeksi dengan tingkat turnover tulang yang tinggi). Tulang matur yaitu tulang kortikal (kompak)
atau tulang kanselus (trabekular, spon). Tulang kortikal membentuk 80% dari keseluruhan tulang dan
ditandai oleh sistem Haversian atau osteons. Dimana fibril kolagen secara paralel membentuk cincin
di sekitar kanal Haversian. Osteosit terperangkap di dalam lakuna yang berkomunikasi satu sama lain
dan kanal Haversian melalui kanalikuli. Di dalam lanal Haversian terdapat anyaman neurovaskular.
Kanal Volkmann berjalan tegak lurus dengan kanal Haversian dan bergabung dengan suplai darah
periosteal menuju sirkulasi pusat (Little et al. 2011).

Protein penanda / marker pada proses inflamasi

Inflamasi atau yang sering dikenal dengan istilah radang merupakan suatu kejadian
normal dari tubuh yang berkaitan dengan sistem kekebalan tubuh. Inflamasi ini terjadi akibat
sistem pertahan yang ada dalam tubuh sudah tidak mampu lagi melawan paparan benda asing
dari tubuh (virus dan bakteri) secara biologis tempat tempat yang mendapatkan serangan dari
luar tersebut akan terjadi inflamasi atau peradangan. Beberapa produk gen pro-inflamasi telah
4
diidentifikasi memiliki peran penting pada penekanan apoptosis, proliferasi, angiogenesis,
invasi, dan metastasis. Di antara produk gen tersebut adalah TNF alfa dan anggota
superfamilinya, IL-1, IL-6, IL-10, TNF α, dan CRP (Paulo V, 2015).

Gambar 1. Jalur signal inflamasi ( Paulo V, 2015).

Tumor necrosis factor- alpha (TNF-α)

Tumor necrosis factor alpha (TNF-alpha) dikenal sebagai sitokin prototipe dari superfamili TNF
dan merupakan molekul multifungsi dalam regulasi proses proliferasi sel, diferensiasi, apoptosis,
metabolisme lipid, dan koagulasi. TNF-alpha diproduksi terutama oleh makrofag, dan sejumlah besar
sitokin ini dilepaskan sebagai respons terhadap lipopolisakarida, produk bakteri lainnya, dan
Interleukin-1 (IL-1). TNF-alpha terlibat dalam memerangi tumorigenesis, dengan demikian, dianggap
sebagai wawasan molekuler dalam pengobatan kanker.

TNF-alpha Merupakan mediator inflamasi yang memiliki autokrin, parakrin, dan akssi
endokrin. Dimana sel adiposite memberikan peranan pentingdalam regulasi akumulasi lemak
tubuh.

2.10 Penanda / marker proses osteogenesis

Metabolisme tulang juga dipengaruhi oleh beberapa protein dan faktor pertumbuhan,
yang dilepaskan dari platelets, makrofag, dan fibroblast. Protein-protein ini membantu tulang
untuk membentuk vaskularisasi baru, menjadi padat, bergabung dan berfungsi secara
mekanis. Protein ini juga menginduksi sel-sel dari mesenkimal seperti monosit dan fibroblast,
untuk bermigrasi, berproliferasi dan berdifferensiasi di dalam tulang. Protein yang
meningkatkan penyembuhan tulang meliputi BMP, insulin-like growth faktor, faktor

5
pertumbuhan transformasi, faktor pertumbuhan yang diturunkan dari platelet dan faktor
pertumbuhan dari fibroblast (Lauing et al. 2013).
Protein yang cukup dikenal adalah BMP, derivat glikoprotein yang berasal dari matriks
tulang. Bone Morphogenesis Proteins (BMP) menginduksi sel-sel mesenkimal untuk
berdiferensiasi menjadi sel-sel tulang. Meskipun biasanya hadir dalam beberapa saat di dalam
tubuh, beberapa BMP telah disintesis menggunakan teknologi DNA rekombinan dan saat ini
sedang menjalani uji klinik untuk menilai potensinya dalam penyembuhan tulang pada
manusia. Protein-protein yang lain mempengaruhi penyembuhan tulang dengan cara yang
berbeda.

Anda mungkin juga menyukai