MODUL 3
RANCANGAN CAMPURAN BETON
Modul 3 – Rancangan Campuran Beton
KATA PENGANTAR
Kurikulum merupakan program pendidikan yang perlu disusun secara sistematis dan
sistemik yang berorientasi pada pembentukan kompetensi peserta didik. Untuk
mendukung keberhasilan program pendidikan tersebut perlu adanya komponen-
komponen lain yang standar seperti widyaiswara, sarana/alat, sumber belajar dan
modul. Modul merupakan salah satu bahan ajar yang harus dikembangkan sesuai
dengan kebutuhan pembentukan kompetensi peserta didik.
Diklat Perkerasan Kaku (Rigid Pavement) merupakan salah satu upaya yang dianggap
strategis dalam peningkatan profesionalisme Aparatur Sipil Negara (ASN) di
Lingkungam Kementerian PUPR. Untuk mengefektifkan Diklat Perkerasan Kaku (Rigid
Pavement) selain ada tatap muka juga ada pembelajaran melalui penggunaan modul
sebagai bahan ajar yang akan membantu pembelajaran peserta didik. Dalam modul ini
diuraikan mengenai teori perencanaan campuran beton, prosedur dan pengujian
campuran beton untuk perkerasan kaku.
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perancangan campuran beton merupakan suatu hal yang kompleks jika dilihat dari
perbedaan sifat dan karakteristik bahan penyusunnya. Karena itu, sifat dan
karakteristik masing-masing bahannya tersebut akan menyebabkan produksi beton
yang dihasilkan cukup bervariasi.
Tujuan perancangan campuran beton adalah untuk menentukan proporsi bahan baku
beton yaitu semen, agregat halus, agregat kasar, dan air yang memenuhi kriteria
workabilitas, kekuatan, durabilitas, dan penyelesaian akhir yang sesuai dengan
spesifikasi. Proporsi yang dihasilkan oleh rancangan pun harus optimal, dalam arti
penggunaan bahan yang minimum dengan tetap mempertimbangkan kriteria teknis.
B. DESKRIPSI SINGKAT
Mata Diklat ini membekali peserta diklat tentang pengetahuan mengenai
perencanaan campuran beton dan prosedur campuran beton yang meliputi metode
perencanan campuran beton, perencanaa campuran beton dan pengujian campuran
beton.
Mata diklat ini disajikan melalui metode ceramah dan diskusi interaktif serta peragaan
(demonstrasi) pengujian campuran beton. Keberhasilan peserta dinilai dari
kemampuannya dalam menerapkan metode perencanaan campuran beton dan
mengevaluasi hasil pengujian campuran beton.
C. TUJUAN PEMBELAJARAN
Tujuan pembelajaran terdiri dari hasil belajar dan indikator hasil belajar sebagai
berikut:
1. HASIL BELAJAR
Setelah mengikuti pembelajaran ini para peserta diharapkan dapat menerapkan
metode perencanaan campuran beton dan mengevaluasi hasil pengujian
campuran beton.
E. ESTIMASI WAKTU
Untuk melaksanakan Diklat Perkerasan Kaku mata diklat ketiga yang harus diikuti
adalah Mata Diklat modul perencanaan campuran beton dan prosedur campuran
beton. Mata Diklat ini akan dilaksanakan selama 8 jam pelatihan, @ 45 menit.
BAB 2
PERENCANAAN CAMPURAN BETON DAN PROSEDUR
CAMPURAN BETON
Indikator keberhasilan
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta diklat diharapkan mampu
Menerapkan metode perencanaan campuran beton dan mengevaluasi
hasil pengujian campuran beton
A. PENDAHULUAN
Tujuan perancangan campuran beton adalah untuk menentukan proporsi bahan baku
beton yaitu semen, agregat halus, agregat kasar, dan air yang memenuhi kriteria
workabilitas, kekuatan, durabilitas, dan penyelesaian akhir yang sesuai dengan
spesifikasi. Proporsi yang dihasilkan oleh rancangan pun harus optimal, dalam arti
penggunaan bahan yang minimum dengan tetap mempertimbangkan kriteria teknis.
Perancangan campuran beton merupakan suatu hal yang kompleks jika dilihat dari
perbedaan sifat dan karakteristik bahan penyusunnya. Karena itu, sifat dan
karakteristik masing-masing bahannya tersebut akan menyebabkan produksi beton
yang dihasilkan cukup bervariasi. Selanjutnya perlu diketahui beberapa faktor lainnya
yang mempengaruhi pekerjaan pembuatan rancangan campuran beton, diantaranya
adalah kondisi dimana pekerjaan dilaksanakan, kekuatan beton yang direncanakan,
kemampuan pelaksana, tingkat pengawasan, peralatan yang digunakan, dan tujuan
peruntukan bangunan.
Untuk mencapai suatu kekuatan beton tertentu, rancangan yang dibuat harus
melahirkan suatu proporsi bahan campuran yang nilainya ditentukan oleh faktor-
faktor berikut :
kekuatan beton.
b. Tipe Semen
Penggunaan tipe semen yang berbeda, yaitu semen Portland tipe I, II, IV dengan
semen Portland yang memilki kekuatan awal yang tinggi (tipe III) akan
memerlukan nilai faktor air-semen yang berbeda.
c. Keawetan (durability)
Pertimbangan keawetan akan memerlukan nilai-nilai kekuatan minimum, faktor
air-semen maksimum, dan kadar semen minimum.
Ketentuan nilai-nilai faktor air-semen maksimum dan kadar semen minimum
dapat dilihat pada tabel 1 berikut.
pengerjaan beton, yang dinyatakan nilai slump. Suatu nilai slump tertentu yang
diharapkan dapat memberi kemudahan pengerjaan sesuai dengan jenis konstruksi
yang dikerjakan, untuk suatu ukuran agregat tertentu akan berpengaruh terhadap
jumlah air yang dibutuhkan. Untuk mencegah penggunaan adukan beton yang
terlalu kental atau terlalu encer, dianjurkan untuk menggunakan nilai-nilai slump
dalam batas-batas sebagai berikut:
Pengujian konsistensi beton harus ditentukan dengan mengukur slump sesuai SNI
1972:2008. Adapun menurut Spesifikasi Umum Binamarga tahun 2010 revisi 3,
rentang nilai slump yang harus dipenuhi adalah :
- Untuk beton yang akan dibentuk dengan acuan berjalan (slipform): 20 - 50 mm
- Untuk beton yang akan dihampar dengan acuan tetap (fixform): 50 - 75 mm
e. Pemilihan Agregat
Ukuran maksimum agregat ditetapkan berdasarkan pertimbangan ketersediaan
material yang ada, biaya, atau jarak tulangan terkecil yang ada. Agregat kasar
harus dipilih sedemikian rupa sehingga ukuran agregat terbesar tidak lebih dari ¾
jarak bersih minimum antara baja tulangan atau antara baja tulangan dengan
acuan, atau celah-celah lainnya dimana beton harus dicor
f. Kadar Semen
Kadar semen yang diperoleh dari hasil perhitungan rancangan, selanjutnya
dibandingkan dengan ketentuan kadar semen minimum berdasarkan
pertimbangan durabilitas, dan dibandingkan juga dengan batas kadar semen
maksimum untuk mencegah terjadinya retak akibat panas hidrasi yang tinggi.
2. VARIABILITAS
Jika terkumpul sejumlah data hasil pengujian kuat tekan beton, maka data tersebut
akan menunjukkan bahwa nilai-nilai yang dihasilkan akan bervariasi berkisar pada
suatu nilai rata-rata dengan suatu nilai simpangan baku/standar deviasi tertentu.
Variabilitas dalam beton akan mempengaruhi nilai kekuatan tekan dalam
perencanaan. Pengertian variabilitas dalam kekuatan beton pada dasarnya tercermin
melalui nilai standar deviasi. Asumsi yang digunakan dalam perencanaan bahwa
kekuatan beton akan terdistribusi normal selama masa pelaksanaan.
Secara umum rumusan mengenai kekuatan tekan dengan mempertimbangkan
variabilitas ditulis sebagai berikut :
f’cr = f’c + k.S
dengan pengertian,
f’cr = kekuatan tekan rencana rata-rata
f’c = kekuatan tekan rencana
S = nilai standar deviasi
k = konstanta yang diturunkan dari distribusi normal
Nilai k biasanya diambil 1,64 untuk bagian yang ditolak/cacat yang diijinkan 5%.
Nilai k.S dinamakan nilai tambah (margin) yang merupakan juga nilai keamanan
dalam perancangan.
Perlu juga dipahami bahwa dalam menentukan nilai standar deviasi harus
diperhatikan ketentuan jumlah benda uji minimum. Jika benda uji yang diperiksa
tidak mencapai jumlah minimum, maka harus diterapkan suatu angka koreksi
terhadap nilai standar deviasi.
Dalam praktek ada beberapa metode rancangan campuran beton yang telah dikenal,
antara lain seperti metode DOE yang dikembangkan oleh Department of Environment
di Inggris dan Metode ACI (American ConcreteInstitute). Metode rancangan campuran
beton dengan cara DOE ini di Indonesia dikenal sebagai standar perencanaan oleh
Departemen Pekerjaan Umum dan dimuat dalam Standar SNI 03-2834-2000, "Tata
cara pembuatan rencana campuran beton normal". Sedangkan SNI 7656:2012, “Tata
cara pemilihan campuran untuk beton normal, beton berat dan beton massa”
mengacu pada ACI. Secara garis besar kedua metode tersebut didasarkan pada
hubungan empiris, bagan, grafik dan tabel, tetapi pada beberapa procedural terdapat
perbedaan.
a. Metode ini tidak membedakan jenis semen hidrolik (berlaku untuk semua jenis
semen hidrolik) dan jenis agregat
b. Konsistensi campuran yang mempengaruhi kemudahan kerja dianggap hanya
tergantung pada kadar air bebas dari proporsi campuran, dinyatakan dalam uji
slump.
c. Rasio optimum dari volume curah agregat kasar per kubik beton tergantung
hanya pada ukuran maksimum nominal dari agregat kasar.
d. Jenis pemadatan berpengaruh pada tinggi slump yang dianjurkan.
e. Estimasi volume bahan campuran beton dapat dilakukan berdasarkan ekivalensi
berat maupun ekivalensi absolut.
f. Metode ini tidak memberikan batasan kadar minimum beton yang dapat
digunakan.
g. Metode ini memberikan pengurangan air sebesar 18 kg/m3 pada campuran beton
yang menggunakan agregat kasar alami/kerikil.
Kedua metode tersebut akan diuraikan pada bab selanjutnya dan dilengkapi dengan
masing-masing contoh kasus.
- Dari titik potong tersebut tarik garis lurus vertikal untuk mendapatkan nilai
fas yang diperlukan.
Faktor Air-Semen
Faktor Air-Semen
Gambar 4 - Hubungan fas dan kekuatan tekan beton untuk benda uji kubus
8) Tetapkan fas maksimum dari Tabel 1. Pilih nilai fas terkecil dari langkah 7) dan
langkah 8).
9) Tentukan nilai slump.
10) Tentukan ukuran butir nominal agregat maksimum.
11) Tentukan nilai kadar air bebas dari Tabel 6 .
Jika agregat halus alami dan agregat kasar batu pecah, kadar air bebas
dihitung sebagai berikut :
Faktor Air-Semen
Faktor Air-Semen
Agregat Halus (%)
Faktor Air-Semen
Faktor Air-Semen
Agregat Halus (%)
Faktor Air-Semen
Faktor Air-Semen
Agregat Halus (%)
Faktor Air-Semen
Setelah rancangan campuran selesai, perlu diingat bahwa proporsi yang didapat
adalah proporsi yang mempunyai basis kondisi agregat tertentu. Metode DOE
memakai basis kondisi agregat SSD(saturated surface dry),
Saat pelaksanaan di lapangan, kondisi agregat yang akan digunakan dalam campuran
beton adalah kondisi apa adanya, sehingga harus ada penyesuaian dengan rancangan
yang sudah dibuat. Untuk melakukan koreksi penyesuaian rancangan campuran
diperlukan data kadar air dan resapan agregat.
Langkah-langkah penyelesaian :
1) fc’ = 25 Mpa, silinder, 28 hari, cacat 5%.
2) Deviasi standar, S = 3,55 Mpa.
3) Margin, M=k.S = 1,64x3,55 = 5,828 Mpa.
4) Kuat tekan rata-rata yang direncanakan , f’cr = f’c + M = 25 + 5,828 = 30,828
Mpa.
5) Semen tipe I.
6) Agregat halus alami, agregat kasar batu pecah.
7) Tentukan faktor air-semen (fas) mengikuti langkah berikut :
Dari Tabel 5, perkiraan nilai kuat tekan beton pada umur 28 hari padafas 0,5 = 37
MPa. Selanjutnya dari Gambar 13 diperoleh fas = 0,58
Kuat Tekan (kg/cm2, MPa)
18) Kadar air bebas, dari Tabel 6 = 2/3.175 + 1/3.205 = 185 liter;
Karena permukaan agregat termasuk kasar, kadar air harus ditambah 10 liter
= 185 + 10 = 195 liter.
19) Jumlah semen = 195 : 0,58 = 336 kg.
20) Kadar semen maksimum dianggap tidak ditetapkan.
21) Kadar semen minimum, dari Tabel 1 = 275 kg 336 kg.
22) Tidak perlu penyesuaianfas.
23) Tipe gradasi agregat halus menurut Gambar 12 adalah Tipe 1.
Faktor Air-Semen
40
Penambahan volume (%)
Pasir Halus
30
Pasir Sedang
20
Pasir Kasar
10
0
0 5 10 15 20
Persentase air dalam ukuran berat (%)
Koreksi :
Air = 29 – (0,06 – 0,0315)146 – (0,015 - 0,02)129,5 = 25,49 kg
Agregat halus = 146 + (0,06 – 0,0315)146 = 150,16 kg
Agregat kasar = 129,5 + (0,015 – 0,02)129,5 = 128,85 kg
Konversi ke takaran volume :
Volume semen = 50/1,25 = 40 dm3
Volume kering agregat halus = {150,16/(1+0,06)}/1,30 = 108,90 dm3
Takaran volume agregat halus kondisi lapangan = 1,17x108,90 = 127,41 dm3
Volume kering agregat kasar = {128,85/(1+0,015)}/1,37 = 92,66 dm3
Takaran volume agregat kasar kondisi lapangan = 92,66 dm3
Air = 25,49 lt
Tabel 7 - Perkiraan air campuran dan persyaratan kandungan udara dalam beton
Kebutuhan air (lt/m3)
Slump (mm) Ukuran maksimum butir agregat (mm)
9,5 12,5 19 25 37,5 50 75 150
Catatan: Untuk nilai kuat tekan di antara nilai-nilai yang diberikan, nilai fas bisa
diinterpolasi.
fas yang diperoleh dari tabel di atas kemudian dibandingkan dengan fas
maksimum untuk kebutuhan durabilitas, selanjutnya ambil nilai terkecil.
5) Hitung jumlah semen yang diperlukan = jumlah air : fas
6) Tentukan volume agregat kasar berdasarkan ukuran butir maksimum agregat dan
modulus kehalusan agregat, menurut Tabel 9
8) Hitung berat agregat halus = berat beton basah – berat (air + semen +kasar).
Catatan : Untuk hasil yang lebih teliti dapat dilakukan perhitungan volume absolut.
Volume absolut adalah berat bahan dibagi dengan kepadatan absolut.
Kepadatan absolut = berat jenis x kepadatan air.
3) Jumlah air yang dibutuhkan berdasarkan nilai slump dan ukuran butir
maksimum agregat, menurut Tabel 7= 181 lt/m3.
4) Dengan f’cr = 34,84 MPa, faktor air-semen (fas) menurut Tabel 8 = 0,47
5) Jumlah semen yang diperlukan = 181 : 0,47 = 385 kg.
6) Modulus kehalusan agregat = 279,2/100 = 2,792. Volume agregat kasar
berdasarkan ukuran butir maksimum agregat dan modulus kehalusan agregat,
menurut Tabel 9 = 0,71. Berat agregat kasar = 0,71 x 1600 = 1137,42 Kg/m3.
7) Perkiraan berat beton segar menurut Tabel 10 = 2410 kg/m3.
8) Berat agregat halus = 2410 – (181+ 385 + 1137,42) = 706,6 kg/m3;
Dengan perhitungan volume absolute :
Volume air = 181/1000 = 0,181 m3
Volume semen = 385/(3,15x1000) = 0,122 m3
Volume agregat kasar = 1137,42/(2,64x1000) = 0,431 m3
Volume udara (1%) = 0,010 m3
Jumlah = 0,744 m3
Volume agregat halus = 1,00 – 0,744 = 0,256 m3
Jadi berat agregat halus = 0,256 x 2,58 x 1000 = 660,48 kg/m3
D. PENGUJIAN BETON
Setelah beton mengeras atau berhentinya proses hidrasi, maka terbentuklah suatu
benda padat dan keras dengan sifat-sifat tertentu. Sifat-sifat tersebut perlu diketahui
untuk dapat digunakan dalam perencanaan, atau untuk mengevaluasi kekuatan yang
ditargetkan. Kekuatan beton keras untuk perkerasan kaku yang disyaratkan yaitu
kekuatan tekan (compressive strength) dan kekuatan tarik lentur (flexural strength)
Campuran beton segar dapat dikatakan mempunyai sifat yang baik bila memenuhi
persyaratan utama campuran yaitu mampu memberikan kemudahan pengerjaan
(Workability), yaitu bila campuran tersebut tetap bertahan seragam ketika
Kemudahan pengerjaan dapat dilihat dari konsistensi adukan beton yang identik
dengan tingkat keplastisan adukan beton. Semakin plastis beton, semakin mudah
pengerjaannya. Adapun konsistensi adukan beton dipengaruhi oleh beberapa faktor
berikut.
a. Jumlah air pencampur
Semakin banyak air, adukan beton akan lebih mudah untuk dikerjakan.
b. Kandungan semen
Jika perbandingan air-semen tetap, semakin banyak semen berarti semakin
banyak kebutuhan air sehingga keplastisannya juga akan lebih tinggi.
c. Gradasi agregat
Agregat yang memenuhi syarat gradasi akan memberi kemudahan pengerjaan
beton.
d. Bentuk butiran agregat
Beton yang menggunakan agregat bentuk bulat akan lebih mudah dikerjakan.
e. Butiran maksimum agregat
Pada penggunaan jumlah air yang sama, butiran maksimum agregat yang lebih
besar akan menghasilkan kemudahan yang lebih tinggi.
f. Cara pemadatan dan alat pemadat
Cara menggunakan alat pemadat dengan benar akan berpengaruh terhadap
Metode pengujian yang dapat dilakukan untuk mengukur sifat kemudahan pengerjaan
beton adalah metoda slump ( SNI 1972:2008, “Metode pengujian slump beton”)
Nilai slump = tinggi alat slump – tinggi beton setelah terjadi penurunan
Bentuk slump seperti ini diperoleh dari adukan beton yang homogen dan kohesif,
sehingga nilai slump yang diukur adalah nilai slump yang sebenarnya.
Bila terjadi keruntuhan geser beton pada satu sisi atau sebagian massa beton,
pengujian harus diulangi dengan mengambil porsi lain dari adukan yang sama.
Kemudian bila dua pengujian berturutan pada satu contoh beton menunjukkan
keruntuhan geser, kemungkinan adukan beton kurang plastis atau kurang kohesif
sehingga harus dinyatakan sebagai adukan yang tidak memenuhi syarat
workabilitas.
No. Pengujian :
Jenis Contoh :
Jumlah Contoh :
Terima tanggal :
Diuji Tanggal :
Diuji oleh :
Diperiksa oleh :
CATATAN LAIN :
Kekuatan beton merupakan sifat beton keras yang paling penting. Kekuatan beton
ditentukan dengan cara menghitung berapa beban maksimum yang dapat dipikul oleh
suatu penampang beton melalui pengujian benda uji yang mempunyai bentuk
tertentu. Kekuatan beton keras untuk perkerasan kaku meliputi kekuatan tekan
(compressive strength), dan kekuatan tarik lentur (flexural strength).
Suatu kekuatan beton dipengaruhi oleh empat bagian utama, yaitu :
a. Proporsi bahan-bahan penyusun beton dengan mutu bahan tertentu
b. Metode perancangan dan pencampuran
c. Kondisi pada saat pengecoran dilaksanakan
d. Perawatan
Secara umum diketahui bahwa semakin tinggi nilai fas semakin rendah mutu kekuatan
beton. Namun demikian, nilai fas yang semakin rendah tidak selalu berarti bahwa
kekuatan beton semakin tinggi. Nilai fas yang terlalu rendah akan membuat adukan
beton sulit dipadatkan yang pada akhirnya akan menghasilkan beton yang
kekuatannya kurang, karena kepadatannya tidak maksimal. Umumnya nilai fas yang
digunakan untuk beton adalah 0,40 - 0,65. Tetapi untuk beton mutu tinggi dapat
digunakan nilai fas yang lebih kecil dengan bantuan bahan tambah yang berfungsi
untuk mencapai kemudahan pengerjaan.
Pada saat adukan beton dibuat, dalam kondisi plastis beton sama sekali tidak
mempunyai kekuatan. Kekuatan beton mulai terjadi setelah hidrasi dan selanjutnya
kekuatan beton akan bertambah dengan naiknya umur beton. Perubahan kenaikan
kekuatan beton yang cukup berarti/signifikan terjadi sampai umur beton 28 hari, dan
setelah itu kenaikannya kecil sehingga kekuatan beton dianggap sudah mencapai nilai
maksimum pada 28 hari. Jika pada umur 28 hari kekuatan beton dianggap sudah
mencapai 100%, kekuatan beton selain pada umur 28 hari umumnya dikonversikan
sebagai berikut :
Kuat tekan dilakukan terhadap benda uji berbentuk kubus berukuran 150 mm x 150
mm x 150 mm, atau dengan benda uji bentuk silinder berdiameter 150 mm dan tinggi
300 mm. Kekuatan tekan beton dapat diketahui dari nilai tegangan maksimum pada
saat benda uji mampu memikul beban tekan maksimum .
fc = P/A
dengan pengertian,
Model keruntuhan akibat beban aksial pada benda uji seperti pada gambar 19 dan 20
bagian b, menunjukkan mutu keseragaman campuran yang baik
Kekuatan tekan karakteristik dinyatakan sesuai dengan bentuk benda ujinya. Karena
adanya bentuk benda uji yang berbeda, maka dalam praktek biasa digunakan nilai-
nilai perbandingan kekuatan tekan benda uji sebagai berikut :
Tabel 13 - Perbandingan kekuatan tekan beton pada berbagai bentuk benda uji
Benda uji Perbandingan kekuatan tekan
Kubus 150 x 150 x 150 mm 1,00
Kubus 200 x 200 x 200 mm 0,95
Kubus 100 x 100 x 100 mm 1,07
Silinder 150 mm tinggi 300 mm 0,83
Tata cara pembuatan dan perawatan benda uji beton di laboratorium merupakan
1 Acuan SNI 2493:2011, Tata cara pembuatan dan perawatan benda uji
beton di laboratorium merupakan
2 Maksud untuk pembuatan dan perawatan benda uji beton di laboratorium
sampai saat pengujian dilakukan dengan ketelitian dalam
pengawasan bahan dan kondisi pengujian, menggunakan beton
yang dipadatkan dengan cara ditusuk atau digetarkan
3 Ruang lingkup Mencakup cara persiapan benda uji, peralatan, dan cara kerjanya
4 Peralatan
a. Cetakan
b. Batang penusuk/Penggetar internal/Penggetar Eksternal,
5 Prosedur
1. Siapkan cetakan yang akan digunakan
2. Timbanglah masing-masing bahan sesuai dengan jumlah bahan yang ditetapkan dari
hasil rancangan campuran beton
3. Campurlah semua bahan yang telah ditimbang dengan menggunakan tangan atau
mesin pengaduk (mixer)
Tambahkan bahan agregat halus, semen, dan seluruh sisa air adukan
Apabila penambahan bahan tersebut tidak dapat dilakukan pada saat mesin
aduk berjalan, maka mesin aduk dapat dihentikan terlebih dahulu
Beton diaduk kembali setelah seluruh bahan masuk kedalam tempat pengaduk
(mixer) selama 3 menit
Hentikan mesin selama 3 menit dan selama berhenti dalam pengadukan,
tempat adukan (mixer) harus ditutup rapat
lanjutkan pengadukan kembali sampai rata betul selama 2 menit.
Lalu keluarkan campuran beton dari mesin pengaduk.
Setelah semua campuran beton dikeluarkan, bersihkan sisa-sisa adukan yang
masih menempel pada mesin pengaduk (mixer);
Aduk kembali campuran beton dengan menggunakan sendok aduk atau sekop
sampai didapatkan adukan yang rata;
4. Setelah adukan rata dan homogen, lakukan pengujian slump, bobot isi dan kadar
udara (pelaksanaan masing-masing pengujian, akan dibahas pada pembahasan
tersendiri)
5. Setelah selesai pengujian slump, bobot isi dan kadar udara, masukkan kembali
campuran beton kedalam wadah adukan. Aduk kembali dengan sendok aduk atau
sekop sampai adukan rata dan homogen
Padatkan beton dengan pemilihan metoda yang akan digunakan berdasarkan nilai
slump, jika :
• Nilai slump > 75 mm, pemadatan dilakukan dengan cara penusukan.
• Nilai slump antara 25 mm dan 75 mm, pemadatan dilakukan dengan cara
penusukan atau penggetaran internal.
• Nilai slump < 25 mm, maka pemadatan dilakukan dengan cara penggetaran.
Selanjutnya beton diratakan dengan menggunakan alat penusuk terlebih dahulu
untuk pemadatan awal. Pada lapisan akhir, ditambahkan adukan beton sampai
melebihi permukaan cetakan agar tidak perlu penambahan kembali setelah beton
dipadatkan.
Khusus untuk pencetakkan benda uji berbentuk silinder, gunakan tiga sisipan
penggetar pada titik yang berbeda untuk setiap lapisan.
Biarkan penggetar menembus melalui lapisan yang sedang digetar, dan
kedalam lapisan dibawahnya.
Setelah masing-masing lapisan digetar, pukul bagian luar cetakan sebanyak 10
sampai 15 kali dengan palu/pemukul.
Permukaan dilicinkan selama penggetaran, jika digunakan alat getar eksternal
(meja getar) atau sesudah penggetaran jika digunakan alat penggetar internal.
7. Setelah selesai pencetakan, tutuplah benda uji dengan bahan yang tidak mudah
menyerap air, tidak reaktif dan mudah digunakan tetapi juga harus dapat menjaga
kelembaban sampai saat contoh uji dilepas dari cetakan
8. Lepaslah benda uji dari cetakan setelah 20 jam dan jangan lebih dari 48 jam setelah
pencetakan
9. Lakukan perawatan benda uji sampai saat dilakukan pengujian
No. ……………. :
Jenis Contoh :
Jumlah Contoh :
Terima tanggal :
Diuji Tanggal :
Diuji oleh :
Diperiksa oleh :
Tanggal
Kode Jenis Benda Jumlah Benda Jenis Jenis Pembukaan
No. KET
Campuran Uji Uji Perawatan Pemadatan Cetakan
CATATAN LAIN :
4 Peralatan
a. Timbangan
b. Mesin tekan
c. Satu set alat pelapis
5 Prosedur
1. Letakkan benda uji pada mesin tekan secara sentris
2. Jalankan mesin tekan dengan penambahan beban yang konstan berkisar antara 2
sampai 4 kg/cm2 perdetik
3. Lakukan pembebanan sampai benda uji menjadi hancur dan catatlah beban
maksimum yang terjadi selama pemeriksaan benda uji.
1 2 3 4 5
Cone / Kerucut Kerucut dan kolumnar Kerucut dan geser Geser Kolumnar
5. Perhitungan
KTB = P/A
Keterangan :
KTB = Kuat tekan beton (kg/cm2) ;
P = Beban maksimum (kg) ;
A = Luas penampang benda uji (cm2
Kuat tarik lentur disebut juga kuat tarik tidak langsung sebagai alternatif karena
sulitnya melakukan uji kuat tarik dengan gaya aksial secara langsung, dan biasanya
digunakan dalam perencanaan tebal perkerasan beton semen (rigid pavement).
Pengujian kuat tarik lentur dilakukan seperti ditunjukkan Gambar 21 di bawah ini.
British Standard menetapkan ukuran benda uji 150 mm x 150 mm x 750 mm (6 x 6 x
30 in). Tetapi jika ukuran maksimum agregat < 25 mm, ukuran benda uji adalah 100
mm x 100 mm x 500 mm (4 x 4 x 20 in). Sedangkan ASTM, menetapkan ukuran 152
mm x 152 mm x 508 mm (6 x 6 x 20 in).
Rol pembebanan
Rol
penahan
Rol
penahan
L = 4d – 5d
Nilai kuat tarik lentur dari suatu pengujian dihitung sebagai berikut :
fs = P.l/b.d2
dengan pengertian,
Cara uji kuat lentur beton normal dengan dua titik pembebanan
1 Acuan SNI 4431:2011, Cara uji kuat lentur beton normal dengan dua titik
pembebanan
a. Mesin uji tekan yang dilengkapi dengan dua buah blok tumpuan dan satu buah
blok beban ;
b. Timbangan ;
c. Jangka sorong.
5 Prosedur
1. Contoh uji: balok uji lentur dengan panjang balok empat kali lebar balok. Jumlah
benda uji dengan campuran yang sama untuk satu kali pengujian minimum sebanyak
tiga buah
2. Ukur dan catat dimensi penampang benda uji lentur beton dengan jangka sorong,
ukur dan catat panjang benda uji pada keempat rusuknya kemudian timbang dan
catat berat benda uji
3. Lakukan langkah seperti pada bagan alir pengujian dibawah ini:
P.L
l
b.h 2
b. Untuk pengujian dimana bidang patahnya benda uji ada diluar pusat (daerah 1/3
jarak titik perletakan bagian tengah), dan jarak antara titik pusat dan titik patah
kurang dari 5% dari jarak antara titik perletakan maka kuat lentur beton dihitung
menggunakan rumus 2:
3.P.a
l
b.h 2
Keterangan:
l = kuat lentur benda uji (MPa) ;
P = beban tertinggi (ton) ;
L = jarak antara dua garis perletakan (mm) ;
B = lebar tampang lintang patah arah horisontal (mm) ;
H = lebar tampang lintang patah arah vertikal (mm) ;
a = jarak rata-rata antara tampang lintang patah dan tumpuan luar yang
terdekat, diukur pada 4 tempat pada sisi tarik dari bentang (mm).
c. Untuk benda uji yang patahnya di luar pusat (daerah 1/3 jarak titik perletakan
bagian tengah) dan jarak antara titik pembebanan dan titik patah lebih dari 5%
bentang, hasil pengujian tidak digunakan.
E. LATIHAN
38 100 100
19 100 57
9.6 100 35
4.8 98 5
2.4 90 0
1.2 79
0.6 52
0.3 18
0.15 5
Gradasi 2 Maks. 40 mm
F. RANGKUMAN
Tujuan perancangan campuran beton adalah untuk menentukan proporsi bahan baku
beton yaitu semen, agregat halus, agregat kasar, dan air yang memenuhi kriteria
workabilitas, kekuatan, durabilitas, dan penyelesaian akhir yang sesuai dengan
spesifikasi.
Dalam praktek ada beberapa metode rancangan campuran beton yang telah dikenal,
antara lain metode rancangan campuran beton dengan cara DOE ini di Indonesia
dikenal sebagai standar perencanaan oleh Departemen Pekerjaan Umum dan dimuat
dalam Standar SNI 03-2834-2000, "Tata cara pembuatan rencana campuran beton
normal". Sedangkan SNI 7656:2012, “Tata cara pemilihan campuran untuk beton
normal, beton berat dan beton massa” mengacu pada ACI
BAB 3
PENUTUP
SIMPULAN
Dalam evaluasi kegiatan belajar, perlu dilakukan evaluasi kegiatan kediklatan, yaitu
evaluasi hasil pembelajaran modul ini dan isi materi pokok tersebut kepada para
peserta, pengajar maupun pengamat materi atau Narasumber, berupa soal/kuisioner
tertulis :
1. Untuk evaluasi bagi peserta, maka pengajar/widyaiswara melakukan evaluasi
berupa orientasi proses belajar dan tanya jawab maupun diskusi
perorangan/kelompok dan/atau membuat pertanyaan ujian yang terkait dengan
isi dari materi modul tersebut.
2. Untuk evaluasi untuk pengajar/widyaiswara diakukan oleh para peserta dengan
melakukan penilaian yang terkait penyajian, penyampaian materi, kerapihan
pakaian, kedisiplinan, penguasaan materi, metoda pengajaran, ketepatan waktu
dan penjelasan dalam menjawab pertanyaan, dan lain-lain.
3. Demikian juga untuk evaluasi penyelenggaraan Diklat, yaitu peserta dan
pengajar/widyaiswara akan mengevaluasi Panitia/Penyelenggara Diklat terkait
dengan penyiapan perlengkapan diklat, sarana dan prasarana untuk belajar,
fasilitas penginapan, makanan dll.
4. Evaluasi materi dan bahan tayang yang disampaikan pengajar kepada peserta,
dilakukan oleh peserta, pengajar/widyaiswara maupun pengamat
materi/Narasumber untuk pengkayaan materi.
Untuk mencapai suatu kekuatan beton tertentu, rancangan yang dibuat harus
melahirkan suatu proporsi bahan campuran yang nilainya ditentukan oleh faktor air-
semen (fas), tipe semen, pemilihan agregat dan kadar semen.
Proporsi yang dihasilkan oleh rancangan harus optimal, dalam arti penggunaan bahan
yang minimum dengan tetap mempertimbangkan kriteria teknis. Selanjutnya dari
hasil perancangan ini proporsi dari setiap material akan ditentukan sebagai acuan
dalam meproduksi campuran beton di batching plant.
KUNCI JAWABAN
38 100 100
19 100 57
9.6 100 35
4.8 98 5
2.4 90 0
1.2 79
0.6 52
0.3 18
0.15 5
Gradasi 2 Maks. 40 mm
Jawaban:
FORMULIR ISIAN RANCANGAN CAMPURAN BETON
No Uraian Tabel / Grafik / Nilai
Perhitungan
1 Kuat Tekan yang disyaratkan Ditetapkan 22,5 Mpa pada 28 hari, bagian
(Benda uji Kubus / Silinder) cacat 5 persen, k = 1,64
2 Deviasi Standar Butir 4.3.2.1.1.(2) 4 Mpa atau tanpa data
tabel 1 …………Mpa
3 Nilai Tambah (margin) Butir 4.2.3.1.2 1,64 x 4 Mpa = 6,5 Mpa
4 kekuatan rata-rata yang ditargetkan Butir 4.2.3.1.3 22,5 +6,5 = 29 Mpa
5 Jenis semen Ditetapkan Portland tipe 1
6 Jenis Agregat : Kasar batu pecah
Halus alami (batu tak dipecah)
7 Faktor Air-Semen bebas Tabel 2 Ambil nilai terendah
Grafik 1 atau 2 0,6
8 Faktor Air-Semen maksimum Butir 4.2.3.2.2 -
9 Slump Ditetapkan
Butir 4.2.3.3 30 - 60 mm
10 Ukuran Agregat maksimum Ditetapkan
Butir 4.2.3.4 40 mm
11 Kadar Air bebas Tabel 3
Butir 4.2.3.5 170 Kg/m3
12 Jumlah Semen 11 : 8 atau 7 283 Kg/m3
13 Jumlah Semen Maksimum Ditetapkan - Kg/m3
14 Jumlah Semen Minimum Ditetapkan 275 Kg/m3
Butir 4.2.3.2 (pakai bila lebih besar dari 12, lalu
Tabel 4,5,6 hitung 15 )
15 Faktor Air-Semen yang disesuaikan -
16 Susunan besar butir agregat halus grafik 3 s/d 6 daerah gradasi susunan butir no.2
17 Susunan agregat kasar atau Grafik 7,8,9 atau tabel 7
gabungan grafik 10, 11, 12 -
18 Persen agregat halus Grafik 13 s/d 15 atau
perhitungan 32,80%
19 Berat jenis relatif agregat gabungan diketahui / dianggap 2,61
20 Berat isi beton Grafik 16 2,380 Kg/m3
21 Kadar agregat gabungan 20 - (12 + 11) 2380 - 170 - 283 = 1927 Kg/m3
22 Kadar agregat halus 18 x 21 32,8 % x 1927 = 632,1 Kg/m3
23 Kadar agregat kasar 21- 22 1927 - 632,1 = 1295 Kg/m3
24 Proporsi campuran : ( / m3 )
- Semen 283 kg
- Air 170 kg
- Agregat halus 632,1 kg
- Agregat kasar 1295 kg
12. kadar semen : cukup jelas yaitu : 170 : 0,60 = 283 kg/m3
13. kadar semen maks : tidak ditetapkan jadi dapat diabaikan
14. kadar semen minimum : diitetapkan 275 kg/m3, seandainya kadar semen yang
didapat dari perhitungan 12 belum mencapai syarat minimum yang ditetapkan,
maka gunakan kadar semen minimum yang ditetapkan dan FAS harus
disesuaikan.
15. FAS yang disesuaikan dalam hal ini diabaikan karena syarat minimum semen
sudah terpenuhi.
16. Susunan besar butir agregat halus dari tabel 1 diperoleh termasuk dalam daerah
susunan butir no 2 Cukup jelas
17. Persen bahan yang lebih halus dari 4,8 mm:
Ini dicari dari grafik 15, untuk kelompok ukuran butiran maks. 40 mm dengan
susunan butir no 2, maka persen agregat halus diiperoleh antara 30 – 37,5 %. Nilai
yang dipakai dapat diambil dari kedua nilai ini (biasanya nilai rata-rata sebesar 35
%), atau dengan cara perhitungan sebagai berikut :
19 100 100 50 – 75
9.6 100 45 – 75 36 – 60
4.8 30 – 75 30 – 48 24 – 47 *
2.4 20 – 60 23 – 42 18 – 38
1.2 16 – 46 16 – 34 12 – 30
0.6 12 – 34 9 – 27 7 – 23
0.3 4 – 20 2 – 12 3 – 15
38 100 100
19 100 57
9.6 100 35
4.8 98 5
2.4 90 0
1.2 79
0.6 52
0.3 18
0.15 5
Gradasi 2 Maks. 40 mm
19. Berat jenis relatif agregat : ini merupakan merupakan berat jenis gabungan antara
ag. Halus dengan ag. Kasar, dari perhitungan 18 kita sudah mendapatkan
persentasi ag. Halus dan ag. Kasar, maka Bj relatif agregat adalah :
( 0,328 x 2,50) + (0,672 x 2,66) = 2,61
20. Berat isi beton : diperoleh dari grafik 16 dengan jalan membuat grafiik baru yang
sesuai dengan nilai berat jenis agregat relatif yaitu 2,61. Titik potong grafik baru
tadi dengan tegak yang menunjukkan kadar air bebas (dalam hal ini 170 kg/m3),
menunjukkan nilai berat isi beton yang direncanakan. Dalam hal ini didapatkan
angka sekitar 2,380 kg/m3
21. Kadar agregat gabungan = berat isi beton dikurangi jumlah kadar semen dan kadar
air bebas ;
2380 – 283 – 170 = 1927 kg/m3
22. Kadar agregat halus : cukup jelas
23. Kadar agregat kasar : cukup jelas
24. Proporsi campuran
Dari langkah no.1 sampai no. 23 kita dapatkan susunan campuran beton teoritis
untuk tiap m3 sebagai berikut :
semen portland = 283 kg
kadar air bebas = 170 kg
agregat halus = 32,8 % x 1927 = 632,1 kg
agregat kasar = 1927 – 632,1 = 1295 kg
25. Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa kadar air ag. Halus lebih besar dari
penyerapannya, sehingga dalam agregat halus terdapat kelebihan air sebesar :
( 6,50 – 3,10 ) x ( 632,1/ 100) = 21,50 kg
sedangkan agregat kasar kadar airnya lebih kecil dari penyerapan, sehingga
terdapat kekurangan air sebesar :
(1,63 – 1,08) x ( 1295/100) = 7,12 kg
dengan menambahkan atau mengurangkan hasil-hasil perhitungan tadi, maka
akan kita dapatkan susunan proporsi campuran yang seharusnya kita timbang (
dengan ketelitian 5 kg) yaitu :
- semen portland = 283 kg
- air : 170 – 21,50 + 7,12 = 155,62 kg
- ag. Halus : 632,1 + 21,50 = 653,6 kg
- ag. Kasar : 1295 – 7,12 = 1288 kg
Total = 2380,22 kg
Catatan : Silahkan membuat jawaban atau kata kunci dari jawaban setiap butir
pertanyaan yang terdapat pada modul
DAFTAR PUSTAKA
SNI 03-2834-2000, "Tata cara pembuatan rencana campuran beton normal", Badan
Standar Nasional, 2000
SNI 7656:2012, “Tata cara pemilihan campuran untuk beton normal, beton berat dan
beton massa”, Badan Standar Nasional, 2012
SNI 1972:2008, “Metode pengujian slump beton”, Badan Standar Nasional 2008
SNI 2493:2011, “Tata cara pembuatan dan perawatan benda uji beton di
laboratorium”, Badan Standar Nasional, 2011
SNI 1974:2011, “Cara uji kuat tekan beton dengan benda uji silinder”, Badan Standar
Nasional, 2011
SNI 4431:2011, “Cara uji kuat lentur beton normal dengan dua titik pembebanan”,
Badan Standar Nasional, 2011
GLOSARIUM
agregat halus
pasir alam sebagai hasil desintegrasi secara alami dari batu atau pasir yang
dihasilkan oleh industri pemecah batu dan mempunyai ukuran butir terbesar 5,0 mm
agregat kasar
kerikil sebagai hasil desintegrasi alami dari batu atau berupa batu pecah yang
diperoleh dari industri pemecah batu dan mempunyai ukuran butir antara 5 mm –
40 mm
beton
campuran antara semen Portland atau semen hidraulik yang lain, agregat halus,
agregat kasar dan air dengan atau tampa bahan tambah membentuk massa padat;
beton normal
beton yang mempunyai berat isi (2200 – 2500) kg/m3 menggunakan agregat alam
yang dipecah;
bahan tambah
bahan yang ditambahkan pada campuran bahan pembuatan beton untuk tujuan
tertentu.
berat jenis
perbandingan antara berat dari satuan volume dari suatu material terhadap berat air
dengan volume yang sama pada temperatur yang ditentukan. Nilai-nilainya adalah
tanpa dimensi
temperatur tertentu berat jenis semu (apparent) perbandingan antara berat dari
satuan volume suatu bagian agregat yang impermiabel pada suatu temperatur
tertentu terhadap berat di udara dari air suling bebas gelembung dalam volume yang
sama pada suatu temperatur tertentu
slump
salah satu ukuran kekentalan adukan beton dinyatakan dalam mm ditentukan
dengan alat kerucut abram (SNI 03-1972-1990 tentang Metode Pengujian Slump
Beton Semen Portland);
pozolan
bahan yang mengandung silica amorf, apabila dicampur dengan kapur dan air akan
membentuk benda padat yang keras dan bahan yang tergolongkan pozolan adalah
tras, semen merah, abu terbang, dan bubukan terak tanur tinggi
semen Portland-pozolan
campuran semen Porland dengan pozolan antara 15%-40% berat total camnpuran
dan kandungan SiO2 + Al2O3+Fe2O3 dalam pozolan minimum 70%;