Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH DASAR DASAR RUMAH SAKIT

“REKONSILASI OBAT DAN PELAYANAN INFORMASI OBAT”

Disusun Oleh :

Ayu Fitrianis (18010108)


Candra Nugraha (18010109)
Dina Meilline R (18010115)
Dwi Irma Sari (18010116)
Gina Amrina R (18010119)
Hesti Laelatul (18010120)
Mutiara Lukita (18010127)
Nida Azizah (18010129)
Oktafia Defiyanti (18010131)
Risna Meidawati (18010136)
Siti Diba Mayasari (18010138)
Tri Ardi Yanti (18010141)
Yola Yolanti (18010143)

Dosen Pengampu :
Apt. Andi Ahriansyah, M.Farm,

PROGRAM S1 FARMASI
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI DAN FARMASI
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan kesempatan
pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah
penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “REKONSILASI OBAT DAN
PELAYANAN INFORMASI OBAT” tepat waktu.
Makalah “REKONSILASI OBAT DAN PELAYANAN INFORMASI OBAT”
disusun guna memenuhi tugas Pak Apt. Andi Ahriansyah, M.Farm, pada Mata kuliah
Dasar-dasar rumah sakit di Sekolah Tinggi Teknologi Industri Farmasi. Selain itu,
penulis juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang
Instalasi Farmasi Rumah Sakit.
Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada
Bapak Apt.Andi Ahriansyah, M.Farm, selaku Dosen mata kuliah Dasar-dasar rumah
sakit. Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait
bidang yang ditekuni penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak
yang telah membantu proses penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.

Bogor, Januari 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Tujuan .......................................................................................................... 3
C. Manfaat ........................................................................................................ 3
D. Perumusan Masalah ..................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Rumah Sakit ............................................................................... 4
B. Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit ....................................................... 5
C. Rekonsiliasi Obat ......................................................................................... 6
D. Ruang Lingkup Rekonsiliasi Obat ............................................................... 6
E. Tujuan Rekonsiliasi Obat .............................................................................. 8
F. Tahap Proses Rekonsiliasi Obat.................................................................... 9
G. Alur Rekonsiliasi Obat ................................................................................. 10
H. Pelayanan Informasi Obat (PIO) .................................................................. 12
I. Ruang Lingkup Pelayanan Informasi Obat .................................................. 14
J. Tujuan Pelayanan Informasi Obat (PIO) ..................................................... 15
K. Kegiatan Pelayanan Informasi Obat (PIO) .................................................. 15
L. Teknis Pelayanan Informasi Obat (PIO) ...................................................... 16
BAB III PENUTUP
1. Kesimpulan .................................................................................................. 19
2. Saran ............................................................................................................ 19
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 20

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Rekonsiliasi Obat Belum diisi.............................................................. 7


Gambar 1.2 Rekonsiliasi Obat Sudah diisi ............................................................. 8
Gambar 2.2 Kertas Pelayanan Informasi Obat (PIO) Sudah diisi ........................... 13
Gambar 2.1 Kertas Pelayanan Informasi Obat (PIO) Belum diisi .......................... 14

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pelayanan kesehatan di rumah sakit yang dilakukan oleh tenaga kesehatan kepada
pasien dapat menimbulkan kesalahan dalam pengobatan (medication error).
Medication error dapat terjadi di berbagai tahap pelayanan kesehatan, salah satunya
ketika pasien baru masuk rumah sakit, perpindahan kamar atau rujukan dari rumah
sakit lain. Hal tersebut dapat terjadi karena kesalahan dalam komunikasi atau tidak
adanya informasi penting terkait obat atau hal lainnya tentang pasien. Salah satu upaya
untuk meminimalkan medication error tersebut yaitu dengan dilakukannya rekonsiliasi
obat oleh tenaga kesehatan yang ada di rumah sakit. (http://hisfarsidiy.org/rekonsiliasi-
obat-di-rumah-sakit/)

Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan


pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat
inap, rawat jalan dan gawat darurat (Depkes RI,2009b). Sebagaimana tercantum pada
pasal 7 Permenkes No. 58 tahun 2014 bahwa setiap tenaga kefarmasian rumah sakit
yang menyelenggarakan pelayanan kefarmasian wajib mengikuti standar pelayanan
kefarmasian. Standar pelayanan kefarmasian di rumah sakit didefinisikan sebagai
pedoman pelayanan kefarmasian di rumah sakit dan tolok ukur penyelenggaraan
pelayanan kefarmasian di rumah sakit (Kemenkes RI, 2014). Pada pasal 3 Permenkes
No. 58 tahun 2014, standar pelayanan kefarmasian di rumah sakit meliputi standar
pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, bahan medis habis pakai, dan pelayanan
farmasi klinik. Pelayanan farmasi klinik yang dimaksud meliputi: pengkajian dan
pelayanan resep, penelusuran riwayat penggunaan obat, rekonsiliasi obat, Pelayanan
Informasi Obat (PIO), konseling, visite, Pemantauan Terapi Obat (PTO), Monitoring
Efek Samping

1
2

Obat (MESO), Evaluasi Penggunaan Obat (EPO), dispensing sediaan steril,


Pemantauan Kadar Obat Dalam Darah (PKOD). (Kemenkes RI, 2014).

Pelayanan minimal yang diberikan oleh rumah sakit kepada masyarakat diukur
dengan menggunakan standar pelayanan minimal rumah sakit. Standar pelayanan
minimal rumah sakit berisi ketentuan jenis dan mutu pelayanan dasar yang wajib
disediakan suatu daerah untuk diterima setiap warga secara minimal (Depkes RI,
2008). Jenis-jenis pelayanan rumah sakit yang wajib disediakan meliputi: Pelayanan
gawat darurat,, Pelayanan rawat jalan, Pelayanan rawat inap, Pelayanan bedah,,
Pelayanan persalinan dan perinatology, Pelayanan intensif, Pelayanan radiologi,
Pelayanan laboratorium patologi klinik.

Pelayanan farmasi di rumah sakit dijalankan oleh suatu unit di rumah sakit yang
disebut dengan Instalasi Farmasi Rumah Sakit (1). Instalasi farmasi rumah sakit (IFRS)
adalah suatu unit di rumah sakit yang merupakan fasilitas penyelenggara kefarmasian
di bawah pimpinan seorang apoteker dan memenuhi persyaratan secara hukum untuk
mengadakan, menyediakan dan mengelola seluruh aspek penyediaan perbekalan
kesehatan di rumah sakit yang berintikan pelayanan produk yang lengkap dan
pelayanan farmasi klinik yang sifatnya berorientasi kepada kepentingan penderita (2).

Pelayanan kefarmasian merupakan suatu pelayanan langsung dan bertanggung


jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai
hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien. Pengaturan standar
pelayanan kefarmasian di rumah sakit bertujuan untuk meningkatkan mutu pelayanan
kefarmasian, menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian, dan melindungi
pasien dan masyarakat dari penggunaan obat yang tidak rasional dalam rangka
keselamatan pasien (patient safety). Pelayanan farmasi yang diberikan apoteker kepada
pasien dalam rangka meningkatkan outcame terapi dan meminimalkan risiko
terjadinya efek samping karena obat, untuk tujuan keselamatan pasien (patient safety)
sehingga kualitas hidup pasien (quality f life) terjamin (2). ( Diakses jam 18.59 tgl 26)
3

B. Tujuan
1. Mengetahui Pelayanan Kefarmasian untuk Rekonsilasi Obat
2. Mengetahui Pelayanan Kefarmasian untuk Pelayanan Informasi Obat (PIO)

C. Manfaat
1. Agar mahasiswa/i mengetahui dan memahami Rekonsilasi Obat
2. Agar mahasiswa/i mengetahui dan memahami Pelayanan Informasi Obat (PIO)

D. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari Rekonsiliasi Obat?
2. Bagaiman Alur Pelaksaan Rekonsiliasi Obat?
3. Apa definisi dari Pelayanan Informasi Obat?
4. Bagaiman Alur Pelaksaan Pelaynan Informasi Obat?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Rumah Sakit

1.Pengertian Rumah Sakit


Rumah Sakit adalah salah satu dari sarana kesehatan tempat menyelenggarakan
upaya kesehatan. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan, yang bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang
optimal bagi masyarakat. Upaya kesehatan diselenggarakan dengan pendekatan
pemeliharaan, peningkatan kesehatan (Promotif), pencegahan penyakit (Preventif),
penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (Rehabilitatif), yang
dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan (UUD no.44 tahun
2009 pasal 1 ayat 3).
Rumah Sakit adalah institusi pelayan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan
rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat (Permenkes RI No.72 (1).
Tugas dan Fungsi Rumah Sakit
Rumah sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan perorangan
secara paripurna (UU No.44 Tahun 2009). Untuk menjalankan tugas sebagaimana
dimaksud, rumah sakit mempunyai fungsi :
a. Penyelanggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai dengan
standar pelayanan rumah sakit.
b.Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan kesehatan
yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis.
c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka
peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan.
d.Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi bidang
kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan
etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.

4
5

B. Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit

Farmasi klinik merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem


pelayanan kefarmasian di rumah sakit yang berorientasi pada pelayanan pasien
Farmasi klinik bertujuan mengidentifikasi, mencegah dan menyelesaikan masalah
terkait obat. Tuntutan masyarakat terkait pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit
mengharuskan adanya perluasan dari paradigma lama yang berorientasi kepada
produk (drug oriented menjadi paradigma baru yang berorientasi pada pasien (patient
oriented) dengan filosofi Pelayanan Kefarmasian Pharmaceutical Care) (Prayitno.
2003).
Farmasi klinik merupakan perluasan peran profesi petugas farmasi yang
tidak hanya berorientasi kepada obat namun juga kepada pasien dan bertujuan untuk
meningkatkan kualitas terapi obat. Aktifitas farmasi klinik terpusat kepada pasien,
bekerjasama dan berkolaborasi antar profesi dengan dokter dan perawat dalam tim
pelayanan kesehatan (Restriyani,2016).
Berdasarkan PMK No.72 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Farmasi
Rumah Sakit, pelayanan farmasi klinik merupakan pelayanan langsung yang
diberikan Apoteker kepada pasien dalam rangka meningkatkan outcome terapi dan
meminimalkan risiko terjadinya efek samping karena obat, untuk tujuan keselamatan
pasien (patient safety) sehingga kualitas hidup pasien (quality of life) terjamin.
Pelayanan furmasi klinik yang dilakukan meliputi:
1. Pengkajian dan Pelayanan Resep
2. Penelusuran Riwayat Penggunaan Obat
3. Rekonsiliasi Obat
4. Pelayanan Informasi Obat (PIO)
5. Konseling
6. Visite
7. Pemantauan Terapi Obat (PTO)
8. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
9. Evaluasi Penggunaan Obat (EPO)
10. Dispensing Sediaan Steril
11. Pemantauan Kadar Obat Dalam Darah (PKOD)
6

C. Rekonsiliasi Obat

Rekonsiliasi Obat menurut Permenkes RI NO.58 (2014) merupakan proses


membandingkan instruksi pengobatan dengan obat yang telah didapat pasien.
Rekonsiliasi dilakukan untuk mencegah terjadinya kesalahan obat (medication error)
seperti obat tidak diberikan, duplikasi, kesalahan dosis atau interaksi Obat. Kesalahan
Obat (medication error) rentan terjadi pada pemindahan pasien dari satu Rumah Sakit
ke Rumah Sakit lain, antar ruang perawatan, serta pada pasien yang keluar dari Rumah
Sakit ke layanan kesehatan primer dan sebaliknya.
Rekonsiliasi obat merupakan salah satu rangkaian kegiatan dari Standar
Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit. Rekonsiliasi obat adalah kegiatan
membandingkan instruksi penggunaan obat dengan obat yang diperoleh pasien. Proses
ini dapat menjadi salah satu tahap untuk mencegah adanya medication error seperti
adanya obat yang tidak diberikan, dosis obat yang tidak sesuai, duplikasi obat, interaksi
antar obat ataupun kontraindikasi obat. (Andira Herwidea Putri, 2017)

D. Ruang Lingkup Rekonsiliasi Obat


Rekonsiliasi obat dilakukan oleh petugas farmasi dan termasuk kedalam bidang
farmasi klinik dengan bekerja sama dengan dokter dan perawat. Rekonsiliasi dilakukan
jika pasien membawa obat dari pelayanan kesehatan sebelumnya, obat yang diminum
dalam jangka waktu tertentu dan obat yang dibawa dari rumah semua proses
rekonsiliasi obat didokumentasikan dalam lembar atau formuler rekonsiliasi obat (5)
7

Gambar 1.1 Rekonsiliasi Obat Belum diisi


8

Gambar 1.2 Rekonsiliasi Obat Sudah diisi

E. Tujuan Rekonsiliasi Obat :


1. Memastikan informasi yang akurat tentang obat yang digunakan pasien
2. Mengidentifikasi ketidaksesuaian akibat tidak terdokumentasinya instruksi dokter
3. Mengidentifikasi ketidaksesuaian akibat tidak terbacanya instruksi dokter.
9

F. Tahap Proses Rekonsiliasi Obat


1. Pengumpulan data
Mencatat data dan memverifikasi obat yang sedang dan akan digunakan pasien,
meliputi nama obat, dosis, frekuensi, rute, obat mulai diberikan, diganti,
dilanjutkan dan dihentikan, riwayat alergi pasien serta efek samping obat yang
pernah terjadi. Khusus untuk data alergi dan efek samping obat, dicatat
tanggal kejadian, obat yang menyebabkan terjadinya reaksi alergi dan efek
samping, efek yang terjadi, dan tingkat keparahan. Data riwayat penggunaan obat
didapatkan dari pasien, keluarga pasien, daftar obat pasien, obat yang ada pada
pasien, dan rekam medik/medication chart. Data obat yang dapat digunakan tidak
lebih dari 3 (tiga) bulan sebelumnya. Semua obat yang digunakan oleh pasien baik
Resep maupun obat bebas termasuk herbal harus dilakukan proses rekonsiliasi.
2. Komparasi
Petugas kesehatan membandingkan data obat yang pernah, sedang dan akan
digunakan. Discrepancy atau ketidakcocokan adalah bilamana ditemukan
ketidakcocokan/perbedaan diantara data-data tersebut. Ketidakcocokan dapat pula
terjadi bila ada obat yang hilang, berbeda, ditambahkan atau diganti tanpa ada
penjelasan yang didokumentasikan pada rekam medik pasien. Ketidakcocokan ini
dapat bersifat disengaja (intentional) oleh dokter pada saat penulisan Resep
maupun tidak disengaja (unintentional) dimana dokter tidak tahu adanya perbedaan
pada saat menuliskan resep.
3. Melakukan konfirmasi kepada dokter jika menemukan ketidaksesuaian
dokumentasi.
Bila ada ketidaksesuaian , maka dokter harus dihubungi kurang dari 24 jam.
Hal lain yang harus dilakukan oleh Apoteker adalah:
a. Menentukan bahwa adanya perbedaan tersebut disengaja atau tidak disengaja;
b.Mendokumentasikan alasan penghentian, penundaan, atau pengganti; dan
c. Memberikan tanda tangan, tanggal, dan waktu dilakukannya rekonsilliasi Obat.
10

4. Komunikasi
Melakukan komunikasi dengan pasien dan/atau keluarga pasien atau perawat
mengenai perubahan terapi yang terjadi. Apoteker bertanggung jawab terhadap
informasi obat yang diberikan. (Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 58 Tahun 2014 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Rumah Sakit)

G. Alur Rekonsiliasi Obat


11

a) Secara Umum Alur Rekonsiliasi obat adalah :


1) Petugas kesehatan menanyakan pasien yang datang dari IGD terkait obat dan
suplemenyang digunakan pasien sebelumnya kepada pasien atau keluarga pasien
dan mendatasekurang-kurangnya nama obat, rute, dosis, frekuensi pemberian, asal
obat, tanggalmulai pemberian obat, dan jumlah obat tersisa.
2) Petugas kesehatan di IGD mendokumentasikan informasi yang diperoleh pada form
rekonsiliasi obat.
3) Form rekonsiliasi obat kemudian diteruskan ke ruang rawat dimana dilakukannya
tindakan terhadap pasien dan berakhir di ruang rawat inap pasien.
4) Petugas kesehatan membandingkan data obat yang pernah, sedang, dan akan
digunakan untuk menganti terjadinya discrepancy atau ketidakcocokan diantara
data-data tersebut.
5) Obat-obat yang diterima mulai dari IGD disimpan di bagian farmasi rumah sakit RS
X namun obat yang sesuai untuk perawatan selanjutnya tetap dilanjutkan.
6) Obat-obat yang disimpan akan dikembalikan kepada pasien pada saat pasien
pulangdisertai dengan pemberian konseling terhadap obat apa yang harus dihentikan
dan obatapa yang harus dilanjutkan untuk perawatan di rumah.
7) Proses rekonsiliasi obat mulai dilakukan setiap pasien masuk rumah sakit untuk
mendata obat yang dibawa pasien dari rumah, dan dilanjutkan proses rekonsiliasi
saat pasien pindahruang rawat. Proses pendataan dilakukan berdasarkan wawancara
lisan dengan pasien, mengidentifikasirekam medik pasien, komunikasi antar
petugas kesehatan dan pelaporan dilakukan denganmengisi form rekonsiliasi obat
pasien
12

H. Pelayanan Informasi Obat (PIO)

Pelayanan Informasi Obat (PIO) menurutu Permenkes RI No.58 tahun 2014


merupakan kegiatan penyediaan dan pemberian informasi, rekomendasi Obat yang
independen, akurat, tidak bias, terkini dan komprehensif yang dilakukan oleh Apoteker
kepada dokter, Apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya serta pasien dan pihak
lain di luar.

Informasi obat adalah setiap data atau pengetahuan objektif, diuraikan secara ilmiah
dan terdokumentasi mencangkup farmakologi, toksikologi, dan penggunaan terapi
obat. Cakupan informasi obat antara lain nama kimia, struktur dan sifat-sifat,
identifikasi, indikasi diagnosi atau indikasi terapi, ketersediaan hayati, toksisitas,
mekanisme kerja, waktu mulai bekerja dan durasi kerja, dosis dan jadwal pemberian,
dosis yang direkomendasikan, konsumsi, absorbsi, metabolisme, detoksifikasi,
ekskresi, efek samping, reaksi merugikan, kontraindikasi, interaksi obat, harga,
keuntungan, tanda, gejala, dan data penggunaan obat. Pelayanan informasi obat
didefinisikan sebagai kegiatan penyediaan dan pemberian informasi, rekomendasi obat
yang akurat dan terkini, oleh tenaga kefarmasian kepada pasien, masyarakat,
profesional kesehatan yang lain, dan pihak-pihak yang memerlukan (Kurniawan dan
Chabib, 2010: 2). Sedangkan pemberian informasi obat adalah salah satu tahap pada
pelayanan resep untuk menghindari masalah yang berkaitan dengan terapi obat.
Pemberian informasi obat memiliki peran yang penting dalam rangka memperbaiki
kualitas hidup pasien dan menyediakan pelayanan yang bermutu bagi pasien (Athiyah,
2014).
13

Gambar 2.1 PIO sudah diisi


14

Gambar 2.2 PIO belum diisi

I. Ruang lingkup Pelayanan Informasi Obat

1. Pelayanan informasi obat untuk menjawab pertanyaan


2. Pelayanan informasi obat untuk mendukung kegiatan panitia farmasi dan terapi.
3. Pelayanan informasi obat dalam bentuk publikasi.
4. Pelayanan informasi obat untuk edukasi
15

5. Pelayanan informasi obat untuk evaluasi penggunaan obat.


6. Pelayanan informasi obat dalam studi obat investigasi.

J. Tujuan Pelayanan Informasi Obat (PIO)


1.Menyediakan informasi mengenai obat kepada tenaga kesehatan lain, pasien dan
masyarakat.
2.Menyediakan informasi untuk membuat kebijakan yang berhubungan dengan obat
(contoh : kebijakan permintaan obat oleh jaringan dengan mempertimangkan
stabilitas, harus memiliki alat penyimpanan yang memadai).
3.Menunjang penggunaan obat yang rasional (PermenkesNo. 74 tahun 2016)
K. Kegiatan Pelayanan Informasi Obat meliputi :
1) Memberikan dan menyebarkan informasi kepada konsumen secara pro aktif dan
pasif. Kegiatan PIO berupa penyediaan dan pemberian informasi obat yang bersifat
aktif atau pasif. Pelayanan bersifat aktif apabila apoteker pelayanan informasi obat
memberika informasi obat dengan tidak menunggu pertanyaan melainkan secara
aktif memberikan informasi obat, misalnya penerbitan buletin, brosur, leaflet,
seminar dan sebagainya. Pelayanan bersifat pasif apabila apoteker pelayanan
informasi obat memberikan informasi obat sebagai jawaban atas pertanyaan yang
diterima.
2) Menjawab pertanyaan dari pasien maupun tenaga kesehatan melalui telepon, surat
atau tatap muka. Menjawab pertanyaan mengenai obat dan penggunaannya
merupakan kegiatan rutin suatu pelayanan informasi obat. Pertanyaan yang masuk
dapat disampaikan secara verbal (melalui telepon, tatap muka) atau tertulis (surat
melalui pos, faksimili atau e-mail). Pertanyaan mengenai obat dapat bervariasi dari
yang sederhana sampai yang bersifat urgen dan kompleks yang membutuhkan
penelusuran literatur serta evaluai secara seksama.
3) Membuat buletin, leaflet, label obat, poster, majalah dinding dan lain-lain.
4) Melakukan kegiatan penyuluhan bagi pasien rawat jalan dan rawat inap, serta
masyarakat.
5) Melakukan pendidikan dan atau pelatihan bagi tenaga kefarmasian dan tenaga
kesehatan lainnya terkait dengan obat dan bahan medis habis pakai.
16

6) Mengkoordinasikan penelitian terkait obat dan kegiatan pelayanan kefarmasian


(Permenkes No. 30 Tahun 2014 : III : 2)
L. Teknis Pelayanan Informasi Obat
1) Teknis Pelayanan Informasi Obat di Instalasi Farmasi Rawat Jalan
a. Penyerahan Obat
Pelayanan informasi obat dibagian penyerahan obat dilayani oleh farmasi
hanya pada jam kerja. Selain memberikan informasi mengenai obat, juga
memberikan leaflet yang telah diterbitkan pada pasien. Leaflet biasanya
mengenai obat-obatan dengan penggunaan khusus.
Sumber informasi yang digunakan dalam memberikan pelayanan informasi
obat antara lain ISO, MIMS, dan Medscape.
b. Konsultasi Obat
Pelayanan konsultasi obat di instalasi farmasi rawat jalan dilayani oleh
Konsultan obat hanya pada jam kerja. Selain memberikan informasi obat,
Konsultan juga memberikan leaflet pada pasien yang datang berkunjung.
Namun tidak semua pasien mendapatkan leaflet, hanya pasien tertentu yang
mendapatkannya, misalnya pasien yang mendapatkan obat dengan
penggunaan khusus. Dalam memberikan informasi responden E
menggunakan Farmakope Indonesia, ISO ataupun Medscape sebagai
sumber informasi. . Evaluasi sumber informasi yang digunakan dalam
memberikan pelayanan informasi obat oleh responden, masih sebatas meng-
upgrade aplikasi medscape secara berkala, serta memperbaharui edisi untuk
buku-buku teks seperti ISO dan Farmakope Indonesia.
2) Teknis Pelayanan Informasi Obat di Instalasi Farmasi Rawat Inap
a. Waktu Pelayanan Informasi Obat
Semua farmasi memberikan pelayanan informasi obat pada jam kerja, dan
tidak memberikan pelayanan informasi obat diluar jam kerja. Berdasarkan
pedoman teknis pelayanan informasi obat di rumah sakit yang mengacu pada
Permenkes No. 58 tahun 2014 tentang standar pelayanan kefarmasian di
rumah sakit, salah satu metode yang digunakan dalam memberikan
pelayanan informasi obat adalah pelayanan informasi obat dilayani oleh
17

apoteker pada jam kerja dan tidak ada pelayanan informasi obat diluar jam
kerja.
Berdasarkan Permenkes No. 58 tahun 2014 Bab IV mengenai sumber daya
kefarmasian, diperlukan satu orang aopteker untuk kegiatan pelayanan
kefarmasian pada pelayanan informasi obat.
b. Kegiatan Pelayanan Informasi Obat
Selain memberikan informasi dan edukasi pada pasien, kegiatan lain dari
pelayanan informasi obat yang dilakukan adalah menjawab pertanyaan yang
diterima dari pasien. Pertanyaan dan jawaban bisa diterima secara langsung
(tatap muka) dan tidak langsung (melalui media komunikasi). Jenis
pertanyaan umumnya berhubungan dengan penyakit atau keadaan dari
pasien.
c. Sumber Informasi Obat yang Digunakan
Sumber informasi yang digunakan untuk melakukan pelayanan informasi
obat adalah pustaka primer dan pustaka tersier, misalnya:
1. Sumber informasi primer, seperti jurnal penelitian.
2. Sumber informasi tersier, seperti Medscape, ISO, MIMS, Farmakope
Indonesia, dan lain-lain.
d. Dokumentasi yang Dilakukan
Dokumentasi dalam pelayanan informasi obat mengacu pada Permenkes No.
58 tahun 2014. Dokumentasi yang dimaksudkan dalam standar memuat:
tanggal waktu pertanyaan dimasukkan, tanggal dan waktu jawaban yang
diberikan, metode penyampaian jawaban, pertanyaan yang diajukan, orang
yang meminta jawaban, orang yang menjawab, kontak personal untuk
informasi tambahan, lama penelusuran informasi, referensi atau sumber
informasi obat yang digunakan. Pendokumentasian dilakukan untuk
membantu menelusuri kembali data informasi yang dibutuhkan dalam waktu
yang relative lebih singkat.
e. Sarana dan Prasarana yang Disediakan
Penyelenggaraan pelayanan kefarmasian dirumah sakit harus didukung
sarana dan peralatan yang memenuhi ketentuan dan perundang-undangan
18

kefarmasian yang berlaku. Sesuai Permenkes No. 58 tahun 2014, pelayanan


informasi obat dilakukan diruang tersendiri dan dilengkapi sumber informasi
obat dan teknologi komunikasi, berupa bahan pustaka dan telepon
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Rekonsiliasi obat dilakukan oleh petugas farmasi dan termasuk kedalam
bidang farmasi klinik dengan bekerja sama dengan dokter dan perawat. Rekonsiliasi
dilakukan jika pasien membawa obat dari pelayanan kesehatan sebelumnya, obat yang
diminum dalam jangka waktu tertentu dan obat yang dibawa dari rumah semua proses
rekonsiliasi obat didokumentasikan dalam lembar atau formuler rekonsiliasi obat.
Pelayanan informasi obat (PIO) merupakan kegiatan pelayanan yang
dilakukan oleh apoteker untuk memberi informasi secara akurat, tidak biasa dan terkini
kepada dokter, apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya dan pasien. Tujuan
pelayanan informasi obat adala untuk menunjang ketersediaan dan penggunaan obat
yang rasional, berorientasi pada pasien, tenaga kesehatan, dan pihak lain; menyediakan
dan memberikan informasi obat kepada pasien, tenaga kesehatan, dan pihak lain;
menyediakan informasi untuk membuat kebijakan kebijakan yang berhubungan
dengan obat terutama bagi PFT/KFT (Panitia/Komite Farmasi dan Terapi).

B. Saran
Dari makalah ini kami mengharapkan agar para pembaca bisa membacanya,
memahaminya dan membuat makalah ini menjadi referensi para pembaca dalam
mengetahui dan memahami tentang “Rekonsiliasi Obat dan Pelayanan Informasi
Obat”.

19
DAFTAR PUSTAKA

1. http://eprints.ums.ac.id/51259/3/3.%20BAB%20I.pdf
(diakses 26/01/21 10.22)
2. http://repository.helvetia.ac.id/681/2/BAB%20I%20-
%20BAB%20III.pdf(diakses
(26/01/21 18.59)
3. http://repository.poltekkes-tjk.ac.id/780/3/6.%20BAB%20II%20revisi.pdf

(26/01/21 19.59)

4. http://hisfarsidiy.org/rekonsiliasi-obat-di-rumah-sakit/

5. Nandani Dwi Octavia. 2018. Rekonsiliasi Obat. (Rekonsiliasi Obat scribd.com).


(diakses 26/01/2021)

20

Anda mungkin juga menyukai