Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Farmasi Higea, Vol. 12, No.

1, 2020

Penetapan Kadar Beta Karoten Pada Beberapa Jenis Cabai Kering Dan
Segar Dengan Spektrofotometri Uv-Vis

Sestry Misfadhila1*, Rusdi1, Boy Chandra1, Arma Yunita1


1
Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi (STIFARM) Padang, Padang, Indonesia
*Email: Sestrymisfadhila@stifarm-padang.ac.id

Abstrak
Penelitian tentang penetapan kadar beta karoten pada beberapa jenis cabai telah dilakukan. Analisis dilakukan
terhadap sampel cabai keriting merah dan hijau serta cabai rawit merah dan hijau yang segar dan kering. Sampel
diekstraksi dengan pelarut n-heksan dan aseton menggunakan metode ekstraksi cair-cair. Fraksi n-heksan
selanjutnya dianalisis dengan spektrofotometer pada panjang gelombang maksimum beta karoten yaitu 449,00 nm.
Kadar beta karoten rata-rata untuk cabai keriting merah segar adalah 0,0225 %, cabai keriting merah kering 0,0236
%, cabai keriting hijau segar 0,0192 %, cabai keriting hijau kering 0,0225 %. Untuk sampel cabai rawit merah segar
diperoleh kadar beta karoten 0,0165 %, cabai rawit merah kering 0,0197 %, cabai rawit hijau segar 0,0115 %, cabai
rawit hijau kering 0,0122 %. Analisis statistik dengan ANOVA satu arah menunjukkan bahwa nilai sig. 0,000
(P<0,05) yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kadar beta karoten pada sampel cabai keriting merah dan
hijau yang segar dan kering serta cabai rawit merah dan hijau yang segar dan kering.
Kata kunci: Beta karoten; spektrofotometri visible; fraksinasi

Abstract
Research on the determination of beta carotene levels in several types of chili has been done. Analysis was carried
out on samples of red and green curly chili as well as fresh and dry red and green chili. The samples were extracted
with n-hexane and acetone solvents using a liquid-liquid extraction method. The n-hexane fraction was then
analyzed by a spectrophotometer at the maximum wavelength of beta carotene, which was 449.00 nm. The average
beta carotene content for fresh red curly chili is 0.0225 %, dried red curly chili 0.0236 %, fresh green curly chili
0.0192 %, dried green curly chili 0.0225 %. For fresh red cayenne samples, the beta carotene content was 0.0165 %,
dried red chili peppers 0.0197 %, fresh green cayenne pepper 0.0115 %, dried green cayenne pepper 0.0122 %.
Statistical analysis with one-way ANOVA shows that the value of sig. 0,000 (P <0.05) which indicates that there are
differences in beta carotene levels in fresh and dry samples of red and green curly chili and fresh and dry red and
green chili.
Keywords: Beta carotene; visible spectrophotometry; fractionation

PENDAHULUAN

Cabai (Capsicum annum) merupakan bahan baku industri pangan dan farmasi
jenis tanaman suku terong-terongan (Anggraeni & Fadlil, 2013).
(Solanaceae) yang berasal dari Amerika Jumlah spesies tanaman cabai yaitu
Selatan. Cabai sejak lama telah banyak sekitar 20 spesies, namun spesies tanaman
dibudidayakan di Indonesia karena memiliki cabai yang paling banyak dibudidayakan
nilai ekonomis yang tinggi. Cabai sering kali yaitu cabai rawit (Capsicum frustescens L.),
digunakan untuk memenuhi kebutuhan cabai besar (Capsicum annuum var.
rumah tangga yaitu sebagai bumbu masak. grossum), paprika (Capsicum longum L.
Selain itu cabai banyak digunakan sebagai sendt.), dan cabai keriting (Capsicum annum
var. longum). Cabai kaya akan karbohidrat,

75
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 12, No. 1, 2020

protein, lemak, vitamin (vitamin A, vitamin aktivitas vitamin A yang paling tinggi
B, vitamin C, dan vitamin E), flavonoid, (Gambar I). Kandungan beta karoten
capsaicin, mineral, air, dan serat. Cabai juga bermanfaat sebagai antioksidan pencegah
mengandung senyawa antioksidan antara kanker, beragam penyakit kardiovaskuler,
lain vitamin K, fitosterol, beta karoten dan dan katarak (Badarinath et al., 2010;
beta cryptoxanchin (Anggraeni & Fadlil, Winarsih, 2007). Sifat antioksidan yang
2013). terdapat pada betakaroten dapat melindungi
Beta karoten merupakan salah satu tumbuhan dan mikro-organisme dari sinar
produk dari karotenoid yang mempunyai matahari yang merusak (Listya, 2010).

Gambar 1. Rumus struktur beta karoten (Amaya & Kimura, 2004)

Beta karoten mengandung tidak merah keriting dan cabai rawit dengan
kurang dari 96,0 % dan tidak lebih dari metode spektrofotometri visibel telah
101,0 % dari C40H56. Beta karoten memiliki dilakukan oleh Oktaviani et al., (2014).
rumus molekul C40H56 dengan titik didih 176 Kadar beta karoten pada cabai merah besar
o
C–182 oC. Berat molekul beta karoten diperoleh sebesar 10,54 ± 0,07 mg/100 g,
adalah 536,873 g/mol dan berat jenis 0,941 pada cabai merah keriting 5,57 ± 0,13
± 0,06 g/cm3 (Susilowati, 2008). Beta mg/100 g dan pada cabai rawit 0,36 ± 0,01
karoten larut dalam aseton, etanol, heksan, mg/100 g. Serlahwati et al., (2009) juga
petroleum eter dan kloroform. Penyimpanan telah meneliti kandungan betakaroten pada
beta karoten dilakukan di dalam wadah paprika merah, kuning dan hijau dengan
kedap udara dan terlindung dari cahaya pada metode kromatografi cair kinerja tinggi.
suhu tidak melebihi 25 °C (The Departemen Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar
of Health, 2009). betakaroten pada buah paprika merah adalah
Beta karoten adalah senyawa kimia 264,34 µg/mL, pada paprika kuning 15,96
yang banyak terdapat dalam bahan-bahan µg/mL dan pada paprika hijau 0,50 µg/mL.
nabati. Sumber utama beta karoten adalah
wortel, namun jika dikonsumsi dalam METODE
jumlah besar akan dapat membahayakan
karena mengandung substansi nitrosamid, Alat dan Bahan
nitrit dan falkarinol. Food Drug Association Alat yang digunakan dalam
(FDA) telah menyetujui beta karoten kristal peenlitian ini adalah spektrofotometer UV-
murni sebagai food additive yang digunakan Visibel (Shimadzu Umini-1240), timbangan
untuk makanan, obat-obatan dan kosmetik analitik (Ohaus), plat KLT Silika gel 60 F254
(Winarno, 2004). (Merck), vortex mixer (Gammy Industrial
Penelitian sebelumnya tentang kadar CorpVM-300).
beta karoten pada cabai merah besar, cabai

76
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 12, No. 1, 2020

Bahan yang digunakan dalam heksan : aseton (9 : 1). Plat KLT yang
penelitian ini adalah cabai keriting merah digunakan plat KLT Silika gel 60 F254
(Capsicum annum L var. Longum sent), (Parwata et al., 2010).
cabai keriting hijau (Capsicum annum var. Larutan beta karoten murni sebagai
annum), cabai rawit merah (Capsicum pembanding dan larutan sampel ditotolkan
frustescen) dan cabai rawit hijau (Capsicum bersama-sama pada lempeng KLT dengan
frustescen), beta karoten (Merck), jarak 1,5 sampai 2 cm dari tepi bawah
aquabidest (Brataco), aseton (C3H6O) lempeng KLT dan jarak rambat, beri tanda
(Novalindo), n-hexan (C6H12) (Bratachem), pada jarak rambat (Naid et al., 2012). Tutup
magnesium karbonat (MgCO3) (Graha Jaya bejana dan biarkan sistem hingga fase gerak
Pratama Kinerja). merambat sampai batas jarak rambat.
Lempeng dikeluarkan dan dikeringkan di
Prosedur Kerja udara, dan bercak diamati dengan lampu UV
Pengambilan Sampel 366 nm, kemudian tentukan harga Retension
Sampel cabai keriting merah, cabai factor (Rf) (Departemen Kesehatan Republik
keriting hijau, cabai rawit merah dan cabai Indonesia, 2008).
rawit hijau diambil dari kebun di Sitinjau
Gunung Nagari Batipuh Atas Kecamatan Pembuatan Larutan Induk Beta Karoten
Batipuh Kabupaten Tanah Datar masing- Sebanyak 50 mg beta karoten murni
masing sebanyak 1 kg. yang ditimbang teliti dilarutkan dalam 30
mL n-heksan di dalam labu ukur 50 mL lalu
Ekstraksi Sampel dicukupkan volumenya hingga 50 mL,
Sebanyak 4 g sampel digerus dengan sehingga diperoleh larutan dengan
0,3 gram MgCO3 dengan penambahan 25 konsentrasi 1000 ppm (Naid et al., 2012).
mL aseton dingin lalu saring dengan kertas Kemudian encerkan hingga konsentrasi 500
saring (Amaya & Kimura, 2004). Masukkan ppm.
ke dalam corong pisah sebanyak 10 mL dan
tambahkan 15 mL n-heksan, kocok dan Penentuan Panjang Gelombang Serapan
biarkan selama 20 menit. Campuran Maksimum Beta karoten
kemudian ditambahkan dengan air suling Penentuan panjang gelombang
sebanyak 50 mL, kocok dan biarkan hingga serapan maksimum beta karoten dilakukan
terbentuk dua fase. Keluarkan fase n-heksan pada konsentrasi 12 ppm dan dengan
dari dalam corong pisah lalu dipindahkan ke spektrofotometer visible (Amaya & Kimura,
dalam labu ukur 25 mL yang sudah diisi 2004).
dengan 4,5 mL aseton lalu cukupkan
volumenya dengan penambahan n-heksan. Pembuatan Kurva Kalibrasi
(Amaya & Kimura, 2004). Penentuan kurva kalibrasi dibuat seri
larutan baku beta karoten dengan
Kromatografi Lapis Tipis konsentrasi 8, 10, 12, 14, dan 16 ppm.
Terlebih dahulu chamber dijenuhkan Diukur absorbansinya dengan
dengan larutan pengelusi dengan cara spektrofotometer visible (Amaya & Kimura,
masukkan kertas saring dengan tinggi dan 2004).
lebarnya yang sama dengan bejana
kromatografi. Tutup kedap dan biarkan Penetapan Kadar Beta Karten
hingga kertas saring basah seluruhnya. Untuk penetapan kadar beta karoten,
Larutan pengelusi yang digunakan adalah n- fraksi yang diperoleh dimasukkan ke dalam

77
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 12, No. 1, 2020

labu ukur 25 mL, lalu dilarutkan dengan n- literatur panjang gelombang maksimum beta
heksan hingga homogen dan encerkan karoten adalah 450,50 nm (Amaya, et al.,
hingga tanda batas. Untuk blanko digunakan 2004). Panjang gelombang maksimum
n-heksan, kemudian diukur absorbannya adalah panjang gelombang yang
dengan spektrofotometer visibel pada memberikan serapan yang maksimum.
panjang gelombang maksimum beta karoten. Perbedaan ini disebabkan adanya pelarut
HASIL DAN PEMBAHASAN dengan kepolaran yang berbeda yang
menyebabkan posisi puncak absorbsi suatu
Dari hasil pengukuran didapatkan senyawa bergeser. Dengan kata lain
adanya tiga puncak yang dihasilkan, tetapi kepolaran pelarut berpengaruh kepada
dipilih panjang gelombang maksimum panjang gelombang maksimum suatu
dengan absorban yang paling maksimum senyawa. Hasi pengukuran kurva baku
0,448 pada pada panjang gelombang disajikan pada Tabel I.
maksimum 449,00. Sementara itu menurut

Tabel I. Data Kurva Kalibrasi Beta Karoten

Konsentrasi (ppm) Absorban


8 0,244
10 0,347
12 0,451
14 0,554
16 0,658

Berdasarkan data pada tabel I diperoleh dengan absorban memiliki nilai yang baik
persamaan regresi linier yang menyatakan sehingga dapat digunakan untuk penetapan
hubugan antara konsentrasi larutan beta kadar beta karoten dalam sampel. Hal ini
karoten standar dengan seraan yaitu Y= dapat terlihat dari grafik kurva baku beta
0,05177X – 0,17048 dengan r = 0,9999 ≤ r ≤ karoten standar yang berbentuk garis lurus
1 menunjukkan hubungan antara konsentrasi (Harmita, 2004).

Kurva kalibrasi beta karoten


0,702

0,602
Absorban (A)

0,502

0,402 y = 0,05177 x - 0,17048


0,302

0,202
8 10 12 14 16
Konsentrasi (ppm)

Gambar 2. Kurva Kalibrasi Beta Karoten

78
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 12, No. 1, 2020

KADAR BETA KAROTEN CABAI KERITING


0,4

KADAR BETA KAROTEN (%) 0,35

0,3

0,25

0,2

0,15

0,1

0,05

0
CKMS CKMK CKHS CKHK

Gambar 3. Kadar Beta Karoten Cabai Keriting

KADAR BETA KAROTEN CABAI RAWIT


0,35

0,3
KADAR BETA KAROTEN (%)

0,25

0,2

0,15

0,1

0,05

0
CRMS CRMK CRHS CRHK

Gambar 3. Kadar Beta Karoten Cabai Rawit

Kadar beta karoten pada cabai keriting 2008). Peningkatan kadar beta karoten pada
dan cabai rawit dapat dilihat pada gambar 3 sampel cabai kering dikarenakan hilangnya
dan 4. Dari data tersebut menunjukkan kadar air dalam sampel cabai sehingga pada
bahwa proses pengeringan berpengaruh perhitungan kadar, beta karoten pada sampel
terhadap kadar beta karoten. Kadar beta kering akan meningkat.
karoten untuk sampel yang segar Analisis statistik anova satu arah
mempunyai kadar yang lebih kecil dilakukan dengan SPSS 21. Uji homogenitas
dibandingkan dengan sampel yang kering variansi dengan nilai Levene Statistica 14,
karena adanya pengeringan (Susilowati, 629 dan sig 0,000 yang berarti bahwa H0

79
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 12, No. 1, 2020

ditolak atau variansi dari kandungan beta Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
karoten pada dua varietas adalah berbeda. (2008). Farmakope herbal indonesia.
Untuk uji anova penetapan kadar beta (Edisi I). Jakarta: Departemen Kesehatan
karoten dengan nilai F = 10,772 dan sig Republik Indonesia.
0,000 yang berarti H0 ditolak dan ini Harmita.(2006). Analisis Kuantitatif Bahan
Baku Dan Sediaan Farmasi. Jakarta:
menunjukkan adanya perbedaan kadar beta Departemen Farmasi FMIPA Universitas
karoten dari sampel cabai. Indonesia.
Listya, Ana, Sinly dan Satuhu S, 2010, Aktivitas
KESIMPULAN Antiradikal Bebas Serta Kadar Beta
Karoten Pada Madu Randu dan Madu
Dari hasil penelitian yang telah Kelengkeng. FMIPA Universitas
dilakukan dapat disimpulkan: Udayana Bukit Jimbaran.
1. Kadar beta karoten yang didapat pada Naid, T., Muflihunna, A., Madi, M.I.O. (2012).
sampel cabai keriting merah segar adalah Analisis Kadar β-Karoten Pada Buah
0,0225 %, cabai keriting merah kering Pare (Momordica charantia L.) Asal
0,0236 %, cabai keriting hijau segar Ternate Secara Spektrofotometri UV-
Vis. Majalah Farmasi dan Farmakologi,
0,0192 %, cabai keriting hijau kering 16, (3), 127-130.
0,0270 %. Sedangkan kadar beta karoten Oktaviani , T., Guntarti, A., Susanti, H. (2014).
sampel cabai rawit merah segar adalah Penetapan Kadar Beta Karoten Pada
0,0165 %, cabai rawit merah kering Beberapa Jenis Cabe (Genus capsicum)
0,0197 %, cabai rawit hijau segar 0,0115 Dengan Metode Spektrofotometri
%, dan cabai rawit hijau kering 0,0122 %. Tampak. Pharmaceia. 4, (2), 108.
2. Dari uji statistik menunjukkan bahwa Parwata, M.O.A., Ratnayani, K., Listya, A.
terdapat perbedaan kadar beta karoten (2010). Aktifitas Antiradikal Bebas Serta
dari masing- masing sampel cabai. Kadar Beta Karoten pada madu Randu
(Ceiba pentandra) dan Madu
Kelengkeng (Nephelium longata
L.).Jurnal Kimia. 4, (1), 54-62.
DAFTAR RUJUKAN Serlahwati, D., Farida, Y., & Asriana, Y. (2009).
Penetapan Kadar β-karoten dalam Buah
Amaya D.B.G dan Kimura, M. (2004). Harvest Parika Merah, Kuning dan Hijau
plus handbook or carotenoid analysis (Capsicum annum Var. annum L.)
(2nd ed). Washington DC and Cali: Secara Kromatografi Cair Kinerja
International Food Policy Research Tinggi. (Jurnal). Jakarta: Fakultas
Institute (IFPRI) and International Farmasi Univesitas Pancasila.
Center for Tropical Agriculture (CIAT). Susilowati. (2008). Isolasi dan Identifikasi
Angraeni, N.T & Fadlil, A. (2013). Sistem Senyawa Karotenoid dari Cabai Merah
identifikasi citra jenis cabai (Capsicum (Capsicum annuum Linn). (Skripsi).
annum L.) Menggunakan Metode Malang: Universitas Islam Negeri
Klasifikasi City Block Distance. Jurnal Malang.
Sarjana Teknik Informatika, 1, (2), 409- The Departemen Of Health. (2009). British
410. Pharmacopoeia. London: The Stationery
Badarinath, A.V., Mallikarjuna, A., Chetty, Office.
C.M.S., Ramkanth, S., Rajan, T.V.S., & Winarno, F.G. (2004). Kimia Pangan dan Gizi.
Gnanaprakash, K. (2010).A Review on Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
In-vitro Antioxidant Methode Winarsih, H. (2007). Anti Oksidan Alami dan
Comparisions, Correlations and Radikal Bebas. Yogyakarta:Penerbit
Consideration. Int. J. PharmTech Res. 2, Kanisius
(2), 1276-1285.

80

Anda mungkin juga menyukai