Anda di halaman 1dari 4

Kasus-1

Pelayanan Buruk, Pasien Miskin Disandera, DPRD


Ngamuk

Mamuju, Gatra.com - Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)


Sulawesi Barat (Sulbar), Abdul Rahim marah besar ke pihak rumah sakit,
BPJS Kesehatan, Dinsos dan Dinkes Sulbar, Kamis (20/2). Kemarahan Abdul
Rahim tersebut merupakan buntut ditahannya salah satu pasien di Rumah
Sakit Regional Sulbar.

Saat berdialog dengan pihak terkait dan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)
Cabang Manakarra Mamuju, Abdul Rahim mengatakan Pemerintah Provinsi
(Pemprov) Sulbar telah berupaya hingga utang untuk membangun rumah
sakit yang modern dan besar, seperti Rumah Sakit Umum Regional Sulbar.
Namun, hingga saat ini pengelolaannya dinilai belum membanggakan.
"Saya ketua Pansus Pembangunan Rumah Sakit Regional Sulbar. Bahkan
Pemprov Sulbar berutang untuk membangun rumah sakit tersebut. Tapi
pengelolaannya belum membanggakan," ujar Abdul Rahim.

Dia menambahkan, mahasiswa tidak mungkin melakukan demo jika


pelayanan di rumah sakit tersebut sudah baik. Oleh karena itu, ia meminta
kepada pihak rumah sakit untuk bekerja dengan benar serta sepenuh hati
dan perasaan.

Ia juga mengatakan, sebagian masyarakat Sulbar masuk kategori miskin. Dia


mewanti-wanti agar pelayanan tidak dilakukan sembarangan dan main-
main.
"Tolong BPJS kerja yang benar. Kalau tidak, kamu diusir dari Sulbar. Tolong
HMI dan siapa pun kawal ini BPJS. Pemprov Sulbar akan rekomendasikan ke
DPR RI dan ke Presiden untuk membubarkan jika pihak BPJS Sulbar tidak bisa
berbenah," tegas Rahim.
Abdul Rahim juga menyoroti pelayanan di Rumah Sakit Regional Sulbar.
Dirinya mengaku di sana melihat kurang maksimalnya pelayanan. Hal itu
terlihat dari banyaknya antrean pasien yang menumpuk sementara masih
terdapat loket pelayanan yang kosong.

"Rumah sakit juga harus berbenah. Tadi saya ke sana ada loket kosong.
Kenapa itu tidak difungsikan? Banyak pasien menumpuk di sana. Itu belum
lagi saya masuk ke kamar perawatan," kesal Rahim.

Sebagai Ketua Pansus Pembangunan, Rahim merasa menyesal karena


membangun rumah sakit yang cukup megah namun tidak diimbangi dengan
pelayanan yang prima dari pihak manajemen rumah sakit.
Politisi partai Nasdem ini meminta kepada komisi IV untuk menyikapi secara
serius masalah ini dan menyarankan untuk mengundang pihak terkait.
Untuk pendataan warga miskin, dia meminta pihak terkait untuk didata
dengan baik sehingga tidak muncul masalah lagi.
Kasus-2
Buruknya Pelayanan Kesehatan
terhadap Masyarakat Miskin
RADARBEKASI.ID, BEKASI – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bekasi diharapkan
melakukan terobosan dalam hal pelayanan kesehatan yang acap kali menjadi polemik di
tengah masyarakat.

Salah satu warga, Heni Rusmini (53) menyampaikan, dirinya merasa kesulitan untuk
mendapat pelayanan kesehatan, khususnya jaminan kesehatan gratis dari pemerintah. Ia
mengaku, sangat butuh mendapat pelayanan kesehatan dari pemerintah untuk
pengobatan anaknya. Menurutnya, selama warga memiliki Kartu Tanda Penduduk (KTP),
berarti sudah lengkap secara administrasi. Sehingga bisa diprioritaskan untuk
mendapatkan layanan kesehatan.

”Orang itu kan tidak ada yang mau sakit, dan saya juga memang orang tidak mampu
secara materi. Dan seharusnya pemerintah melakukan identifikasi untuk jaminan
kesehatan warga kurang mampu,” sarannya.

Adapun Kepala Bidang (Kabid) Pelayanan Kesehatan (Yankes) Wawan Hernawan


menjelaskan, Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi memastikan jika pelayanan Jamkesda
di tahun 2020 akan ditingkatkan. Menurut dia, dari penganggaran serta pelayanan
tahun depan terus ditingkatkan. Dia juga memastikan bakal terus melakukan sosialisasi
ke setiap Puskesmas dan rapat minggon kecamatan, perihal jaminan kesehatan untuk
masyarakat kurang mampu dan belum memiliki jaminan kesehatan.

”Kami sudah menyebarkan informasi Jamkesda ini ke setiap Puskesmas. Apalagi


Jamkesda itu menjadi prioritas 2020 untuk menjamin kesehatan masyarakat yang tidak
mampu, termasuk yang belum memiliki jaminan kesehatan,” terang Wawan.

Lanjutnya, anggaran Jamkesda Kabupaten Bekasi yang dialokasikan untuk tahun depan
mencapai Rp15 miliar. Jumlah tersebut meningkat dibanding 2019 sebesar Rp11,5
miliar. Sambung Wawan, meningkatnya anggaran Jamkesda sebagai bentuk perhatian
Pemkab Bekasi kepada masyarakat di bidang kesehatan.
”Saya sudah menyampaikan kepada seluruh jajaran Puskesmas maupun Bidang Yankes,
agar memberi pelayanan terbaik kepada masyarakat,” imbuhnya.

Wawan pun mengingatkan, bagi masyarakat yang ingin mengurus administrasi


kesehatan seperti Jamkesda untuk segera lengkapi administrasi kependudukannya.

”Yang datang mengurus administrasi kesehatan, seperti Jamkesda sebagian besar


adalah masyarakat tidak mampu,” ucapnya.

Sementara untuk pelayanan kesehatan bagi pemegang Jamkesda, tambah Wawan,


harus melayani dengan baik, termasuk RSUD maupun rumah sakit swasta. Sehingga
tidak ada penolakan pasien.

”Ketika pasien datang, harus langsung mendapat penanganan pertama. Jika secara
medis tidak bisa ditangani, maka pasien bisa dirujuk ke rumah sakit lain yang peralatan
medisnya lebih lengkap,” tegasnya. (and) 

Anda mungkin juga menyukai