Saat berdialog dengan pihak terkait dan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)
Cabang Manakarra Mamuju, Abdul Rahim mengatakan Pemerintah Provinsi
(Pemprov) Sulbar telah berupaya hingga utang untuk membangun rumah
sakit yang modern dan besar, seperti Rumah Sakit Umum Regional Sulbar.
Namun, hingga saat ini pengelolaannya dinilai belum membanggakan.
"Saya ketua Pansus Pembangunan Rumah Sakit Regional Sulbar. Bahkan
Pemprov Sulbar berutang untuk membangun rumah sakit tersebut. Tapi
pengelolaannya belum membanggakan," ujar Abdul Rahim.
"Rumah sakit juga harus berbenah. Tadi saya ke sana ada loket kosong.
Kenapa itu tidak difungsikan? Banyak pasien menumpuk di sana. Itu belum
lagi saya masuk ke kamar perawatan," kesal Rahim.
Salah satu warga, Heni Rusmini (53) menyampaikan, dirinya merasa kesulitan untuk
mendapat pelayanan kesehatan, khususnya jaminan kesehatan gratis dari pemerintah. Ia
mengaku, sangat butuh mendapat pelayanan kesehatan dari pemerintah untuk
pengobatan anaknya. Menurutnya, selama warga memiliki Kartu Tanda Penduduk (KTP),
berarti sudah lengkap secara administrasi. Sehingga bisa diprioritaskan untuk
mendapatkan layanan kesehatan.
”Orang itu kan tidak ada yang mau sakit, dan saya juga memang orang tidak mampu
secara materi. Dan seharusnya pemerintah melakukan identifikasi untuk jaminan
kesehatan warga kurang mampu,” sarannya.
Lanjutnya, anggaran Jamkesda Kabupaten Bekasi yang dialokasikan untuk tahun depan
mencapai Rp15 miliar. Jumlah tersebut meningkat dibanding 2019 sebesar Rp11,5
miliar. Sambung Wawan, meningkatnya anggaran Jamkesda sebagai bentuk perhatian
Pemkab Bekasi kepada masyarakat di bidang kesehatan.
”Saya sudah menyampaikan kepada seluruh jajaran Puskesmas maupun Bidang Yankes,
agar memberi pelayanan terbaik kepada masyarakat,” imbuhnya.
”Ketika pasien datang, harus langsung mendapat penanganan pertama. Jika secara
medis tidak bisa ditangani, maka pasien bisa dirujuk ke rumah sakit lain yang peralatan
medisnya lebih lengkap,” tegasnya. (and)