Anda di halaman 1dari 25

MANAJEMEN RISIKO

“CORPORATE ACTIONS ERM”

Dibuat Oleh :

Marcello Johanes (01011180168)


Christian Dimas Aditya Pramana (01011180151)
Christina Han Immanuel (01011180305)
Muhammad Luthfie Lubis (00000010117)

UNIVERSITAS PELITA HARAPAN


KARAWACI
2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Manajemen Risiko Perusahaan merupakan strategi bisnis yang sudah direncanakan


dengan tujuan untuk mengidentifikasi, mengakses, dan mempersiapkan untuk masalah
masalah yang mungkin akan terjadi agar masalah ini tidak dapat mengganggu operasi dan
tujuan dari perusahaan. Manajemen Risiko Perusahaan juga disebut sebagai ERM yaitu
Enterprise Risk Management. Berbagai macam proses dan metode diterapkan oleh
perusahaan dengan tujuan untuk melakukan manajemen akan risiko-risiko di sebuah
perusahaan. Perusahaan tidak hanya mengidentifikasikan risiko yang dihadapinya namun
juga menentukan risiko mana yang perlu diatasi secara aktif dengan melakukan perencanaan
tindakan yang tersedia untuk stakeholders dan investors. Dan hampir semua perusahaan
dalam berbagai industri seperti konstruksi, kesehatan, penerbangan, dan lainnya selalu
menggunakan Enterprise Risk Management.

Banyak perusahaan sudah menerapkan manajemen risiko perusahaan dengan mengelola


risiko risiko dari perusahaannya dan sangat wajib untuk setiap perusahaan melakukan
Enterprise Risk Management. Dengan diterapkannya ERM, maka perusahaan akan lebih
memahami kejadian masalah yang dapat terjadi kedepannya sehingga perusahaan dapat
menilai tingkat risiko serta menyiapkan beberapa strategi alternatif lainnya sebagai response.
Dengan diterapkannya ERM, perusahaan juga dapat memperkirakan dampak dari berbagai
masalah dan menyiapkan tanggapan yang proaktif jika masalah tersebut terjadi dan
manajemen dapat menciptakan nilai untuk shareholders perusahaan tersebut.

Keberhasilan dari sebuah perusahaan sangat tergantung kepada bagaimana perusahaan


tersebut mengelola risiko-risiko yang dapat memberikan dampak buruk terhadap perusahaan.
Maka dari itu, sangat penting untuk seluruh perusahaan melakukan manajemen risiko dengan
benar agar perusahaan dapat berkembang dan pengelolaan bisnisnya baik. Hal ini akan
mempermudah perusahaan dalam memahami peluang peluang bagi perusahaan untuk dapat
bertumbuh lebih besar lagi.

Manajemen Risiko Perusahaan sangatlah penting dan dibutuhkan oleh seluruh


perusahaan, baik kecil, maupun besar, karena keberhasilan sebuah perusahaan bergantung
pada ERM dan keberhasilan perusahaan yang menentukan keberlangsungan dan kehidupan
perusahaan dimasa depan. Dengan menerapkan ERM, nilai perusahaan dapat menjadi
maksimum jika manajemen perusahaan dapat mencapai keseimbangan yang optimal antara
risiko perusahaannya.

Perusahaan dengan bidang industri apapun, perusahaan kecil maupun besar, pasti akan
selalu menghadapi masalah dan tantangan dalam bentuk risiko atau fungsi risiko perusahaan.
Namun, fungsi dari setiap risiko yang terdapat selalu berbeda dan artinya ERM diterapkan
dengan berbagai macam fungsi risiko di setiap sektor perusahaan yang berbeda dengan
tujuan untuk meningkatkan kinerja perusahaan dan mendukung keputusan-keputusan
perusahaan serta memberikan perkiraan dari risiko perusahaan dengan tujuan untuk
mengelola risiko tersebut menjadi efektif.

Banyak perusahaan mengalami masalah dalam menerapkan ERM. Namun sebenarnya


kita harus memahami dengan baik mengenai ERM yang dimana ERM merupakan
framework yang integratif dan komprehensif untuk mengelola risiko dengan tujuan untuk
meningkatkan semaksimal mungkin nilai perusahaan bagi stakeholders. Setiap perusahaan
dalam industri apapun pasti akan selalu mengalami ketidakpastian dalam bisnisnya dan
ketidakpastian inilah merupakan tantangan untuk manajemen risiko perusahaan karena harus
menetapkan sampai mana ketidakpastian ini dapat diterima dengan tujuan untuk
meningkatkan semaksimal mungkin nilai perusahaan untuk stakeholders. Nah ketika
terdapat ketidakpastian, maka selalu terdapat juga risiko dan kesempatan dimana kedua hal
ini dapat menjatuhkan atau meningkatkan nilai perusahaan. Perusahaan juga harus
memahami langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam menerapkan ERM yaitu dengan
menentukan model analisis risiko yang tepat, pengertian terhadap risiko yang sejalan, dan
untuk memenuhi tujuan harus mengevaluasi ketersediaan akan sumber daya terlebih dahulu.
Di negara Indonesia, negara tanah air Kesatuan Republik Indonesia, terdapat berbagai
macam perusahaan yang berjalan di berbagai macam bidang industri juga dari Food &
Beverages, Hotel and Tourism, Infrastructure and Construction, retail market,
Telecommunications, Coal and mining, dan banyak lainnya. Tentunya perusahaan perusahaan
tersebut juga menghadapi permasalahan dan tantangan dalam manajemen risiko
perusahaannya. Indonesia merupakan negara yang selalu dikenal sebagai negara yang
memiliki banyak sumber daya alam dan salah satunya adalah sebagai produsen komoditas
pertambangan yang besar dengan memiliki pencatatan serta penjualan yang tinggi. Bahkan
jika dibandingkan industri pertambangan Indonesia dengan negara maju lainnya tidak
signifikan perbedaannya.

Industri pertambangan di Indonesia juga merupakan peran yang penting untuk


kemakmuran Indonesia karena dengan adanya Industri pertambangan dapat menyediakan
lapangan pekerjaan untuk yang membutuhkan tanpa menggunakan teknologi otomatis seperti
di negara maju lain, dapat memotong biaya impor hasil tambang dari luar negeri karena
memiliki sendiri di Indonesia, dan juga dapat memberikan penambahan akan pendapatan
daerah juga negara. Sektor tambang di Indonesia sekarang ini terlihat sangat menarik untuk
para investor karena sedang dalam masa uptrend. Walaupun pada tahun 2020, sektor tambang
terkena dampak dari terjadinya VIRUS COVID-19, namun saat ini di awal tahun 2021 sektor
tambang mulai tumbuh positif.

Dapat dilihat juga bahwa produksi batu bara sekarang ini sangat besar dikarenakan
kebutuhan batu bara yang sedang melonjak baik untuk dalam negeri maupun luar negeri.
Target untuk produksi batu bara sekarang ini terakhir di tahun 2021 menjadi 625 juta ton dari
sebelumnya di tahun 2020 yaitu sebesar 550 juta ton jadi terjadi kenaikan sebesar 75 juta ton
dan telah dinyatakan resmi oleh ESDM yaitu Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.
ESDM juga menyatakan bahwa target investasi dalam sektor tambang di tahun 2021 sebesar
nilai 5.98 miliar dollar Amerika Serikat.
Terdapat banyak perusahaan dalam sektor tambang di Indonesia dimana di dalam
makalah ini fokus pada tiga perusahaan yang melakukan usaha di industri pertambangan batu
bara yaitu PT. INDIKA ENERGY Tbk (IDX: INDY), PT. DELTA DUNIA MAKMUR
Tbk (IDX: DOID), PT. BUKIT ASAM Tbk (IDX: PTBA). Di dalam makalah ini akan
menjelaskan analisis manajemen risiko yang detail melalui ERM dari ketiga perusahaan
diatas. Semua ini dilakukan untuk mengeksplorasi secara lebih detail mengenai masalah apa
yang dihadapi oleh tiga perusahaan tersebut dan untuk menganilisa ERM ketiga perusahaan
tersebut agar mengetahui nilai perusahaan tersebut. Juga dengan tujuan untuk menentukan
apakah ketiga perusahaan tersebut telah sukses dalam manajemen risiko perusahaannya.
Dengan makalah ini, perusahaan dapat meningkatkan kinerja manajemen risiko perusahaan
untuk lebih baik lagi kedepannya.

1.2. PT. Indika Energy Tbk (IDX: INDY)

PT. Indika Energy Tbk (IDX: INDY) adalah perusahaan yang bergerak di dalam industri
pertambangan batu bara dan sub sektornya adalah konstruksi, transportasi, perdagangan,
pengangkutan, jasa, minyak, gas, dan batu bara. Perusahaan Indika Energi yang bergerak
dalam industri batu bara ini didirikan pada tahun 2004 dan kantor pusatnya terletak di
Gedung Mitra, Lantai 7, Jalan Jenderal Gatot Subroto Kav.21, Jakarta, Indonesia. Bisnis
utama dari PT. Indika Energy merupakan di bidang batu bara namun perusahaan ini juga
mencakup sektor sumber daya, infrastruktur dan jasa energi. INDY memiliki 2 anak
perusahaan yaitu PTRO yang disebut sebagai Petrosea Tbk dan MBSS yang disebut sebagai
Mitrabahtera Sejarah Sejati Tbk.

PT. Indika Energy yang juga disebut sebagai INDY akhirnya melakukan IPO yaitu
mempublikasikan perusahaannya di tahun 2008 pada tanggal 2 Juni dimana INDY
menyatakan penawaran saham perdana INDY sebanyak 937.284.000 lembar saham sebesar
20% kepemilikan perusahaan dengan harga penawaran saham senilai Rp 2.950,- dan dicatat
di Bursa Efek Indonesia pada tanggal 11 Juni 2008.

INDY memiliki banyak sekali Komite dari komite audit & corporate governance, komite
human capital, komite risiko dan investasi, dan lain-lainnya. Namun yang bertanggung jawab
untuk melakukan pengawasan terhadap manajemen risiko dari perusahaan dan investasi
adalah komite risiko dan investasi. Komite risiko dan investasi menelaah, mengidentifikasi
dan menganalisis risiko perusahaan dan dari investasi yang ingin dilakukan oleh perusahaan,
tindakan korporasi atau tindakan apapun dari yang dapat mempengaruhi nilai perusahaan.
Komite risiko dan investasi hanya akan memberikan informasi yang sudah dikumpulkannya
kepada Dewan Komisaris.

1.2.1
Pada kuartal kedua di tahun 2020, hampir seluruh industri terkena dampak dari adanya
pandemi COVID-19 yang terjadi di seluruh dunia. Perekonomian seluruh dunia secara global
bahkan terkena dampak buruknya dari Pandemi COVID-19. Seluruh negara terkena pandem
COVID-19 dan hal ini menyebabkan penurunan pertumbuhan ekonomi setiap negara.
Tentunya juga berdampak pada perusahaan yang bergerak dalam industri batu bara dimana
PT Indika Energy Tbk sangat terkena dampak dari wabah corona.

INDY sudah melakukan berbagai macam hal untuk mengatasi kondisi buruk yang terjadi
akibat wabah corona ini. Pada saat itu negara China merupakan negara tujuan ekspor batu
bara dari INDY yang terbesar. Namun, negara pertama yang terkena dampak Virus
COVID-19 ini adalah China, jadi sangat amat menghambat pengiriman dan penjualan ke
negara China. Sama juga dengan negara Korea Selatan dan India yang juga merupakan
negara dimana perusahaan INDY mengekspor batu baranya. Namun karena pandemi
Covid-19 ini terjadi kepada seluruh dunia yang artinya seluruh negara tentunya terkena
dampaknya. Maka dari itu, ekspor batu bara sangat berkurang bahkan menurun sangat
signifikan terutama pada awal-awal pandemi karena sempat terjadinya penghentian
sementara untuk pengiriman ekspor maupun impor dan juga banyak terjadinya keterlambatan
dalam pengiriman selama masa pandemi.

Maka dari itu, INDY berusaha untuk mencari alternatif lain yaitu alternatif pasar lain
termasuk juga dengan pasar domestik. Selain itu, INDY tetap berusaha untuk melakukan
berbagai macam upaya dalam menghadapi kondisi yang disebabkan oleh pandemi ini dan
salah satunya adalah dengan melakukan diversifikasi bisnis selain dalam bisnis
pertambangan batu bara. Tujuannya adalah agar perusahaan INDY tetap dapat bertahan
dalam kondisi pandemi pun. INDY sudah melakukan diversifikasi ke bisnis lain selain batu
bara dari tahun 2018 dan INDY juga berusaha untuk meningkatkan produktivitas operasional
serta efisiensi operasional dengan menggunakan transformasi digital. Hal ini telah dilakukan
oleh PTRO yaitu PT Petrosea Tbk. Disaat kondisi sangat sulit akibat pandemi, INDY terus
melakukan usaha efisiensi operasional perusahaan dengan meningkatkan produktifitas,
efisiensi, sinergi antara anak perusahaan INDY, melakukan diversifikasi dan mengelola serta
mengembangkan portofolio perusahaan dengan adanya diversifikasi usaha.

1.3. PT. Delta Dunia Makmur Tbk (IDX: DOID)

PT. Delta Dunia Makmur Tbk (IDX: DOID) merupakan perusahaan yang didirikan
pada 19 November 1990 dengan nama PT Daeyu Poleko Indonesia dan akhirnya pada tahun
1992 baru memulai komersial usahanya. DOID melakukan IPO pada 29 Mei 2001 dengan
melakukan penawaran umum saham DOID sebesar 72.020.000 lembar saham kepada
masyarakat dengan penawaran harga per saham sebesar Rp 150,- per saham. Perusahaan ini
beberapa kali merubah nama perusahaan sampai akhirnya di tahun 2009 menjadi PT. Delta
Dunia Makmur Tbk. Pada awal berdirinya perusahaan ini, perusahaan ini bergerak dalam
bidang tekstil dimana memproduksi berbagai macam rayon, katun dan polyester untuk
memenuhi pasar ekspor. Namun, pada tahun 2008, perusahaan ini mengubah bidang
usahanya menjadi mengembangkan properti industrial dan komersial di Indonesia.

DOID memiliki anak perusahaan yaitu PT Bukit Makmur Mandiri Utama yang disebut
sebagai BUMA dimana BUMA adalah salah satu perusahaan terbesar yang bergerak dalam
bidang penambangan batu bara di Indonesia jika dilihat dari banyaknya batu bara yang
diproduksi. Selain BUMA, DOID juga memiliki 2 anak perusahaan lainnya yaitu PT
Banyubiru Sakti yang disebut sebagai BBS dan PT Pulau Mutiara Persada yang disebut
sebagai PMP dimana mereka sebelumnya memiliki izin eksplorasi batubara tapi sudah tidak
aktif. Pada akhirnya di tahun 2009 pada bulan November, DOID mengakuisisi hampir
seluruh saham BUMA sebesar 99.9% dan semenjak saat itu DOID hanya fokus pada
penambangan batubara dengan tujuan untuk menjadi pemimpin dalam bidang jasa
pertambangan agar bisa memberikan nilai perusahaan yang baik dan optimal kepada
pemegang saham.
1.3.1

Dilansir dari Kontan.co.id, Emiten Pertambangan PT Delta Dunia Makmur Tbk


(DOID) memberikan jawaban atas pertanyaan kepala Divisi PP1 Bursa Efek Indonesia pada
4 Juni 2020 terkait dengan laporan keuangan yang dimiliki oleh DOID pada tahun 2019 serta
efek dari Covid-19.

Dalam laporan keuangan Delta Dunia Makmur (DOID) per 31 desember 2020, tertera
catatan piutang dalam laporan keuangan 31 Desember. Dalam laporan keuangan DOID
sepanjang periode 2019 tercatat bahwa ada piutang lainnya pihak ketiga yang melesat
145,61% dari US$ 5,3 juta menjadi US$ 13,1 juta. Sedangkan untuk Masalah dalam nilai
penyisihan atas penurunan nilai piutang pihak ketiga hanya naik sebesar 3%.

Direktur Utama yang juga Direktur Independen Delta Dunia Makmur (DOID)
Hagianto Kumala menyatakan bahwa, tertanggal 9 Juni 2020, kenaikan piutang ketiga
terutama dikarenakan adanya pekerjaan-pekerjaan tambahan di luar kontrak maupun
biaya-biaya operasional yang terdahulu yang dibayarkan oleh entitas anak perseroan (DOID)
PT Bukit Makmur Mandiri Utama (BUMA) yang kemudian ditagihkan kepada pihak terkait.
BEI juga mempertanyakan atas peningkatan pendapatan lain-lain dalam laporan keuangan
Delta Dunia Makmur (DOID) 2019 sebesar 96,5% dari US$ 3,8 juta menjadi US$ 7,6 juta
disebabkan oleh laba selisih kurs sebesar US$ 6,3 juta dan keuntungan atas penjualan aset
tetap, alat berat sebesar US$ 2 juta.

Menurut tanggapan dari Manajemen Delta Dunia Makmur (DOID) mengatakan, atas
penjualan aset dalam laporan konsolidasian perusahaan dalam catatan 11 aset tetap dan
catatan 27 pendapatan lain-lain adalah sebesar US$ 138.526 untuk tahun 2019 dan US$
2.031.619 untuk tahun 2018.
BEI juga meminta penjelasan atas sejumlah kontrak penyediaan jasa yang sudah
berakhir maupun yang akan berakhir. Manajemen DOID menyatakan bahwa PT Berau Coal
atas operasi penambangan dan pengangkutan batubara yang mulai Januari 2003 berakhir di
Desember 2020.
Sementara kontrak dengan PT Kideo Jaya Agung atas pembuangan lapisan atas dan
produksi batubara Januari 2010-Desember 2019 kini dalam proses diskusi atas perpanjangan
kontrak.

Untuk mengatasi seluruh pembahasan oleh BEI tersebut, DOID berusaha


menyeimbangkan kapasitas produksi agar dapat melaksanakan bisnis secara efektif dan
efisien serta mampu menjaga likuiditas dan efisiensi biaya perusahaan. Dan untuk Terkait
masalah PHK atas 393 karyawan pada perusahaan DOID akibat dampak dari Covid-19,
DOID berpegangan pada aturan ketenagakerjaan dan telah memenuhi kewajiban sesuai
Undang-Undang 13/2003 tentang Ketenagakerjaan.

1.3.2

Pada akhir tahun 2020, DOID melihat bahwa ekspektasi industri batu bara di masa
mendatang semakin tinggi karena melihat dari harga yang mulai menunjukkan kenaikan.
Sehingga, untuk mengantisipasi peningkatan permintaan dan kontrak baru perseroan, maka
akan dibutuhkan dana ekstra untuk mengakomodasi hal tersebut.

Maka , PT Delta Dunia Makmur Tbk (DOID) akan menggelontorkan dana belanja
modal (Capex) hingga US$100 juta untuk tahun 2021 demi mengantisipasi kenaikan
produksi. Dan ditargetkan berdasarkan perencanaan tersebut, dana belanja modal perseroan
itu akan digunakan untuk membeli alat-alat tambang baru untuk menunjang produksi dari
perusahaan DOID.

1.3.3
Dilansir dari Bisnis.com, dikabarkan bahwa Saham kontraktor pertambangan PT Delta
Dunia Makmur Tbk (DOID). menguat di tengah tren pelemahan emiten pertamabangan
menjelang akhir sesi pertama perdagangan (21/1/2021).

Berdasarkan data dari Bloomberg, saham Delta Dunia Makmur dibuka menguat 10 poin
ke posisi 372. DOID terus meningkat di zona hijau dengan rentang pergerakan 366 hingga
380. Total perdagangan saham DOID mencapai 87,69 juta lembar dengan nilai transaksi
Rp32,77 miliar. Investor asing mencatat net sell atas saham DOID sebesar Rp1,6 miliar.
Sedangkan untuk saham batu bara masih berada pada kondisi yang lemah.

DOID juga telah mendapat kontrak tambahan dari entitas usaha PT Bayan Resources
Tbk. dengan perkiraan nilai US$1,9 miliar. Nilai kontrak itu setara Rp 26 triliun dengan
asumsi kurs, sebesar Rp 14.065 per dolar AS.

Dalam laporan bulanannya, DOID mengumumkan bahwa telah menandatangani


perjanjian perpanjangan kontrak dengan anak usaha PT Bayan Resources Tbk. (BYAN), PT
Indonesia Pratama. Kontrak tersebut akan berlaku hingga Desember 2031. Manajemen Delta
Dunia Makmur menjelaskan bahwa kontrak itu mencakup ekspansi yang cukup signifikan
bagi perseroan. Manajemen Delta Dunia Makmur menjelaskan bahwa kontrak itu dilakukan
demi meningkatkan ekspansi yang cukup signifikan bagi perseroan.

1.4. PT. Bukit Asam Tbk (IDX: PTBA)

PT. Bukit Asam Tbk (IDX: PTBA) merupakan perusahaan yang bergerak di dalam
bidang pertambangan batu bara termasuk melakukan penyelidikan umum, pengolahan,
pemurnian dan lain-lainnya. PT. Bukit Asam Tbk yang juga disebut sebagai PTBA ditunjuk
oleh pemerintah untuk mengembangkan pengusahaan briket pada tahun 1933. Pada akhirnya
pada tahun 2002 di bulan 3 Desember, PTBA mempublikasikan perusahaannya dengan
melakukan IPO dan dicatat di Bursa Efek Indonesia dengan simbol trading code ‘PTBA’.
PTBA melakukan penawaran umum perdana saham sebanyak 346.500.000 kepada
masyarakat dengan harga penawaran sebesar Rp 575,-per saham.

Pada 29 November 2017, PTBA mencatat rekor sejarah saat mengadakan rapat umum
pemegang saham dan pada 14 Desember 2017 PTBA telah menyelesaikan pemecahan saham
dengan rasio 1 banding 5 sesuai dengan keputusan yang diambil pada ‘Extraordinary
General Meeting of Shareholders’ pada bulan 29 November 2017 kemarin. Hal ini
merupakan corporate actions yang dilakukan oleh perusahaan dengan tujuan untuk
meningkatkan likuiditas pemegang saham di Bursa Efek Indonesia dan untuk memperluas
distribusi kepemilikan saham yaitu dengan cara menjangkau investor-investor. Meningkatkan
Kinerja perusahaan PTBA merupakan faktor terbesar dilakukannya corporate action ini.

1.4.1
Pada akhir Januari 2020 , muncul incident yang membuat seluruh dunia yaitu bencana
virus Covid-19. Kejadian ini bermula terjadi di China terutama di daerah Wuhan, dan
berikutnya mulai menyebar ke hampir semua negara pada semester 1 2020. Dengan
penyebaran Covid-19 yang sangat cepat ini membuat banyak negara melakukan lockdown
dan meniadakan semua aktivitas terutama aktivitas ekonomi. Maka dengan lockdown ini
seluruh dunia mengalami dilema krisis ekonomi, dimana aktivitas ekonomi tidak berjalan
sama sekali, hal ini juga berdampak pada komoditas batubara. Dimana negara pemesan
paling utama seperti China, India dan Korea menyetop pembelian impor batubara karena
lockdown. Hal ini sangat berdampak bagi PT Bukit Asam karena PTBA sendiri salah satu
pengekspor batu bara yang terbesar terutama ekspor ke India. Dengan adanya pandemic dan
juga negara importir batubara mulai menyetop pembelian batubara membuat kinerja PTBA
terhambat dimana Laba perusahaan turun sebesar 41,16 persen dari tahun lalu. Dimana tahun
2019, PTBA menorehkan laba senilai Rp 4,05 triliun. Dan juga menghambat target penjualan
PTBA sendiri di tahun 2020 tersebut tetapi meski begitu Direktur Utama PTBA, Arvian
Arifin menilai perolehan laba itu sudah cukup baik bisa didapatkan di tengah pandemi
COVID-19.

1.4.2
○ Dalam ekonomi bisnis.com PTBA menyatakan bahwa jika Pandemic Covid tidak
kunjung reda di Quarter 2 maka PTBA mencari pasar baru untuk menjual produk batu
baranya di tengah kebijakan lockdown di India akibat pandemi virus corona
(Covid-19).Direktur Niaga PT Bukit Asam Adib Ubaidillah menuturkan terjadinya
lockdown di India belum tercermin pada kinerja perusahaan kuartal I-2020. Namun, dia
memprediksi dampak kebijakan lockdown di India akan terasa pada kuartal II/2020
mengingat India merupakan pasar ekspor yang besar. Untuk mengantisipasi penurunan
penjualan di kuartal II/2020 perusahaan mulai mencari pasar yang baru. Perusahaan akan
masuk ke beberapa negara seperti Brunei Darussalam, Thailand, Vietnam, Korsel hingga
Hong Kong. pencarian pasar baru untuk ekspor ke negara yang terdampak Covid-19 ini
merupakan langkah untuk mensubstitusi penjualan domestik yang tengah tertekan.
Terlebih, PT Perusahaan Listrik Negara telah mengajukan penurunan pembelian batubara
dari PTBA.

○ PTBA sendiri juga ikut aktif dalam melawan Covid-19 seperti PTBA telah mengucurkan
donasi sebanyak Rp 14,59 miliar yang terdiri dari; bantuan alat Kesehatan, bantuan
langsung ke masyarakat maupun komunitas, sarana dan prasarana untuk mendukung
protokol Kesehatan, sosialisasi pencegahan penyebaran covid-19, dan lainnya. Bantuan
ke masyarakat diberikan tidak hanya untuk warga sekitar area pertambangan PTBA yang
berada di Kabupaten Muara Enim, Kota Lahat, dan Prabumulih. Namun juga untuk warga
yang berada di provinsi lainnya di Sumatera melalui Penugasan Kementerian Badan
Usaha Milik Negara (BUMN) Bina Lingkungan Insidentil. PTBA juga menyerahkan
bantuan sebanyak Rp 1,3 miliar lewat Yayasan BUMN Hadir untuk Negeri yang
diperuntukkan khusus bagi penanganan dan pencegahan wabah covid-19. Sesuai instruksi
Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN), alokasi Tunjangan Hari Raya (THR)
seluruh direksi dan komisaris PT Bukit Asam Tbk beserta anak usaha juga dialihkan
untuk pemberian bantuan menanggulangi Covid-19.

○ PTBA merencanakan menguatkan cadangan batubara dengan melakukan akuisisi


tambang batubara. Sekretaris Perusahaan Bukit Asam Apollonius Andwie C.
mengatakan cadangan batu bara baru diperlukan sebagai modal keberlanjutan usaha.
Adapun, salah satu strategi penambahan cadangan itu, lanjut Apollonius, yaitu dengan
mengakuisisi lahan-lahan tambang. Saat ini total sumber daya PTBA mencapai 8,17
miliar ton dengan total cadangan tertambang 3,25 miliar ton. Tambang Tanjung Enim
masih menjadi penopang perseroan dengan sumber daya sebesar 4,64 juta ton dan
cadangan tertambnag sebesar 2,84 juta ton. PT Bukit Asam Tbk (PTBA) menyatakan
tetap membuka opsi akuisisi berbagai lahan tambang demi menambah cadangan
batubara. Salah satunya adalah kesiapan emiten ini untuk mengakuisisi bekas wilayah
tambang batubara PT Asmin Koalindo Tuhup. Apollonius menegaskan, saat ini emiten
yang berbasis di Sumatera Selatan tersebut masih mempertahankan target kinerja
operasional yang telah dicanangkan sejak awal tahun. Tahun ini PTBA merencanakan
produksi batubara sebesar 30,3 juta ton hingga akhir 2020 atau naik 4% dari realisasi
tahun sebelumnya. Target angkutan pada 2020 ditargetkan menjadi 27,5 juta ton atau
meningkat 13% dari realisasi angkutan kereta api tahun lalu.
Bab 2

Konsep dan Teori


Enterprise Risk Management COSO

Komponen ERM COSO digambarkan sebagai sebuah kubus yang mempunyai tiga
permukaan yang tampak. Permukaan dari sisi kanan merupakan komponen entitas
perusahaan yakni : level perusahaan, divisi, unit bisnis, dan anak perusahaan. Permukaan dari
sisi atas merupakan komponen tujuan manajemen risiko perusahaan yaitu : strategis, operasi,
pelaporan, dan kepatuhan. Sedangkan Permukaan dari sisi depan merupakan komponen
proses manajemen risiko perusahaan yaitu : kondisi lingkungan internal, penetapan tujuan,
identifikasi kejadian, penilaian risiko, penanganan risiko, aktivitas pengendalian, informasi
dan komunikasi, serta pemantauan.

Enterprise Risk Management sendiri terdiri dari 8 komponen. Seluruh komponen ini
diperlukan untuk bisa mencapai tujuan-tujuan dari perusahaan, baik tujuan strategis,
operasional, pelaporan keuangan, maupun juga tujuan kepatuhan terhadap ketentuan
perundang-undangan. Berikut ini merupakan komponen-komponen ERM :
Lingkungan Internal (Internal Environment)

Lingkungan Internal Merupakan komponen yang berkaitan dengan lingkungan dimana


perusahaan berada dan beroperasi. Cakupanya adalah risk-management philosophy (kultur
manajemen tentang risiko), integrity (integritas), risk-perspective (perspektif terhadap risiko),
risk-appetite (selera atau penerimaan terhadap risiko), ethical values (nilai moral), struktur
organisasi dan pendelegasian wewenang. Lingkungan internal sangat menentukan warna dari
sebuah organisasi dan memberi dasar bagi cara pandang terhadap risiko dari setiap orang
dalam organisasi tersebut. Lingkungan internal ini termasuk, filosofi manajemen risiko dan
risk appetite, nilai-nilai etika dan integritas, dan lingkungan di mana kesemuanya tersebut
berjalan.

Penentuan Tujuan

Tujuan perusahaan harus ada terlebih dahulu sebelum manajemen dapat mengidentifikasi
kejadian-kejadian yang berpotensi mempengaruhi pencapaian tujuan tersebut. ERM
memastikan bahwa manajemen memiliki sebuah proses untuk menetapkan tujuan yang
dipilih atau ditetapkan serta mendukung misi perusahaan dan konsisten dengan risk
appetite-nya.

Identifikasi risiko

Salah satu model yakni exposure analysis. Metode ini digunakan untuk melakukan
identifikasi risiko dari sumber daya organisasi yang meliputi financial assets seperti kas dan
simpanan di bank, physical assets seperti tanah dan bangunan, human assets yang mencakup
pengetahuan dan keahlian, serta intangible assets seperti reputasi dan penguasaan informasi.

Penilaian Risiko

Komponen ini bertujuan untuk menilai sejauh mana dampak dari events dapat
mengganggu pencapaian tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Besarnya dampak dapat
diketahui dari inherent dan residual risk, dan dapat dianalisis dalam dua perspektif yakni:
likelihood ada impact/consequence. Dengan demikian besarnya risiko atas setiap kegiatan
bisnis merupakan hasil kali antara likelihood dan consequence. Hasil dari penilaian ini
menentukan posisi dan tingkat risiko yang diukur.

Respon Risiko

Manajemen memilih respon risiko untuk menghindar, menerima, mengurangi, atau


mengalihkan dan mengembangkan satu set kegiatan agar risiko tersebut sesuai dengan
toleransi dan juga risk appetite.

Kegiatan Pengendalian

Kegiatan Pengendalian merupakan suatu Kebijakan dan juga prosedur yang ditetapkan
dan diimplementasikan untuk membantu memastikan respon risiko berjalan dengan efektif.

Informasi dan komunikasi

Informasi yang relevan diidentifikasi, ditangkap, dan dikomunikasikan dalam bentuk dan
waktu yang memungkinkan setiap orang menjalankan tanggung jawabnya masing-masing.

Pengawasan

COSO ERM – Integrated Framework juga mendeskripsikan peran dan juga tanggung
jawab dari unit-unit kerja perusahaan dalam penerapan manajemen risiko. Satu prinsip dasar
yang ditanamkan COSO ERM adalah bahwa “semua bagian di dalam perusahaan memiliki
tanggung jawab terhadap ERM”, yang artinya implementasi manajemen risiko harus
mencakup entity-level, division, business unit, hingga subsidiary, dan mencakup seluruh
sumber daya manusia di dalamnya. Berikut ini merupakan pembagian peran dan juga
tanggung jawab yang dijelaskan COSO ERM :

● Board of Directors (BoD), memiliki tanggung jawab penting dalam melakukan


pemantauan terhadap penerapan manajemen risiko, dengan turut memperhitungkan risk
appetite dari entitas.
● Chief Executive Officer (CEO), memiliki tanggung jawab untuk memastikan berjalannya
ERM yang efektif pada keseluruhan perusahaan.
● Manajer, memiliki tanggung jawab dalam mendukung penerapan prinsip ERM
perusahaan, dan juga memastikan pemenuhan ERM dengan risk appetite, serta mengelola
risiko di ranah kewenangannya agar konsisten dengan risk tolerance yang dimilikinya.
● Risk officer, financial officer, dan internal audit, memiliki peran kunci dalam mendukung
efektivitas penerapan manajemen risiko perusahaan.
● Petugas operasional (atau biasa disebut risk coordinator), bertanggung jawab dalam
menerapkan manajemen risiko perusahaan sejalan dengan prosedur dan kebijakan
manajemen risiko perusahaan. Pihak eksternal (seperti pelanggan, kompetitor, otoritas,
dan pihak yang berperan dalam value chain perusahaan) tidak memiliki tanggung jawab
dalam memastikan efektivitas ERM dari entitas, tetapi pihak-pihak tersebut berperan
penting dalam menyediakan informasi yang dapat mendukung efektivitas manajemen
risiko.

Terdapat juga jenis-jenis risiko yang dialami oleh perbankan pada No. 11/25/PBI/2009
● Risiko Kredit : yaitu risiko kerugian akibat kegagalan debitur dalam melakukan
kewajibannya yaitu membayar bunga beserta pokoknya. Selain itu risiko kredit juga
mencakup kegagalan pihak lawan (counterparty credit risk) untuk memenuhi kewajiban
misal seperti dalam perjanjian kontrak derivatif, kemudian kegagalan penyelesaian
pembayaran (settlement) dalam hal perjanjian transaksi jual beli valuta asing.
● Risiko Pasar : yaitu risiko akibat perubahan harga pasar pada posisi portofolio dan
rekening administratif, termasuk transaksi derivatif. Faktor pasar tersebut antara lain
meliputi nilai tukar, suku bunga, harga saham, dan harga komoditas. Pada dasarnya risiko
pasar merupakan risiko yang sulit atau tidak dapat dihindari.
● Risiko Likuiditas : yaitu risiko yang diakibatkan ketidakmampuan bank dalam memenuhi
kewajiban yang jatuh tempo (pembayaran bunga nasabah) yang bersumber dari
pendanaan arus kas bank. Jenis risiko ini melekat pada kegiatan treasury, investasi, dan
kegiatan hubungan koresponden antar bank lain.
● Risiko Operasional : yaitu risiko yang disebabkan ketidakcukupan atau tidak
berfungsinya proses internal, kesalahan manusia / officer (human error), kegagalan
sistem. Seperti officer bank yang melakukan kerja sama dengan calon debitur untuk
mempermudah proses penerimaan dan pencairan kredit dengan cara ilegal dengan cara
melebih-lebihkan nilai pasar agunan padahal kondisi sebenarnya nilai pasar agunan di
bawah pasaran, kemudian kesalahan officer atau pegawai bank dalam melakukan posting
uang akibat kurangnya pengalaman pegawai tersebut, dan fasilitas sistem seperti internet
banking yang dibobol akibat bocornya keamanan sistem yang dimiliki bank tersebut.
● Risiko Hukum : yaitu risiko akibat kelalaian bank yang dapat menimbulkan kelemahan
dari aspek yuridis, dimana bank tidak melakukan proses pengikatan agunan secara
sempurna sesuai dengan tata cara hukum yang berlaku sehingga bank tidak dapat
melakukan eksekusi agunan saat kondisi debitur benar-benar tidak dapat melakukan
kewajibannya.
● Risiko Reputasi : yaitu risiko atas kejadian yang menimbulkan persepsi negatif atas bank
tersebut sehingga masyarakat tidak percaya untuk menyimpan dananya pada bank
tersebut. Seperti bank mengalami kerugian besar akibat perbuatan fraud yang dilakukan
pegawainya sehingga nasabah meragukan tingkat keamanan bank dalam menyimpan
dana masyarakat.
● Risiko Strategik : yaitu risiko yang diakibatkan bank melakukan kesalahan atau salah
dalam mengambil keputusan maupun kebijakan dalam proses bisnisnya. Seperti bank
memutuskan bersaing dengan bank asing dengan cara meluncurkan bisnis atau produk
yang kompleks, padahal bank itu sendiri belum memiliki infrastruktur dan pengalaman
yang memadai sehingga bank merugi.
● Risiko Kepatuhan : yaitu risiko yang diakibatkan bank tidak mematuhi ketentuan internal
dan peraturan undang-undang yang berlaku, seperti ketentuan Kewajiban Penyediaan
Modal Minimum (KPMM), Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK).

BAB 3
ANALISA DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan dari ketiga perusahaan yang kami pilih, yaitu PT. Indika Energy Tbk
(INDY), PT. Delta Dunia Makmur Tbk (DOID), PT. Bukit Asam Tbk (PTBA). Kami
menemukan beberapa Corporate Actions yang dilakukan oleh masing-masing dari ketiga
perusahaan tersebut, Corporate Actions yang dilakukan oleh perusahaan tersebut bertujuan
untuk perkembangan perkembangan perusahaan dan juga demi mempertahankan perusahaan
tersebut dalam menghadapi krisis di masa pandemi Covid-19.

3.1 PT. Indika Energy Tbk (INDY)

Pada bulan April hingga Juni 2020 perekonomian secara global memburuk akibat adanya
pandemic Covid-19. Hal ini ikut berdampak pada industri batubara termasuk juga pada PT
Indika Energy. PT Indika Energy mengalami penurunan saham dan performa perusahaan,
Penurunan ini terjadi karena negara importir terbesar batubara melakukan lockdown sehingga
mengganggu kegiatan ekspor dan impor batubara.

Menanggapi hal tersebut, PT. Indika Energy melakukan berbagai Corporate Actions
untuk mempertahankan perusahaan di masa pandemi Covid-19 ini, salah satunya yang
dilakukan oleh INDY yaitu dengan berusaha untuk mencari alternatif lain yaitu alternatif
pasar lain termasuk juga dengan pasar domestik dan juga melakukan diversifikasi bisnis dan
ekspansi bisnis selain bisnis pertambangan batu bara.

Dari Corporate Actions yang dilakukan oleh PT Indika Energy ini, perusahaan
melakukan metode dan komponen penentuan tujuan dalam ERM, karena perusahaan memilih
langkah ini dengan memiliki tujuan untuk kembali meningkatkan kinerja perusahaan,
meningkatkan harga saham perusahaan dan juga industri batu bara di masa mendatang.
Action yang dilakukan oleh PT. Indika Energy ini juga bertujuan untuk mengatasi ancaman
resiko yang telah diperhitungkan oleh perusahaan di mana mendatang terkait industri batu
bara.
Hasilnya, pada kuartal ke-2 tahun 2020 tepatnya bulan April harga saham PT. Indika
Energy mengalami peningkatan hingga pada kuartal pertama tahun 2021, dari Rp.795
menjadi Rp.1,405. Hal tersebut membuktikan bahwa corporate actions yang dilakukan oleh
PT. Indika Energy berhasil karena, perusahaan tersebut berhasil meningkatkan nilai
sahamnya.

3.2 PT. Delta Dunia Makmur (DOID)


3.2.1
Pada case pertama yang dialami oleh PT. Delta Dunia Makmur yakni, tentang pertanyaan
laporan keuangan Delta Dunia Makmur oleh BEI. dalam laporan keuangan PT. Delta Dunia
Makmur menunjukkan bahwa adanya kenaikan piutang 145,61% dari tahun 2019 yang
dikarenakan adanya pekerjaan-pekerjaan tambahan di luar kontrak maupun biaya-biaya
operasional yang terdahulu yang dibayarkan oleh entitas anak perseroan (DOID) PT Bukit
Makmur Mandiri Utama (BUMA) yang kemudian ditagihkan kepada pihak terkait. , BEI
juga mempertanyakan tentang peningkatan pendapatan lain yang meningkat sebesar 96,5%
pada laporan keuangan DOID, yang terjadi karena adanya penjualan aset dalam laporan
konsolidasian perusahaan dalam catatan 11 aset tetap dan catatan 27 pendapatan lain-lain
adalah sebesar US$ 138.526 untuk tahun 2019 dan US$ 2.031.619 untuk tahun 2018, dan
juga BEI minta penjelasan terkait kontrak penyediaan jasa yang sudah berakhir maupun yang
akan berakhir.

Corporate Actions yang dilakukan oleh PT Delta Dunia Makmur yaitu, dengan
mengadakan kontrak dengan berbagai perusahaan terutama bersama PT Berau Coal, kontrak
tersebut dapat memberikan kontribusi pada pendapatan DOID 2018 sebesar US$
168.281.603 dan tahun 2019 sebesar US$ 176.229.217. Manajemen perusahaan DOID juga
terus melakukan eksplorasi atas terhadap kontrak-kontrak baru untuk menjaga utilisasi
kapasitas atas asetnya secara optimal. DOID juga berusaha menyeimbangkan kapasitas
produksi agar dapat melaksanakan bisnis secara efektif dan efisien serta mampu menjaga
likuiditas dan efisiensi biaya perusahaan di dalam masa pandemi Covid-19 ini.

Corporate Actions yang dilakukan oleh DOID dalam mengatasi masalah ini dengan
menggunakan konsep Respon Risiko, perusahaan melakukan berbagai kontrak dengan
perusahaan lainnya demi mengurangi tingkat resiko yang dialami oleh perusahaan tersebut.

3.2.2
Pada case kedua, PT. Delta Dunia Makmur melihat prospek industri batubara mengalami
kenaikan, sehingga hal tersebut dapat menciptakan tren produksi batu bara. Dengan
demikian, dapat meningkatkan kenaikan produksi batu bara di masa mendatang.
Dengan melihat kemungkinan tersebut, PT. delta Dunia Makmur mengantisipasinya
dengan melakukan Corporate Actions, yakni dengan menyiapkan dana belanja modal (capex)
sebesar US$ 100 juta atau sekitar Rp. 1,4 triliun, capex ini akan dialokasikan oleh perusahaan
menyusul ekspektasi industri batu bara di masa mendatang yang tercermin dari harga yang
mulai menunjukkan kenaikan.

Hasilnya, PT. Delta Dunia Makmur tampak berhasil menekan sejumlah beban walaupun
beban lain-lain membengkak menjadi US$14,06 juta dibandingkan dengan kuartal III/2019
sebesar US$4,2 juta. Dari situ, DOID membukukan rugi bersih yang dapat diatribusikan
kepada pemilik entitas induk sebesar US$3,69 juta. Perolehan itu berbanding terbalik dengan
periode yang sama tahun lalu, perseroan berhasil membukukan laba bersih sebesar US$28,14
juta. Hal ini menunjukkan bahwa Corporate Cations yang dilakukan oleh PT. Delta Dunia
Makmur berhasil.

3.2.3
Dalam case ketiga, di tengah terjadinya pelemahan emiten pertambangan dan
melemahnya saham batu bara pada kuartal pertama di tahun 2021, PT. Delta Dunia Makmur
melakukan Corporate Actions dengan menambah kontrak tambahan yakni menandatangani
perjanjian perpanjangan kontrak dengan anak usaha PT. Bayan Resource Tbk (BYAN), PT.
Indonesia Pratama yang akan berlaku hingga Desember 2031. kontrak tersebut juga
mencakup ekspansi yang cukup signifikan bagi perseroan, demi meningkatkan sahamnya.
Kontrak tambahan itu memberikan tambahan volume overburden removal (OB) perseroan
hingga 650 juta bcm dan lebih dari 210 juta ton batu bara yang akan diekstraksi. Selain itu,
kontrak juga memberikan pengerjaan pengangkutan batu bara lebih dari 75 juta ton.

Dengan melakukan Corporate Actions (kontrak tambahan) tersebut, hasilnya PT. Delta
Dunia Makmur berhasil meningkatkan nilai sahamnya walaupun ditengah terjadinya krisis
dalam industri batu bara, sementara perusahaan lain mengalami penurunan nilai saham
mereka. PT. Delta Dunia Makmur juga berhasil mempertahankan nilai sahamnya pada posisi
zona hijau dengan dibuka menguat 10 poin ke posisi 372. Dan dengan rentang pergerakan
366 hingga 380. Total perdagangan saham DOID juga telah mencapai 87,69 juta lembar
dengan nilai transaksi Rp32,77 miliar. Investor asing juga telah mencatat net sell atas saham
DOID sebesar Rp1,6 miliar.

3.3 PT. Bukit Asam Tbk (PTBA)

Di Kuartal pertama 2020 terjadi pandemi Covid-19 yang merajalela di seluruh dunia,
Covid-19 ini menyebabkan krisis ekonomi dunia yang menyebabkan hampir seluruh negara
melakukan lockdown untuk mengatasi penyebaran Covid-19 ini. Hal ini menyebabkan
aktivitas ekonomi jatuh contohnya pada bidang komoditi batubara, penyebab jatuhnya
komoditi batubara ini adalah negara importir batubara terbesar melakukan lockdown yang
membuat negara tersebut memberhentikan impor batubara dari negara-negara lain. Hal ini
memberikan efek yang dalam bagi perusahaan batubara yaitu PT bukit Asam , karena PT
Bukit Asam sendiri merupakan eksportir batubara yang terbesar terutama ekspor ke India.
Dengan incident ini membuat perkembangan PT bukit Asam terhambat dan kinerja PTBA
juga terganggu dimana Laba perusahaan turun sebesar 41,16 persen dari tahun lalu. Dimana
tahun 2019, PTBA menorehkan laba senilai Rp 4,05 triliun. Dan juga menghambat target
penjualan PTBA sendiri di tahun 2020 tersebut tetapi meski begitu Direktur Utama PTBA,
Arvian Arifin menilai perolehan laba itu sudah cukup baik bisa didapatkan di tengah
pandemi COVID-19. Dalam menanggapi permasalahan tersebut, maka PT Bukit Asam
melakukan berbagai Corporate Action (3), untuk mengatasinya.

Corporate Action pertama yang dilakukan oleh PT Bukit Asam adalah, PTBA akan
mencari pasar baru untuk menjual batubara jika Covid tidak mereda di kuartal 2 2020,
dimana negara export utamanya yaitu India masih lockdown. Direktur Niaga PT Bukit Asam
Adib Ubaidillah menuturkan terjadinya lockdown di India belum tercermin pada kinerja
perusahaan kuartal I-2020. Namun, dia memprediksi dampak kebijakan lockdown di India
akan terasa pada kuartal II/2020 mengingat India merupakan pasar ekspor yang besar. Maka
untuk menanggapi penurunan penjualan di kuartal II ini maka perusahaan akan masuk ke
pasar baru yaitu Brunei Darussalam, Thailand, Vietnam, Korsel hingga Hong Kong.

Dari Corporate Action tersebut, PTBA dapat berhasil mengurangi permasalahan tentang
penurunan penjualan batubara, di kuartal II PTBA bisa meningkatkan ekspornya sebesar 5,2
juta ton dan ekspor batubara PTBA sendiri meningkat sebesar 41,4 % dari April 2020 dan
juga di sisi produksi PTBA sudah memproduksi batubara lebih banyak dari sebelumnya
dimana Juni 2020 PTBA memproduksi batubara sebesar 11,9 juta ton.

Corporate Action kedua yang dilakukan PTBA yakni, PTBA mengucurkan donasi
sebesar Rp 14,59 miliar yang isinya terdiri dari bantuan alat Kesehatan, bantuan langsung ke
masyarakat maupun komunitas, sarana dan prasarana untuk mendukung protokol Kesehatan,
sosialisasi pencegahan penyebaran covid-19, dan lainnya. Aksi donasi ini menunjukkan
bahwa PTBA peduli terhadap lingkungan sosial dan mau bertarung terhadap Covid-19.
Upaya sosialisasi ini juga disertai dengan pembagian masker yang hingga Juli 2020 mencapai
293.696 masker yang sesuai standar Kementerian Kesehatan. Masker dibuat oleh para pelaku
usaha lokal, sebagai upaya pemberdayaan ekonomi lingkungan sekitar perusahaan.
Perusahaan juga membagi 1258 hand sanitizer untuk masyarakat Tanjung Enim. Seluruh
kegiatan ini dilakukan bersama-sama oleh PTBA dengan Musyawarah Pimpinan Daerah
(Muspida) dan Satuan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kabupaten Muara
Enim.
Dari corporate Action tersebut , kesuksesan PTBA adalah untuk memberikan edukasi
sosial tentang bahaya Covid-19 terhadap masyarakat dan apa yang harus dilakukan untuk
mencegahnya seperti mencuci tangan yang bersih, menjaga jarak 2 meter, dan juga selalu
menggunakan masker. Tindakan yang dilakukan PTBA ini digunakan juga untuk menguatkan
nama perusahaan dan juga moral perusahaan sendiri . PTBA mau menunjukkan bahwa
perusahaan mereka tetap kuat dan juga pegawai-pegawainya juga disiplin terhadap
pencegahan pandemic Covid-19.

Corporate Action ketiga yang dilakukan oleh PTBA adalah perencanaan akuisisi tambang
batubara dimana PTBA sendiri sudah lama mengincar tambang batubara yang sudah dilirik
dari dulu contohnya adalah PTBA ingin mengakuisisi bekas wilayah tambang batubara PT
Asmin Koalindo Tuhup di Kalimantan Tengah . wilayah bekas tambang PT AKT memiliki
luas 21.630 hektar di Kabupaten Murung Raya, Kalimantan Tengah. Adapun, PT AKT
merupakan entitas usaha PT Borneo Lumbung Energi & Metal Tbk. (BORN) yang delisting
pada awal Januari 2020. PT Asmin Koalindo ini sendiri mengalami polemik karena dugaan
suap pengurusan kontrak PKP2B PT AKT oleh Borneo Lumbung Energi & Metal. PTBA
sendiri mengevaluasi tambang PT Asmin Koalindo Tuhup tersebut

Jika PTBA berhasil mengakuisisi tambang PT AKT tersebut maka akan PTBA bisa
melakukan produksi lebih cepat dan juga akurat , serta benefit berikutnya adalah untuk
meningkatkan cadangan batubara produksi karena untuk mengatasi shortage produk yang
harus disiapkan jika kala permintaan batubara baik dalam dalam maupun luar negeri
menggejolak.
BAB 4
KESIMPULAN, SARAN, DAN REKOMENDASI

4.1 Kesimpulan
Dalam studi kasus ini, terdapat beberapa risiko yang kemungkinan terjadi di sejumlah
perusahaan yang dijelaskan pada bab sebelumnya. PT. Indika Energy Tbk. (INDY)
mengalami penurunan saham dan kinerja akibat dampak dari Covid-19. PT. Delta Dunia
Makmur (DOID) sedang mengalami tiga kejadian yang berbeda, yaitu kenaikan piutang
yang disebabkan dari tagihan pihak terkait terhadap pekerjaan kontrak yang awalnya
dibayar oleh anak perusahaan tersebut (PT. Bukit Makmur Mandiri Utama, disingkat
BUMA), peningkatan produksi batubara, dan lemahnya emiten pertambangan serta
saham batubara (saat sedang mengalami krisis batubara). PT. Bukit Asam Tbk. (PTBA)
juga merupakan perusahaan yang mengalami dampak dari pandemi Covid-19, yaitu
terhambatnya kegiatan impor batubara ke negara lain yang mengakibatkan penurunan
tingkat ekonomi secara drastis, seperti penurunan laba, kinerja, dan sebagainya.

4.2 Saran
Berbagai Corporate Action telah diterapkan oleh masing-masing perusahaan, kedua
perusahaan diantaranya giat berusaha menghadapi dampak buruk dari pandemi Covid-19.
Perusahaan INDY menerapkan ERM untuk mengatasi segala resiko yang diperkirakan
pada masa mendatang, sedangkan PTBA mencari pasar baru yang belum terdampak oleh
pandemi tersebut, serta memberikan dukungan pencegahan Covid-19, seperti protokol
kesehatan, sosialisasi pencegahan penyebaran Covid-19, dan lain sebagainya.
Di samping itu, perusahaan DOID, yang mengalami beberapa kasus yang menyebabkan
tingkat ekonomi perusahaan tersebut terancam, juga menerapkan Corporate Action pada
setiap kasus tersebut, untuk mengendalikan dan mengurangi risiko perusahaan itu. Pada
kasus pertama, DOID menerapkan “risk response” terhadap setiap kontrak yang akan
dipilih oleh perusahaan. Kemudian, pada kasus kedua, DOID menyiapkan dana belanja
modal (capital expenditure) sebesar 100 juta USD (sekitar 1,4 triliun rupiah) untuk
meringankan segala beban yang ada dalam perusahaan. Pada kasus terakhir, DOID
menandatangani perjanjian perpanjangan kontrak dengan PT. Indonesia Pratama, anak
perusahaan PT. Bayan Resource Tbk. (BYAN) selain untuk meningkatkan sahamnya,
juga mendapat pengerjaan pengangkutan batubara lebih dari 75 juta ton dari perusahaan
tersebut.

4.3 Rekomendasi
Pandemi Covid-19 merupakan suatu kejadian yang tidak dapat diperkirakan dengan
mudah, alias uncertainty. Kita belum pasti dapat mengetahui langkah awal untuk
mencegah terjadinya ancaman risiko perusahaan, setinggi apapun pencapaian perusahaan
saat itu. Saat dampak pandemi dirasakan dalam nilai ekonomi perusahaan, beberapa
diantaranya memilih mengundurkan diri dari lingkungan pasar tersebut, namun
perusahaan yang seperti dijelaskan di atas berhasil mendapatkan langkah terbaik untuk
menyelamatkan usaha bisnis tersebut dari ancaman kerugian ekonomi secara drastis.
Setelah pandemi tersebut reda, kami dapat merekomendasikan untuk menerapkan
langkah yang sama sebelum terjadi kejadian yang serupa supaya nilai ekonomi suatu
perusahaan tetap stabil dan terus dipertahankan sejalan dengan usaha bisnis tersebut.
Sedangkan, salah satu kasus PT. Delta Dunia Makmur merupakan suatu contoh di mana
perusahaan dapat mengembangkan bisnisnya melalui tren yang sedang terjadi di
lingkungan tersebut. Perusahaan dapat memanfaatkan itu untuk mengurangi risiko pada
masa mendatang melalui segala keuntungan yang diharapkan dari perusahaan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai