Disusun oleh:
Lailatul Isnaeni
P032013411063
Dosen Pengampu:
Puji dan syukur saya ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penyusunan Makalah “Peran Penegakan
Hukum dalam Memberantas Korupsi di Indonesia dan Bagaimana Kenyataannya
Saat Ini” ini dapat terselesaikan dengan baik tanpa kendala. Maksud dan tujuan
penyusunan ini adalah untuk melengkapi tugas dalam mata kuliah Pedidikan dan
Budaya Anti Korupsi (PBAK)
Penyusu
1
DAFTAR ISI
Kata Pengantar………………………………………………………….1
Daftar Isi………………………………………………………………..2
BAB I PENDAHULUAN
3.1 Kesimpulan………………………………………………………….12
3.2 Saran………………………………………………………………...12
DAFTAR PUSTAKA
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
1.2 Latar Belakang Masalah
4
BAB II
PEMBAHASAN
Istilah penegak hukum dan atau penegakan hukum terdapat dalam undang-
undang, diantaranya Pasal 5 ayat (1) UU No. 18 Tahun 2003 tentang Advokat,
5
Pasal 2 UU No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia,
Pasal 49 ayat (2) huruf i UU No. 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan,
dan lain-lain.
Sementara itu menurut nur aji pratama, 2020 dalam sebuah artikel,
menyebutkan bahwa Aparat penegak hukum dalam pengertian luas merupakan
institusi penegak hukum, sedangkan dalam arti sempit, aparat penegak hukum
adalah polisi, jaksa, dan hakim. Dalam penyelenggaraan sistem peradilan pidana,
diperlukan jajaran aparatur penegak hukum yang profesional, cakap, jujur, dan
bijaksana.
6
pemberantasan tindak pidana korupsi hingga saat ini. Peraturan Penguasa Perang
dari Kepala Staf Angkatan Darat tanggal 16 April 1950 No. Prt/ Peperpu/ 013/
1958 dan dari Kepala Staf Angkatan Laut tanggal 17 April 1958 No.Prt/Z.1/I/7
yang kemudian dinyatakan sebagai Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
Undang No. 24 tahun 1960, tentang Pengusutan, Penuntutan dan Pemeriksaan
Tindak Pidana Korupsi. Selanjutnya Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
Undang No. 1 tahun 1960 (Lembaran Negara No. 3 tahun 1961) telah menetap-
kan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No. 24 tahun 1960 itu
menjadi Undang-Undang No. 24 Prp tahun 1960 tentang Undang-undang Anti
Korupsi, Undang-undang No:3 Tahun 1971, tentang Undang-undang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Undang-Undang No. 31 Tahun 1999, yang
kemudian diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001, serta Undang-
Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi.
(Santiago, 2017).
Berdasarkan pasal 284 ayat (2) KUHAP, jaksa diberi wewenang melakukan
penyidikan di bidang tindak pidana khusus yang besar maupun yang biasa
sebagaimana diatur dalam hukum acara khusus seperti dalam tindak pidana
ekonomi, tindak pidana korupsi dan tindak pidana subversi. Beberapa Undang-
Undang tersebut dilengkapi dengan hukum acara pidana khusus yang merupakan
penyesuaian sebagaimana yang diatur dalam KUHAP.
Sudah banyak upaya yang telah dilakukan oleh Kejaksaan Agung RI dalam
upaya pemberantasan korupsi. Diantara upaya-upaya tersebut adalah
7
dilaksanakannya Sidak (Inspeksi Mendadak) yang dilakukan pertama kali oleh
Jaksa Agung Ismail Saleh, SH pada tahun 1981. Sidak ini sebelumnya jarang
dilakukan, sehingga sidak yang dilakukan oleh Jaksa Agung tersebut
menimbulkan berbagai pertanyaan dari berbagai pihak. Upaya lain yang dilakukan
dalam bentuk Operasi Meja Bersih (Clean Desk Operation), yang diarakkan
kepada tegaknya disiplin dan waktu kerja yang tinggi serta sistem kerja yang
efektif dan efisien dilingkungan masing-masing agar dengan demikian dapat
diperoleh cukup jaminan terselenggaranya hasil tugas yang tepat, cepat dan
cermat diseluruh jajaran kejaksaan.
Saat ini, tindak pidana korupsi dianggap sebagai tindak pidana luar biasa
(extra ordinary crime) dan penindakan hukum terhadap para pelaku korupsi dinilai
masih sangat lamban. Oleh sebab itu, maka berdasarkan Pasal 43 Undang-Undang
Nomor 31 Tahun 1999 dibentuklah lembaga baru yang bernama Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK) yang dalam pelaksanaan tugas dan wewenangnya
bersifat independen. Independensi KPK disebutkan dalam melakukan penyidikan
dan penuntutan tindak pidana korupsi serta dapat mengambil alih penanganan
perkara korupsi dari kepolisian dan kejaksaan berdasarkan Undang-Undang
Nomor 30 Tahun 2002. Namun perlu dijelaskan bahwa kehadiran KPK tidak
menghapus tugas dan kewenangan aparat penegak hukum yang ada (kepolisian
dan kejaksaan) dalam menangani kasus-kasus korupsi tetapi justru untuk
mendorong kinerja aparat penegak hukum tersebut dalam meningkatkan
8
penanganan perkara-perkara korupsi. KPK hanya akan bertindak untuk
mengambil alih penanganan perkara-perkara korupsi dari Kepolisian dan
Kejaksaan apabila ada indikasi kelambanan atau telah terjadi kolusi dalam
penanganan kasus korupsi tersebut. Oleh sebab itu, peraturan kewenangan
penyidikan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dalam Undang-Undang Nomor
30 Tahun 2002 dilakukan secara lebih hati-hati agar tidak terjadi tumpang tindih
kewenangan dengan berbagai instansi dimaksud.
9
penyidik, Polri diberi wewenang untuk melakukan penegakan hukum terhadap
semua perkara pidana yang ada, tidak terkecuali terhadap perkara korupsi.
Pengungkapan kasus dan penyelesaian perkara korupsi yang diimbangi dengan
penyelamatan asset yang dilakukan Polri merupakan salah satu wujud nyata dari
terlaksananya peran sebagai penyidik dalam memberantas korupsi. (Hutahaean et
al., 2020).
- Kasus Jaksa Kejati DKI Yanuar Reza Muhammad dan Fristo Yan
Presanto
Kasus jaksa Kasi Penyidikan pada Aspidsus Kejati DKI Jakarta
Yanuar Reza Muhammad dan jaksa Kasubsi Tipikor dan Tindak
Pidana Pencucian Uang (TPPU) Fristo Yan Presanto.
"Pada Senin (2/12/2019), sekitar pukul 14.50 WIB TIM PAM
SDO, JAM Intel Kejaksaan Agung mengamankan tiga orang terdiri
dari satu orang swasta berinisial CH dan dua oknum jaksa inisial
YRM dan FYP. Mereka diduga telah melakukan pemerasan kepada
saksi berinisial MY," kata Jaksa Agung RI, ST Burhanuddin, saat
konferensi Pers usai Rapat Kerja Nasional Kejaksaan Agung RI
2019 di Hotel Yasmin Cipanas Puncak Kabupaten Cianjur, Selasa
(3/12/2019).
- Kasus Mantan jaksa Kejari Yogyakarta Eka Safitra dan jaksa Kejari
Surakarta Satriawan Sulaksono
10
Pada awal tahun 2020, dua jaksa yakni mantan jaksa di Kejari
Yogyakarta Eka Safitra dan jaksa Kejari Surakarta Satriawan
Sulaksono didakwa menerima suap Rp 200 juta dari proyek saluran
air di Yogyakarta. Keduanya menerima duit dari pengusaha
kontraktor PT Widoro Kandang bernama Gabriella Yuan Anna
Kusuma.
- Kasus Mantan Aspidsus Kejati Jawa Tengah Kusnin
Mantan Asisten Pidana Khusus (Aspidsus) Kejaksaan Tinggi
(Kejati) Jawa Tengah, Kusnin, didakwa menerima suap sebesar
294 ribu dolar Singapura dari Alfin Suherman dalam penanganan
kasus kepabeaan. Alfin Suherman merupakan penasihat hukum bos
PT Suryasemarang Sukses Jayatama, Soerya Soedarma, yang
menjadi terdakwa dalam kasus kepabeaan pada tahun 2018 lalu.
Direktorat Jenderal Bea Cukai Wilayah Jawa Tengah dan DIY
melimpahkan perkara itu ke Kejati Jawa Tengah.
Pelaksanaan peran dan fungsi Polri dalam kondisi tertentu dianggap tidak
efektif oleh masyarakat. Pandangan masyarakat terhadap “citra buruk” polisi
terjadi karena adanya perbuatan dari oknum-oknum polisi yang melakukan
penyalagunaan kewenangan. Menurut Tabah (2002) dalam Octaviani, dkk
(2011:59) esensi pekerjaan polisi adalah menjalankan kontrol sosial, namun pada
pelaksanaannya justru banyak penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh
oknum polisi itu sendiri, seperti korupsi polisi, pungutan liar (Pungli) di jalan-
jalan dan sebagainya. (Anonim,2002)
11
dalam kasus korupsi pengadaan alat simulator untuk surat ijin mengemudi dengan
nilai proyek Rp 198 miliar”.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
12
DAFTAR PUSTAKA
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20200907212442-12-543791/icw-
puluhan-jaksa-terlibat-korupsi-sebabkan-persepsi-negatif
13
https://news.detik.com/berita/d-4994630/deretan-jaksa-yang-malah-diadili-
karena-kasus-korupsi
14