Jurnal-Pemberdayaan SRG Bawang Merah Di Nganjuk
Jurnal-Pemberdayaan SRG Bawang Merah Di Nganjuk
BUNGA NURANI
Ilmu Hukum, Universitas Negeri Surabaya
Surabaya, 60231, Indonesia
bungaanurani@gmail.com
Abstrak - Kabupaten Nganjuk merupakan sentra penghasil bawang merah terbesar di Jawa Timur
dengan konstribusi sebesar 47.83% dari total produksi bawang merah se-Jawa Timur. Namun, pada
awal Januari 2018 harga bawang merah di Nganjuk anjlok yaitu sekitar 5.000- 6.000/ kg. Akibat
rendahnya harga, banyak petani yang merugi dan tidak semangat lagi menanam bawang merah.
Kondisi ini berakibat menurunnya stok benih di tingkat petani. Melihat kondisi ini maka Direktorat
Pemasaran Domestik Departemen Pertanian melalui Dirjen dan Pemasaran Hasil Pertanian (PPHP)
menginisiasi bawang merah untuk menjadi komoditas yang dapat diresigudangkan. Penelitian ini
bertujuan menganalisis kebijakan penerapan sistem resi gudang terhadap bawang merah Nganjuk
dan faktor yang menjadi kendala penerapan sistem resi gudang terhadap komoditi bawang merah
Nganjuk. Metode yang digunakan dalam Penelitian ini adalah Yuridis Sosiologis atau Social Legal
Research dengan pendekatan yang mengkonstruksikan hukum sebagai refleksi kehidupan
masyarakatyang menekankan pencarian-pencarian, keajegan-keajegan empirik dengan konsekuensi
selain mengacu pada hukum tertulis juga mengadakan observasi terhadap tingkah laku yang benar-
benar terjadi. Dengan adanya penelitian ini diharapkan petani bawang merah mendapatkan
perlindungan hukum melalui penerapan sistem resi gudang agar pada pasca panen komoditi
bawang merah yang mengalami penurunan harga tidak langsung dijual, melainkan disimpan di
gudang terlebih dahulu agar harga menjadi stabil.
Kata Kunci: Bawang Merah Nganjuk, Sistem Resi Gudang, Perlindungan Hukum.
1
2 Maulidya, Dita, Bunga, Dilla
Abstract - Nganjuk Regency is the largest red meat producing center in East Java with a
contribution of 47.83% of the total red meat production in East Java. However, at the beginning of
January 2018 the price of red meat in Nganjuk dropped by around 5,000-6,000 / kg. Due to the low
prices, many farmers are losing money and are not enthusiastic about planting red onions. This
condition results in a decrease in seed stock at the farm level. Looking at the Visit of the
Directorate General of Marketing (PPHP) to initiate shallots to become items that can be stored.
This study aims to describe the problems related to factors that influence the system of resistance
to the Nganjuk shallot commodity. The method used in this study is Juridical Sociology or Social
Law Research with an approach that constructs the law as a reflection of people's lives that
emphasize the search for constancy, constancy-empathy with the consequences of written law and
behavior towards behavior that actually occurs. With the existence of this research, it is expected
that farmers can take actions that allow them to be resold, no longer stored in a warehouse in order
to be stable.
1. Pendahuluan
Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang, termasuk di bidang
agraria. Sebagai catatan dimana mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai
petani. . Bardasarkan data Kementerian Pertanian, permintaan bawang merah Indonesia
diperkirakan akan terus meningkat sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk dan
pengembangan pengolahan komoditas bawang merah. Salah satu provinsi dengan hasil
utama pertanian berupa penghasil bawang merah adalah Provinsi Jawa Timur, sebagian
besar terdapat di Kabupaten Nganjuk. Selain itu, lebih dari 47,83% (empat puluh tujuh
koma delapan puluh tifa persen) produksi bawang merah Indonesia berasal dari Nganjuk
(Puput Nur Baithi. 2014). Kabupaten Nganjuk sendiri yang sebagian besar wilayahnya
masih berupa lahan pertanian tentunya akan sangat bergantung dari hasil pertanian
sebagai salah satu sumber potensi wilayahnya, terutama komoditas pertanian berupa
pertanian bawang merah.
Pada awal bulan januari 2018 harga bawang merah di Nganjuk anjlok yaitu sekitar
5.000- 6.000/ kg. (Nanang Masyarai. 2018) Akibat rendahnya harga, banyak petani yang
merugi dan tidak semangat lagi menanam bawang merah. Kondisi ini berakibat
menurunnya stok benih di tingkat petani. Direktorat Pemasaran Domestik Departemen
Pertanian melalui Direktorat Jendral (DITJEN) Pengolahan dan Pemasaran Hasil
Pertanian (PPHP) menginisiasi bawang merah untuk menjadi komoditas dapat
diresigudangkan. Sebab dengan diterapkannya Sistem Resi Gudang (SRG) maka pada
pasca panen (pada saat biasanya harga komoditi mengalami penurunan drastis, barang-
barang komoditi tidak harus langsung dijual, melainkan disimpan terlebih dahulu di
gudang, sesuai dengan standart kebutuhan penyimpanan dari masing-masing jenis barang
sehingga harga komoditi bawang merah akan stabil dan terkendali sepanjang tahun (all
year long). Sistem resi gudang juga telah diatur dalam Permendag Nomor 37/M-
DAG/PER/11/2011. Kementerian Perdagangan yang menginisiasi SRG berharap
melalui penerapan SRG stabilitas harga dan stok komodit as dapat terjaga. Selain
itu, petani juga dapat menunda waktu penjualan hasil produksi saat panen dan
Studi Model Pemberdayaan Sistem Resi 3
menunggu saat yang tepat untuk menjual dengan harga yang lebih baik. Bahkan,
menurut Ashari. a
Namun dalam permendag ini, bawang merah tidak termasuk dalam komoditi yang
dapat diresigudangkan. Padahal bawang merah merupakan salah satu potensi sumber
daya alam yang keberadaannya sangat penting. Tidak diaturnya mengenai bawang merah
dalam barang yang menjadi komoditi unggulan Jawa Timur sejalan dengan adanya
pengepul dalam sistem pemasaran produk bawang merah tersebut. Keuntungan yang
akan didapat petani jika diterapkannya sistem resi gudang atas bawang merah oleh
pemerintah akan membuat pendapatan petani akan jauh lebih tinggi dibandingkan jika
mereka harus menjualnya kepada pengepul.
Penelitian ini merupakan penelitian baru karena belum ada penelitian-penelitian
terdahulu yang terkait dengan penelitian ini. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
menganalisis kebijakan penerapan sistem resi gudang terhadap komoditi bawang merah
Nganjuk dan untuk menganalisis faktor-faktor yang menjadi kendala penerapan sistem
resi gudang terhadap komoditi bawang merah Nganjuk. Manfaat dari penelitian ini secara
teoritis yakni,penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam
Ilmu Hukum serta pemahaman tentang sistem resi gudang dan perlindungannya. Secara
praktis, penalaran ilmiah dan wacana keilmuan peneliti serta untuk mengetahui
kemampuan peneliti dalam menerapkan ilmu hukum yang diperoleh selama dalam
bangku perkuliahan. Dan menjadi salah satu pertimbangan dan masukan bagi pihak-pihak
yang terkait dalam penerapan sistem resi gudang agar mengover komoditi yang ada agar
petani tidak merugi dan harga komoditi menjadi stabil.
2. Metode Penelitian
Jenis penelitian ini adalah yuridis sosiologis (Social Legal Research) dengan pendekatan
yang mengkonstruksikan hukum sebagai refleksi kehidupan masyarakat itu sendiri. Data
yang diperoleh akan dianalisa dengan metode kualitatif deskriptif dengan mengambil
beberapa lokasi diantaranya di Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Nganjuk,
Dinas Pertanian Kabupaten Nganjuk, dan gudang penyimpanan bawang merah di
Kecamatan Sukomoro. Penelitian ini berlangsung selama lima bulan, mulai Maret hingga
Agustus 2018. Tahapan penelitian dimulai dengan pengumpulan fakta dan informasi
terkait sistem resi gudang khususnya sistem resi gudang di Kabupaten Nganjuk,
mengidentifikasi rumusan masalah yang akan diteliti, studi literatur terkait sistem resi
gudang dan peraturan perundang-undangannya, pematangan konsep, perancangan teknis,
persiapan pelaksanaan penelitian, pengumpulan data atau penelitian lapangan,
menganalisis data hasil penelitian dan pembuatan laporan akhir penelitian.
Informan yang dipilih dalam penelitian ini antara lain Kepala Bidang Pemasaran
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Nganjuk, Kepala Bidang Holtikultura
Dinas Pertanian Kabupaten Nganjuk, Ibu Hartanti selaku pemilik gudang penyimpanan
4 Maulidya, Dita, Bunga, Dilla
komoditas bawang merah di Kecamatan Sukomoro, dan petani bawang merah. Petani
bawang merah menjadi informan kunci dalam penelitian ini karena salah satu tujuan dari
penelitian ini adalah mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor yang menjadi
kendala penerapan sistem resi gudang terhadap komoditas bawang merah di Kabupaten
Nganjuk dalam upaya melindungi petani dari kerugian akibat harga jual komoditas
bawang merah dengan rendah kepada tengkulak pada saat panen raya. Informan dalam
penelitian ini dipilih secara purposive.
Pengumpulan data dilakukan dengan dua cara yaitu pengumpulan data primer dan
data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan melalui dua cara yaitu pengamatan
(obeservasi) dan wawancara mendalam (In depth interview). Pengamatan dilakukan
terhadap rangkaian kegiatan informan berkaitan dengan pelaksanaan, pengawasan, dan
pembinaan sistem resi gudang, maupun aktivitas petani dalam mengolah hasil panen raya
komoditas bawang merah di lahan maupun gudang penyimpanan bawang merah. Tahap
wawancara mendalam pertama kali dilakukan dengan getting in dengan berinteraksi
bersama informan dengan tujuan masuk ke dalam kehidupan subyek penelitian untuk
menggali data yang lebih mendalam.Setelah getting in berhasil, selanjutnya melakukan
wawancara secara intensif berdasarkan pedoman wawancara yang telah dirancang
sehubungan dengan fokus penelitian. Pedoman wawancara bersifat terbuka dan fleksibel
menyesuaikan keadaan di lapangan dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan lain
berdasarkan informasi dari informan namun masih memiliki kaitan dengan penelitian
yang dilakukan. Kegiatan penelitian lapangan, baik melalui proses pengamatan
(observasi) maupun in-depth interview (wawacara mendalam) dicatat dalam bentuk
transkrip wawancara dan diolah dalam bentuk field note (catatan lapangan) untuk
dikategorisasikan dan ditarik suatu kesimpulan dari hasil penelitian. Sedangkan data
sekunder diperoleh dari berbagai jurnal/artikel ilmiah, website, buku dan laporan
penelitian, Peraturan Menteri Perdagangan mengenai Sistem Resi Gudang, Peraturan-
peraturan Bappebti yang berkaitan dengan pelaksanaan sistem resi gudang, Peraturan
daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 14 Tahun 2013 Tentang Pelaksanaan Percepatan
Sistem Resi Gudang, serta peraturan perundang-undangan terutama yang berkaitan
dengan Sistem Resi Gudang khususnya Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2006 dan
perubahannya Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2011 Tentang Sistem Resi Gudang untuk
disesuaikan dengan tema yang akan diteliti.
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian kualitatif ini adalah analisis
data model miles and haberman dimana peneliti melewati tahapan mereduksi data dengan
cara memilah, mengkategorikan dan menyusun data hasil wawancara dan observasi yang
diperoleh sesuai dengan tema yang diangkat kemudian menulis dalam bentuk transkrip
dan narasi hasil wawancara, dan menarik kesimpulan dari jawaban narasumber yang telah
diolah dalam bentuk data terkait tema yang diangkat berdasarkan interpretasi teoritik.
triangulasi sumber data, triangulasi teknik pengumpulan data, dan triangulasi waktu
pengumpulan data (Sugiyono, 2011: 273-274). Triangulasi sumber data dilakukan dengan
cross-check data yang diperoleh dari satu informan, yakni antara petani bawang merah
satu dengan petani bawang merah lain untuk memperoleh gambaran mengenai
Studi Model Pemberdayaan Sistem Resi 5
3.1 Kebijakan Penerapan Sistem Resi Gudang Terhadap Komoditi Bawang Merah
Nganjuk
Disamping itu juga menunjukkan bahwa produksi bawang merah selama 2 tahun
tersebut adalah tidak seimbang dengan jumlah penduduk di Kabupaten Nganjuk. Hal
8 Maulidya, Dita, Bunga, Dilla
ini akan berdampak pada kelangkaan bawang merah dan menyebabkan fluktuasi
harga. Walau mengalami peningkatan total produksi pada 2 tahun tersebut, namun
belum mencukupi kebutuhan masyarakat. Selain itu, sebagian produksi tanaman
bawang merah distribusikan ke PT.Indofood akan mengurangi jumlah pasokan untuk
konsumsi masyarakat Kabupaten Nganjuk. Persediaan tanaman bawang merah di
Kabupaten Nganjuk harus dioptimalkan agar dapat memenuhi kebutuhan penduduk
Kabupaten Nganjuk dan mitra kerja yang telah di jalin.
Pada tahun 2016 terdapat lima Kabupaten sebagai daerah sebaran produksi
bawang merah terbesar di Jawa Timur, yaitu Nganjuk, Probolinggo, Sampang,
Pamekasan dan Kediri. Kabupaten Nganjuk merupakan sentra penghasil bawang
merah terbesar di Jawa Timur dengan konstribusi sebesar 47.83% dari total produksi
bawang merah se-Jawa Timur.
Tabel 3. Data Poduksi Per Kecamatan Di Kabupaten Nganjuk Pada Tahun 2016
4. Kesimpulan
Provinsi Jawa Timur telah membuat dan menetapkan kebijakan yang mengatur
tentang Sistem Resi Gudang, tepatnya Peraturan Daerah Nomor 14 Tahun 2013 tentang
Percepatan Pelaksanaan Sistem Resi Gudang. Pengaturan percepatan pelaksanaan Sistem
Resi Gudang di Provinsi Jawa Timur salah satunya bertujuan untuk meningkatkan
kesadaran petani mengenai peranan penting sistem resi gudang dalam menjamin
ketersediaan modal usaha untuk produksi yang berkelanjutan. Terdapat empat peran
Pemerintah Provinsi dalam kegiatan Percepatan Pelaksanaan Sistem Resi Gudang,
meliputi peran: (1) sebagai koordinator, (2) sebagai pembinaan, (3), melakukan
pembiayaan (4) sebagai pengawas. Produktifitas bawang merah di Kabupaten Nganjuk
telah menunjukkan angka yang cukup tinggi, tetapi mempunyai masalah yang sering
dihadapti petani di Kabupaten Nganjuk yaitu pasokan(supply) bawang merah yang tidak
menentu dan jumlah produksi pada saat tidak musim panen yang tidak dapat
menghasilkan produksi bawang merah sesuai permintaan.
Faktor-faktor yang diduga menjadi kendala penerapan sistem resi gudang terhadap
komoditi bawang merah Nganjuk adalahKurangnya pemahaman tentang beda antara Resi
Gudang berdasar Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2006 dengan Kitab Undang-Undang
Hukum Dagang, sistem perdagangan resi gudang ini belum terlalu dikenal oleh kalangan
para pelaku komersial, termasuk kalangan perbankan maupun kalangan yang semestinya
menggunakan resi gudang itu sendiri, pemerintah belum optimal dalam mengambil
kebijakan dan mengimplentasikan kebijakan tentang Sistem Resi Gudang.
12 Maulidya, Dita, Bunga, Dilla
Saran dalam penelitian ini yaitu, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai
pedoman untuk masyarakat umum yang dapat memberikan kontribusi berupa referensi
bagi pemangku kepentingan sebagai upaya pemberdayaan ekonomi masyarakat agar
lebih terjamin, khususnya petani bawang merah. Penelitian ini juga diharapkan dapat
memberikan sumbangan terhadap khazanah kajian ilmiah tentang kebijakan resi gudang.
Selain itu, melalui publikasi ilmiah, artikel hasil penelitian ini diharapkan memberikan
kontribusi berupa referensi bagi pemangku kepentingan sebagai upaya pemberdayaan
ekonomi masyarakat agar lebih terjamin, khususnya petani bawang merah.
Ucapan Terimakasih
Terimakasih kepada Bapak Hezron Sabar Rotua Tinambunan sebagai dosen pembimbing
yang telah memberikan masukan dan arahan yang baik demi kepentingan penelitian.
Terimakasih kepada Dinas Pertanian dan Dinas Perdagangan Kabupaten Nganjuk yang
telah memberikan informasi dengan baik sehingga penelitian ini bisa terlaksana sesuai
dengan keinginan. Dan terimakasih sebanyak-banyaknya kepada tim penelitian yang
telah bekerjasama dengan baik dalam proses penyusunan proposal hingga pembuatan
laporan penelitian.
Daftar Pustaka
Hariyani Iswi, Serfianto (2010). Resi Gudang Sebagai Jaminan Kredit & Alat Perdagangan.
Jakarta : Sinar Grafika.
Jamilus (2017). Resi Gudang Sebagai Jaminan Fidusia. Jakarta : Mahara Publishing.
Khairun, A Mutia, dkk (2014). Perubahan Kualitas Bawang Merah (Allium Ascalonicum L.)
Selama Penyimpanan Pada Tingkat Kadar Air Dan Suhu Yang Berbeda. Jurnal
Pascapanen, Vol. 11(2), 108 – 115.
Kusumaning, Tantia Ratri, dkk (2014). Regulasi Tata Niaga Bawang Merah Yang Berkeadilan
(Studi pada Dinas Pertanian, Petani Bawang Merah dan Pedagang Bawang Merah di
Kabupaten Nganjuk). Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 2(5), 857-863.
Nganjukkab.bps.go.id. (2018). Analisis Data Bawang Merah dan Cabai Provinsi Jawa Timur 2016.
Diakses pada 8 Oktober 2018, dari
https://jatim.bps.go.id/publication/2017/01/02/eed1137b7b94e7d24fd81e1b/analisis-data-
bawang-merah-dan-cabai-provinsi-jawa-timur-2016.
Nur, Puput Baithi (2016). Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga Bawang Merah di
Kabupaten Nganjuk. Jurnal Ekonomi dan Bisnis. Vol. 4(2).
R, Basuki S (2009). Analisis Tingkat Preferensi Petani terhadap Karakterisitik Hasil dan Kualitas
Bawang Merah Varietas Lokal dan Impor. Balai Penelitian Tanaman Sayuran, Vol. 19(2),
237-248.
Rachma, Lely Septiana, dkk (2017). Peningkatan Kinerja Rantai Pasok Bawang Merah (Studi
Kasus: Kabupaten Brebes). Jurnal Teknologi Industri Pertanian (Journal of Agroindustrial
Technology), Vol. 27(2), 125-140.
Susanawati, Jamhari, dkk (2015). Integrasi Pasar Bawang Merah di Kabupaten Nganjuk
(Pendekatan Kointegrasi Engle-Granger). Jurnal Agraris. Vol. 1(1).
Studi Model Pemberdayaan Sistem Resi 13
Widyantini, Rahayu (2016). Penerapan Model Perhitungan Manfaat Finansial Sistem Resi Gudang
Untuk Komoditas Bawang Merah. Jurnal Pusdiklat Perdagangan, Vol. 2(1), 10 – 21.