Anda di halaman 1dari 13

LPPM - UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

STUDI MODEL PEMBERDAYAAN SISTEM RESI GUDANG PADA BAWANG


MERAH KABUPATEN NGANJUK DALAM MEWUJUDKAN STABILITAS
HARGA KOMODITAS

MAULIDYA TIARAYU PUTRI


Ilmu Hukum, Universitas Negeri Surabaya
Surabaya, 60231, Indonesia
maulidyaputri@mhs.unesa.ac.id

DITA INDAH ANGGRAINI


Ilmu Hukum, Universitas Negeri Surabaya
Surabaya, 60231, Indonesia
ditaindahanggraini@gmail.com

BUNGA NURANI
Ilmu Hukum, Universitas Negeri Surabaya
Surabaya, 60231, Indonesia
bungaanurani@gmail.com

DILLA NURFIANA ASTANTI


Ilmu Hukum, Universitas Negeri Surabaya
Surabaya, 60231, Indonesia
dillanurfianaa@gmail.com

Diterima 10 Oktober 2018


Direvisi 25 Oktober 2018

Abstrak - Kabupaten Nganjuk merupakan sentra penghasil bawang merah terbesar di Jawa Timur
dengan konstribusi sebesar 47.83% dari total produksi bawang merah se-Jawa Timur. Namun, pada
awal Januari 2018 harga bawang merah di Nganjuk anjlok yaitu sekitar 5.000- 6.000/ kg. Akibat
rendahnya harga, banyak petani yang merugi dan tidak semangat lagi menanam bawang merah.
Kondisi ini berakibat menurunnya stok benih di tingkat petani. Melihat kondisi ini maka Direktorat
Pemasaran Domestik Departemen Pertanian melalui Dirjen dan Pemasaran Hasil Pertanian (PPHP)
menginisiasi bawang merah untuk menjadi komoditas yang dapat diresigudangkan. Penelitian ini
bertujuan menganalisis kebijakan penerapan sistem resi gudang terhadap bawang merah Nganjuk
dan faktor yang menjadi kendala penerapan sistem resi gudang terhadap komoditi bawang merah
Nganjuk. Metode yang digunakan dalam Penelitian ini adalah Yuridis Sosiologis atau Social Legal
Research dengan pendekatan yang mengkonstruksikan hukum sebagai refleksi kehidupan
masyarakatyang menekankan pencarian-pencarian, keajegan-keajegan empirik dengan konsekuensi
selain mengacu pada hukum tertulis juga mengadakan observasi terhadap tingkah laku yang benar-
benar terjadi. Dengan adanya penelitian ini diharapkan petani bawang merah mendapatkan
perlindungan hukum melalui penerapan sistem resi gudang agar pada pasca panen komoditi
bawang merah yang mengalami penurunan harga tidak langsung dijual, melainkan disimpan di
gudang terlebih dahulu agar harga menjadi stabil.

Kata Kunci: Bawang Merah Nganjuk, Sistem Resi Gudang, Perlindungan Hukum.

1
2 Maulidya, Dita, Bunga, Dilla

Abstract - Nganjuk Regency is the largest red meat producing center in East Java with a
contribution of 47.83% of the total red meat production in East Java. However, at the beginning of
January 2018 the price of red meat in Nganjuk dropped by around 5,000-6,000 / kg. Due to the low
prices, many farmers are losing money and are not enthusiastic about planting red onions. This
condition results in a decrease in seed stock at the farm level. Looking at the Visit of the
Directorate General of Marketing (PPHP) to initiate shallots to become items that can be stored.
This study aims to describe the problems related to factors that influence the system of resistance
to the Nganjuk shallot commodity. The method used in this study is Juridical Sociology or Social
Law Research with an approach that constructs the law as a reflection of people's lives that
emphasize the search for constancy, constancy-empathy with the consequences of written law and
behavior towards behavior that actually occurs. With the existence of this research, it is expected
that farmers can take actions that allow them to be resold, no longer stored in a warehouse in order
to be stable.

Keywords: Red Onion Nganjuk, Warehouse Receipt System, Legal Protection.

1. Pendahuluan
Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang, termasuk di bidang
agraria. Sebagai catatan dimana mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai
petani. . Bardasarkan data Kementerian Pertanian, permintaan bawang merah Indonesia
diperkirakan akan terus meningkat sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk dan
pengembangan pengolahan komoditas bawang merah. Salah satu provinsi dengan hasil
utama pertanian berupa penghasil bawang merah adalah Provinsi Jawa Timur, sebagian
besar terdapat di Kabupaten Nganjuk. Selain itu, lebih dari 47,83% (empat puluh tujuh
koma delapan puluh tifa persen) produksi bawang merah Indonesia berasal dari Nganjuk
(Puput Nur Baithi. 2014). Kabupaten Nganjuk sendiri yang sebagian besar wilayahnya
masih berupa lahan pertanian tentunya akan sangat bergantung dari hasil pertanian
sebagai salah satu sumber potensi wilayahnya, terutama komoditas pertanian berupa
pertanian bawang merah.
Pada awal bulan januari 2018 harga bawang merah di Nganjuk anjlok yaitu sekitar
5.000- 6.000/ kg. (Nanang Masyarai. 2018) Akibat rendahnya harga, banyak petani yang
merugi dan tidak semangat lagi menanam bawang merah. Kondisi ini berakibat
menurunnya stok benih di tingkat petani. Direktorat Pemasaran Domestik Departemen
Pertanian melalui Direktorat Jendral (DITJEN) Pengolahan dan Pemasaran Hasil
Pertanian (PPHP) menginisiasi bawang merah untuk menjadi komoditas dapat
diresigudangkan. Sebab dengan diterapkannya Sistem Resi Gudang (SRG) maka pada
pasca panen (pada saat biasanya harga komoditi mengalami penurunan drastis, barang-
barang komoditi tidak harus langsung dijual, melainkan disimpan terlebih dahulu di
gudang, sesuai dengan standart kebutuhan penyimpanan dari masing-masing jenis barang
sehingga harga komoditi bawang merah akan stabil dan terkendali sepanjang tahun (all
year long). Sistem resi gudang juga telah diatur dalam Permendag Nomor 37/M-
DAG/PER/11/2011. Kementerian Perdagangan yang menginisiasi SRG berharap
melalui penerapan SRG stabilitas harga dan stok komodit as dapat terjaga. Selain
itu, petani juga dapat menunda waktu penjualan hasil produksi saat panen dan
Studi Model Pemberdayaan Sistem Resi 3

menunggu saat yang tepat untuk menjual dengan harga yang lebih baik. Bahkan,
menurut Ashari. a
Namun dalam permendag ini, bawang merah tidak termasuk dalam komoditi yang
dapat diresigudangkan. Padahal bawang merah merupakan salah satu potensi sumber
daya alam yang keberadaannya sangat penting. Tidak diaturnya mengenai bawang merah
dalam barang yang menjadi komoditi unggulan Jawa Timur sejalan dengan adanya
pengepul dalam sistem pemasaran produk bawang merah tersebut. Keuntungan yang
akan didapat petani jika diterapkannya sistem resi gudang atas bawang merah oleh
pemerintah akan membuat pendapatan petani akan jauh lebih tinggi dibandingkan jika
mereka harus menjualnya kepada pengepul.
Penelitian ini merupakan penelitian baru karena belum ada penelitian-penelitian
terdahulu yang terkait dengan penelitian ini. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
menganalisis kebijakan penerapan sistem resi gudang terhadap komoditi bawang merah
Nganjuk dan untuk menganalisis faktor-faktor yang menjadi kendala penerapan sistem
resi gudang terhadap komoditi bawang merah Nganjuk. Manfaat dari penelitian ini secara
teoritis yakni,penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam
Ilmu Hukum serta pemahaman tentang sistem resi gudang dan perlindungannya. Secara
praktis, penalaran ilmiah dan wacana keilmuan peneliti serta untuk mengetahui
kemampuan peneliti dalam menerapkan ilmu hukum yang diperoleh selama dalam
bangku perkuliahan. Dan menjadi salah satu pertimbangan dan masukan bagi pihak-pihak
yang terkait dalam penerapan sistem resi gudang agar mengover komoditi yang ada agar
petani tidak merugi dan harga komoditi menjadi stabil.

2. Metode Penelitian
Jenis penelitian ini adalah yuridis sosiologis (Social Legal Research) dengan pendekatan
yang mengkonstruksikan hukum sebagai refleksi kehidupan masyarakat itu sendiri. Data
yang diperoleh akan dianalisa dengan metode kualitatif deskriptif dengan mengambil
beberapa lokasi diantaranya di Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Nganjuk,
Dinas Pertanian Kabupaten Nganjuk, dan gudang penyimpanan bawang merah di
Kecamatan Sukomoro. Penelitian ini berlangsung selama lima bulan, mulai Maret hingga
Agustus 2018. Tahapan penelitian dimulai dengan pengumpulan fakta dan informasi
terkait sistem resi gudang khususnya sistem resi gudang di Kabupaten Nganjuk,
mengidentifikasi rumusan masalah yang akan diteliti, studi literatur terkait sistem resi
gudang dan peraturan perundang-undangannya, pematangan konsep, perancangan teknis,
persiapan pelaksanaan penelitian, pengumpulan data atau penelitian lapangan,
menganalisis data hasil penelitian dan pembuatan laporan akhir penelitian.
Informan yang dipilih dalam penelitian ini antara lain Kepala Bidang Pemasaran
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Nganjuk, Kepala Bidang Holtikultura
Dinas Pertanian Kabupaten Nganjuk, Ibu Hartanti selaku pemilik gudang penyimpanan
4 Maulidya, Dita, Bunga, Dilla

komoditas bawang merah di Kecamatan Sukomoro, dan petani bawang merah. Petani
bawang merah menjadi informan kunci dalam penelitian ini karena salah satu tujuan dari
penelitian ini adalah mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor yang menjadi
kendala penerapan sistem resi gudang terhadap komoditas bawang merah di Kabupaten
Nganjuk dalam upaya melindungi petani dari kerugian akibat harga jual komoditas
bawang merah dengan rendah kepada tengkulak pada saat panen raya. Informan dalam
penelitian ini dipilih secara purposive.
Pengumpulan data dilakukan dengan dua cara yaitu pengumpulan data primer dan
data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan melalui dua cara yaitu pengamatan
(obeservasi) dan wawancara mendalam (In depth interview). Pengamatan dilakukan
terhadap rangkaian kegiatan informan berkaitan dengan pelaksanaan, pengawasan, dan
pembinaan sistem resi gudang, maupun aktivitas petani dalam mengolah hasil panen raya
komoditas bawang merah di lahan maupun gudang penyimpanan bawang merah. Tahap
wawancara mendalam pertama kali dilakukan dengan getting in dengan berinteraksi
bersama informan dengan tujuan masuk ke dalam kehidupan subyek penelitian untuk
menggali data yang lebih mendalam.Setelah getting in berhasil, selanjutnya melakukan
wawancara secara intensif berdasarkan pedoman wawancara yang telah dirancang
sehubungan dengan fokus penelitian. Pedoman wawancara bersifat terbuka dan fleksibel
menyesuaikan keadaan di lapangan dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan lain
berdasarkan informasi dari informan namun masih memiliki kaitan dengan penelitian
yang dilakukan. Kegiatan penelitian lapangan, baik melalui proses pengamatan
(observasi) maupun in-depth interview (wawacara mendalam) dicatat dalam bentuk
transkrip wawancara dan diolah dalam bentuk field note (catatan lapangan) untuk
dikategorisasikan dan ditarik suatu kesimpulan dari hasil penelitian. Sedangkan data
sekunder diperoleh dari berbagai jurnal/artikel ilmiah, website, buku dan laporan
penelitian, Peraturan Menteri Perdagangan mengenai Sistem Resi Gudang, Peraturan-
peraturan Bappebti yang berkaitan dengan pelaksanaan sistem resi gudang, Peraturan
daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 14 Tahun 2013 Tentang Pelaksanaan Percepatan
Sistem Resi Gudang, serta peraturan perundang-undangan terutama yang berkaitan
dengan Sistem Resi Gudang khususnya Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2006 dan
perubahannya Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2011 Tentang Sistem Resi Gudang untuk
disesuaikan dengan tema yang akan diteliti.
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian kualitatif ini adalah analisis
data model miles and haberman dimana peneliti melewati tahapan mereduksi data dengan
cara memilah, mengkategorikan dan menyusun data hasil wawancara dan observasi yang
diperoleh sesuai dengan tema yang diangkat kemudian menulis dalam bentuk transkrip
dan narasi hasil wawancara, dan menarik kesimpulan dari jawaban narasumber yang telah
diolah dalam bentuk data terkait tema yang diangkat berdasarkan interpretasi teoritik.
triangulasi sumber data, triangulasi teknik pengumpulan data, dan triangulasi waktu
pengumpulan data (Sugiyono, 2011: 273-274). Triangulasi sumber data dilakukan dengan
cross-check data yang diperoleh dari satu informan, yakni antara petani bawang merah
satu dengan petani bawang merah lain untuk memperoleh gambaran mengenai
Studi Model Pemberdayaan Sistem Resi 5

pemahaman dan persepsi tentang diterapkannya sistem resi gudang di Kabupaten


Nganjuk. Triangulasi teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara menggunakan
beberapa metode dalam pengumpulan data di lapangan, antara lain dengan wawancara
mendalam, observasi, dan data sekunder. Triangulasi waktu pengumpulan data dilakukan
dengan wawancara mendalam dan observasi lebih dari satu kali di Kabupaten Nganjuk.

3. Hasil Dan Pembahasan

3.1 Kebijakan Penerapan Sistem Resi Gudang Terhadap Komoditi Bawang Merah
Nganjuk

3.1.1 Kebijakan Sistem Resi Gudang di Jawa Timur


Provinsi Jawa Timur telah membuat dan menetapkan kebijakan yang mengatur
tentang Sistem Resi Gudang, tepatnya Peraturan Daerah Nomor 14 Tahun 2013
tentang Percepatan Pelaksanaan Sistem Resi Gudang. Kebijakan ini sudah sesuai
dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2006 tentang Sistem Resi Gudang, bahwa
salah satu peran Pemerintah Daerah adalah melakukan Percepatan Pelaksanaan
Sistem Resi Gudang di daerahnya. Adapun ruang lingkup dari Percepatan
Pelaksanaan Sistem Resi Gudang di Provinsi Jawa Timur sebagai berikut.
(1) Penyusunan kebijakan daerah, yang meliputi sosialisasi, pemberian subsidi dan
pembangunan gudang.
Penetapan komoditas unggulan yang menjadi prioritas: Pemerintah Provinsi
menetapkan komoditas unggulan yang menjadi prioritas utama dalam
Percepatan Pelaksanaan Sistem Resi Gudang di daerah. Komoditas unggulan
yang menjadi prioritas utama dalam pelaksanaan sistem Resi Gudang di daerah
Provinsi Jawa Timur adalah sebagai berikut: gabah; beras; jagung; kopi;
kakao;garam.
(2) Pemberian prioritas kepada koperasi sebagai pengelola gudang milik daerah:
Pemerintah Provinsi memberikan kebijakan prioritas sebagai pengelola gudang
milik daerah kepada Koperasi.
(3) Fasilitasi pasar lelang komoditas, untuk pasar lelang komoditas Resi Gudang
dilakukan transaksi komoditas Resi Gudang atau transaksi Resi Gudang. Selain
pelaksanaan pasar lelang, Dinas Perindag dapat melaksanakan pasar lelang
komoditas Resi Gudang di Kabupaten/Kota.
(4) Pelaksanaan sistem informasi mengenai:
Jenis komoditi yang disimpan; jumlah komoditi yang disimpan ; nilai komoditi
yang di Resi Gudang; nilai pembiayaan Resi Gudang; data diri pihak yang
menyimpan; data pengelola gudang; data spesifikasi gudang; data sebaran
6 Maulidya, Dita, Bunga, Dilla

komoditas yang dapat diresigudangkan; informasi-informasi lainnya yang terkait


dengan Sistem Resi Gudang.
Sesuai dengan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 14 Tahun 2013
tentang Percepatan Pelaksanaan Sistem Resi Gudang, sekurang-kurangnya ada 4
peran Pemerintah Provinsi dalam kegiatan Percepatan Pelaksanaan Sistem Resi
Gudang, meliputi peran : (1) sebagai koordinator, (2) sebagai pembinaan, (3),
melakukan pembiayaan (4) sebagai pengawas.Selain bertujuan untuk
menyejahterakan petani, keberadaan gudang SRG juga untuk menjaga ketahanan
pangan dan menjaga laju inflasi di daerah. Sedangkan data secara nasional, Bappebti
menyebut mulai 2008 sampai dengan Oktober 2014 (belum termasuk di Jember),
jumlah resi yang telah dikeluarkan sebanyak 1.717 resi untuk aneka komoditas yakni
gabah, beras, jagung, rumput laut, dan kopi. Volumenya mencapai 70.255 ton dengan
nilai komoditas mencapai Rp 353,49 miliar. Jumlah permodalan melalaui SRG
tersebut mencapai Rp 218,19 miliar. Jumlah gudang SRG di Indonesia mencapai 88
gudang, dan 20 gudang di antaranya ada di Jatim (Data sekunder Bappebti, 2014).

3.1.2 Bawang Merah di Kabupaten Nganjuk


Kabupaten Nganjuk merupakan daerah utama penghasil bawang merah disertai
dengan adanya varietas bawang merah Nasional yang berasal dari daerah ini.
Produktifitas bawang merah di Kabupaten Nganjuk telah menunjukkan angka yang
cukup tinggi, yaitu dapat mencapai 32 ton/Hektar.Menurut data BPS (Badan Pusat
Statistik) Kabupaten Nganjuk, jumlah penduduk di Kabupaten Nganjuk sekitar
1.025.513 jiwa . Jumlah tersebut sangat mempengaruhi kebutuhan konsumsi bawang
merah di Kabupaten Nganjuk, sehinggaakan mempengaruhi permintaan bawang
merah. Disamping itu konsumsi bawang merah di Kabupaten Nganjuk terus
mengalami peningkatan terutama pada saat hari raya besar keagamaan. Tidak hanya
hari besar keagamaan saja, Kabupaten Nganjuk dinilai menjadi pemasok bawang
merah tertinggi se-Jawa Timur juga memenuhi pasokan permintaan di sejumlah
wilayah. Selain itu beberapa petani bawang merah di Kabupaten Nganjuk telah
menjalin kerjasama atau kemitraan dengan PT. Indofood.
Masalah yang sering dihadapi petani di Kabupaten Nganjuk adalah
pasokan(supply) bawang merah yang tidak menentu dan jumlah produksi pada saat
tidak musim panen yang tidak dapat menghasilkan produksi bawang merah sesuai
permintaan. Berikut adalah data perkembangan tanaman bawang merah pada tahun
terakhir 2012 dan 2013:
Studi Model Pemberdayaan Sistem Resi 7

Tabel 1. Perkembangan Tanaman Bawang Merah Tahun 2012

Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Nganjuk (2014)

Tabel 2. Perkembangan Tanaman Bawang Merah Tahun 2013

Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Nganjuk (2014)

Disamping itu juga menunjukkan bahwa produksi bawang merah selama 2 tahun
tersebut adalah tidak seimbang dengan jumlah penduduk di Kabupaten Nganjuk. Hal
8 Maulidya, Dita, Bunga, Dilla

ini akan berdampak pada kelangkaan bawang merah dan menyebabkan fluktuasi
harga. Walau mengalami peningkatan total produksi pada 2 tahun tersebut, namun
belum mencukupi kebutuhan masyarakat. Selain itu, sebagian produksi tanaman
bawang merah distribusikan ke PT.Indofood akan mengurangi jumlah pasokan untuk
konsumsi masyarakat Kabupaten Nganjuk. Persediaan tanaman bawang merah di
Kabupaten Nganjuk harus dioptimalkan agar dapat memenuhi kebutuhan penduduk
Kabupaten Nganjuk dan mitra kerja yang telah di jalin.
Pada tahun 2016 terdapat lima Kabupaten sebagai daerah sebaran produksi
bawang merah terbesar di Jawa Timur, yaitu Nganjuk, Probolinggo, Sampang,
Pamekasan dan Kediri. Kabupaten Nganjuk merupakan sentra penghasil bawang
merah terbesar di Jawa Timur dengan konstribusi sebesar 47.83% dari total produksi
bawang merah se-Jawa Timur.

Tabel 3. Data Poduksi Per Kecamatan Di Kabupaten Nganjuk Pada Tahun 2016

Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Nganjuk

Sebagai tanaman musiman, ketersediaan bawang merah sangat melimpah pada


musim panen dan menjadi berkurang bila musim telah lewat. Kondisi semacam ini
seringkali menyebabkan fluktuasi harga yang tinggi dan tidak terpenuhinya kebutuhan
masyarakat. Untuk mengantisipasi harga bawang merah yang jatuh saat musim panen
Studi Model Pemberdayaan Sistem Resi 9

sekaligus sebagai upaya petani bawang merah dalam meningkatkan pendapatan


usahatani bawang merah, maka sebagian petani melakukan sistem tunda jual. Sistem
tunda jual akan efektif dilaksanakan apabila dilengkapi dengan fasilitas penyimpanan
yang baik dan pemberian bantuan sumber biaya (dana talangan) untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya selama menunda hasil panennya untuk dijual. Sebagian petani di
Kabupaten Nganjuk yang menerapkan sistem tunda jual, karena mereka
memperlakukan sebagian hasil panennya sebagai uang tunai hasil panen (cash crops).
Dengan demikian, memunculkan hipotesis bahwa penyebab tidak melakukan tunda
jual bukan karena perasaan kebutuhan (felt need) yang kuat, namun karena penjualan
hasil sebagian besar digunakan untuk memenuhi kebutuhan uang tunai bagi penanam
berikutnya (sebagai modal kerja), maka penundaan penjualan mungkin dilakukan bila
petani mempunyai akses yang mudah terhadap sumber finansial.

3.2 Faktor-Faktor Kendala Penerapan Sistem Resi Gudang Terhadap Komoditi


Bawang Merah Nganjuk
Perkembangan tentang bukti kepemilikan barang bergerak seperti misalnya
resi gudang di Indonesia masih lamban. Diduga hal ini disebabka oleh sejumlah
faktor, diataranya adalah:
(a) Kurangnya pemahaman tentang beda antara Resi Gudang berdasar Undang-
Undang Nomor 9 Tahun 2006 dengan Kitab Undang-Undang Hukum
Dagang.
(b) Sistem perdagangan resi gudang ini belum terlalu dikenal oleh kalangan
para pelaku komersial, termasuk kalangan perbankan maupun kalangan
yang semestinya menggunakan resi gudang itu sendiri.
(c) Pemerintah belum optimal dalam mengambil kebijakan dan
mengimplentasikan kebijakan tentang Sistem Resi Gudang
Berdasarkan data yang kami kumpulkan dari wawancara dengan para
narasumber, kami menemukan beberapa faktor kendala penerapan sistem resi gudang
terhadap komoditi bawang merah Kabupaten Nganjuk. Faktor-faktor diuraikan
sebagai berikut.
(1) Adanya Kekosongan Hukum Peraturan Sistem Resi Gudang Bawang Merah
Landasan hukum mengenai sistem resi gudang hanya mengatur
beberapa komoditi seperti yang telah dijelaskan pada sub bab sebelumnya.
Bawang merah belum termasuk dalam komoditi yang di prioritaskan untuk
dilaksanakan sistem resi gudang. Faktor ini merupakan faktor induk yan
memunculkan faktor-faktor kendala berikutnya, karena tidak adanya
kepastian hukum yang melandasi adanya sistem resi gudang untuk komoditi
bawang merah.Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi Kabupaten
Nganjuk telah mengadakan sistem resi gudang yang gudangnya terletak di
Pasar Sukomoro. Sistem resi gudang ini berdasarkan Peraturan Daerah
Nomor 14 Tahun 2013 tentang Percepatan Pelaksanaan Sistem Resi
10 Maulidya, Dita, Bunga, Dilla

Gudang, sehingga komoditi bawang merah tidak termasuk komoditi yag


dapat diresigudangkan.
(2) Tidak Adanya Gudang Penyimpanan Komoditi Bawang Merah Milik
Pemerintah
Tidak adanya gudang milik pemerintah adalah turunan dari faktor
sebelumnya. Kekosongan hukum menyebabkan Dinas Perindustrian
Perdagangan Koperasi Kabupaten Nganjuk, sebagai pihak yang berwenang
melakukan sistem resi gudang, tidak berani melakukan sistem resi gudang.
Pihak tersebut beranggapan jika sistem resi gudang dilaksanakan komoditas
bawang merah, hal ini akan menyalahi aturan yang ada meskipun bawang
merah adalah komoditas unggulan Kabupaten Nganjuk.
(3) Kurangnya Kesadaran Petani Bawang Merah Terhadap Petingnya Sistem
Resi Gudang
Bawang merah sebagai komoditi unggulan di Kabupaten Nganjuk
seharusnya dilakukan upaya untuk menjaga kualitas dan ketersediaannya.
Sistem resi gudang dapat menjadi salah satu alternatif pelaksanaannya.
Pelaksanaan sistem resi gudang juga harus mendapat dukungan dari semua
pihak agar berjalan dengan baik. Kurangnya kesadaran petani bawang
merah Kabupaten Nganjuk akan pentingnya sistem resi gudang menjadi
salah satu faktor utama kendala penerapan sistem resi gudang. Petani
cenderung menjual langsung bawang merah saat panen, bahkan melakukan
penjualan di sawah dengan sistem penjualan per petak sawah. Hal ini
dikarenakan petani membutuhkan uang tunai dengan cepat untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari dan kebutuhan tanam berikutnya. Para petani
beranggapan bahwa sistem tunda jual dengan resi gudang akan merugikan
mereka karena uang tunai yang didapatan juga akan tertunda.
Selain itu, para petani juga belum menyadari adanya sistem resi gudang
yang seharusnya dilaksanakan adalah gudang milik pemerintah. Para petani
beranggapan bahwa dengan melakukan tunda jual, mereka harus membayar
sewa tempat pada gudang tersebut untuk penyimpanan bawang merah. Hal
ini yang terjadi saat ini pada gudang-gudang penyimpanan milik
perseorangan atau swasta. Umumnya, gudang-gudang tersebut adalah
gudang milik petani-petani besar yang mempunyai lahan sawah sendiri.
Gudang tersebut juga disewakan untuk petani yang akan menyimpan
bawang merahnya, dengan biaya sewa tergantung berat bawang merah.
(4) Sifat Unik Tanaman Bawang Merah
Berdasarkan action plan pengembangan kawasan hortikultura Tahun
2016-2019 Dinas Pertanian Kabupaten Nganjuk, komoditas bawang merah
juga mempunyai program tersendiri untuk pengembangannya. Program
tersebut meliputi keseluruhan meliputi analisa data-data bawang merah
Kabupaten Nganjuk dan evaluasi action plan periode sebelumnya sehingga
menemukan masalah dan melakukan perencanaan yang tepat untuk
Studi Model Pemberdayaan Sistem Resi 11

pengembangan kualitas.Sistem resi gudang belum termasuk dalam action


plan komoditas bawang merah periode ini dikarenakan sifat tanaman
bawang merah yang berbeda dengan sifat tanaman komoditi lainnyya.
Untuk penyimpanan di dalam gudang, memerlukan beberapa teknologi
untuk menjaga kualitas bawang merah. Bawang merah bersifat tanaman
basah yang tidak dapat bertahan lama pada kondisi suhu dan kelembapan
gudang yang biasa digunakan pada sistem resi gudang komoditi-komoditi
yang lain.
(5) Sarana Dan Prasaran Kurang Memadai
Sistem resi gudang diharapkan menjadi action plan periode berikutnya
mengingat manfaat yang diberikan. Jika teknologi yang dibutuhkan seperti
atmosphere controller sudah ada, maka sistem resi gudang akan terlaksana
dengan baik. Teknologi-teknologi lain yang mendukung seperti pengatur
suhu dan kelembapan juga diperlukan untuk menjaga agar bawang merah
tetap segar dan layak dikonsumsi. Selain itu, gudang dan tenaga kerja
untuk pengelolaan juga belum memadai. Tenaga yang dibutuhkan juga
harus ahli menggunakan teknologi-teknologi yang diperlukan, karena
gudang bawang merah berbeda dengan gudang-gudang penyimpanan
lainnya.

4. Kesimpulan
Provinsi Jawa Timur telah membuat dan menetapkan kebijakan yang mengatur
tentang Sistem Resi Gudang, tepatnya Peraturan Daerah Nomor 14 Tahun 2013 tentang
Percepatan Pelaksanaan Sistem Resi Gudang. Pengaturan percepatan pelaksanaan Sistem
Resi Gudang di Provinsi Jawa Timur salah satunya bertujuan untuk meningkatkan
kesadaran petani mengenai peranan penting sistem resi gudang dalam menjamin
ketersediaan modal usaha untuk produksi yang berkelanjutan. Terdapat empat peran
Pemerintah Provinsi dalam kegiatan Percepatan Pelaksanaan Sistem Resi Gudang,
meliputi peran: (1) sebagai koordinator, (2) sebagai pembinaan, (3), melakukan
pembiayaan (4) sebagai pengawas. Produktifitas bawang merah di Kabupaten Nganjuk
telah menunjukkan angka yang cukup tinggi, tetapi mempunyai masalah yang sering
dihadapti petani di Kabupaten Nganjuk yaitu pasokan(supply) bawang merah yang tidak
menentu dan jumlah produksi pada saat tidak musim panen yang tidak dapat
menghasilkan produksi bawang merah sesuai permintaan.
Faktor-faktor yang diduga menjadi kendala penerapan sistem resi gudang terhadap
komoditi bawang merah Nganjuk adalahKurangnya pemahaman tentang beda antara Resi
Gudang berdasar Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2006 dengan Kitab Undang-Undang
Hukum Dagang, sistem perdagangan resi gudang ini belum terlalu dikenal oleh kalangan
para pelaku komersial, termasuk kalangan perbankan maupun kalangan yang semestinya
menggunakan resi gudang itu sendiri, pemerintah belum optimal dalam mengambil
kebijakan dan mengimplentasikan kebijakan tentang Sistem Resi Gudang.
12 Maulidya, Dita, Bunga, Dilla

Saran dalam penelitian ini yaitu, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai
pedoman untuk masyarakat umum yang dapat memberikan kontribusi berupa referensi
bagi pemangku kepentingan sebagai upaya pemberdayaan ekonomi masyarakat agar
lebih terjamin, khususnya petani bawang merah. Penelitian ini juga diharapkan dapat
memberikan sumbangan terhadap khazanah kajian ilmiah tentang kebijakan resi gudang.
Selain itu, melalui publikasi ilmiah, artikel hasil penelitian ini diharapkan memberikan
kontribusi berupa referensi bagi pemangku kepentingan sebagai upaya pemberdayaan
ekonomi masyarakat agar lebih terjamin, khususnya petani bawang merah.

Ucapan Terimakasih
Terimakasih kepada Bapak Hezron Sabar Rotua Tinambunan sebagai dosen pembimbing
yang telah memberikan masukan dan arahan yang baik demi kepentingan penelitian.
Terimakasih kepada Dinas Pertanian dan Dinas Perdagangan Kabupaten Nganjuk yang
telah memberikan informasi dengan baik sehingga penelitian ini bisa terlaksana sesuai
dengan keinginan. Dan terimakasih sebanyak-banyaknya kepada tim penelitian yang
telah bekerjasama dengan baik dalam proses penyusunan proposal hingga pembuatan
laporan penelitian.

Daftar Pustaka
Hariyani Iswi, Serfianto (2010). Resi Gudang Sebagai Jaminan Kredit & Alat Perdagangan.
Jakarta : Sinar Grafika.
Jamilus (2017). Resi Gudang Sebagai Jaminan Fidusia. Jakarta : Mahara Publishing.
Khairun, A Mutia, dkk (2014). Perubahan Kualitas Bawang Merah (Allium Ascalonicum L.)
Selama Penyimpanan Pada Tingkat Kadar Air Dan Suhu Yang Berbeda. Jurnal
Pascapanen, Vol. 11(2), 108 – 115.
Kusumaning, Tantia Ratri, dkk (2014). Regulasi Tata Niaga Bawang Merah Yang Berkeadilan
(Studi pada Dinas Pertanian, Petani Bawang Merah dan Pedagang Bawang Merah di
Kabupaten Nganjuk). Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 2(5), 857-863.
Nganjukkab.bps.go.id. (2018). Analisis Data Bawang Merah dan Cabai Provinsi Jawa Timur 2016.
Diakses pada 8 Oktober 2018, dari
https://jatim.bps.go.id/publication/2017/01/02/eed1137b7b94e7d24fd81e1b/analisis-data-
bawang-merah-dan-cabai-provinsi-jawa-timur-2016.
Nur, Puput Baithi (2016). Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga Bawang Merah di
Kabupaten Nganjuk. Jurnal Ekonomi dan Bisnis. Vol. 4(2).
R, Basuki S (2009). Analisis Tingkat Preferensi Petani terhadap Karakterisitik Hasil dan Kualitas
Bawang Merah Varietas Lokal dan Impor. Balai Penelitian Tanaman Sayuran, Vol. 19(2),
237-248.
Rachma, Lely Septiana, dkk (2017). Peningkatan Kinerja Rantai Pasok Bawang Merah (Studi
Kasus: Kabupaten Brebes). Jurnal Teknologi Industri Pertanian (Journal of Agroindustrial
Technology), Vol. 27(2), 125-140.
Susanawati, Jamhari, dkk (2015). Integrasi Pasar Bawang Merah di Kabupaten Nganjuk
(Pendekatan Kointegrasi Engle-Granger). Jurnal Agraris. Vol. 1(1).
Studi Model Pemberdayaan Sistem Resi 13

Widyantini, Rahayu (2016). Penerapan Model Perhitungan Manfaat Finansial Sistem Resi Gudang
Untuk Komoditas Bawang Merah. Jurnal Pusdiklat Perdagangan, Vol. 2(1), 10 – 21.

Anda mungkin juga menyukai