Anda di halaman 1dari 76

MATERI BAHASA INDONESIA

NAMA: Ag Maulana Ibrahim


NIM: 20042014006
JURUSAN: Administrasi Bisnis
KELAS :AB1

UNIVERSITAS ISLAM MAKASSAR


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
Kata Pengantar
Syukur Alhamdulillah atas segala limpahan karunia Allah SWT.
Atas izin-Nya lah makalah ini terselesaikan tepat waktu. Tak
lupa pula kita kirimkan shalawat serta salam kepada junjungan
Nabi Besar Muhammad SAW. Beserta keluarganya, para
sahabatnya, dan seluruh ummatnya yang senantiasa istiqomah
hingga akhir zaman.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk menjadi bahan Ajaran
dan pemenuhan tugas. Semoga makalah ini bermanfaat dan
memenuhi harapan berbagai pihak. Aamiin.

Daftar isi
BAB 1...........................................................................................................................................................4
SEJARAH BAHASA INDONESIA.................................................................................................................4
BAB 2...........................................................................................................................................................9
KEDUDUKAN DAN UNGSI BAHASA INDONESIA.......................................................................................9
BAB 3 PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA................................................................................................11
BAB 4 PEMBAKUAN EJAAN DAN ISTILAH...................................................................................................15
BAB 5.........................................................................................................................................................29
BENTUK DAN PILIHAN KATA..................................................................................................................29
BAB 6.........................................................................................................................................................37
KALIMAT DAN KALIMAT RANCU............................................................................................................37
BAB 7.........................................................................................................................................................42
KALIMAT EFEKTIF...................................................................................................................................42
BAB 8.....................................................................................................................................................46
PERLUASAN DAN PENGGABUNGAN KALIMAT.......................................................................................46
BAB 9.........................................................................................................................................................57
PARAGRAF.............................................................................................................................................57
BAB 10.......................................................................................................................................................61
KARANGAN ILMIAH...............................................................................................................................61
BAB 11.......................................................................................................................................................65
TAHAP TAHAP PENYUSUNAN KARYA TULIS ILMIAH..............................................................................65
BAB 12.......................................................................................................................................................68
KONVENSI NASKAH KARANGAN ILMIAH...............................................................................................68
BAB 13.......................................................................................................................................................74
PENULISAN KARYA ILMIAH POPULER....................................................................................................74

BAB 1

SEJARAH BAHASA INDONESIA


1.Asal-usul nama Indonesia.

Dikutip dari situs resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia,
kemunculan Bahasa Indonesia tidak lepas dari peran Mohammad Tabrani Soerjowitjitro. M.
Tabrani lahir di Pamekasan Madura pada 10 Oktober 1904. Ia meninggal pada 12 Januari 1984
dan dimakamkan di TPU Tanah Kusir Jakarta.M. Tabrani bekerja di harian Hindia Baru mulai
Juli 1925. Ia menerbitkan tulisan berjudul Kasihan pada 10 Januari 1926 sebagai gagasan awal
untuk menggunakan nama "Bahasa Indonesia". Gagasan M. Tabrani tersebut merujuk pada
kondisi nyata keberagaman masyarakat masa itu yang masih bersifat kedaerahan atau
kesukuan. Serta masih mengutamakan kepentingan suku atau pun daerahnya masing-masing.

2.Perkembangan bahasa Indonesia dari bahasa Melayu ke Sumpah Pemuda.

Bahasa Indonesia secara historis merupakan varian bahasa melayu yang kini juga digunakan di
wilayah yang luas meliputi Indonesia, Singapura, Brunei Darussalam, Malaysia, bagian selatan
Thailand, bagian selatan Filipina, dan beberapa tempat di Afrika Selatan.

Bahasa melayu diangkat menjadi bahasa persatuan di Indonesia pada 28 Oktober 1928 dalam
peristiwa yang disebut Sumpah Pemuda. Sejak saat itu, bahasa melayu yang digunakan di
wilayah Indonesia sekarang mulai dinamai Bahasa Indonesia. Namun, secara resmi
penyebutan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi di Indonesia baru muncul pada 18
Agustus 1945 ketika konstitusi Indonesia diresmikan.

bahasa melayu dipilih sebagai bahasa Indonesia karena bahasa ini sudah menjadi lingua franca
atau bahasa pengantar di wilayah Indonesia dan Asia Tenggara sejak ribuan tahun lalu. Salah
satu buktinya adalah catatan inskripsi di Sojomerto, Jawa Tengah yang menggunakan bahasa
Melayu kuno. Inskripsi ini tidak bertahun, tetapi menurut estimasi ahli dibuat pada pertengahan
abad 7. Ini menunjukkan bahwa bahasa Melayu pun sudah dikenal di Pulau Jawa sejak ribuan
tahun lalu.

Mengapa bahasa melayu diangkat menjadi bahasa Indonesia karena bahasa melayu
merupakan suatu kebudayaan bagi Indonesia,selain itu juga penggunaan bahsa Indonesia
sangatlah mudah ,tidak perlu mengenal tingkatan bahasa lain .Selain itu juga banyak sekali
kemiripan antara bahasa Indonesia dengan bahasa melayu,mulai dari pengartiannya dan
bahasanya.mungkin hanya secara penyampaiannya yang berbeda.

3.Perkembangan bahasa Indonesia setelah Sumpah Pemuda.

Sumpah Pemuda sudah selesai sebagai pernyataan semangat pemuda mewujudkan Indonesia,
pada 28 Oktober 1928. Namun, sebagai gagasan, sumpah itu belum selesai.

Keith Foulcher menyebut bahwa Sumpah Pemuda, terkhusus poin ketiga, problematis sejak
dirumuskan 90 tahun lalu. Poin ketiga Sumpah Pemuda berbunyi, "Kami poetera dan poeteri
Indonesia mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia."
Poin itu berbeda dengan kedua poin sebelumnya yang memakai formula "mengaku ber... satu".
Putra-putri Indonesia di masa silam mengaku berbangsa dan bertanah air satu, namun tidak
secara tegas mengaku berbahasa satu. Mereka memilih menyatakan menjunjung bahasa
persatuan: bahasa Indonesia.

Salah kaprah Sumpah Pemuda terjadi di masa kemudian. Soeharto, pada perayaan 50 tahun
Sumpah Pemuda, mengawali pidato tentang sejarah Sumpah Pemuda dengan berkata, "Tepat
50 tahun yang lalu, di Jakarta , lahirlah Sumpah Pemuda yang sangat terkenal: mengaku
berbangsa satu, bangsa Indonesia; mengaku bertanah air satu, tanah air Indonesia; mengaku
berbahasa satu, bahasa Indonesia." Tentu saja, tak ada satu pun hadirin yang berani meralat
pernyataan presiden yang diriwayatkan dapat menjadikan para pengkritiknya "hilang" itu.
Padahal, Soeharto keliru parah, secara ketepatan dan urutan.

Bandingkan dengan bunyi asli Sumpah Pemuda berikut:

Kami poetera dan poeteri Indonesia mengakoe bertoempah-darah jang satoe, tanah Indonesia.
Kami poetera dan poeteri Indonesia mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia.
Kami poetera dan poeteri Indonesia mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia.

4.Kongres bahasa Indonesia.

Kongres Bahasa Indonesia adalah pertemuan rutin lima tahunan yang diadakan oleh
pemerintah dan praktisi bahasa dan sastra Indonesia untuk membahas Bahasa Indonesia dan
perkembangannya. Kongres ini pertama kali diadakan di kota Solo pada tahun 1938. Pada
mulanya kongres diadakan untuk memperingati hari Sumpah Pemuda yang terjadi pada
tahun 1928, selanjutnya ajang ini tidak hanya untuk memperingati Sumpah Pemuda tetapi juga
untuk membahas perkembangan bahasa dan sastra Indonesia dan rencana
pengembangannya.

 Tanggal 25-27 Juni 1938 dilangsungkan Kongres Bahasa Indonesia I di Solo.

Dari hasil kongres itu dapat disimpulkan bahwa usaha pembinaan dan pengembangan bahasa
Indonesia telah dilakukan secara sadar oleh cendekiawan dan budayawan Indonesia saat itu.
Walaupun telah diikrarkan dalam Sumpah Pemuda, namun secara yuridis belum ada
penetapan resmi penggunaan bahasa Indonesia.Akhirnya pada tanggal 18 Agustus 1945
ditandatanganilah Undang-Undang Dasar RI 1945, yang salah satu pasalnya (Pasal 36)
menetapkan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara. Inilah bukti sah penggunaan bahasa
Indonesia sebagai bahasa negara.Perkembangan selanjutnya, pada tanggal 19 Maret 1947
diresmikan penggunaan Ejaan Republik (Ejaan Soewandi) sebagai pengganti Ejaan van
Ophuijsen yang berlaku sebelumnya. Ini adalah penyempurnaan pertama tata bahasa
Indonesia.

 Kongres Bahasa Indonesia II di Medan pada tanggal 28 Oktober-2 November 1954.

Dari hasil kongres itu dapat disimpulkan bahwa usaha menjadi perwujudan tekad bangsa
Indonesia untuk terus-menerus menyempurnakan bahasa Indonesia yang diangkat sebagai
bahasa kebangsaan dan ditetapkan sebagai bahasa negara.

Di era Orde Baru penyempurnaan bahasa Indonesia juga dilakukan. Pada tanggal 16 Agustus
1972 H. M. Soeharto, Presiden Republik Indonesia, meresmikan penggunaan Ejaan Bahasa
Indonesia Yang Disempurnakan (EYD) melalui pidato kenegaraan di hadapan sidang DPR yang
dikuatkan pula dengan Keputusan Presiden No. 57, tahun 1972. EYD inilah yang digunakan
sebagai pedoman utama penggunaan bahasa Indonesia yang baku. Pada tanggal 31 Agustus
1972 Menteri Pendidikan dan Kebudayaan menetapkan Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia Yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah resmi berlaku di
seluruh wilayah Indonesia (Wawasan Nusantara).
Kongres Bahasa Indonesia III yang diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 28 Oktober-2
November 1978.

Dari hasil kongres itu dapat disimpulkan bahwa peristiwa penting bagi kehidupan bahasa
Indonesia. Kongres yang diadakan dalam rangka memperingati Sumpah Pemuda yang ke-50
ini selain memperlihatkan kemajuan, pertumbuhan, dan perkembangan bahasa Indonesia sejak
tahun 1928, juga berusaha memantapkan kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia. Dalam
kongres ini disepakati pula bahwa Kongres Bahasa Indonesia dilaksanakan setiap 5 tahun
sekali setiap peringatan Hari Sumpah Pemuda.

 Kongres bahasa Indonesia IV diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 21-26


November 1983.

Kongres ini diselenggarakan dalam rangka memperingati hari Sumpah Pemuda yang ke-55.
Dalam putusannya disebutkan bahwa pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia harus
lebih ditingkatkan sehingga amanat yang tercantum di dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara,
yang mewajibkan kepada semua warga Negara Indonesia untuk menggunakan bahasa
Indonesia dengan baik dan benar, dapat tercapai semaksimal mungkin.

 Kongres bahasa Indonesia V di Jakarta pada tanggal 28 Oktober hingga 3


November 1988.

Kongres ini dihadiri oleh kira-kira tujuh ratus pakar bahasa Indonesia dari seluruh Nusantara
(sebutan bagi negara Indonesia) dan peserta tamu dari negara sahabat seperti Brunei
Darussalam, Malaysia, Singapura, Belanda, Jerman, dan Australia. Kongres itu ditandatangani
dengan dipersembahkannya karya besar Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa
kepada pencinta bahasa di Nusantara, yakni Kamus Besar Bahasa Indonesia dan Tata Bahasa
Baku Bahasa Indonesia.

 Kongres Bahasa Indonesia VI di Jakarta pada tangaal 28 Oktober hingga 2


November 1993.

Pesertanya sebanyak 770 pakar bahasa dari Indonesia dan 53 peserta tamu dari mancanegara
meliputi Australia, Brunei Darussalam, Jerman, Hongkong, India, Italia, Jepang, Rusia,
Singapura, Korea Selatan, dan Amerika Syarikat. Kongres mengusulkan agar Pusat Pembinaan
dan Pengembangan Bahasa ditingkatkan statusnya menjadi Lembaga Bahasa Indonesia, serta
mengusulkan disusunnya Undang-Undang Bahasa Indonesia.

 Kongres Bahasa Indonesia VII diselenggarakan di Hotel Indonesia, Jakarta pada


tanggal 26-30 Oktober 1998.

Kongres ini mengusulkan dibentuknya Badan Pertimbangan Bahasa dengan ketentuan :


Keanggotaannya terdiri dari tokoh masyarakat dan pakar yang mempunyai kepedulian terhadap
bahasa dan sastra.

Tugasnya memberikan nasihat kepada Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa serta
mengupayakan peningkatan status kelembagaan Pusat Pembinaan dan Pengembangan
Bahasa.

 Kongres Bahasa Indonesia VIII akan digelar di Hotel Indonesia Jakarta pada 14-17
Oktober 2003.

Kongres tersebut bertema "Pemberdayaan Bahasa Indonesia Memperkukuh Ketahanan


Budaya Bangsa dalam Era Globalisasi" yang dijabarkan ke dalam tiga pokok bahasan yang
mencakupi bahasa, sastra, dan media massa. Peningkatan mutu bahasa Indonesia dalam
menghadapi budaya global merupakan topik dalam pokok bahasan Bahasa, sedangkan
pemantapan peran sastra, peningkatan mutu karya sastra dan peningkatan apreasiasi sastra,
serta peningkatan mutu pendidikan sastra ada di antara topik-topik lain pada bidang
sastra.Peserta kongres diperkirakan berjumlah 1.000 orang, terdiri atas peserta undangan dan
peserta biasa, yang berasal dari berbagai kalangan, antra lain tokoh masyarakat, budayawan,
peminat bahsa dan sastra, serta wakol organisasi profesi dari dalam dan luar negeri.

Dalam rangka peringatan 100 tahun kebangkitan nasional, 80 tahun Sumpah Pemuda, dan 60
tahun berdirinya Pusat Bahasa, pada tahun 2008 dicanangkan sebagai Tahun Bahasa 2008.
Oleh karena itu, sepanjang tahun 2008 telah diadakan kegiatan kebahasaan dan kesastraan.
Sebagai puncak dari seluruh kegiatan kebahasaan dan kesastraan serta peringatan 80 tahun
Sumpah Pemuda, diadakan Kongres IX Bahasa Indonesia pada tanggal 28 Oktober-1
November 2008 di Jakarta.

 Kongres IX Bahasa Indonesia pada tanggal 28 Oktober-1 November 2008 di


Jakarta.

Kongres tersebut akan membahas lima hal utama, yakni:

 bahasa Indonesia.

 bahasa daerah.

 penggunaan bahasa asing.

 pengajaran bahasa dan sastra.

 serta bahasa media massa.

Kongres bahasa ini berskala internasional dengan menghadirkan para pembicara dari dalam
dan luar negeri. Para pakar bahasa dan sastra yang selama ini telah melakukan penelitian dan
mengembangkan bahasa Indonesia di luar negeri sudah sepantasnya diberi kesempatan untuk
memaparkan pandangannya dalam kongres  ini.
 Kongres Bahasa Indonesia ke-X yang dibuka bertepatan peringatan Sumpah
Pemuda 28 – 31 Oktober 2013 di Jakarta.

Dalam Kongres Bahasa Indonesia (KBI) X, setelah mendengar dan memperhatikan sambutan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) merekomendasikan hal-hal yang perlu
dilakukan oleh pemerintah.Rekomendasi tersebut berdasarkan

laporan Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, serta paparan enam makalah
pleno tunggal, di antaranya 16 makalah sidang pleno panel, 104 makalah sidang kelompok
yang tergabung dalam delapan topik diskusi panel, dan diskusi yang berkembang selama
persidangan.

BAB 2

KEDUDUKAN DAN UNGSI BAHASA INDONESIA


1.Kedudukan bahasa indonesia.

 SEBAGAI BAHASA NASIONAL.

Sebagai bahasa nasional,bahasa Indonesia bertujuan untuk mempererat hubungan antar suku
di Indonesia. Hal ini sebelumnya sudah ditegaskan di dalam butir ketiga ikrar Sumpah Pemuda
1928 yang berbunyi “Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa
Indonesia”.Kata ‘menjunjung’ dalam KBBI antara lain berarti ‘memuliakan’, ‘menghargai’, dan
‘menaati’ (nasihat, perintah, dan sebaginya.). Ikrar ketiga dalam Sumpah Pemuda tersebut
menegaskan bahwa para pemuda bertekad untuk memuliakan bahasa persatuan, yaitu bahasa
Indonesia.
Pernyataan itu tidak saja merupakan pengakuan “berbahasa satu”, tetapi merupakan
pernyatakan tekad kebahasaan yang menyatakan bahwa kita, bangsa Indonesia, menjunjung
tinggi bahasa persatuan, yaitu bahasa Indonesia. Ini berarti pula bahasa Indonesia
berkedudukan sebagai bahasa nasional yang kedudukannya berada di atas bahasa-bahasa
daerah.

 SEBAGAI BAHASA NEGARA.

Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara dikukuhkan sehari setelah kemerdekaan
RI atau seiring dengan diberlakukannya Undang-Undang Dasar 1945. Bab XV Pasal 36 dalam
UUD 1945 menegaskan bahwa bahasa negara ialah bahasa Indonesia. Sebagai bahasa
negara,kegunaan bahasa Indonesia adalah sebagai bahasa dalam penyelenggaraan
administrasi negara, seperti dalam penyelenggaraan pendidikan dan sebagainya.

2.FUNGSI BAHASA INDONESIA.

 SEBAGAI BAHASA NASIONAL.

 Bahasa Indonesia Sebagai Lambang Kebanggaan Nasional.

Bahasa Indonesia selaku lambang kebanggaan nasional memiliki nilai- nilai budaya luhur dan
sosial. Nilai-nilai ini pula yang dijadikan cermin bangsa, sehingga semestinya warga Indonesia
bersedia menjunjung tinggi dan mempertahankannya.

 Bahasa Indonesia Sebagai Lambang Identitas Nasional.

Menggunakan bahasa Indonesia,baik dalam bentuk lisan maupun tulisan dapat dijadikan
sebagai identitas.Terutama saat Anda sedang berada di negara lain. Selain itu, pemakaian
bahasa Indonesia yang tepat secara tak langsung akan memperlihatkan watak, karakter, dan
kepribadian warga Indonesia di mata bangsa asing.

 Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Persatuan.

Bahasa Indonesia mampu meleburkan perbedaan di berbagai daerah. Bahasa Indonesia


memudahkan banyak pihak untuk berkomunikasi, entah itu dari sektor warga di pedesaan
hingga yang tertinggi di pemerintahan.Selain itu, pertumbuhan komunikasi akan menunjang
peningkatan wawasan dan pengetahuan, sehingga bangsa Indonesia pun akan lebih maju.

 Sebagai Alat Penghubung Antarbudaya.

Didalam hubungan ini Bahasa Indonesia memungkinkan berbagai suku bangsa itu mencapai
keserasian hidup sebagai bangsa yang bersatu dengan tidak perlu meninggalkan identitas
kesukuan dan kesetiaan kepada nilai-nilai sosial budaya serta latar belakang bahasa daerah
yang bersangkutan. Lebih dari itu, dengan bahasa nasional itu kita dapat meletakkan
kepentingan nasional jauh diatas kepentingan daerah atau golongan.

2. SEBAGAI BAHASA NEGARA.


 Sebagai Bahasa Resmi Kenegaraan.

Fungsi dan kedudukan bahasa Indonesia sudah tertuang dalam naskah proklamasi
kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945. Setelah
pembacaan proklamasi, secara otomatis bahasa Indonesia wajib digunakan dalam sejumlah
aspek seperti upacara hingga peristiwa penting.

 Sebagai Alat Pengantar di Dunia Pendidikan.

Tak banyak yang menyadari kalau pemakaian bahasa Indonesia di sekolah termasuk dalam
fungsi dan kedudukan berdasarkan bahasa kenegaraan. Penggunaannya diterapkan dari
jenjang taman kanak-kanak hingga SMA. Hal ini juga mencakup bahasa pengantar yang
dipakai para guru dan buku-buku cetak yang memuat materi belajar-mengajar.

 Sebagai Alat Penghubung di Tingkat Nasional

Pemahaman bahasa Indonesia di tingkat tertinggi sangat krusial, sebab bahasa ini digunakan
sebagai alat penghubung. Sebut saja untuk tata cara perencanaan hingga pelaksanaan
pembangunan nasional.Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, penyeragaman pada sistem
informasi dan media komunikasi pun harus dilakukan secara menyeluruh supaya tidak
menimbulkan kesalahpahaman.

 Sebagai Pengembangan Kebudayaan, Ilmu dan Teknologi

IPTEK adalah hal penting yang harus terus dikembangkan dan disampaikan. Dalam hal ini,
bahasa jelas jadi alat krusial yang akan membantu penyaluran ilmu pengetahuan.

Maka media-media cetak seperti buku, majalah, koran hingga audio-visual seperti video harus
menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar untuk mengurangi kekeliruan pada
masyarakat luas.

BAB 3
PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA
A.Pengertian ragam bahasa.

Ragam atau variasi bahasa adalah varian dari sebuah bahasa menurut pemakaian. Variasinya
pun bisa berbentuk dialek, aksen, laras, gaya, sosiolinguistik termasuk variasi bahasa baku itu
sendiri. Selain itu ragam bahasa juga ditandai oleh beberapa ciri-ciri linguistik tertentu seperti
fonologi, morfologi, dan sintaksis. Disamping ditandai oleh ciri-ciri linguistik tertentu, timbulnya
ragam bahasa juga ditandai oleh ciri-ciri non-linguistik seperti lokasi / tempat / lingkungan
penggunaan bahasa itu sendiri. Baik dalam hal sosial maupun yang lainnya.

B.Ragam bahasa di indonesia.


Ragam bahasa Indonesia yang ada di pembahasan ini yaitu:

1.Ragam Bahasa Berdasarkan Cara Pandang Pembicara (Penutur).

2.Ragam Bahasa Berdasarkan Media Yang Di Gunakan.

3.Ragam Bahasa Indonesia berdasarkan topik pembicaraan.

1.Ragam Bahasa Berdasarkan Cara Pandang Pembicara (Penutur).

 Bahasa Daerah

Bahasa indonesia yang di gunakan di daerah biasanya terbawa dengan lingkungan


daerahnya. Seperti misalnya cara bicara bahasa indonesia yang di gunakan oleh
masyarakat di daerah jawa berbeda dengan cara bicara bahasa indonesia yang di gunakan
oleh masyarakat di daerah sumatra.

 Bahasa Pendidikan

Bahasa yang di gunakan oleh masyarakat yang berpendidikan pasti berbeda dengan
masyarakat yang tidak berpendidikan.Bisa di bandingkan cara pelafalan katanya misalnya
seperti masyarakat yang berpendidikan sering menggunakan kata mencuci, mengunci, vidio
dan tv.Beda dengan masyarakat yang tidak melalui pendidikan akan melafalkan kata nyuci,
ngunci, pidio dan tipi.

 Bahasa Formal dan Non Formal

Bahasa formal sering di gunakan dalam acara-acara resmi, seperti upacara pelantikan,
seminar dan rapat. Sedangkan bahasa non formal sering di gunakan pada kegiatan kita
sehari-hari di luar acara-acara resmi, seperti ketika berbicara dengan teman dan dengan
keluarga.

2.Ragam Bahasa Berdasarkan Media Yang Di Gunakan.

 Lisan.

Dalam ragam bahasa ini sering memakai bahasa yang baku. Cara menyampaikan pembicaraan
secara lisan dapat berbeda sesuai dengan lingkungannya, seperti pembicara yang di lakukan
dalam keadaan formal jelas berbeda dengan pembicaraan yang di lakukan dalam keadaan
santai atau tidak formal. Contohnya yang sering kita dengar yaitu ceramah, pidato.

Ciri-Ciri Ragam Bahasa Lisan

–  Memerlukan beberapa teman berbicara (tidak sendiri).

–  Menyesuaikan dengan keadaan yang ada, situasi dan juga waktu.

–  Perlunya intonasi dalam berbicara dan bahasa tubuh yang di gunakan.

–  Berlangsungnya dengan gesit dan cepat.


–  Seringnya pembicaraannya berlangsung dengan tidak menggunakan alat bantu.

–  Kesalahan dalam berbicara dapat di ketahui dan di perbaiki.

–  Gerakan pada tubuh dan juga mimik wajah serta intonasi yang di gunakan dalam
penyampaiannya sangatlah membantu.

 Tulisan.

Ragam Bahasa Tulis menggunakan media huruf untuk mengutarakannya atau


mengungkapkannya. Ragam bahasa ini menggunakan ejaan untuk menata kosa kata dan
bahasanya. Contoh ragam bahasa tulis, yakni koran atau surat kabar, laporan pekerjaan, karya
ilmiah, dan masih banyak lagi yang lainnya.

Ciri-Ciri ragam bahasa tulis adalah

–Tidak diperlukannya adanya kehadiran orang lain.

–Tidak terpengaruh dengan adanya ruang dan waktu.

–Kosa kata yang di gunakan harus di pilih dengan cermat dan teliti.

–Dalam membentuk kata dan kalimat haruslah sesempurna mungkin.

–Struktur kalimat yang terbentuk haruslah lengkap.

–Paragraf yang ada di kembangkan dengan lengkap.

–Biasanya berlangsungnya sangatlah lambat.

–Memerlukan alat bantu sebagai medianya.

3.Ragam Bahasa Indonesia berdasarkan topik pembicaraan.

 Ragam bahasa ilmiah.

Kalimat ilmiah adalah tulisan yang disusun secara sistematis dan logis. Bahasa tulis ilmiah
merupakan perpaduan ragam bahasa tulis dan ragam bahasa ilmiah.

Kalimat ilmiah biasa digunakan pada laporan,makalah,tesis, disertasi.

Contoh :

- Penelitian ini mengkaji teknik pentajaman objek yang efektif dan efisien

- Ketua kelompok itu memiliki argumen yang tepat.

- Barisan upacara itu memiliki formasi yang rapih.


- Soekarno menjadi figur yang baik buat bangsa indonesia.

- Semakin lama zaman semakin modern.

 Ragam bahasa hukum.

Ragam bahasa hukum adalah bahasa aturan dan peraturan yang bertujuan untuk mewujudkan
ketertiban dan keadilan untuk mempertahankan kepentingan pribadi dalam masyarakat. Bahasa
hukum merupakan bagian dari bahasa Indonesia modern maka penggunaannya ragam bahasa
ini harus:

o Tetap tenang

o Mono smantik atau kesatuan makna (jangan memberikan penafsiran berbeda-beda)

Harus memenuhi syarat-syarat SP3 bahasa Indonesia yaitu:


-Sintaktik: ilmu tentang makna kata
-Smantik: seluk beluk
-Prahmatik

 Ragam bahasa sosial.

Ragam bahasa yang sebagian norma dan kaidahnya berdasarkan atas kesepakatan bersama
dalam lingkungan sosial yang lebih kecil dalam masyarakat.

Contoh:Perbedaan cara bicara kita tergantung pada siapa lawan bicara kita semisal berbicara
dengan teman pasti berbeda cara bicara dengan orang tua,guru,dosen,dsb.

 Ragam bahasa sastra.

Ragam bahasa ini merupakan penghubung antara sesama anggota masyarakat dalam kegiatan
sosial dan kebudayaan, tetapi gaya bahasa dalam kesusastraan berbeda dengan bahasa yang
digunakan dalam percakapan sehari-hari. Bahasa sastra berbeda dengan bahasa pidato politik,
bahasa surat kabar, atau bahasa buku teks.

Kesusastraan merupakan pengucapan atau tulisan yang tergolong ke dalam jenis kreatif-
imajinatif. Kelebihan sastra sebagai karya kreatif terletak pada unsur-unsur bahasa serta
interaksi antara unsur-unsur tersebut dengan dunia nyata yang berada di luar dirinya. Bahasa
yang dipakai dalam kesusastraan bukan saja berfungsi sebagai alat komunikasi, tetapi lebih
dari itu bahasa sastra memberi makna yang lebih luas terhadap komunikasi dan hubungan
antar manusia.
BAB 4
PEMBAKUAN EJAAN DAN ISTILAH
1.Sejarah pembakuan ejaan.

Pada tahun 1901 diadakan pembakuan ejaan bahasa Indonesia yang pertama kali oleh Prof.
Charles van Ophuijsen dibantu oleh Nawawi Soetan Makmoer dan Moh. Taib Sultan Ibrahim.
Hasil pembakuan mereka yang dikenal dengan Ejaan Van Ophuijsen/ejaan lama ditulis dalam
sebuah buku berjudul Kitab Logat Melajoe. Dalam kitab itu dimuat sistem ejaan Latin untuk
bahasa Melayu di Indonesia.Van Ophuijsen adalah seorang ahli bahasa berkebangsaan
Belanda.

Ejaan ini digunakan untuk menuliskan kata-kata bahasa Melayu menurut model yang
dimengerti oleh orang Belanda, yaitu menggunakan huruf Latin dan bunyi yang mirip dengan
tuturan Belanda, antara lain:

 Huruf 'j' untuk menuliskan bunyi 'y', seperti pada kata jang, pajah, sajang.
 Huruf 'oe' untuk menuliskan bunyi 'u', seperti pada kata-kata goeroe, itoe, oemoer
(kecuali diftong 'au' tetap ditulis 'au').

 Tanda diakritik, seperti koma ain dan tanda trema, untuk menuliskan bunyi hamzah,
seperti pada kata-kata ma'moer, ‘akal, ta’, pa’, dinamaï.

Huruf hidup yang diberi aksen trema atau dwititik diatasnya seperti ä, ë, ï dan ö, menandai
bahwa huruf tersebut dibaca sebagai satu suku kata, bukan diftong, sama seperti ejaan Bahasa
Belanda sampai saat ini.

2.Ejaan Republik(1947–1972).

Ejaan Republik (Edjaan Republik atau Edjaan Soewandi) adalah ketentuan ejaan dalam bahasa
Indonesia yang berlaku sejak 17 Maret 1947. Ejaan ini biasa dikenal sebagai ejaan Soewandi,
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan kala itu, yang mengumumkan berlakunya ejaan tersebut.

Ejaan ini menggantikan ejaan warisan masa kolonial yang sebelumnya digunakan, yaitu Ejaan
Van Ophuijsen, yang mulai berlaku sejak tahun 1901.

Perbedaan pokok antara ejaan ini dengan ejaan Van Ophuijsen adalah sebagai berikut:

 Huruf 'oe' menjadi 'u' untuk mewakili bunyi /'u/, seperti pada goeroe → guru.

 Bunyi hamzah dan bunyi sentak yang sebelumnya dinyatakan dengan (') ditulis dengan
'k', seperti pada kata-kata tak, pak, maklum, rakjat sebelumnya (ta', pa', ma'loem, ra'jat).

 Kata ulang boleh ditulis dengan angka ², seperti ubur², ber-main², ke-barat²-an.

 Awalan 'di-' dan kata depan 'di' kedua-duanya ditulis serangkai dengan kata yang
mengikutinya. Kata depan 'di' pada contoh dirumah, disawah, tidak dibedakan dengan
imbuhan 'di-' pada dibeli, dimakan.

3.Ejaan Pembaharuan(1957).

Ejaan pembaharuan adalah sistem ejaan bahasa Indonesia yang dirancang oleh sebuah panitia
yang diketuai oleh Prijono dan E. Katoppo pada tahun 1957 sebagai hasil keputusan Kongres
Bahasa Indonesia II di Medan, tetapi sistem ejaan ini tidak pernah dilaksanakan. Salah satu hal
yang menarik dalam konsep Ejaan Pembaharuan ialah disederhanakannya huruf-huruf yang
berupa gabungan konsonan dengan huruf tunggal. Hal itu, antara lain tampak dalam contoh di
bawah ini.

 Gabungan konsonan dj diubah menjadi j

 Gabungan konsonan tj diubah menjadi ts

 Gabungan konsonan ng diubah menjadi ŋ

 Gabungan konsonan nj diubah menjadi ń


 Gabungan konsonan sj diubah menjadi š

Selain itu, gabungan vokal (diftong) ai, au, dan oi, ditulis berdasarkan pelafalannya yaitu
menjadi ay, aw, dan oy.

Contoh penggunaan:

EYD Ejaan pembaharuan


Santai Santay
Harimau Harimaw
Kalau Kalaw
Sarung Saruŋ
Syarat šarat

4.Ejaan Melindo(1959).

Ejaan melindo adalah sistem ejaan Latin yang termuat dalam Pengumuman Bersama Edjaan
Bahasa Melaju-Indonesia (Melindo) (1959) sebagai hasil usaha penyatuan sistem ejaan dengan
huruf Latin di Indonesia dan Persekutuan Tanah Melayu. Keputusan ini dilakukan dalam
Perjanjian Persahabatan Indonesia dan Malaysia pada tahun 1959. Sistem ini tidak pernah
sampai diterapkan.

Hal yang berbeda ialah bahwa di dalam Ejaan Melindo gabungan konsonan tj, seperti pada kata
tjinta, diganti dengan c menjadi cinta, juga gabungan konsonan nj seperti njonja, diganti dengan
huruf nc, yang sama sekali masih baru.(Dalam Ejaan Pembaharuan kedua gabungan konsonan
itu diganti dengan ts dan ń.).

5.Ejaan Baru (1967–1972, cikal bakal EYD).

Ejaan baru atau Ejaan LBK (Lembaga Bahasa dan Kesusastraan, pendahulu Pusat Bahasa)
adalah ejaan bahasa Indonesia yang dikeluarkan pada tahun 1967.Anggota pelaksananya pun,
selain dari panitia LBK, juga beranggotakan panitia dari Malaysia. Ejaan ini tidak memiliki
banyak perbedaan dengan EYD kecuali pada perincian-perincian kaidah saja. Gabungan
panitia yang diketuai oleh Anton M. Moeliono saat itu berhasil merumuskan suatu konsep ejaan
yang kemudian diberi nama Ejaan Baru. Ejaan ini diresmikan oleh Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan, Sarino Mangunpranoto, dengan SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
No.062/67, tanggal 19 September 1967.

Perubahan yang terdapat pada Ejaan Baru atau Ejaan LBK, antara lain:

 Huruf ‘tj’ diganti ‘c’, j diganti ‘y,’ ‘nj’ diganti ‘ny,’ ‘sj ‘menjadi ‘sy,’ dan ‘ch’ menjadi ‘kh.’

 Huruf asing: ‘z,’ ‘y,’ dan ‘f’ disahkan menjadi ejaan bahasa Indonesia. Hal ini disebabkan
pemakaian yang sangat produktif.
 Huruf ‘e’ tidak dibedakan pepet atau bukan, alasannya tidak banyak kata yang
berpasangan dengan variasi huruf ‘e’ yang menimbulkan salah pengertian.

 "tj" menjadi "c": tjutji → cuci

 "dj" menjadi "j": djarak → jarak

 "j" menjadi "y": sajang → sayang

 "nj" menjadi "ny": njamuk → nyamuk

 "sj" menjadi "sy": sjarat → syarat

 "ch" menjadi "kh": achir → akhir

6.Ejaan yang Disempurnakan(1972-2015).

Sebelum EYD, Lembaga Bahasa dan Kesusastraan, (sekarang Pusat Bahasa), pada tahun
1967 mengeluarkan Ejaan Baru (Ejaan LBK). Ejaan Baru pada dasarnya merupakan lanjutan
dari usaha yang telah dirintis oleh panitia Ejaan Malindo. Para pelaksananya pun di samping
terdiri dari panitia Ejaan LBK, juga dari panitia ejaan dari Malaysia. Panitia itu berhasil
merumuskan suatu konsep ejaan yang kemudian diberi nama Ejaan Baru. Panitia itu bekerja
atas dasar surat keputusan menteri pendidikan dan kebudayaan no.062/67, pada tanggal 19
September 1967.

Pada 23 Mei 1972, sebuah pernyataan bersama ditandatangani oleh Menteri Pelajaran
Malaysia Tun Hussein Onn dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia, Mashuri.
Pernyataan bersama tersebut mengandung persetujuan untuk melaksanakan asas yang telah
disepakati oleh para ahli dari kedua negara tentang Ejaan Baru dan Ejaan yang
Disempurnakan. Pada tanggal 16 Agustus 1972, berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 57
Tahun 1972, berlakulah sistem ejaan Latin bagi bahasa Melayu ("Rumi" dalam istilah bahasa
Melayu Malaysia) dan bahasa Indonesia. Di Malaysia, ejaan baru bersama ini dirujuk sebagai
Ejaan Rumi Bersama (ERB). Pada waktu pidato kenegaraan untuk memperingati Hari Ulang
Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke XXVII, tanggal 17 Agustus 1972
diresmikanlah pemakaian ejaan baru untuk bahasa Indonesia oleh Presiden Republik
Indonesia. Dengan Keputusan Presiden No. 57 tahun 1972, ejaan tersebut dikenal dengan
nama Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD).Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan ini merupakan penyederhanaan serta penyempurnaan daripada Ejaan Suwandi
atau Ejaan Republik yang dipakai sejak dipakai sejak bulan Maret 1947.

Beberapa kebijakan baru yang ditetapkan di dalam EYD, antara lain:

 Huruf f, v, dan z yang merupakan unsur serapan dari bahasa asing diresmikan
pemakaiannya.

 Huruf q dan x yang lazim digunakan dalam bidang ilmu pengetahuan tetap digunakan,
misalnya pada kata furqan, dan xenon.
 Awalan "di-" dan kata depan "di" dibedakan penulisannya. Kata depan "di" pada contoh
di rumah, di sawah, penulisannya dipisahkan dengan spasi, sementara "di-" pada dibeli
atau dimakan ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya.

 Kata ulang ditulis penuh dengan mengulang unsur-unsurnya. Angka dua tidak
digunakan sebagai penanda perulangan.

Secara umum, hal-hal yang diatur dalam EYD adalah:

 Penulisan huruf, termasuk huruf kapital dan huruf miring.

 Penulisan kata.

 Penulisan tanda baca.

 Penulisan singkatan dan akronim.

 Penulisan angka dan lambang bilangan.

 Penulisan unsur serapan.

Sebelumnya "oe" sudah menjadi "u" saat Ejaan Van Ophuijsen diganti dengan Ejaan Republik.
Jadi sebelum EYD, "oe" sudah tidak digunakan.

7.Ejaan Bahasa Indonesia(2015).

Ejaan bahasa Indonesia berlaku sejak tahun 2015 berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2015 tentang Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia.Ejaan ini menggantikan Ejaan yang Disempurnakan.

Perbedaan Ejaan Bahasa Indonesia dengan Ejaan yang Disempurnakan adalah:

 Penambahan huruf vokal diftong. Pada EYD, huruf diftong hanya tiga yaitu ai, au, oi,
sedangkan pada EBI, huruf diftong ditambah satu yaitu ei (misalnya pada kata geiser
dan survei).

 Penggunaan huruf tebal. Dalam EYD, fungsi huruf tebal ada tiga, yaitu menuliskan judul
buku, bab, dan semacamnya, mengkhususkan huruf, serta menulis lema atau sublema
dalam kamus. Dalam EBI, fungsi ketiga dihapus.

2.Penulisan dan pengucapan huruf.

 Penulisan.

Huruf vokal

Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri atas lima huruf, yaitu a, e, i, o,
dan u.
Huruf vokal Posisi awal Posisi tengah Posisi akhir
A api Padi lusa
e* enak Petak sore
ember Pendek -
emas Kena tipe
I itu Simpan murni
O oleh Kota radio
U ulang Bumi ibu

Keterangan:

* Untuk pengucapan (pelafalan) kata yang benar, diakritik berikut ini dapat digunakan jika ejaan
kata itu dapat menimbulkan keraguan.

a. Diakritik (é) dilafalkan [e]. Misalnya:

Anak-anak bermain di teras (téras).

Kedelai merupakan bahan pokok kecap (kécap).

b. Diakritik (è) dilafalkan [ɛ]. Misalnya:

Kami menonton film seri (sèri).

Pertahanan militer (militèr) Indonesia cukup kuat.

c. Diakritik (ê) dilafalkan [ə]. Misalnya:

Pertandingan itu berakhir seri (sêri).

Upacara itu dihadiri pejabat teras (têras) Bank Indonesia.

Kecap (kêcap) dulu makanan itu.

Huruf konsonan.

Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri atas 21 huruf, yaitu b, c,
d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan z. Huruf q dan x khusus digunakan untuk nama
diri dan keperluan ilmu.

Huruf Konsonan Posisi Awal Posisi Tengah Posisi Akhir


B Bahasa sebut adab
C Cakap Kaca -
D Dua Ada abad
F Fakir kafan maaf
G Guna Tiga gudeg
H hari saham Tuah
J Jalan manja mikraj
K Kami paksa politik
L Lekas Alas Akal
M Maka kami Diam
N Nama tanah daun
P Pasang Apa Siap
q* Qariah Iqra -
R Raih Bara putar
S Sampai Asli tangkas
T Tali mata rapat
V Variasi Lava molotov
W Wanita hawa takraw
x* Xenon - -
Y Yakin payung -
Z Zeni lazim juz
Huruf diftong.

Di dalam bahasa Indonesia terdapat empat diftong yang dilambangkan dengan gabungan huruf
vokal ai, au, ei, dan oi.

Huruf Diftong Posisi Awal Posisi Tengah Posisi Akhir


Ai - balairung pandai
Au Autodidak taufik harimau
ei* Eigendom geiser survei
Oi - boikot amboi

Gabungan huruf konsonan.

Gabungan huruf konsonan kh, ng, ny, dan sy masing-masing melambangkan satu bunyi
konsonan.

Gabungan Huruf Posisi Awal Posisi Tengah Posisi Akhir


Konsonan
Kh khusus akhir tarikh
Ng ngarai bangun senang
Ny nyata banyak -
Sy syarat musyawarah arasy

 Pengucapan huruf.

Salah satu hal yang diatur dalam ejaan ialah cara pelafalan atau cara pengucapan dalam
bahasa Indonesia. Pada akhir-akhir ini sering kita dengar orang melafalkan bunyi bahasa
Indonesia dengan keraguan. Keraguan yang dimaksud ialah ketidakteraturan pengguna bahasa
dalam melafalkan huruf. Kesalahan pelafalan dapat terjadi. Tegasnya, lafal dalam bahasa
Indonesia disesuaikan dengan tulisan.

Perhatikan contoh berikut!


-teknik Lafal yang salah: tehnik Lafal yang benar: teknik [t e k n i k]

-tegel Lafal yang salah: tehel Lafal yang benar: tegel [t e g e l]

-energi Lafal yang salah: enerhi, enersi, enerji Lafal yang benar: energi [e n e r g i]

Masalah lain yang sering muncul dalam pelafalan ialah mengenai singkatan kata dengan huruf.
Sebaiknya pemakai bahasa memperhatikan pelafalan yang benar seperti yang sudah
dibakukan dalam ejaan.

Perhatikan pelafalan berikut!

-TV Lafal yang salah: [tivi] Lafal yang benar: [t e ve]

-MTQ Lafal yang salah: [emtekyu], [emtekui] Lafal yang benar: [em te ki]

Hal yang perlu mendapat perhatian ialah mengenai pemakaian dan pelafalan huruf pada
penulisan dan pelafalan nama diri. Di dalam kaidah ejaan dikatakan bahwa penulisan dan
pelafalan nama diri, yaitu nama orang, badan hukum, lembaga, jalan, kota, sungai, gunung, dan
sebagainya disesuaikan dengan kaidah ejaan yang berlaku, kecuali kalau ada pertimbangan
lain. Pertimbangan yang dimaksud ialah pertimbangan adat, hukum, agama, atau
kesejahteraan, dengan kebebasan memilih apakah mengikuti Ejaan Republik (Soewandi) atau
Ejaan yang Disempurnakan. Jadi, pelafalan nama orang dapat saja diucapkan tidak sesuai
dengan yang tertulis, bergantung pada pemilik nama tersebut.

Demikian pula halnya dengan pelafalan unsur kimia, nama minuman, atau nama obat-obatan,
bergantung pada kebiasaan yang berlaku untuk nama tersebut. Jadi, pemakai bahasa dapat
saja melafalkan unsur tersebut tidak sesuai dengan yang tertulis. Hal tersebut memerlukan
kesepakatan lebih lanjut dari pakar yang bersangkutan.

Perhatikan contoh berikut!

- coca Lafal yang benar: cola [ko ka ko la]

- HCI Lafal yang benar: [Ha Se El]

- CO2 Lafal yang benar: [Se O2]

Kaidah pelafalan yang perlu dibicarakan di sini ialah pelafalan bunyi /h/. Pelafalan bunyi /h/ ada
aturannya dalam bahasa Indonesia. Bunyi /h/ yang terletak di antara dua vokal yang sama
harus dilafalkan dengan jelas, seperti pada kata mahal, pohon, luhur, leher, sihir. Bunyi /h/ yang
terletak di antara dua vokal yang berbeda dilafalkan dengan lemah atau hampir tidak
kedengaran, seperti pada kata tahun, lihat, pahit. Bunyi /h/ pada kata seperti itu umumnya
dilafalkan dengan bunyi luncur /w/ atau /y/, yaitu tawun, liyat, payit. Aturan ini tidak berlaku bagi
kata-kata pungut karena lafal kata pungut disesuaikan dengan lafal bahasa asalnya, seperti
kata mahir, lahir, kohir, kohesi.

3.Huruf kapital dan huruf miring.


 Huruf kapital.

a.Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama awal kalimat. Misalnya:

• Apa maksudnya?

• Dia membaca buku.

b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama orang, termasuk julukan. Misalnya:

• Halim Perdanakusumah

• Wage Rudolf Supratman

c. Huruf kapital dipakai pada awal kalimat dalam petikan langsung.Misalnya:

• "Mereka berhasil meraih medali emas," katanya.

d. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap kata nama agama, kitab suci, dan
Tuhan, termasuk sebutan dan kata ganti untuk Tuhan.Misalnya:

• Islam

• Alquran

• Allah.

e.Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama gelar kehormatan, keturunan,
keagamaan, atau akademik yang diikuti nama orang, termasuk gelar akademik yang
mengikuti nama orang.Misalnya:

• Nabi Ibrahim

• Doktor Mohammad Hatta

f.Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama gelar kehormatan, keturunan,
keagamaan, profesi, serta nama jabatan dan kepangkatan yang dipakai sebagai
sapaan.Misalnya:

• Selamat pagi, Dokter.

• Mohon izin, Jenderal.

g.Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti
nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau
nama tempat.Misalnya:

• Proklamator Republik Indonesia (Soekarno-Hatta).

• Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.


• Gubernur Papua Barat.

h.Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan
bahasa.Misalnya:

 bangsa Indonesia
 suku Dani
 bahasa Bali

i.Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, dan hari besar atau hari
raya.Misalnya:

 tahun Hijriah
 tarikh Masehi
 bulan Agustus
 hari Jumat

j.Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama peristiwa sejarah. Misalnya:

 Konferensi Asia Afrika


 Perang Dunia II
 Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

k.Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi.Misalnya:

 Sungai Musi
 Pegunungan Himalaya
 Teluk Benggala

l.Huruf pertama nama diri geografi yang dipakai sebagai nama jenis tidak ditulis dengan huruf
kapital.Misalnya:

 jeruk bali (Citrus maxima)


 kacang bogor (Voandzeia subterranea)
 nangka belanda (Anona muricata)
 petai cina (Leucaena glauca)

m.Nama yang disertai nama geografi dan merupakan nama jenis dapat dikontraskan atau
disejajarkan dengan nama jenis lain dalam kelompoknya.Misalnya:

 Kita mengenal berbagai macam gula, seperti gula jawa, gula pasir, gula tebu, gula aren,
dan gula anggur.
 Kunci inggris, kunci tolak, dan kunci ring mempunyai fungsi yang berbeda.

n.Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur bentuk ulang
sempurna) dalam nama negara, lembaga, badan, organisasi, atau dokumen, kecuali kata tugas,
seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk.Misalnya:
 Republik Indonesia
 Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia
 Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia
 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2010 tentang Penggunaan
Bahasa Indonesia dalam Pidato Presiden dan/atau Wakil Presiden serta Pejabat
Lainnya

o.Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap kata (termasuk unsur kata ulang
sempurna) di dalam judul buku, karangan, artikel, dan makalah serta nama majalah dan surat
kabar, kecuali kata tugas, seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk, yang tidak terletak pada
posisi awal.Misalnya:

 Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma.
 Tulisan itu dimuat dalam majalah Bahasa dan Sastra.
 Dia agen surat kabar Sinar Pembangunan.

p.Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, atau
sapaan.Misalnya:

 S.H. = sarjana hukum


 S.K.M. = sarjana kesehatan masyarakat

q.Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan, seperti
bapak, ibu, kakak, adik, dan paman, serta kata atau ungkapan lain yang dipakai dalam
penyapaan atau pengacuan.

Misalnya:

 "Kapan Bapak berangkat?" tanya Hasan. Dendi bertanya, "Itu apa, Bu?"
 "Silakan duduk, Dik!" kata orang itu.
 Surat Saudara telah kami terima dengan baik.
 Huruf miring.

a.Huruf miring dipakai untuk menuliskan judul buku, nama majalah, atau nama surat kabar yang
dikutip dalam tulisan, termasuk dalam daftar pustaka.Misalnya:

 Saya sudah membaca buku Salah Asuhan karangan Abdoel Moeis.


 Majalah Poedjangga Baroe menggelorakan semangat kebangsaan.
 Berita itu muncul dalam surat kabar Cakrawala.

b. Huruf miring dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau
kelompok kata dalam kalimat.Misalnya:

 Huruf terakhir kata abad adalah d.


 Dia tidak diantar, tetapi mengantar.
 Dalam bab ini tidak dibahas pemakaian tanda baca.
 Buatlah kalimat dengan menggunakan ungkapan lepas tangan.

c.Huruf miring dipakai untuk menuliskan kata atau ungkapan dalam bahasa daerah atau bahasa
asing.Misalnya:

 Nama ilmiah buah manggis ialah Garcinia mangostana.


 Weltanschauung bermakna 'pandangan dunia'.
 Ungkapan bhinneka tunggal ika dijadikan semboyan negara Indonesia.

4.Singkatan dan akronim.

a.Singkatan nama orang, gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti dengan tanda titik pada
setiap unsur singkatan itu. Misalnya:

 A.H. Nasution = Abdul Haris Nasution


 H. Hamid = Haji Hamid
 Suman Hs. = Suman Hasibuan

b.Singkatan yang terdiri atas huruf awal setiap kata nama lembaga pemerintah dan
ketatanegaraan, lembaga pendidikan, badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi ditulis
dengan huruf kapital tanpa tanda titik.Misalnya:

 NKRI = Negara Kesatuan Republik Indonesia


 UI = Universitas Indonesia
 PBB = Perserikatan Bangsa-Bangsa

c.Singkatan yang terdiri atas huruf awal setiap kata yang bukan nama diri ditulis dengan huruf
kapital tanpa tanda titik.Misalnya:

 PT = perseroan terbatas
 MAN = madrasah aliah negeri
 SD = sekolah dasar

d. Singkatan yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti dengan tanda titik.Misalnya:

 hlm. = halaman
 dll. = dan lain-lain
 dsb. = dan sebagainya
 dst. = dan seterusnya

e.Singkatan yang terdiri atas dua huruf yang lazim dipakai dalam surat-menyurat masing-
masing diikuti oleh tanda titik.Misalnya:

 a.n. = atas nama


 d.a. = dengan alamat
 u.b. = untuk beliau
 u.p. = untuk perhatian
 s.d. = sampai dengan

f.Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak diikuti
tanda titik.Misalnya:

 cm = sentimeter
 l = liter
 kg = kilogram
 Rp = rupiah

g. Akronim nama diri yang terdiri atas huruf awal setiap kata ditulis dengan huruf kapital tanpa
tanda titik.Misalnya:

 BIG = Badan Informasi Geospasial


 BIN = Badan Intelijen Negara
 LIPI = Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
 LAN = Lembaga Administrasi Negara
 PASI = Persatuan Atletik Seluruh Indonesia

h. Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata dari
deret kata ditulis dengan huruf awal kapital.Misalnya:

 Bulog = Badan Urusan Logistik


 Bappenas = Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
 Kowani = Kongres Wanita Indonesia
 Kalteng = Kalimantan Tengah

i.Akronim bukan nama diri yang berupa gabungan huruf awal dan suku kata atau gabungan
suku kata ditulis dengan huruf kecil.Misalnya:

 iptek = ilmu pengetahuan dan teknologi


 pemilu = pemilihan umum
 puskesmas = pusat kesehatan masyarakat
 rapim = rapat pimpinanP P P P P P P P P P P P E N U L I S A N D A N P E N G U C P A

5.Pembakuan istilah bahasa Indonesia.

Pembakuan bahasa adalah proses pemilihan satu ragam bahasa untuk dijadikan bahasa
baku (resmi) kenegaraan, serta usaha pembinaan dan pengembangannya, yang bisa
dilakukan terus-menerus. Pembakuan bahasa berarti pemilihan salah satu variasi yang
diangkat untuk mendukung fungsi-fungsi tertentu, dan ditempatkan di atas variasi yang lain.
Pembakuan bahasa tidak dimaksudkan untuk mematikan variasi-variasi bahasa nonbaku.
Variasi-variasi bahasa nonbaku tetap hidup dan berkembang sesuai dengan
fungsinya.Pembakuan bahasa memiliki fungsi sebagai berikut:

a. Efesiensi dan efektivitas komunikasi


Bahasa baku memungkinkan adanya komunikasi yang lebih lancar, efektif, dan efisien.
Kesatuan dan kesamaan aturan bahasa maupun konsep-konsep bahasa memudahkan
untuk saling memahami antaranggota masyarakat pemakai bahasa.

b. Integrasi masyarakat budaya.

Perbedaan kebudayaan selalu diikuti dengan perbedaan konsep dan kata sehingga sering
ada anggapan bahwa kata yang ada dalam suatu bahasa tidak terdapat dalam bahasa lain.
Dilihat dari integrasi dalam suatu masyarakat, pembakuan konsep dan kata maupun
kesamaan atursan bahasa adalah syarat mutlak.

c. Pembinaan bahasa nasional

Variasi bahasa nonbaku sangat beragam, tergantung pada pemakai bahasa dan berbagai
variasi bahasa yang hidup dalam masyarakat. Biasanya bahasa baku mengatasi
keanekaragaman variasi bahasa yang lain. Bahasa baku merupakan pedoman dan pangkal
bagi variasi bahasa yang lain.

Usaha pembakuan bahasa, sebagai salah satu usaha pembinaan dan pengembangan
bahasa, tidak akan berhasil tanpa adanya dukungan dari berbagai sarana, yaitu

a)Pendidikan : pendidikan sebagai situasi formal bukan hanya membutuhkan penggunaan


bahasa baku, tetapi juga merupakan tempat untuk menyebarluaskan pengembangan dan
penyebaran bahasa baku.

b) Industri Buku : industri buku juga sangat penting dalam penyebaran dan pengembangan
bahasa baku, sebab melalui bukulah ragam bahasa baku dapat ditampilkan

c) Perpustakaan : adanya perpustakaan dengan jumlah buku yang tersedia cukup banyak
akan mempercepat proses pembakuan bahasa. penyebaran dan pengembangan bahasa
baku tidak dapat dilepaskan dari keberadaan perpustakaan.

d)Administrasi Negara : kelangsungan eksistensi bahasa baku dapat terjamain dengan


adanya administrasi negara yang rapi, tertib dan teratur. Admistrasi negara yang tidak
teratur akan merusak kelangsungan eksistensi bahasa baku.

e)Media massa : tersedianya media massa baik tulis maupun elektronik akan menjamin
tercapainya pembakuan bahasa dengan lebih luas.

f)Tenaga : pembakuan bahasa juga memerlukan tenaga-tenaga terlatih dan terdidik dalam
bidang kebahasaan. Tiadanya atau kurangnya tenaga kebahasaan ini akan menyulitkan
proses pembakuan bahasa.

g) Penelitian : tanpa adanya penelitian yang terus menerus di bidang kebahasaan, usaha
pengembangan dan pembakuan bahasa tidak akan mencapai kemajuan.

Ejaan dalam bahasa Indonesia telah dilakukan pembakuan. Pembakuan ejaan ini dimulai dari
penetapan ejaan Van Ophuijsen (1901), dilanjutkan dengan perbaikan yang dikenal dengan
ejaan Suwandi atau ejaan Republik (1974), dan disempurnakan dengan penetapan Ejaan
Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (EYD) pada tahun 1972. Dalam ejaan diatur cara
menggunakan huruf, cara penulisan kata dasar, kata ulang, kata gabung, cara penulisan
kalimat, dan cara penulisan unsur-unsur serapan.

Nonbaku Baku Nonbaku Baku Nonbaku Baku


Akhli Ahli Akwarium Akuarium Perangko Prangko
Atlit Atlet Beaya Biaya Konggres Kongres
Cuman Cuma Atmosfir Atmosfer Merubah Mengubah
Esensiil Esensial Cabe Cabai Halangan Alangan
Frekwensi Frekuensi Ekstrim Ekstrem Do’a Doa

Pembakuan tata bahasa dalam bahasa Indonesia sudah dilakukan dengan diterbitkannya buku
tata bahasa yang diberi nama Tata Bahasa Baku Indonesia.  Pembakuan bidang kosakata dan
peristilahan dalam bahasa Indonesia telah lama dilakukan yang dilakukan dengan
mempertimbangkan: ejaan, lafal, bentuk, dan sumber pengambilan. Dilihat dari segi sumbernya,
istilah-istilah dalam bahasa Indonesia yang diambil dapat bersumber dari (1) kosakata bahasa
Indonesia (baik yang lazim maupun tidak), (2) kosakata bahasa serumpun, dan (3) kosakata
bahasa asing.

Kata bahasa Indonesia, khususnya kata umum, baik yang lazim maupun yang tidak lazim dapat
menjadi bahan istilah. Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi agar dapat diterima menjadi
bahan istilah, yaitu kata dengan tepat mengungkapkan makna konsep, proses, keadaan atau
sifat yang dimaksudkan; kata lebih singkat daripada kata yang lain yang berujukan sama; kata
yang tidak bernilai rasa (konotasi) buruk dan yang sedap didengar (eufonik).

Seandainya dalam bahasa Indonesia tidak ditemukan istilah yang tepat untuk menggambarkan
konsep, proses, keadaan atau sifat yang dimaksudkan, maka akan dicari istilah dalam bahasa
serumpun, baik yang lazim maupun yang tidak lazim.

BAB 5

BENTUK DAN PILIHAN KATA

A.Struktur Suku kata.

Setiap kata dalam bahasa Indonesia terdiri dari satu atau beberapa suku kata. Suku kata
merupakan penggalan-penggalan kata berdasarkan pengucapannya dan biasanya terdiri dari
beberapa fonem.Pemenggalan suku kata ini sering jelas terlihat dalam unsur puisi, karmina dan
pada perbedaan pantun dan syair. Selain itu, suku kata juga sering dikaitkan dengan rima dan
jenis-jenis majas.Suku kata terdiri dari dua jenis yaitu suku kata terbuka dan suku kata tertutup.
Pengertian suku kata terbuka adalah suku kata yang diakhiri dengan huruf vokal, contohnya
seperti ka, la, pe, do, mo, ni, dan lain sebagainya.Pengertian suku kata tertutup adalah suku
kata yang diakhiri dengan huruf konsonan, contohnya seperti pam, lak, bang, kang, kan, ber,
res, dan lain sebagainya.

Untuk memenggal suku kata, dapat digunakan pedoman berikut ini:

a) Kalau di tengah kata terdapat dua vokal berurutan (selain diftong), pemisahan dilakukan di
antara kedua vokal tersebut.

b) Kalau di tengah kata terdapat konsonan di antara dua vokal, pemisahan dilakukan sebelum
konsonan tersebut.

c) Kalau di tengah kata terdapat dua konsonan atau lebih, pemisahan dilakukan setelah
konsonan pertama.

d) Imbuhan dan partikel yang biasanya ditulis serangkai dengan kata dasar, pada penyukuan
dipisahkan.

Ada beberapa suku kata atau pola suku kata dalam bahasa Indonesia, yaitu sebagai berikut :

Vokal(V)/Konsonan(K)

1.Suku kata berpola vokal (V), dimana suku kata ini dibentuk oleh satu bunyi vokal sebagai
puncaknya.

Contohnya : a-nak, ba-u, a-mal, tu-a, su-a-tu, a-sap, a-kar.

2Suku kata berpola vokal dan konsonan (VK), dimana dibentuk oleh satu bunyi vokal sebagai
puncak dan konsonan sebagai koda suku.

Contohnya : an-jing, un-tuk, an-da, an-tar, am-pas, as-pal, ar-tis.

3.Suku kata berpola konsonan dan vokal (KV), dimana dibentuk oleh satu bunyi konsonan
sebagai tumpu suku dan sebuah bunyi vocal sebagai puncak.

Contohnya : pu-nah, ga-jah, pu-sing, pi-ring, mu-al. sa-pi, ko-pi.

4.Suku kata berpola konsonan, vokal, konsonan (KVK), dimana dibentuk oleh bunyi konsonan
sebagai tumpu suku, bunyi vokal sebagai puncak dan bunyi konsonan sebagai koda suku.

Contohnya : sum-bu, ban-tu, pan-tai, ber-li-an, pas-ta.

5.Suku kata berpola konsonan, konsonan, vokal (KKV), dimana dibentuk oleh dua bunyi vokal
sebagai tumpu suku dan satu bunyi vokal sebagai puncak.

Contohnya : eks-tra, man-tra, ma-tre, dra-ma, gra-tis, pla-stik, slo-gan.


6.Suku kata berpola konsonan, konsonan, vokal, konsonan (KKVK), dimana dibentuk oleh dua
konsonan sebagai tumpu suku, satu vokal sebagai puncak, dan satu konsonan sebagai koda
suku.

Contohnya : prak-tik, prak-tis, trak-tor, an-trak-si, kon-trak-si, kon-trak.

7.Suku kata berpola konsonan, konsonan, vokal, konsonan, konsonan (KKVKK), dimana
dibentuk oleh dua konsonan sebagai tumpu suku, satu vokal sebagai puncak, dan dua
konsonan sebagai koda suku.

Contohnya : kom-pleks.

8.Suku kata berpola konsonan, vokal, konsonan, konsonan (KVKK), dimana dibentuk oleh satu
konsonan sebagai tumpu suku, satu vokal sebagai puncak dan dua konsonan sebagai koda
suku.

Contohnya : pers, kon-teks-tu-al, teks-til.

9.Suku kata berpola konsonan, vokal, konsonan, konsonan, konsonan (KVKKK), dimana
dibentuk dari satu konsonan sebagai tumpu suku, satu vokal sebagai puncak dan tiga konsonan
sebagai koda suku.

Contohnya : korps.

10.Suku kata berpola konsonan, konsonan, konsonan, vokal (KKKV), dimana dibentuk oleh tiga
konsonan sebagai tumpu suku dan satu vokal sebagai puncak.

Contohnya : in-stru-men-tal, stra-ta, stra-te-gi.

11.Suku kata berpola konsonan, konsonan, konsonan, vokal, konsonan (KKKVK), dimana
dibentuk oleh tiga konsonan sebagai tumpu suku, satu vokal sebagai puncak dan satu
konsonan sebagai koda suku.

Contohnya : struk-tu-ral, in-struk-si, stres.

B.Bentuk Kata

1.Fonem.

Fonem merupakan satuan bunyi bahasa yang terkecil yang mampu menunjukan perbedaan
makna dalam ilmu bahasa. Fonem itu ditulis diantara dua garis miring /…/ misalnya bunyi
a/,/i,/u/e/,dan/o. Jika satu fonem saja diganti atau dihilangkan atau bahkan ditambahkan maka
akan mengubah kata. Fonem dibedakan atas vocal dan konsonan.

Contoh kasta, kista, kusta, kata-kata ini hanya dibedakan oleh fenomena a/,i/, dan u/. Contoh
lainnya yang fenomenanya berupa huruf konsonan misalnya kata jari, hari, tari, lari, kata-kata
tersebut dibedakan oleh fonem/j/,/h/,t/,l/. Fungsi fonem itu sendiri untuk membedakan makna
perbedaan bunyi. Pada fonem yang membedakan makna ini menegaskan adanya fonem-fonem
yang berbeda pula.
2.Morfem.

Morfem adalah suatu bentuk terkecil yang dapat membedakan makna dan atau mempunyai
makna. Morfem –an, -di, me-, ter, -lah, jika digabungkan dengan kata makan, dapat membentuk
kata makanan, dimakan, memakan, termakan, makanlah yang mempunyai makna baru yang
berbeda dengan makna kata makan.

3.Kata turunan.

Kata atau kata yang dibentuk dari kata dasar ditambah dengan afiks prefiks sufiks ataupun
infiks maupun gabungan afiks:

Me-lihat ( Prefiks) dari kata dasar lihat/Awalan

Jemari (Infiks) dari kata dasar jari/Sisipan

Makan-an (sufiks) dari kata dasar makan/Akhiran

Pen-cari-an (konfiks) dari kata dasar cari/Awal+Akhir

4.Kata ulang.

Kata ulang adalah bentuk kata yang diperoleh melalui proses reduplikasi atau pengulangan,
baik secara keseluruhan, sebagian, maupun perubahan. Kata berulang atau reduplikasi adalah
pengulangan satuan gramatik, baik seluruhnya maupun sebagiannya, baik dengan variasi
fonem maupun tidak. Pengulangan dapat dilakukan terhadap kata dasar, kata berimbuhan,
maupun kata gabung.

 Kata Ulang Berdasarkan Bentuk

a.Dwipurwa (Sebagian).

Dwipurwa ialah kata ulang sebagian. Kata – kata jenis ini mengalami suatu perulangan pada
sebagian katanya saja, misalnya yaitu leluasa, sesaji, dedaunan, leluhur, pepohonan dan lain
sebagainya.

Contoh:

Dedaunan itu gugur setiap musim semi.

Mereka menaruh sesaji di depan patung untuk acara adat

Pepohonan diskitar bandar lampung tumbang akibat angin topan.

b.Dwilingga.

Dwilingga ialah kata ulang menyeluruh. Kata ulang jenis yang satu ini ialah kata yang
mengalami suatu pengulangan secara keseluruhan. misalnya yaitu bapak – bapak, anak –
anak, laki-laki, buku – buku, dan lain sebagainya.

Contoh Kalimat:

Semua anak-anak kelas 1 SD senang ketika berenang


Pasangan suami istri itu mempunyai anak laki-laki

c. Kata ulang berubah bunyi.

Jenis kata ulang yang satu ini mengalami suatu perulangan disertai dengan suatu perubahan
bunyi pada sebagian kata. Misalnya yaitu teka – teki, mondar – mandir, gotong – royong, sayur
– mayur, dan lain sebagainya.

Contoh Kalimat:

Desa bangun rejo melakukan gotong royong untuk membersihkan desanya.

Ibu ke pasar membeli sayur mayur dan lauk pauk.

d.Kata ulang berimbuhan.

Jenis kata ulang yang satu ini terjadi akibat suatu penambahan imbuhan pada sebagian kata.
Misalnya pada Tarik – menarik, maaf – memaafkan, pukul – memukul, putar – memutar, dan
lain sebagainya.

Contoh Kalimat :

Antar sesama manusia wajib untuk saling tolong menolong.

Dihari yang suci ini kita wajib saling maaf-memaafkan.

e.Kata ulang semu.

Jenis kata ulang yang satu ini ialah kata yang mengalami suatu proses pengulangan seluruhnya
tetapi tidak bisa dipisahkan, misalnya pada kupu – kupu, laba – laba, umang – umang, pura –
pura.

5.Kata Majemuk

Kata majemuk adalah gabungan dua kata (morfem) dasar yang pada akhirnya memiliki makna
baru. Bentuk kata ini akan dengan mudah teman-teman temukan dalam pelajaran Bahasa
Indonesia selain kalimat majemuk kalimat majemuk. Namun, teman-teman harus jeli untuk
membedakannya dengan frasa sebab keduanya berbeda jenis.

 Ciri-ciri Kata Majemuk

Agar tidak bingung untuk membedakannya, ada baiknya teman-teman mengetahui ciri-ciri
sebuah kata majemuk, yaitu sebagai berikut:

a. Tidak Bisa Disisipi

Untuk mengetahui sebuah gabungan kata adalah jenis kata majemuk atau hanya frasa, kalian
dapat mengetesnya dengan memberikan sisipan di antara dua kata dasar pembentuknya.
Umumnya, sisipannya berupa preposisi atau kata depan. Jika gabungan kata tersebut dapat
disisipi, berarti ia hanyalah bentuk frasa. Namun jika ketika disisipi maka artinya berubah,
berarti ia dapat dikategorikan sebagai kata majemuk.
Contoh: “kacamata” tidak dapat diganti menjadi “kaca dari mata” ataupun “kaca pada mata”.
Sementara itu sakit mata dapat disisipi penulisannya menjad “sakit di mata” atau “sakit pada
mata”.

b. Tidak Dapat Diperluas

Perluasan sebuah kata dapat terjadi dengan pemberian afiks (imbuhan). Khusus untuk kata
majemuk, perluasan tidak bisa diberikan pada satu kata saja, namun harus mencakup kedua
kata pembentuknya. Hal ini berbeda dengan frasa yang salah satu katanya bisa diperluas
dengan pembubuhan afiks.

Contoh: “kereta api” tidak dapat diperluas menjadi perkereta api atau kereta apian. Namun,
harus memakai imbuhan awal dan akhir untuk mengapit kedua kata yang membentuknya.
Maka, kereta api baru dapat diperluas menjadi perkeretaapian.

c. Posisi Tidak Dapat Ditukar

Kata-kata yang membentuk sebuah kata majemuk bersifat tetap. Jadi, kalian tidak dapat
menukarkan posisi antarkatanya, sebab jika dipertukarkan, maknanya akan hilang atau berubah
total.

Contoh: “angkat kaki” memiliki makna ‘pergi’. Namun jika posisi kata-kata dasar yang
membentuknya di balik, menjadi kaki angkat, maknanya menjadi hilang dan tidak jelas.

d.Penulisan

Jika penulisan tiap unsurnya terpisah, maka bentuknya disebut tidak senyawa. Sementara itu,
yang rangkaian morfem dasarnya digabung disebut sebagai kata majemuk senyawa.

Contoh:

Majemuk Senyawa : matahari, kacamata, saputangan, dukacita, sukacita, segitiga.

Majemuk Tidak Senyawa : kereta api, rumah sakit, mata kaki, harga diri.

C.Diksi
Diksi bisa diartikan sebagai pilihan kata pengarang untuk menggambarkan sebuah cerita. Diksi
bukan hanya berarti pilih memilih kata melainkan digunakan untuk menyatakan gagasan atau
menceritakan peristiwa tetapi juga meliputi persoalan gaya bahasa, ungkapan-ungkapan dan
sebagainya.

Agar dapat menghasilkan cerita yang menarik melalui pilihan kata maka diksi yang baik harus
memenuhi syarat, seperti :

a.Ketepatan dalam pemilihan kata dalam menyampaikan suatu gagasan.

b.Seorang pengarang harus mempunyai kemampuan untuk membedakan secara tepat nuansa-
nuansa makna sesuai dengan gagasan yang ingin disampaikan dan kemampuan untuk
menemukan bentuk yang sesuai dengan situasi dan nilai rasa bagi pembacanya.

c.Menguasai berbagai macam kosakata dan mampu memanfaatkan kata-kata tersebut menjadi
sebuah kalimat yang jelas, efektif dan mudah dimengerti.
 Jenis-Jenis Diksi

1.Jenis Diksi Berdasarkan Maknanya:

a.Makna Denotatif

Denotatif tersebut berarti makna asli, makna asal, atau juga makna yang sebenarnya dari suatu
kalimat ataupun kata. Dibawah ini merupakan beberapa contohnya:

Anita sangat “gemar membaca”, maka tidak kaget jika dia pintar dan memiliki pengetahuan
yang luas.

Badan Anita sangat kurus (Kata kurus,tersebut memiliki makna denotatif keadaan tubuhnya
yang lebih kecil dari ukuran badan normal)

b.Makna Konotatif

Konotatif, adalah menyatakan makna yang memiliki arti bukan yang sebenarnya dari sebuah
kalimat atau kata. Berikut ini adalah contohnya :

Budiyanto “banting tulang”, bekerja dari pagi sampai pada sore untuk dapat memenuhi
kebutuhan keluarganya. (kata “banting tulang” tersebut diartikan bahwa Anita bekerja keras).

2.Jenis Diksi Berdasarkan Leksikal

Dalam Jenis Diksi dengan berdasarkan leksikal akan dijelaskan dibawah ini :

a.Sinonim

Sinonim merupakan kata yang mempunyai makna yang sama. Dengan kata lain, sinonim
merupakan sebuah persamaan kata. Dibawah ini merupakan beberapa contoh sinonim:

Cantik = Elok

Lezat = Enak

Pintar = Pandai

b.Antonim

Antonim merupakan kata yang mempunyai makna yang berlawanan. artinya dalam kata lain,
antonim ini merupakan lawan kata. Dibawah ini merupakan beberapa contoh antonim:

Naik = Turun

Besar = Kecil

Banyak = Sediki

c.Homonim

Homonim merupakan kata yang mempunyai makna berbeda, namun pada lafal atau ejaannya
itu sama. dibawah ini merupakan contoh homonim :

Pada pertengahan Bulan, ibu selalu menerima upah kerja.


Bulan purnama tersebut terlihat sangat jelas dan banyak bintang yang menemaninya.

Kata “Bulan” pada contoh kalimat diatas memiliki lafal dan ejaan yang sama tetapi mempunyai
arti atau makna yang berbeda. Apabila pada kalimat 1 kata bulan menunjukan tanggal,
sedangkan pada kalimat 2 itu menunjukan bulan yang ada di langit.

d.Homofon

Homofon merupakan kata yang mempunyai makna serta ejaan berbeda, namun mempunyai
lafal yang sama. Dibawah ini merupakan contoh homofon:

Anita sedang mentrasfer uang di Bank.

Bang Dimas merupakan kakak Anita

Kata “Bank” serta “Bang”, mempunyai lafal yang sama namun mempunyai ejaan serta juga
makna yang berbeda. Pada kalimat 1 itu menunjukan tempat, sedangkan kalimat 2 itu
menunjukan arti saudara.

e.Homograf

Homograf merupakan kata yang mempunyai makna serta lafal yang berbeda, namun
mempunyai cara ejaan yang sama. Dibawah ini merupakan contohnya:

Anita suka makan Tahu goreng di ujung jalan.

Anita tidak Tahu bahwa kalau hari ini hari rabu

Kata “Tahu” pada kedua kalimat yang dituliskan diatas memiliki cara ejaannya sama. Pada
kalimat 1 menunjukan ke arah makanan sedangkan pada kalimat 2 menunjukan lupa pada
hari.

f.Polisemi

Polisemi merupakan kata yang mempunyai banyak arti atau juga pengertian. Dibawah ini
merupakan beberapa contoh polisemi:

Menabung di bank, maka kita akan mendapatkan Bunga.

Anita merupakan bunga desa di kampung ini.

Bunga mawar putih itu sangat indah.

Nama sahabatku adalah Bunga.

Pada kalimat 1 kata “bunga” itu menunjukan bahwa keuntungan dalam menabung di bank,
pada kalimat 2 itu mengarah pada perempuan paling cantik yang ada dikampung, dan kalimat 3
itu menunjukan bunga mengarah padatanaman, dan yang ke 4 itu menunjukan bunga sebagai
nama manusia.

g.Hipernim dan Hiponim

Hipernim merupakan kata yang mewakili banyak dari kata lain. Jadi sebuah kata hipernim
tersebut bisa menjadi kata umum dari penyebutan kata lainnya. Sedangkan untuk Hiponim
merupakan kata yang terwakili artinya oleh suatu kata hipernim. Dibawah ini merupakan contoh
kalimat yang mengandung kata hipernim serta hiponim:

Di hutan itu banyak segala jenis binatang buas, misalnya seperti harimau, beruang, ular,dan
lain sebagainya

Untuk Kata hipernim : Binatang buas. Sedangkan untuk kata hiponim : harimau, beruang,
ular,dan lain sebagainya.

BAB 6

KALIMAT DAN KALIMAT RANCU

A. Kalimat

Kalimat adalah satuan bahasa berupa kata atau rangkaian kata yang dapat berdiri sendiri dan
menyatakan makna yang lengkap. Kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang mengungkapkan
pikiran yang utuh, baik dengan cara lisan maupun tulisan. Dalam wujud lisan, kalimat diucapkan
dengan suara naik turun, dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir.
Sedangkan dalam wujud tulisan berhuruf latin, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri
dengan tanda titik (.) untuk menyatakan kalimat berita atau yang bersifat informatif, tanda tanya
(?) untuk menyatakan pertanyaan dan tanda seru (!) untuk menyatakan kalimat
perintah.Sekurang-kurangnya kalimat dalam ragam resmi, baik lisan maupun tertulis, harus
memiliki sebuah subjek (S) dan sebuah predikat (P). Bila tidak memiliki kedua unsur tersebut,
pernyataan itu bukan kalimat, melainkan hanya sebuah frasa. Di sini, kalimat dibagi menjadi
dua, yakni kalimat tunggal dan kalimat majemuk.

 Unsur-unsur kalimat:

1. Subjek

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, subjek atau subyek merupakan suatu bagian klausa
yang menandai apa yang hendak dibicarakan oleh pembicara atau pengarang. Secara
sederhana, subjek disebut dengan pokok kalimat. Subjek sendiri dapat berbentuk jenis-jenis
kata benda, atau bisa juga berbentuk contoh frasa nomina.Contoh:

Ibu sedang berbelanja ke pasar. (Ibu= subjek yang berbentuk kata kerja).

Ayah Andi bekerja di perusahaan multinasional. (Ayah Andi= subjek yang berbentuk frasa
nomina).

2. Predikat

Masih menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, predikat merupakan bagian kalimat yang
menandai apa yang hendak diucapkan oleh pembicara atau penulis tentang subjek. Predikat
biasanya diletakkan setelah subjek. Biasanya, predikat dapat berupa jenis-jenis kata kerja atau
contoh frasa verba dalam bahasa Indonesia.Contoh:

Adik bermain bola. (bermain= predikat yang berbentuk kata kerja).

Adik sedang bermain bola. (sedang bermain= predikat yang berbentuk frasa verba).

3. Objek

Objek merupakan unsur kalimat yang diletakkan setelah subjek. Objek biasanya digambarkan
sebagai korban yang dikenai perbuatan oleh subjek. Dalam kalimat pasif, objek biasanya
dielakkan di awal kalimat menggantikan posisi subjek. Sementara itu, dalam kalimat intransitif
dan kalimat semitransitif, unsur kalimat ini tidak digunakan sama sekali, dan fungsinya
digantikan oleh unsur pelengkap dan keterangan. Sama seperti subjek, objek sendiri juga dapat
berupa kata benda ataupun frasa nomina.Contoh:

Agus sedang membacakan puisi. (puisi= objek yang berbentuk kata kerja).

Maya sedang mengerjakan PR Matematika. (PR Matematika= objek yang berbentuk frasa
nomina).

4. Pelengkap

Pelengkap atau komplimen merupakan unsur kalimat yang letaknya berada di sebelah objek
atau bisa juga diletakkan di sebelah kalimat jika kalimat itu merupakan kalimat intransitif dan
semitransitif yang tidak membutuhkan keberadaan objek di dalamnya. Pelengkap seringkali
disamakan dengan objek, bahkan dengan keterangan. Padahal, pelengkap mempunyai
perbedaan dengan objek maupun keterangan.
Salah satu cara membedakan pelengkap dan objek adalah dengan melihat kata atau frasa yang
ada setelah predikat. Jika kata yang ada di sebelah predikat itu adalah kata benda atau frasa
nomina, maka dipastikan bahwa itu adalah objek. Dengan demikian, kata atau frasa selain itu
adalah pelengkap. Sementara itu, salah satu cara membedakan pelengkap dan keterangan
adalah dari segi posisi kedua unsur tersebut. Posisi unsur pelengkap terletak di sebelah
predikat atau objek dan tidak bisa dipindah ke posisi lainnya, sedangkan keterangan posisinya
bisa di sebelah objek, predikat, pelengkap, bahkan di awal kalimat sekali pun. Contoh:

Andi mengatakan bahwa baju itu adalah kepunyaannya. (baju itu adalah kepunyaannya=
pelengkap yang berbentuk klusa).

Wajah Andi terlihat begitu murung. (begitu murung= pelengkap yang berbentuk frasa adjektiva).

5. Keterangan

Seperti yang dijelaskan di poin sebelumnya, bahwa keterangan merupakan unsur kalimat yang
dapat diletakkan setelah pelengkap, objek, predikat, dan bahkan di awal kalimat sekalipun.
Adapun definisi keterangan sendiri–yang dikutip dari KBBI–adalah jenis-jenis kata atau
kelompok kata yang menerangkan kata atau bagian kalimat lainnya. Keterangan atau jenis-jenis
kata keterangan dapat berupa keterangan tempat, waktu, cara, dan sebagainya.Contoh:

Ibu membeli sayur-sayuran di pasar. (di pasar= keterangan tempat).

Amalia mengerjakan tugas sekolah di malam hari. (di malam hari= keterangan waktu).

 Pola kalimat

1. S-P

Pola ini terhitung pola kalimat yang paling dasar dan sederhana. Sebab, pola ini hanya berupa
subjek (S) dan predikat (P) saja. Adapun beberapa contoh kalimat yang menggunakan pola ini
adalah sebagai berikut.

Ayah Bekerja. (S= Ayah, P= bekerja)

Petani bercocok tanam. (S= Petani, P= bercocok tanam )

2. S-P-O

Pola yang terdiri dari subjek (S), predikat (P), dan objek (O) ini biasanya dipakai pada contoh
kalimat deklaratif aktif transitif dan kalimat aktif transitif. Adapun bebrapa contoh kalimat dengan
pola ini adalah sebagai berikut:

Ibu menanak nasi. (S= Ibu, P= menanak, O= nasi)

Adik sedang memainkan piano. (S= adik, P= sedang memainkan, O= piano)

3. S-P-Pel
Pola ini terdiri atas subjek (S), predikat (P), dan pelengkap (Pel). Biasanya, pola ini digunakan
dalam contoh kalimat deklaratif aktif intransitif, contoh kalimat deklaratif semitransitif, kalimat
aktif intransitif, dan contoh kalimat aktif semitransitif. Contoh:

Tubuhnya berlumuran keringat. (S= tubuhnya, P= berlumuran, Pel= keringat)

Langit malam ini bertaburan bintang-bintang. (S= langit malam ini, P= bertaburan, Pel= bintang-
bintang)

4. S-P-K

Merupakan pola yang terdiri atas subjek (S), predikat (P), dan Keterangan (K). Pola ini biasanya
dapat dijumpai pada kalimat deklaratif aktiif intransitif dan kalimat aktif intransitif. Adapun contoh
pola ini adalah sebagai berikut:

Anak-anak bermain di lapangan. (S= anak-anak, P= bermain, K= di lapangan)

Burung-burung bersahutan di pagi hari. (S= burung-burung, P= bersahutan, K= di pagi hari)

5. S-P-O-K

Pola ini merupakan pola yang paling umum dan paling dikenal di masyarakat. Sebagaimana
yang telah diketahui, bahwa pola ini terdiri atas subjek (S), predikat (P), objek (O), dan
keterangan (K). Adapun contohnya adalah sebagai berikut:

Ibu membeli sayur-sayuran di pasar tradisional. (S= Ibu, P= membeli, O= sayur-sayuran, K= di


pasar tradisional)

Para petani menanam padi di pagi hari. (S= para petani, P= menanam, O= padi, K= di pagi hari)

6. S-P-O-Pel

Pola ini terdiri atas subjek (S), predikat (P), objek (O), dan pelengkap (Pel). Adapun contohnya
adalah sebagai berikut:

Ibu membelikan adik pakaian baru. (S= Ibu, P= membelikan, O= adik, Pel= pakaian baru)

Adik membelikan kucingnya makanan kucing. (S= Adik, P= membelikan, O= kucingnya, Pel=
makanan kucing)

7. S-P-Pel-K

Adalah pola yang terdiri atas subjek (S), predikat (P), pelengkap (Pel), dan keterangan (K).
Contoh:

Tubuhnya berlumuran keringat karena bekerja keras seharian. (S= tubuhnya, P= berlumuran,
Pel= keringat, K= karena bekerja keras seharian)

Anak-anak bermain bola di tanah lapang. (S= anak-anak, P= bermain, Pel= bola, K= di tanah
lapang)
8. S-P-O-Pel-K

Merupakan pola kalimat yang paling kompleks dan lengkap karena semua unsur kalimat
terkandung di dalamnya. Contoh:

Ibu membelikan adik sepatu baru pada hari Minggu kemarin. (S= Ibu, P= membelikan, O= adik,
Pel= sepatu baru, K= pada hari Minggu kemarin)

Adik membelikan kucingnya makanan kucing dengan uang sakunya sendiri. (S= adik, P=
membelikan, O= kucingnya, Pel= makanan kucing, K= dengan uang sakunya sendiri)

 Kalimat inversi

Kalimat Inversi yang predikatnya mendahului subjeknya, yang mana kalimat inversi merupakan
kebalikan dari susunan kalimat versi. Kalimat versi adalah suatu kalimat yang mempunyai
unsur/pola kalimat sehingga membentuk kalimat dengan pola berurutan, yaitu S-P-O-K.
Biasanya penulisan kalimat inversi selalu beriringan dengan kalimat versi, dan merupakan
penekanan terhadap makna dari sebuah kalimat.

Kalimat inversi sendiri memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1.Predikat selalu mendahului subjek.

2.Kalimatnya harus didahului dengan kata kerja.

3.Makna kalimat inversi lebih tegas dibanding kalimat versi

Contoh Kalimat Inversi dan Versi Beserta Penjelasannya

1.Kalimat Versi : Gusti memakan ayam goreng di restoran.

Kalimat Inversi : Ayam goreng dimakannya di restoran.

2.Kalimat Versi : David memainkan bola di lapangan

Kalimat Inversi : Dimainkanlah bola olehnya di lapangan

3.Kalimat Versi : Dirga makan eceng gondok.

Kalimat Inversi : Dimakanlah eceng gondok oleh Dirga.

B.Kalimat Rancu.

Kata rancu dalam bahasa Indonesia berarti 'kacau'. Sejalan dengan itu, kalimat yang rancu
berarti kalimat yang kacau atau kalimat yang susunannya tidak teratur sehingga informasinya
sulit dipahami. Jika dilihat dari segi penataan gagasan, kerancuan sebuah kalimat dapat terjadi
karena dua gagasan digabungkan ke dalam satu pengungkapan. Sementara itu, jika dilihat dari
segi strukturnya, kerancuan itu timbul karena penggabungan dua struktur kalimat ke dalam satu
struktur.
a)Pintu masuk SMK 6 akan diperlebarkan.(rancu)

 Pintu masuk SMK 6 akan dilebarkan.

b) Jangan dibiasakan mengenyampingkan masalah itu.

 Jangan dibiasakan mengesampingkan masalah itu.

2.Kerancuan frase (kelompok kata)

a.)Untuk sementara waktu siswa tidak bisa praktik,karena ruangan sedang direnovasi.

 Untuk sementara siswa tidak bisa praktik, karena ruangan sedang direnovasi.

b.) Berulang kali aku mencoba

 Berulang-ulang aku mencoba

3.Kerancuan kalimat

a.) Didalam darah orang itu mengandung virus HIV.

 Berulang-ulang aku mencoba.

b.) Untuk kegiatan itu memungut biaya yang tidak sedikit dari para peserta.

 Kegiatan itu memungut biaya yang tidak sedikit dari peserta.

BAB 7

KALIMAT EFEKTIF

Kalimat efektif adalah kalimat yang memiliki potensi untuk menyampaikan pesan, ide, gagasan,
atau informasi secara utuh, jelas dan tepat sehingga pembaca dapat memahami maksud yang
diungkapkan penulis.

A.Syarat-syarat dan ketentuan kalimat efektif

1. Sesuai EYD

Sebuah kalimat efektif haruslah menggunakan ejaan maupun tanda baca yang tepat. Kata baku
pun mesti menjadi perhatian agar tidak sampai kata yang kamu tulis ternyata tidak tepat
ejaannya.

2. Sistematis
Sebuah kalimat paling sederhana adalah yang memiliki susunan subjek dan predikat, kemudian
ditambahkan dengan objek, pelengkap, hingga keterangan. Sebisa mungkin guna
mengefektifkan kalimat, buatlah kalimat yang urutannya tidak memusingkan. Jika memang tidak
ada penegasan, subjek dan predikat diharapkan selalu berada di awal kalimat.

3. Tidak Boros dan Bertele-tele

Jangan sampai kalimat yang kalian buat terlalu banyak menghambur-hamburkan kata dan
terkesan bertele-tele. Pastikan susunan kalimat yang kalian rumuskan pasti dan ringkas agar
orang yang membacanya mudah menangkah gagasan yang kalian tuangkan.

4. Tidak Ambigu

Syarat kalimat efektif yang terakhir, kalimat efektif menjadi sangat penting untuk menghindari
pembaca dari multiftafsir. Dengan susunan kata yang ringkas, sistemastis, dan sesuai kaidah
kebahasaan; pembaca tidak akan kesulitan mengartikan ide dari kalimat kalian sehingga tidak
ada kesan ambigu.

B.Perbaikan kalimat tidak efektif menjadi efektif.

a. Subjek tidak didahului kata depan

kata depan yang terletak sebelum subjek akan menghilangkan kejelasan gagasan kalimat:
tempatkan kata depan seperti itu subjek kalimat menjadi kabur. Kita perhatikan contoh berikut

1. Dengan penggunaan pupuk secara efisien sangat penting karena harga pupuk terus
meningkat dan persediaan nya sangat terbatas.

2. Untuk sistem pertanaman ganda yang diteliti ialah kedelei yang ditumpangsarikan dengan
jagung.

3. Tentang sistem multiple cropping atau pertanaman ganda yaitu penggiliran tanaman utama
dengan tumpang sari.

Kalimat-kalimat di atas, mempunyai subjek yang didahului oleh kata depan yaitu pada kalimat
(1) dengan, pada kalimat (2) untuk, pada kalimat (3) tentang. Kalimat-kalimat itu tidak memberi
informasi yang jelas. Agar menjadi kalimat yang efektif, kalimat-kalimat diatas harus diubah
dengan menghilangkan kata depan sebelum subjek. Perhatikan perbaikannya

(1a) penggunaan pupuk secara efisien sangat penting karena harga pupuk terus meningkat dan
persediaannya sangat terbatas.

(2b) sistem pertanaman ganda yang akan diteliti ialah kedelai yang ditumpangsarikan dengan
jagung

(3c) sistem multiple cropping atau pot tanaman ganda yaitu penggiliran tanaman utama dengan
tumpang sari.
Kata depan lain yang tidak boleh mengawali subjek adalah di, dari, dalam, kepada, daripada,
sebagai mengenai dan menurut. Kata depan boleh mengawali kalimat asalkan berfungsi
sebagai keterangan.

b. Tidak terdapat subjek ganda.

Subjek yang ganda dalam sebuah kalimat akan mengaburkan informasi yang ingin
disampaikan. Perhatikan contoh dibawah

1. Penyusunan laporan penelitian ini saya dibantu oleh tenaga-tenaga Penyuluh Pertanian.

2. Penempatan pupuk p alur di baris tanaman kedelai, kedelai akan tinggi

Untuk menghilangkan subjek ganda pada kalimat diatas dapat dilakukan seperti di bawah

(1a) dalam menyusun laporan ini saya dibantu oleh tenaga tenaga Penyuluh Pertanian
Lapangan.

(2b) dengan menempatkan pupuk p dalam jalur di baris tanaman kedelai, produk nilai akan
tinggi.

c. Kata sedangkan dan sehingga tidak digunakan dalam kalimat tunggal.

Kata sedangkan dan sehingga tidak dibenarkan mengawali kalimat. Perhatikan contoh berikut

1. Kami datang terlambat. Sehingga kami tidak dapat mengikuti acara pertama.

2. Rumah-rumah dibangun oleh pengembang, sedangkan bank tabungan negara memberi KPR
kepada penduduk golongan berpendapatan rendah.

Kata sehingga dan sedangkan adalah kata yang selalu dipakai dalam kalimat majemuk. Kalimat
diatas seharusnya diubah sebagai berikut

(1a) kami datang Agak terlambat sehingga tidak dapat mengikuti acara pertama.

(2b) rumah-rumah dibangun oleh pengembang, negara memberikan KPR kepada penduduk
golongan berpendapatan rendah.

d. Predikat kalimat tidak didahului kata "yang".

Kata "yang", yang diletakkan di depan predikat kalimat, karena kata yang berfungsi
menerangkan suatu benda, baik subjek maupun objek. Kata "yang"memang dapat dipakai,
kalimat, sebagai contoh berikut:

1. Sistem pertanaman ganda yang perlu disertai dan kegiatan penelitian untuk menghasilkan
cara pemupukan yang sesuai dengan sistem tersebut.

2. Pengapuran yang meningkatkan hasil biji kedelai atau jagung sebesar 31% lebih tinggi
daripada yang tidak dikapur.
Kalimat ini diefektifkan Ubah menjadi

(1a). Pengembangan sistem pertanaman ganda perlu disertai dengan kegiatan penelitian untuk
menghasilkan cara pemupukan yang sesuai dengan sistem tersebut.

(2b) Sebutkan hasil biji kedelai atau jagung sebesar 31% lebih tinggi daripada yang tidak
dikapur

e. Unsur rincian sejajar atau paralel.

Yang dimaksud dengan rincian sejajar adalah kata-kata yang dirinci itu harus menggunakan
bentuk yang sama. Jika rincian pertama menggunakan bentuk meng-, rincian berikutnya juga
menggunakan bentuk meng-, demikian juga jika bentuk pertama menggunakan bentuk peng-...
-an rincian selanjutnya juga menggunakan imbuhan yang sama. Contoh

1. Pembangunan sebagai usaha untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat memerlukan


kecerdasan, keuletan,dan aparat pelakunya harus sabar.

Kalimat ini diperbaiki dengan jalan mengubah kata sabar menjadi kesabaran.

(1a) pembangunan usaha meningkatkan kesejahteraan rakyat memerlukan kecerdasan,


keuletan dan kesabaran aparat pelakunya

f. Tidak terjadi pengulangan subjek.

Dalam kalimat majemuk bertingkat yang subjek anak kalimatnya sama dengan Subjek pada
induk kalimatnya, Subjek pada anak kalimat harus dilesapkan. Contoh:

1. Hadirin serentak berdiri setelah mereka mengetahui presiden datang.

2. Karena dia tidak Diundang, dia tidak datang ke acara itu

Kalimat Diatas Diperbaiki dengan cara menghilangkan Subjek pada anak kalimat. Jadi, kalimat
menjadi

(1a) hadirin serentak berdiri setelah mengetahui presiden datang.

(2b) karena tidak Diundang, datang ke acara itu.

h. Kata penghubung penanda anak kalimat dinyatakan secara eksplisit.

Dalam ragam tulis ilmiah, kata penghubung penanda anak kalimat, seperti ketika, setelah, dan
agar harus jelas dinyatakan. Contoh

1. Jawab pertanyaan pada wartawan, Sri Mulyani mengatakan bahwa APBN yang akan datang
lebih realistis.

2. Mendengar vonis Hakim, terdakwa menangis menjerit-jerit

Kalimat diatas diperbaiki sehingga berbunyi


(1a) ketika menjawab pertanyaan para wartawan, Sri Mulyani mengatakan bahwa APBN yang
akan datang lebih realistis.

(2b) setelah mendengar vonis Hakim,terdakwa menangis menjerit-jerit

i.Pemakaian kata hemat

Sering kita jumpai penggunaan kata kata yang bersinonim dalam sebuah kalimat. Hal Itu
termasuk pemakaian yang boros. Kata yang bersinonim yang seringkali dipakai antara lain
adalah merupakan, demi untuk, seperti misalnya, dan agar supaya. Contoh

1. Berbuat baik terhadap orang tua adalah merupakan tindakan yang terpuji

Perbaikannya menjadi:

(1A) berbuat baik terhadap orang tua merupakan tindakan yang terpuji.

j. Menggunakan kata penghubung yang bertentangan

Contoh:Dan,dengan,sehingga.

BAB 8

PERLUASAN DAN PENGGABUNGAN KALIMAT

A.Perluasan kalimat tunggal.

Perluasan kalimat tunggal dapat dilakukan dengan penambahan unsur keterangan, unsur
vokatif dan konstruksi aposisi.

1. Keterangan

Keterangan adalah unsur tak wajib karena tanpa keteranganpun kalimat telah mempunyai
makna sendiri.Contoh:
Saya membakar hutan

2.Saya membakar hutan kemarin sore

Pada kalimat 1 dapat tertangkap makna yang utuh tapi dengan penambahan keterangan
kalimat itu punya makna yang lebih lengkap. Dalam Bahasa Indonesia ada 9 keterangan
yaitu:Waktu, Tempat, Tujuan, Cara, Penyerta, Alat, Perbandingan, Sebab, dan Keterangan
Salingan.

a. Keterangan Waktu

Keterangan waktu yang berbentuk kata tunggal mencakupi kata seperti pernah, sering, selalu,
kadang-kadang, biasanya, kemarin, sekarang,besok, lusa, tadi, dan nanti. Keterangan waktu
yangt dapat membentuk frasa nominal dapat berupa pengulangan kata seperti pagi-pagi,
malam-malam, siang-siang, dan sore-sore atau macam gabungan yang lain seperti sebentar
lagi, kemarin dulu, dan tidak lama kemudian.Contoh:

 Pemerintah mengumumkan desentralisasi itu kemarin.


 Dia biasanya dating ke kantor pagi-pagi.
 Sebentar lagi kami sudah akan selesai dengan konsep itu.

Keterangan waktu yang membentuk frasa preposisional diawali preposisi dan kemudian diikuti
nomina tertentu. Preposisi yang dipakai, antara lain di, dari, sampai, pada, sesudah, sebelum,
ketika, sejak, buat, dan untuk. Frasa nominal yang mengikutinya bukanlah sebarang frasa
nominal, melainkan frasanominal yang memiliki ciri waktu. Seperti pukul, tanggal, tahun,
minggu, zaman, hari, bulan, masa, senin, kamis, januari,malam, permulaan, akhir pertunjukan,
subuh, dan natal. Sebaliknya, frasa nominal yang tidak memiliki ciri waktu seperti itu, misalnya
jembatan, tidak akan dapat dipakai sebagai keterangan waktu.Contoh:

 Mereka menunggu anda sampai pukul lima sore.


 Jatah ini harus dipakai untuk bulan depan.
 Semua hadirin berdiri pada akhir pertunjukan itu.
 Para penumpang turun pada akhir jembatan itu.

Frasa pada akhir jembatan itu pada kalimat (4) bukanlah keterangan waktu karena frasa
nominal akhir jembatan tidak memiliki ciri waktu seperti akhir pertunjukan pada kalimat (3).

b. Keterangan Tempat

Keterangan tempat adalah keterangan yang menunjukkan tempat terjadinya peristiwa.


Keterangan tempat hanya dapat diisi frasa preposisional. Preposisi yang dipakai, antara lain, di,
ke, dari, sampai, dan pada. Sesudah preposisi itu terdaopat kata yang mempunyai ciri tempat:
di sini, di sana, di situ, dari sana, dari sini, ke mana, dari situ, dan sebagainya.disampaing itu
preposisi dapat pula bergabung dengan nomina lain untuk membentuk keterangan tempat
asalkan nomina itu memiliki cirri sematis yang mengandung makna tempat. Seperti jembatan,
rumah, Jakarta, nomor memiliki ciri sematis tempat, tetapi pukul, tanggal, dan tahun
tidak.Contoh:
 Kita meletakkan batu pertama di sana.
 Bom itu diletakkan di jembatan kereta api.
 Kami berangkat dari rumah pukul enam.
 Keluarganya akan pindah ke tahun.

Frasa preposisional yang berwujud mirip dapat menyatakan keterangan yang berbeda.
Preposisi sampai misalnya, dapat dipakai dengan kata yang berciri sematis tempat maupun
waktu.

 Dia mengerjakan soal itu sampai pukul lima

tidak mustahil bahwa kedua makna itu terdapat dalam satu frasa yang sama.

Contoh:

 Aku akan menantimu sampai di liang kubur.

Frasa sampai di liang kubur dapat berfungsi sebagai keterangan waktu atau tempat,
bergantung pada konteks kalimat sebelumnya. Ada sekelompok seperti atas, bawah, dalam,
dan belakang yang dapat membentuk keterangan tempat.

Contoh:

 Soal itu sudah sampai ke atas.


 Dokumen itu ada di bawah sekali.
 Pencurian itu pasti dilakukan dari dalam.

Di samping sebagai nomina biasa, nomina seperti itu sering pula dipakai dengan nomina atau
frasa nomina lain. Dalam konteks tertentu pemakaiannya ternyata manasuka.

Contoh:

1. a. Paspor itu ada di meja.

b. Paspor itu ada di atas meja.

2. a. Uangnya disimpan di lemari.

b. Uangnya disimpan di dalam lemari.

3. a. Paspor itu di lemari.

b. Paspor itu ada di atas lemari.

4. a. Uangnya ada di meja

Kalimat (1a) dan (1b) mempunyai tafsiran yang sama meskipun pada (1b) telah ditambahkan
kata atas. Demikian pula (2a) dan (2b) yang telah ditambahkan kata dalam. Akan tetapi, kalau
kita perhatikan kalimat (4) akan tampak ada tidaknya kata atas mempengaruhi makna kalimat.
Pada (3a) kita tahu bahwa paspor yang dimaksud tentulah ada di dalam lemari; pada (4b)
secara jelas dinyatakan bahwa paspor tersebut tidak di dalam, tetapi di atas lemari.

Adanya kesamaan dan perbedaan makna dan tafsiran seperti digambarkan di atas ditentukan
oleh ciri sematis kata yang berdiri di belakang dan di depan kata seperti atas, bawah, dan
dalam. Tampaknya tiap kata mempunyai kodrat sematis yang membawa pengaruh dalam
hubungan dengan kata lain.

c. Keterangan Tujuan

Keterangan tujuan adalah keterangan yang menyatakan arah,jurusan,atau maksud perbuatan


atau kejadian. Wujud keterangan tujuan selalu dalam bentuk frasa preposisional dan preposisi
yang dipakai adalah demi,bagi,guna,untuk,dan buat. Yang dapat diikuti oleh frasa nominal
seperti contoh dibawah yaitu:

1. Dia bersedia berkorban demi kepentingan negara.

2. Marilah kita mengheningkan cipta bagi pahlawan yang telah gugur.

3. Guna kerjasama yang baik kita memerlukan pengendalian diri.

Kata atau frasa yang berdiri dibelakang preposisi juga dapat berupa verba atau frasa verba.

Contoh:

1. Dia memang mempunyai tekad besar untuk merantau.

2. Guna menurunkan inflasi kita perlu mengencangkan ikat pinggang.

Dari segi maknanya keenam preposisi yang membentuk keterangan tujuan itu mempunyai
makna yang sama atau mirip.

d. Keterangan Cara

Keterangan cara adalah keterangan yang menyatakan jalannya suatu peristiwa berlangsung.
Keterangan cara dapat berupa kata tunggal atau frasa preposisional.

Kata tunggal yang menyatakan cara(sebagian menyatakan kekerapan) adalah seenaknya,


semaumu, secepatnya, sepenuhnya, dan sebaliknya.letak keterangan umunya sesudah
predikat atau objek(kalau ada) , tapi ada juga yang muncul di awal atau akhir kalimat.

Contoh:

Dia berbicara seenaknya dengan atasannya.

kamu boleh mengambil kue semaumu.

Kami percaya soal itu sepenuhnya kepada anda.


Frasa preposisional yang menyatakan cara biasanya terdiri atas preposisi dengan, secara, atau
tanpa,dan dan objektiva( frasa objektival) atau nomina(frasa nominal) sebagai komplemen.
Preosisi tanpa hanya bisa diikuti frasa nominal sebagai komplemennya. Jika komplemen
preposisi berupa bentuk ulang objektiva, maka preposisi yang mendahuluinya dapat di
lepaskan.

Contoh:

1. a. kereta itu meninggalkan stasiun dengan pelan-pelan.

b. kereta itu meninggalkan stasiun pelan-pelan.

2. a. dia mati dengan tenang

b. dia mati tenang.

Jika komplemen preposisi adalah nomina, preposisi dengan, secara atau tanpa dapat dipakai
meskipun tidak selamanya di ptukarkan.

Contoh:

marilah kita selesaikan sengketa itu secara jantan.

tanpa sebuah modal anda tidak akan sukses.

dengan keseriusan kamu akan mencapai tujuanmu.

(1) Keterangan cara juga dapat dibentuk denagn menambahkan se- dan –nya pada bentuk
ulang kata tertentu.

Contoh:

kami belajar sekeras-kerasnya.

bentuklah anggota sebanyak-banyaknya.

(2) bentuk ulang dengan se-nya ini menyatakan makna elatif, dapat dinyatakan dengan se-
mungkin.

Contoh:

Kami sudah belajar sekeras mungkin.

bentuklah anggota sebanyak mungkin.

(3) bentuk keterangan cara berwujud pengulangan kata tertentu dan diikuti oleh kata tertentu.

Contoh:

waktu itu kami mempertahankannya mati-matian.


dia terang-terangan menolak ajakan damai kami.

sekarang banyak orang yang gila-gilaan.

(4) bentuk keterangan cara berupa partikel se- yang diikuti oleh kata tertentu.

Contoh:

silahkan maju setapak.

mereka mundur selangkah.

e. Keterangan Penyerta.

Keterangan penyerta keterangan yang menyatakan ada tidaknya orang yang menyertai orang
lain dalam melakukan suatu perbuatan. Keterangan ini dibentuk dengan menggabungkan
preposisi dengan, tanpa, atau bersama dengan kata atau frasa tertentu. Kata atau frasa yang
berdiri dibelakang preposisi harus berupa wujud yang bernyawa atau dianggap bernyawa.

Contoh:

Ibu ke pasar dengan saya

dia membuat rumus itu dengan bawahannya.

f. Keterangan Alat.

Keteranga alat adalah keterangan yang menyatakan ada tidaknya alat yang dipakai untuk
melakukan suatu perbuatan. Alatnya tidak harus dalam bentiuk benda konkret. Keterangan
selalu berwujud frasa preposisional dengan memakai preposisi dengan atau tanpa.

Contoh:

1. Ani menghapus coretan tintanya dengan tip-ex.

2. mereka pergi kesekolah dengan sepeda.

3. kita akan gagal tanpa bantuan mereka.

Karena keterangan didahului preposisi dengan, sedangkan preposisi itu juga untuk keterangan
penyerta atau keterangan cara, sehingga terdapat bentuk parallel.

Contoh:

Saya bekerja dengan orang besar.

Saya bekerja dengan kemauan besar.

Saya bekerja dengan kapak besar.


Wujud luarnya sama akan tetapi macam nomina yang berdiri dibelakang preposisi nampak
pada kalimat (a) orang adalah wujud bernyawa sehingga menyatakan penyerta. Sebaliknya,
dengan kemauan besar pada kalimat (b) dan dengan kapak besar pada kalimat (c) tidak
mungkin keterangan keterangan penyerta karena nomina kemauan atau kapak bukan benda
bernyawa. Frasa dengan kemauan besar adalah keterangan cara, sedangkan dengan kapak
besar adalah keterangan alat.

g. Keterangan Perbandingan

Keterangan perbandingan (atau kemiripan)adalah keterangan yang menyatakan kesetaraan


atau kemiripan antara suatu keadaan, kejadian, atau perbuatan dengan keadaan, kejadian,
atau perbuatan yang lain. Bentuk frasa dengan preposisi laksana, seperti, atau sebagai.

Contoh:

tekadnya untuk merantau teguh laksana gunung karang.

apakah selamanya kita akan hidup sebagai objek sejarah?

berpikirlah seperti orang dewasa.

h. Keterangan Sebab.

Keterangan sebab adalah keterangan yang menyatakan sebab atau alasan terjadinya suatu
keadaan, kejadian, atau perbuatan. Wujudnya selalu frasa dengan preposisi karena, sebab,
atau akibat,

Contoh:

Banyak pemimpin dunia jatuh karena wanita

sebab kelakuan anaknya, keluarga itu di jauhi para tetangganya.

Gaji terasa kurang terus akibat inflansi.

i. Keterangan Kesalingan

Keterangan Kesalingan adalah keterangan yang menyatakan bahwa suatu perbuatan dilakukan
secara berbalasan. Wujudnya yakni satu sama lain atau saling adalah tegar dan umumnya
diletakan di sebelah kiri verba atau dibagian akhir kalimat.

Contoh:

Kedua delegasi itu akan merundingkan pemulihan hubungan diplomatik satu sama lain.

Ketua dan sekretaris Organisasi itu saling memberi satu sama lain.

2.Nomina Vokatif
Nomina vokatif adalah konstituen tambahan dalam ujaran berupa nomina atau frasa nominal
yang menyatakan orang-orang itu siapa. Unsure vokatif itu bersifat manasuka dan letaknya
dapat diawal,tengah,atau diakhir kalimat.

Contoh:

- Mir,tolong belikan rokok.

- Dan kamu,Dani,jangan bermain saja.

Ciri intonasi yang paling lazim bagi unsure vokatif adalah intonasi naik. Fungsi utama nomina
vokatif adalah minta perhatian orang yang disapa,terutama jika ada pendengar lain. Nomina
vokatif dapat berupa:

1. Nama orang dengan dengan atau tanpa gelar atau sapaan seperti Amir,Pak Raden,Bu
Haji,dll.

2. Istilah kekerabatan seperti Ayah,Bapak,Ibu,dik,Abang,dll.

3. Ungkapan kasih saying seperti saying manis.

4. Ungkapan penanda profesi dengan atau tanpa sapaan seperti Tuan Dokter,Pak Guru,Pak
Hakim,dll.

Aposisi

Kalimat tunggal dapat pula diperluas dengan cara menambahkan unsure tertentu yang
beraposisi dengan salah saaatu unsur kalimat(biasanya unsur nominal)yang ada. Dua unsur
kalimat disebut beraposisi jika kedua unsure itu sederajat dmempunyai acuan yang sama
atau,paling tidak,paling tidak,salah satu mencakupi acuan unsure yang lainnya.

Contoh:

1. Ir. soekarno, presiden Indonesia pertama, adalah tokoh pendiri gerakan non-blok.

Bentuk Ir. Soekarno dan presiden Indonesia pertama masing-masing merupakan frasa nominal
dan keduanya mengacu kepada orang yang sama. Dengan kata lain Ir. Soekarno dan presiden
Indonesia pertama pada (1)itu beraposisi. Jenis konstruksi aposisi seperti terlihat pada (1)
disebut aposisi penuh.

Contoh:

1. Murid-murid itu menyanyikan indonesia raya, lagu kebangsaan kita.

B.Kalimat setara dan bertingkat.

Kalimat majemuk setara adalah kalimat yang terbentuk dari penggabungan dua klausa atau
kalimat yang mempunyai kedudukan sederajat, sedangkan kalimat majemuk bertingkat adalah
kalimat yang terbentuk dari anak kalimat dan induk serta memiliki kedudukan yang tidak
sederajat, dimana anak kalimat berkedudukan sebagai pelengkap suatu induk kalimat.
a.Contoh Kalimat Majemuk Setara:

Klausa 1 : kakak bertanding sepak bola

Klausa 2 : adik menonton di pinggir lapangan

Gabungan : Kakak bertanding sepak bola, sementara adik menonton di pinggir lapangan.

Baik Klausa 1 maupun Klausa 2 merupakan bentuk klausa utuh yang setidaknya memiliki
subjek dan predikatnya masing-masing. Karena itu, kalaupun tidak dihubungkan dengan
konjungsi sementara, keduanya masih dapat berdiri menjadi kalimat yang sempurna.

b.Contoh Kalimat Majemuk Bertingkat:

Klausa 1 : Lia kerap terlambat datang ke sekolah

Klausa 2 : rumahnya jauh

Gabungan : Lia kerap terlambat datang ke sekolah karena rumahnya jauh.

Klausa 1 merupakan induk kalimat karena memiliki unsur klausa yang lengkap, yakni subjek
(Lia) dan predikat (terlambat). Karena hal tersebut jugalah, Klausa 1 dapat berdiri sendiri
menjadi sebuah kalimat utuh. Sementara itu, Klausa 2 hanya memiliki predikat (rumahnya)
sehingga tidak dapat menjadi kalimat utuh yang membutuhkan subjek.

Konjungsi Koordinatif

Konjungsi koordinatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua unsur atau lebih dan unsur
tersebut memiliki kedudukan yang sama. Konjungsi koordinatif selalu terletak di antara unsur-
unsur yang digabungkan. Unsur tersebut dapat berupa kata ataupun klausa. Berikut jenis-jenis
konjungsi koordinatif.

1. Konjungsi Koordinatif Penambahan

Konjungsi ini menerangkan bahwa satu klausa atau kata merupakan penambahan atau
pelengkap dari klausa lainnya. Anggota dari konjungsi ini adalah dan.

Konjungsi ini menyatakan ‘gabungan biasa’, yang digunakan di antara:

Dua kata benda

Contoh: Ibu dan ayah pergi ke Padang

Dua kata kerja

Contoh: Mereka makan dan minum di kantin.

Dua kata sifat yang tidak bertentangan

Contoh: Ketua kelas rajin dan pandai.


Dua klausa (bagian kalimat) dalam suatu kalimat majemuk/luas.

Contoh: Tina belajar bahasa Jepang dan adiknya belajar bahasa Inggris

Jika kedua kata sifat yang digabungan dengan konjungsi bertentangan, dan hanya dapat
menduduki posisi subjek.

Contohnya: Buruk dan baik perlu dipertimbangkan terlebih dahulu.

Kemudian, jika yang digabungkan lebih dari dua kata atau dua klausa, maka konjungsi dan
hanya digunakan antara dua kata atau klausa yang terakhir.

Contohnya:

Kami memerlukan, pensil, kertas, penggaris, gunting, dan busur.

2. Konjungsi Koordinatif Pendampingan

Konjungsi ini menerapkan bahwa salah satu kata atau klausa adalah penambahan atau
pelengkap dari kalimat atau klausa lainnya. Anggota dari konjungsi ini adalah serta.

Contoh:

Saat bangun tidur, aku merapikan tempat tidur, serta memasukan baju kotor ke keranjang.

3. Konjungsi Koordinatif Pemilihan

Konjungsi ini menyatakan bahwa dua unsur yang digabungkan bersifat opsional atau pilihan.
Anggota dari konjungsi ini adalah atau. Konjungsi koordinatif pemilihan digunakan sebagai
berikut:

Di antara dua kata benda atau frasa benda

Contoh: Makan nasi atau roti bagi saya tidak menjadi masalah.

Di antara dua kata kerja

Contoh: Jangan menginjak atau mencabut rumput yang ada di taman.

Di antara dua kata sifat yang berlawanan maknanya.

Contoh: Kaya atau miskin di hadapan Tuhan tidak ada bedanya.

Di antara kata kerja atau kata sifat dengan bentuk ingkarnya.

Contoh: Aku tidak tahu apakah orang-orang itu jujur atau tidak jujur.

Di antara dua klausa pada kalimat majemuk setara.

Contoh: Saya yang datang ke rumahmu, atau kamu yang datang ke sini?
Sama halnya dengan konjungsi dan, jika kata yang harus dipilih terdiri lebih dari dua unsur,
konjungsi atau ditempatkan di antara kedua unsur yang terakhir.

Contoh: Kamu mau minum air putih, teh, susu, atau kopi?

4. Konjungsi Koordinatif Perlawanan

Konjungsi ini menyatakan bahwa dua unsur yang dihubungkan saling berlawanan. Anggota dari
konjungsi ini adalah melainkan dan tetapi. Kedua konjungsi ini berfungsi untuk menghubungkan
pertentangan. Berikut contoh penggunaan konjungsi tetapi.

Di antara dua kata sifat yang bertentangan dalam suatu kalimat

Contoh: Dia anak yang malas tetapi cerdas.

Di antara dua klausa, subjeknya merujuk pada identitas yang sama, tetapi predikatnya
merupakan dua kata sifat yang kontras.

Contoh: Kelas itu bersih dan rapi, tetapi papan tulisnya kotor.

Di antara dua klausa, subjeknya merujuk pada identitas yang tidak sama dan predikatnya
merupakan dua kata sifat yang berlawanan.

Contoh: Di sekolah sangat ramai, tetapi di rumah sepi

Di antara dua klausa, klausa pertama berisi pernyataan dan klausa kedua berisi pengingkaran
dengan kata tidak.

Contoh: Saya ingin berangkat lebih pagi, tetapi tidak ada kendaraan.

Konjungsi Subordinatif

Konjungsi subordinatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua klausa atau lebih dan
klausa tersebut tidak memiliki kedudukan yang sama. Salah satu dari klausa tersebut
merupakan anak kalimat dari kalimat induknya. Konjungsi subordinatif dapat diletakkan di
tengah atau di depan unsur-unsur yang dihubungkan. Konjungsi subordinatif dibagi menjadi
sebagai berikut.

1. Subordinatif yang Menyatakan Waktu

Konjungsi subordinatif ini menyatakan terjadinya suatu peristiwa, yaitu waktu permulaan,
bersamaan, berurutan, dan batas akhir. Konjungsi tersebut di antaranya,

waktu permulaan: sejak, sedari,

waktu bersamaan: sementara, seraya, sewaktu, sambil, tatkala, serta, selagi, ketika, selama,

waktu berurutan: sesudah, selesai, seusai, sehabis, sebelum, begitu, setelah

waktu batas akhir: sampai, hingga


Berikut contoh subordinatif yang menyatakan waktu.

Sejak tinggal di desa, ia menjadi anak yang rajin.

Ia mengucap syukur seraya berkata “terima kasih telah mengundang kami”.

Sehabis bermain-main, malamnya saya tidur nyenyak

Saya belajar terus hingga lupa makan dan minum.

2. Subordinatif yang Menyatakan Syarat Terlaksananya Suatu Hal.

Konjungsi ini di antaranya kalau, manakala, jikalau, apabila, jika, bilamana, asalkan.

3. Subordinatif yang menyatakan suatu pengandaian.

Konjungsi ini di antaranya andaikan, seandainya, umpamanya, andaikata, sekiranya,


seumpama.

Contoh: Seandainya aku tidak pindah ke kota ini, kita tidak akan pernah bertemu.

4. Konjungsi subordinatif yang menyatakan tujuan atau harapan.

Konjungsi ini menggunakan kata biar, agar, supaya.

Contoh: Jangan diungkit-ungkit perkara tersebut, supaya tidak timbul lagi perselisihan.

BAB 9

PARAGRAF

Paragraf adalah suatu gagasan yang berbentuk serangkaian kalimat yang saling berkaitan satu
sama lain. Nama lain dari paragraf ialah wacana mini. Kegunaan dari paragraf adalah untuk
menjadi penanda dimulainya topik baru dan memisahkan gagasan-gagasan utama yang
berbeda.

A. Syarat Paragraf-paragraf.
1. Kesatuan (Kohesi).

Yang dimaksud dengan kesatuan dalam paragraf adalah bahwa sebuah paragraf yang baik,
hanya boleh mengandung satu gagasan. Jika kalimat-kalimat yang ada dalam sebuah paragraf
saling berhubungan dan saling mendukung dalam menjelaskan gagasan pokok paragraf, maka
paragraf tersebut dapat dikatakan memiliki kesatuan gagasan. Sebuah paragraf yang memiliki
lebih dari satu gagasan akan menimbulkan ketidakjelasan sehingga paragraf tersebut tidak bisa
menyatu.

2. Kelengkapan.

Kelengkapan sebuah paragraf diwujudkan dengan terpenuhinya semua unsur pembentuk


paragraf, yaitu:

- Gagasan utama.

Tema atau ide yang menjadi dasar pengembangan paragraf

- Kalimat utama.

Setelah mendapatkan ide atau gagasan utama, langkah selanjutnya adalah menuangkan
gagasan utama tersebut ke dalam sebuah kalimat utama. Jadi dalam kalimat utama tersirat
gagasan utama. Kita bisa meletakkan kalimat utama di awal, di akhir ataupun di awal dan di
akhir sebuah paragraf

- Kalimat Penjelas.

Sebuah kalimat utama yang mengandung gagasan utama belum bisa dikatakan sebuah
paragraf, karena itu paragraf membutuhkan kalimat penjelas. Kalimat penjelas ini berfungsi
menjelaskan ide dari kalimat utama sehingga menjadi jelas, rinci dan lengkap. Yang harus
diperhatikan dalam membuat kalimat penjelas adalah, jangan sampai kalimat penjelas tersebut
menyimpang dari ide pokok. Semua kalimat penjelas harus saling mendukung gagasan utama.

Dengan terpenuhinya semua unsur ini maka sebuah paragraf akan menjadi paragraf yang baik.

3. Kepaduan (Koherensi).

Kalimat-kalimat dalam sebuah paragraf yang terangkai secara logis dan saling mendukung
gagasan utama disebut dengan kepaduan atau koherensi. Kepaduan ini bisa kita dapatkan
dengan penggunaan konjungsi baik intra kalimat maupun antar kalimat.

Ketiga hal di atas adalah syarat wajib yang harus dipenuhi untuk membentuk paragraf yang
baik. Dengan terpenuhinya syarat-syarat di atas, sebuah paragraf akan lebih mudah dipahami.

Contoh Paragraf :
Dari dahulu hingga sekarang, boneka tetap menjadi mainan kesukaan anak perempuan.
Mainan ini disukai anak perempuan karena bentuknya yang feminin. Selain bentuknya karena
bentuknya yang unik, boneka juga disukai anak perempuan karena naluri alamiahnya sebagai
seorang perempuan yaitu, suka mengasuh dan menyayangi.

B.Kalimat dalam paragraf.

1.Kalimat Topik.

Kalimat topik merupakan kalimat yang mengungkapkan gagasan pokok/utama mengenai topik
yang akan di kembangkan dalam paragraf.

Menurut Reid (1994:12) : (1) memperkenalkan pembaca tentang topic didalam paragraf. (2)
menyatakan ide pokok dalam paragraf , dan (3) merupakan focus paragraf.

Ciri-ciri kalimat topik

a.Biasanya diletakkan pada awal paragraf , tapi biasanya juga di akhir paragraf.

b. Suatu kalimat berisikan kalimat utama ditandai oleh kata-kata kunci.

c.Biasanya berisi suatu pernyataan yang nantinya akan dijelaskan lebih lanjut oleh kalimat
penjelas.

2.Kalimat Pengembang.

Sebagian besar kalimat yang terdapat dalam suatu paragraph termasuk kalimat pengembang.
Susunan kalimat pengembang tidak sembarangan. Urutan kalimat pengembang sebagai
perluasan pemaparan ide pokok yang bersifat abstrak menuruti hakekat ide pokok.
Pengembangan kalimat topic yang bersifat kronologis biasanya menyangkut hubungan antara
benda atau kejadian dengan waktu. Urutannya masa lalu-kini dan masa yang akan datang.

Bila berhubungan dengan jarak, urutannya dimulai dari jarak yang paling dekat-lebih jauh-paling
jauh. Bila pengembangan berhubungan dengan sebab-akibat maka kemungkinan urutannya
sebab dinyatakan terlebih dahulu, kemudian diikuti akibatnya, atau sebaliknya akibat dinyatakan
pertama-tama baru kemudian dipaparkan sebabnya.

3.Kalimat Penegas

Kehadiran kalimat penegas dalam suatu paragraf tidak mutlak. Artinya, boleh ada boleh tidak.
Bila penulis perlu menggunakan kalimat penegas untuk memperjelas informasi atau
menyimpulkan kalimat-kalimat yang mendahuluinya, kalimat penegas ditulis. Bila informasi
yang disampaikan itu sudah cukup jelas atau tanpa kalimat penegas kejelasan informasi itu
tidak terganggu, kalimat penjelas tidak diperlukan. Namun, kadang-kadang kalimat penegas
ditulis bukan untuk memperjelas informasi atau untuk menyimpulkan, melainkan hanya untuk
variasi paragraf.
Contoh:

Gedung yang dibangun delapan belas tahun yang lalu itu kini keadaannya rusak berat. Tembok
bagian depan mengelupas di beberapa tempat dan bagian belakang retak retak. Gentingnya
banyak yang pecah dan tentu saja bocor kalau hujan turun. Kayu penyangga genting banyak
yang patah sehingga atap bangunan tampak bergelombang. Plafon sudah tidak utuh, lantai
hancur, dan beberapa jendela kaca pecah. Bahkan sejumlah pintunya keropos dimakan rayap.
Gedung itu memang sudah tidak layak dihuni.

C.Paragraf.

1.Paragraf Induktif

Paragraf induktif adalah paragraf yang letak kalimat atau gagasan utamanya terletak di akhir
paragraf. Sesuai dengan dengan pola induksi, yaitu dengan memaparkan hal-hal yang khusus
terlebih dahulu, yang kemudian akan disimpulkan dengan hal yang lebih umum. Jenis paragraf
induktif diawali dengan kalimat-kalimat penjelas berupa fakta, contoh, rincian, atau bukti yang
kemudian disimpulkan pada kalimat akhir paragraf.

Ciri-ciri paragraf induktif yang bisa kita simpulkan adalah sebagai berikut ini :

Diawali dengan penjelasan khusus.

Kalimat penjelas yang ada sebelum kalimat utama berupa fakta, contoh, rincian khusus atau
bukti- bukti yang mendukung pernyataan di akhir kalimat

Kalimat utama terletak di akhir paragraf (kesimpulan).

Polanya khusus-khusus-khusus-umum.

Ada beberapa jenis dari paragraf induktif ini yaitu generalisasi, analogi, sebab akibat, dan
perbandingan.

Contoh paragraf induktif:

Tidak saling berdekatan saat ini adalah sebuah keharusan, sekaligus menjaga imun tubuh agar
tetap sehat. Penggunaan masker juga menjadi kewajiban utama kita agar bisa terhindar dan
mencegah semakin luasnya pandemi ini, terlebih lagi saat ini pemerintah telah menerapkan
PSBB sebagai usaha melimitasi penyebaran virus. Untuk itu, marilah kita ikuti anjuran dari
pemerintah agar bisa terhindar dari virus COVID-19 ini.

2.Paragraf Deduktif.

Paragraf deduktif adalah paragraf gagasan utamanya terletak di kalimat awal paragraf.
Sedangkan kalimat setelahnya merupakan penjelas untuk mendukung gagasan utama.
Gagasan utama atau ide pokok biasanya berupa pernyataan umum.

Contoh: Komodo merupakan hewan langka yang dilindungi. Kementrian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan mencatat, per 2017 tercatat 2.884 ekor komodo di Taman Nasional Komodo. Kadal
terbesar di dunia ini termasuk dalam daftar hewan dilindungi karena jumlahnya sedikit.
Penyebab langkanya komodo akibat habitat komodo yang semakin hari semakin tercemar.

3. Pengertian Paragraf Campuran

Berbeda dengan paragraf deduktif dan paragraf induktif yang hanya memiliki satu kalimat
utama, paragraf campuran justru memiliki dua kalimat utama. Paragraf campuran adalah
paragraf yang mempunyai dua kalimat utama pada awal dan akhir paragraf, kalimat selain itu
adalah kalimat penjelas.

Ciri Ciri Paragraf Campuran:

Beberapa ciri ciri yang dapat digunakan untuk membedakan paragraf campuran dengan jenis
paragraf lainnya adalah:

 Terdapat dua kalimat utama


 Kalimat pertama terletak di awal paragraf, dan kalimat utama kedua merupakan kesimpulan
yang terletak di akhir paragraf
 Kalimat penjelas terletak di tengah paragraf
 Terdapat pengulangan pada kata kunci dalam kedua kalimat utama
 Pola paragraf campuran adalah umum-khusus-khusus-umum

Contoh Paragraf Campuran

Contoh :

Narkoba masih menjadi jurang kegelapan terbesar bagi masyarakat Indonesia. Peredaran
narkoba semakin mengerikan di negeri ini. Banyak orang-orang yang tidak bertanggung jawab
membawa narkoba dari luar negeri. Mereka mulai mempengaruhi orang-orang dari golongan
bawah hingga golongan atas. Pejabat, artis, bahkan oknum penegak hukum mulai terjebak
dalam rayuan palsu narkoba. Hal yang sangat disayangkan adalah para pelajar dan mahasiswa
yang juga banyak terjebak narkoba. Pendidikan mereka menjadi kacau. Kehidupan sosial
menjadi tidak berjalan baik. Bahkan masa depan pun menjadi suram. Oleh karena itu, kita
harus selalu waspada terhadap semua orang terdekat kita agar tidak terjebak dalam jurang
kegelapan narkoba.

BAB 10

KARANGAN ILMIAH

A.Ciri-ciri karangan ilmiah.

Ciri-ciri karya ilmia hal yang harus dipahami yaitu:

1. Reproduktif
Artinya karya ilmiah ditulis oleh peneliti atau penulis harus diterima dan dimaknai oleh
pembacanya sesuai dengan makna yang ingin disampaikan. Pembaca harus bisa langsung
memahami konten dari karya ilmiah.

2.Tidak Ambigu

Ciri ini ada kaitannya dengan reproduktif. Sebuah karya ilmiah harus memberikan pemahaman
secara detil dan tidak dikemas dengan bahasa yang tidak membingungkan. Dengan begitu,
maksud dari karya ilmiah itu bisa langsung diterima oleh pembacanya.

3. Tidak Emotif

Artinya, karya ilmiah ditulis tidak melibatkan aspek perasaan dari penulisnya. Sebab, karya
ilmiah harus memaparkan fakta yang didapatkan dari hasil analisis penelitian, bukan dari
perasaan subjektif dari penulisnya.

4. Menggunakan Bahasa Baku

Menggunakan bahasa baku agar mudah dipahami. Penggunaan bahasa baku itu meliputi setiap
aspek penulisannya. Mulai dari penulisan sumber, teori, hingga penulisan kesimpulan.
Ketidakbakuan pada tulisan karya ilmiah hanya akan membuat pembacanya bingung dan apa
yang ingin disampaikan dalam tulisan tidak dipahami pembaca.

5. Menggunakan Kaidah Keilmuan

Penulisan karya ilmiah harus menggunakan kaidah keilmuan atau istilah-istilah akademik dari
bidang penelitian si penulis. Hal itu bertujuan untuk menunjukkan bahwa peneliti atau
penulisnya memiliki kapabilitas pada bidang kajian yang dibahas dalam karya ilmiah.
Penggunaan kaidah atau istilah ilmiah itu juga menjadi takaran seberapa ahli peneliti pada
bidang keilmuannya.

6. Bersifat Dekoratif

Artinya penulis karya ilmiah harus menggunakan istilah atau kata yang memiliki satu makna.
Rasional artinya penulis harus menonjolkan keruntutan pikiran yang logis dan kecermatan
penelitian. Kedua hal itu penting karena karya ilmiah harus bisa menyampaikan maksud dari
penelitian yang dilakukan oleh penulis tanpa membingungkan.

7. Terdapat Kohesi

Artinya karya ilmiah harus memiliki kesinambungan antar bagian dan babnya dan bersifat
straight forward maksudnya ialah tidak bertele-tele atau tepat sasaran. Sebuah karya ilmiah
setiap bagian atau babnya harus memiliki alur logika yang saling bersambung. Selain itu,
penyampaiannya harus tepat sasaran dengan apa yang ingin disampaikan.

8. Bersifat Objektif
Karya ilmiah harus bersifat objektif. Hal ini sangat penting karena karya ilmiah tidak dibuat
berdasarkan perasaan penulisnya. Karya ilmiah harus menunjukkan fakta-fakta dan data-data
dari hasil analisisnya. Jadi, tidak memiliki kecondongan subjektifitas.

9. Menggunakan Kalimat Efektif

Dan, penulisan karya ilmiah harus menggunakan kalimat efektif. Ciri ini berkaitan dengan
semua ciri sebelumnya. Tujuan penggunaan kalimat dalam karya ilmiah agar pembaca tidak
dipusingkan dengan penggunaan kalimat yang berputar-putar. Penggunaan kalimat seperti itu
hanya akan membuat pembaca bingung.

B.Macam-macam karangan ilmiah

1.Makalah

Makalah adalah ah karya tulis ilmiah yang menyajikan suatu masalah yang pembahasannya
Berdasarkan data di lapangan yang bersifat empiris-objektif.Makalah menyajikan masalah
dengan melalui proses berpikir deduktif atau induktif,makalah disusun biasanya untuk
melengkapi tugas-tugas ujian mata kuliah tertentu.

2. Kertas kerja

Seperti halnya makalah kertas kerja juga merupakan karya tulis ilmiah yang menyajikan
sesuatu berdasarkan data di lapangan yang bersifat empiris-objektif.Analisis dalam kertas kerja
lebih serius daripada analisis dalam makalah,kertas kerja ditulis untuk disajikan dalam suatu
seminar atau lokakarya.

3. Skripsi

Skripsi adalah karya tulis ilmiah yang mengemukakan pendapat penulis berdasarkan pendapat
orang lain.Pendapat yang diajukan harus didukung dengan data dan fakta empiris- objektif baik
berdasarkan penelitian langsung maupun penelitian tidak langsung.Skripsi ditulis biasanya
untuk melengkapi syarat guna memperoleh gelar sarjana dan penyusunannya dibimbing oleh
seorang dosen atau tim yang ditunjuk oleh suatu lembaga pendidikan.

4. Tesis

Tesis adalah karya tulis ilmiah yang sifatnya lebih mendalam daripada skripsi krisis akan
mengungkapkan pengetahuan baru yang diperoleh dari penelitian sendiri karya tulis ilmiah akan
memperbincangkan pengujian terhadap suatu hipotesis atau lebih dan ditulis oleh mahasiswa
pascasarjana.

5. Disertasi

disertasi adalah karya tulis ilmiah yang mengemukakan suatu dalil yang dapat dibuktikan oleh
penulis berdasarkan data dan fakta yang sahih dengan analisis yang terinci dan yang
dikemukakan biasanya dipertahankan oleh penulisnya dan sanggahan senat guru besar atau
penguji suatu pendidikan tinggi disertasi ini berisi suatu temuan penulis sendiri yang berupa
temuan orisinal jika temuan orisinal ini dapat dipertahankan oleh penulisnya dari sanggahan
penguji penulis berhak menyandang gelar doktor.

C.Sikap Ilmiah:

1. Sikap ingin tahu diwujudkan dengan selalu bertanya-tanya tentang berbagai hal. Mengapa
demikian? Apa saja unsur-unsurnya? Bagaimana kalau diganti dengan komponen yang lain?
Dan seterusnya.

2. Sikap kritis direalisasikan dengan mencari informasi sebanyak-banyaknya, baik dengan jalan
bertanya kepada siapa saja yang diperkirakan mengetahui masalah maupun dengan membaca
sebelum menentukan pendapat untuk ditulis.

3. Sikap terbuka dinyatakan dengan selalu bersedia mendengarkan keterangan dan


argumentasi orang lain.

4. Sikap objektif diperlihatkan dengan cara menyatakan apa adanya, tanpa dibarengi perasaan
pribadi.

5. Sikap rela menghargai karya orang lain diwujudkan dengan mengutip dan menyatakan terima
kasih atas karangan orang lain, dan menganggapnya sebagai karya yang orisinal milik
pengarangnya.

6. Sikap berani mempertahankan kebenaran diwujudkan dengan membela fakta atas hasil
penelitiannya.

7. Sikap menjangkau ke depan dibuktikan dengan sikap futuristic, yaitu berpandangan jauh,
mampu membuat hipotesis dan membuktikannya dan bahkan mampu menyusun suatu teori
baru.

D.Hal yang harus diperhatikan dalam menyusn karya ilmiah.

1.Waktu yang diperlukan untuk menyusun.

Waktu yang diperlukan untuk menyusun karya tulis ilmiah berbeda-beda, bergantung pada
sempit luasnya masalah yang ditulis.Karangan ilmiah sederhana, seperti makalah atau kertas
kerja hanya diperlukan waktu yang tidak lama, untuk karangan ilmiah luas dan mendalam
seperti skripsi, tesis dan disertasi diperlukan waktu yang lama kadang berbulan-bulan bahkan
bertahun-tahun

2. Jadwal kegiatan penyusunan karya ilmiah.

Agar penyusunan karya ilmiah selesai tepat pada waktunya, penyusun harus memiliki
ketabahan,kesabaran dan keuletan serta memiliki disiplin kerja yang tinggi. Untuk Keperluan itu,
sebaiknya penyusun karya tulis ilmiah
Membuat jadwal kegiatan, dan penyusun karya itu harus benar menaati jadwal itu.

3.Bahasa karangan ilmiah.

Karangan ilmiah pada hakekatnya bertujuan menjelaskan sesuatu, meyakinkan sesuatu, mau
apa kan atau memberikan sesuatu kepada pihak lain. Oleh karena itu, bahasa karangan ilmiah
harus memperhatikan ciri-ciri yang menyangkut pilihan kata, Susunan kalimat, paragraf dan
nada sebagai berikut:

a. Pilihan kata yang sudah dikenal, bukan kata-kata yang kurang dikenal pembaca.

b. Kata dengan makna yang sebenarnya(denotatif), makna kiasan(konotatif).

c. Kata-kata dengan makna yang tidak Mendua.

d. Istilah teknis jika sungguh-sungguh diperlukan diberi penjelasan.

e. Bahasa keilmuan harus singkat, jelas, dan tepat.

f. Susunan kalimat teratur dan efektif.

E.Manfaat yang diperoleh dari kegiatan tersebut, yang intinya adalah sebagai berikut.

1. Penulis dapat terlatih mengembangkan keterampilan membaca yang efektif karena sebelum
menulis karya ilmiah, ia mesti membaca dahulu kepustakaan yang ada relevansinya dengan
topik yang hendak dibahas.

2. Penulis dapat terlatih menggabungkan hasil bacaan dari berbagai sumber, mengambil
sarinya, dan mengembangkannya ke tingkat pemikiran yang lebih matang.

3. Penulis dapat berkenalan dengan kegiatan perpustakaan, seperti mencari bahan bacaan
dalam katalog pengarang atau katalog judul buku.

4. Penulis dapat meningkatkan keterampilan dalam mengorganisasikan dan menyajikan data


dan fakta secara jelas dan sistematis.

BAB 11

TAHAP TAHAP PENYUSUNAN KARYA TULIS ILMIAH

A.Tahap-tahap penyususnan karya ilmiah.

1.Tahap Persiapan Menulis Karya Ilmiah.

ada dasarnya dalam penyusunan karangan ilmiah terdapat 5 tahap antara lain

1. Persiapan
a. Pemilihan masalah atau topik.

Hal yang penting dijadikan pegangan dalam memilih masalah penelitian ini adalah bahwa
keputusan dan penentuan terakhir adalah terletak pada peneliti itu sendiri.Sebelum memilih
masalah, terlebih dahulu peneliti harus menentukan topik penelitian. Topik Pada karya ilmiah
adalah hal paling dasar yang harus ditentukan terlebih dahulu. Berikut ini adalah beberapa hal
yang harus dipertimbangkan dalam menentukan topik yaitu ;

 Sesuai dengan prodi/bidang ilmu yang dikuasai


 Menarik, utamanya bagi peneliti itu sendiri
 Problematik, harus dapat menyelesaikan suatu permasalahan, baik yang diperkirakan
akan menjadi masalah ataupun sudah menjadi masalah. Masalah tidaklah selalu negatif,
bisa jadi masalah bersifat positif.
 . Mengandung pengetahuan dasar, karena topik bersifat mendasar.
 . Terbatas, walaupun bersifat dasar dan umum, topik haruslah tetap terbatas akan suatu
bidang tertentu.
 Memperhatikan proses pengumpulan data
 Bermanfaat
 Dalam pembuatan topik perhatikan pokok masalah yang ada, lalu tuangkan dalam dua
kata agar memiliki sifat keterbatasan,

b. Penentuan judul.

Menulis judul karya tulis harus memerhatikan beberapa hal di bawah ini:

 Langsung

Judul karya ilmiah ditulis secara langsung pada pokok permasalahan dan tidak bertele-tele.

 Diksi (Pilihan Kata)

Penggunaan diksi yang dipilih berbeda dengan diksi tulisan populer lainnya. Diksi yang
diperoleh merupakan diksi yang ilmiah namun tetap dapat dipahami pembaca.

 Memerhatikan variabel penelitian

Variabel merupakan sesuatu yang menjadi objek pengamatan penelitian.

c. Pembuatan Kerangka karangan

Kerangka karangan disebut juga ragangan(out line). Penyusunan kerangka karangan pada
prinsipnya adalah proses penggolongan dan penataan berbagai fakta yang kadang-kadang
berbeda jenis dan sifatnya menjadi kesatuan yang berpautan karangan ilmiah dapat membuat
kerangka buram yaitu ragangan yang hanya memuat pokok-pokok gagasan sebagai pecahan
dari topik yang sudah dibatasi jika ragangan sudah dianggap final langkah berikutnya adalah
pembuatan rencana daftar isi karangan ilmiah untuk membuat daftar isi yang lengkap masalah
yang hanya satu bab dapat dilengkapi dengan tajuk prakata isi daftar tabel daftar gambar dan
bab pendahuluan

2. Pengumpulan data.

Langkah pertama yang harus dilakukan dalam pengumpulan data adalah mencari informasi dan
kepustakaan seperti, majalah, buku, surat kabar, dan brosur mengenai hal-hal yang ada
relevansinya dengan judul yang digarap informasi diambil Sarinya dan dicatat pada kartu
penelitian di samping informasi dari kepustakaan penulis dapat pula mencari informasi dari
lapangan data dari lapangan dapat diperoleh melalui pengamatan wawancara atau eksperimen.

a. Pencarian keterangan dari bahan bacaan.

b. Pengumpulan keterangan dari pihak pihak yang mengetahui masalah yang akan digarap.

c. Pengamatan langsung ke objek yang diteliti.

d. Percobaan dan pengujian di lapangan atau laboratorium

3. Pengorganisasian dan pengonsepan.

Jika data sudah terkumpul penyusun tulisan ilmiah menyeleksi dan mengorganisasikan data
tersebut penulis harus menggolong-golongkan data menurut jenis sifat atau bentuk penyusun
mengolah dan menganalisis data yang ada dengan teknik-teknik yang ditentukan

a. Pengelompokan bahan

b. Pengonsepan

4. Pemeriksaan atau penyuntingan

Pemeriksaan konsep karangan mencakup pemeriksaan rencana isi karangan termasuk


penyuntingan bahasa yang digunakan.

Sebelum mengetik konsep, menyusun memeriksa lagi konsep itu ada yang tumpang tindih atau
ada penjelasan yang berulang-ulang Buanglah penjelasan yang tidak perlu dan tambahkan
penjelasan yang dirasa sangat menunjang pembahasan Setelah semua sudah dilakukan
penyusun dapat mulai mengetik karangan itu

a. Bacaan dan pengecekan kembali suatu naskah

5. penjilidan dan pengetikan.

Teknik Pengetikan Karya Ilmiah

1. Diketik dengan menggunakan komputer, jenis huruf Times New Roman ukuran 12, dicetak
dalam quality letter.

2. Isi bab dan judul pada daftar isi diketik dalam dua spasi.
3. Batas tepi kiri 4 cm, tepi atas 4 cm, tepi kanan 3 cm, dan tepi bawah 3 cm.

4. Pengetikan paragraf baru dimulai dengan awal kalimat yang menjorok masuk ke dalam
dengan lima pukulan tik (spasi) dari tepi kiri atau lima huruf (1 tab).

5. Penulisan judul bab dan sub bab mengunakan HURUF KAPITAL SEMUA (UPPERCASE)
dipertebal (bold), tanpa garis bawah dan tanpa titik. Nomor bab menggunakan angka romawi.
Setiap awal huruf dari judul sub bab harus ditulis dengan HURUF KAPITAL (Capitalize Each
Word), kecuali kata sambung, dan dipertebal (bold).

6. Cara penomoran dapat menggunakan salah satu dari kedua cara berikut:

Cara pertama : I., A., 1., a., 1), a), (1), (a)

Cara kedua : I., 1., 1.1., 1.1.1., dst.

Cara penomoran harus konsisten, harus menggunakan salah satu cara penomoran untuk satu
karya ilmiah (skripsi, tesis, atau disertasi).

7. Perpindahan dari satu butir ke butir berikutnya tidak harus menjorok, melainkan dapat diketik
lurus atau simetris agar tidak mengambil terlalu banyak tempat dan demi keindahan format.

8. Meminimalisir penggunaan nomor urut (cara penomoran), karena pada prinsipnya karya
ilmiah lebih banyak menggunakan uraian, bukan pointer.

9. Judul tabel ditulis di atas tabel, sedangkan judul bagan, diagram, dan gambar ditulis di bawah
bagan, tabel, atau gambar.

Berikut faktor-faktor yang harus dipertimbangkan untuk penjilidan buku

Fungsi buku yang dicetak/ dijilid.

Spesifikasi buku yang dijilid.

Anggaran untuk buku anda

BAB 12

KONVENSI NASKAH KARANGAN ILMIAH

A.Konvensi Naskah

1. Definisi Konvensi Naskah

Konvensi naskah karya ilmiah adalah peraturan atau aturan yang telah disepakati bersama oleh
suatu lembaga tertentu atau beberapa lembaga yang menyangkut seperangkat cara dan bahan
yang digunakan dalam penulisan karya ilmiah, misalnya, laporan penelitian, skripsi, tesis, dan
lain-lain. Pada prinsipnya, setiap lembaga atau beberapa instansi memiliki konvensi karya
ilmiah yang sama.

2. Aspek-Aspek Konvensi Naskah

Aspek-aspek konvensi karya ilmiah adalah hal-hal yang menjadi kesepakatan bersama dalam
penulisan karya ilmiah. Aspek-aspek tersebut meliputi hal berikut:

· bentuk karangan,

· bagian-bagian karangan,

· bahan dan jumlah halaman,

· perwajahan,

· penomoran, dan

· penyajian.

3.Bagian-Bagian Karya Ilmiah

Bagian-bagian karangan ilmiah meliputi berikut: kelengkapan awal, kelengkapan isi, dan
kelengkapan akhir. Kelengkapan awal meliputi kulit luar, halaman judul, halaman pengesahan,
halaman penerimaan (jika ada), halaman persembahan, abstrak (dalam bahasa Indonesia dan
Inggris), kata pengantar, daftar tabel , daftar grafik, atau gambar (jika ada), daftar singkatan dan
lambang, dan daftar lampiran. Kelengkapan isi meliputi pendahuluan, kajian teori, seputar lokasi
objek penelitian (khusus praktek kerja), pembahasan, dan penutup. Kelengkapan akhir meliputi
daftar pustaka, riwayat hidup penulis, lampiran data, dan penulisan indeks.

4. Bahan dan Jumlah Halaman

Bahan yang digunakan dalam penulisan karya ilmiah adalah kertas HVS A-4 (21,0 x 29,7) dan
tinta hitam atau biru. Jumlah halaman untuk makalah tidak lebih dari 15 halaman, sedangkan
untuk skripsi minimal 40 halaman, tesis minimal 80 halaman, dan disertasi minimal 250
halaman.

5.Perwajahan

Perwajahan adalah tata letak unsur-unsur karangan ilmiah dan aturan penulisan. Dari
perwajahan ini, akan dimunculkan tampilan atau format penulisan karya ilmiah. Perwajahan itu
meliputi ukuran kertas, huruf yang dipakai, spasi, marjin atau tepi batas (pias).

Huruf yang dipakai adalah Times New Roman ukuran 12 atau Arial ukuran 11 (untuk teks).
Spasi yang dipakai dalam karya ilmiah adalah dua spasi, sedangkan abstrak adalah satu spasi.
Ukuran huruf untuk judul karangan dan judul bab adalah 14, sedangkan ukuran huruf untuk
nama lembaga 16.
B.Sistematika Karya Ilmiah.

1. Definisi Sistematika Karya Ilmiah

Sistematika karya ilmiah adalah aturan meletakkan bagian-bagian karangan ilmiah (bagian
mana yang harus didahulukan dan bagian mana yang harus dikemudiankan).

2. Ruang Lingkup Sistematika Karya Ilmiah

Ruang lingkup sistematika karya ilmiah terbagi atas tiga hal yaitu sebagai berikut:

Bagian Pembuka

Bagian pembuka meliputi kulit luar (jilid), halaman judul, halaman pengesahan, halaman
persembahan, abstrak (dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris), prakata, daftar isi, daftar
tabel dan grafik, daftar singkatan dan lambang, dan daftar lampiran.

Bagian Isi

Bagian isi adalah bagian inti dalam karya ilmiah yang meliputi bab pendahuluan, bab landasan
teoretis, bab objek penelitian, bab pembahasan (analisis data), dan bab penutup. Dengan kata
lain, bagian isi merupakan penelitian si penulis.

Bagian Penutup

Bagian penutup adalah bagian akhir dari karya ilmiah yang meliputi daftar pustaka, daftar
riwayat hidup, indeks, dan lampiran.

a.Bagian Pembuka

1)Judul Karangan (Kulit Luar)

Dalam kulit luar, harus dicantumkan judul karangan (dengan subjudul, bila ada), nama
karangan ilmiah, keperluan penyusunan, nama penyusun dan NPM, logo, nama lembaga
pendidikan (jurusan, fakultas, universitas), nama kota, dan tahun penyusunan.

2)Halaman Judul

Halaman judul sama (identik) dengan kulit luar (jilid), tetapi dituangkan dalam kertas A-4 atau
kertas jeruk.

3)Halaman Pengesahan

Halaman pengesahan adalah halaman khusus dalam karya ilmiah yang berisikan judul
karangan, nama penyusun, NPM, pembimbing utama, pembimbing anggota, diketahui ketua
jurusan, dan disahkan oleh dekan.

4) Halaman Persembahan
Lembaran ini bersifat subjektif. Artinya, isinya bebas bergantung pada keinginan penulis.
Biasanya berisikan ayat-ayat suci agama. Persembahan disajikan untuk orang-orang terdekat
(ibu, bapak, kakak, adik, istri, suami, atau anak).

5) Abstrak

Abstrak mencerminkan seluruh isi karangan dengan mengungkapkan judul karangan, metode
penelitian, tujuan penelitian, permasalahan, dan hasil penelitian. Abstrak ini disajikan dengan
jarak 1 spasi dan ditulis dalam dua bahasa yaitu bahasa Inggris dan bahasa Indonesia. Jumlah
kata dalam abstrak yaitu sekitar 200-500 kata.

6)Kata Pengantar

Kata pengantar dalam karya ilmiah, misalnya, skripsi berisikan hal-hal berikut:

§ Puji syukur kepada Tuhan,

§ Judul karangan,

§ Ucapan terima kasih,

§ Harapan-harapan penulis,

§ Tanggung jawab ilmiah penulis, dan

§ Penulisan tempat, tanggal, dan nama penulis.

7)Daftar Tabel

Karangan ilmiah yang lengkap, selain menganalisis data dengan saksama, juga mencantumkan
tabel yang merupakan gambaran analisis data. Nama tabel diberikan nomor dengan angka
Arab dan ditulis dengan memakai huruf kapital pada awal kata kecuali preposisi (di, ke, dari,
dan lain-lain) dan konjungsi (dalam, pada, untuk, dan lain-lain).

8) Daftar Gambar, Grafik, atau Bagan

Daftar grafik / gambar / bagan pada dasarnya sama dengan penulisan daftar tabel.

9)Daftar Singkatan dan Lambang

Cara penulisan singkatan dan lambang adalah sebagai berikut: ditulis dalam bentuk lengkap
terlebih dahulu, kemudian diikuti bentuk singkatannya. Contoh: Bahasa Indonesia (selanjutnya
disingkat BI); disusun secara alfabetis.

10)Daftar Lampiran

Daftar lampiran memberikan informasi tentang kelengkapan penelitian seperti angket, kuesioner
atau pedoman wawancara, foto-foto, peta lokasi, surat izin penelitian, dan daftar riwayat hidup.

b.Bagian Isi
1)Pendahuluan

Bab pendahuluan memuat penjelasan atau pengantar tentang isi karangan ilmiah. Bab ini juga
memuat landasan kerja dan arahan dalam penyusunan karangan ilmiah.

§ Latar Belakang Masalah

Pada bagian ini, diuraikan tentang (a) masalah yang akan diteliti, (b) penjelasan tentang
dipilihnya masalah ini bagi penulis atau pun bagi orang lain (c) argumentasi yang logis antara
data (realitas) dan teori (harapan) sehingga kesenjangan ini menimbulkan rumusan
permasalahan.

§ Identifikasi Masalah atau Pembatasan Masalah

Identifikasi masalah bertujuan untuk membatasi atau menajamkan pokok permasalahan


sehingga kajian atau pembahasannya tidak terlalu luas dan abstrak. Identifikasi masalah bisa
memudahkan peneliti untuk melakukan penelitian karena pokok permasalahannya menjadi
lebih sempit (fokus). Identifikasi masalah harus disajikan dalam bentuk pertanyaan. Jawaban
pertanyaan tersebut akan disajikan dalam simpulan, sedangkan prosesnya disajikan dalam
bentuk pembahasan.

§ Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian merupakan sasaran yang akan dicapai atau dihasilkan dalam penelitian ini,
sedangkan kegunaan penelitian merupakan penegasan tentang manfaat yang akan dicapai
baik secara teoretis maupun secara praktis.

§ Kerangka Pemikiran dan Hipotesis

Kerangka teori berisikan prinsip-prinsip teori yang memengaruhi dalam pembahasan. Prinsip-
prinsip ini berguna untuk memberikan arahan dan langkah untuk membahas masalah yang
akan diteliti. Kerangka teori ini harus menggambarkan tata kerja teori tersebut.

§ Metode dan Teknik Penelitian

Penelitian ilmiah harus mempergunakan metode dan teknik penelitian. Metode penelitian
adalah seperangkat alat yang tersusun secara sistematis dan logis sedangkan teknik penelitian
adalah tata cara melakukan setiap langkah-langkah metode penelitian.

§ Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ialah objek penelitian atau tempat penelitian dilaksanakan. Lamanya
penelitian dapat dilakukan dengan membuat rencana atau jadwal kegiatan penelitian.

§ Sumber Data

Suatu penelitian ilmiah harus menyajikan sekaligus memaparkan sumber data. Sumber data ini
merupakan bahan yang diteliti. Jika penelitian ini berasal dari buku. Misalnya, novel, majalah,
surat kabar, tabloid, identitas sumber data tersebut harus dicantumkan. Jika sumber data itu
banyak dan beragam, dapat digunakan sampel dan populasi.

2)Kajian Teori

Bab ini berisikan uraian tentang teori-teori yang relevan dengan masalah yang dibahas atau
diteliti. Bisa saja, penelitian-penelitian terdahulu dapat melatarbelakangi penulis untuk
melakukan penelitian selanjutnya. Dalam bab ini, disertakan alasan-alasan yang logis. Dengan
demikian, penulis dapat menolak, menerima, mempertanyakan, atau menguatkan teori yang
sudah ada.

Teori yang dijadikan acuan hendaknya kepustakaan atau hasil penelitian yang mutakhir dengan
berusia 5 tahun ke belakang, tetapi apabila teori lama masih relevan, pendapat tersebut masih
bisa dipakai.

3)Objek Penelitian

Dalam bab ini, dijelaskan keadaan lokasi penelitian atau objek penelitian secara singkat
(bergantung pada kebutuhan penelitian). Hal hal yang perlu dijelaskan dalam bab ini yaitu (a)
sejarah objek penelitian, (b) struktur organisasi, dan (c) kegiatan objek penelitian.

4) Pembahasan (Analisis Data)

Bab pembahasan data merupakan bab yang paling penting dalam penulisan karya ilmiah
karena dalam bab ini dilakukan kegiatan analisis data, sintetis pembahasan, interpretasi
penulis, pemecahan masalah, dan penemuan pendapat baru yang diformulakan (bila ada). Bab
ini juga merupakan analisis atas pembatasan masalah dan tujuan penelitian yang telah
disebutkan pada bab pendahuluan. Oleh karena itu, pembahasan ini harus konsisten dan
relevan dengan bagian sebelumnya.

5) Penutup

Bab penutup meliputi dua bagian yaitu simpulan dan saran.

§ Simpulan

Simpulan ini adalah uraian seluruh analisis, interpretasi, dan temuan mutakhir yang telah
dilakukan pada bab analisis. Simpulan dapat pula dikatakan rangkuman atau analisis data.
Simpulan ini pun merupakan jawaban atas pembatasan masalah dan tujuan penelitian.

§ Saran

Saran merupakan rekomendasi atas hasil penelitian untuk menindaklanjuti penelitian


selanjutnya. Saran dapat ditujukan kepada penulis lain atau pembaca untuk mengambil
kebijakan selanjutnya.

c.Bagian Akhir

1) Daftar Pustaka
Dengan adanya daftar pustaka, pembaca bisa mengetahui sumber acuan yang menjadi
landasan dalam pengkajian.

2) Daftar Kamus

Daftar kamus harus dibedakan dengan daftar pustaka.

3)Daftar Riwayat Hidup

Daftar riwayat hidup berisikan biodata penulis yang lengkap mulai nama sampai dengan
pendidikan dan pengalaman kerja.

4)Lampiran

Lampiran berisikan hal-hal yang mendukung penulisan karangan ilmiah. Isi lampiran
bergantung pada kebutuhan penulisan, misalnya acuan wawancara, angket, surat izin
penelitian, indeks, dan data penelitian.

BAB 13

PENULISAN KARYA ILMIAH POPULER

Karya ilmiah populer merupakan suatu karya yang ditulis dengan menggunakan bahasa yang
populer sehingga mudah dipahami oleh masyarakat dan menarik untuk dibaca. Untuk dapat
mengerti pengertian karya tulis ilmiah populer, ada baiknya kita mengkajinya dari kata-kata
pembentuknya yaitu tulisan, ilmiah, dan populer.

A.Upaya memahami karangan ilmiah populer

Upaya memahami apa yang disebut karangan ilmiah populer adalah dengan memahami

a.Tujuan penulis menulis karangan

b.Apa yang ditulis

C.Siapa pembaca yang dijadikan sasaran.

Tujuan menulis,apa yang ditulis dan pembaca adalah 3 hal yang harus dapat mempengaruhi
pilihan variasi atau ragam bahasa yang digunakan dalam membaca karangan ilmiah atau
karangan ilmiah populer kita dapat melihat beberapa tujuan penulis menulis karangan.

a. Penulis bertujuan menjelaskan sesuatu yang bertalian dengan apa yang ditulis kepada
pembaca seperti tampak pada kutipan berikut

1.Kebudayaan selalu berada dalam proses berubah perubahan proses tersebut bersumber
pada perubahan perubahan yang terjadi pada unsur-unsur yang ada dalam ekosistem dimana
manusia kebudayaan dan masyarakat merupakan sebagian dari padanya

Kutipan singkat ini menunjukkan bahwa penulis menjelaskan sesuatu tentang kebudayaan
kepada pembaca pembaca tentulah diharapkan dapat memahami apa yang dijelaskan oleh
penulis

b. Penulis bertujuan meyakinkan pembaca bahwa apa yang dijelaskan itu benar seperti terlihat
pada kutipan berikut

2. Tidak dapat disangkal bahwa pada negara-negara sedang berkembang perubahan


kebudayaan yang cepat itu banyak terjadi termasuk juga di daerah di Indonesia Hal ini
disebabkan karena karena karena tes tes tes karena program-program pembangunan yang
bersumber pada konsep konsep pemikiran ilmiah dan modern sering tidak sesuai dengan pola-
pola kebudayaan yang ada di dalam masyarakat setempat di negara sedang berkembang
tersebut

dengan mengemukakan itu penulis berharap bukti dan alasan dikemukakan itu benar dan
pembaca diharapkan dapat menerima kebenaran itu

c. Penulis bertujuan memberikan mendeskripsikan hal-hal penting yang berkaitan dengan


sesuatu seperti pada kutipan berikut

3.Setiap hari setiap saat kita berbuat sesuatu bertindak bereaksi karena dipengaruhi oleh
perbuatan orang lain semuanya tidak lepas dari suatu proses yaitu proses komunikasi misalnya
kita menambah pengetahuan dengan melalui buku-buku,majalah profesional,atau terbitan
lain,kita mengontrol dan mengkritik baik pemerintah maupun masyarakat kita lakukan
semuanya melalui surat kabar dan kita membeli barang karena tahu dari iklan.
Dengan menunjukkan hal-hal konkret seperti yang tampak pada kutipan itu penulis memberikan
sesuatu dan pembaca diharapkan melihat hal-hal yang ditunjukkan itu dan mampu memahami
apa yang diperiksa itu

Menjelaskan sesuatu, meyakinkan tentang sesuatu dan memberikan sesuatu kepada pembaca
merupakan ciri utama karangan yang lazim disebut karangan ilmiah atau ilmiah populer.
Dengan menjelaskan, meyakinkan dan memberikan itu, menulis karangan ilmiah atau ilmiah
populer dapat menyampaikan informasi yang bertalian dengan ilmu atau gagasannya kepada
pembaca.

Informasi dikatakan ilmiah apabila penjelasan yang disampaikan itu

a. Relevan dengan fakta atau kenyataan yang dijelaskan

b. teruji kebenarannya Berdasarkan pengamatan langsung atau tidak langsung dan


berdasarkan penalaran.

c. Konsisten dengan penjelasan dan secara keseluruhan itu bersistem

d. Dikuatkan dengan bahan keterangan yang lengkap

e. Hemat, Tetapi mencakup semua fakta yang diperoleh makin tinggi kadar kerelevanan,
keterujian, kekonsistenan, kebersisteman, kelengkapan dan kebenaran penjelasan dalam
karangan makin tinggi pula kadar keilmiahan karangan itu .

Bahasa Karangan ilmiah populer

Ulasan dalam karangan ilmiah populer menggunakan lambang yang lazim disebut bahasa.
Oleh karena itu, keterbacaan keterangan ilmiah populer menyangkut pemilihan bahasa yang
dianggap sesuai dengan Tingkat kemampuan memahami yang dimiliki pembaca yang dijadikan
sasaran atau yang dianggap terbaca oleh pembaca sasaran.

Masalah yang timbul adalah bagaimana menentukan pilihan bahasa yang akan digunakan kata
yang digunakan dan dipilih dalam karangan ilmiah populer tergantung pada

a. Pilihan kata, karangan ilmiah populer bertujuan untuk menjelaskan tentang sesuatu atau
memberikan sesuatu kepada pembaca melalui bahasa. Kata itu antara lain

1. Kata dengan makna harfiah dan bukan kata kiasan

2. Kata-kata yang dikenal bukan yang kurang dikenal pembaca

3 kata dengan makna yang tepat

4 kata teknis dibatasi

5 istilah dan makna yang konsisten


b. Susunan kalimat, Susunan kalimat yang teratur menunjukkan cara berpikir dalam
menjelaskan sesuatu dalam karangan ilmiah populer. Kalimat pahami atau terbaca oleh
pembaca yaitu

1. Susunan kalimat yang pendek-pendek

2 Susunan kalimat dengan kata-kata yang tidak berlebihan atau hemat.

3 Susunan kalimat yang tidak berbelit.

4 Susunan kalimat yang tidak rancu.

5. Susunan kalimat tidak terpenggal penggal

6 kalimat disusun menurut kaidah tata bahasa

7. Kalimat sesuai dengan kaidah ejaan yang resmi.

c. Paragraf. Terdiri atas beberapa kalimat yang saling berhubungan paragraf yang baik
memiliki.

1. Kesatuan,disusun ucapkan 1 gagasan utama dan gagasan penjelas.

2. Paragraf yang pendek

d. Gaya bahasa. Gaya bahasa persyaratan kata yang paling tepat dan sesuai dengan situasi
dalam bahasa baku atau standar gaya resmi dan percakapan

Anda mungkin juga menyukai