Anda di halaman 1dari 4

BIROKRASI DAN PENCEGAHAN KORUPSI

Kelompok 1:
 Syahdan Wandika Putra (H1401201002)
 Lu’lu’il Qatrunnada (H1401201006)
 I Dewa Gede Bagus Biantara (H1401201007)
 Zahra Aisyah Hardiani (H1401201024)
 Fathan Ramadian Sidik (H1401201027)
 Nabiel Muhammad Fujeri (H1401201042)

Setelah kami melihat kedua video tersebut, video ibu Risma membahas tentang
bagaimana tahapan rencana beliau untuk mewujudkan Surabaya menjadi Smart City, yakni harus
dimulai dari berbagai aspek yang mendukung ketertiban, keindahan, dan keimanan bagi kota
tersebut (Pokok bahasan birokrasi yang baik). Sedangkan dalam video potensi korupsi
membahas alasan mengapa dana bantuan penanganan Covid-19 verpotensi tinggi untuk
disalahgunakan. Selanjutnya dibagi dalam enam factor penyebab korupsi.

 VIDEO PERTAMA
(IBU RISMA CERITA SMART CITY DI SURABAYA)

Dalam video tersebut, ibu Risma menjelaskan bagaimana mewujudkan masyrakay yang
berlandaskan paradigma Smart City melalui indikator-indikator sebagai berikut:

 Memberi pengertian kepada masyarakat arti dari hidup yang berwawasan terhadap
lingkungan, meningkatkan solidaritas, dan berupaya semaksimal mungkin untuk
melakukan transparansi terhadap seluruh golongan mengenai pentingnya media informasi
di era ini. Dengan kesadaran lingkungan yang sehat dan mampu menggunakan kemajuan
teknologi yang ada. Hal ini akan menjadi sia-sia jika media yang ada tidak disesuaikan
dengan kepeduliaan masyarakat dengan lingkungan sekitar dan kurangnya pemahaman
mengenai teknologi.
 Masyarakat harus pandai menggunakan energi dengan mempertimbangkan
keefisiensinya. Stigma masyarakat dalam pemanfaatan energi sangat menentukan
kemajuan teritorinya, hal ini berimplikasi terhadap kepekaan mereka terhadap sekitar.
 Semua pemangku kepentingan harus bergerak bergerak di bidang masing-masing guna
membangun efektivitas dalam membangun kualitas masyarakat yang baik. Salah satu
contoh realitasnya yaitu kepedulian Dikpora dalam kemajuan pemuda dan pelajar melalui
penanganan terhadap kasus narkoba dan lainnya. Sehingga generasi penerus bangsa
dijauhkan dari hal-hal yang dapat merusak masa depannya dan memiliki fokus lebih
dalam mengejar cita-cita.
 Menjadikan kota yang aman serta sehat, sehingga semuanya dapat hidup dan terbebas
dari belenggu kekhawatiran.

 Kendala yang terjadi adalah di saat pembangunan suatu wilayah, masyarakat kurang
paham akan program yang akan dilaksanakan pemerintah. Literasi, gaptek, serta
kurangnya pemerataan informasi akan menjadi ancaman serius. Pemerintah tidak bisa
secara langsung mengklaim suatu wilayah sedang melaksanakan program tertentu, tetapi
masyarakat dalam wilayah tersebut tidak bisa menggunakannya secara maksimal. Untuk
mewujudkan suatu wilayah yang cerdas dan lebih berkembang, perlu mengenali
spesifikasi wilayahnya. Pada intinya, untuk menjadi Smart City perlu adanya peran baik
dari masyarakat yang proaktif dan pemerintah sebagai pembuatan keputusan.

 VIDEO 2
 Video yang sudah ditonton dapat menjadi alasan mengapa potensi korupsi sangat tinggi
di masa pandemi, diantaranya:
 1. Jumlah uang yang banyak dan kompleks, seperti kita tahu bahwa jumlah yang besar
akan sulit untuk dikelola sehingga adanya penyimpangan dana sangat berpotensi terjadi,
tercatat bahwa uang yang dikorupsi sebanyak 405 T pada periode tersebut, tentu saja ini
kerugian negara yang sangat besar.
 2. Pengadaan Penunjukan Langsung, hal ini jika dilakukan dengan tidak mengikuti
persyaratan yang telah ditetapkan Perpres adalah Ilegal karena diikuti dengan
penggelembungan harga yang ada di masyarakat secara langsung.
 3. Ketidaksinkronan data antara pusat sampai RT, kita sudah sering melihat di berita, data
yang dikeluarkan oleh pemimpin itu tidaklah sama, seperi data yang diberikan oleh
gubernur dan menteri. Hal ini juga menunjukkan adanya koordinasi yang lemah diantara
para pejabat. Data yang tidak sinkron menyebabkan laporan yang disampaikan menjadi
tidak relevan. Biasanya dari sinilah korupsi bermunculan.
 4. Conflict of interest pejabat, seperti yang kita tahu dari video, di saat Pemda akan
membagikan desinfektan yang mana biaya tersebut didapat dari perusahaan-perusahaan
yang ada di daerah tersebut, tetapi pejabat dengan keinginannya yang merugikan pihak
lain membuat biaya yang dikeluarkan tak sedikit, itupun sang pejabat tak menggunakan
dana pribadi untuk melancarkan minatnya apalagi saat di musim kampanye. Dengan kata
lain politik kepentingan masih banyak terjadi di Indonesia yang mana sangat merugikan
kepentingan umum, padahal jumlah uang tersebut dapat digunakan untuk kepentingan
masyarakat untuk kebutuhan primer.
 5. Lemahnya Pengawasan, di saat pandemi sedang terjadi, kontak sosial akan berkurang
secara fisik. Tentu saja hal tersebut menimbulkan kesempatan untuk para pejabat yang
punya kekuasaan untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya karena
kurangnya pengawasan dari badan-badan tertentu. Sebaiknya perlu dilakukan proses
audit pascaprogram sehingga bisa terbukti uang yang digunakan tepat sasaran atau tidak.
 6. Lemahnya aturan hukum, Hukum di Indonesia sudah cukup banyak, tetapi hukum di
Indonesia tidak cukup kuat atau tegas dalam menjalankan tugasnya. Koruptor mendapat
tempat yang baik walaupun sudah dijatuhi hukuman kurungan dan denda, efek jera yang
ditimbulkan tidak berdampak apa-apa terhadap sang koruptor, lantas seharusnya apa yang
harus diperbaiki.

Pandemi membuat segala aktivitas menjadi terhambat, termasuk perekonomian, bantuan


Covid-19 ditujukan untuk masyarakat yang terganggu aktivitas mereka akibat pandemi
ini, tetapi para pejabat memanfaatkan hal tersebut untuk mendapat kepentingan pribadi
yang sebesar-besarnya. Kautilya mengatakan bahwaa korupsi itu mungkin terjadi ketika
seseorang menyentuh kekuasaan. Ketika kekuasaan tidak didukung dengan sistem kontrol
yang ketat berbasis teknologi dan partisipasi warga akan menyebabkan munculnya benih-
benih korupsi sebagai penyakit sosial.

Anda mungkin juga menyukai