Anda di halaman 1dari 3

NAMA : NADIYA QOTHRUNNADA

NIM : 19103080031

PRODI : HES-B

UJIAN TENGAH SEMESTER

SOSIO-ANTROPOLOGI HUKUM ISLAM

2020/2021

Di dalam hukum terdapat Agama, Susila dan Kesopanan. Dalam kaitanya, tipe-tipe ideal
dalam mengingat yang dalam hal ini berkaitan dengan ini adalah hukum maka sumbernya adalah
pemerintah. Begitupun ketika hal itu berkaitan dengan agama berarti sumbernya adalah wahyu.
Ketika kita berbicara mengenai susila maka sumbernya adalah hati nurani. Kemudian jika
berbicara mengenai kesopanan maka itu bersumber dari masyarakat.

Sifat-sifat dalam hukum yakni sifat lahiriah yang nampak secara wujudnya seperti UUD,
eskternal yang saling bergantung satu dengan lainnya serta bergantung pada unsur ideal dan
kenyataan. Sifat-sifat dalam agama yakni bersifat bathin atau tidak Nampak jelas wujudnya,
bersifat internal atau tergantung masing-masing diri manusianya sendiri atau bersifat otonom,
berumpu pada sifat ideal. Begitupun dalam kesusialaan bersifat bathin dan bersifat internal.
Dalam hal ini agama dan kesusilaan saling beririsan, maka orang yang beragama seharusnya
dibarengi dengan norma-norma kesusilaan. Begitu juga dengan kesopanan.

Semua yang kita lakukan untuk mencapai level taqwa. Namun hal ini tidak sebagai wujud
rasa takut kita akan sanksi Allah karena, tetapi sebagai wujud rasa cinta kita sebagai makhluk-
Nya. Begitu juga hukum dalam bernegara. Dalam susila bertujuan kepada insan kamil atau
berakhlak yang baik (al akhlak al karimah) dalam kesusilaan bentuk sanksinya adalah rasa
penyesalan. Dalam kesopanan bentuk sanksinya berupa sanksi sosial, dimana perbuatan-
perbuatan di masyarakat yang dilanggar maka berlakunya sanksi sosial. Bentuknya macam-
macam ada yang hanya berupa cibiran atau bahkan di jauhkan adri masyarakat.

Hukum itu ada 3, yakni Refresif, Outonomous dan Responsif. Dalam represif tujuan
hukumnya adalah untuk mencapai ketertiban, Outonomous tujuan hukumnya yakni mencapai
legitimasi sedangkan Responsif tujuan hukumnya adalah kompeten. Legitimasi dalam Refresif
ini bertujuan dalam pertahanan masyarakat dan rasion d’etat, Legitimasi dalam Outonomous
bertujuan dalam keadilan dan procedural, Legitimasi dalam Responsif bertujuan dalam keadilan
substansi. Peraturan dalam Refresif bersifat kasar dan detail tetapi tidak terlalu mengikat
pembuat hukum, Peraturan dalam Outonomous bersifat luas, mengikat yang mengatur maupun
yang diatur, Peraturan dalam Responsif bersifat tunduk kepada nprinsip da kebijaksanaan.
Reasonning dalam Refresif bertujuan pada ad hoc, kebijaksanaan dan khusus, Reasonning dalam
Outonomous berpegang teguh pada otoritas hukum yang berlaku pada prinsip formalism dan
megalisme dan Reasonning dalam Responsif berorientasi kepada tujuan menengembangkan
kognitif dan kompeten.

Diskreasi dalam Refresif bersifat merembes oportunistis, Diskreasi dalam Outonomous


bersifat ditahan oleh aturan-aturan dilegasi yang sempit dan Diskreasi dalam Responsif bersifat
luas tetapi mengacu pada tujuan. Paksaan dalam Refresif bersifat luas kurang dibatasi, Paksaan
dalam Outonomous bersifat dikontrol oleh hukum dan Paksaan dalam Responsif secara positif
mencari alternative seperti intensif kewajiban karena kesadaran pribadi.

Moralitas dalam Refresif bersifat komunal, moralitas hukum dan moralitas keterbatasan,
Moralitas dalam Outonomous bersifat konstitusional atau mengikuti integritas dari proses hukum
dan Moralitas dalam Responsif bersifat moralitas civil, moralitas kerja sama. Politik dalam
Refresif hukum di bawah kekuasaan politik, Politik dalam Outonomous bersifat hukum
independen dari politik berlaku pemisahan kekuasaan dan Politik dalam Responsif bersifat
terintegrasi antara aspirasi hukum dan politik campuran kekuasaan.

Kepatuhan yang di harapkan dalam Refresif tanpa syarat ketidakpastian dianggap


perbuatan melawan, Kepatuhan yang di harapkan dalam Outonomous merupakan penyimangan
terhadap aturan dapat dijustifikasi misalnya untuk menguji validitas dari suatu aturan atau
ketertiban dan Kepatuhan yang di harapkan dalam Responsif ketidak patuhan dianggap bahaya
substantive memuncukan masalah legitimasi. Partisipasi dalam Refresif patuh menuruti kritik
dianggap tidak loyal, Partisipasi dalam Outonomous dibatasi oleh prosedur muncul kritik hukum
dan Partisipasi dalam Responsif mendapat akses besar karena integrasi hukum dengan advokasi
masyarakat.
Persoalan Hukum Islam di Masyarakat Dengan Pemecahan Masalah Dalam Perspektif
Ilmu Sosial atau Humaniora

Kasus :

Merebakanya penggunaan game online terhadap anak-anak yang mengakibatkan kecanduan


dalam bermain game online. Sehingga mengakibatkan lalainya mereka dalam menjalankan
kewajibannya. Oleh karenanya pemecahan masalah yang dapat di lakukan adalah :

a. Promoti/Preventif
Dalam hal ini pencegahan yang bisa digiatkan adalah dengan melakukan penyuluhan
terhadap para orang tua untuk lebih bijak dalam memberi pegangan dalam hal ini gadget
yang jauh lebih baik jika berisikan hal-hal yang baik seperti halnya edukasi atau
pembelajaran lainnya. Selain itu dalam penyuluhan tersebut di jabarkan betapa buruknya
dampak game online ketika sudah masuk ditahap kecanduan. Selain itu, meminimalisir
penggunaan gadget dengan menggantinya permainan edukasi lainnya.
b. Kuratif
Karena dalam dewasa ini gadget memang tidak bisa dihindari penggunaanya, maka
dalam hal ini peran orang tua dalam membatasi penggunaanya merupakan sebuah
langkah utama dalam peran serta mengurangi dampak kecanduan terhadap game online
itu sendiri. Seperti, anak hanya boleh bermain gadget hanya di waktu libur sekolah saja.
c. Persuasif
Tindakan persuasif ini bisa di lakukan dengan cara menasehati dengan baik-baik dengan
tidak memojokkan anak yang sudah kecanduan game online tersebut, sehingga anak
berbalik memberontak dan melakukan hal-hal yang sebaliknya.
d. Represif
Karena dalam kasus ini termasuk kedalam masalah internal keluarga, maka lagi-lagi
sebagai orang tua bisa memberikan sanksi atau punishment ketika si anak tersebut
melanggar. Dengan tidak diperbolehkannya menggunakan gadget sama sekali selama
satu bulan atau lainnya.

Anda mungkin juga menyukai