Anda di halaman 1dari 3

1. A. Tanpa agama hidup manusia akan terasa hampa.

Tanpa agama hidup


manusia akan buta tanpa arah tujuan. Maka penting bagi manusia memegang
teguh kepercayaan terhadap agama yang dianutnya agar hidupnya tak
menyimpang dari nilai-nilai moral yang berlaku.
B. – Potensialitas :Manusia memiliki potensi yang memungkinkan ia menjadi manusia, tetapi untuk itu ia
memerlukan pendidikan. Contohnya dalam aspek kesusilaan manusia diharapkan mampu bertingkah laku
sesuai dengan norma-norma moral dan nilai-nilai moral yang diakui. Dalam hal ini manusia memiliki
potensi berbuat baik yang perlu didik.
- dinamika : Manusia selalu gerak aktif baik dalam aspek fisiologis maupun spiritualnya. Ia selalu
menginginkan dan mengejar segala hal yang lebih dari apa yang telah ada atau yang telah dicapainya. Ia
berupaya untuk mengaktualisasikan diri agar menjadi manusia ideal baik dalam rangka interaksi atau
komunikasinya secara horizontal (manusia dengan manusia) maupun vertikal atau transcendental
(manusia dengan Tuhan). Jika ditinjau dari sudut pendidik, pendidikan dilakukan dalam rangka membantu
manusia agar menjadi manusia ideal. 

- Individualitas :Setiap individu memikiri kedirisendirian (subjektivitas) dimana ia berbeda dari yang lainnya
dan memiliki keinginan untuk menjadi seseorang sesuai keinginan dirinya sendiri. Sebagai individu ia tidak
pasif, melainkan bebas dan aktif berupaya untuk mewujudkan dirinya. Pendidikan dilaksanakan untuk
membantu manusia untuk mengaktualisasikan atau mewujudkan dirinya sendiri. 

- Sosialitas : Sebagai makhluk sosial manusia hidup bersama dengan sesamanya. Dalam kehidupan ini akan
terjadi hubungan timbal balik anatar manusia. Setiap individu akan menerima pengaruh dari individu lainnya.
Hal ini berarti manusia memliki kemungkinan untuk dididik sebagai upaya pemberian pengaruh pendidikan
yang disampaikan melalui interaksi atau komunikasi antar sesama manusia.

- Moralitas :Manusia memiliki kemampuan untuk membedakan antara yang baik dan tidak baik, dan pada
dasarnya ia berpotensi untuk berperilaku baik atas dasar kebebasan dan tanggung jawabnya (aspek
moralitas). Pendidikan hakikatnya bersifat normatif, artinya dilaksanakan berdasarkan sistem nilai dan
norma tertentu yang ada di masyarakat. Manusia diarahkan untuk mewujudkan manusia ideal, yaitu manusia
yang diharapkan sesuai dengan sistem nilai dan norma tersebut. Pendidikan bersifat normatif dan manusia
memiliki dimensi moralitas karena itu aspek moralitas memungkinkan manusia untuk dapat didik .

2. Yang menjadi dasar penting hubungan Pendidikan dan HAM dalam bangsa
dan negara Indonesia adalah Hukum, dimana untuk menjaga koherelasi dan
perlindungan tersebut maka Hukum harus mengikat HAM dan Pendidikan
didalamnya dimana Pendidikan merupakan bagian penting dari HAM yang
perlu dijaga, karena merupakan Hak Hakiki yang harus dilindungi serta harus
diberikan kepada seluru umat manusia di Indonesia.
Untuk menunjang suatu usaha, maka diperlukan beberapa faktor, begitu juga
dalam menunjang suatu hubungan antara Hukum, HAM, dan Pendidikan,
diperlukan juga faktor penting sebagai penunjangnya, yaitu
a. Stabilitas Hukum
Faktor ini adalah faktor penunjang dalam bidang hukum, dimana stabilitas dari
hukum tersebut haruslah flexibel, dalam pengertian bahwa hukum tersebut
tidak terlalu sering diganti, dan dapat bertahan lama sehingga tidak terjadi
kesimpangan-kesimpangan, serta akibat perubahan zaman, sebab dengan
sering mengganti hukumnya, maka dapat mengakibatkan ketidak stabilan
dalam penerapan, karena seringnya berganti hukum yang digunakan.
b. Aparatur yang terampil, tegas, bersih dan takut akan hukum
Faktor satu ini juga tidak kalah penting, dikarenakan hukum merupakan benda
pasif yang tidak akan berfungsi tanpa adanya aparatur yang menjalankan
sistemnya, oleh karena itu aparatur sangat penting dalam penunjang hubungan
tersebut, aparatur haruslah terampil, tegas, bersih, dan takut akan hukum demi
menunjang kesterilan dalam bidang pengaturan, penghukuman, dan penerapan
Hukum dalam bidang pendidikan dan HAM. Sebab jika tidak maka hukum
akan runtuh karena sistem yang sudah baik jika dijalankan dengan orang yang
tidak baik maka akan berantakan. Aparatur tersebut tidak hanya dibidang
hukum saja seperti Hakim, Polisi, dan Kejaksaan, namun juga bidang
pendidikan dan HAM, dimana aparatur dibidang tersebut haruslah mematuhi
segala sesuatu yang sebagaimana telah diatur dalam UU maupun tata tertib
yang telah dibuat. Tanpa adanya neko-neko, atau lirik sana lirik sini, ataupun
terjadi penyimpangan peraturan demi keuntungan pribadi ataupun golongan.
c. Masyarakat yang madani dan taat hukum
Faktor yang satu ini juga faktor penting dalam menjaga hubungan antara
hukum, HAM, dan pendidikan, bagaimana tidak, jika seseorang tidak bisa
menjaga hubungannya dengan orang lain serta melanggar HAM nya maka
akan terjadi kekacauan, begitu juga jika dalam masyrakat terdapat diskriminasi
dalam penerimaan pendidikan, dimana salah satu kelompok masyarakat tidak
dibolehkan memperoleh pendidikan, maka akan terjadi pelanggaran HAM dan
dapat mengakibatkan jurang sosial didalam masyarakat. Oleh karena itu
dibutuhkan masyarakat yang madani dan taat hukum agar terciptanya
kehidupan yang aman, damai, dan berpendidikan didalamnya .
d.   Sarana dan Prasarana
Selain ketiga faktor diatas, terdapat 1 faktor lagi yang tidak kalah penting,
yaitu sarana dan prasarana, tanpa adanya sarana dan prasarana maka kegiatan
tidak akan dapat dilakukan, tanpa sarana dan prasarana maka akan terjadi
ketimpangan dalam pelaksanaan, oleh karena itu untuk menunjangnya
haruslah tersedia sarana dan prasarana dalam Hukum, HAM, dan Pendidikan
di Indonesia agar tercipta keseimbangan, keteraturan, dan kemantapan dalam
pelaksanaannya.
3. bahwa antara masyarakat dan pendidikan memiliki hubungan
timbal balik, fungsional simbiotik dan equal. Dari satu segi
masyarakat memengaruhi pendidikan, dan dari sisi lain
pendidikan memengaruhi masyarakat. Mengenai aspek apa
saja hubungan timbal balik antara masyarakat dan pendidikan
tersebut dapat dikemukakan secara singkat sebagai berikut
sumbangan masyarakat terhadap pendidikan adalah sebagai
tempat melakukan sosioalisasi, kontrol sosial, pelestarian,
budaya, seleksi pendidikan dan perubahan sosial, serta
sebagai lembaga pendidian. 
4.  Unsur-unsur pendidikan terdiri dari peserta didik, pendidik,
interaksi edukatif antara peserta didik dan pendidik, materi/
isi pendidikan (kurikulum), konteks yang
mempengaruhi pendidikan, alat dan metode, perbuatan pendidik,
dan evaluasi dan tujuan pendidikan. Peserta didik berstatus
sebagai subjek didik.
5. - Pergaulan individual adalah proses interaksi yang dilakukan
oleh individu dengan individu
- Pergaulan kelompok adalah proses interaksi yang dilakukan oleh
individu dengan kelompok
- Pergaulan campuran adalah proses interaksi yang dilakukan oleh
individu dengan individu, proses interaksi yang dilakukan oleh
individu dengan kelompok, atau proses interaksi yang dilakukan oleh
kelompok dengan kelompok. 

Anda mungkin juga menyukai