Makalah Advokasi Keperawatan
Makalah Advokasi Keperawatan
BAB I
PENDAHULUAN
Dewasa ini, banyak definisi umum advokat yang menekankan pentingnya hak-hak pasien
dalam mengambil keputusan. Dalam hal ini, perawat advokat menolong pasien sebagai makhluk
yang memiliki otonomi untuk mengambil keputusan sendiri, yang sesuai dengan keinginan
pasien dan bukan karena pengaruh dari perawat atau tenaga kesehatan lainnya. Pendidikan dan
dukungan kepada pasien diberikan sesuai kebutuhan dan pilihannya. Perawat diharapkan mampu
mengidentifikasi dan mengerti keinginan pasien dan memastikan bahwa keinginan tersebut
merupakan keputusan yang terbaik dari pasien. Jadi, dapat disimpulkan bahwa peran advokat
pasien adalah dasar dari semua peran perawat untuk memberikan asuhan keperawatan dan
dukungan terhadap pasien, dengan melindungi hak pasien dan bertindak atas nama pasien.
(Dewi, 2008)
Selain harus memiliki nilai-nilai dasar di atas, perawat harus memiliki sikap yang baik agar
perannya sebagai advokat pasien lebih efektif. Beberapa sikap yang harus dimiliki perawat,
adalah:
1. Bersikap asertif
Bersikap asertif berarti mampu memandang masalah pasien dari sudut pandang yang positif.
Asertif meliputi komunikasi yang jelas dan langsung berhadapan dengan pasien.
2. Mengakui bahwa hak-hak dan kepentingan pasien dan keluarga lebih utama walaupun ada
konflik dengan tenaga kesehatan yang lain.
3. Sadar bahwa konflik dapat terjadi sehingga membutuhkan konsultasi, konfrontasi atau negosiasi
antara perawat dan bagian administrasi atau antara perawat dan dokter.
4. Dapat bekerjasama dengan tenaga kesehatan lain
Perawat tidak dapat bekerja sendiri dalam memberikan perawatan yang berkualitas bagi pasien.
Perawat harus mampu berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain yang ikut serta dalam
perawatan pasien.
5. Tahu bahwa peran advokat membutuhkan tindakan yang politis, seperti melaporkan kebutuhan
perawatan kesehatan pasien kepada pemerintah atau pejabat terkait yang memiliki
wewenang/otoritas.
F. Tujuan dan Hasil yang Diharapkan dari Peran Advokat Pasien
Tujuan dari peran advokat berhubungan dengan pemberdayaan kemampuan pasien dan
keluarga dalam mengambil keputusan. Saat berperan sebagai advokat bagi pasien, perawat perlu
meninjau kembali tujuan peran tersebut untuk menentukan hasil yang diharapkan bagi pasien.
Menurut Ellis & Hartley (2000), tujuan peran advokat adalah :
1. Menjamin bahwa pasien, keluarga dan tenaga kesehatan lain adalah partner dalam perawatan
pasien. Pasien bukanlah objek tetapi partner perawat dalam meningkatkan derajat kesehatannya.
Sebagai partner, pasien diharapkan akan bekerja sama dengan perawat dalam perawatannya.
2. Melibatkan pasien dalam pengambilan keputusan.
Pasien adalah makhluk yang memiliki otonomi dan berhak untuk menentukan pilihan dalam
pengobatannya. Namun, perawat berkewajiban untuk menjelaskan semua kerugian dan
keuntungan dari pilihan-pilihan pasien.
3. Memiliki saran untuk alternatif pilihan.
Saat pasien tidak memiliki pilihan, perawat perlu untuk memberikan alternatif pilihan pada
pasien dan tetap memberi kesempatan pada pasien untuk memilih sesuai keinginannya.
4. Menerima keputusan pasien walaupun keputusan tersebut bertentangan dengan pengobatannya.
Perawat berkewajiban menghargai semua nilai-nilai dan kepercayaan pasien.
5. Membantu pasien melakukan yang mereka ingin lakukan.
Saat berada di rumah sakit, pasien memiliki banyak keterbatasan dalam melakukan berbagai hal.
Perawat berperan sebagai advokat untuk membantu dan memenuhi kebutuhan pasien selama
dirawat di rumah sakit.
6. Melindungi nilai-nilai dan kepentingan pasien.
Setiap individu memiliki nilai-nilai dan kepercayaan yang berbeda-beda. Sebagai advokat bagi
pasien, perawat diharapkan melindungi nilai-nilai yang dianut pasien dengan cara memberikan
perawatan dan pengobatan yang tidak bertentangan dengan nilai-nilai tersebut.
7. Membantu pasien beradaptasi dengan sistem pelayanan kesehatan.
Saat pasien memasuki lingkungan rumah sakit, pasien akan merasa asing dengan lingkungan
sekitarnya. Perawat bertanggung jawab untuk mengorientasikan pasien dengan lingkungan
rumah sakit dan menjelaskan semua peraturan-peraturan dan hak-haknya selama di rumah sakit,
sehingga pasien dapat beradaptasi dengan baik.
8. Memberikan perawatan yang berkualitas kepada pasien.
Dalam memberikan asuhan keperawatan harus sesuai dengan protap sehingga pelayanan lebih
maksimal hasilnya.
9. Mendukung pasien dalam perawatan.
Sebagai advokat bagi pasien, perawat menjadi pendamping pasien selama dalam perawatan dan
mengidentifikasi setiap kebutuhan-kebutuhan serta mendukung setiap keputusan pasien.
10. Meningkatkan rasa nyaman pada pasien dengan sakit terminal.
Perawat akan membantu pasien melewati rasa tidak nyaman dengan mendampinginya dan bila
perlu bertindak atas nama pasien menganjurkan dokter untuk memberikan obat penghilang nyeri.
11. Menghargai pasien.
Saat perawat berperan sebagai advokat bagi pasien, perawat akan lebih mengerti dan menghargai
pasien dan hak-haknya sebagai pasien.
12. Mencegah pelanggaran terhadap hak-hak pasien.
Perawat sebagai advokat bagi pasien berperan melindungi hak-hak pasien sehingga pasien
terhindar dari tindakan-tindakan yang merugikan dan membahayakan pasien.
13. Memberi kekuatan pada pasien.
Perawat yang berperan sebagai advokat merupakan sumber kekuatan bagi pasien yang
mendukung dan membantunya dalam mengekspresikan ketakutan, kecemasan dan harapan-
harapannya.
Hasil yang diharapkan dari pasien saat melakukan peran advokat (Ellis & Hartley, 2000),
adalah pasien akan :
1. Mengerti hak-haknya sebagai pasien.
2. Mendapatkan informasi tentang diagnosa, pengobatan, prognosis, dan pilihan-pilihannya.
3. Bertanggung jawab atas keputusan yang diambilnya.
4. Memiliki otonomi, kekuatan, dan kemampuan memutuskan sendiri.
5. Perasaan cemas, frustrasi, dan marah akan berkurang.
6. Mendapatkan pengobatan yang optimal.
7. Memiliki kesempatan yang sama dengan pasien lain.
8. Mendapatkan perawatan yang berkesinambungan.
9. Mendapatkan perawatan yang efektif dan efisien.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Advokasi merupakan salah satu peran perawat dan menjadi dasar yang penting dalam
membrikan asuhan keperawatan kepada pasien. Peran perawat sebagai advokat pasien menuntut
perawat untuk dapat mengidentifikasi dan mengetahui nilai-nilai dan kepercayaan yang
dimilikinya tentang peran advokat, peran dan hak-hak pasien, perilaku profesional, dan
hubungan pasien-keluarga-dokter. Di samping itu, pengalaman dan pendidikan yang cukup
sangat diperlukan untuk memiliki kompetensi klinik yang diperlukan sebagai syarat untuk
menjadi advokat pasien.
B. Saran
1. Bagi perawat
Mengaplikasikan teori ini dalam tatanan pemberian pelayana kesehatan kepada masyarakat, dan
melaksanakan peran perawat sebagai advokat utama klien dan penghubung antar profesi
kesehatan demi kepentingan pasien
2. Bagi mahasiswa
Melakukan peneltian terkait tentang advokasi, karena masih banyak hal yang bias dieksplor dan
dikembangkan.
DAFTAR PUSTAKA
TUGAS
ADVOKASI
Disusun oleh :
(A2A006030)
FAKULTAS KESEHATAN
MASYARAKAT
UNIVERSITAS KASIPAH
SEMARANG
2009
A. PENGERTIAN ADVOKASI
Dukungan aktif
Menurut ahli “retorika” (Foss and fose, et al : 1980) advokasi diartikan sebagai upaya
persuasi yang mencakup kegiatan penyadaran, rasionalisasi, argumentasi dan rekomendasi
rindak lanjut mengenai sesuatu hal.
Istilah advocacy
(advokasi) di bidang
kesehatan mulai
digunakan dalam
program kesehatan
masyarakat pertama
kali oleh WHO pada
tahun 1984, sebagai salah satu strategi global Pendidikan atau Promosi Kesehatan.
WHO merumuskan, bahwa dalam mewujudkan visi dan misi Promosi kesehatan secara
efektif menggunakan 3 strategi pokok, yakni :
a. Advokasi
b. Dukungan sosial
c. Pemberdayaan masyarakat.
Strategi global ini dimaksudkan bahwa, dalam pelaksanaan suatu program kesehatan di
dalam masyarakat, maka langkah yang diambil adalah :
a. Melakukan pendekatan atau lobying dengan para pembuat keputusan setempat, agar
mereka ini menerima dan “commited, dan akhirnya mereka bersedia mengeluarkan
kebijakan, atau keputusan-keputusan untuk membantu atau mendukung program
tersebut. Kegiatan inilah yang disebut advokasi. Dalam pendidikan kesehatan para
pembuat keputusan baik pusat maupun daerah.
Tujuan kegiatan ini antara lain : meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku
masyarakat untuk hidup sehat. Dengan kata lain, menampilkan atau memperdayakan
masyarakat dalam kesehatan.
Advokasi diartikan sebagai upaya pendekatan (Approaches) terhadap orang lain yang
dianggap mempunyai pengaruh terhadap hasil keberhasilan suatu program atau kegiatan
yang dilaksanakan
B. SASARAN ADVOKASI
Dimana sasaran primernya adalah masyarakat umum yang menjadi sasaran utama
dalam setiap program kesehatan. Sedangkan sasaran sekundernya adalah para pembuat
keputusan dalam program kesehatan baik ditingkat pusat maupun daerah.
Dalam advokasi peran komunikasi sangat penting, seba dalam advokasi merupakan aplikasi
dari komunikasi inter personal maupun massa yang ditujukan kepada para penentu kebijakan
(policy markers) atau para pembuat keputusan (decission makers) pada semua tingkat dan
tatanan sosial.
1. Jelas (clear) : Pesan yang akan disampaikan kepada sasaran harus disusun sedemikian
rupa sehingga jelas, baik isinya maupun bahasa yang digunakan.
E. TUJUAN ADVOKASI
F. PRINSIP ADVOKASI
Untuk melakukan kegiatn advokasi yang efektif memerlukan argumen yang kuat,
oleh karena itu prinsip advokasi ini akan membahas tentang tujuan, kegiatan , dan
argumentasi-argumentasi advokasi.
komitmen para pembuat keputusan atau penentu kebijakan ditingkat dan di sektor mana
pun terhadap permasalahan kesehatan dan upaya pemecahan permasalahan kesehatan
tersebut.
dukungan konkret yang diberikan oleh para pimpinan institusi di semua tingkat dan
semua sektor yang terkait dalam rangka mewujudkan pembangunan di sektor kesehatan.
diterimanya suatu program oleh masyarakat. Suatu program kesehatan apapun hendaknya
memperoleh dukungan dari sasaran utama program tersebut, yakni masyarakat, terutama
tokoh nasyarakat.
adanya sistem atau organisasi kerja yang memasukkan unit pelayanan atau program
kesehatan dalam suatu sektor pembangunan adalah mengidentifikasi adanya dukungan
sistem.
Adapun metode atau cara dan teknik advokasi untuk mencapai tujuan antara lain :
Seminar atau persentasi yang dihadiri oleh para pejabat lintas program dan lintas
sektoral. Petugas kesehatan menyajikan masalah kesehatan di wilayah kerjanya, lengkap
dengan data dan ilustrasi yang menarik, serta rencana program pemecahanya.
c. Media
Melalui media cetak maupun media elektronik masalah kesehatan disajikan baik dalam
bentuk artikel penyampaian pendapat dan sebagainya.
Di bawah ini ada beberapa hal yang dapat memperkuat argumen dalam melakukan kegiatan
advokasi antara lain:
1. Creadible
kredibilitas adalah suatu sifat pada seseorang atau institusi yang menyebabkan orang atau
pihak lain mempercayainya atau meyakinkan. Karena advokasi bertujuan agar pihak lain,
dalam hal ini para pembuat keputusan meyakini dan mendukung program kesehatan,
maka orang yang akan melakukan advokasi (petugas kesehatan) harus creadible.
Seseorang itu creadible apabila mempunyai 3 sifat, yakni:
b. Autority (otoritas) yakni adanya otoritas atau wewenang yang dimiliki seseorang
berdasarkan aturan organisasi yang bersangkutan.
c. Intergrity (integritas) adalah komitmen seseorang terhadap jabatan atau tanggung jawab
yang diberikan kepadanya.
Seseorang dikatakan credible apabila mempunyai ketiga sifat tersebut. Disamping orang
atau subjek yang credible maka program kesehatan yang akan di advokasikan pun
haruscredible. Artinya program yang ditawarkan atau di ajukan itu harus menyakinkan
para penentu kebijakan atau pembuat keputusan.
Hal ini berarti bahwa program yang diajukan tersebut harus didasari dengan
permasalahan yang utama dan faktual, artinya masalah tersebut memang ditemukan di
lapngan dan penting untuk segera ditangani.
2. Layak
program yang diajukan tersebut baik secara teknik, politik, maupun ekonomi
dimungkinkan atau layak. Secara teknik layak (feasible) artinya program tersebut dapat
dilaksanakan. Artinya dari segi petugas yang akan melaksanakan program tersebut
mempunyai kemampuan yang baik atau cukup.
3. Relevan (relevant)
program yang diajukan tersebut paling tidak harus mencakup 2 kriteria yakni: memenuhi
kebutuhan masyarakat dan benar-benar memecahkan masalah yang dirasakan
masyarakat.
program yang diajukan harus mempunyai urgensi yang tinggi : harus segera dilaksanakan
dn kalau tidak segera dilaksanakan akan menimbulkan masalah yang lebih besar lagi.
program yang diajukan tersebut harus mempunyai prioritas yang tinggi.agar para
pembuat keputusan atau penentu kebijakan menilai bahwa program tersebut mempunyai
prioritas tinggi, diperlukan analisis yang cermat baik terhadap masalhnya sendiri, maupun
terhadap alternatif pemecahan masalah atau program yang akan diajukan.
I. LANGKAH-LANGKAH ADVOKASI
1. Tahap persiapan
d. Dampak ekonomi masalah kesehatan atau penyakit tersebut, yakni kerugian secara
ekonomi dari masalah (penyakit ) tersebut bila tidak segera ditangani.
e. Program atau kegiatan yang diusulkan untuk menanggulangi masalah atau penyakit
tersebut.
2. Tahap pelaksanaan
pelaksanaan advokasi sangat tergantung dari metode atau cara advokasi. Caraadvokasi
yang paling sering digunakan adalah lobbi dan seminar atau persentasi.
3. Tahap penilaian
hasil advokasi yang diharapkan adalah adanya dukungan dari para pembuat keputusan ,
baik dalam bentuk perangkat lunak (software) maupun perangkat keras (hardware). Oleh
sebab itu untuk menilai atau mengevaluasi keberhasilan advokasi dapat menggunakan
indikator-indikator seperti di bawah inin:
o undang-undang
o peraturan pemerintah
o keputusan mentri
10:00 AM.
RINEKA CIPTA
Dan bagi perawat yang ingin menerapkan ini dalam praktek keperawatannya
diharuskan :
Memastikan bahwa loyalitas mereka terhadap institusi atau kolega yang mempekerjakan
mereka tidak mempengaruhi komitmen utama mereka terhadap klien.
Secara hati-hati mengevaluasi antara otonomi (yang didasarkan pada keinginan klien) dan
kesehatan klien itu sendiri.