Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN

PRAKTIKUM FARMAKOLOGI I

PERCOBAAN I

OBAT-OBAT GOLONGAN SISTEM SYARAF OTONOM (SSO)

Nama/ Nim : Agata Tika Sari / 1613015058

Hari/ Tanggal : Rabu, 15 November 2017

Kelas/ Kelompok : SI AI 2016 / 3

Asisten/ Nim : Ismariyah / 1413015039

PRODI S1

LABORATORIUM FARMAKOLOGI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MULAWARMAN 2017


HASIL PENGAMATAN

1. KELOMPOK 1 DAN 2

Nama obat : Efinefrin

Golongan obat : Adrenergik

Dosis pemberian : 0.08 ml

Rute administrasi : I.m ( Intra Muscular)

Lama pengamatan : 30 Menit

Perhitungan dosis :

Tuliskan perhitungan dosis yang diberikan sesuai dengan apa yang Anda kerjakan

Konversi dosis

BBHC
KD = D x FK x BBHCI

32 gram

= 1 mg x 0,0026 x 20 gram

= 0,0416 mg / gram BB

Berat yang ditimbang

 mg 1 mg
x = 10 mL

0,0416 mg x 10 mL
1 mg = x

X = 0,416 mL
Volume yang akan di injeksikan. i.m (0,05)

0,05 mL x
20 gram = 32 gram

1,6 gram x 32 gram


20 gram = x

x = 0,08 mL

Berikan tanda (√) apabila terjadi atau tidak terjadi didasarkan hasil pengamatan yang Anda
lakukan.

NO GEJALA TERJADI TIDAK TERJADI


1 Ataksia √
2 Agresif √
3 Aktif √
4 Diare √
5 Bulu berdiri √
6 Daya mencengkram √
7 Ekor berdiri √
8 Gerakan ekor √
9 Gosokan/belaian √
10 Gerakan melingkar √
11 Warna kulit √
12 Kewspadaan √
13 Katalepsi √
14 Konvulsi √
15 Kerutan otot √
16 Ketakutan √
17 Lakrimasi √
18 Mata melotot √
19 Miosis √
20 Midriasis √
21 Menggeliat √
22 Napas cepat √
23 Napas lambat √
24 Nistagmus √
25 Pengatupan kelopak mata √
26 Pucat √
27 Pasif √
28 Tremor √
29 Paralisis √
30 Reaksi jepit ekor √
31 Refleks berbalik √
32 Refleks telinga √
33 Respon kaget √
34 Salivasi √
35 Urinasi √

2. KELOMPOK 3 DAN 4

Nama obat : Atropin Sulfat

Golongan obat : Antikolinergik

Dosis pemberian : 0,0725 mL

Rute administrasi : I.m ( Intra Muscular)

Lama pengamatan : 30 Menit

Perhitungan dosis :

Tuliskan perhitungan dosis yang diberikan sesuai dengan apa yang Anda kerjakan

Konversi dosis

BBHC
KD = D x FK x BBHCI
29 gram

= 10 mg × 0,0026 x 20 gram

= 0.0377 mg / gram BB

Berat yang ditimbang

0, 0377 mg 1 mg
x = 10 mL

0,0377 mg x 10 mL

x = 1mg

x = 0,377 mL  5 mL

Volume yang akan di injeksikan. i.m (0,05)

29 gram 20 gram
x = 0,05 mL

29 gram x 0,05 mL

x = 20 gram

x = 0,0725 mL

Berikan tanda (√) apabila terjadi atau tidak terjadi didasarkan hasil pengamatan yang Anda
lakukan.

NO GEJALA TERJADI TIDAK TERJADI


1 Ataksia √
2 Agresif √
3 Aktif √
4 Diare √
5 Bulu berdiri √
6 Daya mencengkram √
7 Ekor berdiri √
8 Gerakan ekor √
9 Gosokan/belaian √
10 Gerakan melingkar √
11 Warna kulit √
12 Kewspadaan √
13 Katalepsi √
14 Konvulsi √
15 Kerutan otot √
16 Ketakutan √
17 Lakrimasi √
18 Mata melotot √
19 Miosis √
20 Midriasis √
21 Menggeliat √
22 Napas cepat √
23 Napas lambat √
24 Nistagmus √
25 Pengatupan kelopak mata √
26 Pucat √
27 Pasif √
28 Tremor √
29 Paralisis √
30 Reaksi jepit ekor √
31 Refleks berbalik √
32 Refleks telinga √
33 Respon kaget √
34 Salivasi √
35 Urinasi √

3. KELOMPOK 5 DAN 6

a) Nama obat : Propanolol

Golongan obat : β-blocker

Dosis pemberian : 0,9 mL

Rute administrasi : Per oral

Lama pengamatan : 30 Menit


Perhitungan dosis :

Konversi dosis

BBHC
KD = D x FK x BBHCI
KD  1 0 mg x 0,0026 x 20 gram
20 gram
KD = 0,026 mg / 20 gram BB

Perhitungan Dosis
20 gram 0,5 mL
36 gram = x
0,5 mL x 36 gram

x = 20 gram

x = 0,9 mL
Berikan tanda (√) apabila terjadi atau tidak terjadi didasarkan hasil pengamatan yang Anda
lakukan.

NO GEJALA TERJADI TIDAK TERJADI


1 Ataksia √
2 Agresif √
3 Aktif √
4 Diare √
5 Bulu berdiri √
6 Daya mencengkram √
7 Ekor berdiri √
8 Gerakan ekor √
9 Gosokan/belaian √
10 Gerakan melingkar √
11 Warna kulit √
12 Kewspadaan √
13 Katalepsi √
14 Konvulsi √
15 Kerutan otot √
16 Ketakutan √
17 Lakrimasi √
18 Mata melotot √
19 Miosis √
20 Midriasis √
21 Menggeliat √
22 Napas cepat √
23 Napas lambat √
24 Nistagmus √
25 Pengatupan kelopak mata √
26 Pucat √
27 Pasif √
28 Tremor √
29 Paralisis √
30 Reaksi jepit ekor √
31 Refleks berbalik √
32 Refleks telinga √
33 Respon kaget √
34 Salivasi √
35 Urinasi √

b) Nama obat : Na CMC

Golongan obat : zat tambahan

Dosis pemberian : 0,05 mL

Rute administrasi : Per oral

Lama pengamatan : 30 Menit

Perhitungan dosis :
Tuliskan perhitungan dosis yang diberikan sesuai dengan apa yang Anda kerjakan

Na CMC 1%
b
1% = v
b
1% = 5ml
1
b = 5 ml x 100
b = 0,05 mL

Berikan tanda (√) apabila terjadi atau tidak terjadi didasarkan hasil pengamatan yang Anda
lakukan.

NO GEJALA TERJADI TIDAK TERJADI


1 Ataksia √
2 Agresif √
3 Aktif √
4 Diare √
5 Bulu berdiri √
6 Daya mencengkram √
7 Ekor berdiri √
8 Gerakan ekor √
9 Gosokan/belaian √
10 Gerakan melingkar √
11 Warna kulit √
12 Kewspadaan √
13 Katalepsi √
14 Konvulsi √
15 Kerutan otot √
16 Ketakutan √
17 Lakrimasi √
18 Mata melotot √
19 Miosis √
20 Midriasis √
21 Menggeliat √
22 Napas cepat √
23 Napas lambat √
24 Nistagmus √
25 Pengatupan kelopak mata √
26 Pucat √
27 Pasif √
28 Tremor √
29 Paralisis √
30 Reaksi jepit ekor √
31 Refleks berbalik √
32 Refleks telinga √
33 Respon kaget √
34 Salivasi √
35 Urinasi √

PEMBAHASAN

Bahaslah sesuai dengan apa yang Anda amati dan hubungkanlah dengan teori yang Anda
peroleh dari literatur yang Anda baca

Percobaan ini membahas mengenai efek obat - obat yang berkerja pada sistem saraf
otonom ( SSO ) pada hewan coba. Dimana sistem saraf otonom merupakan sistem saraf
yang tidak dapat di kendalikan oleh kemauan melalui otak. Sistem saraf otonom
mengendalikan beberapa organ dari tubuh seperti jantung, pembuluh darah, ginjal, pupil
mata , lambung dan usus.
Dalam percobaan ini hewan coba yang digunakan adalah mencit .Mencit merupakan
hewan yang jinak, lemah dan mudah untuk di tangani dan mencit memiliki anatomi yang
hampir sama dengan manusia sehingga dalam percobaan kali ini digunakan mencit sebagai
hewan coba untuk mengetahui efek obat - obatan yang berkerja pada sistem saraf otonom.
Sistem saraf otonom dibedakan menjadi dua bagian yaitu sistem saraf Parasimpatik dan
sistem saraf simpatik. Sistem saraf parasimpatik mekanisme kerjanya menggunakan suatu
zat kimia ( neurotransmitter / neurohormon ). Dalam sistem saraf parasimpatik terdapat
senyawa yang dapat memacu dan menghambat saraf simpatik. Senyawa yang dapat
memacu saraf parasimpatik di sebut dengan Parasimpatomimetik atau Kolinergik
sedangkan yang menghambat di sebut dengan Parasimpatolitik atau Antikolinergik. Dan
pada sistem saraf Simpatik senyawa yang memacu saraf simpatik disebut dengan
Adrenergik dan yang menghambat di sebut Antiadrenergik.
Pada percobaan kali ini di gunakan obat Efinefrin, Propanolol, Atropin Sulfat dan Na
CMC ( zat tambahan ). Obatan - obatan ini digunakan untuk melihat efek farmakodinamika
yang di timbulkan saat obat - obatan ini masuk kedalam tubuh hewan coba yang
digunakan. Dalam percobaan ini langkah - langkah pertama yang di lakukan yaitu
menyiapkan alat dan bahan. Setelah siap lalu di timbang mencit yang telah di bagi sesuai
perlakuan yang akan di berikan dan berikan tanda pada mencit pada bagian ekor. Tujuan
dari menimbang mencit yaitu untuk mengetahui berat dari mencit sehingga dapat di
ketahui jumlah obat yang akan di berikan kepada mencit tersebut dan tujuan dari
penandaan agar mudahkan dalam mengamati hewan coba yang mana yang menggunakan
obat tertentu dan dengan perlakuan yang berbeda. Selanjutnya setiap kelompok yang telah
di bagi menjadi tiga kelompok besar melakukan perlakuan kepada mencit sesuai dengan
yang telah di tentukan. Pada kelompok besar pertama 1 dan 2 digunakan obat Efinefrin
yang di gunakan secara Intramuscular. Obat Efinefrin ini diinjeksikan pada bagian paha
mencit bagian kiri maupun kanan. Efinefrin merupakan golongan obat adrenergik sehingga
efek yang dapat ditimbulkan setelah mencit di injeksikan yaitu pupil mata menjadi
membesar,terjadinya vasokontriksi,kontraksi jantung yang meningkat, peristaltik otot
polos lambung menjadi berkurang dan saat efinefrin masuk kedalam tubuh mencit, obat ini
dapat meningkatkan respon kewaspadaan. Berdasarkan pengamatan yang telah di lakukan
hasil yang di peroleh setelah mencit di injeksikan dengan obat efinefrin, efek yang di
timbulkan yaitu mencit menjadi lebih aktif, terjadinya perubahan warna pada kulit,
kewaspadaanya menjadi meningkat, mata mencit melotot,dan terjadi midriasis, takikardi,
pucat dan tremor. Hasil yang di peroleh telah sesuai dengan teori seperti yang telah
diuraiakn di atas.
Selanjutnya kelompok 3 dan 4, pada kelompok ini di gunakan obat Atropin Sulfat
yang di gunakan secara intramuskular seperti pada obat efinefrin. Atropin sulfat
merupakan golongan obat Antikolinergik yang merupakan senyawa yang dapat memacu
sistem saraf simpatik. Obat ini dapat menghambat kerja dari asetilkolin dengan menempati
reseptor - reseptor asetilkolin. Hal ini dapat terjadi karena Atropin memiliki afinitas yang
kuat terhadap reseptor muskarinik dimana obat ini berkerja secara kompetitif yang mampu
mencegah asetilkolin berikatan dengan reseptor muskarinik secara kompetitif, sehingga
obat ini dapat menimbulkan pengaruh terhadap organ - organ jantung, saluran pernapasan,
saluran gastrointestinal, kandung kemih, mata dan kelenjar eksokrin dengan menghambat
saraf Parasimpatis sehingga membuat sistem saraf simpatis menjadi dominan. Pemberian
atropin kepada mencit menyebabkan terjadinya diuresis dan grooming setelah 30 menit
pemberian obat. Hasil yang di peroleh sesuai dengan percobaan yakni tidak terjadi ataksia,
diare, katalepsi, kerutan otot, lakrimasi, miosis, bradikardi, gemetar, pucat ,pasif, saliva
dan urinasi.

Dan pada kelompok 5 dan 6 di gunakan obat Propanolol dan Na CMC yang di
gunakan secara oral. Mencit akan di beri secara oral menggunakan sonde yang memiliki
unjung suntikkan yang tumpul. Cara untuk memberikan obat yaitu pertama tenangkan
terlebih dahulu mencit lalu pegang mencit pada posisi tegak menghadap tubuh kita, lalu
diberikan obat secara oral dengan perlahan agar mencit tidak tersedak. Penggunaan
Propanolon dan Na CMC yaitu untuk melihat efek farmakodinamika yang di timbulkan
dari obat tersebut. Na CMC di berikan kepada mencit hanya sebagai kontrol karena Na
CMC tidak memiliki efek yang berarti atau tidak memiliki zat aktif obat sehingga tidak
mempengaruhi efek tetapi tetap diberikan sebagai kontrol zat asing yang masuk kedalam
tubuh mencit pada waktu tertentu.

Propanolon merupakan obat golongan β-blocker atau obat golongan antiadrenergik


yang berkerja menghambat kerja dari neuorotransmitter utama yaitu nor-efineprin. Efek
tertentu yang di timbulkan oleh propanolon yaitu seperti menurunkan tekanan darah,
mengurangi denyut jantung, vasodilatasi, mengurangi efek glikemia,sebagai antiaritmia,
pengikat asam lemak dalam darah dan menimbulkan bronkokontriksi. Dan propanolon
merupakan penghambat adrenoreseptor beta non selektif sehingga menyebabkan
penurunan kompetensi pada reseptor adrenergik beta sehingga menyebabkan penurunan
efek kronotropik, inotropik dan respon vasodilatasi. Berdasarkan dengan percobaan hasil
yang di peroleh setelah mencit di beri oral dengan obat propanolon, efek yang di timbulkan
yaitu ataksia, agresif, aktif, daya cengkram yang kuat, ekornya berdiri, katalepsi, mata
melotot, midrasi, nafas cepat, pucat dan paralisis.serta reaksi jepit ekor. Dalam percobaan
ini banyak kesalahan. Hal ini mungkin di sebabkan karena pada saat peroralan mencit
masih agak stress dan dosis yang di berikan tidak sesuai akibat dari sonde yang bocor dan
mungkin di sebabkan oleh obat yang belum terabsorbsi semua dalam lambung akibat dari
faktor biologis dari tiap mencit sehingga menghasilkan respon yang berbeda - beda. Faktor
lain juga mungkin disebabkan oleh ketidaktelitian pengamatan oleh praktikan sehingga
respon, onset dan durasi yang dicatat kurang tepat.
Onset dari msing-masing obat secara berturut-turut yakni pada bahan atropine sulfat
mengalami mata merah, tremor, nafas cepat, midriasis, grooming, telinga merah, dan
buang air besar. Hal ini sesuai dengan teori bahwa hasil uji yang terjadi pada mencit
setelah pemberian obat antimuskarinik ini menunjukkan hasil yang sesuai dengan literatur
yaitu efek farmakodinamika dari obat antimuskarinik yaitu grooming dan
midriasis. Bakhkan terdapat efek-efek lainnya disebakan faktor yang dapat menyebabkan
efek berlebih yaitu kemungkinan pemberian larutan stok yang berlebihan.Dan jika obat
yang di berikan kepada mencit melebihi dosis maka akan dapat menyebabkan kelumpuhan
bahkan kematian pada hewan coba akibat dari over dosis.
Dari hasil percobaan maka dapat disimpulkan bahwa masing-masing obat memiliki
efek yang berbeda-beda sesuai dengan mekanisme kerja obat tersebut. Obat atropine sulfat
merupakan senyawa golongan obat antikolinergik yang memberikan efek grooming dan
dan dieresis. Propanolol merupakan obat dengan golongan adrenolitik yang memberikan
efek jantung berdetak lambat,tekanan darah menurun yang dapat diamati pada peredaran
darah yang terdapat pada telinga mencit. Serta obat Efineprin merupakan obat golongan
adrenergik yang memberikan efek menaikkan detak jantung, meningkatkan tekanan darah.
JAWABLAH PERTANYAAN BERIKUT

1. Apakah yang dimaksud dengan sistem saraf otonom ?

Jawab :

Sistem saraf otonom adalah serangkaian organ kompleks dan berkesinambungan terutama
terdiri dari jaringan saraf dan tidak dapat di kendalikan oleh kemauan kita melalui otak.
Sistem saraf otonom mngendalikan atau mengatur kerja dari jantung, pembuluh darah,
ginjal, pupil mata, lambung, dan usus yang berkerja secara tidak sadar( Djamhuri, 2001 ).

Pustaka :
1. Djamhuri, Agus.2001. sinapsis farmakologi. Jakarta : Hipokrates

2. Berdasarkan mekanisme kerjanya. Sistem saraf otonom terbagi menjadi 2, yakni ?

Jawab :
Sistem saraf otonom terbagi menjadi 2 bagian yaitu sistem saraf parasimpatik dan sistem
saraf Simpatik
a) Sistem saraf Simpatik
Sistem saraf Simpatik merupakan sistem saraf yang terletak didepan ruas tulang
belakang. Fungsi sistem saraf ini terutama untuk memacu kerja organ tubuh, walapun
ada beberapa yang yang menghambat kerja organ tubuh. Selain itu berfungsi untuk
memicu meningkatnya detak jantung, memperbesar pupil mata, memperbesar bronkus
sedangkan untuk fungsi yang menghambat anatra lain menghambat kerja alat
pencernaan, ekskresi, dan kontraksi kantung seni. Senyawa yang memicu sistem saraf
simpatik di sebut dengan simpatomimetik atau adrenergik sedagkan yang menghambat
di sebut dengan antiadrenergik.
b) Sistem saraf Parasimpatik
Sistem saraf Parasimpatik merupakan saraf yang memiliki fungki kerja yang
berlawanan dengan sistem saraf simpatik. Sistem saraf parasimpatik mempunyai fungsi,
anatar lainmenghambat detak jantung, mempercepat kerja alat pencernaan, merangsang
ekskresi, dan mempercepat kontraksi kantung seni. Sistem saraf parasimpatik
mekanisme kerjanya menggunakan suatu zat kimia. Senyawa yang memicu saraf
parasimpatik di sebut dengan parasimpatomimetik atau kolinergik sedangkan yang
mengambat di sebut dengan parasimpatolitik atau antikolinergik.
Simpatis dan susunan saraf parasimpatis pada umumnya dikatakan bahwa kedua
kedua susunan ini berkerja secara antagonistis. Bila suatu sistem merintangi fungsi
tertentu,sistem lainnya akan menstimulasinya, tetapi dalam beberapa halkhasiatnya
berlawanan atau bersifat sinergetis ( Gibson, 2002 )
Pustaka :
1. Gibson , Jhon. 2002. Sinopsis Farmakologi. Jakarta : Hipo kores

3. Apakah yang dimaksud dengan simpatomimetik dan simpatolitik ?

Jawab :
a. Simpatomimetik atau adrenergik merupakan senyawa yang memicu saraf simpatik
karena simpatomimetik menyerupai neurontransmiter simpati ( norepinefrin dan
epinefrin)
b. Simpatolitik atau antiadrenergik merupakan senyawa yang menghambat sistem saraf
simpatik karena senyawa ini merupakan antagonis terhadap angonis adrenergik dengan
menghambat reseptor alfa dan beta( Joyce, 1996 ).

Pustaka :
1. Kee,Joyce L. Dan Hayes , Evelyn R.1996.Farmakologi.Pendekatan Proses
Keperawatan. Jakarta:EGC.

4. Apakah yang dimaksud dengan parasimpatomimetik dan parasimpatolitik ?

Jawab :
a. Parasimpatomimetik atau kolinergik merupakan senyawa yang memicu saraf
parasimpatik. Hal itu di karenakan parasimpatomimetik menyerupai neurontransmiter
parasimpatis asetilkolin. Parasimpatomimetik terdapat dua tipe efek yaitu efek
muskarinik dan efek nikotinik.
b. Parasimpatolitik atau antikolinergik merupakan senyawa yang menghambat sistem saraf
simpatik. Karena senyawa ini menghambat kerja dari asetilkolin dengan menempati
reseptor - reseptor dari asetilkolin ( Joyce, 1996 ).

Pustaka :
1. Kee,Joyce L. Dan Hayes , Evelyn R.1996.Farmakologi.Pendekatan Proses
Keperawatan. Jakarta:EGC.

5. Apa neurotransmiter yang berperan pada kerja sistem saraf simpatik dan parasimpatik ?

Jawab :
Neurontrasmiter yang berperan pada kerja sistem saraf simpatik dan parasimpatik adalah
adrenalin dan noradrenalin. Dan neurontrasmiter pada parasimpatik adalah asetilkolin
( Tjay, 2002).

Pustaka :
1. Tjay .T.H. dan K. Rahadrja. 2002. Obat - Obat Penting. Jakarta : Gramedia

6. Apakah contoh obat golongan kolinergik dan anti-kolinergik, serta bagaimana mekanisme
kerja dari obat golongan tersebut ?

Jawab :
a. Golongan adrenergik, contohnya epineprin,dopamin
Mekanisme :
Epinefrin bekerja pada reseptor adrenergic-alfa1, beta1 dan beta2. Respons Dari resptor
ini adalah tekanan darah,dilatasi pupil,meningkatkan denyut jantung.
b. Golongan adrenolitik, contohnya propranolol
Mekanisme:
Obat-baot ini menghambat efek neutransmiter secara langsung dengan menempati
reseptor alfa atau beta atau tidak langsung dengan menghambat
neurotransmitter,epinefrin,norefineprin.( Joyce, 1996).

Pustaka :
1. Kee,Joyce L. Dan Hayes , Evelyn R.1996.Farmakologi.Pendekatan Proses
Keperawatan.Jakarta:EGC.

7. Apakah contoh obat golongan adrenergik dan adrenolitik, serta bagaimana mekanisme kerja
dari obat golongan tersebut ?

Jawab :

a. Contoh obat adrenergic adalah efineprin.


Agonis adrenergik juga dinamakan dengan Adrenomimetik. Obat-obat yang bekerja
dengan cara ini bereaksi dengan reseptor adrenergik, yaitu reseptor adrenergik α &
reseptor adrenergik β. Reseptor α sendiri terdapat 2 tipe, dan reseptor β juga terdapat 2
tipe yang digunakan obat-obat golongan ini untuk berinteraksi.

b. Adrenolitik contohnya propranolol yang bekerja dengan cara menghambat kedua jenis
reseptor beta , propranolol menurunkan denyut jantung dan tekanan darah juga
menyebabkan saluran bronkial mengalami konstraksi dan konstraksi uterus.
(Tjay,2008).

Pustaka :
1. Tjay, T.H. dan Rahardja, K.2008. Obat-Obat Penting Khasiat, Penggunaan dan Efek-
Efek Sampingnya. Edisi 6, 9 : 158-162, Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.

8. Bagaimana contoh nyata aksi kerja simpatik dan parasimpatik pada tubuh manusia ?

Jawab :
Sistem saraf simpatis dan parasimpatis bekerja pada organ-organ yang sama tetapi
menghasilkan respons yang berlawanan agar tercapainya homeostasis(keseimbangan).
Contoh aksi dari kerja simpatik dalam tubuh adalah memompa jantung dan merangsang
sekresi glukosa dalam hati. Contoh dari kerja parasimpatik adalah membantu dalam
mengendalikan proses pencernaan dan ekskresi. ( Pearce, 2002)

Pustaka :
1. Pearce, E. C. 2002. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Gramedia Pustaka Umum.
Jakarta

9. Apakah yang dimaksud dengan inhibitor asetilkolinesterase dan apa tujuan pemberian obat
golongan tersebut ?

Jawab :
Inhibitor asetilkolinesterase atau anti-kolinesterase adalah bahan kimia atau obat yang
menghambat enzim asetilkolinesterase yang memecah asetilkolin, sehingga meningkatkan
baik level dan durasi kerja dari neurotransmitter asetilkolin. Tujuan pemberian obat
tersebut untuk menghambat enzim kolinesterase dan untuk mengobati retensi
urin,menurunkan tekanan intramuscular,mengobati glaucoma.(Erwin dkk, 2012).

Pustaka :
1. Erwin I, Kusuma DI, 2012, Inhibitor Asetilkolinesterase untuk Menghilangkan Efek
Relaksan Otot Non-depolarisasi, Cermin Dunia Kedokteran CDK-193; 39(5); 333-9.

10. Apabila terdapat seseorang yang mengalami kejang yang disebabkan meningkatnya
asetilkolin yang berikatan dengan reseptornya. Obat golongan apakah yang sebaiknya
diberikan ? Mengapa !

Jawab :
Obat yang tepat digunakan untuk seseorang yang mengalami kejang yang di akibatkan oleh
meningkatnya asetilkolin yang berikatan dengan reseptornya adalah obat golongan
antikolinergik yang digunakan untuk menghambat kerja sistem neurotransmitter asetil
kolin contoh obat yang digunakan yakni atropine sulfat. Hal ini dikarenakan obat ini
memiliki tugas dalam menghambat atau mengurangi aktifitas dari asetilkolin atau
persyarafan kolinergik. Obat golongan ini aksinya yaitu mengeblok kanal ion. Sehingga
dapat mengurangi pengeluaran asetilcolin (Nugroho,2012)

Pustaka :
1. Nugroho. Agung Endro, 2012, Farmakologi : Obat-obat penting dalam pembelajaran
ilmu farmasi dan dunia kesehatan, Pustaka Pelajar : Yogyakarta
NILAI

Kehadiran

Responsi

Aktivitas

HJSP

Praktikan, Asisten, Dosen Penanggungjawab,

Anda mungkin juga menyukai