PRAKTIKUM FARMAKOLOGI I
PERCOBAAN I
PRODI S1
LABORATORIUM FARMAKOLOGI
FAKULTAS FARMASI
1. KELOMPOK 1 DAN 2
Perhitungan dosis :
Tuliskan perhitungan dosis yang diberikan sesuai dengan apa yang Anda kerjakan
Konversi dosis
BBHC
KD = D x FK x BBHCI
32 gram
= 1 mg x 0,0026 x 20 gram
= 0,0416 mg / gram BB
mg 1 mg
x = 10 mL
0,0416 mg x 10 mL
1 mg = x
X = 0,416 mL
Volume yang akan di injeksikan. i.m (0,05)
0,05 mL x
20 gram = 32 gram
x = 0,08 mL
Berikan tanda (√) apabila terjadi atau tidak terjadi didasarkan hasil pengamatan yang Anda
lakukan.
2. KELOMPOK 3 DAN 4
Perhitungan dosis :
Tuliskan perhitungan dosis yang diberikan sesuai dengan apa yang Anda kerjakan
Konversi dosis
BBHC
KD = D x FK x BBHCI
29 gram
= 10 mg × 0,0026 x 20 gram
= 0.0377 mg / gram BB
0, 0377 mg 1 mg
x = 10 mL
0,0377 mg x 10 mL
x = 1mg
x = 0,377 mL 5 mL
29 gram 20 gram
x = 0,05 mL
29 gram x 0,05 mL
x = 20 gram
x = 0,0725 mL
Berikan tanda (√) apabila terjadi atau tidak terjadi didasarkan hasil pengamatan yang Anda
lakukan.
3. KELOMPOK 5 DAN 6
Konversi dosis
BBHC
KD = D x FK x BBHCI
KD 1 0 mg x 0,0026 x 20 gram
20 gram
KD = 0,026 mg / 20 gram BB
Perhitungan Dosis
20 gram 0,5 mL
36 gram = x
0,5 mL x 36 gram
x = 20 gram
x = 0,9 mL
Berikan tanda (√) apabila terjadi atau tidak terjadi didasarkan hasil pengamatan yang Anda
lakukan.
Perhitungan dosis :
Tuliskan perhitungan dosis yang diberikan sesuai dengan apa yang Anda kerjakan
Na CMC 1%
b
1% = v
b
1% = 5ml
1
b = 5 ml x 100
b = 0,05 mL
Berikan tanda (√) apabila terjadi atau tidak terjadi didasarkan hasil pengamatan yang Anda
lakukan.
PEMBAHASAN
Bahaslah sesuai dengan apa yang Anda amati dan hubungkanlah dengan teori yang Anda
peroleh dari literatur yang Anda baca
Percobaan ini membahas mengenai efek obat - obat yang berkerja pada sistem saraf
otonom ( SSO ) pada hewan coba. Dimana sistem saraf otonom merupakan sistem saraf
yang tidak dapat di kendalikan oleh kemauan melalui otak. Sistem saraf otonom
mengendalikan beberapa organ dari tubuh seperti jantung, pembuluh darah, ginjal, pupil
mata , lambung dan usus.
Dalam percobaan ini hewan coba yang digunakan adalah mencit .Mencit merupakan
hewan yang jinak, lemah dan mudah untuk di tangani dan mencit memiliki anatomi yang
hampir sama dengan manusia sehingga dalam percobaan kali ini digunakan mencit sebagai
hewan coba untuk mengetahui efek obat - obatan yang berkerja pada sistem saraf otonom.
Sistem saraf otonom dibedakan menjadi dua bagian yaitu sistem saraf Parasimpatik dan
sistem saraf simpatik. Sistem saraf parasimpatik mekanisme kerjanya menggunakan suatu
zat kimia ( neurotransmitter / neurohormon ). Dalam sistem saraf parasimpatik terdapat
senyawa yang dapat memacu dan menghambat saraf simpatik. Senyawa yang dapat
memacu saraf parasimpatik di sebut dengan Parasimpatomimetik atau Kolinergik
sedangkan yang menghambat di sebut dengan Parasimpatolitik atau Antikolinergik. Dan
pada sistem saraf Simpatik senyawa yang memacu saraf simpatik disebut dengan
Adrenergik dan yang menghambat di sebut Antiadrenergik.
Pada percobaan kali ini di gunakan obat Efinefrin, Propanolol, Atropin Sulfat dan Na
CMC ( zat tambahan ). Obatan - obatan ini digunakan untuk melihat efek farmakodinamika
yang di timbulkan saat obat - obatan ini masuk kedalam tubuh hewan coba yang
digunakan. Dalam percobaan ini langkah - langkah pertama yang di lakukan yaitu
menyiapkan alat dan bahan. Setelah siap lalu di timbang mencit yang telah di bagi sesuai
perlakuan yang akan di berikan dan berikan tanda pada mencit pada bagian ekor. Tujuan
dari menimbang mencit yaitu untuk mengetahui berat dari mencit sehingga dapat di
ketahui jumlah obat yang akan di berikan kepada mencit tersebut dan tujuan dari
penandaan agar mudahkan dalam mengamati hewan coba yang mana yang menggunakan
obat tertentu dan dengan perlakuan yang berbeda. Selanjutnya setiap kelompok yang telah
di bagi menjadi tiga kelompok besar melakukan perlakuan kepada mencit sesuai dengan
yang telah di tentukan. Pada kelompok besar pertama 1 dan 2 digunakan obat Efinefrin
yang di gunakan secara Intramuscular. Obat Efinefrin ini diinjeksikan pada bagian paha
mencit bagian kiri maupun kanan. Efinefrin merupakan golongan obat adrenergik sehingga
efek yang dapat ditimbulkan setelah mencit di injeksikan yaitu pupil mata menjadi
membesar,terjadinya vasokontriksi,kontraksi jantung yang meningkat, peristaltik otot
polos lambung menjadi berkurang dan saat efinefrin masuk kedalam tubuh mencit, obat ini
dapat meningkatkan respon kewaspadaan. Berdasarkan pengamatan yang telah di lakukan
hasil yang di peroleh setelah mencit di injeksikan dengan obat efinefrin, efek yang di
timbulkan yaitu mencit menjadi lebih aktif, terjadinya perubahan warna pada kulit,
kewaspadaanya menjadi meningkat, mata mencit melotot,dan terjadi midriasis, takikardi,
pucat dan tremor. Hasil yang di peroleh telah sesuai dengan teori seperti yang telah
diuraiakn di atas.
Selanjutnya kelompok 3 dan 4, pada kelompok ini di gunakan obat Atropin Sulfat
yang di gunakan secara intramuskular seperti pada obat efinefrin. Atropin sulfat
merupakan golongan obat Antikolinergik yang merupakan senyawa yang dapat memacu
sistem saraf simpatik. Obat ini dapat menghambat kerja dari asetilkolin dengan menempati
reseptor - reseptor asetilkolin. Hal ini dapat terjadi karena Atropin memiliki afinitas yang
kuat terhadap reseptor muskarinik dimana obat ini berkerja secara kompetitif yang mampu
mencegah asetilkolin berikatan dengan reseptor muskarinik secara kompetitif, sehingga
obat ini dapat menimbulkan pengaruh terhadap organ - organ jantung, saluran pernapasan,
saluran gastrointestinal, kandung kemih, mata dan kelenjar eksokrin dengan menghambat
saraf Parasimpatis sehingga membuat sistem saraf simpatis menjadi dominan. Pemberian
atropin kepada mencit menyebabkan terjadinya diuresis dan grooming setelah 30 menit
pemberian obat. Hasil yang di peroleh sesuai dengan percobaan yakni tidak terjadi ataksia,
diare, katalepsi, kerutan otot, lakrimasi, miosis, bradikardi, gemetar, pucat ,pasif, saliva
dan urinasi.
Dan pada kelompok 5 dan 6 di gunakan obat Propanolol dan Na CMC yang di
gunakan secara oral. Mencit akan di beri secara oral menggunakan sonde yang memiliki
unjung suntikkan yang tumpul. Cara untuk memberikan obat yaitu pertama tenangkan
terlebih dahulu mencit lalu pegang mencit pada posisi tegak menghadap tubuh kita, lalu
diberikan obat secara oral dengan perlahan agar mencit tidak tersedak. Penggunaan
Propanolon dan Na CMC yaitu untuk melihat efek farmakodinamika yang di timbulkan
dari obat tersebut. Na CMC di berikan kepada mencit hanya sebagai kontrol karena Na
CMC tidak memiliki efek yang berarti atau tidak memiliki zat aktif obat sehingga tidak
mempengaruhi efek tetapi tetap diberikan sebagai kontrol zat asing yang masuk kedalam
tubuh mencit pada waktu tertentu.
Jawab :
Sistem saraf otonom adalah serangkaian organ kompleks dan berkesinambungan terutama
terdiri dari jaringan saraf dan tidak dapat di kendalikan oleh kemauan kita melalui otak.
Sistem saraf otonom mngendalikan atau mengatur kerja dari jantung, pembuluh darah,
ginjal, pupil mata, lambung, dan usus yang berkerja secara tidak sadar( Djamhuri, 2001 ).
Pustaka :
1. Djamhuri, Agus.2001. sinapsis farmakologi. Jakarta : Hipokrates
Jawab :
Sistem saraf otonom terbagi menjadi 2 bagian yaitu sistem saraf parasimpatik dan sistem
saraf Simpatik
a) Sistem saraf Simpatik
Sistem saraf Simpatik merupakan sistem saraf yang terletak didepan ruas tulang
belakang. Fungsi sistem saraf ini terutama untuk memacu kerja organ tubuh, walapun
ada beberapa yang yang menghambat kerja organ tubuh. Selain itu berfungsi untuk
memicu meningkatnya detak jantung, memperbesar pupil mata, memperbesar bronkus
sedangkan untuk fungsi yang menghambat anatra lain menghambat kerja alat
pencernaan, ekskresi, dan kontraksi kantung seni. Senyawa yang memicu sistem saraf
simpatik di sebut dengan simpatomimetik atau adrenergik sedagkan yang menghambat
di sebut dengan antiadrenergik.
b) Sistem saraf Parasimpatik
Sistem saraf Parasimpatik merupakan saraf yang memiliki fungki kerja yang
berlawanan dengan sistem saraf simpatik. Sistem saraf parasimpatik mempunyai fungsi,
anatar lainmenghambat detak jantung, mempercepat kerja alat pencernaan, merangsang
ekskresi, dan mempercepat kontraksi kantung seni. Sistem saraf parasimpatik
mekanisme kerjanya menggunakan suatu zat kimia. Senyawa yang memicu saraf
parasimpatik di sebut dengan parasimpatomimetik atau kolinergik sedangkan yang
mengambat di sebut dengan parasimpatolitik atau antikolinergik.
Simpatis dan susunan saraf parasimpatis pada umumnya dikatakan bahwa kedua
kedua susunan ini berkerja secara antagonistis. Bila suatu sistem merintangi fungsi
tertentu,sistem lainnya akan menstimulasinya, tetapi dalam beberapa halkhasiatnya
berlawanan atau bersifat sinergetis ( Gibson, 2002 )
Pustaka :
1. Gibson , Jhon. 2002. Sinopsis Farmakologi. Jakarta : Hipo kores
Jawab :
a. Simpatomimetik atau adrenergik merupakan senyawa yang memicu saraf simpatik
karena simpatomimetik menyerupai neurontransmiter simpati ( norepinefrin dan
epinefrin)
b. Simpatolitik atau antiadrenergik merupakan senyawa yang menghambat sistem saraf
simpatik karena senyawa ini merupakan antagonis terhadap angonis adrenergik dengan
menghambat reseptor alfa dan beta( Joyce, 1996 ).
Pustaka :
1. Kee,Joyce L. Dan Hayes , Evelyn R.1996.Farmakologi.Pendekatan Proses
Keperawatan. Jakarta:EGC.
Jawab :
a. Parasimpatomimetik atau kolinergik merupakan senyawa yang memicu saraf
parasimpatik. Hal itu di karenakan parasimpatomimetik menyerupai neurontransmiter
parasimpatis asetilkolin. Parasimpatomimetik terdapat dua tipe efek yaitu efek
muskarinik dan efek nikotinik.
b. Parasimpatolitik atau antikolinergik merupakan senyawa yang menghambat sistem saraf
simpatik. Karena senyawa ini menghambat kerja dari asetilkolin dengan menempati
reseptor - reseptor dari asetilkolin ( Joyce, 1996 ).
Pustaka :
1. Kee,Joyce L. Dan Hayes , Evelyn R.1996.Farmakologi.Pendekatan Proses
Keperawatan. Jakarta:EGC.
5. Apa neurotransmiter yang berperan pada kerja sistem saraf simpatik dan parasimpatik ?
Jawab :
Neurontrasmiter yang berperan pada kerja sistem saraf simpatik dan parasimpatik adalah
adrenalin dan noradrenalin. Dan neurontrasmiter pada parasimpatik adalah asetilkolin
( Tjay, 2002).
Pustaka :
1. Tjay .T.H. dan K. Rahadrja. 2002. Obat - Obat Penting. Jakarta : Gramedia
6. Apakah contoh obat golongan kolinergik dan anti-kolinergik, serta bagaimana mekanisme
kerja dari obat golongan tersebut ?
Jawab :
a. Golongan adrenergik, contohnya epineprin,dopamin
Mekanisme :
Epinefrin bekerja pada reseptor adrenergic-alfa1, beta1 dan beta2. Respons Dari resptor
ini adalah tekanan darah,dilatasi pupil,meningkatkan denyut jantung.
b. Golongan adrenolitik, contohnya propranolol
Mekanisme:
Obat-baot ini menghambat efek neutransmiter secara langsung dengan menempati
reseptor alfa atau beta atau tidak langsung dengan menghambat
neurotransmitter,epinefrin,norefineprin.( Joyce, 1996).
Pustaka :
1. Kee,Joyce L. Dan Hayes , Evelyn R.1996.Farmakologi.Pendekatan Proses
Keperawatan.Jakarta:EGC.
7. Apakah contoh obat golongan adrenergik dan adrenolitik, serta bagaimana mekanisme kerja
dari obat golongan tersebut ?
Jawab :
b. Adrenolitik contohnya propranolol yang bekerja dengan cara menghambat kedua jenis
reseptor beta , propranolol menurunkan denyut jantung dan tekanan darah juga
menyebabkan saluran bronkial mengalami konstraksi dan konstraksi uterus.
(Tjay,2008).
Pustaka :
1. Tjay, T.H. dan Rahardja, K.2008. Obat-Obat Penting Khasiat, Penggunaan dan Efek-
Efek Sampingnya. Edisi 6, 9 : 158-162, Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.
8. Bagaimana contoh nyata aksi kerja simpatik dan parasimpatik pada tubuh manusia ?
Jawab :
Sistem saraf simpatis dan parasimpatis bekerja pada organ-organ yang sama tetapi
menghasilkan respons yang berlawanan agar tercapainya homeostasis(keseimbangan).
Contoh aksi dari kerja simpatik dalam tubuh adalah memompa jantung dan merangsang
sekresi glukosa dalam hati. Contoh dari kerja parasimpatik adalah membantu dalam
mengendalikan proses pencernaan dan ekskresi. ( Pearce, 2002)
Pustaka :
1. Pearce, E. C. 2002. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Gramedia Pustaka Umum.
Jakarta
9. Apakah yang dimaksud dengan inhibitor asetilkolinesterase dan apa tujuan pemberian obat
golongan tersebut ?
Jawab :
Inhibitor asetilkolinesterase atau anti-kolinesterase adalah bahan kimia atau obat yang
menghambat enzim asetilkolinesterase yang memecah asetilkolin, sehingga meningkatkan
baik level dan durasi kerja dari neurotransmitter asetilkolin. Tujuan pemberian obat
tersebut untuk menghambat enzim kolinesterase dan untuk mengobati retensi
urin,menurunkan tekanan intramuscular,mengobati glaucoma.(Erwin dkk, 2012).
Pustaka :
1. Erwin I, Kusuma DI, 2012, Inhibitor Asetilkolinesterase untuk Menghilangkan Efek
Relaksan Otot Non-depolarisasi, Cermin Dunia Kedokteran CDK-193; 39(5); 333-9.
10. Apabila terdapat seseorang yang mengalami kejang yang disebabkan meningkatnya
asetilkolin yang berikatan dengan reseptornya. Obat golongan apakah yang sebaiknya
diberikan ? Mengapa !
Jawab :
Obat yang tepat digunakan untuk seseorang yang mengalami kejang yang di akibatkan oleh
meningkatnya asetilkolin yang berikatan dengan reseptornya adalah obat golongan
antikolinergik yang digunakan untuk menghambat kerja sistem neurotransmitter asetil
kolin contoh obat yang digunakan yakni atropine sulfat. Hal ini dikarenakan obat ini
memiliki tugas dalam menghambat atau mengurangi aktifitas dari asetilkolin atau
persyarafan kolinergik. Obat golongan ini aksinya yaitu mengeblok kanal ion. Sehingga
dapat mengurangi pengeluaran asetilcolin (Nugroho,2012)
Pustaka :
1. Nugroho. Agung Endro, 2012, Farmakologi : Obat-obat penting dalam pembelajaran
ilmu farmasi dan dunia kesehatan, Pustaka Pelajar : Yogyakarta
NILAI
Kehadiran
Responsi
Aktivitas
HJSP