Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN

PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK

“EKSTRAKSI ZAT WARNA DAUN BAYAM”

Oleh:
Nama : Berliana Nur Afifah
NIM : 2031410059
Kelas : 1E D3 Teknik Kimia

Dosen Pengampu:
Drs. S. Sigit Udjiana, M.Si

JURUSAN TEKNIK KIMIA - POLITEKNIK NEGERI MALANG


2020
Tanggal Percobaan : Selasa,23 Februari 2021
A. Tujuan
Setelah mengikuti praktikum “EKSTRAKSI ZAT WARNA DAUN BAYAM”, mahasiswa
diharapkan dapat memisahkan warna didalam air dan minyak
B. Dasar Teori
1. Ekstraksi
Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan kandungan senyawa kimia dari jaringan
tumbuhan maupun hewan. Sebelum ekstraksi dilakukan biasanya bahanbahan
dikeringkan terlebih dahulu kemudian dihaluskan pada derajat kehalusan tertentu
(Harborne, 1987 dalam Saati, 2002).
Proses ekstrasi dapat dilakukan berbagai cara tergantung dengan bahan pelarut
yang digunakan. Bahan pelarut yang digunakan dalam ekstrasi zat warna adalah
bahan yang bersifat organik. Pelarut yang sering digunakan dalam proses ekstraksi
yaitu air, etanol, serta petroleum eter.
Dalam melakukan ekstraksi dilakukan perbandingan antara bahan pewarna
dengan pelarut yang sesuai dimana bahan zat warna lebih besar dibanding bahan
pelarut, hal ini bertujuan agar mendapat zat warna yang lebih tua.
Jadi ekstraksi adalah proses pemisahan bahan dengan kandungan yang ada dalam
bahan tersebut. Proses ekstrasi bertujuan agar kandungan dalam bahan dapat
digunakan secara maksimal sesuai dengan kegunaan dari kandungan bahan
tersebut.
Berikut ini adalah langkah-langkah proses ekstraksi untuk mengeksplorasi zat
pewarna alam dalam skala laboratorium (Noof Fitrihana, 2007):
a. Memotong menjadi ukuran kecil – kecil bagian tanaman yang diinginkan
misalnya: daun, batang , kulit atau buah. Bahan dapat dikeringkan dulu maupun
langsung diekstrak. Ambil potongan tersebut seberat 500 gr
b. Memasukkan potongan-potongan tersebut ke dalam panci. Tambahkan air
dengan perbandingan 1:10. Contohnya jika berat bahan yang diekstrak 500gr
maka airnya 5 liter.
c. Merebus bahan hingga volume air menjadi setengahnya (2,5liter). Jika
menghendaki larutan zat warna jadi lebih kental volume sisa perebusan bisa
diperkecil misalnya menjadi sepertiganya. Sebagai indikasi bahwa pigmen
warna yang ada dalam tumbuhan telah keluar ditunjukkan dengan air setelah
perebusan menjadi berwarna. Jika larutan tetap bening berarti tanaman
tersebut hampir dipastikan tidak mengandung pigmen warna.
d. Menyaring dengan kasa penyaring larutan hasil proses ekstraksi tersebut
untuk memisahkan dengan sisa bahan yang diesktrak (residu). Larutan ekstrak
hasil penyaringan ini disebut larutan zat warna alam. Setelah dingin larutan
siap digunakan.
2. Zat Warna
Pewarna Alami adalah zat warna alami (pigmen) yang diperoleh dari tumbuhan,
hewan, atau dari sumber-sumber mineral (Hagermae, 2002). Warna merupakan
hasil dari suatu perangkat kompleks respon faali maupun psikologis terhadap
panjang gelombang tampak, yang jatuh pada retina (selaput jala) mata.
Penginderaan warna ditimbulkan oleh berbagai proses fisis. Hitam dianggap
sebagai ketidakhadiran seluruh jenis gelombang warna. Sementara putih dianggap
sebagai representasi kehadiran seluruh gelombang warna dengan proporsi
seimbang. Jika panjang gelombang dengan rentang (range) sempit jatuh pada
retina akan diamati warna−warna individu (Kristianti, 2008).
Hubungan antara penyerapan cahaya dengan panjang gelombang dikemukakan
dengan menggabungkan hukum Lambert dan Hukum Beer yang didukung oleh
aturan Kubelka−Munk. Berkebalikan dengan teori warna, di dalam teori pigmen
sensasi putih dianggap sebagai absennya seluruh pigmen (Sastrohamidjojo, 1991).
Teori Brewster pertama kali dikemukakan pada tahun 1831. Teori ini
menyederhanakan warna-warna yang ada di alam menjadi 4 kelompok warna,
yaitu warna primer, sekunder, tersier, dan warna netral. Kelompok warna ini
sering disusun dalam lingkaran warna Brewster. Lingkaran warna Brewster
mampu menjelaskan teori kontras warna (komplementer), split komplementer,
triad, dan tetrad .
Pada tahun 1876, Witt menyatakan bahwa molekul zat warna merupakan
gabungan dari zat organik yang tidak jenuh, kromofor sebagai pembawa warna
dan auksokrom sebagai pengikat antara warna dengan serat. Secara lebih luas zat
warna 7 tersusun dari hidrokarbon tak jenuh, Chromogen, Auxocrome dan zat
aditif (migration, levelling, wetting agent).
Zat organik tak jenuh umumnya berasal dari senyawa aromatik dan derivatifnya
(benzene, toluene, xilena, naftalena, antrasena), Fenol dan derivatifnya (fenol,
orto/meta/para kresol), senyawa mengandung nitrogen (piridina, kinolina,
korbazolum) (Robinson, 1991).
Chromogen adalah senyawa aromatik yang berisi Chromopores (Yunani :chroma
“warna”; phoros, “mengemban”) yaitu gugus tak jenuh yang dapat mengalami
transisi → dan n→ . Khromofor merupakan zat pemberi warna yang berasal dari
radikal kimia, seperti; kelompok nitroso: −NO, kelompok nitro: −NO2, kelompok
azo: −N=N, kelompok etilin: >C=C<, kelompok karbonil: >C=O, kelompok
carbon−nitrogen: >C=NH dan −CH=N−, kelompok belerang: >C=S dan >C−S−S−C<.
Macam−macam zat warna dapat diperoleh dari penggabungan radikal kimia
tersebut dengan senyawa kimia lain. Sebagai contoh kuning jeruk (orange)
diperoleh dari radikal ethylene yang bergabung dengan senyawa lain membentuk
hydrokarbon dimethyl fulvene. Auxochrome, (Yunani; auxanein, “meningkatkan”)
yaitu gugus yang tidak dapat menjalani transisi → tetapi dapat menjalani transisi
elektron n. Merupakan gugus yang dapat meningkatkan daya kerja khromofor
sehingga optimal dalam pengikatan. Auksokrom terdiri dari golongan kation yaitu
−NH2, −NHMe, −NMe2 seperti − +NMe2Cl− , dan golongan anion yaitu SO3H−, −OH,
−COOH, seperti −O−, −SO3−. Auxochrome juga merupakan radikal yang
memudahkan terjadinya pelarutan: −COOH atau –SO3H. Dapat juga berupa
kelompok pembentuk garam: −NH2 atau –OH.
Kebanyakan zat organik berwarna adalah hibrida resonansi dari dua struktur atau
lebih.Penggolongan zar warna dapat dikatagorikan bermacam-macam menurut
parameter yang dijadikan rujukan, sebagai contoh penggolongan zat warna
berdasarkan cara diperolehnya, yaitu:
a. Zat warna alam, diperoleh dari alam yaitu bersal dari hewan (lac dyes) ataupun
tumbuhan dapat berasal dari akar, batang, daun, buah, kulit dan bunga.
Contohnya: hematoxylin dan carmin.
b. Zat warna sintetis adalah zat warna buatan (zat warna kimia). Contohnya: bacis
fuchsin.
Hennek membagi zat warna menjadi dua bagian menurut warna yang
ditimbulkannya yaitu:
a. Zat warna monogenetik, apabila memberikan hanya satu warna.
b. Zat warna poligenetik, apabila memberikan beberapa jenis warna.
Berdasarkan perbedaan struktur kimianya, zat warna dibedakan menjadi enam
yaitu:
a. Triphenil methane yaitu zat warna yang merupakan derivat dari 3 atom
hidrogen dari methane diganti oleh 3 cincin phenyl. Contohnya: bacis fuchsin,
dahlia (Hofman violet), acid fuchsin, dan methyl blue.
b. Xanthene yaitu zat warna yang mempunyai molekul terdiri dari cincin
quinonoid yang dihubungkan dengan cincin nonquinonoid oleh atom−atom C
dan O. Contohnya: eosin Y.
c. Thiazine yaitu zat warna yang molekulnya mengandung cincin quinonoid yang
dihubungkan dengan nonquinonoid melalui atom−atom N dan S.
Contohnya:thionine.
d. Azine yaitu zat warna yang mengandung cincin orthoquinonoid yang
dihubungkan dengan bentuk cincin lainnya melalui 2 atom N.
Contohnya:safranin.
e. Azo yaitu zat warna yang mempunyai chromophore −N═N−, yang terikat pada
sebuah rantai quinonoid yang terletak pada suatu tempat didalam molekul.
Contohnya: orange G, biebrich scarlet dan chlorazol black E.
f. Nitro yaitu zat warna yang mengandung chromophore –NO2. Contohnya: picric
acid.
3. Bayam
Merupakan tumbuhan yang biasa ditanam untuk dikonsumsi daunnya sebagai
sayuran hijau. Tumbuhan ini berasal dari Amerika tropik namun sekarang tersebar
ke seluruh dunia. Tumbuhan ini dikenal sebagai sayuran sumber zat besi yang
penting. Bayam relatif tahan terhadap pencahayaan langsung karena merupakan
tumbuhan C4. Batang berair dan kurang berkayu. Daun bertangkai, berbentuk
bulat telur, lemas, berwarna hijau, merah, atau hijau keputihan. Bunga tersusun
majemuk tipe tukal yang rapat, bagian bawah duduk di ketiak, bagian atas
berkumpul menjadi karangan bunga di ujung tangkai dan ketiak percabangan.
Bijinya berwarna hitam, kecil dan keras. Bayam sebagai sayur hanya umum
dikenal di Asia Timur dan Asia Tenggara, sehingga disebut dalam bahasa Inggris
sebagai Chinese amaranth. Di Indonesia dan Malaysia, bayam sering disalahartikan
menjadi "spinach" dalam bahasa Inggris (mungkin sebagai akibat penerjemahan
yang dalam film kartun Popeye), padahal nama itu mengacu ke jenis sayuran daun
lain - lihat Bayam (Spinacia). Di tingkat konsumen, dikenal dua macam bayam
sayur: bayam petik dan bayam cabut. Bayam petik berdaun lebar dan tumbuh
tegak besar (hingga dua meter) dan daun mudanya dimakan terutama sebagai
lalapan(misalnya pada pecel, gado-gado), urap, serta digoreng setelah dibalur
tepung.

Kandungan besi pada bayam relatif lebih tinggi daripada sayuran daun lain (besi
merupakan penyusun sitokrom, protein yang terlibat dalam fotosintesis) sehingga
berguna bagi penderita anemia. Beberapa kultivar A. tricolor memiliki daun
berwarna merah atauputih dan dipakai sebagai tanaman hias, meskipun dapat
pula disayur. Jenis tanaman hias lainnya adalah A. caudatus karena tandan
bunganya berwarna merah panjang menggantung seperti ekor. Di tempat asalnya,
bayam dimanfaatkan bijinya (bayam biji) sebagai sumber karbohidrat. Daun
bayam mempunyai kandungan klorofil yang tinggi, sehingga laju fotosintesisnya
juga tinggi. Selain mengandung serat, bayam juga kaya betakaroten. 1 gelas bayam
yang sudah dipetik bisa memenuhi 70% kebutuhan betakaroten per hari.
Betakaroten (vitamin A), ditambah vitamin C membuat bayam bersifat antioksidan
yang baik. Bayam juga mengandung asam folat, zat besi, dan seng. Berikut
Komposisi Kimia dalam 100 gr bayam dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Komposisi Kimia dalam Bayam
Kandungan Gizi Kadar
Energi (kkal) 36
Protein (gr) 3,5
Serat (gr) 0,8
Karbohidrat (gr) 6,5
Kalsium (mg) 276
Fosfor (mg) 67
Zat Besi (mg) 3,9
Vitamin A (IU) 6090
Vitamin B1 (mg) 0,08
Vitamin C (mg) 80
Sumber Informasi Gizi : Berbagai publikasi Kementerian Kesehatan
Republik

C. Alat dan Bahan


 Botol UC-1000
 Blender
 Penyaring
 Daun Bayam
 Minyak Goreng
 Air
D. Prosedur Kerja

Penghancuran Daun bayam hijau ke dalam blender yang


telah diberi air

Penyaringan Daun bayam yang telah diblender disaring dan


diambil airnya saja

Penyiapan minyak dalam botol

Minyak goring bening dituangkan pada


Penuangan
botol sebanyak sepertiga volume botol

Penuangan air saringan Air saringan sayur bayam dituangkan


pada botol berisi minyak

Pengocokan dengan
kuat-kuat Botol berisi minyak dan air saringan

Pendiaman dan Hingga terjadi pemisahan


Pengamatan

HASIL
E. Data Hasil Pengamatan
Keadaan sebelum dikocok
Terlihat perbedaan warna antara minyak dan ekstrak daun
bayam, masih terlihat terpisah.
Warna minyak masih jernih dan terdapat sedikit gelembung,
namun belum tercampur dengan ekstrak daun bayam.

Keadaan sesaat setelah dikocok kuat-kuat.


Terlihat percampuran warna dan percampuran zat antara minyak
dan ekstrak daun bayam.
Warna hijau tua memudar dan bersatu dengan warna minyak.

Keadaan didiamkan setelah kurang lebih 3 menit.


Terlihat kembali mulai terjadi perbedaan warna dan seperti
terbentuk dua lapisan.

Keadaan setelah didiamkan semalaman atau kurang lebih 12


jam.
Warna hijau ekstrak daun bayam kembali turun dan kembali
ke warna semula yaitu hijau tua. Sementara, warna minyak
menjadi lebih jernih daripada setelah beberapa menit
dikocok.
F. Pembahasan
Pada praktikum kimia organik “Ekstraksi Zat Warna Daun Bayam” yang
bertujuan agar mahasiswa dapat memisahkan warna didalam air dan minyak ini
menggunakan metode maserasi. Metode maserasi sendiri adalah proses penyarian
simplisa menggunakan pelarut dengan perendaman dan beberapa kali pengocokan
atau pengadukan pada temperature ruangan atau kamar.
Percobaan menggunakan beberapa alat dan bahan. Alat tersebut antara lain
adalah blender sebagai pengaduk dan penghancur daun bayam dan menyampurnya
dengan air untuk mendapat ekstraknya, kemudian penyaring untuk menyaring daun
bayam yang telah di-blender, dan yang terakhir adalah botol sebagai wadah untuk
melakukan pengocokan atau pencampuran ekstrak daun bayam dan minyak untuk
diamati hasilnya..
Sementara itu, bahan yang digunakan tentunya adalah daun bayam, yaitu bahan
utama yang diambil ekstraknya sebagai zat warna, selain itu adalah minyak. Minyak
digunakan sebagai pelarut. Kemudian adalah air juga sebagai pelarut dan pengencer
daun bayam ketika diambil zat warnanya.
Prosedur kerja pertama yang dilakukan adalah penyiapan alat dan bahan.
Kemudian dilakukan penghancuran daun bayam yang akan diambil zat warnanya
menggunakan blender yang telah diisi air sebagai pelalrut. Menghancurkan daun
bayam ini dilakukan selama beberapa menit hingga terlihat bahwa telah larut dalam
air. Setelah dirasa homogen. Penghancuran dihentikan.
Prosedur kedua yaitu penyaringan. Hasil dari pem-blender-an daun bayam
disaring menggunakan saringan hingga hanya diambil air yang berwarna hijau.
Kemudian, botol UC-1000 yang telah disiapkan diisi minyak hingga sepertiga volume
botol. Selanjutnya, hasil dari ekstrak daun bayam dituangkan ke dalam botol berisi
minyak.
Prosedur berikutnya, botol yang telah berisi minyak dan ekstrak dikocok kuat-
kuat. Selama sebelum dikocok, saat dikocok, dan setelah dikocok, perubahan warna
selalu diamati dan dicatat hasilnya..
Setelah melakukan praktikum ini, didapatkan beberapa data hasil percobaan.
Hasil percobaan tersebut disajikan dalam bentuk gambar. Dari data, didapatkan
bahwa pada saat sebelum dikocok, terdapat perbedaan dengan jelas antara minyak
dengan air bayam. Kemudian sesaat setelah dikocok, warna menyatu dan tidak ada
batas seperti sebelumnya. Namun, setelah beberapa waktu didiamkan, lapisan
berupa perbedaan warna kembali terbentuk. Hal ini menunjukkan bahwa, air dengan
minyak tidak dapat saling larut melarutkan.
Air dapat melarutkan zat warna dari daun bayam, ditunjukkan dengan hasil
penghancuran daun bayam berwarna hijau. Akan tetapi, minyak tidak dapat
melarutkan zat warna dan air dari daun bayam sebaik air. Dapat dilihat, bahwa warna
minyak mulai kembali meskipun tidak seperti semula dan berwarna sedikit hijau.
Percobaan ini menunjukkan bahwa air dan minyak tidak dapat saling
melarutkan . Perbedaan massa jenis antara air dan minyak membuat terbentuknya
kembali dua lapisan, yaitu lapisan minyak di atas dan lapisan air daun bayam berada
di bawah. Hal ini disebabkan karena massa jenis minyak lebih kecil daripada massa
jenis air.
Dapat diketahui dari percobaan tersebut, bahwa air dan minyak sama-sama
dapat mengekstrak zat warna dari daun bayam, tetapi dengan kemampuan yang jauh
berbeda. Air memiliki kemampuan yang sangat baik dalam mengekstrak zat warna
daun dengan ditunjukkan oleh perubahan warna dari jernih ke hijau, atau dapat
dikatakan zat warna dari daun bayam dapat larut dengan mudah. Sementara, minyak
memiliki kemampuan yang kurang baik dalam mengekstrak zat warna dari daun
bayam. Itu ditunjukkan dengan hanya sedikit zat warna yang dapat larut sehingga
warna dari minyak hanya megandung sedikit sekali warna hijau.

G. Kesimpulan
Pada praktikum kimia organik “Ekstraksi Zat Warna Daun Bayam” dapat
disimpulkan bahwa ekstraksi dapat dilakukan dengan sederhana menggunakan
metode maserasi. Percobaan ini menunjukkan bahwa air dan minyak tidak dapat
saling melarutkan, tetapi keduanya dapat mengekstrak zat warna meskipun dengan
kemampuan yang berbeda. Hal ini dilihat dari terbentuknya kembali lapisan antara
minyak dan air. Air lebih mudah dan lebih baik dalam mengekstrak zat warna dari
daun bayam dibandingkan minyak. Hal tersebut dilihat dari perubahan warna dari
masing masing baik air maupun minyak. Air dari jernih menjadi hijau tua karena
melarutkan zat warna dengan mudah. Minyak juga mengalami perubahan warna dari
jernih menjadi hijau muda karena mengekstrak sedikit zat warna dari daun bayam.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2014. Bayam. http://id.wikipedia.org/wiki/Bayam. 24 Februari 2021


Putra, A. 2014. Ekstraksi Zat Warna Alami dari Bonggol Tanaman Pisang. [Laporan Akhir].
Bali(ID): Universitas Udayana
Fitrihana, Noor. 2017. Teknik Eksplorasi Zat Pewarna Alam dari Tanaman di Sekitar
Kita Untuk Pencelupan Bahan Tekstil. http://staffnew.uny.ac.id
Hagermae, A. E., 2002, Tannin chemistry,
http://www.users.muohio.edu/hagermae/tannin.pdf,
Kristianti, A. N., 2008, Buku Ajar Fitokimia, Airlnggan University Press, Surabaya
Sastrohamidjojo, H., 1991, Spektroskopi, Liberty, Yogyakarta
Saati, E.A. 2002. Potensi Bunga Pacar Air (Impatiens Balsamina Linn.) Sebagai
Pewarna Alami Pada Produk Minuman. Majalah Tropika Vol 10. Hal 2.
Robinson, T., 1991, Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi, Penerbit ITB, Bandung
THERESIA, DEBY (2014) EKSTRAKSI KLOROFIL DAUN KATUK, BAYAM, DAN KANGKUNG
SERTA UJI STABILITAS WARNA MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETER VIS. Other
thesis, Politeknik Negeri Sriwijaya
LAMPIRAN
DOKUMENTASI KEGIATAN

Alat Bahan Minyak sebanyak sepertiga botol

Penghancuran Penyaringan Sebelum dikocok

Setelah dikocok Setelah didiamkan 3 menit Setelah didiamkan 12 jam

Anda mungkin juga menyukai