TINJAUAN PUSTAKA
Warna merupakan salah satu aspek penting dalam hal penerimaan konsumen terhadap
suatu produk pangan. Warna dalam bahan pangan dapat menjadi ukuran terhadap mutu, warna
juga dapat digunakan sebagai indicator kesegaran atau kematangan Winarno (1992) juga
menambahkan bahwa apabila suatu produk pangan memeliki nilai gizi yang baik, enak, dan
tekstur yang sangat baik akan tetapi jika memiliki warna yang tidak sedap dipandang akan
memberi kesan bahwa produk pangan tersebut telah menyimpang (Winarno, 1992).
pangan adalah zat yang digunakan untuk memberikan atau meningkatkan warna suatu produk
pangan, sehingga menciptakan image tertentu dan membuat produk lebih menarik. Definisi yang
diberikan oleh Depkes 1999 lebih sederhana, yaitu Bahan Tambahan Pangan (BTP) dapat
memperbaiki atau memberi warna pada pangan (Wijaya dan Mulyono, 2009).
Zat pewarna merupakan suatu bahan kimia baik alami maupun sintetik yang memberikan
warna. Berdasarkan sumbernya, zat pewarna untuk makanan dapat diklasifikasikan menjadi
pewarna alami dan sintetik (Winarno, 1992). Pewarna alami yaitu zat warna yang diperoleh dari
hewan sperti: warna merah muda pada flamingo dan ikan salem sedangkan dari tumbuh-
tumbuhan seperti: caramel, coklat dan daun suji. Pewarna buatan sering juga disebut dengan zat
arna sintetik. Proses pembuatan zat warna sintetik ini biasanya melalui perlakuan pemberian
asam sulfat atau asam nitrat yang seringkali terkontaminasi oleh arsen atau logam berat lain yang
Umumnya zat warna alam terbentuk dari kombinasi tiga unsur, yaitu karbon, hydrogen,
dan oksigen, tetapi ada beberapa zat warna yang mengandung unsur lain seperti nitrogen pada
indigotin dan magnesium pada klorofil. Jaringan tumbuhan seperti bunga, batang, kulit, kayu,
biji, buah, akar dan kayu mempunyai warna-warna karakteristik yang disebut pigen dalam botani
Zat warna alam untuk bahan tekstil pada umumnya diperoleh dari hasil ekstrak berbagai
bagian tumbuhan seperti akar, kayu, daun, biji, ataupun bunga. Pengrajin batik telah banyak
mengenal tumbuhan-tumbuhan yang dapat mewarnai bahan tekstil bebrapa diantaranya adalah:
daun pohon nila (indofera), kulit pohon soga tingi (Ceriops candolleana arn), kayu tegeran
(Cudraina javanensis), kunyit (Curcuma), the (tea), akar mengkudu (Morinda citrifelia), kulit
soga jambal (Pelthophorum ferruginum), kesumba (Bixa orelana), daun jambu biji (Psidium
2.2 Pisang
Salah satu kekayaan Indonesia yang dapat dimanfaatkan sebagai zat warna alam,
misalnya pisang. Pisang dikonsumsi bukan saja sebagai tambahan makanan pokok, akan tetapi di
beberapa negara, pisang dikonsumsi sebagai makanan pokok. Manusia telah mengkonsumsi
pisang sejak zaman dahulu kala. Kata pisang berasal dari bahasa Arab, yaitu musa yang oleh
Antonius Musa, yaitu seorang dokter pribadi kaisar Romawi (Octaviani Agustinus) yang
menganjurkan untuk memakan pisang. Itulah sebabnya dalam bahasa latin, pisang disebut
sebagai Musa paradisiaca. Berdasarkan sejarah, pisang berasal dari Asia Tenggara yang oleh
para penyebar agama Islam disebarkan ke Afrika Barat, Amerika Selatan dan Amerika Tengah.
Selanjutnya pisang menyebar ke seluruh dunia, meliputi daerah tropis dan subtropis (Astawan,
Divisi : Plantae
Sub-Divisio : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Zingiberales
Famili : Musaceae
Genus : Musa
Batang pisang yang berupa batang semu berpelepah berwarna hijau sampai coklat.
Jantung pisang yang merupakan bunga pisang berwarna merah tua keunguan. Di bagian
dalamnya terdapat bakal pisang. Bonggol pisang, yakni bagian terbawah berwarna coklat dari
batang semu yang berada di dalam tanah, mengandung banyak cairan yang bersifat menyejukkan
dan berkhasiat menyembuhkan (Astawan, 2008). Batang pisang ditebang, sampai dekat
bonggolnya, kemudian pada bagian bonggol itu dikeruk seperti ceruk. Dibiarkan semalam,
besoknya sudah ada air menggenang. Air itulah yang digunakan untuk minum oleh orang Palue
(Annapurna, 2008). Bonggol pisang dimanfaatkan untuk menetralkan tanah yang tingkat
keasamannya tinggi. Bonggol pisang mengandung unsur kalsium sebanyak 49% (Sumanta,
2007).
Tanda kematangan pertama pada kebanyakan buah adalah hilangnya warna hijau.
Kandungan kklorofil buah yang sedang masak lambat laun berkurang. Pada umumnya sejumlah
zat warna hijau tetap terdapat dalam buah, terutama dalam jaringan bagian dalam buah.
Perubahan warna merupakan perubahan yang paling menonjol pada waktu pemasakan. Di
samping terjadi perombakan kklorofil, dalam proses ini terjadi pula sintesa dari pigmen tertentu,
seperti karotenoid dan flavonoid. Karena terjadi perombakan/degradasi dari kklorofil, maka
karotenoid yang sudah ada tetapi tidak nyata menjadi nyata dan buah berubah menjadi berwarna
kuning. Terjadinya warna kuning pada pisang disebabkan karena hilangnya kklorofil dan
2.3 Ekstraksi
Ekstraksi adalah metode umum yang digunakan untuk mengambil produk dari bahan
alami, seperti jaringan tumbuhan, hewan, mikroorganisme, dan sebagainya. Ekstraksi dapat
dianggap sebagai langkah awal dalam rangkaian kegiatan pengujian aktivitas biologi tumbuhan
yang dianggap atau diduga mempunyai pengaruh biologi pada suatu organisme. Untuk menarik
komponen non polar dari suatu jaringan tumbuhan tertentu dibutuhkan pelarut non polar, seperti
petroleum eter atau heksana, sedangkan untuk komponen yang lebih polar dibutuhkan pelarut
yang lebih polar juga, seperti etanol atau metanol (Dadang dan Prijono 2008).
Pemabagian metode ekstraksi menurut DitJen POM (2000) yaitu ada du acara yaitu cara
a. Cara dingin
1. Maserasi
beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan (kamar). Cairan penyari
akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif yang
akan larut, karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dan di luar
b. Cara Panas
1. Refluks
Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya, selama waktu
tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik.
2. Sokletasi
Sokletasi adalah ekstraksi dengan menggunakan pelarut yang selalu baru dan yang
umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstrak kontinu dengan jumlah pelarut
Warna adalah salah satu kriteria untuk mengidentifikasi suatu objek. Pada analisis
spektrokimia, spektrum radiasi elektromagnetik digunakan untuk menganalisis spesies kimia dan
E = hv, dimana E adalah energi foton, v adalah frekuensinya, sedangkan h adalah tetapan Planck
(6,624 x 10-27 erg detik). Suatu foton memiliki energi tertentu dan dapat menyebabkan transisi
tingkat energi suatu atom atau molekul. Karena tiap spesies kimia mempunyai tingkat-tingkat
energi yang berbeda, maka transisi perubahan energinya juga berbeda. Berarti suatu spektrum
yang diperoleh dengan memplot beberapa fungsi frekuensi terhadap frekuensi radiasi
elektromagnetik adalah khas untuk spesies kimia tertentu dan berguna untuk identifikasi.
Dasar analisis spektroskopi adalah interaksi radiasi dengan spesies kimia. Selama analisis
spektrokimia, perlu sekali digunakan cahaya dari satu panjang gelombang, yaitu radiasi
Pada metode kolorimetri merupakan salah satu metode yang didasarkan pada penyerapan
sinar tampak dengan energi radiasi lain oleh suatu larutan. Metode ini didasarkan atas hukum
Hubungan antara absorbsi radiasi dan panjang jalan melalui medium yang menyerap
pertama kali dirumuskan oleh Bouguer (1729), meskipun kadang-kadang berasal dari Lambert
(1768). Bila dibayangkan sebuah medium penyerap yang homogen, seperti suatu larutan kimia
menjadi lapisan-lapisan maya masing-masing dengan ketebalan yang sama. Jika suatu sinar
monokromatis (yaitu radiasi dari satu panjang gelombang tunggal) diarahkan melewati medium,
maka diketahui bahwa tiap lapisan menyerap bagian yang sama dari radiasi, atau tiap lapisan
mengurangi tenaga radiasi sinar dengan bagian yang sama. Umpamakan lapisan pertama
menyerap separuh dari radiasi yang jatuh diatasnya. Maka lapisan kedua akan menyerap separuh
dari radiasi yang keluar dari lapisan kedua ini akan bernilai seperempat dari tenaga semula dari
Menurut Hukum Bouguer apabila kita meningkatkan tebal medium secara tak terhingga,
maka tenaga radiasi yang ditransmisikan harus mendekati nol. Tetapi tidak dapat turun menjadi
nol, jika sebagian yang nyata tidak diserap sama sekali (Day & Underwood, 2004).
eksponensial dalam tenaga transmisi dengan suatu peningkatan aritmatik dalam konsentrasi.
Hukum Beer dapat digunakan dengan tepat hanya untuk radiasi monokromatik dan sifat macam
zat yang menyerap ditetapkan di atas jangkauan konsentrasi yang bersangkutan (Day &
Underwood, 2004).
A=abc
a. Jika suatu berkas radiasi monokromatik yang sejajar jatuh pada medium pengabsorpsi
pada sudut tegak lurus setiap lapisan yang sangat kecilnya akan menurunkan intensitas
berkas.
b. Jika suatu cahaya monokromatis mengenai suatu medium yang transparan, laju
c. Intensitas berkas sinar monokromatis berkurang secara eksponensial bila konsentrasi zat
Menurut hukum Bouguer-Beer, suatu grafik dari absorbans terhadap konsentrasi molar
akan merupakan garis lurus. Akan tetapi seringkali pengukuran pada sistem kimia yang
sesungguhnya menghasilkan grafik yang tidak linier pada jangkauan konsentrasi yang diinginkan
Hukum ini dapat berlaku hanya bila berkas monokromatis yang digunakan. Sinar
polikromatis dapat menyebabkan makin melebarnya pita radiasi sehingga akan menjadi
penyimpangan yang lebih besar. Penyimpangan jelas akan teramati pada konsentrasi lebih besar
pada kurva absorbansi terhadap konsentrasi. Kurva akan mulai melengkung pada daerah
konsentrasi tinggi. Penyimpangan negatif dapat menyebabkan kesalahan relatif yang makin
2.5 Tanin
Tanin merupakan senyawa aktif metabolit sekunder yang diketahui mempunyai beberapa
khasiat yaitu sebagai astringen, anti diare, anti bakteri dan antioksidan. Tanin merupakan
komponen zat organik yang sangat kompleks, terdiri dari senyawa fenolik yang sukar dipisahkan
dan sukar mengkristal, mengendapkan protein dari larutannya dan bersenyawa dengan protein
tersebut (Desmiaty et al., 2008). Tanin memiliki peranan biologis yang kompleks mulai dari
pengendap protein hingga pengkhelat logam. Tanin juga dapat berfungsi sebagai antioksidan
Tanin adalah pigmen alami larut air yang secara alami terdapat pada berbagai jenis
tumbuhan, salah satunya pada buah Rhizopora mucronata. Tanin yang merupakan pigmen
pewarna alami berupa zat pewarna coklat, memiliki rasa pahit dan kelat, yang bereaksi dengan
dan menggumpalkan protein, atau berbagai senyawa organik lainnya termasuk asam amino dan
alkaloid. Semua jenis tanin dapat larut dalam air, kelarutannya besar dan akan bertambah besar
Tanin diklasifikasikan dalam 2 kelas, yaitu tanin terhidrolisis dan tanin terkondensasi.
Pada Gambar 1 dperlihatkan salah satu contoh rumus bangun tanin terhidrolisis dan tanin
terkondensasi
Ekstraksi tanin biasanya dilakukan secara batch yaitu ekstraksi yang dilakukan secara bertahap.
Cara ini merupakan cara yang paling sederhana, yaitu dengan menambahkan pelarut pengekstraksi yang
tidak bercampur dengan pelarut semula kemudian dilakukan pengadukan sehingga terjadi kesetimbangan
2.6 Flavonoid
Flavonoid adalah suatu kelompok senyawa fenol terbesar ditemukan di alam (Harborne.,
1987). Flavonoid yang ditemukan Fowler dkk. (2009) menunjukkan aktivitas biokimia misalnya
antioksidan, antivirus, antibakteri, dan anti kanker. Senyawa- senyawa ini merupakan zat warna
merah, ungu dan biru dan sebagai zat warna kuning yang ditemukan dalam tumbuh tumbuhan
(Markham, 1988). Golongan flavonoid memiliki kerangka karbon yang terdiri atas dua cincin
benzene tersubstitusi yang disambungkan oleh rantai alifatik tiga karbon. Pengelompokan
flavonoid berdasarkan pada cincin heterosiklik- oksigen tambahan dan gugus hidroksil yang
tersebar (Robinson, 1995). Golongan terbesar flavonoid memiliki cincin piran yang yang
menghubungkan rantai tiga – karbon dengan salah satu cincin benzene (Harborne, 1987).
Senyawa flavonoid diturunkan dari unit C6-C3 (fenilpropana) yang bersumber dari asam
sikimat dan unit C6 yang diturunkan dari jalur poliketida. Fragmen poliketida ini disusun dari
tiga molekul malonil-KoA, yang bergabung dengan unit C6-C3 (sebagai koA tioester) untuk
membentuk unit awal triketida. Oleh karena itu, flavonoid yang berasal dari biosintesis gabungan
terdiri atas unit-unit yang diturunkan dari asam sikimat dan jalur poliketida (Heinrich, et al.,
2010). Flavonoid terdapat pada semua bagian tumbuhan termasuk daun, akar, kayu, kulit, bunga,
buah dan biji. Flavonoid terdiri dari beberapa golongan utama antara lain antosianin, flavanol
dan flavon yang tersebar luas dalam tumbuhan. Sedangkan khalkon, auron, flavonol,
dihidrokhalkon, dan isoflavon penyebarannya hanya terbatas pada golongan tertentu saja
(Harborne, 1987).
DAFTAR PUSTAKA
Day R.A & Underwood, A.L. 2004. Analisa Kimia Kuantitatif. Erlangga. Jakarta. Cetakan
Keempat.
Desmiaty, Y.; Ratih H.; Dewi M.A.; Agustin R. Penentuan Jumlah Tanin Total pada Daun Jati
Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk) dan Daun Sambang Darah (Excoecaria bicolor
Hassk.) Secara Kolorimetri dengan Pereaksi Biru Prusia. Ortocarpus. 2008. 8, 106-109.
Ditjen POM, Depkes RI , 2000, Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat,
Fowler, L.Z., Mattheos, A., dan Koffas, 2009, Biosynthesis and biotechnological production of
University. 2002.
Harborne, J., B. 1987. Metode Fitokimia: Penuntun Cara Modern Menganalisa Tumbuhan
Terbitan Kedua. Terjemahan Kosasih Padmawinata dan Iwang Soediro. ITB: Bandung.
Heinrich, M., Barnes, J., Gibbons, S., Williamson, E., M. 2010. Farmakognosi dan Fitoterapi.
Khopkar, S.M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Diterjemahkan oleh A. Saptorahardjo. UI-
Press. Jakarta.
ITB: Bandung.
Sukardjo, S., (1978), Some aspects of mangrove ecology, Training Materials for Forestry Officer,
Rome, FAO