Anda di halaman 1dari 7

ARTI DAN MAKNA SILA PERSATUAN INDONESIA

BAB I

PEMBAHASAN

Persatuan adalah kata yang diucapkan oleh hampir seluruh anggota Badan Penyelidik Usaha
Persiapan Kemerdekaan Indonesia atau BPUPKI dalam merumuskan dasar negara tahun 1945.

 Pidato Bung Karno 1 Juni 1945 merupakan pidato yang mendapat sambutan sangat meriah dari para
anggota BPUPKI yang menegaskan tentang hal ini. “Kita hendak mendirikan suatu negara “semua
buat semua”. Bukan buat satu orang, bukan buat satu golongan, baik golongan bangsawan maupun
golongan yang kaya, tetapi “semua buat semua.”

Negara itu tentu didiami oleh bangsa. Menurut Renan, syarat bangsa adalah “kehendak untuk
bersatu”. Soekarno menambahkan dengan mengutip anggota BPUPKI yang lain. Bagus Hadikusumo,
yang dibutuhkan adalah persatuan antara orang dengan tempat, antara manusia dengan tempatnya.

Tempat itu tidak lain dari tanah air. Tanah air itu adalah suatu kesatuan.
Pidato 1 Juni 1945 dimulai dengan bagian pengantar yang sangat diharapkan pendengarnya tentang
“merdeka selekas-lekasnya”. Rumusan Pancasila 1 Juni 1945 itu mendapatkan tantangan dengan
tambahan tujuh kata “dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluknya” yang
kemudian diakomodasi dalam apa yang disebut Mukadimah (Sukarno) atau Piagam Jakarta
(Muhammad Yamin) tanggal 22 Juni 1945.

Namun, ketika Pancasila disahkan sebagai dasar negara, maka ungkapan yang terdapat dalam
pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 tidak lagi menggunakan rumusan Piagam Jakarta. Ketiga
peristiwa proses Pancasila sejak dicetuskan oleh Bung Karno, lalu menjadi Piagam Jakarta sampai
dijadikan sebagai dasar negara, 18 Agustus memperlihatkan sikap kenegarawanan founding fathers
dan founding mothers kita saat itu. Rumusan tertanggal 18 Agustus itu meskipun tidak disebut
secara eksplisit dalam teksnya sebagai Pancasila sudah kita terima secara resmi. Rumusan itu
merupakan kompromi yang memperlihatkan bahwa pendiri bangsa kita lebih mengutamakan
persatuan karena musuh sudah berada di depan pintu.
Nilai – Nilai Sila Persatuan Indonesia

Sila Persatuan Indonesia terdiri dari dua kata yang penting yaitu persatuan dan Indonesia. Persatuan
berasal dari kata satu, yang berarti utuh, tidak pecah-belah. Sedangkan persatuan mengandung
pengertian disatukannya berbagai macam corak yang beraneka ragam menjadi satu kesatuan.
Keanekaragaman masyat:akat Indonesia diharapkan dapat diserasikan menjadi satu dan utuh, tidak
bertentangan antara yang satu dengan yang lain. Indonesia dapat diartikan secara geografis, atau
dapat dilihat sebagai bangsa. Indonesia dalam pengertian geografis adalah bagian bumi yang
membentang dari 95 – 141 derajat Bujur Timm- dan 6 derajat Lintang Utara sampai dengan 11
derajat Lintang Selatan. Sedangkan Indonesia dalam pengertian bangsa adalah suatu bangsa yang
secara politis hidup dalam wilayah tersebut.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa persatuan Indonesia mengandung arti persatuan
bangsa yang mendiami wilayah Indonesia. Persatuan yang didorong untuk mencapai kehidupan yang
bebas dalam wadah negara yang merdeka dan berdaulat. Persatuan Indonesia mengandung arti
kebangsaan (nasionalisme), yaitu bangsa Indonesia harus memupuk persatuan yang erat antara
sesama warga negara, tanpa membeda-bedakan suku atau golongan serta berdasarkan satu tekad
yang bulat dan satu cita-cita bersama. Kebangsaan Indonesia bukanlah kebangsaan yang sempit,
yang hanya mengagungkan bangsanya sendiri dan merendahkan bangsa lain, tetapi kebangsaan
yang menuju persaudaraaan dunia, yang menghendaki bangsa-bangsa saling menghormati dan
saling menghargai.

Dengan demikian, secara lebih rinci sila Persatuan Indonesia mengandung nilai-nilai sebagai berikut:

• Dapat menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara
di atas kepentingan pribadi atau golongan.

• Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara.

• Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.

• Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air Indonesia.

• Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan
sosial.

• Mengembangkan persatuan berdasar Bhineka Tunggal Ika.

• Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.

Arti dan Makna sila Persatuan Indonesia

Negara Indonesia bersatu mempunyai makna  kesatuan, maka bangsa Indonesia merupakan satu
Negara dan tidak terpecah didalam Negara – Negara yang berfederasi. Sebagaimana diketahui
kesatuan kebangsaan  merupakan dasar sendi Negara, baik di dalam Negara sendiri maupun
terhadap dunia Internasional.
Dalam hakikatnya sifat kesatuan kebangsaan dan wilayah Negara kita pada saat proklamasi menjadi
sifat mutlak, yang selanjutnya dalam kenyataannya harus selalu diamalkan. Mengapa demikian,
tiada lain  karena susunan wilayah Indonesia atas kepulauan yang sangat besar jumlah dan luasnya,
dan  arena susunan bangsa kita atas suku – suku bangsa, meskipun mempunyai dasar corak yang
sama, beraneka warna bentuk sifat susunan keluarga dan masyarakat, adat istiadatnya,
kesusilaannya, kebudayaannya, hokum adatnya dan tingkah hidupnya. Keadaan yang telah demikian
itu ditambah dengan terdapatnya golongan bangsa keturunan asing dan kemungkinan
kewarganegaraan orang asing tulen. Diantara warga golongan bangsa ini terdapat perbedaan yang
lebih besar daripada yang ada pada golongan bangsa Indonesia yang asli. Selain daripada itu masih
ada perbedaan pula antara mereka dengan golongan bangsa Indonesia yang asli. Kalau masih
ditambahkan lagi terdapatnya berbagai agama dan kepercayaan hidup ditanah air kita, maka makin
menjadi besar perbedaan yang terdapat di dalam masyarakat dan bangsa Indonesia. Ditambah  lagi
sumber perbedaan yaitu ideology – ideologi politik yang setelah proklamasi kemerdekaan kita
ternyata menjadi meluap melampaui batas kelayakan bagi persatuan dan kesatuan.

Bentuk – bentuk pokok pelaksanaan daripada sila persatuan Indonesia itu telah  ditentukan pada
proklamasi kemerdekaan kita di dalam Undang – Undang Dasar 1945, yaitu dalam pasal 26 tentang
warga Negara, dalam pasal 31 tentang pengajaran nasional, dalam pasal 32 tentang kebudayaan
Nasional, dalam pasal 35 tentang bendera Negara dan dalam pasal 36  yang menetapkan bahwa
bahasa Negara adalah bahasa Indonesia. Wilayah Negara yaitu lambang Negara “Bhineka Tunggal
Ika” yang merupakan suatu keseimbangan suatu harmoni.

Adanya unsur – unsur perbedaan di dalam suatu lingkungan bangsa disamping menimbulkan daya
penarik kearah kerjasama dan kesatuan, menimbulkan juga suasana dan kekuatan tolak menolak,
tentang – menentang yang mungkin mengakibatkan perselisihan, pertikaian, dan perpecahan akan
tetapi mungkin pula apabila dipenuhi syarat – syarat kesadaran akan kebijaksanaan dan nilai – nilai
hidup yang sewajarnya, menyatukan diri dalam suatu resultan atau sintesa yang justru akan
memperkaya masyarakat dan memungkinkan timbulnya persatuan dan kesatuan.

Dalam hal perbedaan di lingkungan bangsa haruslah ada kesediaan untuk tidak membiarkan atau
untuk tidak memelihara dan membesar – besarkan perbedaan dengan berpegang teguh pada
golongan – golongan bangsa, suku – suku bangsa dan keadaan hidupnya yang bermacam - macam.
Akan tetapi seharusnya ada kesediaan dan kecakapan serta usaha dengan kebijaksanaan untuk
melaksanakan pertalian kesatuan bangsa, dengan berpegangan kepada berbagai asas pedoman bagi
pengertian kebangsaan sebagaimana disusun oleh para ahli kenegaraan, diambil kesemuanya dalam
suatu susunan majemuk – tunggal untuk menyatukan daerah (geopolitis), menyatukan darah,
membangkitkan, memelihara, dan memperkuat kehendak untuk bersatu dengan memiliki satu
sejarah dan senasib, satu kebudayaan di dalam lingkungan hidup bersama dalam satu negara yang
sama – sama diselenggarakan dan dikembangkan..

Demikianlah didalam “Persatuan Indonesia terkandung kesadaran  akan adanya perbedaan –


perbedaan sebagai keadaan yang biasa di dalam masyarakat dan bangsa, untuk menghidupkan
perbedaan yang mempunyai daya penarik ke arah kerja sama dan kesatuan dalam suatu resultan,
dalam suatu sintesa, dan untuk mengusahakan peniadaan serta pengurangan perbedaan.
Sifat mutlak kesatuan bangsa, wilayah dan negara Indonesia yang terkandung dalam sila Persatuan
indonesia, dengan segala perbedaan dan pertentangan didalamnya, memenuhi sifat hakekat
daripada satu, yaitu mutlak tidak dapat terbagi. Segala perbedaan dan pertentangan adalah hal yang
biasa, yang justru pasti akan dapat disalurkan untuk memelihara dan mengembangkan kesatuan
kebangsaan.

Sila ketiga pancasila yaitu Persatuan Indonesia yang merupakan dasar filsafat negara kita, telah
diketahui bahwa biarpun didalam susunannya rakyat dan tanah air tumpah darah kita terdiri atas
bagian – bagian yang mengandung unsur – unsur perbedaan dan pertentangan, namun bagian –
bagiannya itu hanya dalam hubungan kesatuan sebagai bangsa dan wilayah negara sehingga dapat
memperoleh bentuk sifat penjelmaan dirinya yang selengkap – lengkapnya. Dengan demikian
persatuan dan kesatuan bangsa dan wilayah negara kita sesuai dengan yang disebut hakekat satu,
dan oleh karena itu kesatuan sifatnya mutlak tidak dapat terbagi dan terpisah dari bangsa dan
wilayah negara – negara lain atas dasar kesatuan rakyat Indonesia dengan tanah air tumpah
darahnya yang merupakan satu – satunya pokok dasar bagi terwujudnya kepribadian bangsa
Indonesia.

Makna persatuan hakikatnya adalah satu, yang artinya bulat tidak terpecah. Jika persatuan Indonesia
dikaitkan dengan pengertian modern sekarang ini, maka disebut nasionalisme. Nasionalisme adalah
perasaan satu sebagai suatu bangsa, satu dengan seluruh warga yang ada dalam masyarakat. Oleh
Karena rasa satu yang begitu kuatnya, maka dari padanya timbul rasa cinta bangsa dan tanah air.
Akan tetapi perlu diketahui bahwa rasa cinta bangsa dan tanah air yang kita miliki di Indonesia bukan
yang menjurus kepada chauvinisme, yaitu rasa yang mengagungkan bangsa sendiri, dengan
merendahkan bangsa lain. Jika hal ini terjadi, maka bertentangan dengan sila kedua yaitu
kemanusiaan yang adil dan beradab. Walaupun ditulis cinta bangsa dan tanah air, tidak dimaksudkan
untuk chauvimisme. Dengan demikian jelaslah bahwa konsekuensi lebih lanjut dari kedua hal tadi
adalah menggalang persatuan dan kesatuan bangsa, yang pada akhir – akhir ini justru menunjukkan
gejala disintegrasi bangsa. Hal ini sejalan dengan pengertian persatuan dan kesatuan.

Oleh karena itu hal – hal yang sifatnya tidak sejalan dengan persatuan dan kesatuan, misalnya
penonjolan kekuasaan, penonjolan keturunan, harus diusahakan agar tidak terwujud sebagai suatu
prinsip dalam masyarakat Indonesia. Perlu diketahui bahwa ikatan kekeluargaan, kebersamaan di
Indonesia sejak dulu sampai sekarang lebih di hormati daripada kepentingan pribad. Namun,
tentunya semangat ini bagi bangsa Indonesia mengalami dinamikanya sendiri. Kadang menjadi kuat,
tapi pada suatu saat akan melemah. Pada saat ini justru nasionalisme bangsa Indonesia, ditantang
dan dalam kondisi yang agak rapuh, karena banyak dari elemen bangsa yang lebih mementingkan
kepentingan pribadi atau golongan daripada kepentingan bangsa dan negara. Misalnya, fenomena
disintegrasi, unculnya gejala primor-dialisme dan separatisme.
    Hubungan antara Sila ke-3 Pancasila dengan keanekaragaman budaya Indonesia.

Dalam sila Persatuan Indonesia terkandung nilai bahwa negara adalah sebagai penjelmaan sifat
kodrat manuasia monodualis yaitu sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Negara adalah
suatu persekutuan hidup bersama diantara elemen-elemen yang membentuk negara yang berupa,
suku, ras, kelompok, golongan maupun kelompok agama. Oleh karena itu perbedaan merupakan
bawaan kodrat manusia dan juga merupakan ciri khas elemen-elemen yang membentuk negara.
Konsekuensinya negara adalah beranekaragam tetapi satu, mengikatkan diri dalam suatu persatuan
yang diliukiskan dalam Bhineka Tunggal Ika. Perbedaan bukan untuk diruncingkan menjadi konflik
dan permusuhan melainkan diarahkan pada suatu sintesa yang saling menguntungkan yaitu
persatuan dalam kehidupan bersama untuk mewujudkan tujuan bersama sebagai bangsa.

Negara mengatasi segala paham golongan, etnis, suku, ras, indvidu, maupun golongan agama.
Mengatasi dalam arti memberikan wahana atas tercapainya harkat dan martabat seluruh warganya.
Negara memberikan kebebasan atas individu, golongan, suku, ras, maupun golongan agama untuk
merealisasikan seluruh potensinya dalam kehidupan bersama yang bersifat integral. Oleh karena itu
tujuan negara dirumuskan untuk melindungi segenap warganya dan seluruh tumpah darahnya,
memajukan kesejahteraan umum (kesejahteraan seluruh warganya) mencerdaskan kehidupan
warganya serta dalam kaitannya dengan pergaulan dengan bangsa-bangsa lain di dunia untuk
mewujudkan suatu ketertiban dunia yang berdasarkan perdamaian abadi dan keadilan sosial.

Keanekaragaman yang kita miliki harus dijaga sebaik mungkin. Keanekaragaman yang kita inginkan
adalah keanekaragaman yang bermartabat, yang berdiri tegak di atas moral dan etika bangsa kita
sesuai dengan keragaman budaya kita sendiri. Untuk menjaga keanekaragaman yang bermartabat
itulah, maka berbagai hal yang mengancam keanekaragaman mesti ditolak, pada saat yang sama
segala sesuatu yang mengancam moral keanekaragaman mesti diberantas.

7 Butir Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Sila Ke-3 (Ketiga) Pancasila


Ada 7 butir pedoman pengamalan sila ke-3 yang terdapat dalam 45 butir Pedoman Penghayatan dan
pengamalan Pancasila.

1. Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan bangsa dan
negara sebagai kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan.

2. Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa apabila diperlukan.

3. Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.

4. Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air Indonesia.

5. Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan


keadilan sosial.

6. Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika.

7. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.

Contoh-Contoh Pengamalan Sila Ke-3 (Ketiga) Pancasila


Berikut ini beberapa contoh pengamalan sila ke-3 dari Pancasila yang dapat kita lakukan dalam
kehidupan sehari-hari.
1. Menjaga persatuan dalam masyarakat

2. Mengutamakan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi dan golongan

3. Rela berkorban untuk kepentingan bangsa

4. Cinta tanah air

5. Bangga sebagai bangsa Indonesia

6. Menjaga ketertiban dunia

7. Membela tanah air

8. Tidak memusuhi suku tertentu

9. Bersedia kerjasama dengan semua suku yang ada di Indonesia

10. Mengikuti upacara peringatan Sumpah Pemuda

11. Menghargai kebudayaan daerah lain

12. Bersedia berkorban untuk kepentingan bersama

13. Mendamaikan kelompok masyarakat yang bermusuhan

14. Melaksanakan kegiatan yang meningkatkan persatuan

15. Menjaga ketertiban dunia

16. Bersedia memenuhi panggilan untuk membela bangsa

17. Mengutamakan persatuan dalam berdikusi

18. Tidak menyebarkan rasa permusuhan dengan orang lain

19. Saling menghormati perbedaan suku

20. Menjaga kedaulatan bangsa

21. Tidak menghasut orang lain untuk saling bermusuhan

22. Tidak menyebarkan fitnah dalam masyarakat

23. Tidak menyebarkan kebencian

24. Menumbuhkan rasa kebangsaan

25. Menjaga kerukunan dalam masyarakat

26. Menumbuhkan rasa senasib dan sepenangungan

27. Tidak menonjolkan perbedaan dalam pergaulan

28. Menghargai bahasa daerah lain

29. Menjaga nilai-nilai Bhinneka Tunggal Ika

30. Menjaga persahabatan dengan semua teman


Kesimpulan

Dari uraian di atas dapat disimpulkan sebagai berikut:

1.      Sifat dan keadaan – keadaan dinegara Indonesia harus sesuai dengan hakekatnya, yaitu “satu”
(mutlak dan tidak dapat terbagi oleh apapun)  
2.      Perbedaan dan pertentangan – pertentangan  menumbuhkan rasa kesatuan dan persatuan bagi
bangsa ini.  
3.      Mengingat sifat persatuan dan kesatuan dari Pancasila, Persatuan Indonesia adalah persatuan
yang berke-Tuhanan YME , yang berkemanusiaan yang adil dan beradab, yang berkerakyatan yg
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawar
atan /perwakilan serta yang berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia sehingga pertalian dan
hidup kebangsaan kita, pertalian hidup dan kenegaraan kita terang sekali bukan merupakan tujuan
rakyat Indonesia, akan tetapi tidak lain dari alat atau cara kita yang sesuai dengan tujuan manusia
untuk hidup bersama.  
4.      Bahwa hal sebenarnya berbeda dengan yang banyak dibicarakan orang tentang perbedaan –
perbedaan serta pertentangan – pertentangan di dalam bangsa dan negara kita dianggap atau
dikuatirkan bertentangan dengan kesatuan kebangsaan kita.

Saran

1. Sebagai bagian dari Negara Indonesia, sudah sepantasnya kita menjunjung tinggi persatuan dan     
kesatuan bangsa Indonesia.
2. Mengamalkan sila Persatuan Indonesia sebagai hakikat dasar filsafat negara Indonesia.
3. Menjadikan perbedaan menjadi satu kesatuan yang utuh.

Anda mungkin juga menyukai