Anda di halaman 1dari 10

Inisiasi 3

M2-KB2, M7-KB-1

Saudara mahasiswa S1 PGSD, pada pertemuan minggu 3 ini kita kan membahas materi
tentang Unsur-unsur tari, elemen komposisi tari dan proses penciptaan tari. Baiklah kita
mulai dengan pembahasan tentang unsur-unsur tari yang terdiri dari unsur Gerak, tenaga ,
ruang , dan waktu.
Unsur pokok dari tari adalah gerak, namun gerak dalam tari bukanlah gerak yang
wantah, melainkan gerak yang telah diberi sentuhan seni, yaitu gerak yang sudah
distilisasi maupun di distorsi menjadi gerak yang indah.
Sebuah karya tari merupakan komposisi dari unsur-unsur berikut: 1. Gerak; 2. Tema;
3. Desain Atas; 4. Desain Lantai; 5. Desain Musik; 6. Desain Dramatik; 7. Desain
Kelompok; 8. Dinamika; 9. Desain Kostum; 10. Tata Rias; dan 11. Tata Panggung/Tata
Pentas ; dan 12. Tata Lampu.
Dalam pengetahuan komposisi tari ada 19 desain atas yang menunjang penampilan
gerak di dalam tari, yaitu: 1) datar, 2) dalam, 3) vertikal, 4) horizontal, 5) kontras, 6)
murni, 7) statis, 8) lurus, 9) lengkung, 10) bersudut, 11) spiral, 12) tinggi, 13) medium,
14) rendah, 15) terlukis, 16) lanjutan, 17) tertunda, 18) simetris, 19) asimetris.

UNSUR -UNSUR DASAR TARI

1. Gerak
Gerak di dalam tarian bukanlah gerak seperti dalam kehidupan sehari-hari. Gerak tari adalah gerak yang
telah mengalami perubahan atau proses stilasi dari gerak wantah (asli) ke gerak murni dan gerak maknawi.
Gerak wantah yang telah mengalami stilasi itu akhirnya dapat dilihat dan dinikmati karena menjadi gerakan
yang memiliki nilai estetik (gerak murni dan gerak maknawi). Gerak–gerak wantah contohnya seperti:
mencangkul atau membatik dan sebagainya. Gerak wantah sangat mudah dipahami. Sebaliknya gerak-gerak
murni dan maknawi tidak mudah dipahami karena sudah mengalami stilisasi atau perubahan baik penambahan
dan pengurangan. Gerak murni merupakan gerak wantah yang telah diubah menjadi gerak yang indah namun
tak bermakna. Contohnya gerak ukel, sampur, menjentikkan jari pada tarian Sumatra. Gerak maknawi adalah
gerak wantah merupakan gerak yang telah diubah menjadi gerak indah yang bermakna. Contohnya gerak
membatik, menangkap ikan, gerakan menangkis, nyawang. Sekilas beberapa gerakan tari merupakan simbol-
simbol, misalnya gerak nyawang pada beberapa tari tradisional Sunda yang menggambarkan seseorang
memandangi objek tertentu.
Dalam dunia tari kita mengenal adanya dua bentuk tari, yakni tari representasional dan tari
nonrepresentasional. Tari representasional adalah tarian yang menggambarkan suatu pengertian atau maksud
tertentu secara jelas atau seseorang memerankan tokoh tertentu seperti Gatotkaca dalam tari Gatotkaca
Gandrung (Jawa), atau peran Malim Kundang (Sumatra Barat). Tari nonrepresentasional adalah tarian yang
tidak menggambarkan suatu pengertian tertentu, misalnya tari Pendet (Bali), tari Serampang Dua Belas
(Melayu), tari Seudati (Aceh). Garapan gerakan pada tari representasional dan nonrepresentasional mengandung
gerak murni dan maknawi.
Selain gerak representasional dan nonrepresentasional, kita juga mengenal gerakan feminin dan gerakan
maskulin berdasarkan karakternya.
Gerak maskulin yaitu gerak-gerak tari yang menunjukkan karakter maskulin, misalnya langkah lebar-lebar,
gerak kaki terangkat tinggi. Gerak maskulin ini biasa digunakan dalam tari putra seperti tari Bandabaya, tari
Ngremo, tari Prajurit, atau tari-tari putra di daerah lain. Anda pasti mengenal gerak tari putra di daerah Anda.
Gerak yang kedua adalah gerak feminin, yaitu gerak-gerak yang menggambarkan sifat feminin, gerak ini
biasa digunakan untuk tari putri (tari Tenun, tari Srimpi). Coba perhatikan bentuk tari putra dan putri di daerah
asal Anda, bedakan gerakan-gerakan maskulin dan feminin, adakah perbedaan atau hampir sama?
2. Unsur Tenaga
Dalam melakukan gerak dibutuhkan tenaga. Gerak akan hidup dan bermakna jika mendapat tenaga atau
energi dari dalam tubuh. Komponen tenaga dalam mewujudkan sebuah gerak tari menjadi sangat penting artinya
untuk memunculkan karakter atau penjiwaan seseorang yang sedang menari. Tenaga dalam tari dapat diatur oleh
penari untuk memunculkan watak dan dinamik. Keras lembutnya gerak yang muncul, adalah hasil dari
pengaturan tenaga yang dapat disalurkan melalui ekspresi gerak.
Penggunaan tenaga dalam gerak tari meliputi:
intensitas berkaitan dengan kuantitas tenaga dalam tarian yang menghasilkan tingkat ketegangan gerak,
aksen/tekanan muncul ketika gerakan dilakukan secara tiba-tiba dan kontras,
kualitas berkaitan dengan cara penggunaan atau penyaluran tenaga.

3. Unsur Ruang
Unsur ruang yang dimaksudkan sebagai unsur tari terbagi dua yakni ruang yang diciptakan oleh penari, dan
ruang pentas atau ruang tempat penari melakukan gerak.
Ruang yang diciptakan penari adalah ruang yang dibatasi oleh imajinasi penari berupa jarak yang terjauh
yang dapat dijangkau oleh tangan dan kakinya dalam posisi tidak berpindah tempat. Misalnya gerak menirukan
sayap kupu-kupu terbang yang menggunakan kedua tangan bergerak ke atas dan ke bawah. Lebar atau
sempitnya ruang tergantung bagaimana penari mengekspresikan geraknya. Tidak terlalu menjadi masalah
sebenarnya jika kita melihat seorang penari hanya memanfaatkan ruang sempit dalam mengekspresikan
tariannya. Dan tak sedikit pula penari justru membutuhkan ruang yang lebar untuk mengekspresikan tariannya.
Keduanya memang relatif sifatnya. Pada dasarnya kebutuhan akan ruang itu merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dengan karakteristik tarinya.
Ruang pentas atau adalah arena yang digunakan oleh penari yang biasa disebut dengan panggung, lapangan,
atau halaman terbuka.
Dalam unsur ruang terkandung aspek-aspek garis, volume, arah, level, dan fokus. Garis dimaksdkan berupa
kesan yang ditimbulkan dari gerak tubuh penari ketika menari. Misalnya gerak tubuh yang melengkung
menimbulkan garis melengkung yang berkesan lentur tidak kaku. Gerak diagonal atau patah-patah menimbulkan
garis yang kaku yang berkesan dinamis. Gerak tegak lurus memberi kesan tenang dan seimbang. Sedangkan
garis datar mengesankan istirahat. Gerak spiral berkesan dinamis. Volume merupakan jangkauan gerak yang
dibuat oleh penari yang tergantung besar kecilnya pentas. Misalnya karena ruang pentas tidak terlalu luas, maka
langkah penari yang lebar dibuat menjadi langkah-langkah pendek dengan jumlah yang sama. Arah yang
dimaksudkan di sini adalah arah hadap penari ketika melakukan gerak yang dapat berupa arah ke depan, ke
samping dan ke belakang, serta arah lainnya. Level berkaitan dengan tingkat ketinggian dari posisi tubuh ketika
melakukan gerakan tari. Seorang penari dapat membuat level tertingginya ketika dia melakukan gerakan
melompat, atau level terendahnya ketika dia melakukan gerakan rebahan di lantai pentas. Fokus merupakan
sudut pandang dari penonton terhadap penari.

4. Unsur Waktu
Selain ruang dan tenaga, unsur waktu juga menentukan dalam membangun gerak tari. Dalam unsur waktu
ada 2 (dua) faktor yang sangat penting yaitu ritme dan tempo. Ritme dalam gerak tari menunjukkan ukuran
waktu dari setiap perubahan detail gerak. Ritme lebih mengarah pada ukuran cepat atau lambatnya setiap
gerakan yang dapat diselesaikan oleh penari. Tempo mengarah pada kecepatan tubuh penari yang dapat dilihat
dari perbedaan panjang pendeknya waktu yang diperlukan. Gerak dengan tempo cepat atau lambat, akan
menentukan hidup dan dinamisnya sebuah tarian. Gerakan yang dilakukan dengan tempo cepat akan berkesan
aktif dan menggairahkan. Sedangkan gerakan dengan tempo lambat berkesan tenang, agung, atau dapat
membosankan.
Untuk menggambarkan lebih jelas tentang ritme dan tempo dalam unsur waktu simaklah contoh berikut.

Gerak kaki ”trisik” seorang penari wanita yang bergerak dari arah belakang ke depan memerlukan
tempo yakni sejumlah waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan gerakan dari belakang sampai
ke depan. Sedangkan gerak kaki ’trisik’ yang terdiri dari sekuen-sekuen gerak tersebut merupakan
ritmenya.
Pengenalan tari pada tataran untuk anak sekolah dasar diintegrasikan ke dalam bentuk bermain. Anak pada
usia ini mempunyai kecenderungan untuk bermain mengekspresikan kebebasan dirinya melalui gerak dan lagu.

B. ELEMEN KOMPOSISI TARI

Pernahkah Anda melihat sebuah tari baik dalam pementasan langsung maupun di media elektronik (VCD
atau TV). Ketika Anda melihat tari tersebut, apakah Anda sempat berpikir bagaimanakah karya tari tersebut
dibuat? Tahap-tahap apa sajakah yang harus dilakukan oleh pencipta tari yang biasa disebut sebagai
koreografer? Ibarat membangun sebuah rumah, sebelum rumah itu jadi, tentu sebelumnya melalui tahap-tahap
proses pengukuran tanah, desain konstruksi bangunan, merancang kebutuhan materi, pembuatan desain tata
ruang, pembuatan fondasi, pembangunan, sampai pada tahap finishing touch. Artinya itu merupakan sebuah
proses bagaimana rumah tersebut dibuat agar menjadi indah dan nyaman. Demikian pula sebuah karya tari,
meskipun bentuknya sederhana, tetap saja dimulai dari proses dan tahap-tahap tertentu.
Sebuah karya mengandung elemen-elemen tari yang kemudian terbentuk menjadi sebuah karya tari yang
indah dan menarik. Karya tari adalah sebuah susunan gerak-gerak tari yang satu sama lain saling berkaitan.
Sebuah karya tari merupakan komposisi dari unsur-unsur gerak yang tersusun sedemikian rupa membentuk
sebuah karya tari yang memuat elemen-elemen tertentu dan tema-tema tertentu. Adapun elemen komposisi tari
tersebut ada 11 macam yaitu 1. Gerak; 2. Tema; 3. Desain Atas; 4. Desain Lantai; 5. Desain Musik; 6. Desain
Dramatik; 7. Desain Kelompok; 8. Dinamika; 9. Desain Kostum; 10. Tata Rias; dan 11. Tata Panggung/Tata
Pentas ; dan 12. Tata Lampu. Kedua belas unsur tersebut dapat Anda pelajari seperti di bawah ini.

1. Gerak
Gerak dalam tari merupakan komponen utama, karena gerak adalah medium untuk mengekspresikan
sebuah tarian. Penjelasan tentang gerak telah diungkap di depan.

2. Tema
Tema dalam tari tergantung pada apa yang ingin diekspresikan atau ingin disampaikan oleh koreografer
(pencipta tari). Tema adalah inti sebuah cerita yang akan diungkapkan dalam tari. Tema dapat diangkat dari
berbagai hal yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari manusia, seperti tema perang, percintaan, permainan,
lingkungan alam, binatang atau tumbuhan, keadaan alam, kehidupan sehari-hari, pergaulan seperti tari Ketuk
Tilu adalah tari dengan tema pergaulan, karena dilakukan penari putra dan putri dan sejarah, serta epos seperti
Mahabharata, Ramayana, Menak, Panji, atau dari cerita legenda seperti Malin Kundang atau Batu Belah dari
Aceh; maupun sejarah, misalnya Prabu Siliwangi, atau Ken Arok. Coba, Anda sebutkan, tari Yapong karya
Bagong Kussudiardja itu bertema apa?

3. Desain Atas
Desain Atas adalah desain yang berada di dalam bidang atau ruang di atas lantai pentas yang dapat dilihat
oleh penonton yang berlatarkan back drop. Terkadang sebuah pentas tidak menggunakan back drop maka
desain atasnya tidak dipengaruhi oleh back drop. Ada beberapa desain atas di antaranya adalah Desain Datar,
Desain Dalam, Desain Vertikal, Desain Horizontal, Desain Kontras, Desain Statis, Desain Lengkung, Desain
Bersudut, Desain Spiral, Desain Tinggi, Desain Rendah, Desain Terlukis, Desain Simetris.

Desain Datar. Desain Datar adalah tampak depan posisi tubuh penari yang tidak berperspektif
dilihat dari posisi duduk penonton.
Desain ini berkesan sederhana, tenang, jujur, namun juga dangkal.

Desain Dalam. Desain Dalam adalah tubuh penari bila dilihat dari arah penonton tampak
memiliki kedalaman (perspektif) atau ruang. Gerak lengan tangan, kaki yang diarahkan ke
semua arah akan membentuk atau membangun kedalaman. Kesan yang dibangun dari desain
ini adalah perasaan yang dalam.
Desain Vertikal. Desain Vertikal ditampilkan melalui tubuh penari di mana anggota
tubuh pokoknya (lengan tangan dan tungkai kaki) bergerak ke atas dan ke bawah.
Kesan dari desain ini adalah egosentris atau menyerah.

Desain Horizontal. Desain Horizontal adalah posisi tubuh penari dengan anggota
tubuh (tangan dan kaki) yang bergerak dengan arah menyerupai garis horizontal.
Kesan yang ditimbulkan dari desain ini adalah mencurah.

Desain Kontras. Desain Kontras adalah desain yang dibangun dengan garis-garis
silang atau garis yang akan bertemu pada satu titik bila dilanjutkan gerak anggota
badan sang penari. Kesan yang ditimbulkan dari desain ini adalah kuat tetapi juga
membingungkan.

Desain Statis. Desain yang dibangun dengan pose-pose anggota badan yang sama walaupun
anggota badan lainnya bergerak. Misalnya pose lengan penari tetap berada di pinggang terus-
menerus sementara kaki penari bergerak ke semua arah. Kesan yang ditimbulkan adalah
teratur.

Desain Lengkung. Desain Lengkung adalah desain yang dibangun oleh badan dan
anggota-anggotanya dengan gerak atau garis-garis lengkung. Kesan yang
ditimbulkan adalah halus dan lembut serta lemah.

Desain Bersudut. Desain ini dibangun dengan sudut-sudut ruang yang dibangun dari
tekukan-tekukan dari sendi-sendi tangan dan kaki penari. Kesan yang ditimbulkan
adalah penuh kekuatan.

Desain Spiral. Desain Spiral dibangun dengan gerakan yang melingkar yang lebih
dari satu lingkaran dan searah dengan sumbu pada pinggang atau kaki penari.
Gerakan melingkar dapat dilakukan oleh anggota badan tangan, kaki, atau bahkan
dengan tubuh (torso) sang penari.Contohnya gerak penari pada tarian Spanyol atau
tarian anak ”Hula Hop” yang memutar-mutarkan lingkaran bambu di pinggangnya.
Desain Tinggi. Desain Tinggi adalah desain yang dibangun dengan gerak bagian atas
badan mulai dari bagian dada ke atas. Bagian atas tubuh ini mengandung unsur
intelektual sekaligus spiritual yang kuat. Desain ini biasanya banyak dijumpai pada tari-
tari pemujaan. Tarian yang banyak menggunakan desain ini adalah tari Bali.

Desain Rendah. Desain Rendah adalah desain yang dibangun dengan


gerakan-gerakan tubuh penari dari pinggang hingga telapak kaki. Area
gerakan berkisar antara pinggang hingga lantai pentas. Kesan yang
ditimbulkan dari desain ini adalah penuh dan hidup.
Desain Terlukis. Desain Terlukis adalah desain yang dibangun dari gerakan tangan atau
anggota badan atau properti yang digunakan penari untuk melukiskan sesuatu. Seperti
untuk melukiskan angkasa penari menggerakkan kedua tangan dengan gerakan
lengkung bergantian.

Desain Simetris. Desain Simetris adalah desain yang dibangun dengan


menempatkan garis-garis anggota badan kanan dan kiri berlawanan arah tetapi
sama. Kesannya sederhana, kokoh, dan tenang.

4. Desain Lantai
Dapatkah Anda membuat pola-pola garis dengan bentuk lingkaran, segi empat, huruf V, diagonal, dan
lengkung? Nah, garis-garis tersebut bila digambar di lantai pentas akan membentuk desain lantai. Sangat mudah
dipahami bukan? Jadi desain lantai adalah garis-garis di atas pentas yang dilalui oleh penari. Misalnya
lingkaran, segi empat, huruf V atau V terbalik, diagonal. Gambar berikut ini adalah contoh-contoh desain lantai.

Perhatikan contoh desain lantai di berikut ini:

a. Lurus atau diagonal b. huruf V c. huruf V terbalik

d. Lengkung e. Spiral f. Lingkaran

Garis-garis tersebut di atas adalah desain lantai yang akan dilalui penari, baik untuk transisi gerak penari
(bisa tunggal atau kelompok) atau untuk posisi/kompisi tari kelompok. Misalnya contoh di bawah ini adalah
komposisi penari kelompok dengan desain garis lurus:

0> <0 0> <0 0> <0 0> <0

Penari kelompok dengan komposisi berpasangan saling berhadapan dalam


desain lantai garis lurus.

Desain lantai garis lurus mengesankan sederhana, tetapi kokoh. Biasanya dapat kita jumpai pada tarian
tradisional baik klasik maupun kerakyatan. Misalnya tari Saman (Aceh).
Garis Lengkung dapat dibuat berupa gerak melengkung ke depan, belakang, samping, dan diagonal. Desain
lengkung juga dapat membuat gerak melingkar, lengkung ular, angka 3 atau 8, juga spiral. Beberapa contoh
dapat Anda amati pada gambar berikut.

Desain lantai garis melengkung memberi kesan lembut tapi lemah. Desain jenis ini banyak kita jumpai pada
tari-tarian primitif dan komunal. Contohnya tari Kecak (Bali), tari Serampang Dua Belas (Sumatra).

5. Desain Musik
Tari dapat lebih hidup bila ada iringan musik, karenanya musik berfungsi untuk menghidupkan tari. Musik
sebagai pengiring tari membantu menghidupkan tari dalam hal irama, tema, dan penjiwaannya. Musik untuk
iringan tari dapat dikreasikan dari berbagai jenis musik yang disesuaikan dengan bentuk, gerak, dan tema tari.
Musik yang digunakan bisa musik gramatika barat (diatonis) atau tradisional (pentatonis). Dapat pula musik
iringan tari bukan berasal dari alat musik namun dari suatu benda yang dapat dijadikan alat musik atau benda
yang menghasilkan suara yang berfungsi sebagai musik (akan dijelaskan pada KB berikutnya).
Walaupun musik berfungsi hanya sebagai pengiring atau membantu mengekspresikan (penjiwaan) tari,
tidak berarti keberadaannya tidak penting, karena dalam praktik persembahannya perpaduan antara musik-tari
itu sangat erat sekali.
Fungsi musik dalam tari di antaranya adalah:
a. Membantu mempertegas irama tari.
Gerak dalam tari berada dalam sebuah kerangka irama. Irama tari sebenarnya juga dimiliki atau dirasakan
oleh si penari. Irama tersebut perlu diperjelas melalui suara musik agar dapat dinikmati oleh audiens.

b. Memberi ilustrasi.
Ilusi atau gambaran suasana dalam tari erat kaitannya dengan karakter atau watak tari. Tari dengan watak
lembut biasanya ditampilkan dengan gerakan-gerakan halus dan lembut. Musik dapat membantu
membangun karakter tari dengan iringan musik yang lembut atau sebaliknya dengan iringan musik yang
keras dan cepat. Dengan demikian musik pemberi ilustrasi tidak dipengaruhi oleh irama atau tempo.
c. Membantu/mempertegas ekspresi gerak.
Gerakan pada tari sangat beragam yang dilakukan dengan berbagai tekanan. Semua tekanan yang
digunakan dalam gerak tersebut diperjelas oleh musik. Ini dimaksudkan agar semua gerakan tersebut dapat
ditampilkan lebih ekspresif.
d. Merangsang penari.
Musik mampu memberi semangat kepada penari bila musiknya sesuai dengan tariannya. Musik juga dapat
membantu mengingatkan penari ketika penari tiba-tiba lupa gerakannya, dengan musik penari dapat
melahirkan gerakan improvisasi.

Musik sebagai iringan tari dapat dibedakan menjadi 2 (dua) yakni musik internal dan musik eksternal.

a. Musik Internal
Musik Internal adalah musik yang dibangun atau dihasilkan dari diri penari itu sendiri. Misalnya tepukan
tangan, teriakan, hentakan kaki, atau dengan vokal (accapella)
Karakteristik iringan jenis ini memang unik dan memiliki daya tarik khusus. Daya tarik itu pada pola
dinamika yang dapat dibangun berdasarkan kehendak si penari tanpa harus menunggu ritme yang baku.
Peralihan musik iringan secara internal ini pun sangat fleksibel diterapkan untuk mengiringi tari dari berbagai
jenis.
Keleluasaan penggunaan musik internal ini dapat pula untuk menumbuhkan kreativitas ungkapan gerak
yang disesuaikan dengan sumber bunyi dari anggota tubuh manusia. Tepukan tangan dengan satu ketukan, dua,
tiga atau secara selang-seling (imbal) adalah salah satu bentuk iringan internal yang dapat untuk mengiringi
tarian. Penggunaan musik internal dapat kita jumpai pada tarian Saman dari Aceh dan tari Kecak dari Bali.

b. Musik Eksternal
Iringan tari secara eksternal memang diciptakan khusus dengan alat tertentu (instrumen). Musik iringan
secara eksternal dapat dikategorikan menjadi dua bagian yaitu musik eksternal melodis dan non-melodis. Musik
eksternal yang melodis pada umumnya menggunakan instrumen-instrumen melodis. Contohnya Calung
(Banyumas) dan Talempong (Padang). Sedangkan musik eksternal non-melodis biasanya menggunakan instru-
men-instrumen non-melodis, seperti kendang, kecrek. Munculnya musik secara eksternal non-melodis ini dapat
pula dijadikan inspirasi menciptakan gerak-gerak baru dalam tari.
Berdasarkan jenis instrumennya, musik eksternal dapat dikategorikan menjadi:
1. Instrumen gesek.
2. Instrumen petik.
3. Instrumen tiup.
4. Instrumen perkusi.

Dari berbagai jenis instrumen musik, masing-masing memiliki karakteristik yang berbeda yang secara
umum perbedaan karakteristik tersebut berfungsi untuk:
1. Memberi suasana adegan tari.
2. Memberi tekanan pada gerak tari.
3. Menentukan ritme atau dinamika dalam ungkapan gerak tari secara utuh.

6. Desain Dramatik
Satu garapan tari yang utuh ibarat sebuah cerita yang memiliki pembuka, klimaks, dan penutup. Dari
pembuka ke klimaks mengalami perkembangan, dan dari klimaks ke penutup terdapat penurunan. Desain ini
biasanya digunakan untuk mencapai klimaks tertentu dalam sebuah adegan atau mengakhiri sebuah tarian. Ada
dua jenis desain dramatik yaitu yang berbentuk kerucut tunggal dan kerucut ganda. Desain yang berbentuk
kerucut tunggal pada awalnya digunakan dalam seni drama yang dikenal dengan teori Bliss Perry.

Berikut penjelasan singkat kedua desain kerucut tersebut.


a. Desain Kerucut Ganda
Desain dramatik ini terdiri atas serangkaian kerucut. Setiap kerucutnya menanjak ke sebuah klimaks,
kemudian turun tetapi tidak sampai mencapai titik dasar permulaannya. Menurut La Meri, desain kerucut
ganda ini sangat cocok untuk menggarap koreografi tari tunggal serta kelompok yang murni. Tarian dengan
desain ini tanpa tema cerita khusus, dan hanya menampilkan keindahan komposisi gerak semata. Contoh
tarian untuk koreografi kelompok adalah Tari Saman (Aceh), Angguk (Kulon Progo, DIY), Ndholalak
(Purworejo, Jateng).

B F
C E
B
B C
A C G

Gambar: Desain Dramatik Kerucut Ganda


A: Permulaan
B: Rangsang naik
C: Pengendoran
D: Klimaks
E: Penurunan
F: Antiklimaks
G: Pengakhiran

b. Desain Kerucut Tunggal


Menurut La Meri desain kerucut tunggal ini dipergunakan sebagai pola untuk menggarap tarian kelompok
yang dramatik atau dramatari. Namun hal ini tidak berarti bahwa desain dramatik kerucut tunggal tidak
boleh diterapkan pada tarian tunggal dan tarian murni (non dramatari).

C E

B F

A G

A = Permulaan/introduksi
B = Rangsangan kekuatan untuk naik
C = Perkembangan
D = Klimaks
E = Penurunan
F = Penahanan akhir
G = Ending /akhir

7. Desain Kelompok
Ada beberapa desain kelompok yang dapat digunakan khususnya dalam menyusun tari kelompok, yaitu tari
yang dilakukan oleh lebih dari 2 penari. Desain tersebut adalah unison (kompak), balance (seimbang), broken
(terpecah/memisah), alternate (selang-seling), cannon (berurutan), dan proportion (proporsi).
Bagaimana menurut Anda bila ada sebuah gerak yang dilakukan bersama-sama oleh 6 penari seharusnya
bisa serentak dilakukan oleh 6 penari, tetapi tidak dapat dilakukan dengan kompak? Tentu akan berkurang segi
estetisnya bukan ? Nah, sekarang Anda paham bahwa sebuah karya tari harus mempertimbangkan unsur-unsur
tersebut.
Unison, mengharuskan para penari melakukan gerak-gerak tertentu dengan kompak; balance, sebuah karya
tari harus seimbang dalam semua aspek, gerak harus seimbang tidak keras terus, pola lantai juga harus imbang
antara desain lengkung, lurus, diagonal, dan sebagainya, suasana yang diciptakan oleh musik juga harus
seimbang tidak keras atau sedih terus; broken, agar tidak membosankan, gerak tari kelompok sebaiknya tidak
serentak terus karena akan membosankan, keseimbangan artinya tidak mengelompok di satu bagian, kadang
terpecah atau memisah; alternate, gerak dalam tari kelompok hendaknya disusun dengan mempertimbangkan
gerak atau pola lantai selang seling agar tidak monoton; cannon merupakan desain gerak yang berurutan, jadi
tidak selalu gerak tari dilakukan secara bersama-sama terus.

8. Dinamika
Tari juga harus memiliki dinamika, agar tidak memberi kesan monoton dan memiliki sentuhan-sentuhan
emosi terhadap penonton. Dinamika selalu berkaitan dengan mekanik yang di dalamnya membicarakan efek
kekuatan atau tenaga dalam menghasilkan gerak. Dinamika meliputi wilayah kualitas gerak. Dalam berbicara
soal dinamika kita tidak akan mempersoalkan gerakan apa yang akan dilakukan tetapi bagaimana sebuah
gerakan dilakukan. Dinamika dapat diciptakan dari bermacam-macam unsur, yaitu unsur gerak, musik, ruang,
desain atas, desain lantai, dan sebagainya. Dapat juga dinamika diciptakan dari unsur di luar gerak misalnya dari
unsur vokal yang mengiringinya, misalnya dengan tembang atau dialog. Untuk menggambarkan dinamika dapat
dibayangkan bagaimana rasanya jika kita melakukan gerakan-gerakan di udara, di dalam air, atau di dalam
lumpur. Masing-masing kekuatan dalam media yang berbeda akan terasa. Dinamika tajam dengan kecepatan
tinggi akan memberikan kesan yang terangsang, sedangkan dinamika lembut dengan kecepatan sedang atau
perlahan akan memberi kesan tenang atau kadang-kadang juga tegang.

9. Desain Kostum
Kostum atau tata busana untuk tari hendaknya didesain dengan mempertimbangkan beberapa aspek, yaitu
tema (pahlawan, percintaan, petani, remaja), ciri khas daerah (tari dengan pijakan daerah tertentu), misalnya
Anda membuat tari dengan dasar-dasar gerak gaya etnis Sumatra Barat, maka kostum tari didesain dengan
menonjolkan ciri daerah Sumatra Barat. Dengan demikian Anda tidak dapat sebarangan atau asal-asalan dalam
menentukan desain kostum, baik itu desain, jenis kain, atau motif kain. Buatlah desain yang juga tidak
mengganggu gerak penari, misalnya desain kostum dibuat menarik namun ternyata justru kostum tersebut
membuat penari tidak bebas bergerak karena kainnya kaku, atau karena desainnya yang justru membuat gerak
penari terganggu. Jadi, buatlah desain yang sesuai dengan tema, menarik, dan tentu saja comfortable.

10. Tata Rias


Demikian halnya Tata Rias tidak berbeda dengan ketika membuat desain kostum. Tata rias dalam tari juga
mempertimbangkan tema, karakter, ceritera, dan sebagainya. Jenis rias ada beberapa macam, yaitu: Rias
Panggung, Rias Karakter, Rias Usia, Rias Sejarah, Rias dan Cantik artinya rias tersebut hanya mengikuti garis
anatomi wajah saja, tanpa menimbulkan efek-efek tertentu. Contoh rias karakter, misalnya membuat tari
Kelinci, maka riasnya pun harus rias yang mirip atau menggambarkan kelinci. Misalnya, Anda membuat tari
Gembira, maka tata riasnya hanya menggunakan rias cantik saja. Tata Rias tari Kelinci berbeda dengan Rias tari
Gembira.

11. Tata Panggung/Tata Pentas


Menurut Anda ada beberapa macam jenis dan bentuk tempat pertunjukan? Tempat pertunjukan atau
panggung adalah tempat yang digunakan untuk pertunjukan tari. Ada beberapa bentuk panggung atau pentas,
yaitu bentuk konvensional seperti bentuk proscenium, tapal kuda atau seperti huruf U, dan arena. Tempat
pertunjukan seperti ini biasanya digunakan untuk pertunjukan tari yang menggunakan aspek penyajian secara
lengkap. Adapun berbentuk panggung tradisional yaitu pendopo, arena atau lapangan. Bentuk tradisional ini
biasanya digunakan untuk mengadakan pertunjukan tari tradisional, misalnya konsep garapan tari dari keraton
biasanya menggunakan konsep pentas pendopo, namun dalam perkembangannya, sekarang tari Srimpi pun
dapat pula dipentaskan di panggung proscenium. Tari tradisional (tari rakyat) seperti Jathilan, Reog, akan lebih
cocok ditarikan di pentas arena di tanah lapang.

12. Tata Cahaya


Tata Cahaya dalam tari memiliki beberapa fungsi, yaitu:
1. Menciptakan ruang;
2. Menciptakan jarak antara penonton dan pentas;
3. Menciptakan efek tertentu;
4. Menciptakan ruang yang berbeda dalam waktu yang sama;
5. Menciptakan waktu yang berbeda secara bersamaan; dan
6. Menciptakan fokus.
Dari semua elemen komposisi tari yang merupakan aspek dasar tari, yang paling mendasar adalah aspek
gerak. Saya menganggap dalam perkuliahan ini, semua mahasiswa adalah sebagai pemula (meskipun mungkin
di antara Anda ada yang sudah memiliki pengalaman dengan olah tari), maka silahkan pahami, hayati, kemudian
coba Anda lakukan beberapa gerak sederhana dengan mempertimbangkan aspek-aspek dasar komposisi tari
yang sudah dijelaskan dalam Kegiatan Belajar 1 ini.

C. JENIS TARI
Berbagai jenis dan macam tari dapat dilihat, namun sebenarnya tari yang bermacam-macam tersebut dapat
kita kelompokkan berdasarkan fungsi, bentuk, tema,

Tari

Fungsi Tema Bentuk Koreografi

1. Tari Upacara 1. Romantik 1. Tunggal 1. Tradisional:


2. Tari Sosial/ 2. Perang 2. Pasangan a. Primitif
Pergaulan/Hiburan 3. Komedi 3. Kelompok b. Klasik
3. Tari Pertunjukan 4. Massal c. Kerakyatan
2. Kreasi
3. Modern/Nontradisi

Contoh:
a. Tari Upacara : Bersifat sakral (tari Bedaya di keraton Surakarta, tari minta hujan, tari upacara
perkawinan di Irian.
b. Tari Sosial/Pergaulan : Jaipong, Ketuk Tilu, Serampang Dua Belas, Tayub.
c. Tari Pertunjukan : Srimpi, Gatutkaca, Pajoge, Seudati.
d. Tari Romantik : Karonsih, Rama Sinta.
e. Tari Perang : Bandabaya.
f. Tari Komedi : Black Dikdot, Golek Kayu, Wajah Seribu.
g. Tari Tunggal : Dilakukan oleh 1 orang.
h. Tari Pasangan : Dilakukan oleh 2 orang.
i. Tari Kelompok : Dilakukan oleh lebih dari 2 orang, masing- masing penari saling berkaitan.
j. Tari Massal : Tari yang dilakukan oleh banyak orang tetapi penarinya satu sama lain tidak
berkaitan. Jadi tari tunggal bias menjadi tari massal bila dilakukan oleh banyak
orang.
k. Tari Tradisional : Tari yang sudah ada secara turun temurun (mentradisi).
l. Tari Primitif : Tari yang sudah ada sejak jaman dulu dan biasanya untuk upacara.
m. Tari Kerakyatan : Jathilan, Reog, Badui, Rodat, Zippin.
n. Tari Kreasi : Yapong, Bayangjari, Manukrawa, Kunci.
o. Tari Modern/Nontradisi : Tari yang menggunakan gerak-gerak baru bukan gerakan tradisional.

Satu bentuk tari dapat dilihat dari berbagai kacamata jenis tari. Misalnya tari Srimpi, dilihat dari fungsinya
tari srimpi termasuk tari pertunjukan, dilihat dari tema termasuk tari perang atau tari percintaan (tergantung
ceritera dalam tari srimpi menceriterakan tentang apa), dilihat dari bentuknya tari srimpi termasuk tari kelompok
(karena dilakukan oleh 4 orang penari), dan dilihat dari koreografinya tari srimpi termasuk tari tradisi klasik.
Dengan demikian, Anda dapat menggolongkan tari jenis apa yang nanti Anda buat. Diharapkan dengan
penjelasan ini Anda semakin jelas mengenai pengetahuan dan tentang tari. Hal ini akan memudahkan Anda
dalam mencipta karya tari nantinya.

Anda mungkin juga menyukai