Anda di halaman 1dari 2

Lagging dan Leading Indicator

dalam Keselamatan Kerja

Pada umumnya, penerapan keselamatan kerja di Indonesia diukur melalui seberapa banyak
kecelakaan kerja yang terjadi dalam satu tahun. Para professional K3 akan melakukan tindakan
semaksimal mungkin agar indikator kecelakaan tersebut selalu dalam posisi 0. Namun,
indikator kecelakaan tersebut tidak mencerminkan seberapa baik aktivitas pencegahan
kecelakaan kerja yang kita lakukan, indikator tersebut hanya memberi tahu kita seberapa
banyak orang yang luka dan seberapa parah.

Dalam ilmu keselamatan kerja modern, indikator keselamatan kerja seperti incident rate, lost
time rate, severity rate adalah indikator yang disebut dengan indikator akhir (lagging
indicator). Indikator akhir saja tidak cukup menggambarkan tingkat keselamatan kerja karena
indikator tersebut sangat besar variasinya. Artinya, sebuah perusahaan bisa saja mendapatkan
jumlah kecelakaan kerja yang berbeda setiap tahunnya meskipun jumlah kondisi dan perilaku
tidak aman jumlahnya tetap konstan. Kadang, jumlah kecelakaan kerja yang tinggi tidak berarti
tempat tersebut tidak aman tapi justru berarti tempat kerja tersebut sangat aman karena
semua kecelakaan ,sekalipun hanya tergores kertas, dilaporkan oleh para pekerjanya.
Indikator akhir memang sangat mudah untuk diterapkan dan memang menjadi tujuan akhir
dalam penerapan keselamatan kerja. Namun, tujuan akhir ini justru dapat menyimpan bahaya
laten suatu saat nanti karena apabila tidak ada kecelakaan kerja di suatu tempat maka
manager,supervisor, dan pekerja akan merasa tempatnya sudah aman padahal tidak ada
peningkatan pengendalian risiko yang dilakukan. Akibatnya, kecelakaan kerja akan bisa
muncul setiap saat.

Untuk itu, para ahli K3 internasional mengmbangkan indikator awal (leading indicator).
Indikator awal merupakan elemen daripada peningkatan budaya K3. Indikator awal berfokus
kepada seberapa baik tindakan pencegahan yang kita lakukan agar tidak terjadi kecelakaan
kerja. Indikator awal harus mencakup beberapa prinsip berikut:
1. Menunjukkan seberapa banyak peningkatan yang kita lakukan meskipun kecil
2. Mengukur secara positif terhadap apa yang pekerja lakukan versus apa yang gagal
dilakukan
3. Memungkinkan umpan balik secara terus menerus kepada semua orang tanpa birokrasi
4. Menunjukkan secara baik performa yang dilakukan
5. Meningkatkan pemecahan masalah keselamatan kerja secara konstruktif
6. Secara jelas menunjukkan kebutuhan-kebutuhan untuk menjadi lebih baik
7. Menunjukkan dampak versus keinginan

Contoh indikator awal yang dapat diterapkan dalam keselamatan kerja antara lain adalah:

1. Latihan keselamatan kerja: Biasanya dihitung dari banyaknya manhours pelatihan namun
lebih baik lagi apabila dapat mengukur jumlah orang yang dapat melakukan tugas-tugas
yang dilatih dengan tingkat tertentu.
2. Audit Keselamatan kerja. Hitunglah berapa persen tindakan perbaikan yang dapat
dilakukan.
3. Program budaya keselamatan kerja. Buatlah sebuah program yang dapat menghitung
seberapa banyak perilaku aman, perilaku berisiko, kondisi berisiko, peningkatan dalam
kepempinan keselamatan kerja, dan bahaya yang diidentifikasi serta berulang.
4. Rapat K3. Dalam rapat K3, yang diukur adalah seberapa efektif meeting tersebut. Oleh
karena itu, buatlah 3-5 kriteria untuk menggambarkan bahwa sebuah rapat efektif. Trend
jumlah peserta rapat juga dapat menggambarkan seberapa efektif rapat.
Kita tidak dapat memilih untuk menerapkan indikator awal atau akhir untuk menciptakan
lingkungan kerja yang lebih aman. Kita harus menggunakan keduanya untuk benar-benar
menggambarkan seberapa efektif program keselamatan kerja kita dan untuk memastikan
semua pekerja dapat pulang ke rumahnya dalam kondisi tidak kurang suatu apapun.

Anda mungkin juga menyukai