Anda di halaman 1dari 3

DESAIN KONSTRUKSI JALAN

PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

PERTIMBANGAN UMUM DESAIN


1. Ukuran kebun – Ukuran dan jenis lahan berbeda-beda, bervariasi terhadap pengembangan
kebun, cakupan luasan dr yang kecil sampai besar. – ada yang disebut kecil karena tidak
memiliki pabrik, ada yang kecil/besar dengan standar luar, misalnya <50 ha. Secara umum
yang disebut perkebunan kecil adalah <200 ha. – Di Indonesia, Malaysia, Papua Nugini,
biasanya petani memiliki 2-4 ha.

2. Pengelolaan Usaha Kecil Luasan yang besar saat ini kadang terdiri atas luasan-luasan kecil
per kelompok. Malaysia: penempatan kelompok petani. Indonesia :bentuk koperasi/kelompok
kerja. Penempatan penduduk utk pengelolaan kebun perlu pendekatan/pertimbangan sosial
dan politik. Penempatan penduduk/masyarakat lebih cocok bila masyarakat tersebut bersifat
homogen dan kohesif. Masyarakat dengan tradisi individual atau dari budaya berbeda-beda
lebih cocok untuk kebun yang kecil-kecil Lokasi perumahan ditentukan dengan pertimbangan
aspek sosial

3. Pd penempatan perkebunan kecil, satu kompleks perumahan berisi 20 keluarga , mengelola


± 40 ha. Perawatan dilaksanakan oleh masing-masing keluarga, pemanenan mengikuti jadwal
yang disepakati. Kelompok petani ini biasanya diawasi oleh managemen/pengelola yang kuat
dlm hal keuangan dan kebijakan, misalnya perusahaan besar, yang biasanya adalah
perusahaan Inti. Sebelum petani kuat/mandiri, petani tersebut dipekerjakan oleh perusahaan.
kelompok petani yang beranggota 20-30 orang di bawah pembinaan pemerintah/perusahaan
besar, di Indonesia organisasi yang bisa menjadi jembatan adalah koperasi. Perumahan
biasanya ditempatkan di pusat area perkebunan, dimana tenaga listrik dan layanan umum
tersedia. Pada petani yang ditempatkan, disediakan halaman sekitar rumah sekitar 0,5
ha/keluarga, untuk penyediaan bahan pangan.

4. Model pengembangan perkebunan kecil tersebut hampir sama dg perusahaan besar, dalam
hal perencanaan, tata letak, dan pengembangan. Pada tiap kompleks perkebunan tersebut
harus tersedia akses cukup untuk jalan masuk saprodi dan pengangkutan hasil panen(tandan
buah). Perencanaan untuk jalan akses harus dipertimbangkan dari awal. Petani biasanya juga
membangun jalan akses sendiri. Jarak antar jalan biasanya 1 km, sehingga tidak ada titik yang
lebih dari 500 m dari jalan.

5. Rumah yang dibangun biasanya berupa blok-blok individual berukuran kecil. Pusat
perumahan terdiri atas perumahan staf, sekolah, pusat kesehatan, warung. Terdapat model
dimana perumahan dikembangkan sendiri oleh masyarakat, dalam satuan kelompok atau
koperasi. Kemudian kelompok ini dibawah binaan perusahaan inti Keberadaan jalan perlu
diyakinkan agar sesuai untuk model transportasi yang diperlukan, demikian juga supaya
semua dapat mengakses dengan baik, untuk menghindari masalah sosial. Untuk ini
diperlukan kajian terlebih dahulu tentang legalitas lahan, jalan, dan penempatan fasilitas.
6. Perusahaan Perkebunan Selain perancangan lapangan, persoalan yang terkait perkebunan
baru (atau rekonstruksi) adalah penempatan pabrik dan perumahan, dalam hubungannya
dengan kebun utama. Pabrik harus diletakkan sedapat mungkin di tengah, untuk efisiensi
transportasi saprodi atau panen. Pemilihan lokasi pabrik harus dengan pertimbangan teknis
seperti bentuk lahan, ketersediaan air, pembuangan limbah, dsb.

7. Perumahan tenaga kerja pabrik dan kebun biasanya dekat dengan pabrik, untuk kemudahan
shift kerja dan adanya fasilitas pabrik. Hal-hal seperti arah angin, tinggi tempat perlu
dipertimbangkan untuk menjaga kenyamanan manusia/tenaga kerja. Namun demikian ada
model yang menempatkan perumahan tenaga kerja disebar di lokasi-lokasi kebun, dengan
konsekuensi penyediaan kebutuhan hidup di masing-masing tempat. Perumahan/penempatan
tenaga di sekitar kantor/staf/managemen juga memudahkan komunikasi dan pengawasan,
mengurangi resiko kekerasan, kejahatan, dsb. Ukuran divisi perkebunan ditentukan terutama
oleh letak geografis, dan sebagian oleh kemudahan peletakan setelah kompleks managemen
pertama. Juga kemudahan pengawasan terhadap kebun. Di Indonesia juga dipengaruhi oleh
sistem training dan supervisi, yaitu sekitar 500-750 ha/divisi.

8. Seberapa pun ukuran kebun, yang harus diperhatikan adalah kesiapan lahan agar kelapa
sawit berkembang optimal, infrastruktur tersedia, biaya perawatan dan pengambilan hasil
minimal. Hal ini mempengaruhi ukuran dan pengaturan blok kebun, jalan, jaringan
komunikasi dan transportasi. Rancangan jalan tergantung pada ketersediaan bahan
konstruksi, serta ukuran /kapasitas kendaraan pengangkut. Rancangan jembatan dan selokan
mempertimabngkan fungsi menaggung beban kendaraan dan sebagai jalan banjir.
Pertimbangan sistem drainase sangat perlu, untuk menjaga genangan air dan mengendalikan
muka air saat kekeringan. Sebaliknya untuk daerah kering, saluran irigasi perlu
dipertimbangkan.

9. Ukuran kebun ditentukan sebagian oleh faktor geografi dan sebagian oleh kemampuan
pengelolaan/pengawasan dlm 1 divisi Area dg tanmn matang lebih mudah diawasi drpd tanm
dg berbagai umur, makin canggih suatu divisi bisa makin besar luasan yg ditangani
Infrastruktur harus tersedia cukup, utk perawatan dan pengambilan hasil panen Ukrn blok utk
jalan/jaringan terkait dg sistem komunikasi & trnsprt, dipengaruhi oleh sistem mekanisasi

10. Lahan miring perlu dibuatkan teras, untuk mencegah erosi, maksimalkan produksi, dan
memudahkan pemanenan. Hindari polusi lingkungan dan minimalkan gangguan alam sekitar,
menjaga keseimbangan alam semaksimal mungkin, serta konservasi tanah dan air. Perlu
diingat bahwa perkebunan akan berumur paling tidak 25 tahun, selama itu kondisi akan
berubah, sehingga perlu diantisipasi misalnya kemungkinan sistem mekanis di masa depan.

11. Batas Wilayah dan Studi pendahuluan Area yg dikelola harus jelas, identifikasi di peta
dan di lapangan. Skala Peta= 1:10.000 atau 1: 25.000 foto udara dan peta Dapat digunakan
bersama GIS dan foto satelit dpt membantu penentuan batas di lapangan Batas harus
diperjelas sebelum mulai tanam Idealnya studi kelayakan agronomi dilakukan SEBELUM
penguasaan lahan dan pendanaan GPS dan foto udara dpt membantu pembuatan peta kontur
sbg dasar survey lahan dg ukuran jalur 1 km x 0,5 km .  perlu SOIL SCIENTIST

12. Bila jenis dan kondisi tanah hampir seragam, jumlah sampel bisa diperkecil Informasi
mengenai: derajad slope, arah dan aliran drainase, sistem teras, jaringan jalan. Informasi
mengenai topografi dan jenis vegetasi Perlu info detail lapangan karena foto satelit tdk lbh
rinci dr. 1 km Tingkat/probabilitas banjir perlu diperhitungkan Dimungkinkan utk tidak
memanfaatkan areal lahan yg jelek. Bila sdh ada perumahan/jaringan jalan bisa
dimanfaatkan, tetapi disesuaikan dng master plan Prioritas pertimbangan adalah perencanaan
yg hati2 thdp sistem drainase, jalan dan lintasan, juga bentuk lereng apakah bergunung,
bergelombang, atau rata.

PROSEDUR IJIN PEMBUKAAN LAHAN UNTUK PERKEBUNAN KELAPA SAWIT


(konversi dari lahan hutan/areal tak terpakai)

Jenis lahan, menurut urutan penggunaan : APL : areal penggunaan lain HPK : hutan produksi
konversi HP : hutan produksi, HPT : hutan produksi terbatas, atau HTI HL : hutan lindung
1. Prosedur untuk lahan Areal Penggunaan Lain (APL) Ijin Prinsip atau Ijin Lokasi, berdasar
tata ruang dari Bupati. Bupati membentuk Tim Teknis (BPN, Dinas Pertanian, Dinas
Perkebunan & Kehutanan, Camat, kades) Ijin Usaha Perkebunan, Ijin Penggunaan Lahan,
dari Bupati Menurut UU 18 Th 2004 ttg Perkebunan SK Menteri Pertanian
26/Permentan/OT.140/2/2007, penggunaan lahan perkebunan 80% utk perusahaan, 20%
untuk masyarakat Sewa konsultan untuk pengecekan kembali areal rencana kebun, terkait
misalnya: kemiringan lahan (max 30 %) kesesuaian lahan: tanah, ,iklim, CH, hara tanah
Mulai pekerjaan operasional, pembukaan lahan. Areal dibuka pertama adalah untuk
pembibitan, dengan syarat a.l: dekat sumber air (sungai), tanah mineral, datar
2. Survey dan analisa AMDAL (analisa mengenai dampak lingkungan) oleh Bapepalda
Pengurusan Ijin Hak Guna Usaha, dengan luas sesuai hasil survey konsultan (hanya lahan
yang memenuhi syarat) Pernyataan Perusahaan telah memasang tanda batas di areal yang
dimintakan HGU Permohonan pengukuran peta oleh Kadastral. Setelah pemetaan Kadastral,
baru pengusulan HGU Inventarisasi lahan oleh Badan Pertanahan Nasional, terkait aspek
penataan dan pemanfaatan lahan (lahan milik adat/ulayat, dsb) Keluaran dari kegiatan ini
adalah Gambar situasi (Peta GS) yang memberikan informasi rinci penggunaan lahan.
Kewenangan BPN: 100 Ha : BPN Pusat

3. Bila mendirikan pabrik, ijin pendirian pabrik (Hak Guna Bangunan, HGB) Setelah survey
selesai, dilakukan desain blok, misalnya ukuran blok 300 x 1000 atau 400 x 1000.
Keterangan lahan berdasar topografi: datar : 0 – 3 % berombak : 4- 8 % bergelombang : 9 –
15 % bergunung : > 40 % Bila yang akan digunakan adalah Lahan HPK, maka setelah ijin
lokasi/prinsip diperlukan rekomendasi Gubernur untuk pelepasan kawasan hutan. Gubernur
akan membentuk tim teknis untuk melakukan survey mikro atas areal (hampir sama dengan
survey inventarisasi lahan). Setelah keluar rekomendasi Gubernur, mengajukan permohonan
ke Departemen Kehutanan (Menteri) untuk pelepasan kawasan hutan. Karena kawasan APL
menjadi wewenang BPN sedang kawasan HP/HPT menjadi wewenang Deparemen
Kehutanan. Setelah Menteri Kehutanan mengeluarkan Surat keterangan pelepasan hutan,
baru dapat dimintakan ijin HGU

Anda mungkin juga menyukai