Anda di halaman 1dari 183

ANALISIS TREND KECELAKAAN KERJA KARYAWAN UNTUK

PENGAMBILAN KEBIJAKAN PADA PESERTA


BPJS KETENAGAKERJAAN KANTOR
CABANG MEDAN BELAWAN

TESIS

OLEH
ADRIANI SINAGA
157019054 / IM

MAGISTER ILMU MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


ANALISIS TREND KECELAKAAN KERJA KARYAWAN UNTUK
PENGAMBILAN KEBIJAKAN PADA PESERTA
BPJS KETENAGAKERJAAN KANTOR
CABANG MEDAN BELAWAN

TESIS

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains
dalam Program Studi Ilmu Manajemen pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Sumatera Utara

Oleh

ADRIANI SINAGA
157019054 / IM

MAGISTER ILMU MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Tanggal lulus ` : 23 Agustus 2017
Telah diuji pada tanggal : 23 Agustus 2017

PANITIA PENGUJI TESIS


Ketua : Prof. Dr. Prihatin Lumbanraja, SE, M.Si
Anggota : 1. Dr. Yeni Absah, SE, M.Si
2. Prof. Dr. Ir. Sukaria Sinulingga, M.Eng
3. Dr. Beby Karina Fauzeea Sembiring, MM
4. Dr. Elisabet Siahaan, M. Ec

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


PERNYATAAN ORISINALITAS

Tesis, dengan judul:

ANALISIS TREND KECELAKAAN KERJA KARYAWAN UNTUK


PENGAMBILAN KEBIJAKAN PADA PESERTA BPJS
KETENAGAKERJAAN KANTOR CABANG
MEDAN BELAWAN

yang diajukan sebagai syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada
Program Studi Magister Ilmu Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Sumatera Utara adalah hasil karya tulis saya sendiri. Semua kutipan
maupun rujukan dalam penulisan tesis ini telah saya cantumkan sumbernya
dengan benar sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Jika di kemudian hari
ternyata ditemukan seluruh atau sebagian tesis ini bukan hasil karya penulis atau
adanya plagiat dalam bagian-bagian tertentu, saya bersedia menerima sanksi
pencabutan gelar akademik yang disandang dan sanksi-sanksi lainnya sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Medan, 23 Agustus 2017


Yang Membuat Pernyataan,

Adriani Sinaga
NIM. 157019054

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


ANALISIS TREND KECELAKAAN KERJA KARYAWAN UNTUK
PENGAMBILAN KEBIJAKAN PADA PESERTA
BPJS KETENAGAKERJAAN KANTOR
CABANG MEDAN BELAWAN

ABSTRAK

BPJS Ketenagakerjaan Kantor Cabang Medan Belawan merupakan kantor


cabang yang membayarkan klaim kecelakaan kerja tertinggi karena berada di
daerah Kawasan Industri Medan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
trend kecelakaan kerja karyawan untuk pengambilan kebijakan pada peserta BPJS
Ketenagakerjaan Kantor Cabang Medan Belawan. Jenis penelitian ini
menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Populasi dan sampel dalam
penelitian ini adalah semua data kecelakaan kerja pada perusahaan yang
mengajukan klaim kepada BPJS Ketenagakerjaan Kantor Cabang Medan Belawan
dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2016 sebagai unit analisis yaitu 12.925
kasus kecelakaan kerja. Data akan dianalisis untuk melihat trend kecelakaan kerja
menggunakan Program SPSS dan Excel. Hasil penelitian menunjukkan analisis
trend kecelakaan kerja lebih banyak terjadi pada karyawan laki-laki, kelompok
usia 26-30 tahun, di dalam lokasi area kerja, pada jam kerja 06.01-12.00, di
bagian kaki pekerja, bersumber dari mesin, disebabkan oleh memakai peralatan,
pada resiko jenis pekerjaan sedang. Kesimpulan analisis prediksi trend 5 tahun
kedepan yaitu kecelakaan kerja lebih banyak terjadi pada karyawan laki-laki, usia
≤25 tahun, di dalam lokasi area kerja, pada jam kerja 06.01-12.00, di bagian jari
tangan, bersumber dari faktor lingkungan, disebabkan oleh memakai peralatan,
pada resiko jenis pekerjaan sedang.

Kata Kunci : Trend, Prediksi, Kebijakan, Kecelakaan Kerja

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


THE ANALYSIS OF EMPLOYEE’S WORK ACCIDENT TREND
FOR POLICY MAKING TO BPJS KETENAGAKERJAAN
PARTICIPANT IN MEDAN BELAWAN BRANCH

ABSTRACT

BPJS Ketenagakerjaan Branch Office Medan Belawan is a branch office that


pays the highest occupational injury claim because it is in the area of Medan
Industrial Estate. This study aims to analyze employee’s work accident trend for
policy making to BPJS Ketenagakerjaan participant in Medan Belawan branch.
This research uses descriptive qualitative research method. Population and
sample in this research are all the data accidents in the company that claimed to
BPJS Ketenagakerjaan Medan Belawan branch from 2012 to 2016 the unit of
analysis is 12,925 accident cases. The data will be analyzed to see the accidents
trends using SPSS Program and Excel. The result of the research showsthattrend
analysis of work accident in 2012-2016 is mostly happen to male employees in the
age group 26-30 years old and take place in the work area at work hours 06.01-
12.00. The accidents occur in the legs of workers that sourced from machinery
(press, drill, saws, etc.) caused by using equipment in medium risk work. Trend
prediction analysis of 2017-2021 is work accidents mostly happen to male
employees, in the age group less than 25 years old; take place in the work area at
work hours 06.01-12.00, many accidents occur in the fingers, sourced from
environmental factors caused by using equipment in medium risk work.

Keywords: Trend, Prediction, Policy, Work Accident

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yesus Maha Pengasih atas

kasih dan penyertaan-Nya yang telah diberikan kepada peneliti sehingga peneliti

dapat menyelesaikan kuliah di Program Magister Ilmu Manajemen, Fakultas

Ekonomi dan Bisnis, Universitas Sumatera Utara dan dapat menyelesaikan tesis

ini dengan Judul “Analisis Trend Kecelakaan Kerja Karyawan Untuk

Pengambilan Kebijakan Pada Peserta BPJS Ketenagakerjaan Kantor

Cabang Medan Belawan”.

Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna,

sehubungan dengan adanya keterbatasan waktu, pengetahuan dan pengalaman

yang dimiliki oleh peneliti. Oleh karena itu, dengan lapang dada peneliti

menerima segala kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca demi

kesempurnaan tesis ini.

Dalam menyelesaikan tesis ini, peneliti banyak mendapat masukan, kritikan,

saran baik itu bantuan moril dan materil sehingga tesis ini dapat terselesaikan,

Untuk itu dalam kesempatan ini, peneliti ingin menyampaikan rasa terimakasih

sebesar – besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, M.Hum selaku Rektor Universitas

Sumatera Utara

2. Bapak Prof. Dr. Ramli, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Sumatera Utara.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3. Ibu Dr. Endang Sulistya Rini, SE, M.Si selaku Ketua Program Studi Magister

Ilmu Manajemen Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dr. Yeni Absah, SE, M.Si selaku Sekretaris Program Studi Magister Ilmu

Manajemen Universitas Sumatera Utara sekaligus Anggota Komisi

Pembimbing yang telah banyak memberikan ilmu dan masukan untuk

perbaikan tesis ini.

5. Ibu Prof. Dr. Prihatin Lumbanraja, SE, M.Si selaku ketua komisi pembimbing

yang telah banyak memberikan ilmu dan masukan untuk perbaikan dalam

tesis ini.

6. Bapak Prof. Dr. Ir. Sukaria Sinulingga, M.Eng selaku Anggota Komisi

Pembanding yang telah banyak memberikan masukan untuk perbaikan tesis

ini.

7. Ibu Dr. Beby Karina Fauzeea Sembiring, MM selaku Anggota Komisi

Pembanding yang telah banyak memberikan masukan untuk perbaikan tesis

ini.

8. Ibu Dr. Elisabet Siahaan, M. Ec selaku Anggota Komisi Pembanding yang

telah banyak memberikan masukan untuk perbaikan tesis ini.

9. Kepada seluruh dosen dan staff administrasi Program Studi Magister

Manajemen yang banyak memberikan ilmu pengetahuan dan bantuan.

10. Kepada kedua orangtua saya Judesman Sinaga dan Sanna Mariani Saragih

yang telah memberikan semangat dan supportnya kepada peneliti selama ini

untuk terus maju menggapai cita-cita.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


11. Kepada seluruh keluarga terutama abang dan kedua adik saya yang tetap

memberikan semangat dan doanya.

12. Kepada suami saya Wanris Pindo Purba yang selalu sabar, memberikan

dukungan, memberikan semangat dalam menjalani kuliah dan membantu

menyelesaikan kuliah dan tesis ini.

13. Kepada putri saya tercinta Ardella Joicelyne Purba, penyemangat hidupku

yang selalu memberikan pengertian, dukungan dan semangat dalam

menyelesaikan kuliah dan tesis ini.

14. Teman-teman di Program Magister Ilmu Manajemen angkatan Manajemen

Paralel 2015, atas bantuan, doa dan persahabatan yang telah dibina dengan

baik dan indah. Semoga persahabatan dan kekeluargaan kita tidak lekang oleh

waktu.

15. Bapak Asran Pane, selaku Kepala Lantor BPJS Ketenagakerjaan Cabang

Medan Belawan yang telah memberikan izin penelitian di BPJS

Ketenagakerjaan Cabang Medan Belawan dan selalu memberikan perhatian

serta dukungan selama kuliah dan menyelesaikan tesis ini.

16. Ibu Annati dan Ibu Lasmaida Susi Deliana Sinaga, selaku Kepala Bidang

Pelayanan BPJS Ketenagakerjaan Cabang Medan Belawan dan seluruh tim

pelayanan B05 yang selalu memberikan perhatian dan dukungan selama

kuliah dan menyelesaikan tesis ini.

17. Serta pihak-pihak lain yang secara langsung maupun tidak langsung

membantu peneliti dalam penyusunan tesis ini yang tidak dapat saya sebutkan

satu persatu.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Akhir kata peneliti menyampaikan terimakasih atas bantuan dan perhatian

yang telh diberikan, semoga Tuhan Yang Maha Kuasa akan membalas kebaikan

dan memberikan berkat-Nya kepada kita semua.

Medan, 23 Agustus 2017


Peneliti

Adriani Sinaga

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


RIWAYAT HIDUP

Adriani Sinaga, lahir di Raya Bayu Simalungun, pada tanggal 6 Oktober


1983. Anak kedua dari pasangan Judesman Sinaga dan Sanna Mariani Saragih,
berkebangsaan Indonesia dan beragama Kristen Protestan. Menikah dengan
Wanris Pindo Purba pada tahun 2010 dan telah dikarunia seorang anak yang
bernama Ardella Joicelyne Purba. Pekerjaan sebagai karyawan Badan Hukum
Publik di BPJS Ketenagakerjaan (PT. Jamsostek) sejak Tahun 2007. Pendidikan
Sekolah Dasar di SD Negeri 095152 Simangappu Kabuaten Simalungun dan
Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 1 Pematang Raya Kabupaten
Simalungun. Selanjutnya pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMU RK Budi
Mulia Pematang Siantar, lulus pada tahun 2002. Kemudian menyelesaikan
Pendidikan Diploma (D-3) Program Studi Statistika Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara pada tahun 2005 dan
menyelesaikan Program Ekstensi (S-1) Program Studi Manajemen Fakultas
Ekonomi Universitas Alwashliyah (UNIVA) Medan pada tahun 2014. Kemudian
melanjutkan pendidikan di Program Studi Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara pada tahun 2015

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN TESIS ..................................................................... i


LEMBAR PENETAPAN PANITIA PENGUJI TESIS ................................... ii
PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................................... iii
ABSTRAK .......................................................................................................... iv
ABSTRACT .......................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ........................................................................................ vi
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................. x
DAFTAR ISI ...................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1


1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah….............................................................................. 11
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................... 12
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................. 14
BAB II TINJAUAN TEORI ................................................................................ 15
2.1 Landasan Teori ...................................................................................... 15
2.1.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja ............................................... 15
2.1.2 Pengertian Kecelakaan Kerja ....................................................... 16
2.1.3 Teori Penyebab Kecelakaan Kerja ............................................... 17
2.1.4 Metode Analisi Kejadian Kecelakaan .......................................... 26
2.1.5 Pencegahan Kecelakaan Akibat Kerja ......................................... 30
2.1.6 Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja ........................... 32
2.1.7 Trend Kecelakaan Kerja............................................................... 34
2.1.8 BPJS Ketenagakerjaan ................................................................ 42
2.1.9 Pohon Keputusan......................................................................... 48
2.2 Penelitian terdahulu ............................................................................... 50
2.3 Kerangka Konseptual............................................................................. 62

BAB III METODE PENELITIAN ..................................................................... 64


3.1 Jenis Penelitian ...................................................................................... 64
3.2 Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian ................................................ 65
3.3 Populasi dan Sampel .............................................................................. 65
3.2.1 Populasi ................................................................................... 65
3.2.2 Sampel ..................................................................................... 66
3.4 Teknik Pengumpulan Data..................................................................... 66
3.5 Jenis dan Sumber Data ......................................................................... 68
3.5.1 Jenis Data ............................................................................... 68
3.5.2 Sumber Data ........................................................................... 68

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3.6 Defenisi Istilah ...................................................................................... 69
3.7 Model Analisi Data ............................................................................... 70

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 74


4.1 Objek Penelitian ................................................................................... 74
4.2 Hasil Penelitian...................................................................................... 74
4.2.1 Trend Kecelakaan Kerja dari Tahun 2012-2016,
Berdasarkan Jenis Kelamin .................................................................. 74
4.2.2 Trend Kecelakaan Kerja dari Tahun 2012-2016,
Berdasarkan Usia Pekerja ..................................................................... 76
4.2.3 Trend Kecelakaan Kerja dari Tahun 2012-2016,
Berdasarkan Lokasi Kejadian ............................................................... 78
4.2.4 Trend Kecelakaan Kerja dari Tahun 2012-2016,
Berdasarkan Waktu Kejadian ............................................................... 80
4.2.5 Trend Kecelakaan Kerja dari Tahun 2012-2016,
Berdasarkan Bagian Tubuh yang Cedera ............................................. 82
4.2.6 Trend Kecelakaan Kerja dari Tahun 2012-2016,
Berdasarkan Sumber Cedera ................................................................ 84
4.2.7 Trend Kecelakaan Kerja dari Tahun 2012-2016,
Berdasarkan Tindakan Berbahaya ........................................................ 88
4.2.8 Trend Kecelakaan Kerja dari Tahun 2012-2016,
Berdasarkan Resiko Jenis Pekerjaan .................................................... 91
4.2.9 Prediksi Trend Kecelakaan Kerja untuk 5 (lima)
Tahun Berikutnya (tahun 2017-2021) .................................................. 94
4.2.10 Rekapitulasi Hasil Wawancara Responden ........................................ 107
4.2.11 Rekapitulasi Hasil Observasi .............................................................. 113
4.3 Pembahasan ........................................................................................ 118
4.3.1 Trend Kecelakaan Kerja dan Pohon Keputusan
dari Tahun 2012-2016, Berdasarkan Jenis Kelamin........................... 118
4.3.2 Trend Kecelakaan Kerja dan Pohon Keputusan
dari Tahun 2012-2016, Berdasarkan Usia Pekerja ............................. 122
4.3.3 Trend Kecelakaan Kerja dan Pohon Keputusan
dari Tahun 2012-2016, Berdasarkan Lokasi Kejadian ....................... 126
4.3.4 Trend Kecelakaan Kerja dan Pohon Keputusan
dari Tahun 2012-2016, Berdasarkan Waktu Kejadian ....................... 130
4.3.5 Trend Kecelakaan Kerja dan Pohon Keputusan
dari Tahun 2012-2016, Berdasarkan Bagian Tubuh yang Cedera ..... 133
4.3.6 Trend Kecelakaan Kerja dan Pohon Keputusan
dari Tahun 2012-2016, Berdasarkan Sumber Cedera......................... 133
4.3.7 Trend Kecelakaan Kerja dan Pohon Keputusan
dari Tahun 2012-2016, Berdasarkan Tindakan Berbahaya ................ 136
4.3.8 Trend Kecelakaan Kerja dan Pohon Keputusan
dari Tahun 2012-2016, Berdasarkan Resiko Jenis Pekerjaan ............ 140
4.3.9 Prediksi Trend Kecelakaan Kerja untuk
5 (lima) Tahun Berikutnya (tahun 2017-2021) .................................. 143
4.3.10 Analisa Pohon Keputusan berdasarkan
Trend Kecelakaan Kerja dari Tahun 2012-2016 ................................ 146

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 151
5.1 Kesimpulan ......................................................................................... 156
5.2 Saran ................................................................................................... 158

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 160

LAMPIRAN ........................................................................................................ 162

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

1.1 Biaya pengobatan dan santunan akibat kecelakaan kerja 6


1.2 Kondisi akhir tenaga kerja akibat kecelakaan kerja 9
2.1 Besaran persentase iuran JKK BPJS Ketenagakerjaan 44
2.2 Penelitian Terdahulu 53
3.1 Defenisi Istilah 69
4.1 Trend kecelakaan kerja berdasarkan jenis kelamin 75
4.2 Trend kecelakaan kerja berdasarkan usia pekerja 77
4.3 Trend kecelakaan kerja berdasarkan lokasi kejadian 79
4.4 Trend kecelakaan kerja berdasarkan waktu kejadian 80
4.5 Trend kecelakaan kerja berdasarkan bagian tubuh yang cedera 82
4.6 Trend kecelakaan kerja berdasarkan sumber cedera 85
4.7 Trend kecelakaan kerja berdasarkan tindakan berbahaya 88
4.8 Trend kecelakaan kerja berdasarkan resiko jenis pekerjaan 91
4.9 Trend kecelakaan kerja tertinggi dan terendah dari tahun 2012 – 2016 92
4.10 Prediksi Trend kecelakaan kerja berdasarkan jenis kelamin 95
4.11 Prediksi Trend kecelakaan kerja berdasarkan usia pekerja 97
4.12 Prediksi Trend kecelakaan kerja berdasarkan lokasi kejadian 97
4.13 Prediksi Trend kecelakaan kerja berdasarkan waktu kejadian 97
4.14 Prediksi Trend kecelakaan kerja berdasarkan bagian tubuh yang cedera 98
4.15 Prediksi Trend kecelakaan kerja berdasarkan sumber cedera 100
4.16 Prediksi Trend kecelakaan kerja berdasarkan tindakan berbahaya 102
4.17 Prediksi Trend kecelakaan kerja berdasarkan resiko jenis pekerjaan 105
4.18 Prediksi Trend kecelakaan kerja tertinggi dan terendah
dari tahun 2017 – 2021 106

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

1.1 Jumlah kasus kecelakaan kerja 3


1.2 Jumlah Kasus Kecelakaan Kerja 5
2.1 Model teori Domino Heinrich 19
2.2 Model teori The ILCI Loss Causation Model 21
2.3 The SHEL Model 22
2.4 Peran Manajemen dalam meminimalkanKecelakaan 33
2.5 Contoh Pohon Keputusan 49
4.1 Pohon keputusan berdasarkan jenis kelamin 121
4.2 Analisa penyebab berdasarkan jenis kelamin 122
4.3 Pohon keputusan berdasarkan usia pekerja 121
4.4 Analisa penyebab berdasarkan usia pekerja 122
4.5 Pohon keputusan berdasarkan lokasi kejadian 121
4.6 Analisa penyebab berdasarkan lokasi kejadian 122
4.7 Pohon keputusan berdasarkan waktu kejadian 121
4.8 Analisa penyebab berdasarkan waktu kejadian 122
4.9 Pohon keputusan berdasarkan bagian tubuh yang cedera 121
4.10 Analisa penyebab berdasarkan bagian tubuh yang cedera 122
4.11 Pohon keputusan berdasarkan sumber cedera 121
4.12 Analisa penyebab berdasarkan sumber cedera 122
4.13 Pohon keputusan berdasarkan tindakan berbahaya 121
4.14 Analisa penyebab berdasarkan tindakan berbahaya 122
4.15 Pohon keputusan berdasarkan resiko jenis pekerjaan 121
4.16 Analisa penyebab berdasarkan resiko jenis pekerjaan 122
4.17 Rangkuman analisa penyebab prediksi trend 151
4.18 Summary pohon keputusan trend kecelakaan kerja tahun 2012-2016 155

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman

1 Form wawancara para responden 159


2 Form checklist observasi 161

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

BPJS Ketenagakerjaan (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

Ketenagakerjaan) merupakan program publik yang memberikan perlindungan

bagi tenaga kerja untuk mengatasi risiko sosial ekonomi tertentu dan

penyelenggaraannya menggunakan mekanisme asuransi sosial. Sebagai Lembaga

Negara yang bergerak dalam bidang asuransi sosial BPJS Ketenagakerjaan yang

dahulu bernama PT. Jamsostek (Persero) merupakan pelaksana undang-

undang jaminan sosial tenaga kerja. BPJS Ketenagakerjaan sebelumnya bernama

Jamsostek (jaminan sosial tenaga kerja) yang dikelola oleh PT. Jamsostek

(Persero), namun sesuai UU No. 24 Tahun 2011 tentang BPJS, PT. Jamsostek

berubah menjadi BPJS Ketenagakerjaan sejak tanggal 1 Januari 2014. BPJS

Kesehatan dahulu bernama Askes bersama BPJS Ketenagakerjaan merupakan

program pemerintah dalam kesatuan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang

diresmikan pada tanggal 31 Desember 2013. BPJS Kesehatan mulai beroperasi

sejak tanggal 1 Januari 2014, sedangkan BPJS Ketenagakerjaan mulai beroperasi

sejak 1 Juli 2015.

Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang

Sistem Jaminan Sosial Nasional dan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011

tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, BPJS Ketenagakerjaan

menyelenggarakan 4 Program yakni Program Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK),

Jaminan Hari Tua (JHT), Jaminan Pensiun (JP), dan Jaminan Kematian (JK).

Program Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) merupakan Program yang memberikan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2

perlindungan atas risiko-risiko kecelakaan yang terjadi dalam hubungan kerja,

termasuk kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan dari rumah menuju tempat

kerja atau sebaliknya dan penyakit yang disebabkan oleh lingkungan kerja.

Derajat kesehatan dan keselamatan yang tinggi di tempat kerja merupakan

hak pekerja yang wajib dipenuhi oleh perusahaan disamping hak-hak normatif

lainnya. Perusahaan hendaknya sadar dan mengerti bahwa pekerja bukanlah

sebuah sumber daya yang terus menerus dimanfaatkan melainkan sebagai

makhluk sosial yang harus dijaga dan diperhatikan mengingat banyaknya faktor

dan resiko bahaya yang ada ditempat kerja.

Selain perusahaan, pemerintah pun turut bertanggungjawab untuk

melindungi kesehatan dan keselamatan kerja. Upaya yang dilakukan oleh

pemerintah dengan mengeluarkan peraturan perundang-undangan yang mengatur

tentang K3 yaitu UU No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja

(K3), Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 tahun 2012 tentang

Penerapan Sistem Manajemen keselamtan dan kesehatan kerja (SMK3).

Berdasarkan data dari International Labour Organization (ILO) tahun

2013, satu pekerja di dunia meninggal setiap 15 detik karena kecelakaan kerja

atau penyakit akibat kerja. ILO juga mencatat, 153 pekerja di dunia mengalami

kecelakaan kerja setiap 15 detik. Diperkirakan 2,3 juta pekerja meninggal setiap

tahun akibat kecelakaan dan penyakit akibat kerja (PAK). Lebih dari 160 juta

pekerja menderita penyakit akibat kerja dan 313 juta pekerja mengalami

kecelakaan non-fatal per tahunnya. Dilihat dari sudut pandang ekonomi, ILO

memperkirakan lebih dari 4 persen Produk Domestik Bruto (PDB) digunakan

untuk kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Persentase tersebut setara dengan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3

biaya sebesar US$ 2,8 triliun yang dihabiskan untuk hilangnya waktu kerja,

gangguan produksi, kecelakaan dan penyakit akibat kerja, serta ganti rugi kepada

keluarga korban.

Setiap pekerjaan selalu mengandung potensi resiko bahaya dalam bentuk

kecelakaan kerja. Besarnya potensi kecelakaan dan penyakit kerja tersebut

tergantung dari jenis produksi, teknologi yang dipakai, bahan yang

digunakan, tata ruang dan lingkungan bangunan serta kualitas manajemen dan

tenaga tenaga pelaksana.

Gambar 1.1 Jumlah Kasus Kecelakaan Akibat Kerja (KAK) Tahun 2011-2014
Sumber : Direktorat Bina Kesehatan Kerja dan Olahraga, Kementrian Kesehatan, 2014

Jumlah kasus kecelakaan akibat kerja tahun 2011-2014 yang paling tinggi

pada 2013 yaitu 35.917 kasus kecelakaan kerja (Tahun 2011 = 9.891, Tahun 2012

= 21.735, Tahun 2014 = 24.910). Provinsi dengan jumlah kasus kecelakaan akibat

kerja tertinggi pada tahun 2011 adalah Provinsi Banten, Kalimantan Tengah dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4

Jawa Timur, Tahun 2012 adalah Provinsi Jambi, Maluku dan Sulawesi Tengah,

Tahun 2013 adalah Provinsi Aceh, Sulawesi Utara dan Jambi, sedangkan tahun

2014 adalah Provinsi Sulawesi Selatan, Riau dan Bali. Dari data tersebut dapat

dilihat bahwa, angka kecelakaan kerja di Indonesia masih tinggi. Sesuai dengan

data BPJS Ketenagakerjaan, hingga akhir 2015 telah terjadi kecelakaan kerja

sebanyak 105.182 kasus. Sementara itu, untuk kasus kecelakaan berat yang

mengakibatkan kematian tercatat sebanyak 2.375 kasus dari total jumlah

kecelakaan kerja. Dirjen Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan dan

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (PPK dan K3) Kementerian Ketenagakerjaan

(Kemnaker) Muji Handaya mengatakan, jumlah kecelakaan kerja dari tahun ke

tahun mengalami tren peningkatan hingga 5%. Untuk kecelakaan kerja berat,

trend peningkatannya cukup besar yakni sekitar 5% sampai dengan 10% setiap

tahunnya. Penyebab utama terjadinya kecelakaan kerja adalah masih rendahnya

kesadaran akan pentingnya penerapan K3 di kalangan industri dan masyarakat.

Selama ini penerapan K3 seringkali dianggap sebagai cost atau beban biaya,

bukan sebagai investasi untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja. BPJS

Ketenagakerjaan Cabang Medan Belawan merupakan kantor Cabang Kelas

Madya B yang berada didaerah kawasan industri.

BPJS Ketenagakerjaan Cabang Medan Belawan memiliki jumlah tenaga

kerja aktif yang dari tahun ketahun mengalami peningkatan yang cukup

signifikan. Jumlah tenaga kerja aktif pada tahun 2012 sebanyak 39.244 tenaga

kerja, tahun 2013 sebanyak 49.366 tenaga kerja, tahun 2014 sebanyak 61.567

tenaga kerja, tahun 2015 sebanyak 88.741 dan tahun 2016 sebanyak 92.279.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5

BPJS Ketenagakerjaan Kantor Wilayah Sumbagut terdiri dari sebelas

kantor cabang dari Provinsi Aceh dan Sumatera Utara. BPJS Ketenagakerjaan

Kantor Cabang Medan Belawan merupakan kantor cabang yang membayarkan

klaim kecelakaan kerja tertinggi karena berada di daerah Kawasan Industri

Medan. Beberapa perusahaan pabrik, kontruksi baik dari perusahaan asing, swasta

maupun BUMN memiliki resiko kecelakaan kerja yang cukup tinggi.

Berikut ini adalah grafik jumlah kasus kecelakaan kerja yang telah

dibayarkan oleh BPJS Ketenagakerjaan Cabang Medan Belawan sejak tahun 2012

sampai dengan 2016.

JUMLAH KASUS KECELAKAAN KERJA

3,000
2,616 2,942
2,340 2,745
2,000 2,282

1,000
JUMLAH KASUS KECELAKAAN
- KERJA
2012 2013
2014
2015
2016

Sumber : BPJS Ketenagakerjaan (2017)


Gambar 1.2 Jumlah Kasus Kecelakaan Kerja

Dari Gambar 1.2 dapat dilihat rata-rata dalam setahun yang mengalami

kecelakaan kerja sejumlah 2.585 tenaga kerja dan setiap hari yang mengalami

kecelakaan kerja sebanyak delapan tenaga kerja untuk daerah kepersertaan BPJS

Ketenagakerjaan Cabang Medan Belawan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


6

Tabel 1.1 menunjukkan jumlah biaya pengobatan dan santunan yang telah

dibayarkan oleh BPJS Ketenagakerjaan Cabang Medan Belawan sejak tahun 2012

smapai dengan 2016 dari 12.925 kasus yang telah dibayarkan.

Sumber : BPJS Ketenagakerjaan Cabang Medan Belawan (2017)

Kecelakaan yang terjadi di lingkungan kerja mengakibatkan kerugian bagi

perusahaan maupun tenaga kerja. Kerugian secara langsung yang dirasakan adalah

biaya pengobatan dan kompensasi. Biasanya jika tenaga kerja yang mengalami

kecelakaan kerja, perusahaan harus tetap memberikan gaji perbulan kepada yang

mengalami kecelakaan, dan perusahaan juga harus mengeluarkan gaji lembur

untuk tenaga kerja yang menggantikan. Kerugian materi seperti biaya pengobatan

yang sangat dibutuhkan oleh tenaga kerja untuk pemulihan kondisi kesehatannya.

Kerugian terhadap tenaga kerja yaitu pada kondisi kecelakaan yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


7

mengakibatkan sembuh hanya dengan bekas luka lecet atau robek, tenaga kerja

yang mengalami patah tulang dapat menggunakan pen didalam tubuhnya selama

bebeberapa tahun, tenaga kerja bahkan dapat kehilangan anggota tubuhnya yaitu

cacat anatomi sebagain, cacat total tetap dan cacat fungsi. Kondisi akhir akibat

kecelakaan kerja juga yang sangat menyedihkan bagi perusahaan dan ahli waris

ialah harus kehilangan tenaga kerja terbaik perusahaan dan bahkan tulang

punggung keluarga yaitu meninggal dunia akibat kecelakaan kerja dan meninggal

dunia medadak dilingkungan kerja. Padahal tenaga kerja merupakan salah satu

aset terbesar bagi perusahaan, karena tanpa tenaga kerja perusahaan tidak akan

berjalan.

Jika terjadi kecelakaan, perusahaan harus mengeluarkan biaya pengobatan

dan santunan kecelakaan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. BPJS

Ketenageakerjaan Kantor Cabang Medan Belawan selama tahun 2012 sampai

dengan 2016, telah membayarkan biaya pengobatan dan perawatan sebesar Rp

19,7 miliar, kompensasi berusapa santunan cacat yaitu sebesar Rp 8,3 miliar,

Santunan Sementara Tidak Mampu Bekerja (STMB) yaitu gaji karyawan selama

tidak masuk bekerja sebesar Rp 4,7 miliar, dan santunan kematian sebesar Rp 19,7

miliar. Sehingga total kerugian akibat kecelakaan kerja yang telah dibayarkan dari

12.925 kasus yaitu sebesar Rp 52,5 miliar. Dimana rata-rata rata unit cost biaya

dan unit cost santunan adalah 4,06 juta per karyawan.

Akibat kecelakaan kerja, perusahaan juga akan mengalami kerugian secara

tidak langsung, yaitu kerusakan pada sarana produksi. Perusahaan harus

mengeluarkan biaya untuk memperbaiki kerusakan. Banyak perusahaan yang

terlena dengan adanya jaminan asusransi terhadap aset yang dimiliki. Namun

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


8

kenyataannya, asuransi tidak akan membayar seluruh kerugian yang terjadi,

karena ada hal-hal yang tidak termasuk dalam lingkup asuransi, seperti kerugian

terhentinya produksi, hilangnya kesempatan pasar atau pelanggan. Karena itu,

sekalipun suatu aset telah diasuransikan, tidak berarti bahwa usaha

pengamanannya tidak lagi diperlukan. Menurut majalah tempo pada tahun 2017,

pada peringatan sebelas tahun semburan lumpur Lapindo, pihak perusahaan

berharap negara hadir secara komprehensif membantu kerugian akibat

kecelakaan kerja tersebut dan terdapat dua puluh tujuh pengusaha di Peta Area

Terdampak (PAT) yang harus menanggung kerugian senilai Rp 701,68 miliar,

terdiri atas Rp 542,75 miliar aset tanah serta Rp 158,92 miliar aset bangunan.

Man hour atau jam kerja adalah jumlah pekerjaan yang dilakukan oleh

rata-rata pekerja dalam satu jam. Man hour digunakan dalam memperkirakan

jumlah total tenaga kerja tanpa mengalami gangguan dalam melakukan suatu

tugas. Perusahaan mengalami kerugian jam kerja, dimana jika terjadi

kecelakaan kerja kegiatan produksi pasti akan berhenti sementara waktu.

Perusahaan akan melakukan berita acara kejadian, perbaikan kerusakan atau

penyelidikan kejadian. Kerugian jam kerja yang hilang akibat kecelakaan

jumlahnya cukup besar yang dapat mempengaruhi produktifitas. Kecelakaan

juga membawa kerugian terhadap proses produksi akibat kerusakan atau cedera

pada karyawan. Perusahaan tidak bisa berporoduksi sementara waktu sehingga

kehilangan peluang untuk mendapatkan keuntungan.

Kecelakaan kerja dapat menimbulkan kerugian sosial baik terhadap

keluarga korban yang terkait langsung, maupun lingkungan sosial sekitarnya.

Apabila seorang pekerja mendapat kecelakaan, keluarganya akan turut

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


9

menderita. Bila korban tidak mampu bekerja atau meninggal, maka keluarga

akan kehilangan sumber kehidupan, keluarga terlantar yang dapat menimbulkan

kesengsaraan. Kecelakaan kerja dapat menimbulkan citra negatif kepada

perusahaan karena dinilai tidak peduli dengan keselamatan, tidak aman atau

merusak lingkungan. Citra perusahaan sangat penting dan menentukan kemajuan

suatu usaha, dan untuk membangun citra atau company image, perusahaan

memerlukan perjuangan berat dan panjang. Namun citra ini dapat rusak dalam

sekejap jika terjadi bencana atau kecelakaan yang berdampak luas yang dapat

mengakibatkan masyarakat meninggalkan bahkan mungkin memboikot setiap

produknya.

Menurut Ramli (2010), berdasarkan berbagai penelitian, kerugian secara

tidak langsung seperti kehilangan jam kerja (man hour), kerugian produksi,

kerugian sosial, kerugian citra dan kepercayaan konsumen dapat mencapai 10

sampai 50 kali lipat dari biaya langsung yaitu biaya pengobatan dan kompensasi

berupa santunan yaitu sekitar Rp 40,6 juta sampai Rp 203,3 juta per karyawan

yang mengalami kecelakaan kerja.

Tabel 1.1 menunjukkan persentase kondisi akhir dari tenaga kerja yang

mengalami kecelakaan kerja sejak tahun 2012 sampai dengan tahun 2016.

Tabel 1.2
Kondisi Akhir Tenaga Kerja Akibat Kecelakaan Kerja
BPJS Ketenagakerjaan Cabang Medan Belawan
NO. Kondisi Akhir Jumlah Kasus Persentase (%)
1 Sembuh 12,340 95,47
2 masa perawatan 98 0,76
3 Kambuh - -
4 cacat fungsi 308 2,38
5 cacat sebagian / cacat anatomi 60 0,46
6 cacat total tetap 1 0,01
7 meninggal dunia akibat kecelakaan kerja 103 0,80
meninggal dunia akibat meninggal dunia
8 15 0,12
mendadak
TOTAL 12,925 100.00
Sumber : BPJS Ketenagakerjaan Cabang Medan Belawan (2017)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


10

Berdasarkan data Tabel 1.2, selama tahun 2012 - 2016 kondisi akhir yang

dialami oleh tenaga kerja yang paling tinggi ialah sembuh yaitu sebanyak 12.340

kasus, yang mengalami masa perawatan yaitu masih menggunakan alat bantu

kesehatan pada tubuhnya dan masih berobat jalan sebanyak 98 kasus, yang

mengalami cacat fungsi sebanyak 308 kasus, yang mengalami cacat sebagian /

anatomi sebanyak 60 kasus, yang mengalami cacat total tetap sebanyak 1(satu)

kasus, yang meninggal dunia akibat kecelakaan kerja sebanyak 103 kasus dan

yang meninggal dunia akibat meninggal dunia mendadak dilingkungan kerja

sebanyak 15 kasus.

Pra-riset yang dilakukan dengan melaksanakan wawancara kepada

perusahaan, tenaga kerja yang mengalami kecelakaan kerja, pihak eksternal

Pegawai Pengawas Dinas Sosial Tenaga Kerja, klinik/ rumah sakit yang

melakukan pengobatan, untuk mencari tahu trend apa saja yang menimbulkan

kecelakaan kerja. Penyebab terjadinya kecelakaan kerja dapat disebabkan oleh

faktor manusia yaitu dimana karyawan terkadang tidak selalu memakai alat

pelindung diri (APD), kurangnya pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

(K3), tinggat pendidikan yang masih rendah, dan masa kerja yang masih sedikit

sehingga belum memiliki pengalaman dilingkungan kerja. Faktor lainnya seperti

faktor lingkungan yang mana terkadang lingkungan yang bising sehingga

karyawan kurang mendengar arahan rekan kerja, suhu udara yang tidak nyaman,

penerangan yang kurang memadai dan permukaan lantai yang licin sering

membuat karyawan tergelincir. Faktor peralatan seperti mesin yang tiba-tiba rusak

akibat kurangnya pemeliharaan, juga dapat menyebabkan kecelakaan kerja.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


11

Sehubungan dengan tingginya kasus kecelakaan kerja di lingkungan

kepersertaan BPJS Ketenagakerjaan Cabang Medan Belawan yaitu sekitar 8

(delapan) tenaga kerja perhari, dan kerugian yang dialami oleh perusahaan dan

tenaga kerja bahkan keluarga/ ahli waris dari tenaga kerja, maka perlu dilakukan

penelitian yang mencari tahu tentang hal –hal apakah yang menjadi trend

kecelakaan kerja yang selama lima tahun terakhir yaitu tahun 2012 sampai dengan

2016. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, nantinya dapat diprediksi trend

kecelakaan kerja untuk 5 (lima) tahun yang akan datang yaitu 2017 sampai

dengan 2021, yang berguna sebagai dasar pengambilan keputusan bagi

pemerintah dalam menetapkan biaya pertanggungan.

Dalam melakukan penelitian ini tentunya akan didukung oleh beberapa

penelitian terdahulu yang pernah membahas mengenai kecelakaan kerja. Dasar

dari penelitian ini sangat penting dilakukan untuk mengungkap trend kecelakaan

kerja dan menemukan solusi untuk meningkatkan keselamatan para tenaga kerja

pada saat bekerja. Seiring dengan tingginya kasus kecelakaan kerja di lingkungan

kepersertaan BPJS Ketenagakerjaan Medan Belawan dan didukung oleh

penelitian terdahulu maka dapat disimpulkan untuk judul dari penelitian ini adalah

“Analisis Trend Kecelakaan Kerja Karyawan Untuk Pengambilan

Kebijakan Pada Peserta BPJS Ketenagakerjaan Kantor Cabang Medan

Belawan”.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


12

1. Bagaimana trend kecelakaan kerja karyawan peserta BPJS

Ketenagakerjaan Kantor Cabang Medan Belawan berdasarkan :

a. Jenis kelamin?

b. Usia pekerja?

c. Lokasi kejadian?

d. Waktu kejadian?

e. Bagian tubuh yang cedera?

f. Sumber cedera?

g. Tindakan berbahaya?

h. Jenis pekerjaan?

2. Bagaimana prediksi trend kecelakaan kerja karyawan peserta BPJS

Ketenagakerjaan kantor Cabang Medan Belawan untuk lima tahun

mendatang yaitu tahun 2017 sampai dengan tahun 2021 berdasarkan :

a. Jenis kelamin?

b. Usia pekerja?

c. Lokasi kejadian?

d. Waktu kejadian?

e. Bagian tubuh yang cedera?

f. Sumber cedera?

g. Tindakan berbahaya?

h. Jenis pekerjaan

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitiannya adalah sebagai berikut :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


13

1. Untuk mengetahui dan menganalisis trend kecelakaan kerja karyawan

peserta BPJS Ketenagakerjaan Kantor Cabang Medan Belawan

berdasarkan :

a. Jenis kelamin?

b. Usia pekerja?

c. Lokasi kejadian?

d. Waktu kejadian?

e. Bagian tubuh yang cedera?

f. Sumber cedera?

g. Tindakan berbahaya?

h. Jenis pekerjaan

2. Untuk memprediksi dan menganalisis trend kecelakaan kerja karyawan

peserta BPJS Ketenagakerjaan kantor Cabang Medan Belawan untuk

lima tahun mendatang yaitu tahun 2017 sampai dengan tahun 2021

berdasarkan :

a. Jenis kelamin

b. Usia pekerja

c. Lokasi kejadian

d. Waktu kejadian

e. Bagian tubuh yang cedera

f. Sumber cedera

g. Tindakan berbahaya

h. Jenis pekerjaan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


14

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian adalah sebagai berikut :

1. Penelitian ini menjadi kebijakan kepada Pemerintah, untuk

meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja dan meningkatkan

besaran santunan kepada karyawan peserta BPJS Ketenagakerjaan.

2. Penelitian ini menambah wawasan ilmu pengetahuan peneliti di

bidang keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dan kemampuan analisis

dalam memahami penyebab kecelakaan kerja.

3. Sebagai bahan referensi bagi peneliti selanjutnya yang akan

melakukan penelitian dengan konsentrasi kecelakaan kerja dimasa

yang akan datang.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Landasan Teori

2.1.1. Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Secara filosofi keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah suatu

pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik

jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada

umumnya, hasil karya dan budayanya menuju masyarakat adil dan makmur

(Depnaker RI, 1993). Sutrisno (2010) menyatakan keselamatan kerja adalah

keselamatan yang berkaitan dengan alat kerja, bahan dan proses pengolahannya,

tempat kerja, dan lingkungannya, serta cara-cara karyawan dalam melakukan

pekerjaannya. Husni (2005) menyatakan bahwa kesehatan kerja adalah bagian

dari ilmu kesehatan yang bertujuan agar tenaga kerja memperoleh keadaan

kesehatan yang sempurna baik fisik, mental, maupun sosialnya sehingga

memungkinkan karyawan dapat bekerja secara optimal.

Keselamatan dan kesehatan kerja ditinjau berdasarkan aspek secara yuridis

adalah upaya perlindungan bagi keselamatan tenaga kerja dalam melakukan

pekerjaan di tempat kerja dan melindungi keselamatan setiap orang yang

memasuki tempat kerja, serta agar sumber produksi dapat dipergunakan secara

aman dan efisien. Peninjauan dari aspek teknis keselamatan dan kesehatan

kerja (K3) adalah ilmu pengetahuan dan penerapan mencegah kecelakaan kerja

dan penyakit akibat kerja. Penerapan K3 dijabarkan ke dalam sistem manajemen

keselamatan dan kesehatan kerja yang disebut SMK3 (Soemaryanto, 2002).

Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992, Pasal 23 tentang Kesehatan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


16

disebutkan bahwa Kesehatan Kerja diselenggarakan untuk mewujudkan

produktivitas kerja secara optimal yang meliputi pelayanan kesehatan

pencegahan penyakit akibat kerja.

Tujuan dari upaya kesehatan kerja adalah untuk:

1. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan

pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi dan

produktivitas.

2. Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja.

3. Memelihara dan mempergunakan sumber produksi secara aman dan

efisien.

2.1.2 Pengertian Kecelakaan Kerja

Kecelakaan adalah kejadian yang tidak terduga yang tidak

diharapkan. Tak terduga, oleh karena dibelakang peristiwa itu tidak terdapat

unsur kesengajaan, lebih-lebih dalam bentuk perencanaan. Maka dari itu,

peristiwa sabotase atau tindakan kriminal di ruang lingkup kecelakaan yang

disertai kerugian material atau penderitaan dari yang paling ringan sampai yang

paling berat. Kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan yang berkaitan dengan

hubungan kerja pada perusahaan. Hubungan kerja disini dapat berarti

bahwa kecelakaan terjadi dikarenakan oleh pekerjaan atau pada waktu

melaksanakan pekerjaan. Maka dalam hal ini, terdapat dua permasalahan

penting yaitu kecelakaan adalah akibat langsung pekerjaan dan kecelakaan

terjadi pada saat pekerjaan sedang dilakukan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


17

Kadang-kadang kecelakaan akibat kerja diperluas ruang lingkupnya,

sehingga meliputi juga kecelakaan-kecelakaan tenaga kerja yang terjadi pada

saat perjalanan ke dan dari tempat kerja. Kecelakaan-kecelakaan dirumah atau

pada waktu rekreasi adalah diluar dari pada makna kecelakaan akibat kerja,

sekalipun pencegahannya sering dimasukkan program keselamatan kerja

perusahaan. Kecelakaan-kecelakaan demikian termasuk pada kecelakaan umum

hanya saja menimpa tenaga kerja di luar pekerjaannya. Sekalipun kecelakaan

akibat kerja meliputi penyakit akibat kerja, yang disebut terakhir ini tidak akan

dibicarakan disini, melainkan pada ruang lingkup hygiene perusahaan dan

kesehatan kerja.

Terdapat tiga kelompok kecelakaan, yaitu :

1. Kecelakaan akibat kerja di perusahaan

2. Kecelakaan lalu lintas

3. Kecelakaan dirumah

Bahaya pekerjaan adalah faktor-faktor dalam hubungan pekerjaan yang

dapat mendatangkan kecelakaan. Bahaya tersebut disebut potensial, jika faktor-

faktor tersebut belum mendatangkan kecelakaan. Jika kecelakaan telah terjadi,

maka tersebut sebagai bahaya nyata.

2.1.3 Teori Penyebab Kecelakaan Kerja

2.1.3.1 Domino Heinrich

Model ini menjelaskan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi

terjadinya accident (kecelakaan) seperti:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


18

 Immediate causes (unsafe act and unsafe condition)

 Basic causes (personal and job factor)

 Underlying causes (management factors,)

Menurut H.W Heinrich (Heinrich, 1959) kejadian sebuah cidera

disebabkan oleh bermacam-macam faktor yang terangkai, dimana pada akhir dan

rangkaian itu adalah cidera. Kecelakaan yang menimbulkan cidera disebabkan

secara langsung oleh perilaku yang tidak aman dan potensi bahaya mekanik atau

fisik. Prinsip dasar tersebut kemudian dikenal dengan nama teori domino, dimana

Heinrich menggambarkan seri rangkaian terjadinya kecelakaan. Dalam teori

domino Henirich kecelakaan terdiri atas lima faktor yang saling berhubungan,

yaitu:

1. Kondisi kerja

2. Kelalaian manusia

3. Tindakan tidak aman

4. Kecelakaan

5. Cedera (injury)

Salah satu kerugian dari penggunaan teori Heinrich adalah model ini masih

terlalu luas dan dapat diartikan dalam banyak cara. Model ini tidak menyediakan

gambaran umum klasifikasi yang dapat dijadikan dasar penelitian ilmiah. Model

ini juga melibatkan faktor perilaku manusia, dan factor mekanik dalam sani

domino yang sama.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


19

Sumber : http://www.hse-info.com/2014/02/kecelakaan-kerja.html
Gambar 2.1 : Model Teori Domino Heinrich

Proses kecelakaan yang terjadi secara sequencial dan merupakan proses

perkembangan bahaya (hazards) menjadi kecelakaan (accident) dan akhirnya

menimbulkan dampak buruk. Sebagian besar (> 80 %) accident disebabkan oleh

tindakan/ perilaku pekerja yang tidak aman ketika bekeija (unsafe acts).

Berdasarkan model yang dikembangkannya, Heinrich mengelompokkan program

pencegahan dalam empat bagian,yaitu:

1. Engineering, to remove unsafe condition (Teknilc, untuk menghapus

kondisi yang tidak aman)

2. Education, to affect socialisation, training, selection (Pendidikan, untuk

mempengaruhi sosialisasi, pelatihan, seleksi)

3. Enforcement the rules to ensure safety compliance (Penegakan aturan

untuk memastikan kepatuhan keselamatan)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


20

4. Empowerment to improve employees behavior (Pemberdayaan untuk

memperbaiki perilaku karyawan).

Teori domino baru dan Bird dan Germain (Bird and Germain, 1985)

lebihdikenal dengan sebutan The ILCI Loss Causation Model, teori ini

mengemukakan pengembangan dan teori Domino Heinrich. Teori ini terdiri dan 5

domino, dimana susunannya sebagai berikut:

1. Kurangnya pengawasan manajemen (lack of control management)

Pengawasan merupakan salah satu diantara fungsi manajemen yang

penting, selain perencanaan, pengorganisasian, dan kepemimpinan. Tiga

(3) hal yang menyebabkan terjadinya kurangnya pengawasan, yaitu :

kurangnya program 1(3, standar kerja yang tidak sesuai, dan kepatuhan

terhadap standar yang berlaku.

2. Penyebab dasar (basic cause)

Penyebab dasar merupakan sesuatu yang menyebabkan timbulnya

tindakan dan kondisi tidak aman. Ada 2 jenis penyebab dasar, yaitu faktor

manusia dan factor pekerjaan.

3. Penyebab Iangsung (immediate cause)

Penyebab langsung dan suatu kecelakaan adalah tindakan tidak aman

(unsafe act) dan kondisi tidak aman (unsafe condition).

4. Kecelakaan (incident)

Kecelakaan merupakan suatu peristiwa atau kejadian yang tidak

diinginkan dan mengakibatkan cidera luka, sakit, kematian terhadap

manusia, maupun kerusakan harta benda. Kecelakaan disebabkan adanya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


21

suatu kontak dengan sumber energi yang melampaui ambang batas dan

yang seharusnya diterima oleh tubuh atan benda.

5. Kerugian (loss)

Kerugian yang dapat diderita oleh suatu perusahaan, dikarenakan adanya

resiko-resiko yang menyebabkan adanya kendala-kendala dalam

menjalankan usahanya. Resiko itu dapat berupa resiko finansial dan

operasional. Akibat dan sebuah kecelakaan adalah kerugian baik itu

kerugian pada manusia, hasta benda dan juga lingkungan.

Sumber : https://creationsvi.files.wordpress.com
Gambar 2.2 : Model Teori The ILCI Loss Causation Model

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


22

2.1.3.2 Human Factor

Teori Human Factors Model dikemukakan oleh Gordon (1949) yang

menerangkan tentang Multiple Causation Model dengan basic epidemiologi yang

diadopsi dan Hemrich model dan konsep Loss Control yang dikembangkan oleh

Bird dan Loftus Pada pendekatan epidemiologi faktor yang mempengaruhi

terjadinya kecelakaan adalah host yaitu pekerja yang melakukan pekerjaan, agent

yaitu pekerjaan dan environment yaltu Iingkungan kerja dimana pekerja

melakukan pekerjaannya.

Gordon mengemukakan bahwa kecelakaan kerja adalah akibat dan banyak

sebab yang berkaitan dengan korban, penyebab, lingkungan yang terjadi secara

random, yang intinya bahwa kecelakaan hasil interaksi yang kompleks dan acak

antara korban, agen dan lingkungan serta tidak dapat dìterangkan hanya dengan

memperhatikan satu dan ketiga faktor tersebut.

Menurut pendapat lain teori Human Factor (Edwards 1972, Hawkins

1975 & CAP 719, 2002) adalah manusia sebagai pusat dalam SHEL Model.

Sumber : CAP 719 Fundamental Human Factors Conceps


Gambar 2.3 The SHEL Model

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


23

Adapun Karakteristik Liveware (pusat model), yaitu:

 Bentuk dan Ukuran Fisik /Physical size and shape

 Kebutuhan Fisik /Physical needs

 Karakteristik Input / Input characteristics

 Proses Informasi / Information processing

 Karakteristik Output / Output characteristics

 Daya Tahan Lingkungan I Environmental tolerances

Teori Human Factor dapat melihat kesalahan dalam kerangka pendekatan

sistem sehingga tidak melihat manusia sebagai penyebab tunggal kegagalan atau

kesalahan yang terjadi. Sedangkan kelemahannya adalah tidak secara rinci dan

khusus membahas aspek-aspek organisasi, sosial, dan aspek kognitif.

2.1.3.3 Behaviour Based Safety

Perilaku pendekatan didasarkan pada catatan penelitian di bidang Analisis

Perilaku Terapan. Geller (2001), Behaviorisme telah efektif memecahkan masalah

lingkungan, keselamatan, dan masalah kesehatan dalam organisasi dan

masyarakat. Pertama, mendefinisikan masalah dalam hal perilaku yang dapat

diamati secara relevan, kemudian merancang dan melaksanakan suatu proses

intervensi untuk mengurangi perilaku yang dapat menyebabkan masalah dan /

atau meningkatkan perilaku yang dapat mengatasi masalah.

Penelitian pada keselamatan mengenai perilaku dilakukan di Amerika

Serikat pada tahun 1970-an dan tahun 1980-an dengan didokumentasikan pada

penurunan luka (Komaki, Barwick, dan Scott,1 978; Sulzer-Azeroff dan de

Santamaria, 1980). Meskipun penelitian ini sukses, keselamatan mengenai

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


24

perilaku tidak menjadi hal yang umurn di Amerika Serikat sampai tahun 1990 an

ketika mulai menjadi praktek oleh sebagian besar utama di banyak organisasi.

Perilaku berbasis manajemen keselamatan merupakan program yang

dilakukan perusahaan secara keseluruhan yang berfokus untuk mengubab perilaku

tenaga kerjanya dalam mencegah terjadmya kecelakaan kerja maupun penyakit

akibat kerja.

Keselamatan berbasis perilaku adalah suatu proses yang dimulai dengan

perilaku dan mempengaruhinya secara proaktif. ini bukan tentang manajemen

mengelola angka tetapi lebih kepada mengelola manajemen sistem yang secara

pro aktif bisa mempengaruhi perilaku seseorang Dengan berfokus pada perilaku

yang terkait dengan keselamatan sebelum kecelakaan terjadi, perusahaan dapat

melakukan perbaikan langkah dalam kinerja keselamatan pekerja.

Perilaku keamanan berbasis manajemen menunjukkan bahwa kinerja

kelompok kerja atau pekerja dapat melaksanakan perilaku berbasis keselamatan

untuk din sendiri. Dengan menggunakan data performa sebelumnya mereka dapat

memecahkan masalah dan rencana tindakan untuk mengurangi yang tingkat

keterpaparan. Untuk perilaku yang berada di bawah kontrol langsung karyawan,

umpan balik merupakan alat yang kuat untuk memperkuat perilaku yang aman.

Tujuh prinsip keselamatan berasal dan sistem perspektif berpikir, dan

bertentangan dengan beberapa pendekatan tradisional untuk manajemen

keselamatan:

1. Tidak ada satu akar permasalahan

2. Cedera kecelakaan disebabkan oieh faktor lingkungan, faktor perilaku,

dan faktor pribadi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


25

3. Menilai keselamatan dengan melakukan pengukuran terhadap faktror

lingkungan, perilaku, dan faktor pribadi.

4. Investigasi atas cedera kecelakaan merupakan fakta yang ditemukan

dan bukan kesalahan yang ditemukan

5. Adanya motivasi dan timbal balik langsung

6. Prinsip yang konsisten dalam mengembarigkan komitmen

7. Merangkul prinsip timbal balik

Berikut ini adalah Karakteristik kondisi ideal dalam berperilaku berbasis

keselarnatan yaitu:

1. Keselamatan merupakan nilai bagi semua tenaga kerja

2. Setiap individu mempunyai tanggung jawab terhadap rekan kerjanya

seperti bertanggungjawab terhadap dirinya sendiri

3. Setiap individu bersedia untuk melindungi keselamatan orang lain

4. Setiap individu secara aktif melakukan perilaku yang selamat yang

dilakukan secara berkesinambungan untuk perbaikan secara keseluruhan.

2.1.3.4. The Human Factors Analysis and Classification System (HFACS)

HFACS merupakan model yang berkembang dan Swiss Cheese Model,

HFACS (FAA, 2000) fokus pada identifikasi “Lubang/hole” dan Swiss Cheese

Model. HFACS dapat mengidentifikasi “LUBANG” pada 4 (empat) tingkat

kegagalan (Swiss Cheese Layer) yaitu:

1. Tindakan tidak aman (Unsafe Act)

2. Pra-kondisi yang dapat menyebabkan tindakan tidak aman (Preconditions

For Unsafe Act)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


26

3. Pengawasan yang tidak aman (Unsafe Supervision)

4. Pengaruh Organisasi (Organizational Influence)

HFACS Framework dapat digunakan untuk mengembangkan metode

investigasi kecelakaan movatif yang mampu menelusuri atan mengidentifikasi

kegagalan pada layer (“lubang” pada keju) yang berkontribusi pada keeelakaan.

2.1.3.5 Swiss Cheese Model

Swiss Cheese Model (Model Swiss Keju) ini dikemukakan oleh James

Reason path tahun 1990, dalam model ini dipaparkan bahwa kecelakaan terjadi

akibat adanya lubang-lubang pada lapisan sistem pertahanan. Kegagalan dalam

model ini digambarkan sebagai lubang yang terdapat pada keju Swiss, dimana

keju itu sendiri diibaratkan sebagai mekanisme pertahanan defence mechanism)

untuk mencegah terjadinya kecelakaan. Lubang tersebut dapat berupa kegagalan

laten (latent failure) maupun kegagalan aktif (active failure). Kegagalan laten

adalah kegagalan yang tidak secara langsung berkaitan dengan kejadiari seperti

faktor kebijakan, manajemen dan Iingkungan, sedangkan kegagalan aktif adalah

kegagalan yang secara langsung berkaitan dengan kejadian kegagalan (faktor

perilaku pekerja). Baik kegagalan laten maupun kegagalan aktif dapat disebut

sebagai error.

2.1.4 Metode Analisis Kejadian Kecelakaan

2.1.4.1 Checklist

Checklist merupakan daftar pertanyaan yang dibuat untuk memastikan

bahwa secara standard atau persyaratan minimum telah terpenuhi sehingga risiko

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


27

dan bahaya yang ada dapat dikurangi. Pertanyaan dalam checklist dibuat dengan

melihat persyaratan standard, code practices atau expect judgment untuk

terciptanya desain atau operasi yang aman.

Kelebihan metode ini mertmpakan identifikasi yang rnudah dilakukan

bahkan oleh pernula, yang pentmg standard dan code practices tersedia,

sedangkan kelemahannya karena ini hanya dalam pertanyaan maka hasil

identifikasinya bahayanya tidak mendalam.

2.1.4.2 Hazard and Operability Study (Hazops)

Hazard and operability study merupakan teknik analisa untuk

mengidentifikasi potensi bahaya yang berkaitan dengan keoperasian, keselamatan

(safety) dan bahaya-bahaya terhadap lingkungan dan suatu rancangan atau juga

dapat disebut sebagai teknik identifikasi bahaya dengan mempelajari atau

mengamati bahaya-bahaya yang mungkin terjadi bila suatu kondisi atau kriteria

operasi tidak sesuai dengan yang seharusnya, atau untuk identifikasi

penyimpangan dan tujuan rancangan proses.

Dalam metode ini digunakan kata

kunci yaitu No, more, less, as well as, part of reverse, other than. Dengan diawali

kata kunci tersebut dibuat prakiraan kondisi yang mungkin bisa terjadi, dan

melihat bahaya yang akan terjadi bila kondisinya seperti itu. Umumnya hazop

dilaksanakan pada tahap preliminary engineering ketika gambar desain telah ada

atau bila ada perubahan dan suatu plant.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


28

Adapun tujuannya sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi semua deviasi dan maksud desain yang diharapkan

dapat bekerja, penyebabnya, dan sernua bahaya serta masalah operasi

yang berkaitan dengan deviasi tersebut.

2. Menentukan perlu tidaknya suatu tindakan diambil guna mengendalikan

bahaya / masalah operasi, serta bagaimana cara mengidentifikasi untuk

mengatasi masalah tersebut.

3. Mengidentifikasi kasus dimana tidak dapat segera dibuat keputusan

secara cepat, dan memutuskan informasi serta tindakan apa yang

diperlukan segera.

2.1.4.3 Fault Tree Analysis (FTA)

Fault Tree Analysis (FTA) adalah telmik analisis sistem yang digunakan

untuk mendefinisikan penyebab utama dan suatu kejadian dan kemungkinan

munculnya suatu kejadian yang tidak diinginkán. FTA dapat digunakan untuk

sistem yang bersifat dinamis, kompleks dan luas. Sebuah fault tree dapat menjadi

model yang logik dan secara grafis merepresentasikan berbagai kombinasi

penyebab dan kemungkinan terjadinya sesuatu kejadian yang tidak diinginkan.

FTA bersifat deduktif, mentransformasi kejadian dan gambaran penyebab

umum ke penyebab yang lebih spesifik. Keuntungan dan FTA adalah sangat

mudah dalam penyajian, mudah untuk dimengerti, dan memperlthatkan secara

jelas kemungkinan-kemungkjnan penyebab terjadinya sebuah kejadian. FTA

tehnik diperkenalkan oleh H. Watson dan Allison B. Mearns of Bell Labs dan

digunakan untuk The Minuteman Guidance System. Dave Haasl of Boeing

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


29

Company mengakui kelebihan FTA dan menggunakannya untuk analisa

kuantitatif keselamatan untuk seluruh Minuteman Weapon System. Kekuatan

FTA dalam menganalisa diakui secara luas oleh perusahaan industni penerbangan

dan nuklir dan kemudian mulai digunakan dalam melakukan evaluasi

keselamatan.

Model ini merupakan refleksi dan design sistem secara keseluruhan.

Terdiri dan layer, level, dan eabang-cabang yang menggunakan proses analisa

repetitif. FTA dimulai dengan kejadian yang tidak diinginkan dan berlanjut

padakesalahan-kesalahan (fault) yang menyebabkan suatu kejadian yang tidak

diinginkan terjadi.

2.1.4.4 Even Tree Analysis (ETA)

Event Tree Analysis (ETA) merupakan tehnik analisis untuk

mendefinikasi dan mengevaluasi serangkaian kejadian yang potensial untuk

menjadi penyebab terjadinya kecelakaan. ETA menghadirkan pohon terstruktur

yang ditampilkan secara visual dan logik. Tujuan dan ETA adalah untuk

menentukan apakah suatu kondisi (initial evenì) alcan mampu menyebabkan

terjadinya kecelakaan atau apakah suatu kondisi cukup terkontrol dalam sistem

keselamatan kerja dan prosedur-prosedur telah terimplementasi dalam design

sistern. ETA model alcan mampu memperlihatkan apakah sebuah sistem yang

didesign adalah design yang aman, tidak aman atau degradasi.

Konsep ETA muncul ketika WASH-1400 melakukan studi pada nuclear

power plant safety study. Tim WASH-1400 menyadari bahwa analisa

dapatdilakakan dengan menggunakan ETA yang bersifat febih managable

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


30

dibanding FTA namun tetap melakukan analisa FTA untuk mendapatkan

gambaran yang lebih luas. Event Tree (ET) merupäkan model untuk skenario

kecelakaan. ET dimulai dengan Initiating Event (JE) dan progresnya melalui

serentetan pivotalevent (PE) hingga kondisi akhir tercapai. PE merupakan

serangkaian failure atau event yang mengurangi risiko kecelakaan.

2.1.4.5 Failure Mode and Effects Analysis (FMEA)

Merupakan metode yang digunakan untuk menganalisa kegagalan

komponen yang terjadi dalam proses atau sistem dan efek yang dihasiilcan dan

kegagalan tersebut. Metode ini juga dapat mentabulasikan jenis kegagalan dan

peralatan-peralatan termasuk dampaknya terhadap sistem atau instalasi. Tujuan

metode ini adalah mengidentifikasi jenis kegagalan dan peralatan tunggal

dansistem, serta akibat-akibat potensial dan setiap jenis kegagalan pada suatu

sistematau instalasi. Jenis analisa ini secara khusus menghasilkan rekomendasi

untuk peningkatan keandalan peralatan, sehingga dapat meningkatkan

keselamatan proses (Vesely, et all, 1981).

Menurut Haviland, 1998 FMEA digunakan sebagai teknik evaluasi

tingkatkehandalan untuk menentukan efek dan kegagalan sistem dan peralatan.

Kegagalan digolongkan berdasarkan dampaknya pada kesuksesan suatu misi dan

keselamatan anggota atau peralatan.

2.1.5 Pencegahan Kecelakaan Akibat Kerja

Menurut Suma’mur (2009), kecelakaan-kecelakaan akibat kerja dapat

dicegah dengan 12 (dua belas) hal berikut :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


31

1. Peraturan perundangan, yaitu ketentuan-ketentuan yang diwajibkan

mengenai kondisi kerja pada umumnya, perencanaan, konstruksi,

perawatan dan pemeliharaan, pengawasan, pengujian dan cara kerja

peralatan industri, tugas-tugas pengusaha dan buruh, latihan, supervisi

medis, P3K dan pemeriksaan kesehatan.

2. Standarisasi yang ditetapkan secara resmi, setengah resmi atau tidak

resmi mengenai misalnya syarat-syarat keselamatan sesuai instruksi

peralatan industri dan alat pelindung diri (APD).

3. Pengawasan, agar ketentuan UU wajib dipatuhi.

4. Penelitian bersifat teknik, misalnya tentang bahan-bahan yang

berbahaya, pagar pengaman, pengujian APD, pencegahan ledakan dan

peralatan lainnya.

5. Riset medis, terutama meliputi efek fisiologis dan patalogis, Faktor

Kerja dan teknologi dan keadaan yang mengakibatkan kecelakaan.

6. Penelitian psikologis, meliputi penelitian tentang pola-pola

kewajiban yang mengakibatkan kecelakaan.

7. Penelitian secara statistik, untuk menetapkan jenis-jenis kecelakaan yang

terjadi.

8. Pendidikan

9. Latihan-latihan (simulasi)

10. Penggairahan, pendekatan lain agar bersikap yang selamat

11. Asuransi, yaitu insentif financial untuk meningkatkan pencegahan

kecelakaan

12. Usaha keselamatan pada tingkat perusahaan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


32

Somad, Ismet (2013) memperkenalkan konsep “2E+I” dalam pencegahan

kecelakaan kerja, yaitu: Engineering, Education and Implementation. Yang

masuk dalam lingkung engineering adalah: mencari substitusi material

berbahaya, pengurangan penyimpanan material berbahaya, memodifikasi proses,

menggunakan sistem peringatan.

Lingkup education adalah: melatih pekerja terkait tentang prosedur dan

praktik kerja aman, mengajarkan cara pengerjaan suatu pekerjaan secara benar

dan penggunaan produk secara aman, serta aktivitas edukasi lainnya. Dan lingkup

implementation adalah upaya pencapaian pemenuhan peraturan dan perundangan

yang berlaku.

2.1.6 Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Dalam pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja dibutuhkan

kebijakan dari manajemen perusahaan, sehingga sekali kebijakan telah

ditetapkan akan menjadi pedoman pelaksanaan keselamatan dan kesehatan

kerja dalam lingkungan perusahaan sampai diterbitkannya kebijakan lain yang

menggantikan kebijakan terdahulu.

Kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja merupakan komponen dasar

kebijakan manajemen yang akan memberi arah bagi setiap pertimbangan

yang menyangkut aspek operasional dari kualitas, volume dan hubungan kerja.

Sistem Manajemen Kerja menurut Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia No. 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen

Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pasal 1 menyatakan bahwa Sistem

Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang selanjutnya disingkat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


33

SMK3 adalah bagian dari sistem manajemen perusahaan secara keseluruhan

dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna

terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif.

Ini adalah bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi

Struktur Organisasi, kegiatan perencanaan, tanggung-jawab, pelaksanaan,

prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan

penerapan, pencapaian pengkajian dan pemeliharaan kebijakan keselamatan

dan kesehatan kerja dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan

kegiatan kerja. Guna tercapainya tempat kerja dan lingkungan kerja yang aman,

efisien dan produktif (Santoso, 2004).

Peran manajemen dalam meminimalkan kecelakaan kerja sangat sentral.

Frank E. Bird Petersen menyatakan bahwa usaha pencegahan kecelakaan kerja

hanya berhasil apabila dimulai dari memperbaiki manajemen tentang

keselamatan dan kesehatan kerja. Kemudian, praktik dan kondisi di bawah

standar merupakan penyebab terjadinya suatu kecelakaan dan merupakan gejala

penyebab utama kesalahan manajemen.

I. Manajemen Kurang Kontrol

II. Sumber Penyebab Utama

III. Gejala Penyebab langsung (praktek dibawah standar)

IV. Kontak Peristiwa (kondisi di bawah standar)

V. Kerugian Gangguan (tubuh maupun harta benda)

Gambar 2.4 Peran Manajemen dalam Meminimalkan Kecelakaan

Sumber: Santoso (2004)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


34

2.1.7 Trend kecelakaan kerja

2.1.7.1 Pengertian Trend

Menurut Maryati (2010;129) menyatakan trend adalah suatu gerakan

(kecenderungan) naik atau turun dalam jangka panjang, yang diperoleh dari rata–

rata perubahan dari waktu ke waktu. Rata-rata perubahan tersebut bisa bertambah

bisa berkurang. Jika rata-rata perubahan bertambah disebut trend positif atau trend

mempunyai kecenderungan naik. Sebaliknya, jika rata–rata perubahan berkurang

disebut trend negatif atau trend yang mempunyai kecenderungan menurun.

2.1.7.2 Jenis Kelamin

Menurut Hungu (2007) jenis kelamin (seks) adalah perbedaan antara

perempuan dengan laki-laki secara biologis sejak seseorang lahir. Seks berkaitan

dengan tubuh laki-laki dan perempuan, dimana laki-laki memproduksikan sperma,

sementara perempuan menghasilkan sel telur dan secara biologis mampu untuk

menstruasi, hamil dan menyusui. Perbedaan biologis dan fungsi biologis laki-laki

dan perempuan tidak dapat dipertukarkan diantara keduanya, dan fungsinya tetap

dengan laki-laki dan perempuan pada segala ras yang ada di muka bumi.

2.1.7.3 Usia Pekerja

Penduduk usia kerja menurut Badan Pusat Statistik ( BPS ,2009) sesuai

dengan yang disarankan oleh International Labor Organization( ILO ) adalah

penduduk usia 15 tahun keatas yang dikelompokkan ke dalam angkatan kerja dan

bukan angkatan kerja. Badan Pusat Statistik membagi tenaga kerja ( Employed )

menjadi 3 macam, yaitu :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


35

1. Tenaga kerja penuh ( Full Employed ), adalah tenaga kerja yang

mempunyai jumlah jam kerja > 35 jam dalam seminggu dengan hasil kerja

tertentu sesuai dengan uraian tugas.

2. Tenaga kerja tidak penuh atau setengan pengangguran (Under Employed),

adalah tenaga kerja dengan jam kerja < 35 jam seminggu.

3. Tenaga kerja yang belum bekerja atau sementara tidak bekerja

(Unemployed), adalah tenaga kerja dengan jam kerja 0 > 1 jam per

minggu.

2.1.7.4 Lokasi Kejadian

Lokasi kejadian ialah tempat terjadinya kecelakaan kerja oleh tenaga kerja,

baik di dalam perusahaan atau tempat bekerja, diluar perusahaan bahkan di lalu

lintas atau jalan raya.

2.1.7.5 Waktu Kejadian

Kosasih (200:124) menyatakan bahwa pengaturan waktu termasuk dalam

perencanaan tenaga kerja yang berkenaan dengan jadwal kerja dan jumlah tenaga

kerja yang akan dipertahankan. Dalam menentukan jadwal kerja, perusahaan

terikat oleh peraturan ketenagakerjaan yang dikeluarkan ILO (International Labor

Organizational) yang menetapkan perusahaan memperkerjakan pegawainya

selama 40 jam/minggu. Bank atau perkantoran lainnya, waktu kerjanya siang hari

selama 8 jam dengan istirahat 1 jam (pukul 08.00 - pukul 16.00) kalau lebih dari

40 jam, maka kelebihan itu harus dimasukkan sebagai lembur (overtime) dan hari

sabtu hanya setengah hari.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


36

2.1.7.6 Bagian tubuh yang cedera

Pengertian cidera berdasarkan Heinrich, Petersen, dan Roos (1980)

adalah patah, retak, cabikan, dan sebagainya yang diakibatkan oleh

kecelakaan. Berdasarkan Bureau of Labor Statistics, U.S. Department of Labor

(2008) bahwa bagian tubuh yang terkena cidera dan sakit terbagi menjadi:

a. Kepala; mata.

b. Leher.

c. Batang tubuh; bahu, punggung.

d. Alat gerak atas; lengan tangan, pergelangan tangan, tangan selain jari,

jari tangan.

e. Alat gerak bawah; lutut, pergelangan kaki, kaki selain jari kaki, jari

kaki

f. Sistem tubuh.

Tujuan dari menganalisa cidera atau sakit yang mengenai anggota bagian

tubuh yang spesifik adalah untuk membantu dalam mengembangkan program

untuk mencegah terjadinya cidera karena kecelakaan, sebagai contoh cidera mata

dengan penggunaan kaca mata pelindung. Selain itu juga bisa digunakan untuk

menganalisis penyebab alami terjadinya cidera karena kecelakaan kerja.

2.1.7.7 Sumber Cedera

Klasifikasi penyebab sumber cedera kecelakaan kerja menurut Organisasi

Perburuhan Internasional (ILO) tahun 1962 adalah sebagai berikut:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


37

a. Mesin.

i. Pembangkit tenaga, terkecuali motor-motor listrik.

ii. Mesin penyalur (Transmisi).

iii. Mesin-mesin untuk pengerjaan logam.

iv. Mesin-mesin pengolah kayu.

v. Mesin-mesin pertanian.

vi. Mesin-mesin pertambangan.

vii. Mesin-mesin lain yang tidak termasuk klasifikasi tersebut.

b. Alat angkut dan alat angkat.

i. Mesin angkat dan peralatannya.

ii. Alat angkutan diatas rel.

iii. Alat angkutan lain yang beroda, kecuali kereta api.

iv. Alat angkutan udara.

v. Alat angkutan air.

vi. Alat-alat angkutan lain.

c. Peralatan lain.

i. Bejana bertekanan.

ii. Dapur pembakar dan pemanas.

iii. Instalasi pendingin.

iv. Instalasi listrik, termasuk motor listrik, tetapi dikecualikan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


38

alat-alat listrik (tangan).

v. Alat-alat listrik (tangan).

vi. Alat-alat kerja dan perlengkapannya, kecuali alat-alat listrik.

vii. Tangga.

viii. Perancah (steger).

viii. Peralatan lain yang belum termasuk klasifikasi tersebut.

d. Bahan-bahan, zat-zat dan radiasi.

i. Bahan peledak.

ii. Debu, gas, cairan dan zat-zat kimia, terkecuali bahan peledak.

iii. Benda-benda melayang.

iv. Radiasi.

v. Bahan-bahan dan zat lain yang belum termasuk golongan

tersebut.

e. Lingkungan kerja.

i. Diluar bangunan.

ii. Didalam bangunan.

iii. Dibawah tanah.

f. Penyebab – penyebab yang lain yang belum termasuk kedalam golongan

tersebut.

i. Hewan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


39

ii. Penyebab lain

2.1.7.8 Kondisi Berbahaya

Kondisi berbahaya (unsafe conditions) adalah tindakan yang akan

menyebabkan kecelakaan, misalnya :

a. Peralatan pengaman/pelindung/rintangan yang tidak memadai

atau tidak memenuhi syarat.

b. Bahan, alat-alat/peralatan rusak

c. Terlalu sesak/sempit

d. Sistem-sistem tanda peringatan yang kurang mamadai

e. Bahaya-bahaya kebakaran dan ledakan

f. Kerapihan/tata-letak (housekeeping) yang buruk

g. Lingkungan berbahaya/beracun : gas, debu, asap, uap, dll

h. Bising

i. Paparan radiasi

j. Ventilasi dan penerangan yang kurang

2.1.7.9 Jenis Usaha

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2015,

menjelaskan bahwa jenis usaha dibagi menjadi lima kelompok resiko yaitu

kelompok risiko sangat rendah, risiko rendah, risiko sedang, risiko tinggi, risiko

sangat tinggi.

Kelompok I yaitu Tingkat Resiko Sangat Rendah, terdapat 23 (dua puluh

tiga) njeni usaha, diantaranya ialah :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


40

1. Penjahitan/konveksi

2. Pabrik topi

3. Industri pakaian lainnya (payung, kulit ikat pinggang, gantungan

celana/bretel) 4

4. Pembuatan layar dan krey dari tekstil.

5. Pabrik keperluan rumah tangga (sprei, selimut, terpal, gorden, dan lain-lain

yang ditenun.

6. Perdagangan ekspor impor

7. Perdagangan besar lainnya (agen-agen perdagangan besar, distributor,

makelar, dan lain-lain).

8. Perdagangan lainnya (toko, koperasi, penjualan makanan dan lain-lain).

9. Bank dan kantor-kantor perdagangan

10. Perusahaan pertanggungan/asuransi

11. Jasa pemerintahan

Kelompok II yaitu Tingkat Resiko Rendah, terdapat 27 (dua puluh tujuh)

jenis usaha, diantaranya ialah :

1. Pertanian rakyat

2. Perkebunan gula

3. Perkebunan tembakau

4. Perkebunan bukan tahunan, terkecuali gula dan tembakau

5. Perkebunan tahunan seperti karet, coklat, kelapa, dan lain lain.

6. Pabrik teh

7. Penggorengan dan pembuatan kopi bubuk

8. Pabrik rokok (sigaret, cerutu, kretek, dan lain lain)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


41

9. Perusahaan tembakau lainnya

10. Pabrik kina

Kelompok III yaitu Tingkat Resiko Sedang, terdapat 98 (sembilan puluh

delapan) jenis usaha, diantaranya ialah :

1. Pelayanan pengairan

2. Perusahaan kehutanan

3. Pemotongan hewan

4. Pabrik pengawetan sayuran dan buah

5. Pabrik tepung (beras, tapioka, dan lain-lain)

6. Pabrik mie dan bihun

7. Pabrik air soda, sari buah, dan minuman

8. Penggergajian kayu

9. Perusahaan percetakan dan penerbitan

10. Jasa pengangkutan seperti ekspedisi laut dan udara

Kelompok IV yaitu Tingkat Resiko Tinggi terdapat 24 (dua puluh empat)

jenis usaha, diantaranya ialah :

1. Pabrik barang-barang dari minyak tanah atau batu bara

2. Pabrik dan reparasi mesin-mesin (bengkel motor, mobil, dan mesin)

3. Pabrik dan reparasi kapal udara 8. Perusahaan kereta api

4. Pengolahan limbah/B3

5. Perusahaan pengisian bahan bakar gas dan elpiji

6. Pabrik semen

7. Perusahaan listrik/pembangkit, pemindahan dan distribusi tenaga listrik

8. Industri uap untuk tenaga

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


42

9. Penangkapan ikan laut

10. Lori perkebunan

Kelompok V yaitu Tingkat Resiko Sangat Tinggi terdapat 24 (dua puluh

empat) jenis usaha, diantaranya ialah :

1. Penebangan dan pemotongan kayu

2. Asam belerang

3. Pabrik pupuk

4. Perbaikan rumah, jalan-jalan, terusan-terusan konstruksi berat, pipa air,

jembatan kereta api, dan instalasi listrik

5. Pengangkutan barang dan penumpang di laut

6. Pengangkutan barang dan penumpang di udara

7. Pabrik korek api

8. Pertambangan minyak mentah dan gas bumi (migas)

9. Tambang emas dan perak

10. Pabrik bahan peledak, bahan petasan, dan pabrik kembang api

2.1.8 BPJS Ketenagakerjaan

Jaminan sosial tenaga kerja adalah yang memberikan perlindungan dasar

bagi tenaga kerja yang menderita kecelakaan akibat hubungan kerja, hari tua,

kematian dan pelayanan kesehatan. Dengan dikeluarkannya Undang Undang

No.3/1992 tentang jamman sosial tenaga kerja maka perlindungan jaminan social

bagi tenaga kerja menjadi lebih jelas karena memiliki dasar hukum yang kuat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


43

yaitu Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), Jaminan Hari Tua (JHT), Jaminan

Kematian (JK) dan Jaminan Pensiun (JP).

Dengan adanya peraturan perundangan ini diharapkan dapat memacu

perusahaan-perusahaan dalam mengikuti jaminan kecelakaan kerja dan juga

mendorong perusahaan perusahaan untuk melaporkan setiap kasus kecelakaan

kerja yang dialami oleh pekerjanya.

Adapun manfaat dan BPJS Ketenagakerjaan, yaitu:

a. Bagi Perusahaan

Terciptanya rasa aman dan ketenangan kerja. Kondisi ini pada

gilirannya akan meningkatkan produktifitas perusahaan.

Beralihnya tanggung jawab pengusaha atas kewajiban memberikan

perlindungan bagi tenaga kerja kepada BPJS Ketenagakerjaan.

b. Bagi Tenaga Kerja

Adanya kepastian jaminan berupa santunan atas pcnghasilan yang

hilang atan berkurang bila tenaga kerja mengalami kecelakaan

akibat kerja, cacat, sakit, hamil, bersalin. hari tua dan meninggal

dunia.

2.1.8.1 Program Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK)

Program Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) adalah program yang

memberikan perlindungan atas risiko-risiko kecelakaan yang terjadi dalam

hubungan kerja, termasuk kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan dari rumah

menuju tempat kerja atau sebaliknya dan penyakit yang disebabkan oleh

lingkungan kerja.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


44

Iuran dibayarkan oleh pemberi kerja yang dibayarkan (bagi peserta

penerima upah), tergantung pada tingkat risiko lingkungan kerja, yang besarannya

dievaluasi paling lama 2 (tahun) sekali, dan mengacu pada tabel sebagai berikut :

No. Tingkat Risiko Lingkungan Besaran Persentase


Kerja

1. tingkat risiko sangat rendah 0,24 % dari upah sebulan

2. tingkat risiko rendah 0,54 % dari upah sebulan

3. tingkat risiko sedang 0,89 % dari upah sebulan

4. tingkat risiko tinggi 1,27 % dari upah sebulan

5. tingkat risiko sangat tinggi 1,74 % dari upah sebulan

Tabel 2.1 : Besaran persentase iuran JKK BPJS Ketenagakerjaan


Sumber : BPJS Ketenagakerjaan 2017

Kasus kecelakaan kerja yang terjadi sejak 1 Juli 2015, harus

diperhatikan adanya masa kadaluarsa klaim untuk mendapatkan manfaat. Masa

kadaluarsa klaim selama selama 2 (dua) tahun dihitung dari tanggal kejadian

kecelakaan. Perusahaan harus tertib melaporkan baik secara lisan (manual)

ataupun elektronik atas kejadian kecelakaan kepada BPJS Ketenagakerjaan

selambatnya 2 kali 24 jam setelah kejadian kecelakaan, dan perusahaan segera

menindaklanjuti laporan yang telah dibuat tersebut dengan mengirimkan formulir

kecelakaan kerja tahap I yang telah dilengkapi dengan dokumen pendukung.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


45

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 44 tahun

2015 tentang penyelenggaraan program Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan

Kematian, manfaat yang dapat diberikan kepada peserta ialah :

a. Pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan medis yang meliputi :

1. Pemeriksaan dasar dan penunjang

2. Perawatan tingkat pertama dan lanjutan

3. Rawat inap kelas I rumah sakit pemerintah, rumah sakit pemerintah

daerah, atau rumah sakit swasta yang setara.

4. Perawatan intensif

5. Penunjang diagnostik

6. Pengobatan

7. Pelayanan khusus

8. Alat kesehatan dan implan

9. Jasa dokter / medis.

10. Operasi

11. Transfusi darah

12. Rehabilitasi medik

b. Santunan berupa uang tunai meliputi :

1. Penggantian biaya pengangkutan peserta yang mengalami kecelakaan

kerja/penyakit akibat kerja, ke rumah sakit dan/atau kerumahnya,

termasuk biaya pertolongan pertama pada kecelakaan. Angkutan

darat/sungai/danau diganti maksimal Rp1.000.000,- (satu juta rupiah),

angkutan laut diganti maksimal Rp1.500.000 (satu setengah juta

rupiah) dan angkutan udara diganti maksimal Rp2.500.000 (dua

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


46

setengah juta rupiah). Perhitungan biaya transportasi untuk kasus

kecelakaan kerja yang menggunakan lebih dari satu jenis transportasi

berhak atas biaya maksimal dari masing-masing angkutan yang

digunakan dan diganti sesuai bukti/kuitansi dengan penjumlahan

batasan maksimal dari semua jenis transportasi yang digunakan.

2. Sementara Tidak Mampu Bekerja (STMB), dengan perincian

penggantian yaiut enam bulan pertama diberikan sebesar 100% dari

upah, enam bulan kedua diberikan sebesar 75% dari upah, dan enam

bulan ketiga dan seterusnya diberikan sebesar 50% dari upah.

Dibayarkan kepada pemberi kerja (sebagai pengganti upah yang

diberikan kepada tenaga kerja) selama peserta tidak mampu bekerja

sampai peserta dinyatakan sembuh atau cacat sebagian anatomis atau

cacat sebagian fungsi atau cacat total tetap atau meninggal dunia

berdasarkan surat keterangan dokter yang merawat dan/atau dokter

penasehat.

3. Santunan cacat meliputi cacat sebagian anatomis sebesar % sesuai

tabel x 80 x upah sebulan, cacat sebagian fungsi sebesar %

berkurangnya fungsi x % sesuai tabel x 80 x upah sebulan, cacat total

tetap sebesar 70% x 80 x upah sebulan. Jenis dan besar persentase

kecacatan dinyatakan oleh dokter yang merawat atau dokter penasehat

yang ditunjuk oleh Kementerian Ketenagakerjaan RI, setelah peserta

selesai menjalani perawatan dan pengobatan.Tabel kecacatan diatur

dalam Lampiran III Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2015

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


47

tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Kecelakaan Kerja dan

Jaminan Kematian.

4. Santunan kematian sebesar 60% x 80 x upah sebulan, paling sedikit

sebesar jaminan kematian.

5. Biaya pemakaman Rp 3.000.000 (tiga juta rupiah).

6. Santunan berkala dibayar sekaligus yaitu 24 x Rp 200.000 yaitu

4.800.000 (empat juta delapan ratus ribu ruiah).

7. Rehabilitasi berupa alat bantu (orthese) dan/atau alat ganti (prothese)

bagi Peserta yang anggota badannya hilang atau tidak berfungsi akibat

Kecelakaan Kerja untuk setiap kasus dengan patokan harga yang

ditetapkan oleh Pusat Rehabilitasi Rumah Sakit Umum Pemerintah

ditambah 40% (empat puluh persen) dari harga tersebut serta biaya

rehabilitasi medik.

8. Pergantian biaya gigi tiruan paling banyak Rp 3.000.000 (tiga juta

rupiah).

9. Beasiswa pendidikan anak bagi setiap peserta yang meninggal dunia

atau mengalami cacat total tetap akibat kecelakaan kerja sebesar

Rp12.000.000 (dua belas juta rupiah) untuk setiap peserta.

Peraturan Menteri Ketenagekerjaan Republik Indonesia Nomor 10 tahun

2016 menjelaskan manfaat JKK sebagai berikut :

1. Program Kembali Bekerja (Return to Work) yaitu berupa pendampingan

kepada peserta yang mengalami kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja

yang berpotensi mengalami kecacatan, mulai dari peserta masuk perawatan

di rumah sakit sampai peserta tersebut dapat kembali bekerja.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


48

2. Kegiatan promotif dan preventif untuk mendukung terwujudnya

keselamatan dan kesehatan kerja sehingga dapat menurunkan angka

kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.

BPJS Ketenagakerjaan Cabang Medan Belawan telah melakukan

Perjanjian Ikatan Kerjasama dengan beberapa Puskesmas, Klinik Swasta dan juga

Rumah Sakit Swasta maupun Pemerintah di daerah kepersertaan Medan Belawan

untuk membantu tenaga kerja dan perusahaan dalam hal menjamin biaya

pengobatan akibat kecelakaan kerja sampai tenaga kerja tersebut sembuh. Klinik

atau Rumah sakit tersebut disebut sebagai Fasilitas Kesehatan Trauma Center dan

pihak klinik / rumah sakit dapat merujuk ke Rumah Sakit yang fasilitasnya lebih

lengkap.

2.1.9 Pohon Keputusan (Decision Tree)

Pohon keputusan (Decision Tree) adalah model prediksi menggunakan

struktur pohon atau struktur berhirarki. Decision tree merupakan metode

klasifikasi yang paling popular digunakan. Selain karena pembangunannya

relatif cepat, hasil dari model yang dibangun mudah untuk dipahami. Konsep

dari decision tree adalah mengubah data menjadi pohon keputusan dan aturan-

aturan keputusan. Manfaat utama dari penggunaan decision tree adalah

kemampuannya untuk mem-break down proses pengambilan keputusan yang

kompleks menjadi lebih simpel sehingga pengambil keputusan akan lebih

menginterpretasikan solusi dari permasalahan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


49

Gambar 2.5. Contoh pohon keputusan


Sumber: (Pramudiono, 2008)

Kelebihan dari metode decision tree adalah:

a. Daerah pengambilan keputusan yang sbelumnya kompleks dan sangat

global, dapat diubah menjadi lebih simpel dan spesifik.

b. Eliminasi perhitungan-perhitungan yang tidak diperlukan, karena ketika

menggunakan metode decision tree maka sample diuji hanya

berdasarkan criteria atau kelas tertentu.

c. Fleksibel untuk memilih features dari internal nodes yang berbeda, feature

yang terpilih akan membedakan suatu criteria dibandingkan criteria

yang lain dalam node yang sama. Kefleksibelan metode decision tree

ini meningkatkan kualitas keputusan yang dihasilkan jika dibandingkan

ketika menggunakan metode penghitungan satu tahap yang lebih

konvensional.

d. Dalam analisis multivariat, dengan kriteria dan kelas yang jumlahnya sangat

banyak, seorang penguji biasanya perlu untuk mengestimasikan baik

itu distribusi dimensi tinggi ataupun parameter tertentu dari distribusi

kelas tersebut. Metode decision tree dapat menghindari munculnya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


50

permasalahan ini dengan menggunakan criteria yang jumlahnya lebih

sedikit pada setiap node internal tanpa banyak mengurangi kualitas

keputusan yang dihasilkan.

Kekurangan metode decision tree, yaitu:

a. Terjadi overlap terutama ketika kelas-kelas dan criteria yang digunakan

jumlahnya sangat banyak. Hal tersebut juga dapat menyebabkan

meningkatnya waktu pengambilan keputusan dan jumlah memory yang

diperlukan.

b. Pengakumulasian jumlah error dari setiap level dalam sebuah pohon

keputusan yang besar.

c. Kesulitan dalam mendesain decision tree yang optimal. Hasil kualitas

keputusan yang didapatkan dari metode decision tree sangat tergantung

pada bagaimana pohon tersebut didesain.

2.2 Penelitian Terdahulu

Guna mengkaji lebih dalam mengenai dasar dalam penelitian ini, berikut

disajikan beberapa hasil penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan sistem

manajemen kecelakaan kerja.

Dalimunthe (2012), dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Trend

Kecelakaan Kerja Dari Tahun 2007 Sampai Dengan tahun 2011 Berdasarkan Data

PT. Jamsostek (Persero) Kantor Cabang Gatot Subroto I”, membahas analisis

trend kecelakaan kerja yang terjadi dari tahun 2007 – 2011 berdasarkan data PT.

Jamsostek (Persero) Kantor Cabang Gatot Subroto I. Penelitian ini bersifat

deskriftif kualitatif, populasi dalam penelitian ini adalah semua data kecelakaan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


51

kerja pada perusahaan yang mengajukan klaim kepada PT. Jamsostek (Persero)

kantor Cabang Gatot Subroto I, dan penelitian ini bersifat cacah, artinya seluruh

data dijadikan unit analisis. Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah

data sekunder yang diperoleh dari dokumen-dokumen yang dimiliki oleh

perusahaan berupa laporan kecelakaan kerja dan laporan investigasi kecelakaan

kerja. Selanjutnya analisis data menggunakan aplikasi SPSS dan Program Excel.

Hasil penelitiannya ialah trend tingkat keparahan kecelakaan kerja yang terjadi

terbanyak pada jenis perusahaan insustri perhubungan, disebabkan karena belum

maksimalnya implementasi SMK3 (Sistem Manajemen Keselamatan dan

Kesehatan Kerja) dan dapat memprediksi trend kecelakaan kerja pada tahun 2012

sampai dengan 2016.

Syahrizal (2016), dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis

Strategi Penanggulangan Kecelakaan Kerja Untuk Mencapai Tingkat Kecelakaan

Kerja Untuk Mencapai Tingkat Kecelakaan Kerja Nihil (Zero Accident) Pada

PT. Tasik Raja”, yang mencoba memberikan jawaban ditengah maraknya

industri perkebunan sawit di Indonesia, dimana muncul isu negatif mengenai

perkebunan kelapa sawit mulai dari pembukaan lahan, lingkungan hidup,

masyarakat sekitar dan masalah keselamatan kerja. Dalam hal keselamatan dan

kesehatan kerja PT Tasik Raja, Kota Pinang telah banyak melakukan

pembenahan namun tingkat kecelakaan kerja masih tinggi ini dapat dilihat dari

rasio kekerapan cidera yang terus meningkat dari tahun 2011 sampai tahun 2012

yaitu dari 78,36 menjadi 82,48 sehingga harapan perusahaan untuk Zero

Accident belum tercapai. Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran sistem

SMK3 dalam kaitannya dengan perilaku selamat (safety behavior) karyawan PT.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


52

Tasik Raja, Kota Pinang guna merumuskan strategi perusahaan untuk mencapai

Zero Accident. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan PT. Tasik

Raja dengan teknik pengambilan sampel berupa simple random sampling.

Berdasarkan analisa statistik secara keseluruhan penerapan sistem Manajemen

K3 berpengaruh positif terhadap Perilaku Keselamatan. Dengan kata lain jika

perusahaan ingin menggapai zero accident dengan menumbuhkan kesadaran

berperilaku selamat (safety behavior), maka perusahaan perlu menerapkan sistem

Manajemen K3 secara menyeluruh dan komprehensif. Sedangkan rumusan

strategi untuk mencapai Zero Accident disusun menggunakan analisia SWOT.

Tarigan (2008), dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Sistem

Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Pabrik Kelapa Sawit (PKS)

Tanjung Medan PTPN V Provinsi Riau”, mencoba memberikan jawaban

tentang program-program apakah dari sistem manajemen keselamatan dan

kesehatan kerja yang telah dilaksanakan penyelia pengelola pabrik kelapa

sawit Tanjung Medan, berapakah persentasi penggunaan alat pelindung diri

yang dilaksanakan pekerja, dan lokasi kerja manakah yang paling sering

terjadi kecelakaan kerja. Populasi penelitian ini adalah sebanyak 152 orang

yaitu seluruh pekerja pada pabrik kelapa sawit Tanjung Medan Provinsi

Riau. Penganalisaan permasalahan dianalisis secara deskriptif, dilengkapi

dengan penyajian dalam bentuk tabel frekwensi tangensi. Hasil penelitiannya

ialah program sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja telah

diterapkan di pabrik kelapa sawit Tanjung Medan seperti rekruitmen,

pendidikan dan pelatihan, penyuluhan, penggunaan alat pelindung diri dan

ranmbu - rambu kecelakaan kerja, sanksi dan penghargaan, sehingga diharapkan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


53

kinerja, keselamatan dan kesehatan kerja semakin meningkat. Namun segi

pengontrolan masih kurang sehingga masih ditemukan kecelakaan kecil yang

tidak mengakibatkan hilangnya hari kerja pekerja. Penggunaan alat pelindung

diri seperti penggunaan helm sekitar 89,48%, sepatu boot dipakai 63,34%

pekerja, sarung tangan dipakai 72,73% pekerja, penutup telinga dipakai

88,24% pekerja, penahan radiasi komputer dipakai 62,50% pekerja, penutup

mulut dipakai 77,78% pekerja, pelindung dada dipakai 53,34% pekerja.

Tabel 2.2

Penelitian Terdahulu

No Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian

1. Dalimunt Analisis Trend Hasil penelitiannya ialah trend


he (2012) Kecelakaan Kerja tingkat keparahan kecelakaan kerja
Dari Tahun 2007 yang terjadi terbanyak paa jenis
Sampai Dengan tahun perusahaan insustri perhubungan,
2011 Berdasarkan disebabkan karena belum
Data PT. Jamsostek maksimalnya implementasi SMK3
(Persero) Kantor (Sistem Manajemen Keselamatan
Cabang Gatot Subroto dan Kesehatan Kerja) dan dapat
I memprediksi trend kecelakaan
kerja pada tahun 2012 sampai
dengan 2016.

2. Syahrizal Analisis Strategi Berdasarkan analisa statistik secara


(2016) Penanggulangan keseluruhan penerapan sistem
Kecelakaan Kerja Manajemen K3 berpengaruh positif
Untuk Mencapai terhadap Perilaku Keselamatan, hal
Tingkat Kecelakaan ini sesuai dengan hasil uji statistik
Kerja Untuk bahwa nilai Fhitung = 37,146 lebih
Mencapai Tingkat besar dari Ftabel = 2,71 dengan
Kecelakaan Kerja kata lain jika perusahaan ingin
Nihil (Zero Accident) menggapai zero accident dengan
Pada PT. Tasik Raja” menumbuhkan kesadaran
berperilaku selamat (safety
behavior), maka perusahaan perlu
menerapkan sistem Manajemen K3
secara menyeluruh dan
komprehensif.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


54

Lanjutan Tabel 2.2

No Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian

3. Tarigan Analisis Sistem Hasil penelitiannya ialah program


(2008) Manajemen sistem manajemen keselamatan dan
Keselamatan dan kesehatan kerja telah diterapkan di
Kesehatan Kerja di pabrik kelapa sawit Tanjung Medan
Pabrik Kelapa Sawit seperti rekruitmen, pendidikan dan
(PKS) Tanjung Medan pelatihan, penyuluhan, penggunaan
PTPN V Provinsi Riau alat pelindung diri dan ranmbu -
rambu kecelakaan kerja, sanksi dan
penghargaan, sehingga diharapkan
kinerja, keselamatan dan kesehatan
kerja semakin meningkat. Namun
segi pengontrolan masih kurang
sehingga masih ditemukan
kecelakaan kecil yang tidak
mengakibatkan hilangnya hari kerja
pekerja. Penggunaan alat pelindung
diri seperti penggunaan helm
sekitar 89,48%, sepatu boot dipakai
63,34% pekerja, sarung tangan
dipakai 72,73% pekerja, penutup
telinga dipakai 88,24% pekerja,
penahan radiasi komputer dipakai
62,50% pekerja, penutup mulut
dipakai 77,78% pekerja, pelindung
dada dipakai 53,34% pekerja.

4. Bangun Analisis Tingkat Hasil pengukuran menunjukan


dan Eka Penerapan Program adanya perbedaan hasil dari
(2013) Manajemen persepsi karyawan dengan program
Keselamatan dan K3 perusahaan, dimana
Kesehatan Kerja (K3) berdasarkan persepsi karyawan
dan Pengendalian program K3 diperusahaan belum
Hazards dengan tercapai dengan baik kinerjanya
Pendekatan Risk walaupun berdasarkan audit
Assessment pada PKS program K3 perusahaan telah
Torgamba PT. berhasil dalam penerapannya.
Perkebunan Nusantara
III
5. Makmur Pelaksanaan Asuransi Analisa data dilakukan dengan
(2008) Kecelakaan Kerja menggunakan pendekatan
Sebagai Salah Satu kualitatif. Hasil penelitian
Program Dari menunjukkan bahwa banyak
Jamsostek Terhadap perusahaan jasa konstruksi di Kota
Buruh Harian Lepas Banda Aceh, selama tahun 1999
Pada Perusahaan Jasa sampai dengan 2001 tidak

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


55
Lanjutan Tabel 2.2

No Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian

Konstruksi (Suatu mengikutsertakan tenaga kerja


Penelitian di Kota harian lepas dalam program
Banda Aceh) Jamsostek, dan juga telah terjadi
beberapa kecelakaan kerja. Alasan
pengusaha tidak mengikutsertakan
tenaga kerja harian lepas yaitu
sulitnya keuangan perusahaan,
sulitnya pengurusan klaim.
Penyebab lainnya adalah rendahnya
tingkat pengetahuan tenaga kerja
harian lepas, kurangnya koordinasi
antar instansi atau lembaga terkait,
kurangnya sosialisasi terhadap
aturan dan program jamsostek dan
tidak adanya penerapan sanksi yang
tegas atas pengusaha yang tidak
mengikutsertakan tenaga kerjanya
dalam program jamsostek.

6. Halinda Analisis Faktor-Faktor Seiring dengan perkembangan


(2007) Yang berhubungan industri, masalah kece1akaan kerja
Terhadap Kecelakaan yang menimbulkan kerugian materi
Kerja Di Perusahaan dan tenaga diperkirakan akan
Keramik PT. X meningkat di Indonesia. Di negara
Cikarang, 1 Juli-30 maju studi tentang kecelakaan kerja
Agustus 1999 banyak diiakukan dan dipublikasi.
Namun, di Indonesia penelitian
kecelakaan kerja relatif jarang
dilakukan. Dari laporan rata-rata
bulanan (1997) didapatkan
prevalensi kecelakaan kerja di
peusahaan keramik PT X Cikarang
10.8%. Nilai yang tinggi
dibubungkan dengan penilaian nihil
kecelakaan kerja oleh Depnaker

7. Junaidi Hubungan Hasil penelitian menunjukkan


dan Didi Pengetahuan, Sikap bahwa ada hubungan pengetahuan,
(2016) Dan Tindakan sikap dan tindakan dengan kejadian
Keselamatan Kerja kecelakaan kerja. Hasil uji regresi
Dengan Kejadian linear sederhana terhadap variabel
Kecelakaan Kerja pengetahuan diperoleh nilai
Pada Tenaga p=0,044<0,05, nilai koefisien b1=-
Keperawatan Di 0,242. Hasil uji regresi linear
Ruang Rawat Klas III sederhana terhadap variabel sikap

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


56
Lanjutan Tabel 2.2

No Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian

RSUD Aceh Tamiang diperoleh nilai p=0,040<0,05, nilai


Tahun 2015 koefisien b1= -0,265. Hasil uji
regresi linear sederhana terhadap
variabel tindakan diperoleh nilai
p=0,012<0,05, nilai koefisien b1= -
0,325. Kepada pihak RSUD Aceh
Tamiang dapat meningkatkan
pengetahuan tenaga keperawatan
mengenai keselamatan kerja
melalui pelatihan atau kursus
singkat.

8. Agnes Pengaruh Hasil penelitian menunjukkan


(2015) Keselamatan Dan bahwa secara serempak dapat
Kesehatan Kerja diketahui Keselamatan dan
Terhadap Kesehatan Kerja (K3) Serta
Produktivitas Pekerja Lingkungan Kerja berpengaruh
PT. X 2015 sangat signifikan (high significant)
terhadap kinerja karyawan PT
Inalum Kuala Tanjung. Ini
memberi arti bahwa keselamatan
dan kesehatan kerja dan lingkungan
kerja sangat menentukan dalam
peningkatan kinerja karyawan pada
PT Inalum Kuala Tanjung. Artinya,
PT Inalum Kuala Tanjung
senantiasa mempertimbangkan
pengimplementasian keselamatan
dan kesehatan kerja dan lingkungan
kerja dalam peningkatan kinerja
karyawan pada PT Inalum Kuala
Tanjung.

9. Husni Analisis Pengaruh


(2012) Keselamatan Dan
Kesehatan Kerja (K3)
Serta Lingkungan
Kerja Terhadap
Kinerja Karyawan Pt
Indonesia Asahan
Aluminium
(INALUM) Kuala
Tanjung
10. Syliviani Pengaruh Penerapan Hasil penelitian ini adalah: 1)
(2011) Program Keselamatan Secara simultan, penerapan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


57
Lanjutan Tabel 2.2

No Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian

Dan Kesehatan Kerja program K3 berpengaruh sangat


(K3) Terhadap signifikan sekali terhadap
Keamanan Kerja Dan keamanan kerja karyawan bagian
Produktivitas Kerja produksi PT. SOCI MAS Medan
Karyawan Bagian dan secara parsial variabel
Produksi PT. Sinar keserasian pekerja dengan peralatan
Oleochemichal kerja berpengaruh paling dominan
Internasional (SOCI) terhadap keamanan kerja PT. SOCI
Mas Medan MAS Medan; 2) Pada hipotesis
kedua menunjukkan bahwa
keamanan kerja berpengaruh
signifikan terhadap produktivitas
kerja karyawan bagian produksi
PT. SOCI MAS Medan.

11. Sherly Pengaruh Faktor Hasil penelitian menunjukkan


(2012) Predisposisi dan bahwa secara statistik faktor
Faktor Pendukung predisposisi (sikap dan
terhadap Pencegahan kepercayaan) berpengaruh terhadap
Kecelakaan Kerja pencegahan kecelakaan kerja.
pada Tenaga Kerja Pengetahuan, tingkat pendidikan,
Bongkar Muat di tingkat pendapatan tidak
Primkop “Upaya berpengaruh terhadap pencegahan
Karya” Sektor II kecelakaan kerja. Faktor
Ujung Baru Pelabuhan pendukung (alat pelindung diri)
Belawan berpengaruh terhadap pencegahan
kecelakaan kerja. Alat pelindung
diri sebagai faktor pendukung
paling dominan dalam pencegahan
kecelakaan kerja dengan nilai
koefisien B sebesar 4.010.
Disarankan kepada manajemen
Primkop “Upaya Karya” pelabuhan
Belawan untuk menyediakan alat
pelindung diri yang cukup dan
lengkap (helm, sarung tangan,
masker, sepatu kerja, baju kerja)
dan memberikan sanksi kepada
tenaga kerja yang tidak memakai
alat pelindung diri dan memberikan
hadiah kepada tenaga kerja yang
memakai alat pelindung diri.

12. Ayu epidemiologi Hasil penelitian ini menunjukan


(2016) kecelakaan kerja pada bahwa peserta yang mengalami

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


58
Lanjutan Tabel 2.2

No Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian

peserta bpjs kecelakaan kerja dominan berada


ketenagakerjaan pada rentang umur 20-29 tahun
cabang denpasar yang (40%) dengan berjenis kelamin
mengajukan klaim laki-laki (75,00%), pada saat
bulan april-mei 2016 bekerja menggunakan APD
(85,00%) dengan tindakan
berbahaya yang dilakukan yaitu
bekerja dengan kecepatan
membahayakan dan mengambil
posisi bekerja yang tidak aman
(27,50%). Pada saat bekerja
menggunakan peralatan kerja yang
nyaman (93,75%). Sumber cedera
tertinggi dari pengangkut barang
(33,75%). Kondisi berbahaya dari
pengamanan yang tidak sempurna
(61,25%), dengan penerapan SMK3
baik pada perusahaan (93,24%),
dengan jenis tempat kerja di bidang
hotel dan penginapan (25,00%),
tingkat risiko tempat kerja yang
rendah (41,25%). Lokasi kejadian
tertinggi pada lalu lintas (51,25%)
dengan waktu kecelakaan 06.00-
12.00 (53,75%), mengalami cedera
kaki (27,50%) dengan corak
terbentur (53,75%).

13. Surya Pelaksanaan Jaminan Analisis data dilakukan dengan cara


(2008) Sosial Tenaga Kerja kualitatif dan didukung dengan
(JAMSOSTEK) Pada metode deduktif dan induktif dan
Perusahaan Swasta Di tetap mengacu pada pendekatan
Kota Medan yuridis normatif dan yuridis
sosiologis. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pelaksanaan
jaminan sosial tenaga kerja
(Jamsostek) pada perusahaan
swasta di Kota Medan sudah
berjalan, namun belum sepenuhnya.
Hal ini terlihat dari realisasi
pembayaran jaminan .tahun 2000
sid Pebruari 2001 dari PT
Jamsostek sebesar Rp.
32.277.044.625,- dari 156.312
kasus. Sedangkan pelaksanaan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


59
Lanjutan Tabel 2.2

No Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian

Jamsostek dari segi pembayaran


jaminan Program khusus Jamsostek
tahun 2000 s/d Pebruari 2001
terdapat Rp. 97.740.800,- dari 22
kasus.

14. Ade Pengaruh Potensi Pengamatan dan wawancara


(2012) Bahaya terhadap dilakukan untuk melihat pengaruh
Risiko Kecelakaan potensi bahaya dan risiko
Kerja di Unit Produksi kecelakaan kerja pada tenaga kerja,
Industri Migas PT. X peralatan/mesin, material kimia dan
Aceh metoda kerja. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pada unit
LNG Process material kimia (p=
0,009) memiliki pengaruh terhadap
risiko kecelakaan kerja dengan
probabilitas risiko kecelakaan kerja
tinggi sebesar 78% dan probabilitas
risiko kecelakaan kerja rendah
sebesar 10%. Pada unit utility,
diketahui peralatan/mesin (p=
0,008) memiliki pengaruh terhadap
risiko kecelakaan kerja dengan
probabilitas risiko kecelakaan kerja
tinggi sebesar 92% dan probabilitas
risiko kecelakaan kerja rendah
sebesar 17%. Tidak terdapat
pengaruh variabel tenaga kerja dam
metoda kerja di unit produksi
industri migas PT. X Aceh.

15. Sariaty Pengaruh Tingkat Hasil penelitian ini adalah; pada


(2015) Pemahaman hipotesis pertama, secara parsial
Manajemen pemahaman manajemen
Keselamatan dan keselamatan dan kesehatan kerja
Kesehatan Kerja (K3) Manajer Konstruksi berpengaruh
Manajer Konstruksi signifikan terhadap keberhasilan
Terhadap Keberhasilan proyek pada PT. Waskita Karya
Pelaksanaan suatu (Persero) Medan, pada hipotesis
Proyek Dilihat dari Sisi kedua, secara serempak pendidikan
Peningkatan Kinerja dan masa kerja berpengaruh
Waktu dan Biaya terhadap pemahaman Manajer
Pelaksanaan Proyek di Konstruksi pada PT. Waskita Karya
PT. Waskita Karya (persero) Medan, dan pada
(Persero) Medan hipotesis ketiga, secara serempak

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


60
Lanjutan Tabel 2.2

No Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian

waktu dan biaya berpengaruh


terhadap kinerja Manajer
Konstruksi pada PT. Waskita Karya
(persero) Medan.

16. Baba Conformity to Peraturan tentang keselamatan dan


(2012) occupational safety and kesehatan kerja di Malaysia telah
Malaysia health regulations in berevolusi dari Undang-Undang
small and medium Pabrik dan Mesin yang
enterprises dipreskripsikan (1967) menjadi
(Kesesuaian dengan Undang-Undang Keselamatan dan
peraturan keselamatan Kesehatan Kerja yang diatur sendiri
dan kesehatan kerja di (1994). Empat puluh satu kuesioner
perusahaan kecil dan survei selesai dan dikembalikan,
menengah) memberikan tingkat respons 27,3%
untuk survei tersebut. Hasil survei
menunjukkan bahwa sebagian besar
(92,7%) responden dari UKM
cenderung tidak sesuai dengan
persyaratan dasar Undang-Undang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(1994). Selain itu, survei juga
menemukan bahwa hanya 3,1%
personil manajemen yang dapat
dianggap kompeten dalam hal
pengetahuan, keterampilan dan
kemampuan dalam melaksanakan
peraturan keselamatan dan
kesehatan kerja di dalam organisasi
mereka masing-masing.

17 Fatih Underlying Factors of Penelitian dilakukan untuk


(2016) Occupational menentukan
Turkey Accidents: The Case of tingkat signifikansi faktor yang
Turkey menyebabkan kecelakaan pada lima
(Faktor - faktor yang sektor dengan jumlah tertinggi
mendasari kecelakaan kecelakaan kerja di Turki.
Kerja di Turki) Kuesioner diberikan kepada
spesialis keselamatan yang
berpengalaman.
Ditinjau dengan menganalisa
dengan metode TOPSIS fuzzy.
Menurut hasilnya, terutama
di sektor konstruksi dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


61
Lanjutan Tabel 2.2

No Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian

pertambangan batubara dan semua


sektor pada umumnya, pelatihan
karyawan, partisipasi karyawan dan
pemeliharaan berkala di tempat
kerja merupakan faktor pencegahan
kecelakaan yang lebih penting
daripada penilaian risiko dan
layanan K3 preventif. Terlihat
bahwa untuk
Pencegahan kecelakaan, semua
tindakan harus dilaksanakan secara
sistematis dan multidisiplin
pendekatan.

18 Paivi Global trend Jumlah kecelakaan kerja dan


(2009) according to estimated penyakit akibat kerja fatal telah
Finland number of meningkat, namun tingkat kematian
occupational accidents per 100.000 pekerja telah menurun.
and fatal work-related Ada hampir 360.000 kecelakaan
diseases at region and kerja fatal pada tahun 2003 dan
country level hampir 2 juta penyakit akibat kerja
(Kecenderungan fatal pada tahun 2002. Setiap hari
global menurut lebih dari 960.000 pekerja terluka
perkiraan jumlah karena kecelakaan. Setiap hari
kecelakaan kerja dan 5.330 orang meninggal karena
penyakit akibat kerja penyakit terkait pekerjaan.
fatal di wilayah dan Kesimpulan, informasi tentang
tingkat negara) kecelakaan kerja dan penyakit
terkait pekerjaan diperlukan agar
negara-negara dapat memahami
dengan lebih baik pentingnya
kesehatan dan keselamatan kerja di
tingkat negara dan perusahaan.
Terutama perusahaan di negara
berkembang yang tidak asing
dengan keselamatan dan kesehatan
kerja. Data statistik sangat penting
untuk pencegahan kecelakaan; Ini
adalah titik awal untuk keselamatan
kerja.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


62

2.1 Kerangka Konseptual

Unsafe action adalah suatu tindakan yang memicu terjadinya suatu kecelakaan

kerja. Contohya adalah tidak mengenakan masker, merokok di tempatyang rawan

terjadi kebakaran, tidak mematuhi peraturan dan larangan K3, dan lain-lain.

Tindakan ini bisa berbahaya dan menyebabkan terjadinya kecelakaan. Kecelakaan kerja

tersebut mungkin dilatarbelakangi oleh faktor faktor berikut :

1. Kekurangan pengetahuan dan keterampilan (lack of knowledge and skill).

2. Ketidakmampuan untuk bekerja secara normal (Inadequate Capability)

3. Ketidakfungsian tubuh karena cacat yang tidak nampak (Biodilly defect)

4. Kelelahan dan kejenuhan (Fatique and Boredom)

5. Sikap dan tingkah laku yang tidak aman (Unsafe attitude and Habits)

6. Kebingungan dan stres (Confuse and Stress) karena prosedur kerja yang

barudan belum dipahami

7. Belum menguasai/belum trampil dengan peralatan mesin-mesin baru

(Lackof skill)

8. Penurunan konsentrasi (Difficulting in concerting) dari tenaga kerja saat

melakukan pekerjaan

9. Sikap masa bodoh (Ignorance) dari tenaga kerja

10. Kurang adanya motivasi kerja (Improper motivation) dari tenaga kerja

11. Kurang adanya kepuasan kerja (Low job satisfaction)

12. Sikap kecenderungan mencelakai diri

Unsafe condition berkaitan erat dengan kondisi lingkungan kerja yang dapat

menyebabkan terjadinya kecelakaan. Banyak ditemui bahwa penyebab terciptanya

kondisi yang tidak aman ini karena kurang ergonomis. Lingkungan dalam artian luas dapat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


63

diartikan tidak saja lingkungan fisik, tetapi juga faktor-faktor yang berkaitan

dengan penyediaan fasilitas, pengalaman manusia yang lalu maupun sesaat sebelum bertugas,

pengaturan organisasi kerja, hubungan sesama pekerja, kondisi ekonomi dan politik

yang bisa mengganggu konsentrasi Unsafe condiiton ini. Contohnya adalah lantai yang

licin, tangga rusak, udara yangpengap, pencahayaan kurang, terlalu bising, dan

lain-lain.

Berdasarkan tindakan berbahaya dan pengaruh lingkungan, maka dapat

diketahui trend kecelakaan kerja karyawan peserta BPJS Ketenagakerjaan

Cabang Medan Belawan dan juga memprediksi trend kecelakaan kerja pada lima

tahun yang akan datang.

Kerangka konseptual yang diiginkan dalam penelitian ini untuk

mengetahui trend kecelakaan kerja dapat digambarkan sebagai berikut:

Trend Kecelakan kerja


karyawan peserta BPJS
Ketenagakerjaan Medan
Belawan
1. Jenis Kelamin
2. Usia pekerja
3. Lokasi kejadian
4. Waktu Kejadian
5. Bagian tubuh yang cedera
6. Sumber cedera
7. Tindakan berbahaya
8. Jenis Usaha

POHON
KEPUTUSAN KEBIJAKAN
Prediksi trend
Kecelakaan Kerja
untuk 5 (lima) tahun
berikutnya (tahun 2017,
2018, 2019, 2020, 2021)

Gambar 2.6. Kerangka Konseptual Trend Kecelakaan Kerja


Sumber Dalimunthe, 2012

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


64

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif.

Satori (2011) mengungkapkan bahwa penelitian kualitatif dilakukan karena

peneliti ingin mengeksplor fenomena-fenomena yang tidak dapat

dikuantifikasikan yang bersifat deskriptif seperti proses suatu langkah kerja,

formula suatu resep, pengertian-pengertian tentang suatu konsep yang beragam,

karakteristik suatu barang dan jasa, gambar-gambar, gaya-gaya, tata cara suatu

budaya, model fisik suatu artifak dan lain sebagainya.

Selain itu, Sugiono (2012: 9) juga mengemukakan penelitian kualitatif

sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme,

digunakan untuk meneliti pada kondisi objek alamiah, dimana peneliti adalah

sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dengan triangulasi, analisis

data bersifat induktif atau kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih

menekankan makna daripada generalisasi.

Menurut Sukmadinata (2011), penelitian deskriptif kualitatif ditujukan

untuk mendeskripsikan dan menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik

bersifat alamiah maupun rekayasa manusia, yang lebih memperhatikan mengenai

karakteristik, kualitas, keterkaitan antar kegiatan. Selain itu, Penelitian deskriptif

tidak memberikan perlakuan, manipulasi atau pengubahan pada variable –

variabel yang diteliti, melainkan menggambarkan suatu kondisi yang apa adanya.

Satu-satunya perlakuan yang diberikan hanyalah penelitian itu sendiri, yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


65

dilakukan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi.

Metode penelitian kualitatif dalam penelitian ini digunakan untuk

melihat trend kecelakaan kerja karyawan peserta BPJS Ketenagakerjaan Kantor

Cabang Medan Belawan dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2016 dan akan

memprediksi trend kecelakaan kerja untuk lima tahun yang akan dating yaitu

tahun 2017 sampai dengan 2021.

3.2. Lokasi dan dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di BPJS Ketenagakerjaan Kantor Cabang Medan

Belawan yang beralamat di jalan Gunung Krakatau nomor 17A Gedung Pelni

lantai 2 dan 3 Medan. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2017 sampai

dengan Mei 2017.

3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Menurut Sugiyono (2012), populasi adalah wilayah generalisasi yang

terdiri atas Objek/ subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Populasi dalam penelitian ini adalah semua data kecelakaan kerja pada

perusahaan yang mengajukan klaim kepada BPJS Ketenagakerjaan Kantor

Cabang Medan Belawan dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2016. Adapun

jumah populasi adalah sebanyak 12.925 kasus kecelakaan kerja.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


66

3.3.2 Sampel

Menurut Sugiyono (2012), sampel adalah bagian dari jumlalh dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Menurut Arikunto (2010),

sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti. Dalam penelitian ini,

tidak dilakukan pengambilan sampel. Dengan kata lain, penelitian ini bersifat

cacah, artinya seluruh data BPJS Ketenagakerjaan Kantor Cabang Medan Belawan

dalam kurun waktu tahu 2012 sampai dengan 2016 dijadikan sebagai unit analisis

yaitu sebanyak 12.925 kasus kecelakaan kerja.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan kegiatan yang penting bagi kegiatan

penelitian, karena pengumpulan data tersebut akan menentukan berhasil

tidaknya suatu penelitian.

Dalam pemilihan teknik pengumpulan data harus cermat. Teknik

pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Wawancara

Wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan mengajukan

pertanyaan langsung oleh pewawancara kepada responden, dan jawaban-jawaban

responden dicatat atau direkam (Hasan, 2002: 85). Sedangkan maksud dari

wawancara menurut Lincon dan Guba (1985) dalam Basrowi dan Suwandi

(2008: 127) ialah mengonstruksi perihal orang, kejadian, kegiatan, organisasi,

perasaan, motivasi, tuntutan, dan kepedulian, merekonstruksi kebulatan-

kebulatan harapan pada masa yang akan datang, memverifikasi, mengubah dan

memperluas informasi dari orang lain. Wawancara dalam penelitian ini

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


67

digunakan untuk mengetahui penyebab kecelakaan kerja dan upaya – upaya yang

akan dilakukan oleh perusahaan untuk mendapatkan Zero Accident. Jumlah

responden yang diwawancara adalah sebanyak 20 karyawan yang diwawancara

secara langsung di tempat perusahaan yang bekerja maupun di BPJS

Ketenagakerjaan Cabang Medan Belawan sebagai data pendukung.

2. Observasi

Observasi adalah teknik pengumpulan data dengan melakukan

pengamatan langsung pada objek kajian. Menurut Hasan (2002) Observasi

ialah pemilihan, pengubahan, pencatatan, dan pengodean serangkaian perilaku

dan suasana yang berkenaan dengan organisasi, sesuai dengan tujuan-tujuan

empiris. Observasi yang di maksud dalam teknik pengumpulan data ini ialah

observasi pra-penelitian, saat penelitian dan pasca-penelitian yang digunakan

sebagai metode pembantu, dengan tujuan untuk mengamati karyawan peserta

BPJS Ketenagakerjaan Medan Belawan yang mengalami kecelaakan kerja,

apakah tindakan medis sudah dilakukan dengan maksimal dan kondisi akhir

karyawan tersebut sudah sembuh atau cacat. Jumlah responden yang diobservasi

adalah sebanyak 10 karyawan yang diobservasi secara langsung yang sedang

mengalami pengobatan di Klinik atau rumah sakit.

3. Studi Pustaka

Menurut Martono (2011) studi pustaka dilakukan untuk memperkaya

pengetahuan mengenai berbagai konsep yang akan digunakan sebagai dasar

atau pedoman dalam proses penelitian. Peneliti juga menggunakan studi

pustaka dalam teknik pengumpulan data. Studi pustaka dalam teknik

pengumpulan data ini merupakan jenis data sekunder yang digunakan untuk

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


68

membantu proses penelitian, yaitu dengan mengumpulkan informasi data

kecelakaan kerja dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2016.

3.5 Jenis dan Sumber Data

3.5.1 Jenis Data

Salah satu pertimbangan dalam memilih masalah penelitian adalah

ketersediaan sumber data. Penelitian kuantitatis lebih bersifat explanation yaitu

menerangkan dan menjelaskan. Sedangkan penelitian kualitatif lebih bersifat

umderstanding yaitu memahami terhadap fenomena atau gejala sosial, karena

bersifat toleran about the people yang dimaksudkan adallah masyarakat seebagai

subjek penelitian (Sgiyono, 2012).

Penelitian ini juga menggunakan 2 jenis data, yaitu :

1. Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh orang

yang melakukan penelitian dari sumber-sumber yang telah ada. Data ini

digunakan untuk mendukung informasi primer yang telah diperoleh

yaitu dari bahan pustaka, literatur, penelitian terdahulu, buku, dan lain

sebagainya

2. Data primer ialah data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung di

lapangan oleh orang yang melakukan penelitian atau yang bersangkutan

yang memerlukannya.

3.5.2 Sumber Data

Dalam penelitian ini, jenis data yang paling banyak digunakan ialah data

sekunder. Peneliti hanya menggunakan data primer sebagai data pendukung.

Sumber data primer sebagai data pendukung ialah, hasil wawancara peneliti

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


69

dengan tenaga kerja yang mengalami kecelakaan kerja, perusahaan tempat

bekerja atau bahkan pihak terkait seperti Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan.

Sumber data sekunder pada penelitian ini adalah data pengajuan klaim

kecelakaan kerja pada BPJS Ketenagakerjaan Cabang Medan Belawan sejak

tahun 2012 sampai dengan 2016.

3.6 Defenisi Istilah

Defenisi Istilah yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada

tabel berikut ini

Tabel 3. 1. Definisi Istilah

No Variabel Definisi Metode


1 Trend Kecelakaan Kecenderungan suatu kejadian Analisis
Kerja yang tidak diinginkan yang selalu data
menimbulkan sebuah kecelakaan
kerja.

2 Unsafe Act Tindakan dari pekerja yang dapat Analisa


(tindakan tidak menyebabkan kecelakaan kerja. data
aman)

3 Unsafe Condition Kondisi lingkungan kerja yang Analisa


(kondisi tidak dapat menyebabkan kecelakaan data
aman) kerja.
4 Jenis kelamin perbedaan bentuk, sifat, dan fungsi Analisa
biologi laki-laki dan perempuan data
yang menentukan perbedaan peran
mereka dalam menyelenggarakan
upaya meneruskan garis keturunan.
5 Usia kerja Umur dari pekerja Analisa
data

6 Lokasi kejadian Tempat terjadinya suatu kecelakaan Analisa


kerja. data

7 Waktu kejadian Waktu terjadinya kejadian Analisa


kecelakaan kerja berdasarkan sift data
kerja

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


70
Lanjutan Tabel 3.1

No Variabel Defenisi Metode

8 Bagian tubuh yang Anggota tubuh yang cedera yang Analisa


cedera. dialami pekerja akibat dari data
kecelakaan kerja.
9 Sumber Cedera Sumber terjadinya penyebab Analisa
kecelakaan kerja data

10 Tindakan/Sikap Perilaku pekerja yang Analisa


Berbahaya membahayakan yang terjadi data
dilingkungan kerja
11 Jenis Usaha Jenis Usaha berdasarkan kelompok Analisa
resiko kecelakaan kerja data

12 Prediksi trend Memprediksi atau meramalkan Analisa


kecelakaan trend kecelakan kerja lima thun data
berikutnya.
13 Pohon Keputusan Mengubah data menjadi pohon Kebijakan
keputusan dan aturan-aturan keputusan
keputusan.

3.7 Model Analis Data

Analisis data menurut Bogdan dalam Sugiyono (2009) adalah proses

mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil

wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah

dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Sedangkan

menurut Hasan (2002) analisis kualitatif ialah analisis yang tidak menggunakan

model matematika, model statistik dan model-model tertentu lainnya. Analsis

data meliputi proses reduksi data, penyajian data, penarikan simpulan serta

triangulasi. Adapun penjabaran analisis data dalam penelitian ini dilakukan

dengan teknik sebagai berikut:

1. Data Reduction (Reduksi data)

Reduksi data merupakan suatu proses pemilihan, pemusatan perhatian

pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data awal yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


71

muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi data ini

berlangsung secara terus-menerus selama penelitian kualitatif

berlangsung. Selama proses reduksi data berlangsung, tahapan

selanjutnya ialah:

a. Mengkategorikan data (Coding) ialah upaya memilah-milah setiap

satuan data ke dalam bagian-bagian yang memiliki kesamaan

(Moleong, 2011: 288).

b. Interpretasi data ialah pencarian pengertian yang lebih luas tentang

data yang telah dianalisis atau dengan kata lain, interpretasi

merupakan penjelasan yang terinci tentang arti yang sebenarnya

dari data penelitian (Hasan, 2002: 137).

2. Data Display (Penyajian data)

Pada tahap ini, peneliti mengembangkan sebuah deskripsi informasi

tersusun untuk menarik kesimpulan dan pengambilan tindakan.

Penyajian data yang lazim digunakan dalam penelitian ini adalah

bentuk teks naratif. Maksud dari teks naratif ialah peneliti

mendeskripsikan informasi yang telah diklasifikasikan sebelumnya

mengenai persepsi pemustaka tentang kinerja pustakawan yang

kemudian dibentuk simpulan dan selanjutnya simpulan tersebut disajikan

dalam bentuk teks naratif.

3. Conclusion/Verying (Penarikan simpulan)

Peneliti berusaha menarik simpulan dan melakukan verifikasi dengan

mencari makna setiap gejala yang diperolehnya dari lapangan,

mencatat keteraturan dan konfigurasi yang mungkin ada, alur kausalitas

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


72

dari fenomena dan proporsi. Pada tahap ini, penulis menarik simpulan

dari data yang telah disimpulkan sebelumnya, kemudian mencocokkan

catatan dan pengamatan yang dilakukan penulis pada saat penelitian.

4. Triangulasi

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan data untuk keperluan pengecekan

atau sebagai pembanding terhadap data yang telah diperoleh.

Terdapat tiga macam teknik triangulasi antara lain:

a. Triangulasi dengan sumber yaitu teknik pengecekan data yang

dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh

melalui beberapa sumber. Dalam penelitian ini, agar sesuai dengan

tujuan penelitian mengenai persepsi pemustaka tentang kinerja

pustakawan, maka pengumpulan dan pengujian data yang telah

diperoleh dilakukan ke pemustaka sebagai objek penelitian yang

terdiri dari pemustaka berstatus pelajar, mahasiswa, karyawan

maupun PNS. Data yang telah diperoleh dideskripsikan,

dikategorisasikan, mana pandangan yang sama, yang berbeda, dan

mana spesifik dari data tiga sumber data tersebut. Data yang telah

dianalisis tersebut akan menghasilkan suatu kesimpulan dan

selanjutnya dimintakan kesepakatan dari sumber data yang

diperoleh.

b. Triangulasi Teknik

Triangulasi teknik ialah teknik pengecekan data yang dilakukan

dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan

teknik yang berbeda. Dalam penelitian ini, peneliti memperoleh

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


73

data dengan wawancara, kemudian dicek dengan observasi,

dokumentasi.

c. Triangulasi Waktu

Triangulasi waktu merupakan teknik pengecekan data yang dilakukan

dengan cara melakukan pengecekan melalui wawancara,

observasi, atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda.

Dalam penelitian ini, pengumpulan data dilakukan pada waktu pagi

dan siang hari. Dengan begitu maka dapat diketahui apakah nara

sumber memberikan data yang sama atau tidak.

Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder,

diperoleh dari dokumen-dokumen yang dimiliki oleh perusahaan berupa laporan

kecelakaan kerja dan laporan investigasi kecelakaan kerja. Data akan dianalisis

untuk melihat trend kecelakaan kerja yaitu menggunakan Program bantuan SPSS

(Statistical Product and Service Solutions) dan Program Excel.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Objek Penelitian

BPJS Ketenagakerjaan Cabang Medan Belawan merupakan kantor Cabang

Kelas Madya B yang berada didaerah kawasan industri. BPJS Ketenagakerjaan

Cabang Medan Belawan memiliki jumlah tenaga kerja aktif yang dari tahun

ketahun mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Jumlah tenaga kerja aktif

pada tahun 2012 sebanyak 39.244 tenaga kerja, tahun 2013 sebanyak 49.366

tenaga kerja, tahun 2014 sebanyak 61.567 tenaga kerja, tahun 2015 sebanyak

88.741 dan tahun 2016 sebanyak 92.279.

Penelitian dilakukan di BPJS Ketenagakerjaan Kantor Cabang Medan

Belawan di jalan Gunung Krakatau nomor 17A Medan. Penelitian dilakukan

berdasarkan data kecelakaan kerja yang telah dibayarkan oleh BPJS

Ketenagakerjaan Kantor Cabang Medan Belawan pada tahun 2012 sampai dengan

2016. Penelitian juga dilakukan dengan melakukan wawancara dan observasi

kepada karyawan yang mengalami kecelakaan kerja dan pihak perusahaan yang

mendampingi karyawan ketika kecelakaan kerja.

4.2. Hasil Penelitian

4.2.1. Trend Kecelakaan Kerja dari Tahun 2012-2016, Berdasarkan Jenis

Kelamin

Berikut hasil penelitian yang didapat setelah dilakukan penelitian

khususnya mengenai kecelakaan kerja pada karyawan peserta BPJS

74

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


75

Ketenagakerjaan Kantor Cabang Medan Belawan pada tahun 2012-2016

berdasarkan jenis kelamin.

Tabel 4.1. Trend Kecelakaan Kerja dari Tahun 2012-2016 Berdasarkan Jenis
Kelamin

Kecelakaan Kerja
No Tahun Laki-laki Perempuan
n % n %
1 2012 2440 90,0 271 10,0
2 2013 2311 90,9 232 9,1
3 2014 2253 92,0 195 8,0
4 2015 1921 87,4 278 12,6
5 2016 2118 91,8 190 8,2
Total 11043 100 1166 100

Sumber : BPJS Ketenagakerjaan Kantor Cabang Medan Belawan 2012-2016

Tabel 4.1. merupakan tampilan tabel trend kecelakaan kerja berdasarkan

jenis kelamin. Trend kecelakaan kerja yang terjadi berdasarkan jenis kelamin dari

tahun 2012-2016 banyak terjadi pada karyawan berjenis kelamin laki-laki untuk

setiap tahunnya. Kecelakaan kerja tertinggi terjadi pada tahun 2012 pada pekerja

berjenis kelamin laki-laki sebanyak 2440 kecelakaan (90%). Trend kecelakaan

terendah terjadi pada tahun 2016 pada pekerja berjenis kelamin perempuan yaitu

sebanyak 190 kecelakaan (8,2%). Trend kecelakaan kerja terendah untuk yang

berjenis kelamin laki-laki terjadi pada tahun 2015 yaitu sebanyak 1921 kecelakaan

(87,4%). Trend kecelakaan kerja tertinggi untuk yang berjenis kelamin perempuan

terjadi pada tahun 2015 sebanyak 278 kecelakaan (12,6%). Trend kecelakaan

kerja untuk jenis kelamin laki-laki mengalami penurunan dari tahun 2012-2015,

kemudian kembali mengalami peningkatan di tahun 2016. Sedangkan trend

kecelakaan kerja untuk jenis kelamin perempuan mengalami penurunan dari tahun

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


76

2012-2014, mengalami peningkatan di tahun 2015, dan kembali mengalami

penurunan di tahun 2016.

Perbandingan kecelakaan kerja laki-laki dan perempuan untuk setiap

tahunnya mulai dari 2012-2016 adalah kecelakaan kerja lebih besar pada jenis

kelamin laki-laki. Menurut data dari BPJS ketenagakerjaan kantor cabang Medan

Belawan, dari tahun 2012-2016 jumlah tenaga kerja yang aktif adalah 331197

orang, sedangkan jumlah karyawan yang mengalami kecelakaan kerja adalah

12209 orang, dimana laki-laki yang mengalami kecelakaan kerja tertinggi

sebanyak 11043 kecelakaan dan jumlah karyawan perempuan yang mengalami

kecelakaan kerja sebanyak 1166 kecelakaan. Dari hasil trend ini dapat dikatakan

bahwa perbandingan kecelakaan kerja laki-laki dan perempuan adalah 9:1.

Hasil analisis trend kecelakaan kerja menurut jenis kelamin yaitu :

1. Jenis kelamin laki-laki : Dari tahun 2012-2016, kecelakaan kerja tertinggi

terjadi pada tahun 2012 yaitu sebanyak 2440 kecelakaan kerja (90%).

2. Jenis kelamin perempuan : Dari tahun 2012-2016, kecelakaan kerja

tertinggi terjadi pada tahun 2015 yaitu sebanyak 278 kecelakaan kerja

(12,6%).

4.2.2 Trend Kecelakaan Kerja dari Tahun 2012-2016, Berdasarkan Usia

Pekerja

Kecelakaan kerja pada karyawan peserta BPJS Ketenagakerjaan Kantor

Cabang Medan Belawan pada tahun 2012-2016 berdasarkan usia pekerja dapat

dilihat pada tabel di bawah ini :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


77

Tabel 4.2. Trend Kecelakaan Kerja dari Tahun 2012-2016 Berdasarkan Usia
Pekerja

Kecelakaan Kerja (Tahun)


No Umur 2012 2013 2014 2015 2016
(Tahun)
n % n % n % n % N %
1 ≤ 25 173 6,4 260 10,2 375 15,3 393 19,6 516 22,4
2 26-30 577 21,3 577 22,7 521 21,3 422 21,0 484 20,9
3 31-35 535 19,7 480 18,9 441 18,0 375 18,7 401 17,4
4 36-40 413 15,2 382 15,0 311 12,7 265 13,2 297 12,9
5 41-45 333 12,3 289 11,4 275 11,2 229 11,4 202 8,8
6 46-50 340 12,5 268 10,5 237 9,7 209 10,4 213 9,2
7 51-55 183 6,8 146 5,7 178 7,3 128 6,4 138 5,9
8 > 55 157 5,8 141 5,5 110 4,5 78 3,9 57 2,5
Total 2711 100 2543 100 2448 100 2099 100 2308 100

Sumber : BPJS Ketenagakerjaan Kantor Cabang Medan Belawan 2012-2016

Tabel 4.2. merupakan tampilan tabel trend kecelakaan kerja berdasarkan

usia pekerja. Trend kecelakaan kerja yang terjadi berdasarkan usia pekerja dari

tahun 2012-2016 banyak terjadi pada karyawan pada kelompok umur 26-30 tahun

untuk setiap tahunnya. Kecelakaan kerja tertinggi terjadi pada tahun 2012 dan

2013 masing-masing terjadi pada pekerja dengan kelompok umur 26-30 tahun

yaitu sebanyak 577 kecelakaan (21,3% dan 22,7%). Trend kecelakaan kerja

terendah terjadi pada tahun 2016 pada pekerja dengan kelompok umur >55 tahun

yaitu sebanyak 57 kecelakaan (2,5%). Trend kecelakaan kerja terendah untuk

kelompok umur 26-30 tahun terjadi pada tahun 2015 yaitu sebanyak 422

kecelakaan (21,0%). Trend kecelakaan kerja yang mengalami peningkatan dari

tahun 2012-2016 terjadi pada kelompok umur ≤ 25 tahun. Sedangkan trend

kecelakaan kerja yang mengalami penurunan dari tahun 2012-2016 terjadi pada

kelompok umur > 55 tahun.

Hasil analisis ternd kecelakaan kerja menurut usia pekerja dari tahun

2012-2016 dapat dilihat sebagai berikut :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


78

1. Usia ≤ 25 tahun : Kecelakaan kerja tertinggi terjadi pada tahun 2016

sebanyak 516 kecelakaan kerja (22,4%).

2. Usia 26-30 tahun : Kecelakaan kerja tertinggi terjadi pada tahun 2012 dan

2013 sebanyak 577 kecelakaan kerja (22,7%).

3. Usia 31-35 tahun : Kecelakaan kerja tertinggi terjadi pada tahun 2012

sebanyak 535 kecelakaan kerja (19,7%).

4. Usia 36-40 tahun : Kecelakaan kerja tertinggi terjadi pada tahun 2012

sebanyak 413 kecelakaan kerja (15,2%).

5. Usia 41-45 tahun : Kecelakaan kerja tertinggi terjadi pada tahun 2012

sebanyak 333 kecelakaan kerja (12,3%).

6. Usia 46-50 tahun : Kecelakaan kerja tertinggi terjadi pada tahun 2012

sebanyak 340 kecelakaan kerja (12,5%).

7. Usia 51-55 tahun : Kecelakaan kerja tertinggi terjadi pada tahun 2012

sebanyak 183 kecelakaan kerja (6,8%).

8. Usia > 55 tahun : Kecelakaan kerja tertinggi terjadi pada tahun 2012

sebanyak 157 kecelakaan kerja (5,8%).

Dari hasil analisa di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk setiap

kategori usia pekerja, kecelakaan kerja tertinggi terjadi di tahun 2012.

4.2.3 Trend Kecelakaan Kerja dari Tahun 2012-2016, Berdasarkan Lokasi

Kejadian

Trend kecelakaan kerja pada karyawan peserta BPJS Ketenagakerjaan

Kantor Cabang Medan Belawan pada tahun 2012-2016 berdasarkan lokasi

kejadian dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


79

Tabel 4.3. Trend Kecelakaan Kerja dari Tahun 2012-2016 Berdasarkan


Lokasi Kejadian

Kecelakaan Kerja (Tahun)


N Lokasi 2012 2013 2014 2015 2016
o Kejadian
n % n % n % n % n %
1 Dalam 76,
2045 75,4 1849 72,7 1823 74,5 1606 1757 76,1
Area 5
2 Lalu 17,
545 20,1 599 23,6 544 22,2 360 400 17,3
Lintas 2
3 Luar
Area Kerja 121 4,5 95 3,7 81 3,3 133 6,3 151 6,6

Total 2711 100 2543 100 2448 100 2099 100 2308 100

Sumber : BPJS Ketenagakerjaan Kantor Cabang Medan Belawan 2012-2016

Tabel 4.3. merupakan tabel trend kecelakaan kerja berdasarkan lokasi

kejadian. Trend kecelakaan kerja yang terjadi berdasarkan lokasi kejadian dari

tahun 2012-2016 banyak terjadi di dalam area kerja untuk setiap tahunnya.

Kecelakaan kerja tertinggi terjadi pada tahun 2012 yang terjadi di dalam area

kerja yaitu sebanyak 2045 kecelakaan (75,4%). Trend kecelakaan kerja terendah

terjadi pada tahun 2014 yang terjadi di luar area kerja yaitu sebanyak 81

kecelakaan (3,3%). Trend kecelakaan kerja terendah untuk kecelakaan yang

terjadi di dalam area kerja terjadi pada tahun 2015 yaitu sebanyak 1606

kecelakaan (76,5%). Trend kecelakaan kerja tertinggi untuk kecelakaan lalu lintas

terjadi pada tahun 2013 yaitu sebanyak 599 kecelakaan (23,6%) dan trend

kecelakaan kerja yang terendahnya terjadi pada tahun 2015 yaitu sebanyak 360

kecelakaan (17,2%). Sedangkan untuk trend kecelakaan kerja tertinggi untuk

kecelakaan di luar area kerja terjadi pada tahun 2016 yaitu sebanyak 151

kecelakaan (6,6%) dan trend kecelakaan kerja yang terendahnya terjadi pada

tahun 2014 yaitu sebanyak 81 kecelakaan (3,3%). Trend kecelakaan kerja yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


80

terjadi di dalam area kerja mengalami penurunan dari tahun 2012-2015, dan

kembali mengalami peningkatan di tahun 2016. Trend kecelakaan kerja yang

terjadi di lalu lintas mengalami peningkatan dari tahun 2012-2013, mengalami

penurunan di tahun 2013-2015, dan kembali mengalami peningkatan di tahun

2016. Sedangkan untuk trend kecelakaan kerja yang terjadi di luar area kerja

mengalami penurunan dari tahun 2012-2014, dan kembali mengalami peningkatan

di tahun 2015-2016.

Hasil analisis ternd kecelakaan kerja menurut lokasi kejadian dari tahun

2012-2016 adalah :

1. Dalam area kerja : Kecelakaan kerja tertinggi terjadi pada tahun 2012

sebanyak 2045 kecelakaan kerja (75,4%).

2. Lalu lintas : Kecelakaan kerja tertinggi terjadi pada tahun 2013 sebanyak

599 kecelakaan kerja (23,6%).

3. Di luar area kerja : Kecelakaan kerja tertinggi terjadi pada tahun 2016

sebanyak 151 kecelakaan kerja (6,6%).

4.2.4 Trend Kecelakaan Kerja dari Tahun 2012-2016, Berdasarkan Waktu

Kejadian

Trend kecelakaan kerja pada karyawan peserta BPJS Ketenagakerjaan

Kantor Cabang Medan Belawan pada tahun 2012-2016 berdasarkan waktu

kejadian dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


81

Tabel 4.4. Trend Kecelakaan Kerja dari Tahun 2012-2016 Berdasarkan


Waktu Kejadian

Kecelakaan Kerja (Tahun)


N Waktu 2012 2013 2014 2015 2016
o Kejadian
n % n % N % n % n %
1 18.01- 381 14,1 307 12,1 303
12,
261 12,4 315 13,6
24.00 4
2 12.01- 969 35,7 857 33,7 866
35,
762 36,3 773 33,5
18.00 4
3 06.01- 46, 108
12.00 1152 42,5 1204 47,3 1139 956 45,6 47,2
5 8
4 00.01-
06.00 209 7,7 175 6,9 140 5,7 120 5,7 132 5,7

Total 2711 100 2543 100 2448 100 2099 100 2308 100

Sumber : BPJS Ketenagakerjaan Kantor Cabang Medan Belawan 2012-2016

Tabel 4.4 merupakan tampilan tabel trend kecelakaan kerja berdasarkan

waktu kejadian. Trend kecelakaan kerja yang terjadi berdasarkan waktu kejadian

dari tahun 2012-2016 banyak terjadi pada jam 06.01-12.00. Kecelakaan kerja

tertinggi terjadi pada tahun 2013 yang terjadi pada jam 06.01-12.00 yaitu

sebanyak 1204 kecelakaan (47,3%). Trend kecelakaan kerja terendah terjadi pada

jam 00.01-06.00 di tahun 2015 yaitu sebanyak 120 kecelakaan (5,7%). Trend

kecelakaan kerja tertinggi pada jam 18.01-24.00 terjadi di tahun 2012 dan

terendah terjadi di tahun 2015. Untuk jam 12.01-18.00 trend kecelakaan kerja

tertinggi terjadi di tahun 2012 sebanyak 969 kecelakaan (35,7%) dan terendah di

tahun 2015 yaitu sebanyak 762 kecelakaan (36,3%). Untuk jam 06.01-12.00 trend

kecelakaan kerja terendah terjadi di tahun 2012 sebanyak 956 kecelakaan

(45,6%). Untuk jam 00.01-06.00 trend kecelakaan kerja tertinggi terjadi di tahun

2012 sebanyak 209 kecelakaan (7,7%) dan terendah di tahun 2015 yaitu sebanyak

120 kecelakaan (5,7%). Di tahun 2015, trend kecelakaan kerja mengalami

penurunan dari semua jam kerja yang ada.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


82

Analisis ternd kecelakaan kerja menurut waktu kejadian dari tahun 2012-

2016 adalah :

1. Jam 18.01-24.00 : Kecelakaan kerja tertinggi terjadi pada tahun 2012

sebanyak 381 kecelakaan kerja (14,1%).

2. Jam 12.01-18.00 : Kecelakaan kerja tertinggi terjadi pada tahun 2012

sebanyak 969 kecelakaan kerja (35,7%).

3. Jam 06.01-12.00 : Kecelakaan kerja tertinggi terjadi pada tahun 2013

sebanyak 1204 kecelakaan kerja (47,3%).

4. Jam 00.01-06.00 : Kecelakaan kerja tertinggi terjadi pada tahun 2012

sebanyak 209 kecelakaan kerja (7,7%).

4.2.5 Trend Kecelakaan Kerja dari Tahun 2012-2016, Berdasarkan Bagian

Tubuh yang Cedera

Trend kecelakaan kerja pada karyawan peserta BPJS Ketenagakerjaan

Kantor Cabang Medan Belawan pada tahun 2012-2016 berdasarkan bagian tubuh

yang cedera dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.5. Trend Kecelakaan Kerja dari Tahun 2012-2016 Berdasarkan


Bagian Tubuh yang Cedera

Bagian Kecelakaan Kerja (Tahun)


N Tubuh 2012 2013 2014 2015 2016
o Cedera
n % N % n % n % n %
1 Badan 290 10,7 378 14,9 316 12,9 166 7,9 225 9,8
2 Jari kaki 61 2,3 67 2,6 62 2,5 55 2,6 86 3,7
3 Jari Tangan 472 17,4 409 16,1 449 18,4 432 20,7 520 22,6
4 Kaki 617 22,8 556 21,9 467 19,1 448 21,4 480 20,9
5 Kepala 289 10,7 251 9,9 257 10,5 248 11,9 228 9,9
6 Lengan 76 2,8 84 3,3 116 4,8 98 4,7 81 3,5
77 Mata
Mata 370
370 13,7
13,7 353
353 13,9
13,9 351
351 14,4
14,4 290
290 13,9
13,9 309
309 13,5
13,5
8 Organ dalam 5 0,2 15 0,6 13 0,5 18 0,9 16 0,7
996 Dalam
Dalam
Lengan
Paha 31
76
31 1,2
2,8
1,2 26
84
26 1,1
3,3
1,1 34
116
34 1,4
4,8
1,4 23
98
23 1,1
4,7
1,1 28
81
28 1,2
3,5
1,2
10
7
10 Paha
Paha
Mata
Tangan 496
370
496 18,3
13,7
18,3 398
353
398 15,7
13,9
15,7 376
351
34
376 15,4
14,4
1,4
15,4 314
290
23
314 15,0
13,9
1,1
15,0 324
309
28
324 14,1
13,5
1,2
14,1
811
11 Tangan
Tangan
Organ
Telinga 4
5
4 0,1
0,2
0,1 66
15 0,2
0,6
0,2 77
13
376 0,3
0,3
0,5
15,4 55
18
314 0,2
0,2
0,9
15,0 10
10
16
324 0,4
0,4
0,7
14,1
9 Telinga
Telinga
Dalam 31 1,2 26 1,1 347 1,4
0,3 235 1,1
0,2 28
10 1,2
0,4
10 Paha 496 18,3 398 15,7 376 15,4 314 15,0 324 14,1
11 Tangan 4 0,1 6 0,2 7 0,3 5 0,2 10 0,4
Telinga UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
83

Lanjutan Tabel 4.5


11 Telinga 4 0,1 6 0,2 7 0,3 5 0,2 10 0,4
Total 2707 100 2537 100 2441 100 2092 100 2297 100

Sumber : BPJS Ketenagakerjaan Kantor Cabang Medan Belawan 2012-2016

Tabel 4.5 merupakan tampilan tabel trend kecelakaan kerja berdasarkan

bagian tubuh yang cedera. Trend kecelakaan kerja yang terjadi berdasarkan

bagian tubuh yang cedera dari tahun 2012-2016 banyak terjadi pada bagian tubuh

kaki setiap tahunnya dan kecelakaan kerja terendah terjadi pada bagian tubuh

telinga untuk setiap tahunnya. Kecelakaan kerja tertinggi terjadi pada tahun 2012

yang terjadi pada bagian tubuh kaki yaitu sebanyak 617 kecelakaan (22,8%).

Trend kecelakaan kerja terendah terjadi pada bagian tubuh telinga di tahun 2012

yaitu sebanyak 4 kecelakaan (0,1%). Untuk trend kecelakaan kerja tertinggi setiap

tahunnya yaitu pada bagian tubuh kaki mulai dari tahun 2012-2015 mengalami

penurunan dan kembali meningkat di tahun 2016, sementara untuk trend

kecelakaan kerja terendah yaitu pada bagian tubuh telinga mengalami peningkatan

pada tahun 2012-2014, mengalami penurunan di tahun 2015 dan kembali

meningkat di tahun 2016.

Analisis trend kecelakaan kerja berdasarkan bagian tubuh yang cedera dari

tahun 2012-2016 adalah :

1. Badan : Kecelakaan kerja tertinggi terjadi pada tahun 2013 sebanyak 378

kecelakaan kerja (14,9%).

2. Jari kaki : Kecelakaan kerja tertinggi terjadi pada tahun 2016 sebanyak 86

kecelakaan kerja (3,7%).

3. Jari tangan : Kecelakaan kerja tertinggi terjadi pada tahun 2015 sebanyak

832 kecelakaan kerja (20,7%).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


84

4. Kaki : Kecelakaan kerja tertinggi terjadi pada tahun 2012 sebanyak 617

kecelakaan kerja (22,8%).

5. Kepala : Kecelakaan kerja tertinggi terjadi pada tahun 2012 sebanyak 289

kecelakaan kerja (10,7%).

6. Lengan : Kecelakaan kerja tertinggi terjadi pada tahun 2014 sebanyak 116

kecelakaan kerja (4,8%).

7. Mata : Kecelakaan kerja tertinggi terjadi pada tahun 2012 sebanyak 370

kecelakaan kerja (13,7%).

8. Organ tubuh bagian dalam : Kecelakaan kerja tertinggi terjadi pada tahun

2015 sebanyak 18 kecelakaan kerja (0,9%).

9. Paha : Kecelakaan kerja tertinggi terjadi pada tahun 2014 sebanyak 34

kecelakaan kerja (1,4%).

10. Tangan : Kecelakaan kerja tertinggi terjadi pada tahun 2012 sebanyak 496

kecelakaan kerja (18,3%).

11. Telinga : Kecelakaan kerja tertinggi terjadi pada 2016 sebanyak 10

kecelakaan kerja (0,4%).

4.2.6 Trend Kecelakaan Kerja dari Tahun 2012-2016, Berdasarkan Sumber

Cedera

Trend kecelakaan kerja pada karyawan peserta BPJS Ketenagakerjaan

Kantor Cabang Medan Belawan pada tahun 2012-2016 berdasarkan sumber

cedera dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


85

Tabel 4.6. Trend Kecelakaan Kerja dari Tahun 2012-2016 Berdasarkan


Sumber Cedera

Kecelakaan Kerja (Tahun)


No Sumber 2012 2013 2014 2015 2016
Cedera n % n % n % n % n %
1 Pesawat Uap dan
13 0,5 24 0,9 21 0,9 8 0,4 8 0,3
bejana tekan
2 Pesawat angkut 72 2,7 50 2,0 100 4,3 120 5,7 15 0,6
3 Radiasi dan
bahan radioaktif 1 0,0 3 0,1 0 0 0 0 0 0
4 Alat transmisi
mekanik 88 3,2 132 5,2 129 5,5 108 5,2 127 5,5
5 Perkakas kerja 186 6,9 112 4,4 139 5,9 217 10,4 170 7,4
tangan
6 Penggerak mula 8 0,3 7 0,3 14 0,6 9 0,4 11 0,5
dan pompa
7 Permukaan 300 11,1 333 13,1 450 19,2 379 18,1 278 12,1
lantai kerja
8 Binatang 6 0,2 2 0,1 6 0,3 4 0,2 3 0,1
9 F. Lingkungan 22 0,8 34 1,3 58 2,5 159 7,6 342 14,8
10 Debu berbahaya 145 5,3 83 3,3 127 5,4 91 4,3 146 6,3
11 Mesin 1593 58,8 1357 53,4 1034 44,1 702 33,5 824 35,7
(press,bor,
gergaji dll)
12 Bahan kimia 29 1,1 41 1,6 37 1,6 44 2,1 54 2,3
13 Peralatan listrik 80 3,0 208 8,2 99 4,2 13 0,6 21 0,9
14 Lift (barang, 29 1,1 20 0,8 24 1,0 16 0,8 34 1,5
orang)
15 Bahan mudah 80 3,0 38 1,5 45 1,9 133 6,3 120 5,2
terbakar dan
benda panas
16 Conveyor 27 1,0 39 1,5 23 1,0 54 2,6 15 0,6
17 Tidak ada data 0 0 3 0,1 4 0,2 1 0,0 0 0
18 Pengangkut/peng 0 0 0 0 1 0,0 28 1,3 139 6,0
angkat barang
19 Pesawat angkat 32 1,2 57 2,2 34 1,4 9 0,4 1 0,0
Total 2711 100 2543 100 2345 100 2095 100 2308 100

Sumber : BPJS Ketenagakerjaan Kantor Cabang Medan Belawan 2012-2016

Tabel 4.6 merupakan tampilan tabel trend kecelakaan kerja berdasarkan

sumber cedera. Trend kecelakaan kerja yang terjadi berdasarkan sumber cedera

dari tahun 2012-2016 banyak terjadi bersumber dari mesin (press, bor, gergaji,

dll) setiap tahunnya dan kecelakaan kerja terendah terjadi bersumber dari radiasi

dan bahan radio aktif untuk setiap tahunnya. Kecelakaan kerja tertinggi terjadi

pada tahun 2012 yang bersumber dari mesin (press, bor, gergaji, dll) yaitu

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


86

sebanyak 1593 kecelakaan (58,8%). Trend kecelakaan kerja terendah bersumber

dari radiasi dan bahan radio aktif, pengangkut/pengangkat barang serta pesawat

angkat di tahun 2012, 2014 dan 2016 yaitu masing-masing sebanyak 1 kecelakaan

(0,0%).

Analisis ternd kecelakaan kerja berdasarkan sumber cedera dari tahun

2012-2016 adalah :

1. Pesawat uap dan bejana tekan : Kecelakaan kerja tertinggi terjadi pada

tahun 2013 sebanyak 24 kecelakaan kerja (0,9%).

2. Pesawat angkut : Kecelakaan kerja tertinggi terjadi pada tahun 2015

sebanyak 120 kecelakaan kerja (5,7%).

3. Radiasi dan bahan radio aktif : Kecelakaan kerja tertinggi terjadi pada

tahun 2013 sebanyak 3 kecelakaan kerja (0,1%).

4. Alat transmisi mekanik : Kecelakaan kerja tertinggi terjadi pada tahun

2013 sebanyak 132 kecelakaan kerja (5,2%).

5. Perkakas kerja tangan : Kecelakaan kerja tertinggi terjadi pada tahun 2015

sebanyak 217 kecelakaan kerja (10,4%).

6. Pengerak mula dan pompa : Kecelakaan kerja tertinggi terjadi pada tahun

2014 sebanyak 14 kecelakaan kerja (0,6%).

7. Permukaan lantai kerja : Kecelakaan kerja tertinggi terjadi pada tahun

2014 sebanyak 450 kecelakaan kerja (19,2%).

8. Binatang : Kecelakaan kerja tertinggi terjadi pada tahun 2012 sebanyak 6

kecelakaan kerja (0,2%) dan tahun 2014 sebanyak 6 kecelakaan kerja

(0,3%).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


87

9. Faktor lingkungan : Kecelakaan kerja tertinggi terjadi pada tahun 2016

sebanyak 342 kecelakaan kerja (14,8%).

10. Debu berbahaya : Kecelakaan kerja tertinggi terjadi pada tahun 2016

sebanyak 146 kecelakaan kerja (6,3%).

11. Mesin (press, bor, gergaji, dll) : Kecelakaan kerja tertinggi terjadi pada

tahun 2012 sebanyak 1593 kecelakaan kerja (58,8%).

12. Bahan kimia : Kecelakaan kerja tertinggi terjadi pada tahun 2016 sebanyak

54 kecelakaan kerja (2,3%).

13. Peralatan listrik : Kecelakaan kerja tertinggi terjadi pada tahun 2013

sebanyak 208 kecelakaan kerja (8,2%).

14. Lift (barang dan orang) : Kecelakaan kerja tertinggi terjadi pada tahun

2016 sebanyak 34 kecelakaan kerja (1,5%).

15. Bahan mudah terbakar dan benda panas : Kecelakaan kerja tertinggi terjadi

pada tahun 2015 sebanyak 133 kecelakaan kerja (6,3%).

16. Conveyor : Kecelakaan kerja tertinggi terjadi pada tahun 2015 sebanyak

54 kecelakaan kerja (2,6%).

17. Tidak ada : Kecelakaan kerja tertinggi terjadi pada tahun 2014 sebanyak 4

kecelakaan kerja (0,2%).

18. Pengangkut/pengangkat barang : Kecelakaan kerja tertinggi terjadi pada

tahun 2016 sebanyak 139 kecelakaan kerja (6,0%).

19. Pesawat angkat : Kecelakaan kerja tertinggi terjadi pada tahun 2013

sebanyak 57 kecelakaan kerja (2,2%).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


88

4.2.7 Trend Kecelakaan Kerja dari Tahun 2012-2016, Berdasarkan

Tindakan Berbahaya

Trend kecelakaan kerja pada karyawan peserta BPJS Ketenagakerjaan

Kantor Cabang Medan Belawan pada tahun 2012-2016 berdasarkan tindakan

berbahaya dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.7. Trend Kecelakaan Kerja dari Tahun 2012-2016 Berdasarkan


Tindakan Berbahaya

Kecelakaan Kerja (Tahun)


No Tindakan 2012 2013 2014 2015 2016
Berbahaya n % n % N % N % n %
1 Bekerja dengan
kecepatan 1 0,0 2 0,1 16 0,7 319 15,2 389 16,7
membahayakan
2 Posisi saat bekerja
2 0,1 2 0,1 7 0,3 124 5,9 424 18,4
tidak aman
3 Mengambil posisi
959 35,4 533 20,9 135 5,5 150 7,1 6 0,3
tidak aman
4 Mengalihkan 45 1,5 25 1,0 47 1,9 84 4,0 1 0,0
perhatian
5 Memakai peralatan 1505 55,5 1724 67,8 2065 84,4 683 32,6 24 1,0
6 Bekerja dengan
kecepatan bahaya 6 0,2 5 0,2 6 0,2 55 2,6 2 0,1
7 Bekerja pada
objek yang
berputar 1 0,0 1 0,0 11 0,4 61 2,9 244 10,6
8 Melalaikan
penggunaan
9 Lupa pengaman 9 0,3 2 0,1 9 0,3 30 1,4 56 2,4
10 Memuat,
membongkar, 175 6,5 235 9,2 120 4,9 63 3,0 3 0,1
mencampur 7 0,3 13 0,5 25 1,0 85 4,1 1 0,0
11 Membuat alat
pengaman
12 Bongkar 2 0,1 1 0,0 2 0,1 2 0,1 0 0
pasang/muat
barang 0 0 0 0 2 0,1 65 3,1 245 10,6
13 Memakai peralatan
yang berbahaya
14 Gangguan 0 0 0 0 2 0,1 226 10,8 372 16,1
perhatian dan
konsentrasi
15 Lalai 0 0 0 0 1 0,0 41 1,9 235 10,2
16 Lupa
menggunakan
APD 0 0 0 0 0 0 7 0,3 102 4,4
0 0 0 0 0 0 103 4,9 204 8,8
Total 2711 100 2543 100 2448 100 2098 100 2308 100

Sumber : BPJS Ketenagakerjaan Kantor Cabang Medan Belawan 2012-2016

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


89

Tabel 4.7 merupakan tampilan tabel trend kecelakaan kerja berdasarkan

tindakan berbahaya. Trend kecelakaan kerja yang terjadi berdasarkan tindakan

yang berbahaya dari tahun 2012-2016 banyak terjadi karena memakai peralatan

setiap tahunnya dan kecelakaan kerja terendah terjadi karena bekerja dengan

kecepatan membahayakan, posisi saat bekerja tidak aman, mengalihkan perhatian,

bekerja pada objek yang berputar, memuat, membongkar, mencampur, membuat

alat pengaman dan gangguan perhatian konsentrasi. Kecelakaan kerja tertinggi

terjadi pada tahun 2014 yang disebabkan oleh memakai perlatan yaitu sebanyak

2065 kecelakaan (84,4%). Trend kecelakaan kerja terendah disebabkan karena

bekerja dengan kecepatan membahayakan (2012), posisi saat bekerja tidak aman

(2012), mengalihkan perhatian (2016), bekerja pada objek yang berputar (2012

dan 2013), memuat, membongkar, mencampur (2016), membuat alat pengaman

(2013) dan gangguan perhatian konsentrasi (2014) yaitu masing-masing sebanyak

1 kecelakaan (0,0%).

Hasil analisis ternd kecelakaan kerja berdasarkan tindakan berbahaya

dapat dilihat sebagai berikut :

1. Bekerja dengan kecepatan membahayakan : Kecelakaan kerja tertinggi

sebanyak 389 kecelakaan kerja di tahun 2016 (16,7%).

2. Posisi saat bekerja tidak aman : Kecelakaan kerja tertinggi terjadi

sebanyak 424 kecelakaan kerja di tahun 2016 (18,4%).

3. Mengambil posisi tidak aman : Kecelakaan kerja tertinggi terjadi pada

tahun 2012 sebanyak 959 kecelakaan kerja (35,4%).

4. Mengalihkan perhatian : Kecelakaan kerja tertinggi terjadi pada tahun

2015 sebanyak 84 kecelakaan kerja (4,0%).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


90

5. Memakai peralatan : Kecelakaan kerja tertinggi terjadi pada tahun 2014

sebanyak 2065 kecelakaan kerja (84,4%).

6. Bekerja dengan kecepatan bahaya : Kecelakaan kerja tertinggi terjadi pada

tahun 2015 sebanyak 55 kecelakaan kerja (2,6%).

7. Bekerja pada objek yang berputar : Kecelakaan kerja tertinggi sebanyak

244 kecelakaan kerja di tahun 2016 (10,6%).

8. Melalaikan penggunaan : Kecelakaan kerja tertinggi terjadi sebanyak 56

kecelakaan kerja di tahun 2016 (2,4%).

9. Lupa pengaman : Kecelakaan kerja tertinggi terjadi pada tahun 2013

sebanyak 235 kecelakaan kerja (9,2%).

10. Memuat, membongkar dan mencampur : Kecelakaan kerja tertinggi terjadi

pada tahun 2015 sebanyak 85 kecelakaan kerja (4,1%).

11. Membuat alat pengaman : Kecelakaan kerja tertinggi terjadi pada tahun

2012, 2014 dan 2015 sebanyak 2 kecelakaan kerja (0,1%).

12. Bongkar pasang/muat barang : Kecelakaan kerja tertinggi terjadi sebanyak

245 kecelakaan kerja di tahun 2016 (10,6%).

13. Memakai peralatan yang berbahaya : Kecelakaan kerja tertinggi terjadi

sebanyak 372 kecelakaan kerja di tahun 2016 (16,1%).

14. Gangguan perhatian dan konsentrasi: Kecelakaan kerja tertinggi terjadi

sebanyak 235 kecelakaan kerja di tahun 2016 (10,2%).

15. Lalai : Kecelakaan kerja tertinggi terjadi sebanyak 102 kecelakaan kerja

(4,4%) di tahun 2016.

16. Lupa menggunakan APD : Kecelakaan kerja tertinggi terjadi sebanyak 204

kecelakaan kerja di tahun 2016 (8,8%).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


91

4.2.8 Trend Kecelakaan Kerja dari Tahun 2012-2016, Berdasarkan Resiko

Jenis Pekerjaan

Trend kecelakaan kerja pada karyawan peserta BPJS Ketenagakerjaan

Kantor Cabang Medan Belawan pada tahun 2012-2016 berdasarkan resiko jenis

pekerjaan dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.8. Trend Kecelakaan Kerja dari Tahun 2012-2016 Berdasarkan


Resiko Jenis Pekerjaan

Resiko Kecelakaan Kerja (Tahun)


No Jenis 2012 2013 2014 2015 2016
Pekerjaan n % n % N % n % n %
1 Resiko
sangat 243 9,1 190 7,5 207 8,5 282 13,5 447 19,6
rendah
2 Resiko
54 2,0 84 3,3 63 2,6 57 2,7 67 2,9
rendah
3 Resiko 208
sedang 77,6 1970 78,1 1932 79,5 1595 76,5 1589 69,8
2
4 Resiko
tinggi 301 11,2 273 10,8 221 9,1 148 7,1 165 7,2
5 Resiko
sangat 3 0,1 6 0,2 8 0,3 3 0,1 9 0,4
tinggi
Total 2683 100 2523 100 2431 100 2085 100 2277 100

Sumber : BPJS Ketenagakerjaan Kantor Cabang Medan Belawan 2012-2016

Tabel 4.8 merupakan tampilan tabel trend kecelakaan kerja berdasarkan

resiko jenis pekerjaan. Trend kecelakaan kerja yang terjadi berdasarkan resiko

jenis pekerjaan dari tahun 2012-2016 banyak terjadi pada jenis pekerjaan resiko

sedang. Kecelakaan kerja tertinggi terjadi pada tahun 2012 yang terjadi pada jenis

pekerjaan resiko sedang yaitu sebanyak 2082 kecelakaan (77,6%). Trend

kecelakaan kerja terendah terjadi pada jenis pekerjaan dengan resiko sangat tinggi

di tahun 2012 dan 2015 yaitu sebanyak 3 kecelakaan (0,1%). Trend kecelakaan

kerja untuk jenis pekerjaan dengan resiko sedang dari tahun 2012-2016

mengalami penurunan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


92

Hasil analisis ternd kecelakaan kerja berdasarkan resiko jenis pekerjaan

dari tahun 2012-2016 adalah :

1. Jenis pekerjaan resiko sangat rendah : Kecelakaan kerja tertinggi terjadi

sebanyak 447 kecelakaan kerja di tahun 2016 (19,6%).

2. Jenis pekerjaan resiko rendah : Kecelakaan kerja tertinggi terjadi pada

tahun sebanyak 67 kecelakaan kerja di tahun 2016 (2,9%).

3. Jenis pekerjaan resiko sedang : Kecelakaan kerja tertinggi terjadi pada

tahun 2012 sebanyak 2082 kecelakaan kerja (77,6%).

4. Jenis pekerjaan resiko tinggi : Kecelakaan kerja tertinggi terjadi pada

tahun 2012 sebanyak 301 kecelakaan kerja (11,2%).

5. Jenis pekerjaan resiko sangat tinggi : Kecelakaan kerja tertinggi terjadi

sebanyak 9 kecelakaan kerja di tahun 2016 (0,4%).

Tabel 4.9. Trend Kecelakaan kerja tertinggi dan terendah dari Tahun 2012 - 2016

Trend Kecelakaan
2012 2013 2014 2015 2016
Kerja

Laki-laki Laki-laki
Laki-laki = 2440 Laki-laki Laki-laki 2118
Tertinggi 2311 2253
( 90,0%) 1921 (87,4%) (91,8%)
Jenis (90,9%) (92,0%)
kelamin
(2)
Perempuan = Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan 190
Terendah
271 (10,0%) 232 (9,1%) 195 (8,0%) 278 (12,6%) (8,2%)

26 – 30 = 26 – 30 =
26 – 30 = 577 26 – 30 = 422 ≤ 25 = 516
577 521
Tertinggi (21,3%) (21,30) (22,4%)
Usia (22,7%) (21,3%)
Pekerja
(8)
> 55 = 157 > 55 = > 55 = > 55 = 78 > 55 = 57
Terendah (5,8%) 141 (5,5%) 110 (4,5%) (3,9%) (2,5%)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


93

Lanjutan Tabel 4.9

Trend Kecelakaan
2012 2013 2014 2015 2016
Kerja

Dalam area = Dalam area Dalam area Dalam area = Dalam area =
Tertinggi 2045 = 1849 = 1823 1606 1757

Lokasi ( 75,4%) ( 72,7%) ( 74,5%) ( 76,5%) ( 76,1%)


Kejadian
(3) Luar area Luar area Luar area =
Luar area = 121 Luar area = 151
Terendah = 95 = 81 133

(4,5%) (3,7%) (3,3%) (6,3%) (6,6%)

06.01 - 06.01 -
06.01 - 12.00 = 12.00 = 12.00 = 06.01 - 12.00 06.01 - 12.00 =
Tertinggi 1152 (42,5%) 1204 1139 = 956 (45,6%) 1088 (47,2%)
Waktu (47,3%) (46,5%)
Kejadian
(4)
00.01 – 00.01 –
00.01 – 06.00 = 00.01 – 06.00 00.01 – 06.00 =
06.00 = 06.00 = 140
Terendah 209 (7,7%) = 120 (5,7%) 132 (5,7%)
175 (6,9%) (5,7%)

Kaki = 617 Kaki = 556 Kaki = 467 Kaki = 448 = Jari Tangan =
Tertinggi
(22,8%) (21,9%) (19,1%) (21,4%) 520 (22,6%)
Bagian
tubuh
yang Tertinggi ke 2 = jari tangan, ke 3 =tangan
cedera
(11)
Telinga = 4 Telinga = Telinga = 7 Telinga = 5 Telinga = 10
Terendah
(0,1%) 6 (0,2%) (0,3%) (0,2%) (0,4%)

Mesin = Mesin =
Mesin = 1593 Mesin = 702 Mesin = 824
Tertinggi 1357 1034
(58,8%) (33,5%) (35,7%)
(53,4) (44,1%)

Sumber Tertinggi ke 2 = permukaan lantai kerja, tertinggi ke 3 perkakas kerja tangan


Cedera
(19)
Pengangkut
Radiasi dan
/ Tidak ada
bahan Binatang = Pesawat angkat
Terendah pengangkat data = 1
radioaktif 1 2 (0,1%) =1 (0,04%)
barang = 1 (0,04%)
(0,03%)
(0,04%)

Memakai Memakai
Tindakan Memakai Memakai Posisi saat bekerja
peralatan = peralatan =
berbahaya Tertinggi peralatan = 1505 peralatan = tidak aman = 424
1724 2065
(16) (55,5%) 683 (32,6%) (18,4)
(67,8%) (84,4%)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


94

Lanjutan Tabel 4.9

Trend Kecelakaan
2012 2013 2014 2015 2016
Kerja

Bekerja
pada objek
Bekerja pada
yang
objek yang Gangguan
berputar Memuat,
Tindakan berputas dan perhatian Membuat alat
dan membongakar dan
berbahaya bekerja dengan dan pengaman = 2
Terendah bongkar mencampur = 1
(16) kecepatan yg konsentrasi (0,1%)
pasang / (0,04)
memahayakan = 1 (0,04%)
muat
= 1 (0,03%)
barang =
1 (0,03%)

Resiko
Resiko Resiko sedang
Resiko sedang = sedang = Resiko sedang =
Tertinggi sedang = = 1597
2082 (77,6%) 1970 1589 (69,8%)
1932(79,8%) (76,5%)
(78,1%)
Jenis
Pekerjaan Tertinggi ke 2 = resiko sangat rendah, tertinggi ke 3 = resiko tinggi
(5)

Resiko
Resiko sangat Resiko Resiko sangat
sangat Resiko sangat
Terendah tinggi = 3 sangat tinggi tinggi = 3
tinggi = 6 tinggi = 9 (0,4%)
(0,1%) = 8 (0,3%) (0,1%)
(0,2%)

Sumber : BPJS Ketenagakerjaan Kantor Cabang Medan Belawan 2012-2016

4.2.9 Prediksi Trend Kecelakaan Kerja untuk 5 (lima) tahun berikutnya

(tahun 2017-2021)

Berdasarkan trend kecelakaan kerja tersebut di atas, maka dapat diprediksi

trend kecelakaan kerja untuk 5 tahun mendatang dengan berdasarkan trend

kecelakaan kerja dari tahun 2012-2016. Prediksi trend kecelakaan kerja dari

masing-masing kategori berpedoman pada data trend kecelakaan kerja dari

masing-masing kategori tersebut, yaitu jenis kelamin, usia pekerja, lokasi

kejadian, waktu kejadian, bagian tubuh yang cedera, sumber cedera, tindakan

berbahaya dan resiko jenis pekerjaan. Untuk memprediksi ternd kecelakaan kerja

tersebut mulai dari tahun 2017-2021, maka digunakan analisis regresi dengan

persamaan regresi (Y) = a + bx. Analisis regresi linier dilakukan dengan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


95

menggunakan aplikasi statistik SPSS 18.0. Hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.10.

berikut ini:

Tabel 4.10. Prediksi Kecelakaan Kerja dari Tahun 2017-2021 Berdasarkan


Jenis Kelamin

Kecelakaan Kerja
No Tahun Laki-laki Perempuan
n % n %
1 2017 1901 90,7 196 9,3
2 2018 1798 90,7 184 9,3
3 2019 1695 90,8 172 9,2
4 2020 1592 90,9 160 9,1
5 2021 1489 91,0 148 9,0
Total 8475 100 860 100

Sumber : BPJS Ketenagakerjaan Kantor Cabang Medan Belawan 2012-2016

Tabel 4.10 merupakan tampilan tabel prediksi kecelakaan kerja

berdasarkan jenis kelamin pekerja dari tahun 2017-2021. Hasil analisis angka

prediksinya adalah sebagai berikut:

1. Jenis kelamin laki-laki : Kecelakaan kerja tertinggi terjadi pada tahun 2017

sebanyak 1901 kecelakaan kerja (90,7%).

2. Jenis kelamin perempuan : Kecelakaan kerja tertinggi terjadi pada tahun

2017 sebanyak 196 kecelakaan kerja (9,3%).

Hasil analisis di atas menyimpulkan untuk jenis kelamin baik laki-laki

maupun perempuan, prediksi angka kecelakaan kerja dari tahun 2017-2021

tertinggi terjadi pada tahun 2017.

Tabel 4.11. Prediksi Kecelakaan Kerja dari Tahun 2017-2021 Berdasarkan


Usia Pekerja

Kecelakaan Kerja (Tahun)


N Umur 2017 2018 2019 2020 2021
o Tahun
n % N % n % N % N %
1 ≤ 25 590 28,7 672 34,8 754 40,9 836 47,2 918 54,0
2 26-30 415 20,2 381 19,8 347 18,8 313 17,7 279 16,4
3 31-35 336 16,4 299 15,5 262 14,2 225 12,7 188 11,1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


96

Lanjutan Tabel 4.11


4 36-40 228 11,1 193 10,0 158 8,6 123 6,9 88 5,2
5 41-45 170 8,3 138 7,2 106 5,7 74 4,2 42 2,5
6 46-50 161 7,8 130 6,7 99 5,4 68 3,8 37 2,2
7 51-55 121 5,9 110 5,7 99 5,4 88 5,0 77 4,5
8 > 55 32 1,6 6 0,3 20 1,1 46 2,6 72 4,2
Total 2053 100 1929 100 1845 100 1773 100 1701 100

Sumber : BPJS Ketenagakerjaan Kantor Cabang Medan Belawan 2012-2016

Tabel 4.11 di atas merupakan tampilan tabel prediksi kecelakaan kerja

berdasarkan usia pekerja dari tahun 2017-2021. Hasil analisis angka prediksinya

adalah sebagai berikut:

1. Usia ≤ 25 tahun : Kecelakaan kerja tertinggi sebanyak 918 kecelakaan

kerja di tahun 2021 (54,0%).

2. Usia 26-30 tahun : Kecelakaan kerja tertinggi terjadi pada tahun 2017

sebanyak 415 kecelakaan kerja (20,2%).

3. Usia 31-35 tahun : Kecelakaan kerja tertinggi terjadi pada tahun 2017

sebanyak 336 kecelakaan kerja (16,4%).

4. Usia 36-40 tahun : Kecelakaan kerja tertinggi terjadi pada tahun 2017

sebanyak 228 kecelakaan kerja (11,1%).

5. Usia 41-45 tahun : Kecelakaan kerja tertinggi terjadi pada tahun 2017

sebanyak 170 kecelakaan kerja (8,3%).

6. Usia 46-50 tahun : Kecelakaan kerja tertinggi terjadi pada tahun 2017

sebanyak 161 kecelakaan kerja (7,8%).

7. Usia 51-55 tahun : Kecelakaan kerja tertinggi terjadi pada tahun 2017

sebanyak 121 kecelakaan kerja (5,9%).

8. Usia > 55 tahun : Kecelakaan kerja tertinggi terjadi sebanyak 72

kecelakaan kerja di tahun 2021 (4,2%).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


97

Tabel 4.12. Prediksi Kecelakaan Kerja dari Tahun 2017-2021 Berdasarkan


Lokasi Kejadian

Kecelakaan Kerja (Tahun)


No Lokasi 2017 2018 2019 2020 2021
Kejadian n % N % n % n % n %
1 Dalam
1570 76,7 1488 77,4 1406 78,2 1324 79,2 1242 80,3
Area
2 Lalu
330 16,1 277 14,4 224 12,5 171 10,2 118 7,6
Lintas
3 Luar
147 7,2 157 8,2 167 9,3 177 10,6 187 12,1
Area Kerja
Total 2047 100 1922 100 1797 100 1672 100 1547 100

Sumber : BPJS Ketenagakerjaan Kantor Cabang Medan Belawan 2012-2016

Tabel 4.12 di atas merupakan tampilan tabel prediksi kecelakaan kerja

berdasarkan lokasi kejadian dari tahun 2017-2021. Adapun angka prediksinya

adalah sebagai berikut:

1. Dalam area kerja : Kecelakaan kerja tertinggi terjadi pada tahun 2017

sebanyak 1570 kecelakaan kerja (76,7).

2. Lalu lintas : Kecelakaan kerja tertinggi terjadi pada tahun 2017 sebanyak

330 kecelakaan kerja (16,1%).

3. Di luar area kerja : Kecelakaan kerja tertinggi sebanyak 187 kecelakaan

kerja di tahun 2021 (12,1%).

Tabel 4.13. Prediksi Kecelakaan Kerja dari Tahun 2017-2021 Berdasarkan


Waktu Kejadian

Kecelakaan Kerja (Tahun)


N Waktu
2017 2018 2019 2020 2021
o Kejadian
N % N % n % n % n %
1 18.01-
259 12,7 241 12,6 223 12,5 205 12,3 187 12,2
24.00
2 12.01-
698 34,2 649 33,9 600 33,5 551 33,1 502 32,6
18.00
3 06.01- 993 48,6 955 49,8 917 51,2 879 52,8 841 54,7
12.00
4 00.01-
92 4,5 71 3,7 50 2,8 29 1,7 8 0,5
06.00
Total 2042 100 1916 100 1790 100 166 100 1538 100
4
Sumber : BPJS Ketenagakerjaan Kantor Cabang Medan Belawan 2012-2016

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


98

Tabel 4.13 di atas merupakan tampilan tabel prediksi kecelakaan kerja

berdasarkan waktu kejadian dari tahun 2017-2021. Adapun angka prediksinya

adalah sebagai berikut:

1. Jam 18.01-24.00 : Kecelakaan kerja tertinggi terjadi pada tahun 2017

sebanyak 259 kecelakaan kerja (12,7%).

2. Jam 12.01-18.00 : Kecelakaan kerja tertinggi terjadi pada tahun 2017

sebanyak 698 kecelakaan kerja (34,2%).

3. Jam 06.01-12.00 : Kecelakaan kerja tertinggi terjadi pada tahun 2017

sebanyak 993 kecelakaan kerja (48,6%).

4. Jam 00.01-06.00 : Kecelakaan kerja tertinggi terjadi pada tahun 2017

sebanyak 92 kecelakaan kerja (4,5%).

Tabel 4.14. Prediksi Kecelakaan Kerja dari Tahun 2017-2021 Berdasarkan


Bagian Tubuh yang Cedera

Bagian Kecelakaan Kerja (Tahun)


No Tubuh 2017 2018 2019 2020 2021
Cedera N % n % n % n % n %
1 Badan 174 8,5 140 7,3 106 5,9 72 4,3 38 2,4
2 Jari kaki 78 3,8 82 4,3 86 4,8 90 5,4 94 6,1
3 Jari Tangan 493 24,2 505 26,4 517 28,9 529 31,8 541 35,2
4 Kaki 400 19,6 362 18,9 324 18,1 286 17,2 248 16,1
5 Kepala 214 10,5 201 10,5 188 10,5 175 10,5 162 10,5
6 Lengan 96 4,7 98 5,1 100 5,6 102 6,1 104 6,8
7 Mata 276 13,5 257 13,4 238 13,3 219 13,2 200 13,0
8 Organ Dalam 24 1,2 27 1,4 30 1,7 33 1,9 36 2,3
9 Paha 25 1,2 24 1,3 23 1,3 22 1,3 21 1,4
10 Tangan 252 12,3 209 10,9 166 9,3 123 7,4 80 5,2
11 Telinga 9 0,4 10 0,5 11 0,6 12 0,7 13 0,8
Total 2041 100 1915 100 1789 100 1663 100 1537 100

Sumber : BPJS Ketenagakerjaan Kantor Cabang Medan Belawan 2012-2016

Tabel 4.14 di atas merupakan tampilan tabel prediksi kecelakaan kerja

berdasarkan bagian tubuh yang cedera cedera dari tahun 2017-2021. Adapun

angka prediksinya adalah sebagai berikut:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


99

1. Badan : Kecelakaan kerja tertinggi terjadi pada tahun 2017 sebanyak 174

kecelakaan kerja (8,5%).

2. Jari kaki : Kecelakaan kerja tertinggi terjadi pada tahun 2021 sebanyak 94

kecelakaan kerja (6,1%).

3. Jari tangan : Kecelakaan kerja tertinggi terjadi pada tahun 2021 sebanyak

541 kecelakaan kerja (35,2%).

4. Kaki : Kecelakaan kerja tertinggi terjadi pada tahun 2017 sebanyak 400

kecelakaan kerja (19,6%).

5. Kepala : Kecelakaan kerja tertinggi terjadi pada tahun 2017 sebanyak 214

kecelakaan kerja (10,5%).

6. Lengan : Kecelakaan kerja tertinggi terjadi pada tahun 2021 sebanyak 104

kecelakaan kerja (6,8%).

7. Mata : Kecelakaan kerja tertinggi terjadi pada tahun 2017 sebanyak 276

kecelakaan kerja (13,5%).

8. Organ bagian dalam : Kecelakaan kerja tertinggi terjadi pada tahun 2021

sebanyak 36 kecelakaan kerja (2,3%).

9. Paha : Kecelakaan kerja tertinggi terjadi pada tahun 2017 sebanyak 25

kecelakaan kerja (1,2%).

10. Tangan : Kecelakaan kerja tertinggi terjadi pada tahun 2017 sebanyak 252

kecelakaan kerja (12,3%).

11. Telinga : Kecelakaan kerja tertinggi terjadi pada tahun 2021 sebanyak 13

kecelakaan kerja (0,8%).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


100

Tabel 4.15. Prediksi Kecelakaan Kerja dari Tahun 2017-2021 Berdasarkan


Sumber Cedera

Kecelakaan Kerja (Tahun)


No Sumber 2017 2018 2019 2020 2021
Cedera N % n % n % n % n %
1 Pesawat Uap dan
5 0,2 2 0,1 1 0,1 4 0,2 7 0,3
bejana tekan
2 Pesawat angkut 61 2,9 57 2,8 53 2,7 49 2,1 45 1,6
3 Radiasi dan 1 0,0 1 0,1 2 0,1 2 0,1 3 0,1
bahan radioaktif
4 Alat transmisi
131 6,3 136 6,7 141 7,1 146 6,1 151 5,4
mekanik
5 Perkakas kerja 185 8,9 192 9,5 199 10,0 206 8,6 213 7,6
tangan
6 Penggerak mula 13 0,6 14 0,7 15 0,8 16 0,7 17 0,6
dan pompa
7 Permukaan 353 17,1 354 17,4 355 17,8 356 14,9 357 12,8
lantai kerja
8 Binatang 3 0,1 3 0,1 2 0,1 2 0,1 1 0,0
9 F. Lingkungan 355 17,2 432 21,3 509 25,5 586 24,6 663 23,8
10 Debu berbahaya 121 5,8 122 6,0 123 6,2 124 5,2 125 4,5
11 Mesin 446 21,6 227 11,2 8 0,4 221 9,3 430 15,4
(press,bor,
gergaji dll)
12 Bahan kimia 55 2,7 60 2,9 65 3,3 70 2,9 75 2,7
13 Peralatan listrik 8 0,4 39 1,9 70 3,5 101 4,2 132 4,7
14 Lift (barang, 29 1,4 30 1,5 31 1,6 32 1,6 33 1,2
orang)
15 Bahan mudah 139 6,7 157 7,7 175 8,8 193 8,1 211 7,6
terbakar dan
benda panas
16 Conveyor 28 1,4 27 1,3 26 1,3 25 1,1 24 0,9
17 Tidak ada data 1 0,0 1 0,1 1 0,1 0 0 0 0
18 Pengangkut/peng 128 6,2 159 7,8 190 9,5 221 9,3 252 9,0
angkat barang
19 Pesawat angkat 6 0,3 17 0,8 28 1,4 39 1,6 50 1,8
Total 2068 100 2030 100 1994 100 2383 100 2789 100

Sumber : BPJS Ketenagakerjaan Kantor Cabang Medan Belawan 2012-2016

Tabel 4.15 di atas merupakan tampilan tabel prediksi kecelakaan kerja

berdasarkan sumber cedera dari tahun 2017-2021. Adapun angka prediksinya

adalah sebagai berikut:

1. Pesawat uap dan bejana tekan : Kecelakaan kerja tertinggi sebanyak 7

kecelakaan kerja di tahun 2021 (0,3%).

2. Pesawat angkut : Kecelakaan kerja tertinggi terjadi pada tahun 2017

sebanyak 61 kecelakaan kerja (2,9%).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


101

3. Radiasi dan bahan radio aktif : Kecelakaan kerja tertinggi sebanyak 3

kecelakaan kerja di tahun 2021 (0,1%).

4. Alat transmisi mekanik : Kecelakaan kerja tertinggi sebanyak 151

kecelakaan kerja di tahun 2021 (5,4%).

5. Perkakas kerja tangan : Kecelakaan kerja tertinggi sebanyak 213

kecelakaan kerja di tahun 2021 (7,6%).

6. Pengerak mula dan pompa : Kecelakaan kerja tertinggi sebanyak 17

kecelakaan kerja di tahun 2021 (0,6%).

7. Permukaan lantai kerja : Kecelakaan kerja tertinggi sebanyak 357

kecelakaan kerja di tahun 2021 (12,8%).

8. Binatang : Kecelakaan kerja tertinggi terjadi pada tahun 2017 dan 2018

masing-masing sebanyak 3 kecelakaan kerja (0,1%).

9. Faktor lingkungan : Kecelakaan kerja tertinggi terjadi sebanyak 663

kecelakaan kerja di tahun 2021 (23,8%).

10. Debu berbahaya : Kecelakaan kerja tertinggi sebanyak 125 kecelakaan

kerja di tahun 2021 (4,5%).

11. Mesin (press, bor, gergaji, dll) : Kecelakaan kerja tertinggi terjadi pada

tahun 2017 sebanyak 446 kecelakaan kerja (21,6%).

12. Bahan kimia : Kecelakaan kerja tertinggi sebanyak 75 kecelakaan kerja di

tahun 2021 (2,7%).

13. Peralatan listrik : Kecelakaan kerja tertinggi sebanyak 132 kecelakaan

kerja di tahun 2021 (4,7%).

14. Lift (barang dan orang) : Kecelakaan kerja tertinggi sebanyak 33

kecelakaan kerja di tahun 2021 (1,2%).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


102

15. Bahan mudah terbakar dan benda panas : Kecelakaan kerja tertinggi

sebanyak 211 kecelakaan kerja di tahun 2021 (7,6%).

16. Conveyor : Kecelakaan kerja tertinggi terjadi pada tahun 2017 sebanyak

28 kecelakaan kerja (1,4%).

17. Tidak ada : Kecelakaan kerja tertinggi terjadi pada tahun 2017, 2018 dan

2019 masing-masing sebanyak 1 kecelakaan kerja (0,1%).

18. Pengangkut/pengangkat barang : Kecelakaan kerja tertinggi sebanyak 252

kecelakaan kerja di tahun 2021 (9,0%).

19. Pesawat angkat : Kecelakaan kerja tertinggi sebanyak 50 kecelakaan kerja

di tahun 2021 (1,8%).

Tabel 4.16. Prediksi Kecelakaan Kerja dari Tahun 2017-2021 Berdasarkan


Tindakan Berbahaya

Kecelakaan Kerja (Tahun)


No Tindakan 2017 2018 2019 2020 2021
Berbahaya n % n % n % n % N %
1 Bekerja dengan
kecepatan 471 16,8 580 14,4 689 13,1 798 12,2 907 11,7
membahayakan
2 Posisi saat
bekerja tidak 403 14,4 500 12,4 597 11,3 694 10,6 791 10,2
aman
3 Mengambil
posisi tidak 331 11,8 560 13,9 789 15,0 1018 15,6 1247 16,1
aman
4 Mengalihkan
perhatian 31 1,1 28 0,7 25 0,5 22 0,3 19 0,2
5 Memakai 17 0,6 420 10,4 823 15,6 1226 18,8 1629 21,0
peralatan
6 Bekerja dengan 26 0,9 30 0,7 34 0,6 40 0,6 44 0,6
kecepatan 26 0,9 30 0,7 34 0,6 40 0,6 44 0,6
bahaya
7 Bekerja pada 230 8,2 285 7,1 340 6,4 395 6,1 450 5,8
objek yang 230 8,2 285 7,1 340 6,4 395 6,1 450 5,8
berputar
8 Melalaikan 57 2,0 69 1,7 81 1,5 93 1,4 105 1,4
penggunaan
9 Lupa pengaman 38 1,4 90 2,2 142 2,7 194 3,0 246 3,2
10 Memuat, 44 1,6 50 1,2 56 1,1 62 0,9 68 0,9
membongkar,
mencampur
11 Membuat alat 0 0 0 0 0 0 1 0,0 1 0,0
pengaman
12 Bongkar 232 8,3 288 7,1 344 6,5 400 6,1 456 5,9
pasang/muat
barang
barang
13
13 Memakai
Memakai 411
411 14,7
14,7 508
508 12,6
12,6 605
605 11,5
11,5 702
702 10,8
10,8 799
799 10,3
10,3
peralatan
peralatan yang
yang UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
berbahaya
berbahaya
14 Gangguan 208 7,4 259 6,4 310 5,9 361 5,5 412 5,3
103

Lanjutan Tabel 4.16


12 Bongkar 232 8,3 288 7,1 344 6,5 400 6,1 456 5,9
pasang/muat
barang
13 Memakai 411 14,7 508 12,6 605 11,5 702 10,8 799 10,3
peralatan yang
berbahaya
14 Gangguan 208 7,4 259 6,4 310 5,9 361 5,5 412 5,3
perhatian dan
konsentrasi
15 Lalai 84 3,0 105 2,6 126 2,4 147 2,3 168 2,2
16 Lupa 214 7,7 265 6,6 316 6,0 367 5,6 418 5,4
menggunakan
APD
Total 2797 100 4037 100 5277 100 6520 100 7760 100

Sumber : BPJS Ketenagakerjaan Kantor Cabang Medan Belawan 2012-2016

Tabel 4.16 di atas merupakan tampilan tabel prediksi kecelakaan kerja

berdasarkan tindakan berbahaya dari tahun 2017-2021. Adapun angka prediksinya

adalah sebagai berikut:

1. Bekerja dengan kecepatan membahayakan : Kecelakaan kerja tertinggi

sebanyak 907 kecelakaan kerja di tahun 2021 (11,7%).

2. Posisi saat bekerja tidak aman : Kecelakaan kerja tertinggi sebanyak 791

kecelakaan kerja di tahun 2021 (10,2%).

3. Mengambil posisi tidak aman : Kecelakaan kerja tertinggi terjadi sebanyak

1247 kecelakaan kerja di tahun 2021 (16,1%).

4. Mengalihkan perhatian : Kecelakaan kerja tertinggi terjadi pada tahun

2017 sebanyak 31 kecelakaan kerja (1,1%).

5. Memakai peralatan : Kecelakaan kerja tertinggi sebanyak 1629 kecelakaan

kerja di tahun 2021 (21,0%).

6. Bekerja dengan kecepatan bahaya : Kecelakaan kerja tertinggi sebanyak

44 kecelakaan kerja di tahun 2021 (0,6%).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


104

7. Bekerja pada objek yang berputar : Kecelakaan kerja tertinggi sebanyak

450 kecelakaan kerja di tahun 2021 (5,8%).

8. Melalaikan penggunaan : Kecelakaan kerja tertinggi sebanyak 105

kecelakaan kerja di tahun 2021 (1,4%).

9. Lupa pengaman : Kecelakaan kerja tertinggi sebanyak 246 kecelakaan

kerja di tahun 2021 (3,2%).

10. Memuat, membongkar dan mencampur : Kecelakaan kerja tertinggi

sebanyak 68 kecelakaan kerja di tahun 2021 (0,9%).

11. Membuat alat pengaman : Kecelakaan kerja tertinggi terjadi pada tahun

2020 dan 2021 masing-masingn1 kecelakaan kerja (0,0%).

12. Bongkar pasang/muat barang : Kecelakaan kerja tertinggi sebanyak 456

kecelakaan kerja di tahun 2021 (5,9%).

13. Memakai peralatan yang berbahaya : Kecelakaan kerja tertinggi sebanyak

799 kecelakaan kerja di tahun 2021 (10,3%).

14. Gangguan perhatian dan konsentrasi: Kecelakaan kerja tertinggi sebanyak

412 kecelakaan kerja di tahun 2021 (5,3%).

15. Lalai : Kecelakaan kerja tertinggi sebanyak 168 kecelakaan kerja di tahun

2021 (2,2%).

16. Lupa menggunakan APD : Kecelakaan kerja tertinggi sebanyak 418

kecelakaan kerja di tahun 2021 (5,4%)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


105

Tabel 4.17. Prediksi Kecelakaan Kerja dari Tahun 2017-2021 Berdasarkan


Resiko Jenis Pekerjaan

Resiko Kecelakaan Kerja (Tahun)


Jenis
No Pekerjaan 2017 2018 2019 2020 2021
n % n % N % n % N %
1 Resiko
sangat 20,
424 474 25,0 524 29,6 574 34,1 625 38,1
rendah 9

2 Resiko
rendah 64 3,2 64 3,4 63 3,6 63 3,7 62 3,8
3 Resiko 70,
sedang 1426 1290 67,9 1154 65,1 1018 60,4 882 53,7
5
4 Resiko
tinggi 101 5,0 61 3,2 21 1,2 19 1,1 59 3,6
5 Resiko
sangat 9 0,4 10 0,5 11 0,6 12 0,7 13 0,8
tinggi
Total 2024 10 1899 100 1773 100 1686 100 1641 100
0

Sumber : BPJS Ketenagakerjaan Kantor Cabang Medan Belawan 2012-2016

Tabel 4.17 di atas merupakan tampilan tabel prediksi kecelakaan kerja

berdasarkan resiko jenis pekerjaan dari tahun 2017-2021. Adapun angka

prediksinya adalah sebagai berikut:

1. Jenis pekerjaan resiko sangat rendah : Kecelakaan kerja tertinggi sebanyak

625 kecelakaan kerja di tahun 2021 (38,1%).

2. Jenis pekerjaan resiko rendah : Kecelakaan kerja tertinggi terjadi pada

tahun 2017 sebanyak 64 kecelakaan kerja (3,2%), dan 2018 sebanyak 64

kecelakaan kerja (3,4%).

3. Jenis pekerjaan resiko sedang : Kecelakaan kerja tertinggi terjadi pada

tahun 2017 sebanyak 1426 kecelakaan kerja (70,5%).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


106

4. Jenis pekerjaan resiko tinggi : Kecelakaan kerja tertinggi terjadi pada

tahun 2017 sebanyak 101 kecelakaan kerja (5,0%).

5. Jenis pekerjaan resiko sangat tinggi : Kecelakaan kerja tertinggi sebanyak

13 kecelakaan kerja di tahun 2021 (0,8%).

Tabel 4.18. Prediksi Trend Kecelakaan kerja tertinggi dan terendah dari Tahun

2017 - 2021

Trend Kecelakaan Kerja Prediksi Trend tertinggi Prediksi Trend


Terendah
Jenis kelamin (2) Laki – laki Perempuan

Usia Pekerja (8) ≤ 25 tahun > 55 tahun

Lokasi Kejadian (3) Dalam area kerja Luar area kerja

Waktu Kejadian (4) 06.01 - 12.00 00.01 – 06.00

Bagian tubuh yang cedera Jari tangan Telinga


(11)

Sumber Cedera (19) Faktor Lingkungan Radiasi dan


bahan
radioaktif
Tindakan berbahaya (16) Memakai peralatan Membuat alat
pengaman
Jenis Pekerjaan (5) Resiko Sedang Resiko sangat
tinggi
Sumber : BPJS Ketenagakerjaan Kantor Cabang Medan Belawan 2012-2016

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


107

4.2.10 Rekapitulasi Hasil Wawancara Responden

Wawancara yang dilakukan kepada responden bertujuan untuk mengetahui

secara nyata bagaimana kodisi yang ada di lapangan terhadap kejadian kecelakaan

kerja pada peserta BPJS ketenagakerjaan cabang Medan Belawan. Wawancara ini

dilkaukan kepada 20 orang pekerja peserta BPJS ketenagakerjaan cabang Medan

Belawan.

Hasil wawancara yang telah dilakukan peneliti dapat disajikan berdasarkan

tabel di bawah ini :

Tabel 4.19. Kecelakaan Kerja Berdasarkan Jenis Kelamin, Umur, Pekerjaan,


Lokasi Kejadian dan Waktu Kejadian

Jumlah Persentase
No Kecelakaan Kerja
(n) (%)
1 Jenis Kelamin
Laki-laki 17 85,0
Perempuan 3 15,0
Total 20 100
2 Umur
< 25 Tahun 5 25,0
26-30 Tahun 2 10,0
31-35 Tahun 4 20,0
36-40 Tahun 6 30,0
41-45 Tahun 2 10,0
46-50 Tahun 1 5,0
Total 20 100
3 Pekerjaan
Karyawan Swasta 20 100
Total 20 100
4 Lokasi Kejadian
Di dalam area kerja 13 65,0
Lalu lintas 7 35,0
Total 20 100
5 Waktu Kejadian
18.01-24.00 4 20,0
12.01-18.00 8 40,0
06.01-12.00 5 25,0
00.01-06.00 3 15,0
Total 20 100

Sumber : Data Primer

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


108

Tabel 4.19. merupakan tampilan tabel hasil wawancara kecelakaan kerja

berdasarkan jenis kelamin, umur, pekerjaan, lokasi kejadian dan waktu kejadian.

Berdasarkan jenis kelamin mayoritas pekerja adalah laki-laki yaitu sebanyak 17

orang (85%). Menurut umur lebih banyak pekerja berada pada kelompok umur

36-40 tahun yaitu 6 orang (30%) diikuti umur ≤ 25 tahun sebanyak 5 orang (25%)

dan yang paling sedikit berumur 46-50 tahun yaitu 1 orang (5%). Dari aspek

pekerjaan, mayoritas bekerja sebagai karyawan swasta yaitu 20 orang (100%).

Lokasi kejadian kecelakaan kerja paling besar terjadi di dalam area kerja yaitu 13

orang (65%), dan berdasarkan waktu kejadian, pekerja paling banyak mengalami

kecelakaan kerja pada jam 12.01-18.00 yaitu 8 orang (40%).

Tabel 4.20. Kecelakaan Kerja Berdasarkan Bagian Tubuh yang Cedera

Jumlah Persentase
No Kecelakaan Kerja
(n) (%)
1 Bagian Tubuh yang Cedera
Dada 1 5,0
Tangan 2 10,0
Kepala 2 10,0
Mata 1 5,0
Kaki 4 20,0
Bahu 1 5,0
Lengan 1 5,0
Dada, Perut dan Kaki 1 5,0
Paru-paru 1 5,0
Bahu dan Kaki 1 5,0
Perut dan Tangan 1 5,0
Panggul 1 5,0
Perut 1 5,0
Jari tangan 1 5,0
Paha dan Panggul 1 5,0
Total 20 100

Sumber : Data Primer

Tabel 4.20. merupakan tampilan tabel hasil wawancara kecelakaan kerja

berdasarkan bagian tubuh yang cedera. Dari 20 orang pekerja yang diwawancarai,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


109

ada 4 orang pekerja (20%) yang mengalami cedera di bagian kaki, kemudian

diikuti pekerja yang mengalami cedera di bagian tubuh tangan serta kepala yaitu

masing-masing sebanyak 2 orang (10%).

Tabel 4.21. Kecelakaan Kerja Berdasarkan Sumber Cedera

Jumlah Persentase
No Kecelakaan Kerja
(n) (%)
1 Sumber Cedera
Mesin 4 20,0
Faktor lingkungan 7 35,0
Alat pengangkut barang/orang 3 15,0
Debu berbahaya 1 5,0
Air panas 1 5,0
Truk (pengangkut barang) 1 5,0
Kawat besi berkarat 1 5,0
Semburan api 1 5,0
Kayu 1 5,0
Total 20 100

Sumber : Data Primer

Tabel 4.21. merupakan tampilan tabel hasil wawancara kecelakaan kerja

berdasarkan sumber cedera. Dari 20 orang pekerja yang diwawancarai, paling

besar pekerja mengalami kecelakaan kerja disebabkan oleh faktor lingkungan

yaitu sebanyak 7 orang (35%), kemudian ada 4 orang pekerja (20%) yang

mengalami kecelakaan kerja disebabkan oleh mesini, dan 3 orang pekerja (15%)

mengalami kecelakaan kerja disebabkan alat pengangkut barang/orang.

Tabel 4.22. Kecelakaan Kerja Berdasarkan Tindakan Berbahaya

Jumlah Persentase
No Kecelakaan Kerja
(n) (%)
1 Tindakan Berbahaya
Bekerja dengan benda yang berputar 3 15,0
Bekerja dengan kecepatan berbahaya 5 25,0
Memakai peralatan berbahaya 2 10,0
Lupa menggunakan APD 1 5,0
Permukaan lantai kerja yang licin 1 5,0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


110

Lanjutan Tabel 4.22


Bekerja pada bongkar muat barang 3 15,0
Mengalami gangguan perhatian dan konsentrasi 1 5,0
Tidak menggunakan APD 1 5,0
Peralatan mesin menyala tiba-tiba 1 5,0
Pengaman yang tidak sempurna 1 5,0
Mengambil posisi yang tidak aman 1 5,0
Total 20 100

Sumber : Data Primer

Tabel 4.22. merupakan tampilan tabel hasil wawancara kecelakaan kerja

berdasarkan tindakan berbahaya. Dari 20 orang pekerja yang diwawancarai,

paling besar pekerja mengalami kecelakaan kerja karena pekerja bekerja dengan

kecepatan berbahaya yaitu sebanyak 5 orang (25%), kemudian ada masing-masing

3 orang pekerja (15%) yang mengalami kecelakaan kerja karena bekerja pada

benda yang berputar dan bekerja pada bongkar muat barang dan 2 orang pekerja

(10%) bekerja dengan memakai peralatan berbahaya.

Tabel 4.23. Fasilitas Klinik/Rumah Sakit Trauma Center yang digunakan


oleh Pekerja

Jumlah Persentase
No Fasilitas Klinik/RSTC
(n) (%)
1 RSTC Medika 3 15,0
2 RSTC Imelda Pekerja Indonesia 3 15,0
3 Klinik TC Dandy 1 5,0
4 RSTC Martha Friska 12 60,0
5 RSU Pringadi 1 5,0
Total 20 100

Sumber : Data Primer

Tabel 4.23. merupakan tampilan tabel hasil wawancara berdasarkan

fasilitas yang digunakan oleh pekerja yang mengalami kecelakaan kerja. Dari 20

orang pekerja yang diwawancarai, paling besar pekerja menggunakan fasilitas

Rumah Sakit Trauma Center Martha Friska sebagai tempat berobat ketika

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


111

mengalami kecelakaan kerja yaitu sebanyak 12 orang (60%), kemudian ada

masing-masing 3 orang pekerja (15%) yang menggunakan fasilitas Rumah Sakit

Trauma Center Medika dan Imelda Pekerja Indonesia saat mengalami kecelakaan

kerja, ada 1 orang pekerja (5%) dari hasil wawancara yang tidak menggunakan

fasilitas klinik/RSTC, akan tetapi pekerja tersebut berobat menggunakan fasilitas

RSU Pringadi.

Tabel 4.24. Pemberian Gaji Selama Tidak Bekerja Pasca Kecelakaan Kerja

Jumlah Persentase
No Pemberian Gaji
(n) (%)
1 Tidak ada karena langsung meninggal dunia 2 10,0
2 Ya 16 80,0
3 Tidak ada karena langsung kembali bekerja 1 5,0
4 Belum dibayar 1 5,0
Total 20 100

Sumber : Data Primer

Tabel 4.24. merupakan tampilan tabel hasil wawancara berdasarkan

pemberian gaji selama tidak bekerja pasca kecelakaan kerja. Dari 20 orang

pekerja yang diwawancarai, ada 16 orang pekerja (80%) yang gajinya dibayarkan

selama tidak bekerja pasca terjadinya kecelakaan kerja dan ada 2 orang (10%)

yang tidak dibayarkan karena langsung meninggal duinia.

Tabel 4.25. Kondisi Pekerja Pasca Kecelakaan Kerja

Jumlah Persentase
No Kondisi Pekerja
(n) (%)
1 Meninggal dunia 3 15,0
2 Sedang pasang orif/pen 6 30,0
3 Sembuh tanpa cacat 4 20,0
4 Masih dalam perawatan 3 15,0
5 Cacat fungsi 3 15,0
6 Cacat anatomi (tangan amputasi) 1 5,0
Total 20 100

Sumber : Data Primer

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


112

Tabel 4.25. merupakan tampilan tabel hasil wawancara berdasarkan

kondisi pekerja pasca kecelakaan kerja. Dari 20 orang pekerja yang diwawancarai,

ada 6 orang pekerja (30%) yang sedang pasang orif/pen pasca terjadinya

kecelakaan kerja. Kemudian ada 4 orang pekerja (20%) sembuh tanpa cacat.

Terdapat masing-masing 3 orang pekerja (15%) meninggal dunia, masih dalam

perawatan dan mengalami cacat fungsi pasca kecelakaan kerja.

Tabel 4.26. Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Zero Accident

Jumlah Persentase
No Penerapan K3 dan Zero Accident
(n) (%)
1 Sudah menerapkan K3 dan belum zero accident 14 70,0
2 Belum menerapkan K3 dan belum zero accident 6 30,0
Total 20 100

Sumber : Data Primer

Tabel 4.26. merupakan tampilan tabel hasil wawancara berdasarkan

penerapan K3 dan zero accident. Dari 20 orang pekerja yang diwawancarai, ada

14 orang pekerja (70%) yang mengatakan tempat kerja mereka sudah menerpakan

K3 tapi belum pernah zero accident dan 6 orang pekerja (30%) mengatakan

tempat kerja mereka belum menerpakan K3 dan belum pernah zero accident.

Tabel 4.27. Kronologis Terjadinya Kecelakaan Kerja

Jumlah Persentase
No Kronologis Kejadian
(n) (%)
1 Dada terbentur mesi grenda 1 5,0
2 Kecelakaan di jalan pada saat berangkat kerja 4 20,0
3 Terjatuh karena sling kabel putus 1 5,0
4 Mata kemasukan gram besi 1 5,0
5 Kaki tersiram air panas 1 5,0
6 Kecelakaan di jalan pada saat pulang kerja 2 10,0
7 Lengan terjepit pintu mesin 1 5,0
8 Saat bongkar muat, dada, perut, kaki tertabrak truk 1 5,0
9 Saat membawa truk ekspedisi, dirampok dan ditusuk 1 5,0
10 Kaki tertancap kawat besi 1 5,0
11 Perut dan tangan terkena semburan api 1 5,0
12 Tangan kanan masuk kedalam roda excavator 1 5,0
13 Pekerja ditemukan dalam keadaan terjatuh dan terduduk 1 5,0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


113

Lanjutan Tabel 4.27


14 Truk mundur sehingga perut terjepit saat bongkar muat 1 5,0
15 Kaki terlindas forklip 1 5,0
16 Jari tangan terpukul kayu 1 5,0
Total 20 100

Sumber : Data Primer

Tabel 4.27. merupakan tampilan tabel hasil wawancara berdasarkan

kronologis kejadian kecelakaan kerja. Dari 20 orang pekerja yang diwawancarai,

ada 4 orang pekerja (20%) yang mengalami kecelakaan kerja di jalan pada saat

berangkat kerja dan ada 2 orang pekerja (10%) mengalami kecelakaan kerja di

jalan pada saat pulang kerja.

4.2.11 Rekapitulasi Hasil Observasi

Observasi yang dilakukan kepada responden bertujuan untuk mengetahui

secara nyata bagaimana kodisi yang ada di lapangan terhadap kejadian kecelakaan

kerja pada peserta BPJS ketenagakerjaan cabang Medan Belawan. Observasi ini

dilkaukan kepada 10 orang pekerja peserta BPJS ketenagakerjaan cabang Medan

Belawan.

Hasil Observasi yang telah dilakukan peneliti dapat disajikan berdasarkan

tabel di bawah ini :

Tabel 4.28. Hasil Observasi Berdasarkan Jenis Kelamin

Jumlah Persentase
No Jenis Kelamin
(n) (%)
1 Laki-laki 4 40,0
2 Perempuan 6 60,0
Total 10 100

Sumber : Data Primer

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


114

Tabel 4.28. merupakan tampilan tabel hasil observasi berdasarkan jenis

kelamin. Dari 10 orang pekerja yang diobservasi, ada 4 orang pekerja (40%) yang

berjenis kelamin laki-laki dan 6 orang pekerja (60%) berjenis kelamin perempuan.

Tabel 4.29. Hasil Observasi Berdasarkan Adanya Tindakan Medis Akibat


Kecelakaan Kerja di Rumah Sakit Trauma Center (RSTC)

Jumlah Persentase
No Tindakan Medis
(n) (%)
1 Jahit luka 1 10,0
2 Hecting luka 2 20,0
3 Opname dan operasi debridement 2 20,0
4 Opname dan operasi pasang pen 2 20,0
5 Opname dan operasi amputasi 2 20,0
6 Opname dan tindakan operasi 1 10,0
Total 10 100

Sumber : Data Primer

Tabel 4.29. merupakan tampilan tabel hasil observasi berdasarkan adanya

tindakan medis akibat kecelakaan kerja di rumah sakit trauma center (RSTC) yang

bekerja sama dengan BPJS ketenagakerjaan cabang Medan Belawan. Dari 10

orang pekerja yang diobservasi, masing-masing ada 2 orang pekerja (20%) yang

melakukan tindakan medis hecting luka, opname dan operasi debridement,

opname dan operasi pasang pen, opname dan operasi amputasi. Kemudian ada

masing-masing 1 orang pekerja (10%) yang tindakan medisnya jahit luka dan

opname serta tindakan operasi.

Tabel 4.30. Hasil Observasi Berdasarkan Adanya Kontrol Ulang/Rawat


Jalan untuk Melakukan Perawatan Lanjutan ke Rumah Sakit
Trauma Center (RSTC)

Jumlah Persentase
No Kontrol Ulang/Rawat Jalan
(n) (%)
1 Tidak karena langsung sembuh 1 10,0
2 Ya sesuai arahan dari dokter 9 90,0
Total 10 100

Sumber : Data Primer

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


115

Tabel 4.30. merupakan tampilan tabel hasil observasi berdasarkan adanya

kontrol ulang/rawat jalan untuk melakukan perawatan lanjutan ke rumah sakit

trauma center (RSTC) yang bekerja sama dengan BPJS ketenagakerjaan cabang

Medan Belawan. Dari 10 orang pekerja yang diobservasi, ada 1 orang pekerja

(10%) yang tidak melakukan control ulang/rawat jalan karena langsung sembuh

setelah pengobatan pertama pasca kecelakaan kerja. Kemudian ada 9 orang

pekerja (90%) yang melakukan control ulang/rawat jalan sesuai arahan dari

dokter.

Tabel 4.31. Hasil Observasi Berdasarkan pada Saat Melakukan Pengobatan,


Pihak Perusahaan Mendampingi Pekerja

Jumlah Persentase
No Pihak Perusahaan Mendampingi Pekerja
(n) (%)
1 Ya 8 80,0
2 Tidak 2 20,0
Total 10 100

Sumber : Data Primer

Tabel 4.31. merupakan tampilan tabel hasil observasi berdasarkan pada

saat melakukan pengobatan, pihak perusahaan mendampingi pekerja. Dari 10

orang pekerja yang diobservasi, ada 8 orang pekerja (80%) yang didampingi

perusahaan saat melakukan pengobatan pasca terjadinya kecelakaan kerja.

Kemudian ada 2 orang pekerja (20%) yang tidak didampingi perusahaan saat

melakukan pengobatan pasca terjadinya kecelakaan kerja.

Tabel 4.32. Hasil Observasi Berdasarkan Pelayanan dari Rumah Sakit


Trauma Center (RSTC)

Jumlah Persentase
No Pelayanan dari RSTC
(n) (%)
1 Memuaskan 8 80,0
2 Kurang Memuaskan 2 20,0
Total 10 100

Sumber : Data Primer

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


116

Tabel 4.32. merupakan tampilan tabel hasil observasi berdasarkan

pelayanan dari rumah sakit trauma center (RSTC) yang bekerja sama dengan

BPJS ketenagakerjaan cabang Medan Belawan. Dari 10 orang pekerja yang

diobservasi, ada 8 orang pekerja (80%) yang menyatakan bahwa pelayanan yang

diberikan oleh rumah sakit trauma center (RSTC) sudah memuaskan. Kemudian

ada 2 orang pekerja (20%) yang menyatakan bahwa pelayanan yang diberikan

oleh rumah sakit trauma center (RSTC) kurang memuaskan.

Tabel 4.33. Hasil Observasi Berdasarkan Pemakaian Alat Bantu Kesehatan


yang digunakan Sudah Sesuai dengan Prosedur dan Bermanfaat

Jumlah Persentase
No Pemakaian Alat Bantu Kesehatan
(n) (%)
1 Ya sudah sesuai 9 90,0
2 Ya tapi tidak sesuai 1 10,0
Total 10 100

Sumber : Data Primer

Tabel 4.33. merupakan tampilan tabel hasil observasi berdasarkan

pemakaian alat bantu kesehatan yang digunakan sudah sesuai dengan prosedur

dan bermanfaat. Dari 10 orang pekerja yang diobservasi, ada 9 orang pekerja

(90%) yang sudah memakai alat bantu kesehatan dan menyatakan bahwa

pemakaian alat bantu kesehatan yang diguankan sudah sesuai dengan prosedur

dan bermanfaat. Kemudian ada 1 orang pekerja (10%) yang sudah memakai alat

bantu kesehatan tetapi pemakaian alat bantu kesehatan tersebut tidak sesuai

dengan prosedur dan kurang bermanfaat.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


117

Tabel 4.34. Hasil Observasi Berdasarkan Adanya Perbaikan Sistem K3 dari


Perusahaan Akibat Kecelakaan Kerja

Jumlah Persentase
No Perbaikan Sistem K3
(n) (%)
1 Ya dilakukan sosialisasi terus menerus kepada
10 100,0
karyawan
Total 10 100

Sumber : Data Primer

Tabel 4.34. merupakan tampilan tabel hasil observasi berdasarkan adanya

perbaikan sistem k3 dari perusahaan akibat kecelakaan kerja. Dari 10 orang

pekerja yang diobservasi, semua perusahaan tempat mereka bekerja sudah

melakukan perbaikan system K3 dan dilakukan sosialisasi terus menerus kepada

karyawan (100%).

Tabel 4.35. Hasil Observasi Berdasarkan Adanya Surat Pernyataan dari


Perusahaan Telah Mendukung Program RTW

Jumlah Persentase
No Program RTW
(n) (%)
1 Ya sudah mendukung RTW 7 70,0
2 Belum mendukung RTW 3 30,0
Total 10 100

Sumber : Data Primer

Tabel 4.35. merupakan tampilan tabel hasil observasi berdasarkan adanya

surat pernyataan dari perusahaan telah mendukung program return to work (RTW)

jika pekerja mengalami cacat. Dari 10 orang pekerja yang diobservasi, ada 7

orang pekerja (70%) menyatakan perusahaan tempat mereka bekerja sudah ada

surat pernyataan dan telah mendukung program RTW. Kemudian ada 3 orang

pekerja (30%) menyatakan bahwa perusahaan tempat mereka bekerja belum ada

surat pernyataan telah mendukung program RTW dikarenakan waktu untuk

menghadiri sosialisasi RTW belum ada dari pihak perusahaan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


118

Tabel 4.36. Hasil Observasi Berdasarkan Adanya Peran Aktif Pegawai


Pengawas dari Disnaker

Jumlah Persentase
No Peran Aktif Pegawai Pengawas
(n) (%)
1 Ya selalu melaporkan kecelakaan kerja kepada
10 100,0
Disnaker setempat
Total 10 100

Sumber : Data Primer

Tabel 4.36. merupakan tampilan tabel hasil observasi berdasarkan adanya

peran aktif dari pegawai pengawas ketenagakerjaan dari Disnaker akibat

kecelakaan kerja. Dari 10 orang pekerja yang diobservasi, semua perusahaan

tempat mereka bekerja pegawai pengawas dari Disnaker sudah melaporkan

kecelakaan kerja kepada Disnaker setempat (100%).

4.3 Pembahasan Penelitian

4.3.1 Trend Kecelakaan Kerja dan Pohon Keputusan dari Tahun 2012-2016,

Berdasarkan Jenis Kelamin

Hasil penelitiaan trend kecelakaan kerja karyawan peserta BPJS

ketenagakerjaan kantor cabang Medan Belawan menunjukkan bahwa berdasarkan

jenis kelamin, karyawan yang paling banyak mengalami kecelakaan kerja adalah

yang berjenis kelamin laki-laki. Hal ini dikarenakan menurut data dari BPJS

ketenagakerjaan jumlah karyawan laki-laki lebih banyak dari pada jumlah

karyawan perempuan. Laki-laki biasanya bekerja tergesa-gesa dan kurang hati-

hati serta tanpa memperhatikan petunjuk kerja dengan jelas dan tidak memakai

APD, sedangkan karyawan perempuan lebih hati-hati saat bekerja, tetapi

memerlukan waktu istirahat yang cukup dan pemberian waktu cuti haid dan

melahirkan. Menurut data dari BPJS ketenagakerjaan kantor cabang Medan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


119

Belawan, dari tahun 2012-2016 jumlah tenaga kerja yang aktif adalah 331197

orang, sedangkan jumlah karyawan yang mengalami kecelakaan kerja adalah

12209 orang, dimana laki-laki yang mengalami kecelakaan kerja ada sebanyak

11043 kecelakaan (3,3%) dan jumlah karyawan perempuan yang mengalami

kecelakaan kerja sebanyak 1166 kecelakaan (0,4%). Rata-rata pertahun dari tahun

2012-2016 dimana tenaga kerja laki-laki yang mengalami kecelakaan kerja

sebesar 90,4% sedangkan perempuan hanya 9,6%.

Menurut hasil penelitian Ayu (2016) tentang epidemiologi kecelakaan

kerja pada peserta BPJS ketenagakerjaan cabang Denpasar yang mengajukan

klaim, menyatakan bahwa peserta yang mengalami kecelakaan kerja dominan

berjenis kelamin laki-laki (75%).

Menurut hasil penelitian Dalimunthe (2012) menyatakan bahwa untuk

trend prediksi kecelakaan kerja pada PT Jamsostek tahun 2016, kecelakaan kerja

terjadi lebih besar pada karyawan yang berjenis kelamin laki-laki yaitu sebesar

575 kecelakaan dan karyawan yang berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak

203 kecelakaan kerja.

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Riyadina tahun 2007. Penelitian Riyadina menyatakan bahwa pekerja yang

berjenis kelamin laki-laki mengalami kecelakaan kerja lebih besar jika

dibandingkan dengan pekerja yang berjenis kelamin perempuan. Dari 950 pekerja

yang diteliti, terdapat 284 pekerja yang mengalami kecelakaan kerja, dimana 238

(83,8%) kecelakaan kerja terjadi pada laki-laki dan perempuan 46 (16,2%)

kecelakaan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


120

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Siregar tahun 2014. Dari 106 pekerja yang diteliti, terdapat 62 pekerja yang

mengalami kecelakaan kerja, dimana 32 (51,6%) kecelakaan kerja terjadi pada

karyawan yang yang berjenis kelamin laki-laki.

Analisa pohon keputusan digunakan untuk menentukan cara dalam

pengambilan kebijakan dalam rangka menurunkan angka kejadian kecelakaan

kerja. Menurut data kecelakaan kerja berdasarkan jenis kelamin, kecelakaan kerja

paling besar terjadi pada karyawan laki-laki karena jumlah karyawan laki-laki

lebih banyak dibandingkan karyawan perempuan. Laki-laki biasanya bekerja

tergesa-gesa dan kurang hati-hati serta tanpa memperhatikan petunjuk kerja

dengan jelas dan tidak memakai APD, sedangkan karyawan perempuan lebih hati-

hati saat bekerja, tetapi memerlukan waktu istirahat yang cukup dan pemberian

waktu cuti haid dan melahirkan. Kebijakan based on riset dari trend ini untuk

karyawan laki-laki sebaiknya perusahaan membuat pelatihan kepada karyawan

untuk lebih meningkatkan perilaku kerja yang positif terhadap keselamatan kerja,

membuat sanksi bagi pekerja yang tidak memperhatikan petunjuk dengan jelas

saat bekerja dan untuk pekerja yang tidak memakai APD serta membuat

komunikasi bahaya dan rambu-rambu keselamatan. Sedangkan untuk karyawan

perempuan, pelatihan, jam istirahat, cuti haid dan cuti hamil serta out bond dan

jalan-jalan staf untuk penggairahan serta refresh kembali ketika kembali bekerja.

Dari keterangan di atas dapat digambarkan dengan pohon keputusan sebagai

berikut :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


121

Trend Kecelakaan Kerja Penyebab Kecelakaan Kebijakan

Sanksi untuk yang


Tidak memakai APD tidak memakai APD
Kecelakaan Kerja
Pelatihan
Bekerja dengan tergesa-
gesa untuk pekerja

Membuat komunikasi
Laki-laki Bekerja kurang hati-hati bahaya dan rambu-
rambu keselamatan
Bekerja tanpa
memperhatikan Membuat sanksi bagi
pekerja yang bekerja
petunjuk dengan jelas
tanpa meperhatikan
pertunjuk kerja
Kelelahan Pelatihan untuk pekerja,
Perempuan
jam istirahat
Menstruasi, pasca cuti
Jam istirahat, cuti haid,
Stres, peran ganda cuti melahirkan
sebagai ibu rumah
tangga Out bond dan jalan-
jalan staf

Gambar 4.1. Pohon Keputusan Berdasarkan Jenis Kelamin

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


122

Trend kecelakaan kerja tertinggi terjadi pada karyawan laki-laki. Analisa

penyebabnya dapat dilihat sebagai berikut :

Manusia Manajemen Peralatan Lingkungan Kerja

Kurang skill, bekerja Tidak menerapkan Mesin Pencahayaan yang


tanpa petunjuk, tidak K3 secara kurang memadai,
memakai APD komprehensif kebisingan di tempat
kerja

Kebijakan

Komitmen penerapan SMK3,


inspeksi lingkungan kerja
berkala, pelatihan untuk tenaga
kerja, pemantauan mesin secara
berkala

Gambar 4.2. Analisa Penyebab Berdasarkan Jenis Kelamin

4.3.2. Trend Kecelakaan Kerja dan Pohon Keputusan dari Tahun 2012-2016,

Berdasarkan Usia Pekerja

Hasil penelitiaan trend kecelakaan kerja karyawan peserta BPJS

ketenagakerjaan kantor cabang Medan Belawan menunjukkan bahwa berdasarkan

usia, karyawan yang paling banyak mengalami kecelakaan kerja adalah pada usia

26-30 tahun. Menurut data dari BPJS ketenagakerjaan kantor cabang Medan

Belawan, dari tahun 2012-2016 jumlah karyawan pada usia 26-30 tahun yang

mengalami kecelakaan kerja ada sebanyak 2581 kecelakaan (21,3%).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


123

Menurut hasil penelitian Dalimunthe (2012) menyatakan bahwa untuk

trend kecelakaan kerja pada PT Jamsostek kantor cabang Gatot Subroto I tahun

2007-2011, kecelakaan kerja terjadi paling besar pada karyawan yang berusia 26-

30 tahun yaitu sebesar 554 kecelakaan kerja.

Hasil penelitian Ayu (2016) tentang epidemiologi kecelakaan kerja pada

peserta BPJS ketenagakerjaan cabang Denpasar yang mengajukan klaim,

menyatakan bahwa peserta yang mengalami kecelakaan kerja mayoritas berada

pada usia 20-29 tahun (40%).

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Siregar tahun 2014. Sebanyak 62 kecelakaan kerja yang terjadi dari 106 pekerja

yang diteliti, terdapat 35 (56,5%) kecelakaan kerja terjadi pada karyawan yang

berusia muda.

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Riyadina tahun 2007. Sebanyak 284 kecelakaan kerja yang terjadi dari 950

pekerja yang diteliti, terdapat 222 (78,2%) kecelakaan kerja terjadi pada karyawan

yang berusia ≤ 40 tahun.

Menurut teori Bird dan Germin (1989), penyebab dasar kecelakaan kerja

adalah faktor manusia dan faktor pekerjaan. Faktor manusia dalam menyebabkan

kecelakaan kerja yaitu kurangnya kondisi fisik pekerja, lemahnya

mental/psikologi pekerja, tekanan fisik, tekanan mental, kurangnya pengetahuan,

kurangnya keterampilan dan kurangnya motivasi. Usia dapat berperan dalam

pelaksanaan pekerjaan. Usia muda merupakan fase usia yang cenderung sering

terjadinya kelalaian dan ceroboh dalam bekerja.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


124

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa karyawan peserta BPJS

ketenagakerjaan kantor cabang Medan Belawan paling banyak terjadi di usia 26-

30 tahun, hal ini dikarenakan pekerja pada usia ini bekerja dengan semangat,

tergesa-gesa, semberono dan kurang pengalaman.

Menurut ILO, dari hasil penelitian di Amerika Serikat dijelaskan bahwa

pekerja yang berumur muda lebih banyak mengalami kecelakaan kerja

dibandingkan dengan pekerja yang lebih tua. Pekerja umur muda biasanya kurang

berpengalaman dalam pekerjaannya.

Analisa pohon keputusan berdasarkan usia pekerja dapat dilihat dari data

kecelakaan kerja berdasarkan usia pekerja tersebut, kecelakaan kerja paling besar

terjadi pada karyawan dengan usia 26-30 tahun. Pada usia ini merupakan usia

produktif dan belum terlalu banyak pengalaman dalam bekerja. Pekerja dengan

usia seperti ini sering kali bekerja terlalu semangat sehingga menimbulkan

kemungkinan bekerja secara semberono, tergesa-gesa, kurangnya pengalaman

bahkan lalai dalam bekerja, bekerja tidak sesuai SOP, tidak memakai APD,

kurang konsntrasi dan kurang fit atau tidak memeriksakan kesehatan secara

berkala yang telah dijadwalkan perusahaan. Kebijakan based on riset dari trend ini

sebaiknya perusahaan membuat pelatihan kepada karyawan, membuat

pengawasan secara berkala dan membuat rambu-rambu keselamatan di tempat

kerja, membuat sanksi bagi pekerja yang bekerja tidak sesuai dengan SOP dan

pemeriksaan kesehatan kepada tenaga kerja secara berkala. Dari keterangan di

atas dapat digambarkan dengan pohon keputusan sebagai berikut :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


125

Trend Kecelakaan Kerja Penyebab Kecelakaan Kebijakan

Kecelakaan Kerja Tidak memakai APD Membuat sanksi

Kurang pengalaman kerja Pelatihan untuk pekerja

26-30 Bekerja dengan semberono


Pengawasan kerja
tahun
secara berkala
Lalai dalam bekerja

Bekerja tidak sesuai SOP Membuat sanksi bagi


pekerja yang bekerja
Tidak memeriksakan tanpa meperhatikan
kesehatan yang telah pertunjuk kerja
dijadwalkan oleh perusahaan
Pengawasan kerja
Kurang konsentrasi, secara berkala
kondisi kurang fit
Pengawasan kerja
Kurang pengalaman kerja dan pemeriksaan
≤ 25 tahun kesehatan secara
berkala
31-35 tahun

36-40 tahun Kurang konsentrasi, Pelatihan untuk pekerja


kondisi kurang fit
41-45 tahun Pengawasan kerja
dan pemeriksaan
46-50 tahun kesehatan secara
berkala
50-55 tahun Kondisi fisik,
faktor usia
> 55 tahun

Gambar 4.3. Pohon Keputusan Berdasarkan Usia Pekerja

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


126

Trend kecelakaan kerja tertinggi terjadi pada usia 26-30 tahun. Analisa

penyebabnya dapat dilihat sebagai berikut :

Manusia Manajemen Peralatan Lingkungan Kerja

Kurang pengalaman, Tidak membuat Mesin Lantai kerja yang


semberono, kurang pelatihan dan licin, houskeeping
hati-hati, kurang safety talk yang kurang baik
konsentrasi

Kebijakan

Membuat sanksi, pelatihan bagi


pekerja, membuat pengawasan
kerja secara berkala

Gambar 4.4. Analisa Penyebab Berdasarkan Usia Pekerja

4.3.3 Trend Kecelakaan Kerja dan Pohon Keputusan dari Tahun 2012-2016,

Berdasarkan Lokasi Kejadian

Hasil penelitiaan trend kecelakaan kerja karyawan peserta BPJS

ketenagakerjaan kantor cabang Medan Belawan menunjukkan bahwa berdasarkan

lokasi kejadian, karyawan yang paling banyak mengalami kecelakaan kerja terjadi

pada lokasi di dalam area kerja. Menurut data dari BPJS ketenagakerjaan kantor

cabang Medan Belawan, dari tahun 2012-2016 jumlah karyawan yang mengalami

kecelakaan kerja yang terjadi di dalam area kerja ada sebanyak 9080 kecelakaan

kerja. Hal ini disebabkan lokasi area kerja merupakan lokasi yang paling berisiko

bagi pekerja untuk mengalami kecelakaan kerja dikarenakan lokasi area kerja

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


127

merupakan lokasi dimana tempat pekerja terpapar dengan bahay kerja setiap

harinya. Artinya pekerja selalu dihadapkan dengan bahaya-bahaya yang ada di

tempat kerja baik bahaya yang bersifat fisik, kimia, biologi, ergonomi maupun

psikososial. Jadi jika tempat kerja tidak memperhatikan SMK3 maka setiap

bahaya kerja yang ada di tempat kerja akan menjadi semakin besar yang dapat

berdampak negatif kepada pekerja, salah satunya adalah terjadinya kecelakaan

kerja di dalam area kerja.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Dalimunthe (2012)

yang menyatakan bahwa untuk trend kecelakaan kerja pada PT Jamsostek kantor

cabang Gatot Subroto I tahun 2007-2011, kecelakaan kerja terjadi paling besar

terjadi di lalu lintas ketika karyawan berangkat atau pulang kerja.

Penelitian ini juga tidak sejalan dengan penelitian Ayu (2016) tentang

epidemiologi kecelakaan kerja pada peserta BPJS ketenagakerjaan cabang

Denpasar yang mengajukan klaim. Hasil penelitian Ayu menyatakan bahwa

peserta yang mengalami kecelakaan kerja mayoritas pada lokasi lalu lintas

(51,25%).

Analisa pohon keputusan berdasarkan lokasi kejadian dapat dilihat dari

data kecelakaan kerja berdasarkan lokasi kejadian yang paling besar

menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja. Kecelakaan kerja paling besar terjadi

pada lokasi di dalam area kerja. Lokasi di dalam area kerja merupakan tempat

yang sepertiga hari dihabiskan oleh pekerja dalam sehari. Pekerja setiap harinya

terpapar dengan bahaya kerja saat berada di dalam lokasi area kerja sehingga

menimbulkan resiko yang lebih tinggi dapat mengalami kecelakaan kerja.

Terpaparnya pekerja dengan bahaya kerja pada lokasi di dalam area kerja dapat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


128

disebabkan secara langsung oleh mesin dan peralatan kerja maupun dari faktor

lingkungan kerja. Seangkan kecelakaan kerja yang terjadi di lalu lintas dapat

disebabkan karena tenaga kerja yang tergesa-gesa ingin pulang ke rumah, kondisi

jalan yang licin, macet atau sepeda motor banyak yang ngebut, kemudian untuk

kecelakaan kerja yang terjadi di luar area kerja dapat disebabkan oleh tenaga kerja

yang tidak hati-hati, lalai atau tidak memperhatikan rambu-rambu bahaya.

Kebijakan based on riset dari trend ini sebaiknya perusahaan membuat

pengendalian untuk lingkungan kerja berbahaya dengan pengendalian secara

tekhnis, administratif dan penggunaan APD serta pemantauan dan perawatan

untuk mesin dan alat-alat kerja. Dari keterangan di atas dapat digambarkan

dengan pohon keputusan sebagai berikut :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


129

Trend Kecelakaan Kerja Penyebab Kecelakaan Kebijakan

Kecelakaan Kerja
Terpapar dengan bahaya Pengendalian
kerja fisik
secara tekhnis
Terpapar dengan bahaya Penggunaan APD
kerja kimia

Terpapar dengan bahaya Pengendalian


kerja ergonomi secara
administratif
Di dalam Terpapar dengan bahaya
area kerja kerja biologi Penggunaan APD

Terpapar dengan bahaya Pengendalian


kerja psikososial secara
administratif
Terpapar dengan mesin
dan peralatan kerja Pemantauan dan
perawatan mesin
dan alat kerja
Tergesa-gesa ingin pulang secara berkala

Jalan licin, macet, banyak


Promosi keselamatan
Lalu lintas sepeda motor ngebut di
kerja
jalan

Kelelahan setelah pulang


Waktu istirahat
kerja, ngantuk

Di luar area Tidak hati-hati, lalai Promosi keselamatan


kerja kerja

Tidak memperhatikan
rambu-rambu bahaya

Gambar 4.5. Pohon Keputusan Berdasarkan Lokasi Kejadian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


130

Trend kecelakaan kerja tertinggi terjadi di dalam lokasi area kerja. Analisa

penyebabnya dapat dilihat sebagai berikut :

Manusia Manajemen Peralatan Lingkungan Kerja

Pola diet tidak baik, Tidak membuat Mesin Tidak ada pemantauan
tidak memakai APD, sanksi terhadap ergonomi kerja, pemantauan
kurang istirahat, penggunaan APD, terhadap iklim kerja dan
cepat lelah mengatur waktu tidak memperhatikan
istirahat, gizi kerja housekeeping dan hygiene
lingkungan kerja

Kebijakan

Pengadaan APD yang standar,


safety talk, pengawasan mesin
dan alat kerja secara berkala,
membuat sanksi, meningkatkan
hygiene lingkungan kerja,
pengadaan gizi kerja

Gambar 4.6. Analisa Penyebab Berdasarkan Lokasi Kejadian

4.3.4 Trend Kecelakaan Kerja dan Pohon Keputusan dari Tahun 2012-2016,

Berdasarkan Waktu Kejadian

Hasil penelitiaan trend kecelakaan kerja karyawan peserta BPJS

ketenagakerjaan kantor cabang Medan Belawan menunjukkan bahwa berdasarkan

waktu kejadian, karyawan yang paling banyak mengalami kecelakaan kerja terjadi

pada jam kerja 06.01-12.00. Menurut data dari BPJS ketenagakerjaan kantor

cabang Medan Belawan, dari tahun 2012-2016 jumlah karyawan yang mengalami

kecelakaan kerja yang terjadi pada jam kerja 06.01-12.00 ada sebanyak 5539

kecelakaan kerja.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


131

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Ayu (2016) tentang epidemiologi

kecelakaan kerja pada peserta BPJS ketenagakerjaan cabang Denpasar yang

mengajukan klaim. Hasil penelitian Ayu menyatakan bahwa peserta yang

mengalami kecelakaan kerja mayoritas bekerja pada jam kerja 06.00-12.00

(53,75%).

Menurut Manuaba (2000), jam kerja berlebihan jam kerja lembur di luar

batas kemampuan akan dapat mempercepat munculnya kelelahan, menurunkan

kecepatan, ketepatan dan ketelitian kerja. Sedangkan menurut Lawrence (1998),

shift kerja juga memiliki risiko dan mempengaruhi pekerja pada aspek fisiologis

seperti gangguan pola tidur, aspek psikologis seperti stres kerja yang dapat

menyebabkan kelelahan, aspek kinerja seperti tingkat ketelitian, dan aspek

domestik serta sosial yang akan berpengaruh negatif terhadap hubungan keluarga.

Menurut Suma’mur (2009) bekerja dengan waktu yang berkepanjangan

menimbulkan kecendrungan untuk terjadinya kelelahan, gangguan kesehatan,

penyakit dan kecelakaan kerja serta ketidakpuasan kerja. Makin panjang waktu

kerja dalam seminggu maka makin besar kecendrungan terjadi hal-hal yang tidak

diingini serta besar kemungkinan untuk timbul hal-hal negatif bagi tenaga kerja

tersebut.

Analisa pohon keputusan berdasarkan waktu kejadian dapat dilihat dari

data kecelakaan kerja berdasarkan waktu kejadian yang paling besar

menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja. Kecelakaan kerja paling besar terjadi

pada jam 06.01-12.00. jam 06.01-12.00 merupakan waktu yang rentan terhadap

penurunan konsentrasi dan semangat kerja sehingga dapat menimbulkan

kelelahan, ngantuk dan stress kerja. Kecelakaan kerja pada waktu jam ini juga

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


132

dapat dipicu oleh kurangnya waktu istirahat yang didapat oleh pekerja dan tidak

teraturnya pola tidur dari pekerja. Kebijakan based on riset dari trend ini

sebaiknya perusahaan membuat pengendalian secara administratif dengan

memberikan jam istirahat khusus dan memberikan makanan tambahan serta out

bond dan jalan-jalan staf agar karyawan kembali refresh. Dari keterangan di atas

dapat digambarkan dengan pohon keputusan sebagai berikut :

Trend Kecelakaan Kerja Penyebab Kecelakaan Kebijakan

Tidak ada pemberian


Kecelakaan Kerja asupan energi Pemberian makanan tambahan

Penurunan Membuat waktu istirahat


06.01- konsentrasi kerja dan pemberian makanan
12.00 tambahan
Kelelahan kerja Membuat waktu istirahat
dan pemberian makanan
Penurunan
tambahan
semangat kerja
Waktu istirahat
06.01- Pola tidur tidak
12.00 teratur
Waktu istirahat
Stress kerja
Outbond dan jalan-
jalan karyawan
18.01-24.00 Kelelahan kerja
Membuat waktu istirahat
Kurang waktu istirahat
Pemberian makanan tambahan
Tidak ada pemberian
asupan energi
Waktu istirahat
12.01-18.00 Kelelahan kerja
Outbond dan jalan-
Penurunan
jalan karyawan
semangat kerja

Pola tidur tidak Waktu istirahat


00.01-06.00 teratur
Outbond dan jalan-
Stress kerja jalan karyawan

Gambar 4.7 Pohon Keputusan Berdasarkan Waktu Kejadian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


133

Trend kecelakaan kerja tertinggi terjadi pada jam 06.01-12.00. Analisa

penyebabnya dapat dilihat sebagai berikut :

Manusia Manajemen Peralatan Lingkungan Kerja

Pola diet tidak baik, Tidak membuat Mesin Tidak ada pemantauan
kurang istirahat, gizi kerja, ergonomi kerja, dan tidak
kurang konsentrasi, pengaturan waktu memperhatikan
lelah, kurang istirahat, tidak housekeeping yang baik
semangat membuat pelatihan
manajemen stres

Kebijakan

Gizi kerja, pengaturan waktu


istirahat, pemberian asupan
makanan tambahan, pelatihan
manajemen stress, pemantauan
mesin dan alat kerja secara
berkala

Gambar 4.8. Analisa Penyebab Berdasarkan Lokasi Kejadian

4.3.5 Trend Kecelakaan Kerja dan Pohon Keputusan dari Tahun 2012-2016,

Berdasarkan Bagian Tubuh yang Cedera

Hasil penelitiaan trend kecelakaan kerja karyawan peserta BPJS

ketenagakerjaan kantor cabang Medan Belawan menunjukkan bahwa berdasarkan

bagian tubuh yang cedera, karyawan yang paling banyak mengalami kecelakaan

kerja ada di bagian kaki pekerja. Menurut data dari BPJS ketenagakerjaan kantor

cabang Medan Belawan, dari tahun 2012-2016 jumlah karyawan yang mengalami

kecelakaan kerja di bagian tubuh kaki ada sebanyak 2568 kecelakaan kerja. Hal

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


134

ini dapat disebabkan karena karyawan yang tidak menggunakan alat pelindung

diri seperti menggunakan sepatu bots atau safety shoes.

Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Ayu (2016) tentang

epidemiologi kecelakaan kerja pada peserta BPJS ketenagakerjaan cabang

Denpasar yang mengajukan klaim. Hasil penelitian Ayu menyatakan bahwa

peserta yang mengalami kecelakaan kerja mayoritas di bagian tubuh kaki

(27,50%).

Menurut Green yang dikutip Kusmayati (2004) fasilitas merupakan salah

satu dari sumber daya yang memungkinkan seseorang untuk berperilaku tertentu.

Tanpa adanya dukungan fasilitas yang memadai, menyulitkan seseorang untuk

dapat melakukan sesuatu dengan baik. Dalam upaya pencegahan terjadinya

kecelakaan kerja dibutuhkan tersedianya sarana dan prasarana seperti alat

pelindung diri untuk perlindungan kaki antara lain sepatu bots dan safety shoes.

Analisa pohon keputusan berdasarkan bagian tubuh pekerja yang cedera

dapat dilihat berdasarkan data kecelakaan kerja yang paling besar terjadi pada

karyawan untuk bagian tubuh yang cedera. Bagian tubuh yang cedera dari pekerja

dapat disebabkan karena pekerja bekerja tidak hati-hati, tidak mematuhi petunjuk,

bekerja tidak sesuai SOP, tidak menggunakan APD atau APD yang digunakan

belum APD yang sesuai dengan standar peruntukan berdasarkan bagian tubuh

yang ingin dilindungi. Kebijakan based on riset dari trend ini sebaiknya

perusahaan membuat pelatihan kepada karyawan, membuat pengawasan secara

berkala dan membuat rambu-rambu keselamatan di tempat kerja dan pengadaan

APD yang sesuai standar untuk pekerja. Dari keterangan di atas dapat

digambarkan dengan pohon keputusan sebagai berikut :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


135

Trend Kecelakaan Kerja Penyebab Kecelakaan Kebijakan

Kecelakaan Kerja
Bekerja tidak Pengawasan kerja
hati-hati secara berkala

Kaki Bekerja tidak


Membuat sanksi
mematuhi petunjuk

Tidak menggunakan Membuat sanksi dan


APD pengadaan APD yang
standar untuk pekerja
Badan Bekerja tidak
hati-hati Pengawasan kerja
Jari kaki secara berkala

Jari tangan
Pengadaan APD
Tidak menggunakan yang standar untuk
Kepala APD pekerja
Lengan

Mata Sanksi dan pengawasan


Bekerja tidak kerja secara berkala
Organ tubuh sesuai SOP
bagian dalam

Paha Pengadaan APD


Tidak menggunakan yang standar untuk
Tangan APD pekerja
Telinga

Gambar 4.9 Pohon Keputusan Berdasarkan Bagian Tubuh yang Cedera

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


136

Trend kecelakaan kerja tertinggi terjadi pada bagian tubuh kaki. Analisa

penyebabnya dapat dilihat sebagai berikut :

Manusia Manajemen Peralatan Lingkungan Kerja

Kurang pengalaman, Tidak ada Mesin Housekeeping yang tidak


tidak hati-hati, tidak penyediaan APD, baik, pencahayaan yang
memakai APD untuk kurang pemantauan kurang, kebisingan, lantai
kaki, tempat kerja dan kerja licin
peralatan kerja

Kebijakan

Pemantauan mesin dan alat


kerja secara berkala,
memperbaiki housekeeping di
tempat kerja, pengadaan APD
yang standar untuk kaki

Gambar 4.10. Analisa Penyebab Berdasarkan Bagian Tubuh yang cedera

4.3.6 Trend Kecelakaan Kerja dan Pohon Keputusan dari Tahun 2012-2016,

Berdasarkan Sumber Cedera

Hasil penelitiaan trend kecelakaan kerja karyawan peserta BPJS

ketenagakerjaan kantor cabang Medan Belawan menunjukkan bahwa berdasarkan

sumber cedera, karyawan yang paling banyak mengalami kecelakaan kerja

bersumber dari mesin (press, bor, gergaji, dan lain-lain). Menurut data dari BPJS

ketenagakerjaan kantor cabang Medan Belawan, dari tahun 2012-2016 jumlah

karyawan yang mengalami kecelakaan kerja yang disebabkan oleh mesin (press,

bor, gergaji dan lain-lain) ada sebanyak 5510 kecelakaan kerja. Hal ini dapat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


137

disebabkan karena karyawan yang bekerja disekitar area tempat mesin beroperasi

atau karyawan yang mengoperasi mesin tidak sesuai dengan standar prosedur,

tidak memperhatiakn petunjuk kerja atau bahkan tidak ada petunjuk kerja yang

jelas dari tempat kerja.

Faktor pekerjaan dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja seperti

kurangnya pengawasan, kurangnya keteknikan, kurangnya standar kerja,

kurangnya perawatan, ketidakcukupan peralatan atau perlengkapan, kerusakan

peralatan dan penyalahgunaan peralatan (Bird dan Germin, 1989).

Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Ayu (2016) tentang

epidemiologi kecelakaan kerja pada peserta BPJS ketenagakerjaan cabang

Denpasar yang mengajukan klaim. Hasil penelitian Ayu menyatakan bahwa

peserta yang mengalami kecelakaan kerja mayoritas sumber cedera tertinggi dari

pengangkut barang (33,75%).

Analisa pohon keputusan berdasarkan sumber cedera dapat dilihat dari

data kecelakaan kerja berdasarkan data yang paling besar terjadi pada karyawan

untuk sumber yang menyebabkan cedera. Sumber cedera dari pekerja dapat dapat

bersumber dari mesin dan peralatan kerja, faktor lingkungan, pesawat angkut dan

pesawat angkat, bahan kimia dan lain-lain. Hal ini dapat disebabkan karena

pekerja memilki pengetahuan dan kemampuan yang kurang saat mengoperasikan

mesin dan menggunakan peralatan kerja, bekerja tidak hati-hati, tidak mematuhi

petunjuk dalam bekerja, bekerja semberono, lalai saat bekerja atau tidak

menggunakan APD. Kebijakan based on riset dari trend ini sebaiknya perusahaan

membuat pelatihan kepada karyawan untuk memberikan pemahaman dalam

mengoperasikan dan menggunakan peralatan kerja, membuat pengawasan secara

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


138

berkala, membuat sanksi bagi pekerja yang tidak berhati-hati saat bekerja, dan

membuat rambu-rambu keselamatan di tempat kerja serta pengadaan APD yang

standar dan memantau terhadap penggunaan APD tersebut. Dari keterangan di

atas dapat digambarkan dengan pohon keputusan sebagai berikut :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


139

Trend Kecelakaan Kerja Penyebab Kecelakaan Kebijakan

Kecelakaan Kerja Kurang pengetahuan


dan keahlian Membuat pelatihan

Mesin (press, bor, Bekerja tidak sesuai SOP, Membuat sanksi


gergaji dll) tidak hati-hati dan tidak
mematuhi petunjuk Membuat sanksi
Semberono, lalai
Pesawat uap dan
dalam bekerja
bejana tekan Pengadaan dan pemantauan
penggunaaan APD
Tidak menggunakan APD
Pesawat angkut

Radiasi dan bahan Tidak menggunakan APD


radio aktif dan kurang pengetahuan serta Membuat pelatihan dan
keahlian penggunaan APD
Perkakas kerja tangan
Tidak menggunakan APD
Alat transmisi mekanik dan kurang pengetahuan
serta keahlian Membuat sanksi
Penggerak mula dan pompa

Permukaan lantai kerja Bekerja tidak hati-hati dan


tidak mematuhi rambu- Hygiene dan sanitasi
Binatang rambu keselamatan
Membuat SOP
Faktor lingkungan Tempat kerja kotor

Debu berbahaya Tidak ada petunjuk kerja


Pengadaan APD
Tidak memakai APD yang standar standar dan
Bahan kimia
pemantauan
penggunaannya
Peralatan listrik

Lift (barang, orang)

Bekerja tidak sesuai SOP,


tidak hati-hati dan tidak Membuat sanksi
Bahan mudah terbakar
mematuhi petunjuk
dan benda panas

Conveyor
Lingkungan kerja Membuat SOP
Pengangkut/pengangkat barang

Tidak ada Bekerja tidak sesuai SOP,


tidak hati-hati dan tidak Membuat sanksi
Pesawat angkat mematuhi petunjuk

Gambar 4.11 Pohon Keputusan Berdasarkan Sumber Cedera

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


140

Trend kecelakaan kerja tertinggi terjadi bersumber dari mesin. Analisa

penyebabnya dapat dilihat sebagai berikut :

Manusia Manajemen Peralatan Lingkungan Kerja

Kurang Tidak ada penyediaan Mesin Housekeeping yang tidak


pengetahuan dan APD, kurang baik, pencahayaan yang
pengalaman, tidak pemantauan tempat kurang, kebisingan, lantai
hati-hati, tidak kerja dan peralatan kerja licin
memakai APD kerja, tidak
untuk, lalai, menerapkan K3 secara
semberono komprehensif

Kebijakan

Pemantauan mesin dan alat


kerja secara berkala,
memperbaiki housekeeping di
tempat kerja, pengadaan APD
yang standar

Gambar 4.12. Analisa Penyebab Berdasarkan Sumber Cedera

4.3.7 Trend Kecelakaan Kerja dan Pohon Keputusan dari Tahun 2012-2016,

Berdasarkan Tindakan Berbahaya

Hasil penelitiaan trend kecelakaan kerja karyawan peserta BPJS

ketenagakerjaan kantor cabang Medan Belawan menunjukkan bahwa berdasarkan

tindakan berbahaya, karyawan yang paling banyak mengalami kecelakaan kerja

disebabkan oleh memakai peralatan. Menurut data dari BPJS ketenagakerjaan

kantor cabang Medan Belawan, dari tahun 2012-2016 jumlah karyawan yang

mengalami kecelakaan kerja yang disebabkan oleh memakai peralatan ada

sebanyak 6001 kecelakaan kerja. Hal ini dapat disebabkan karena karyawan yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


141

bekerja dengan memakai peralatan tanpa pengetahuan dan keahliaan dalam

penggunaan peralatan tersebut dapat menyebabkan terjadinya kesalahan yang

memungkinkan terjadinya kecelakaan kerja.

Menurut Suma’mur (2009), kecelakaan kerja terjadi disebabkan oleh

unsafe act dan unsafe condition. Kecelakaan kerja 85% terjadi disebabkan oleh

kesalahan pada manusianya atau terjadinya human error.

Analisa pohon keputusan berdasarkan tindakan berbahaya dapat dilihat

dari data kecelakaan kerja berdasarkan data yang paling besar untuk tindakan

berbahaya dari pekerja. Tindakan berbahaya dari pekerja dapat disebabkan

karena bekerja dengan kecepatan membahayakan, posisi saat bekerja tidak aman,

mengambil posisi tidak aman, mengalihkan perhatian, memakai peralatan, bekerja

dengan kecepatan bahaya, bekerja pada objek yang berputar, melalaikan

penggunaan, lupa pengaman, memuat, membongkar dan mencampur, membuat

alat pengaman, bongkar pasang/muat barang, memakai peralatan yang berbahaya,

gangguan perhatian dan konsentrasi, lalai ,lupa menggunakan APD. Kebijakan

based on riset dari trend ini sebaiknya perusahaan membuat pelatihan kepada

karyawan, membuat pengawasan secara berkala, bekerja sesuai SOP, tidak

semberono saat bekerja, membuat sanksi bagi pekerja yang tidak berhati-hati saat

bekerja, promosi keselamatan kerja dan membuat rambu-rambu keselamatan di

tempat kerja serta pengadaan APD dan memantau terhadap penggunaan APD

tersebut. Dari keterangan di atas dapat digambarkan dengan pohon keputusan

sebagai berikut :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


142

Trend Kecelakaan Kerja Penyebab Kecelakaan Kebijakan

Kecelakaan Kerja Kurang pengetahuan dan


keahlian Membuat pelatihan

Memakai
Bekerja tidak hati-hati dan
peralatan Membuat sanksi
tidak mematuhi petunjuk
saat memakai peralatan
Pengadaan dan
Tidak menggunakan pemantauan
Bekerja dengan APD penggunaaan APD
kecepatan
membahayakan Bekerja tidak sesuai SOP Membuat sanksi

Membuat sanksi
Posisi saat bekerja
Tidak mematuhi petunjuk
tidak aman

Mengambil posisi tidak aman


Membuat sanksi
dan pengawasan
Mengalihkan perhatian

Bekerja dengan kecepatan bahaya Bekerja tidak hati-hati dan


tidak mematuhi petunjuk
Bekerja pada objek yang berputar Membuat pelatihan,
promosi keselamatan
Melalaikan penggunaan kerja dan penggunaan
Semberono APD
Lupa pengaman

Memuat, membongkar, mencampur

Membuat alat pengaman Bekerja tidak hati-hati Membuat sanksi

Bongkar pasang/muat barang

Memakai peralatan yang berbahaya Bekerja tidak sesuai SOP

Gangguan perhatian dan konsentrasi

Lalai Membuat sanksi


Semberono dan pengawasan
Lupa menggunakan APD

Gambar 4.13 Pohon Keputusan Berdasarkan Tindakan Berbahaya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


143

Trend kecelakaan kerja tertinggi terjadi disebabkan oleh memakai

perlatan. Analisa penyebabnya dapat dilihat sebagai berikut :

Manusia Manajemen Peralatan Lingkungan Kerja

Kurang Tidak ada penyediaan Mesin Housekeeping yang tidak


pengetahuan dan APD, kurang baik, pencahayaan yang
keahlian, tidak pemantauan peralatan kurang, ergonomi
hati-hati, tidak kerja, tidak
memakai APD, menerapkan K3 secara
bekerja tidak komprehensif,
mematuhi housekeeping jelek
petunjuk dan SOP

Kebijakan

Pemantauan mesin dan alat


kerja secara berkala,
memperbaiki housekeeping di
tempat kerja, pengadaan APD
yang standar

Gambar 4.14. Analisa Penyebab Berdasarkan Tindakan Berbahaya

4.3.8 Trend Kecelakaan Kerja dan Pohon Keputusan dari Tahun 2012-2016,

Berdasarkan Resiko Jenis Pekerjaan

Hasil penelitiaan trend kecelakaan kerja karyawan peserta BPJS

ketenagakerjaan kantor cabang Medan Belawan menunjukkan bahwa berdasarkan

resiko jenis pekerjaan, karyawan yang paling banyak mengalami kecelakaan kerja

adalah pada resiko jenis pekerjaan sedang. Menurut data dari BPJS

ketenagakerjaan kantor cabang Medan Belawan, dari tahun 2012-2016 jumlah

karyawan yang mengalami kecelakaan kerja resiko jenis pekerjaan sedang ada

sebanyak 9168 kecelakaan kerja.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


144

Analisa pohon keputusan berdasarkan resiko jenis pekerjaan dapat dilihat

dari data kecelakaan kerja berdasarkan data kecelakaan yang paling besar.

Kecelakaan kerja paling besar terjadi pada resiko jenis pekerjaan sedang.

Kebijakan based on riset dari trend ini sebaiknya perusahaan membuat

pengendalian untuk lingkungan kerja berbahaya dengan pengendalian secara

tekhnis, administratif dan penggunaan APD serta pemantauan dan perawatan

untuk mesin dan alat-alat kerja. Dari keterangan di atas dapat digambarkan

dengan pohon keputusan sebagai berikut :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


145

Trend Kecelakaan Kerja Penyebab Kecelakaan Kebijakan

Kecelakaan Kerja Stres kerja Out bond dan jalan-


jalan karyawan
Kelelahan kerja
Resiko jenis Waktu istirahat
pekerjaan sedang Lalai dan senberono
Sanksi dan pelatihan bagi
saat bekerja pekerja

Sanksi dan pelatihan bagi


pekerja
Resiko jenis Bekerja tidak hati-hati
pekerjaan dan tanpa memperhatikan
Hygiene dan sanitasi
sedang petunjuk
tempat kerja
Gangguan binatang
Waktu istirahat
Pekerjaan yang monoton
dan penurunan semangat Pemantauan dan
kerja perawatan mesin
dan alat kerja
Terpapar dengan mesin secara berkala
dan peralatan kerja
Penggunaan APD
Resiko jenis pekerjaan
sangat rendah Promosi K3 dan rambu-
rambu keselamatan
Lalu lintas dan
faktor lingkungan
Penggunaan APD

Out bond dan jalan-


Resiko jenis Lantai licin jalan karyawan
pekerjaan rendah
Stres kerja Pemantauan dan
perawatan mesin
Resiko jenis Terpapar dengan mesin dan alat kerja
pekerjaan tinggi dan peralatan kerja secara berkala

Out bond dan jalan-


Stres kerja
jalan karyawan
Resiko jenis
pekerjaan Manajemen K3
sangat tinggi Bekerja tidak sesuai secara aktif
SOP
Sanksi dan pelatihan
bagi pekerja

Gambar 4.15 Pohon Keputusan Berdasarkan Resiko Jenis Pekerjaan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


146

Trend kecelakaan kerja berdasarkan resiko jenis pekerjaan tertinggi terjadi

pada pekerjaan resiko sedang. Analisa penyebabnya dapat dilihat sebagai berikut :

Manusia Manajemen Peralatan Lingkungan Kerja

Stress kerja, Tidak ada penyediaan Mesin Housekeeping yang tidak


kurang istirahat, APD, tidak menerapkan baik, pencahayaan yang
lalai, tidak K3 secara kurang, ergonomi,
sarapan sebelum komprehensif, tidak ada kebisingan, iklim kerja
bekerja pemeriksaan kesehatan
prakerja dan berkala

Kebijakan

Sanksi dan pelatihan bagi


pekerja, membuat waktu
istirahat, gizi kerja, asuransi
kesehatan bagi pekerja

Gambar 4.16. Analisa Penyebab Berdasarkan Resiko Jenis Pekerjaan

4.3.9 Prediksi Trend Kecelakaan Kerja untuk 5 (lima) tahun berikutnya

(tahun 2017-2021)

Berdasarkan prediksi yang telah dibuat oleh peneliti terhadap kecelakaan

kerja 5 (lima) tahun kedepan mulai dari tahun 2017-2021. Hasilnya adalah sebagai

berikut :

1. Tahun 2017 : Berdasarkan jenis kelamin, trend angka kecelakaan kerja

yang terbanyak terjadi pada karyawan yang berjenis kelamin laki-laki

yaitu sebanyak 1901 kecelakaan. Berdasarkan usia pekerja, trend angka

kecelakaan kerja yang terbanyak terjadi pada karyawan yang berusia ≤ 25

tahun yaitu sebanyak 590 kecelakaan. Berdasarkan lokasi kejadian, trend

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


147

angka kecelakaan kerja yang terbanyak terjadi pada karyawan yang

bekerja di dalam area kerja yaitu sebanyak 1570 kecelakaan. Berdasarkan

waktu kejadian, trend angka kecelakaan kerja yang terbanyak terjadi pada

karyawan yang bekerja di jam kerja 06.01-12.00 yaitu sebanyak 993

kecelakaan. Berdasarkan bagian tubuh yang cedera, trend angka

kecelakaan kerja yang terbanyak terjadi pada bagian tubuh jari tangan

karyawan yaitu sebanyak 493 kecelakaan. Berdasarkan sumber cedera,

trend angka kecelakaan kerja yang terbanyak terjadi bersumber dari mesin

(pres, bor, gergaji dan lain-lain) yaitu sebanyak 446 kecelakaan.

Berdasarkan tindakan berbahaya, trend angka kecelakaan kerja yang

terbanyak yang terjadi pada karyawan disebabkan oleh bekerja denga

kecepatan membahayakan yaitu sebanyak 471 kecelakaan. Berdasarkan

resiko jenis pekerjaan, trend angka kecelakaan kerja yang terbanyak terjadi

pada karyawan dengan resiko jenis pekerjaan sedang yaitu sebanyak 1426

kecelakaan.

2. Tahun 2018 : Berdasarkan jenis kelamin, trend angka kecelakaan kerja

yang terbanyak terjadi pada karyawan yang berjenis kelamin laki-laki

yaitu sebanyak 1798 kecelakaan. Berdasarkan usia pekerja, trend angka

kecelakaan kerja yang terbanyak terjadi pada karyawan yang berusia ≤ 25

tahun yaitu sebanyak 672 kecelakaan. Berdasarkan lokasi kejadian, trend

angka kecelakaan kerja yang terbanyak terjadi pada karyawan yang

bekerja di dalam area kerja yaitu sebanyak 1488 kecelakaan. Berdasarkan

waktu kejadian, trend angka kecelakaan kerja yang terbanyak terjadi pada

karyawan yang bekerja di jam kerja 06.01-12.00 yaitu sebanyak 955

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


148

kecelakaan. Berdasarkan bagian tubuh yang cedera, trend angka

kecelakaan kerja yang terbanyak terjadi pada bagian tubuh jari tangan

karyawan yaitu sebanyak 505 kecelakaan. Berdasarkan sumber cedera,

trend angka kecelakaan kerja yang terbanyak terjadi bersumber dari faktor

lingkungan yaitu sebanyak 432 kecelakaan. Berdasarkan tindakan

berbahaya, trend angka kecelakaan kerja yang terbanyak yang terjadi pada

karyawan disebabkan oleh bekerja denga kecepatan membahayakan yaitu

sebanyak 580 kecelakaan. Berdasarkan resiko jenis pekerjaan, trend angka

kecelakaan kerja yang terbanyak terjadi pada karyawan dengan resiko

jenis pekerjaan sedang yaitu sebanyak 1290 kecelakaan.

3. Tahun 2019 : Berdasarkan jenis kelamin, trend angka kecelakaan kerja

yang terbanyak terjadi pada karyawan yang berjenis kelamin laki-laki

yaitu sebanyak 1695 kecelakaan. Berdasarkan usia pekerja, trend angka

kecelakaan kerja yang terbanyak terjadi pada karyawan yang berusia ≤ 25

tahun yaitu sebanyak 754 kecelakaan. Berdasarkan lokasi kejadian, trend

angka kecelakaan kerja yang terbanyak terjadi pada karyawan yang

bekerja di dalam area kerja yaitu sebanyak 1406 kecelakaan. Berdasarkan

waktu kejadian, trend angka kecelakaan kerja yang terbanyak terjadi pada

karyawan yang bekerja di jam kerja 06.01-12.00 yaitu sebanyak 917

kecelakaan. Berdasarkan bagian tubuh yang cedera, trend angka

kecelakaan kerja yang terbanyak terjadi pada bagian tubuh jari tangan

karyawan yaitu sebanyak 517 kecelakaan. Berdasarkan sumber cedera,

trend angka kecelakaan kerja yang terbanyak terjadi bersumber dari faktor

lingkungan yaitu sebanyak 509 kecelakaan. Berdasarkan tindakan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


149

berbahaya, trend angka kecelakaan kerja yang terbanyak yang terjadi pada

karyawan disebabkan oleh mengambil posisi tidak aman yaitu sebanyak

789 kecelakaan. Berdasarkan resiko jenis pekerjaan, trend angka

kecelakaan kerja yang terbanyak terjadi pada karyawan dengan resiko

jenis pekerjaan sedang yaitu sebanyak 1154 kecelakaan.

4. Tahun 2020 : Berdasarkan jenis kelamin, trend angka kecelakaan kerja

yang terbanyak terjadi pada karyawan yang berjenis kelamin laki-laki

yaitu sebanyak 1592 kecelakaan. Berdasarkan usia pekerja, trend angka

kecelakaan kerja yang terbanyak terjadi pada karyawan yang berusia ≤ 25

tahun yaitu sebanyak 836 kecelakaan. Berdasarkan lokasi kejadian, trend

angka kecelakaan kerja yang terbanyak terjadi pada karyawan yang

bekerja di dalam area kerja yaitu sebanyak 1324 kecelakaan. Berdasarkan

waktu kejadian, trend angka kecelakaan kerja yang terbanyak terjadi pada

karyawan yang bekerja di jam kerja 06.01-12.00 yaitu sebanyak 879

kecelakaan. Berdasarkan bagian tubuh yang cedera, trend angka

kecelakaan kerja yang terbanyak terjadi pada bagian tubuh jari tangan

karyawan yaitu sebanyak 529 kecelakaan. Berdasarkan sumber cedera,

trend angka kecelakaan kerja yang terbanyak terjadi bersumber dari faktor

lingkungan yaitu sebanyak 586 kecelakaan. Berdasarkan tindakan

berbahaya, trend angka kecelakaan kerja yang terbanyak yang terjadi pada

karyawan disebabkan oleh memakai peralatan yaitu sebanyak 1226

kecelakaan. Berdasarkan resiko jenis pekerjaan, trend angka kecelakaan

kerja yang terbanyak terjadi pada karyawan dengan resiko jenis pekerjaan

sedang yaitu sebanyak 1018 kecelakaan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


150

5. Tahun 2021 : Berdasarkan jenis kelamin, trend angka kecelakaan kerja

yang terbanyak terjadi pada karyawan yang berjenis kelamin laki-laki

yaitu sebanyak 1489 kecelakaan. Berdasarkan usia pekerja, trend angka

kecelakaan kerja yang terbanyak terjadi pada karyawan yang berusia ≤ 25

tahun yaitu sebanyak 918 kecelakaan. Berdasarkan lokasi kejadian, trend

angka kecelakaan kerja yang terbanyak terjadi pada karyawan yang

bekerja di dalam area kerja yaitu sebanyak 1242 kecelakaan. Berdasarkan

waktu kejadian, trend angka kecelakaan kerja yang terbanyak terjadi pada

karyawan yang bekerja di jam kerja 06.01-12.00 yaitu sebanyak 841

kecelakaan. Berdasarkan bagian tubuh yang cedera, trend angka

kecelakaan kerja yang terbanyak terjadi pada bagian tubuh jari tangan

karyawan yaitu sebanyak 541 kecelakaan. Berdasarkan sumber cedera,

trend angka kecelakaan kerja yang terbanyak terjadi bersumber dari faktor

lingkungan yaitu sebanyak 663 kecelakaan. Berdasarkan tindakan

berbahaya, trend angka kecelakaan kerja yang terbanyak yang terjadi pada

karyawan disebabkan oleh memakai peralatan yaitu sebanyak 1629

kecelakaan. Berdasarkan resiko jenis pekerjaan, trend angka kecelakaan

kerja yang terbanyak terjadi pada karyawan dengan resiko jenis pekerjaan

sedang yaitu sebanyak 882 kecelakaan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


151

Prediksi trend kecelakaan kerja dari tahun 2017-2021 berdasarkan hasil

tertinggi dari semua predikai. Analisa penyebabnya dapat dilihat sebagai berikut :

Manusia Manajemen Peralatan Lingkungan Kerja

Stress kerja, kurang Tidak ada penyediaan Mesin Housekeeping yang tidak
istirahat, lalai, tidak APD, tidak baik, lingkungan kerja
sarapan sebelum menerapkan K3 secara fisik, kimia, biologi,
bekerja, tidak komprehensif, tidak ergonomicdan psiko sosial
mematuhi ada pemeriksaan
peraturan, bekerja kesehatan prakerja dan
tidak sesuai SOP, berkala, tidak ada
kurang skill, pemantauan mesin dan
bekerja tergesa- alat kerja secara
gesa, kurang hati- berkala, housekeeping
hati, semberono jelek, kurangnya
pemantauan kerja

Kebijakan

Sanksi dan pelatihan bagi


pekerja, penerapan k3 secara
komprehensif, gizi kerja,
asuransi kesehatan bagi pekerja,
APD standarpemantauan mesin
dan alat kerja secara berkala,
pemantauan dan inspeksi
lingkungan kerja berkala

Gambar 4.17. Rangkuman Analisa Penyebab Prediksi Trend

4.3.10. Analisa Pohon Keputusan berdasarkan Trend Kecelakaan Kerja dari

Tahun 2012-2016

Analisa pohon keputusan digunakan untuk menentukan cara dan

pengambilan kebijakan dalam rangka menurunkan angka kejadian kecelakaan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


152

kerja. Maka dengan melihat dari kondisi tersebut di atas, perusahaan membuat 8

solusi kebijakan yaitu :

1. Membuat pengadaan APD

2. Membuat pelatihan

3. Kebijakan pemberian sanksi jika pekerja melakukan kesalahan dalam

bekerja

4. Melakukan pemantauan dan perawatan secara berkala pada mesin-mesin

dan alat-alat kerja

5. Membuat komunikasi bahaya dan rambu-rambu keselamatan di tempat

kerja

6. Membuat safety talk secara berkala disetiap apel pagi perusahaan

7. Pemberian reward kepada karyawan yang berhasil mencegah tidak

terjadinya kecelakaan kerja dengan melaporkan sejumlah tindakan yang

tidak aman dan kondisi yang tidak aman

8. Pengawasan secara berkala dari perusahaan terhadap cara-cara kerja yang

dilakukan karyawan

Hasil kajian dari 8 alternatif kebijakan di atas adalah sebagai berikut :

a. Jika perusahaan membuat pengadaan APD maka perusahaan akan

dihadapkan dengan 2 kemungkinan yaitu karyawan menggunakan APD

atau tidak menggunakan APD. Setelah dilakukan pengadaan APD oleh

perusahaan dan digunakan oleh karyawan saat bekerja, maka akan ada 2

kemungkinan yaitu sukses menurunkan angka kecelakaan kerja atau gagal

menurunkan angka kecelakaan kerja.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


153

b. Jika perusahaan membuat pelatihan untuk karyawan maka setelah

pelatihan dilakukan oleh perusahaan, maka akan ada 2 kemungkinan yaitu

dengan dilakukan pelatihan efektif atau kurang efektif maka dapat

memberikan manfaat sukses menurunkan angka kecelakaan kerja atau

gagal menurunkan angka kecelakaan kerja.

c. Jika perusahaan membuat kebijakan pemberian sanksi jika pekerja

melakukan kesalahan dalam bekerja maka perusahaan akan dihadapkan

dengan 2 kemungkinan yaitu dengan adanya sanksi dapat membuat

karyawan bekerja lebih hati-hati atau sebaliknya sehingga timbul 2

kemungkinan berikutnya yaitu sukses menurunkan angka kecelakaan kerja

atau gagal menurunkan angka kecelakaan kerja.

d. Jika perusahaan melakukan pemantauan dan perawatan secara berkala

pada mesin-mesin dan alat-alat kerja maka perusahaan akan dihadapkan

dengan 2 kemungkinan yaitu dengan adanya pemantauan dan perawatan

secara berkala pada mesin-mesin dan alat-alat kerja dapat sukses

menurunkan angka kecelakaan kerja atau gagal menurunkan angka

kecelakaan kerja.

e. Jika perusahaan membuat komunikasi bahaya dan rambu-rambu

keselamatan di tempat kerja maka perusahaan akan dihadapkan dengan 2

kemungkinan yaitu komunikasi bahaya dan rambu-rambu keselamatan

yang efektif atau kurang efektif sehingga timbul 2 kemungkinan

berikutnya yaitu sukses menurunkan angka kecelakaan kerja atau gagal

menurunkan angka kecelakaan kerja.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


154

f. Jika perusahaan membuat safety talk secara berkala disetiap apel pagi

perusahaan maka perusahaan akan dihadapkan dengan 2 kemungkinan

yaitu safety talk secara berkala yang efektif atau kurang efektif sehingga

timbul 2 kemungkinan berikutnya yaitu sukses menurunkan angka

kecelakaan kerja atau gagal menurunkan angka kecelakaan kerja.

g. Jika perusahaan membuat kebijakan pemberian reward kepada karyawan

yang berhasil mencegah tidak terjadinya kecelakaan kerja dengan

melaporkan sejumlah tindakan yang tidak aman dan kondisi yang tidak

aman maka perusahaan akan dihadapkan dengan 2 kemungkinan yaitu

pemberian reward yang efektif atau kurang efektif sehingga timbul 2

kemungkinan berikutnya yaitu sukses menurunkan angka kecelakaan kerja

atau gagal menurunkan angka kecelakaan kerja.

h. Jika perusahaan membuat kebijakan pengawasan secara berkala dari

perusahaan terhadap cara-cara kerja yang dilakukan karyawan maka

perusahaan akan dihadapkan dengan 2 kemungkinan yaitu pengawasan

yang efektif atau kurang efektif sehingga timbul 2 kemungkinan

berikutnya yaitu sukses menurunkan angka kecelakaan kerja atau gagal

menurunkan angka kecelakaan kerja.

Berdasarkan hasil analisa di atas maka dapat digambarkan pohon

keputusan sebagai berikut :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


155

Stres dan Tidak Bekerja Bekerja kurang Terpapar Higiene Kurang


kelelahan memakai dengan hati-hati dan tidak dengan bahaya lingkungan pengalaman
Kerja APD tergesa- memperhatikan kerja fisik, kerja kerja
gesa, lalai, kimia, biologi,
petunjuk dan tidak
semberono ergonomi dan
sesuai SOP psikososial

Kecelakaan Kerja

Jenis Usia Lokasi Waktu Bagian Sumber Tindakan Resiko jenis


kelamin kejadian kejadian tubuh cedera berbahaya pekerjaan
cedera

Membuat Membuat Kebijakan Membuat Membuat Melakukan Pengawasan Pemberian


pelatihan pengadaan pemberian komunikasi safety pemantauan secara reward
APD sanksi jika bahaya dan talk dan berkala dari kepada
pekerja rambu- perawatan perusahaan karyawan
secara
melakukan rambu secara terhadap dengan
kesalahan keselamatan berkala berkala cara-cara melaporkan
dalam disetiap pada mesin- kerja sejumlah
bekerja apel pagi mesin dan tindakan
perusaha alat-alat dan kondisi
an kerja tidak aman

Gambar 4.18 Summary Pohon Keputusan Trend Kecelakaan Kerja Tahun


2012-2016

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


156

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan melalui serangkaian analisis

dan pembahasan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Trend kecelakaan kerja pada karyawan peserta BPJS Ketenagakerjaan Kantor

Cabang Medan Belawan pada tahun 2012-2016 adalah sebagai berikut :

a. Berdasarkan jenis kelamin, trend angka kecelakaan kerja yang terbanyak

terjadi pada karyawan yang berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak

11043 kecelakaan.

b. Berdasarkan usia pekerja, trend angka kecelakaan kerja yang terbanyak

terjadi pada karyawan yang berusia 26-30 tahun yaitu sebanyak 2581

kecelakaan.

c. Berdasarkan lokasi kejadian, trend angka kecelakaan kerja yang terbanyak

terjadi pada karyawan yang bekerja di dalam area kerja yaitu sebanyak

9080 kecelakaan.

d. Berdasarkan waktu kejadian, trend angka kecelakaan kerja yang terbanyak

terjadi pada karyawan yang bekerja di jam kerja 06.01-12.00 yaitu

sebanyak 5539 kecelakaan.

e. Berdasarkan bagian tubuh yang cedera, trend angka kecelakaan kerja yang

terbanyak terjadi pada bagian tubuh kaki karyawan yaitu sebanyak 2568

kecelakaan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


f. Berdasarkan sumber cedera, trend angka kecelakaan kerja yang terbanyak

terjadi bersumber dari mesin (press, bor, gergaji dan lain-lain) yaitu

sebanyak 5510 kecelakaan.

g. Berdasarkan tindakan berbahaya, trend angka kecelakaan kerja yang

terbanyak yang terjadi pada karyawan disebabkan oleh memakai peralatan

yaitu sebanyak 6001 kecelakaan.

h. Berdasarkan resiko jenis pekerjaan, trend angka kecelakaan kerja yang

terbanyak terjadi pada karyawan dengan resiko jenis pekerjaan sedang

yaitu sebanyak 9126 kecelakaan.

2. Prediksi trend kecelakaan kerja pada karyawan peserta BPJS Ketenagakerjaan

Kantor Cabang Medan Belawan pada tahun 2017-2021 adalah sebagai berikut:

a. Berdasarkan jenis kelamin, trend angka kecelakaan kerja yang terbanyak

terjadi pada karyawan yang berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 8475

kecelakaan.

b. Berdasarkan usia pekerja, trend angka kecelakaan kerja yang terbanyak

terjadi pada karyawan yang berusia ≤ 25 tahun yaitu sebanyak 3770

kecelakaan.

c. Berdasarkan lokasi kejadian, trend angka kecelakaan kerja yang terbanyak

terjadi pada karyawan yang bekerja di dalam area kerja yaitu sebanyak

7030 kecelakaan.

d. Berdasarkan waktu kejadian, trend angka kecelakaan kerja yang terbanyak

terjadi pada karyawan yang bekerja di jam kerja 06.01-12.00 yaitu

sebanyak 4585 kecelakaan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


e. Berdasarkan bagian tubuh yang cedera, trend angka kecelakaan kerja yang

terbanyak terjadi pada bagian tubuh jari tangan karyawan yaitu sebanyak

2585 kecelakaan.

f. Berdasarkan sumber cedera, trend angka kecelakaan kerja yang terbanyak

terjadi bersumber dari factor lingkungan yaitu sebanyak 2545 kecelakaan.

g. Berdasarkan tindakan berbahaya, trend angka kecelakaan kerja yang

terbanyak yang terjadi pada karyawan disebabkan oleh memakai peralatan

yaitu sebanyak 4115 kecelakaan.

h. Berdasarkan resiko jenis pekerjaan, trend angka kecelakaan kerja yang

terbanyak terjadi pada karyawan dengan resiko jenis pekerjaan sedang

yaitu sebanyak 5770 kecelakaan.

5.2. Saran

1. Perusahaan, BPJS Ketenagakerjaan dan Kementrian Ketenagekerjaan dapat

bersinergi untuk mengoptimalkan kegiatan promotif dan preventif untuk

meminimalkan kasus kecelakaan kerja.

2. Pegawai pengawas ketenagakerjaan sebaiknya tetap memantau kasus

kecelakaan kerja setiap tahunnya berdasarkan laporan dari perusahaan atau

tenaga kerja.

3. Pemerintah melalui kementrian ketenagakerjaan sebaiknya meningkatkan

pengawasan kepada perusahaan terhadap penerapan manajemen keselamatan

kerja yang telah ada di perusahaan apakah sudah berjalan dengan baik.

4. Pemerintah melalui BPJS Ketenagakerjaan dapat meningkatkan persentase

perhitungan cacat kepada tenaga kerja yang mengalami cacat anatomi dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


cacat fungsi terkhusus pada anggota tubuh yang beresiko paling tinggi

mengalami kecelakaan kerja seperti kaki, jari tangan, tangan, badan dan mata.

5. BPJS Ketenagakerjaan dapat terus meningkatkan kualitas pelayanan kepada

karyawan yang mengalami kecelakaan kerja dan memperluas kerja sama

dengan klinik dan rumah sakit Trauma Center di berbagai daerah khususnya

daerah kawasan industri.

6. Perusahaan diharapkan lebih memperhatikan keadaan dan kondisi pekerjanya

dalam mengerjakan pekerjaan sehari-hari, menerapkan sistem manajemen

keselamatan kerja secara aktif, mengadakan pelatihan secara berkala kepada

pekerja terutama pelatihan yang berkaitan dengan penggunaan peralatan kerja

dan potensi bahaya yang ada di tempat kerja.

7. Perusahaan juga diharapkan tetap melakukan pengawasan untuk

meminimalisir adanya unsafe action dari pekerja, membuat komunikasi

bahaya dan promosi keselamatan kerja dengan membuat poster dan tanda-

tanda bahaya di tempat kerja, menyediakan APD yang standard di tempat

kerja dan melakukan pemantauan terhadap pemakaian APD kepada pekerja

serta sanksi tegas bagi pekerja yang tidak memakai APD saat bekerja.

8. Untuk pekerja usia muda sebaiknya dilakukan pemantauan dan pengawasan

oleh atasannya langsung sehingga kecelakaan kerja dapat diminimalkan.

9. Memberikan reward kepada pekerja yang telah melaporkan tindakan dan

kondisi yang tidak aman di tempat kerja.

10. Mahasiswa yang akan meneliti dikemudian hari, diharapkan dapat

meningkatkan jumlah responden yang akan diwawancara dan yang akan

diobservasi untuk analisa yang lebih mendalam.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR PUSTAKA

Angkat, Sahrial. (2008). Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja


pada Pekerja Bangunan Perusahaan X. Tesis. Medan: Sumatera
Utara.

Baba, (2012). Conformity to occupational safety and health regulations


in small and medium enterprises. Universiti Kebangsaan
Malaysia. Malaysia

Benny L. Priatna dan Umar Fahmi Achmadi. (1991). Pencegahan


Kecelakaan Kerja pada Sektor Informal. Upaya Kesehatan
Kerja Sektor Informal di Indonesia. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI.

Dalimunthe, M Erpandi, (2012). Analisis trend Kecelakaan Kerja Dari


Tahun 2007 Sampai Dengan Tahun 2011 Berdasarkan Data PT.
Jamsostek (Persero) Kantor Cabang Gatot Subroto I. Depok :
Jakarta

Depnaker RI. 2000. Tata Cara Pengajuan, Penilaian dan Pemberian


Penghargaan Kecelakaan Nihil (Zero Accident Award). Jakarta:
Penerbit Depnaker

Direktorat Pengawasan Keselamatan Kerja. 2004. Himpunan Peraturan


Perundang- undangan Keselamatan Kerja. Jakarta:
Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia.

Fatih, (2016). Underlying Factors of Occupational Accidents:


The Case of Turkey Yildiz Technical University Istanbul. Turkey

Heinrich, H. W., Petersen, D., & Roos, N. (1980). Industrial accident


prevention - A Safety Management Approach. New York:
McGraw-Hill

Notoatmodjo. (2003). Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Penerbit PT.


Rineka Cipta

Paivi, (2009). Global trend according to estimated number of occupational


accidents and fatal work-related diseases at region and country
level. Tampere University of Technology Finland
Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2015
tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Kecelakaan Kerja dan
Jaminan Kematian Bagi Pekerja Harian Lepas, Borongan, dan
Perjanjian Kerja Waktu Tertentu Pada Sektor Usaha jasa
Konstruksi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


165

Permenaker No. 05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan


dan Kesehatan Kerja

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 50 Tahun 2012 tentang


Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Santoso, Gempur, Dr., M.Kes. (2004). Manajemen Keselamatan dan


Kesehatan Kerja. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.

Silalahi, Bennet NB. (1995). Manajemen Keselamatan dan Kesehatan


Kerja. Jakarta: Pustaka Binaman Pressindo.

Sinulingga, Sukarya. (2011). Metodologi Penelitian. Medan: Universitas


Sumatera Utara Press.

Siswanto, Sastrohardiwiryo. (2003). Manajemen Tenaga Kerja Industri.


Jakarta : Bumi Aksara.

Somad, Ismet, Ir., MSc.Eng. (2013). Teknik Efektif dalam Membudayakan


Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Cetakan Pertama. Jakarta: PT.
Dian Rakyat.

Suma’mur, PK. (2009). Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja.


Jakarta: CV. Haji Masagung.

Tarigan,Zamaan. (2008). Analisis Sistem Manajemen Keselamatan dan


Kesehatan Kerja di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Tanjung
Medan PTPN V Provinsi Riau. Tesis. Universitas Sumatera
Utara. Medan: Tidak diterbitkan

Tunggal, S.W. (1996). Peraturan Perundang-undangan


Ketenagakerjaan Baru di Indonesia. Jakarta: Penerbit
Harvarindo. Jakarta.

Website :

http://www.bpjsketenagakerjaan.go.id/page/program/Program-Jaminan-
Kecelakaan-Kerja-(JKK).html

http://www.suarapembaruan.com/ekonomidanbisnis/ancaman-
kecelakaan-kerja-di-indonesia-masih-tinggi/43132

https://creationsvi.files.wordpress.com

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Form Wawancara Para Responden
Dalam Pengamatan Trend Kecelakaan Kerja
Pada BPJS Ketenagakerjaan Cabang Medan belawan

Nama Responden :
Jenis Kelamin :
Usia :
Jabatan :
Tanggal :
Tempat :
Subjek : Informasi trend kecelakaan kerja

Sasaran pertanyaan pewawancara Respon terhadap nama responden


yang diwawancara.

Sasaran
Membuka wawancara
 Memperkenalkan diri
sendiri
 Berterima kasih kepada
orang yang diwawancarai
 Menyatakan tujuan dari
wawancara

Pertanyaan 1
Bagaimana kronologis kecelakaan
kerja yang anda / rekan anda
alami?

Pertanyaan 2
Dimanakah lokasi kejadian
kecelakaan kerja?

Pertanyaan 3
Pada jam berapakah anda / rekan
anda mengalami kecelakaan kerja?

Pertanyaan 4
Anggota tubuh manakah yang
mengalami cedera atau luka?

Pertanyaan 5
Apakah yang menjadi sumber
penyebab anda / rekan anda
mengalami cedera?

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


165

Pertanyaan 6
Tindakan berbahaya apa yang
menyebabkan anda/ rekan anda
kecelakaan kerja?

Pertanyaan 7
Pada saat mengalami kecelakaan
kerja, apakah anda / rekan anda
menggunakan fasilitas Klinik /
Rumah Sakit Trauma Center yang
kerjasama dengan BPJS
Ketenagakerjaan?

Pertanyaan 8
Bagaimanakah kondisi anda /
rekan anda sekarang? Apakah
masih perawatan atau sembuh atau
mengalami cacat?

Pertanyaan 9
Selama anda / rekan anda tidak
bekerja karena sakit akibat
kecelakaan kerja, apakah gaji
selama tidak masuk bekerja tetap
dibayarkan oleh perusahaan?

Pertanyaan 10
Apakah selama ini perusahaan
tempat anda bekerja sudah
menerapkan K3 dengan benar?

Jika sudah, apakah sudah pernah


mendapatkan penghargaan Zero
Accident?

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


CHECKLIST OBSERVASI

A. Identitas Objek
1. Nama : …………………………………………………..
2. Lokasi : …………………………………………………..
3. Tanggal : …………………………………………………..

B. Aspek Observasi

No. Aspek yang diamati Ya Tidak Keterangan

1. Adanya tindakan
medis akibat
kecelakaan kerja di
Rumah Sakit Trauma
Center yang kerja
sama dengan BPJS
Ketenagakerjaan
Cabang Medan
Belawan dan
sekitarnya.

2. Adanya kontrol ulang /


rawat jalan untuk
melakukan perawatan
lanjutan ke Rumah
Sakit Trauma Center
yang kerja sama
dengan BPJS
Ketenagakerjaan
Cabang Medan
Belawan dan
sekitarnya.

3. Pada saat melakukan


pengobatan, pihak
perusahaan
mendampingi tenag
kerja.

4. Pelayanan dari Rumah


Sakit Trauma Center
yang kerja sama
dengan BPJS

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


165

Ketenagakerjaan
Cabang Medan
Belawan dan
sekitarnya sangat
memuaskan.

6. Pemakaian alat bantu


kesehatan yang
digunakan sudah
sesuai dengan
prosedur dan
bermanfaat.
7. Adanya perbaikan
sistem Keselaman dan
Kesehatan Kerja (K3)
dari perusahaan akibat
kecelakaan kerja.

8. Adanya surat
pernyataan dari
perusahaan telah
mendukung program
Return To Work
(RTW) jika tenaga
kerja mengalami cacat.

9. Adanya peran aktif


dari Pegawai
Pengawas
Ketenagakerjaan dari
Disnaker akibat
kecelakaan kerja

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Anda mungkin juga menyukai