Anda di halaman 1dari 143

1

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA FRAUD


PADA PERUSAHAAN FARMASI DI
SUMATERA UTARA

TESIS

Oleh

AHMAD RISKI ALBAR


167017061

MAGISTER AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2019

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA FRAUD


PADA PERUSAHAAN FARMASI DI
SUMATERA UTARA

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains
dalam Program Studi Ilmu Akuntansi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Sumatera Utara

Oleh :

AHMAD RISKI ALBAR


167017061 / Akuntansi

MAGISTER AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2019

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5

Telah Diuji Pada

Tanggal : 31 Juli 2019

PANITIA PENGUJI TESIS


Ketua : Prof. Erlina, S.E, M.Si, Ph.D, Ak, CA, CMA
Anggota : 1. Dr. Iskandar Muda, S.E, M.Si, Ak, CA
2. Dr. Rina Br Bukit, S.E, M.Si, Ak, CA
3. Keulana Erwin, S.E, M.Si, Ph.D, Ak, CA
4. Prof. Dr. Badaruddin, M.Si

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


6

ABSTRAK

Tujuan dari Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh
Pressure (Tekanan), Opportunity(Kesempatan),Rationalization (Rasionalisasi),
Capability(Kemampuan),Greed (Keserakahan) dan Exposure(Pengungkapan) baik secara
simultan dan parsial terhadap Fraud (Kecurangan) pada perusahaan farmasi di Sumatera
Utara.Populasi penelitian yaitu Karyawan perusahaan farmasi sebanyak154karyawan. Sampel
dipilih menggunakan metode purposive sampling yang menghasilkan 61karyawan sebagai
responden sampel. Metode analisis data dalam penelitian ini adalah statistik deskriptif, analisis
regresi berganda (Multiple Regression Analysis), serta untuk mengetahui koefisien regresi
menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS), uji asumsi klasik, uji hipotesis. Data
penelitian ini diolah dengan menggunakan program Statistical Package for Social Science
(SPSS) 21. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Pressure (Tekanan) berpengaruh positif
dan signifikan terhadap Fraud (kecurangan), Opportunity (Kesempatan) berpengaruh positif
dan signifikan terhadap Fraud (kecurangan), Rationalization (Rasionalisasi) berpengaruh
positif dan signifikan terhadap Fraud (kecurangan), Capability (Kemampuan) berpengaruh
positif dan signifikanterhadap Fraud (kecurangan), Greed (Keserakahan) berpengaruh negatif
dan tidaksignifikan terhadap Fraud (kecurangan), dan Exposure (Pengungkapan)berpengaruh
positif dan tidak signifikan terhadap Fraud (kecurangan)pada perusahaan farmasi di Sumatera
Utara.

Kata Kunci : Pressure, Opportunity, Rationalization, Capability, Greed, Exposure,Fraud,


Perusahaan Farmasi, Sumatera Utara.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


7

ABSTRACT

The objective of the research was to discover and analyze either simultaneous and
partial influence of Pressure, Oppoortunity, Rationalization, Capability, Greed, and Exposure
on Fraud in pharmacy companies in North Sumatera Province. The population was all
employees in pharmacy companies i.e. 154 people. Purposive sampling technique was
employes to select 61 employees as the samples. The data were analyzed by applying
descriptive analysis and Multiple Regression Analysis; the regression coefficient was
discovered by using Ordinary Least Square, classicla assumption and hypothesis testing.
Software of Statistical Package for Social Science (SPSS) 21 was used to process the data. The
research results demonstrated that Pressure, had positive and significant influence on Fraud,
Opportunity had positive and significant influence on Fraud, Rationalization had positive and
significant influence on Fraud, Capability had positive and significant influence on Fraud,
Greed had negative and insignificant influence on Fraud, and Exposure had positive and
insignificant influence ofn Fraud in the pharmacy companies in North Sumatera Province.

Keywrods: Pressure, Oppoortunity, Rationalization, Capability, Greed, Exposure, Fraud,


Pharmacy Companies, North Sumatera Province

ii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


8

RIWAYAT HIDUP

1. Nama : Ahmad Riski Albar

2. Tempat/Tgl Lahir : Kotacane, 30 Juni 1993

3. Agama : Islam

4. Orang Tua

Ayah : Narwan, SH

Ibu : : Seminar Hati AMd

5. Status : Menikah

6. Nama Istri : Latifah Sopi Permadani SE

7. Alamat : Jl. Tuasan Gg. Mulio No. 46 Kel. Sidorejo Hilir

Kec. Medan Tembung Kota Medan Kode Pos 20222

8. Email : riski.albar30@gmail.com

9. Pendidikan:

a. MIN (Madrasah Ibtidayah Negeri) Medan Tembung 1999 - 2005

b. MTs (Madrasah Tsanawiyah) Negeri 2 Medan 2005 - 2008

c. MAN (Madrasah Aliyah) Negeri 1 Medan 2008 - 2011

d. Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (S-1) 2011 - 2015

e. Universitas Sumatera Utara (S-2) 2017 – 2019

10. Pengalaman Organisasi :

a. OSIS MAN 1 MEDAN 2009 – 2010

b. Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) 2011 - 2016

11. Pengalaman Kerja :

a. Bimbingan Belajar Cendikiawan Accounting 2013 – 2015

b. PT. Kimia Farma Trading & Distribution Cab. Medan 2015 – Sekarang

iii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
9

KATA PENGANTAR

Segala Puji bagi Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan berkah-Nya, sehingga

penulisan tesis yang berjudul “Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya fraud pada

Perusahaan Farmasi di Sumatera Utara” ini dapat diselesaikan.

Penulis menyadari bahwa meskipun penulis telah berupaya untuk dapat menyusun dan

menyajikan dengan sebaik-baiknya, namun dengan segala keterbatasan kemampuan dan

pengetahuan yang penulis miliki, maka tesis ini masih jauh dari yang diharapkan, baik ditinjau

dari aspek gaya bahasa maupun kedalaman materinya. Oleh karena itu sebagai salah satu

upaya untuk lebih menyempurnakan tesis ini, maka penulis sangat mengharapkan kritik dan

saran yang membangun dari semua pihak.

Tesis ini merupakan tugas akhir dan syarat mencapai gelar Kesarjanaan Strata Dua

pada Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara. Dalam

kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang

setinggi-tingginya atas bantuan, dukungan, doa, dan bimbingan yang telah penulis terima

kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Runtung, S.H, M.Hum, selaku rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Ramli, S.E, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Sumatera Utara.

3. Ibu Prof. Erlina, S.E, M.Si, Ph.D, Ak, CA, CMA selaku Ketua Program Studi Magister

Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara sekaligus dosen

pembimbing pertama yang telah memberikan bimbingan, saran, serta masukan kepada

penulis sehingga mampu menghasilkan tesis yang lebih baik.

iv

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


10

4. Bapak Dr. Iskandar Muda, S.E, M.Si, Ak, CA selaku sekretaris Program Studi Magister

Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara sekaligus dosen

pembimbing II yang telah memberikan kritikan, saran dan masukan kepada penulis

sehingga mampu menghasilkan tesis yang lebih baik.

5. Ibu DR. Rina Bukit SE, M.Si, Ak, CA selaku dosen pembanding yang telah banyak

memberikan kritikan, saran dan masukan kepada penulis sehingga mampu menghasilkan

tesis yang lebih baik.

6. Bapak Keulana Erwin , S.E , M.Si, Ak, CA, PhD selaku dosen pembanding yang telah

memberikan kritikan, saran dan masukan kepada penulis sehingga mampu menghasilkan

tesis yang lebih baik.

7. Bapak Keulana Prof. Dr. Badaruddin M.Si selaku dosen pembanding yang telah

memberikan kritikan, saran dan masukan kepada penulis sehingga mampu menghasilkan

tesis yang lebih baik.

8. Seluruh dosen dan staf administrasi Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Sumatera Utara, karena atas dedikasi dan kerja kerasnya telah banyak

membantu penulis selama masa perkuliahan.

9. Teristimewa untuk Orangtuaku Tercinta, Bapak Narwan dan Ibu Seminar Hati, serta untuk

Abang dan Kakak , yang selalu memberikan motivasi, semangat, serta doa, sehingga

penulis dapat menyelesaikan perkuliahan ini.

10. Secara khusus penulis ucapkan terimakasih kepada Istriku tercinta dan tersayang Latifah

Sopi Permadani S.E, untuk segala kasih sayang, cinta, doa, kesabaran, dukungan, dan

pengertiannya selama perkuliahan hingga akhir selalu jadi motivator dan penyemangat

utama untuk penulis.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


11

11. Pimpinan Perusahaan farmasi tempat saya melakukan riset penelitian yang telah

membantu dalam memperoleh data penelitian sehingga penelitian ini dapat diselesaikan.

12. Pimpinan perusahaan ditempat saya bekerja terkhusus untuk Branch Manager dan

Supervisor penjualan saya yang telah banyak memberikan bantuan dan izin menjalankan

studi pascasarjana ini.

13. Teman-teman kuliah Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Sumatera Utara Kelas Paralel 16, serta teruntuk semua pihak yang telah membantu yang

tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat-Nya kepada seluruh pihak yang

telah memberikan banyak bantuan dan motivasi kepada penulis selama perkuliahan maupun

dalam penyusunan tesis ini. Penulis menyadari bahwa keterbatasan penulis membuat penelitian

ini menjadi kurang sempurna, karena itu masih diperlukan saran maupun masukan dari

pembaca. Semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu dan bermanfaat

bagi penelitian berikutnya.

Medan, 31 Juli 2019

(Ahmad Riski Albar)

vi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


12

DAFTAR ISI

ABSTRAK…………………………………………………………………………………… i
ABSTRACT………………………………………………………………………………… ii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP…………………………………………………………….. iii
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………… iv
DAFTAR ISI ............................................................................................ …………………. vii
DAFTAR TABEL.................................................................................... ………………... viii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................... …………………. ix
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... …………………. x

BAB I PENDAHULUAN ................................................................... …………………. 1


1.1 Latar Belakang.................................................................... …………………. 1
1.2. Rumusan Masalah.............................................................. …………………. 7
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................ ………............... 8
1.4 Manfaat Penelitian…………………………………………………………… 9
1.5 Original Penelitian…………………………………………………………… 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................... ………………… 13


2.1 Landasan Teori .................................................................. ………………… 13
2.1.1 Teori Perilaku Rencanaan (Theory of Planned
Behavior) ............................................................... ………………… 13
2.1.2. Fraud / Kecurangan ............................................... ………………… 15
2.1.2.1 Pengertian Fraud .................................................. ………………... 15
2.1.2.2 Klasifikasi Fraud / Kecurangan .......................... ………………… 17
2.1.2.3 Indikator Fraud (Kecurangan) ............................ ………………… 19
2.1.2.4 Fraud Triangle Theory ........................................ ………………… 25
2.1.2.5 Fraud Diamond ................................................... ………………… 26
2.1.2.6 GONE Theory ...................................................... ………………… 29
2.2 Review Penelitian Terdahulu............................................. ………………… 30

BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS ......................... ………………… 32

vii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


13

3.1 Kerangka Konsep .............................................................. ………………… 32


3.2 Hubungan Antar Variabel .................................................. ………………… 33
3.2.1 Pengaruh Pressure (Tekanan) terhadap Fraud
(Kecurangan) ......................................................... ………………… 33
3.2.2 Pengaruh Opportunity (kesempatan) terhadap
Fraud (Kecurangan) .............................................. ………………… 34
3.2.3 Pengaruh Rationalization (Rasionalisasi) terhadap
Fraud (Kecurangan) ............................................... ………………… 35
3.2.4 Pengaruh Capability (Kemampuan) Terhadap
Fraud (Kecurangan) .............................................. ………………… 36
3.2.5 Pengaruh Greed (Keserakahan) Terhadap
Fraud (Kecurangan) .............................................. ………………… 36
3.2.6 Pengaruh Exposure (Pengungkapan) Terhadap
Fraud (Kecurangan) .............................................. …………………. 37
3.3 Hipotesis Penelitian ........................................................... …………………. 38

BAB IV METODE PENELITIAN ...................................................... …………………. 39


4.1. Jenis Penelitian .................................................................. ………………… 39
4.2. Lokasi Penelitian ............................................................... …………………. 39
4.3. Populasi dan Sampel.......................................................... ………………… 40
4.4. Teknik Pengumpulan Data ................................................ …………………. 41
4.5. Definisi Operasional Variabel ........................................... …………………. 42
4.5.1. Variabel Dependen ................................................ …………………. 42
4.5.2. Variabel Independen .............................................. ………………… 43
4.6. Teknik Analisis Data ......................................................... ………………… 48
4.6.1 Analisis Statistik Deskriptif ..................................... ………………… 48
4.7 Uji Kualitas Data................................................................ ………………… 49
4.7.1 Uji Validitas.............................................................. ………………... 49
4.7.2 Uji Reliabilitas ………………………………………………………. 49
4.8 Uji Asumsi Klasik…………………………………………………………… 50
4.8.1 Uji Normalitas ....................................................... ………………… 50
4.7.3 Uji Multikolinearitas.............................................. …………………. 51
4.7.4 Uji Heteroskedastisitas .......................................... …………………. 51
viii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


14

4.8 Uji Hipotesis Penelitian ..................................................... …………………. 51


4.8.2 Uji Koefisien Determinasi (R2) ............................. …………………. 52
4.8.3 Uji Simultan (F) ..................................................... ………………… 52
4.8.4 Uji Parsial (t) ........................................................ ………………… 53
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................... ……………….. 55
5.1. Gambaran Umum Perusahaan Farmasi ............................. ………………. 55
5.2. Deskripsi Responden ......................................................... ………………. 57
5.2.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis
Kelamin ................................................................. ……………….. 57
5.2.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia .......... ……………….. 58
5.2.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat
Pendidikan ............................................................. ………………. 59
5.2.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Masa
Kerja ...................................................................... ……………….. 60
5.3. Hasil Penelitian .................................................................. ………………. 61
5.3.1. Analisis Statistik Deskriptif ................................... ………………. 61
5.3.2. Deskripsi Jawaban Responden atas Variabel
Pressure ................................................................. ……………… 62
5.3.3. Deskripsi Jawaban Responden atas Variabel
Opportunity............................................................ ……………… 63
5.3.4. Deskripsi Jawaban Responden atas Variabel
Rationalization ...................................................... ……………….. 64
5.3.5. Deskripsi Jawaban Responden atas Variabel
Capability .............................................................. ……………….. 64
5.3.6. Deskripsi Jawaban Responden atas Variabel
Greed ..................................................................... ………………. 65
5.3.7. Deskripsi Jawaban Responden atas Variabel
Exposure ................................................................ ………………… 66
5.3.8. Deskripsi Jawaban Responden atas Variabel
Fraud ..................................................................... ………………… 67
5.4. Uji Kualitas Data ............................................................... ………………… 68
5.4.1. Uji Validitas ........................................................... ……………….. 68

ix

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


15

5.4.2. Uji Reliabilitas ....................................................... ……………….. 71


5.5. Uji Asumsi Klasik ............................................................. ……………….. 72
5.5.1. Uji Normalitas ....................................................... ……………… 73
5.5.2. Uji Multikolinearitas.............................................. ……………… 75
5.5.3. Uji Heterokedastisitas ............................................ …………….. 76
5.6 Hasil Uji Hipotesis Penelitian ........................................... …………….. 77
5.6.1 Analisis Regresi Linear Berganda ......................... ……………. 78
5.6.2 Uji Parsial (t) ......................................................... ……………. 79
5.6.3 Uji Simultan (F) .................................................... ……………. 81
5.6.4 Uji Koefisien Determinasi (R2) ............................ ……………. 82
5.7 Pembahasan Hasil Penelitian ............................................. ……………. 83
5.7.1 Pengaruh Pressure (Tekanan) Terhadap
Fraud ..................................................................... ……………. 83
5.7.2 Pengaruh Opportunity (Kesempatan) Terhadap
Fraud ..................................................................... …………….. 84
5.7.3 Pengaruh Rationalization (Rasionalisasi)
Terhadap Fraud....................................................... ………………. 84
5.7.4 Pengaruh Capability (Kemampuan) Terhadap
Fraud ..................................................................... ………………. 85
5.7.5 Pengaruh Greed (Keserakahan) Terhadap
Fraud ..................................................................... ……………… 86
5.7.6 Pengaruh Exposure (Pengungkapan) Terhadap
Fraud ..................................................................... ……………… 87

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN..................................................................... 89


6.1. Kesimpulan ........................................................................ …………….. 89
6.2. Saran .................................................................................. ……………. 90

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. …………….. 92

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


16

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Originalitas Penelitian ....................................................... ………………. 11


Tabel 2.1 Klasifikasi Fraud ............................................................... ………………. 18
Tabel 4.1 Skala Likert........................................................................ ………………. 41
Tabel 4.2 Defenisi Operasional Variabel .......................................... ………………. 47
Tabel 5.1 Responden Menurut Jenis Kelamin ................................... ………………. 57
Tabel 5.2 Responden Menurut Usia .................................................. ………………. 58
Tabel 5.3 Proporsi Responden Menurut Tingkat Pendidikan............ ………………. 59
Tabel 5.4 Proporsi Responden Menurut Masa Kerja ........................ ………………. 60
Tabel 5.5 Pengkategorian Nilai Rata-rata Jawaban Responden ........ ………………. 62
Tabel 5.6 Jawaban Responden Variabel Pressure ............................. ………………. 62
Tabel 5.7 Jawaban Responden Variabel Opportunity ....................... ………………. 63
Tabel 5.8 Jawaban Responden Variabel Rationalization .................. ……………….. 64
Tabel 5.9 Jawaban Responden Variabel Capability .......................... ……………….. 65
Tabel 5.10 Jawaban Responden Variabel Greed ................................. ………………… 66
Tabel 5.11 Jawaban Responden Variabel Exposure ............................ ………………… 66
Tabel 5.12 Jawaban Responden Variabel Fraud ................................. ……………….. 67
Tabel 5.13 Uji Validitas Variabel Pressure ......................................... ……………….. 68
Tabel 5.14 Uji Validitas Variabel Opportunity ................................... ………………... 69
Tabel 5.15 Uji Validitas Variabel Rationalization .............................. ………………… 69
Tabel 5.16 Uji Validitas Variabel Capability ...................................... …………………. 70
Tabel 5.17 Uji Validitas Variabel Greed ............................................. ………………… 70
Tabel 5.18 Uji Validitas Variabel Exposure ........................................ ……………….. 70
Tabel 5.19 Uji Validitas Variabel Fraud ............................................. ……………….. 71
Tabel 5.20 Uji Reliabilitas ................................................................... ………………. 72
Tabel 5.21 Uji Normalitas dengan One-Sample
Kolmogorov-Smirnov Test ................................................ ……………….. 73
Tabel 5.22 Hasil Uji Multikolinearitas ................................................ ………………. 76
Tabel 5.23 Hasil Analisis Regresi Linear Beganda ............................. ……………… 78
Tabel 5.24 Hasil Uji Parsial (t) ............................................................ ……………… 80
Tabel 5.25 Uji Simultan (F) ................................................................. ………………. 82
2
Tabel 5.26 Koefisien Determinasi (R ) ............................................... ………………. 82

xi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


17

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Fraud Diamond ................................................................. ………………. 27


Gambar 3.1 Kerangka Konsep .............................................................. ……………… 32
Gambar 5.1 Grafik Histogram ............................................................... ……………… 74
Gambar 5.1 Kurva P-Plot ...................................................................... ……………… 75
Gambar 5.2 Grafik Plot Uji Heterokedastisitas ..................................... ………………. 77

xii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


18

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Penelitian Terdahulu.......................................................... ………………. 93


Lampiran 2 Olah Data SPSS ................................................................. ………………. 94

xiii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

Tindakan kecurangan (fraud) menjadi salah satu permasalahan besar yang terus-

menerus dialami oleh berbagai sektor, baik itu sektor pemerintah ataupun sektor swasta yang

terus akan merusak tatanan kebijakan bahkan kredibilitas dari suatu entitas bisnis. Hamdani

(2015) menyatakan bahwa dalam jangka waktu yang panjang, korupsi yang merupakan bagian

dari fraud itu sendiri dapat mengakibatkan kerusakan moral bagi banyak individu, keluarga,

masyarakat Indonesia maupun dunia, bahkan merendahkan legitimasi dan kredibilitas negara

di mata masyarakat.

Komisi Pemberantasan Korupsi (2017), tingkat kerawanan korupsi bisa dilihat dari

banyaknya kasus korupsi. Dari data kasus tindak pidana korupsi dunia pendidikan 2006-2015,

tak kurang dari 400 kasus dengan kerugian negara mencapai Rp 1,3 triliun. Sedangkan kasus

korupsi di bidang kesehatan pada 2001-2013, terdapat 100-an kasus korupsi yang berdampak

pada kerugian negara mencapai Rp 594 miliar. Indonesian Corruption Watch (ICW) (2017)

menyatakan bahwa sektor pelayanan publik sangat rentan untuk dikorupsi dalam proses

pengadaan barang dan jasa. Sepanjang tahun 2017 terdapat 84 kasus korupsi pada sektor

pelayanan publik dengan total kerugian negara setidak-tidaknya Rp 1.02 triliun dengan modus

yang banyak digunakan adalah penyalahgunaan anggaran, penggelembungan harga (mark up),

dan pungutan liar serta suap dan gratifikasi. Kemudian hasil laporan ICW (2018), ditemukan

bahwa masih banyaknya praktik kecurangan pengadaan barang dan jasa di bidang kesehatan

terutama biaya obat dan alat kesehatan.

Masih banyaknya praktik kecurangan di Indonesia terutama provinsi-provinsi yang

mendapat status “red” oleh KPK, menempatkan Provinsi Sumatera Utara pada urutan pertama

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2

di tahun 2016 dan hanya bergesar keurutan kedua di tahun 2018. Sementara itu, untuk praktik

kecurangan pengadaan barang dan jasa bidang kesehatan di Provinsi Sumatera Utara

mengakibatkan total kerugian negara setidak-tidaknya Rp 122 miliar yang didominasi oleh

Aparatur Sipil Negara (ASN), dengan komposisi 61 orang ASN dan 21 orang pihak swasta

yang bekerja sama dengan abdi Negara (ICW, 2018).

Beberapa kasus kecurangan dalam hal pengadaan dan pendistribusian alat kesehatan di

Sumatera Utara yang melibatkan beberapa penyelenggara negara hingga sektor swasta

diantaranya seperti yang dilansir oleh Okezone.com (2018) terkait keterlibatan Pejabat

Pembuat Komitmen, Ketua Panitia dan Sekretaris panitia pengadaan alat kesehatan (Alkes)

dan pil KB di Rumah Sakit Umum (RSU) Swadana Tarutung Tahun Anggaran 2012. Nilai

dari kerugian Negara diperkirakan lebih dari Rp 1,2 miliar. Merdeka.com (2018) juga

memberitakan kasus korupsi alat kesehatan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)

Panyabungan Mandailing Natal SUMUT APBNP tahun 2012, kerugian Negara mencapai Rp

4,2 miliar. Masih tahun anggaran yang sama, yaitu kasus korupsi alat kesehatan di RSUD

Pirngadi Kota Medan pada Tahun Anggaran 2012, nilai kerugian Rp 1,1 miliar dan Kasus

Pengadaan Alat Kesehatan Rumah Sakit Umum Daerah Djoelham Kota Binjai Tahun Anggara

2012 yang merugikan Negara hingga Rp 3,5 M (Tribun, 2018). Keempat kasus tersebut

terungkap berdasarkan pemeriksaan dari BPKP pada tahun berjalan dan merupakan bentuk

kecurangan dari pihak-pihak melalui sikap kepribadian dan melibatkan entitas sebagai

tersangka kasus Korupsi tersebut tidak lain mereka adalah pihak Swasta rekanan atau Penyedia

dalam pengadaan.

Banyak upaya telah dilakukan untuk menurunkan angka kasus korupsi Pengadaan

Barang dan Jasa. Namun upaya atau metode yang dilakukan dalam pemberantasan korupsi di

Indonesia masih cenderung parsial dan tidak memiliki desain strategis yang jelas sehingga

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3

dalam banyak hal tidak mampu mengurangi secara signifikan tingkat korupsi yang terjadi

dalam penyelenggaraan pemerintahan baik di pusat maupun daerah. Dadang (2017),

pemberantasan korupsi di Indonesia masih lambat karena hanya berfokus di sektor birokrasi

padahal sektor tersebut hanya menyumbang kenaikan nilai rata-rata 1-2 poin saja per tahunnya

dalam Corruption Perception Index yang merupakan suatu indikator pemberantasan korupsi di

dunia.

Keterlibatan sektor swasta yang notabene sebagai sebuah entitas bisnis yang

bersinggungan dengan pemerintahan dalam praktik bisnisnya juga turut andil dalam peran

serta banyak praktik kecurangan (fraud) berupa korupsi pengadaan barang dan jasa terkhusus

bidang kesehatan sebagaimana kebutuhan obat-obatan dan alat kesehatan yang dibutuhkan

oleh pemerintah daerah baik Dinas Kesehatan yang mendistribusikan kepada puskesmas ke

berbagai pelosok kecamatan dan desa maupun Unit Layanan Terpadu seperti Rumah Sakit

Umum Daerah perlu menjadi perhatian khusus.

Salah satu penelitian yang dilakukan Hafiz (2017), mengungkapkan bahwa kasus-kasus

kecurangan yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok tertentu dengan tujuan untuk

memperkaya dirinya sendiri dan kelompok tertentu di provinsi Sumatera Utara didominasi

karena adanya tekanan yang berasal dari diri sendiri, kebutuhan keuangan serta tekanan dari

lingkungan pekerjaan. Selain itu, peluang-peluang yang terbuka atas lemahnya sistem

pengendalian internal perusahaan maupun pemerintah menjadi celah bagi pelaku untuk

melakukan kecurangan. Hasil penelitian tersebut menggambarkan bahwa faktor-faktor

terjadinya korupsi atau kecurangan berasal dari internal yang didukung oleh faktor eksternal

yang saling berkesinambungan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4

Beberapa teori mengungkapkan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya fraud antara

lain adalah, Tekanan/ pressure, merupakan satu dari 3 faktor dalam Teori Triangle Fraud yang

dikemukanan oleh Cressay (1953) yang kemudian digunakan dalam banyak penelitian untuk

mengetahui alasan seseorang melakukan tindakan fraud/kecurangan. Mufakkir & Listiadi

(2016) mengungkapkan bahwa terdapat pengaruh signifikan antara tekanan terhadap perilaku

kecurangan. Kemudian hasil penelitian Purwanto, Mulyadi & Anwar (2017) menunjukkan

bahwa tekanan berpengaruh terhadap fraud dalam pengadaan barang dan jasa pada

pemerintahan kota Bogor. Sejalan dengan itu penelitian manossoh (2016) menunjukkan

terdapat sejumlah faktor penyebab terjadinya fraud berupa tekanan/pressure.

Selanjutnya Peluang/ Opportunity menjadi faktor penyebab terjadinya pelaku

kecurangan melakukan fraud hal ini dibuktikan oleh Hanapi (2017) dalam penelitiannya bahwa

sebagian besar tindakan kecurangan pada pengadaan barang dan jasa dikarenakan Peluang

yang cukup besar pada proses kegiatan pengadaan barang dan jasa. Kemudian Ristianingsih

(2017) menempatkan hal yang sama bahwa peluang atas lemahnya pengendalian internal dan

asimetris informasi menjadi penyebab seseorang melakukan kecurangan.

Selain tekanan dan peluang yang menjadi faktor penyebb terjadinya fraud adalah

Rasionalisasi dari diri pelaku bahwa tindakan yang dilakukan karena suatu kesalahan. Sejalan

dengan hal tersebut albretch et al. (2011) yang mengungkapkan seorang pelaku kecurangan

menganggap tindakan yang dilakukannya adalah bukan suatu kesalahan melainkan entitas

berhutang jasa kepada pelaku fraud. Hal serupa di ungkapkan oleh Widyasari (2016) bahwa

rasionalisasi pelaku fraud dikarenakan pelaku fraud meyakini atau merasa bahwa tindakannya

bukan merupakan suatu kecurangan melaikan suatu hal yang menjadi hak atas kinerjanya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5

Perkembangan teori fraud menghasilkan suatu tambahan faktor pelaku fraud melakukan

kecurangan yaitu Capability / Kemampuan. Yang pertama kali memperkenalkannya adalah

Wolfe & Hermanson (2004) hasil penelitian mereka menunjukkan penipuan tidak akan terjadi

tanpa orang yang tepat dengan kemampuan yang tepat untuk melaksanakan setiap detail

kecurangan tersebut. Walaupun listia ningsih 2017 menyatakan bahwa elemen capability /

kemampuan tidak dapat diteliti secara langsung karena masih harus memerlukan proksi-proksi

tertentu untuk mengukurnya. Sementara Ruankaew (2016) menyebutkan bahwa kemampuan

menjadi hal yang tidak terpisahkan daripada faktor-faktor fraud lainnya untuk menilai resiko

terjadinya fraud.

Teori fraud lainnya menyebutkan bahwa Keserakahan / greed pada individu pelaku fraud

juga memicu tindakan kecurangan. Hal tersebut diungkapkan oleh J.Bologne (1993) yang

memperkenalan keserakahan / greed dari ke-empat faktor penyebab terjadinya fraud dalam

teori GONE. Hasil penelitian Dewi (2017) terkait dana bantuan partai politik menyebutkan

bahwa faktor keserakahan/greed pada masing-masing individu untuk mendapatkan sesuatu

yang diinginkan mampu melakukan apapun walaupun hal tersebut bertentangan. Hal tersebut

diperkuat oleh Hakim (2017) yang mengungkapkan bahwa pelaku kecurangan yang

mengungkapkan bahwa keserakahan menjadi faktor penyebab pelaku melakukan fraud yang di

akui langsung oleh pelaku kecurangan.

Tuanakotta (2010) menyebutkan bahwa exposure / pengungkapan adalah faktor generik

atau umum yang berhubungan dengan organisasi sebagai korban perbuatan kecurangan.

Selanjutnya exposure dipandang sebagai hal yang berkaitan dengan hukuman pada pelaku

korupsi yang rendah, hukuman yang tidak membuat jera pelaku atau orang lain dan efek jera

yang minim. Hukuman yang rendah / exposure dikemukanan oleh dewani & chairi (2015)

sebagai hal yang berkaitan dengan tindakan atau konsekuensi yang dihadapi oleh pelaku

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


6

kecurangan apabila pelaku ditekukan melakukan kecurangan. Hukuman yang rendah belum

menjamin tidak terulangnya kecurangan tersebut baik pelaku yang sama maupun oleh pelaku

yang lain. Sementara itu hasil penelitian isgiyata, indayani dan budioni (2018) menyebutkan

bahwa exposure berpengaruh positif pada perilaku fraud tetapi penelitian yang sama

menyebutkan bahwa faktor exposure akan menurunkan prilaku fraud apabila idealisme yang

dimiliki oleh pimpinan suatu entitas. Selanjutnya penelitian yang dilakukan Anfas, Mahdi, dan

Umasugi (2018) dilingkungan Universitas menyebutkan bahwa variabel exposure /

pengungkapan berpengaruh signifikan terhadap perilaku kecurangan akademik.

Berdasarkan permasalahan yang telah diungkapkan di atas, maka peneliti merasa

tertarik untuk melakukan sebuah penelitian yang dikemas dalam judul “Faktor-faktor yang

mempengaruhi terjadinya Fraud pada Perusahaan Farmasi di Provinsi Sumatera

Utara”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada paparan latar belakang penelitian di atas, maka yang menjadi

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah Tekanan (Pressure) berpengaruh terhadap Fraud / kecurangan yang terjadi

pada perusahaan farmasi di Provinsi Sumatera Utara ?

2. Apakah Kesempatan (Opportunity) berpengaruh terhadap Fraud / kecurangan yang

terjadi pada perusahaan farmasi di Provinsi Sumatera Utara ?

3. Apakah Rasionalisasi (Rationalization) berpengaruh terhadap Fraud / kecurangan

yang terjadi pada perusahaan farmasi di Provinsi Sumatera Utara ?

4. Apakah Kemampuan (Capability) berpengaruh terhadap Fraud / kecurangan yang

terjadi pada perusahaan farmasi di Provinsi Sumatera Utara ?

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


7

5. Apakah Keserakahan (Greed) berpengaruh terhadap Fraud / kecurangan yang

terjadi pada perusahaan farmasi di Provinsi Sumatera Utara ?

6. Apakah Pengungkapan (Exposure) berpengaruh terhadap Fraud / kecurangan yang

terjadi pada perusahaan farmasi di Provinsi Sumatera Utara ?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah segala sesuatu yang hendak dilakukan dan dicapai di dalam

penelitian. Sesuai dengan rumusan masalah, penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut:

1. Menguji dan mengetahui pengaruh tekanan (pressure) terhadap Fraud / kecurangan

yang terjadi pada perusahaan farmasi di Provinsi Sumatera Utara.

2. Menguji dan mengetahui pengaruh kesempatan (opportunity) terhadap Fraud /

kecurangan yang terjadi pada perusahaan farmasi di Provinsi Sumatera Utara.

3. Menguji dan mengetahui pengaruh rasionalisasi (rationalization) terhadap Fraud /

kecurangan yang terjadi pada perusahaan farmasi di Provinsi Sumatera Utara.

4. Menguji dan mengetahui pengaruh kemampuan (capability) terhadap Fraud /

kecurangan yang terjadi pada perusahaan farmasi di Provinsi Sumatera Utara.

5. Menguji dan mengetahui pengaruh keserakahan (greed) terhadap Fraud /

kecurangan yang terjadi pada perusahaan farmasi di Provinsi Sumatera Utara.

6. Menguji dan mengetahui pengaruh pengungkapan (exposure) terhadap Fraud /

kecurangan yang terjadi pada perusahaan farmasi di Provinsi Sumatera Utara.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak,

diantaranya sebagai berikut:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


8

1. Bagi peneliti, penelitian ini bermanfaat untuk meningkatkan keilmuan peneliti

sehingga peneliti menjadi kritis dalam menyikapi tindakan-tindakan kecurangan

pada Perusahaan Farmasi di Provinsi Sumatera Utara.

2. Bagi Ilmu Pengetahuan, kontribusi bahan pustaka, referensi, serta dapat membantu

pembaca, khususnya mahasiswa/i yang mempunyai minat untuk meneliti dengan

judul yang sama dengan penelitian ini dan juga menambah khasanah penelitian bagi

program studi Magister Akuntansi Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara.

3. Bagi Objek Penelitian, penelitian ini memberi manfaat berupa masukan/saran untuk

perbaikan dalam rangka meningkatkan pencapaian target perusahaan dan sebagai

upaya pencegahan terjadinya kecurangan yang berulang.

1.5. Originalitas Penelitian

Penelitian ini dikembangkan dari dua penelitian sebelumnya, yaitu penelitian yang

dilakukan oleh Zulaikha dan Hadiprajitno (2016) yang berjudul “Faktor-faktor yang

mempengaruhi Procurement Fraud: Sebuah Kajian dari perspektif Persepsian Auditor

Eksternal”. Penelitian yang dilakukan Zulaikha dan Hadiprajitno menggunakan menggunakan

metode survei kuesioner yang dijalankan (running) kepada Auditor Badan Pemeriksa

Keuangan (BPK) dan Kantor Perwakilan Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa pressure

(Tekanan Keuangan) tidak berpengaruh signifikan terhadap fraud, opportunity (Peluang)

(Kelemahan Sistem & Kualitas Panitia Pengadaan) berpengaruh signifikan terhadap fraud,

rationalization (Sikap terhadap perilaku fraud, Norma Subjektif Akan tindakan Fraud dan

Kontrol Perilaku yang dipersepsikan) signifikan terhadap Niat Berbuat Fraud (Intention to

engage Fraud) dan perilaku fraud.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


9

Selanjutnya, penelitian yang kedua adalah penelitian yang dilakukan Hafiz (2017) yang

berjudul “Analisis Pemanfaatan Jabatan Perpetrator dalam Melakukan Korupsi di Provinsi

Sumatera Utara (Studi Atas Persepsi Akademisi dan Praktisi di Provinsi Sumatera Utara).

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan pertanyaan yang semi

terstruktur yang dijalankan (running) kepada rektor-rektor yang memenuhi kriteria tertentu

sebagai perwakilan akademisi dan pihak-pihak terkait sebagai perwakilan dari praktisi.

Penelitian ini menggunakan analisis tematik dan menghasilkan kesimpulan bahwa alasan

pelaku tindak kecurangan dalam melakukan kecurangan yang didominasi oleh pressure

(tekanan keuangan dan lingkungan pekerjaan), opportunity (kesempatan yang dimiliki karena

memiliki jabatan dan lemahnya sistem yang ada), dan rationalization (rasionalisasi bahwa

yang dilakukannya bukanlah sebuah kesalahan karena pelaku berpikir bahwa ia telah berjasa

untuk Negara).

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Zulaikha dan Hadiprajitno (2016) dan Hafiz

(2017) adalah:

1. Variabel independen/ endogen dalam penelitian Zulaikha dan Hadiprajitno (2016)

adalah pressure (tekanan), opportunity (peluang) dan rationalization (rasionalisasi),

sedangkan penelitian ini akan menambahkan capability (kapasitas kemampuan),

greed (keserakahan), eksposure (pengungkapan) sebagai variable independen

penelitian.

2. Variabel Dependen/ Eksogen dalam penelitian Zulaikha dan Hadiprajitno (2016)

adalah hanya memproksikan Rationalization ke niat untuk berbuat fraud/ Intention

to engage, dan locus of control sebagai variable intervening. Penelitian ini tidak

menggunakan variabel Intervening.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


10

3. Pendekatan yang digunakan Hafiz (2017) menggunakan pendekatan kualitatif

dengan studi kasus dan mengajukam pertanyaan semi tersturktur secara langsung

kepada informen. Sedangkan penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif

dengan menggunakan kuesioner untuk mendapatkan pendapat maupun jawaban

dari responden.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Zulaikha dan Hadiprajitno (2016) dan Hafiz

(2017) secara singkat dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 1.1 Originalitas Penelitian

Penelitian Terdahulu Penelitian Saat ini


Zulaika & Hafiz (2017) “Faktor-
Hadiprajitno Judul : Analisis faktor yang
(2016) Pemanfaatan mempengaruhi
Judul : Faktor- Jabatan terjadinya Fraud
faktor yang Perpetrator pada Perusahaan
No Keterangan
mempengaruhi dalam Farmasi di Provinsi
procurement fraud : melakukan Sumatera Utara”.
Sebuah kajian dari korupsi di
perspektif Provinsi
persepsian auditor Sumatera Utara
ekternal
1 Variabel Variabel Variabel
Penelitian Independen / - Independen /
Endogen : Endogen :
1. Financial 1. Tekanan
Pressure /
2. System Pressure
Weakness 2. Kesemp
3. Kualitas atan /
Panitia Opportu
Pengadaan nity
4. Sikap 3. Rasiona
Terhadap lisasi /
Perilaku Rational
Fraud ization
5. Norma 4. Kemam
subjektif puan /
akan Capabili
tindakan ty
fraud 5. Keserak
6. Kontrol ahan /

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


11

perilaku Greed
yang 6. Pengun
dipersepsik gkapan /
an Eksposu
re
Variabel
Intervening : Variabel Dependen
1. Niat / Eksogen :
Berbuat 1. Fraud /
Fraud Kecurangan

Variabel Dependen
/ Eksogen :
1. Fraud
(Penyimpan
gan dalam
pengadaan
Barang /
Jasa
Jenis
2 Kuantitatif Kualitatif Kuantitatif
Penelitian
3 Responden Auditor Eksternal / Rektor Perusahaan
/ Informan BPK Universitas se Farmasi di
Sumatera Utara Sumatera Utara.
& Praktis di
Sumatera Utara

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


12

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Landasan Teori

2.1.1 Teori Perilaku Rencanaan (Theory of Planned Behavior)

Ajzen (2005), menyebutkan bahwa Teori Perilaku Rencanaan (Theory of Planned

Behavior) mencakup 3 hal, yaitu keyakinan tentang kemungkinan hasil dan evaluasi dari

keyakinan perilaku tersebut (behavioral beliefs), keyakinan tentang norma yang diharapkan

dan motivasi untuk memenuhi harapan tersebut (normative beliefs), serta keyakinan tentang

adanya faktor yang dapat mendukung atau menghalangi perilaku dan kesadaran akan kekuatan

faktor tersebut (control beliefs).

Ajzen (2005), mengembangkan teori ini dengan menambahkan konstruk yang belum ada

di TRA. Konstruk ini disebut dengan kontrol perilaku persepsian (perceived behavioral

control). Konstruk ini ditambahkan di TPB untuk mengontrol perilaku individu yang dibatasi

oleh kelemahan dan keterbatasan dari kekurangan sumber daya yang digunakan untuk

melakukan perilakunya. TPB dapat mempunyai dua fitur, yaitu:

1. Teori ini mengasumsikan bahwa kontrol perilaku persepsian (perceived behavioral

control) mempunyai implikasi motivasional terhadap minat. Orang-orang yang percaya

bahwa mereka tidak mempunyai sumber daya yang ada atau tidak mempunyai

kesempatan untuk melakukan perilaku tertentu mungkin tidak akan membentuk minat

berperilaku yang kuat untuk melakukannya, walaupun mereka mempunyai sikap yang

positif terhadap perilakunya dan percaya bahwa orang lain akan menyetujui seandainya

mereka melakukan perilaku tersebut. Dengan demikian diharapkan terjadi hubungan

12

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


13

antara kontrol perilaku persepsian (perceived behavioral control) dengan minat yang

tidak dimediasi oleh sikap dan norma subjektif.

2. Kemungkinan hubungan langsung antara kontrol perilaku persepsian (perceived

behavioral control) dengan perilaku. Di banyak contoh, kinerja dari suatu perilaku

tergantung tidak hanya pada motivasi untuk melakukannya tetapi juga kontrol yang

cukup terhadap perilaku yang dilakukan. Dengan demikian. Kontrol perilaku persepsian

(perceived behavioral control) dapat mempengaruhi perilaku secara tidak langsung

melalui minat dan juga dapat memprediksi perilaku secara langsung. Di model hubungan

langsung ini, kontrol perilaku persepsian (perceived behavioral control) behubungan

langsung dengan perilaku (behavior).

Kontrol perilaku yang dirasakan dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu dan perkiraan

seseorang mengenai sulit atau tidaknya untuk melakukan perilaku tertentu (Azwar 2003). TPB

mengganggap bahwa teori sebelumnya mengenai perilaku yang tidak dapat dikendalikan

sebelumnya oleh individu melainkan, juga dipengaruhi oleh faktor mengenai faktor non

motivasional yang dianggap sebagai kesempatan atau sumber daya yang dibutuhkan agar

perilaku dapat dilakukan. Sehingga dalam teorinya, Ajzen (2005), menambahkan satu

dertiminan lagi, yaitu kontrol persepsi perilaku mengenai mudah atau sulitnya perilaku yang

dilakukan. Oleh karena itu menurut TPB, intensi dipengaruhi oleh tiga hal yaitu: sikap, norma

subjektif, kontrol perilaku. TPB tidak secara langsung berhubungan dengan jumlah dari

kontrol yang sebenarnya dimiliki oleh seseorang, tetapi teori ini mempertimbangkan pengaruh-

pengaruh yang mungkin dari kontrol perilaku yang dipersepsikan dalam pencapaian tujuan-

tujuan perilaku.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


14

2.1.2 Fraud / Kecurangan

2.1.2.1 Pengertian Fraud

Fraud didefinisikan oleh Bologne (1993) sebagai “criminal deception intended to

financially benefit the deceiver” yang diinterpretasikan sebagai sebuah kejahatan berupa

penipuan yang bermaksud untuk memberi manfaat keuangan kepada si pelaku. Kriminal

berarti setiap tindakan kesalahan serius yang dilakukan dengan maksud jahat dan dari tindakan

jahat tersebut ia memperoleh manfaat dan merugikan korbannya secara financial.

Menurut Albercht et al., (2011), “Fraud is a generic term, and embraces all the

multivararious means which human ingenuity can devise, which are resorted to by one

individual, to get an advantage over another by false representation. No definite and

invariable rule can be laid down as a general proposition in definiting fraud, as it includes

surprise, trickery, cunning and unfair ways by which another is cheated. The only boundaries

defining it are those which limit human knavery”. Artinya, fraud merupakan hal yang bersifat

umum dan memiliki banyak makna, yang terjadi karena kecerdikan manusia dan ditujukan

untuk satu pihak untuk memperoleh keuntungan lebih dengan penyajian yang salah. Tidak ada

aturan khusus yang dapat dijadikan sebagai dasar dalam mengartikan fraud yang terdiri dari

kejutan, penipuan, kelicikan dan cara yang tidak wajar yang digunakan sebagai cara untuk

menipu orang lain. Satu-satunya cara untuk menjelaskannya adalah bahwa fraud merupakan

hal yang merusak moral manusia.

Selanjutnya, Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) yang merupakan

organisasi anti-fraud di dunia dan sebagai penyedia utama pendidikan dan pelatihan anti-fraud.

ACFE mendefinisikan kecurangan (fraud) sebagai tindakan penipuan atau kekeliruan yang

dibuat oleh seseorang atau badan yang mengetahui bahwa kekeliruan tersebut dapat

mengakibatkan beberapa manfaat yang tidak baik kepada individu atau entitas atau pihak lain.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


15

Sedangkan menurut Purba (2015 : hal 2 ) fraud adalah setiap perbuatan tidak jujur

(penyalahgunaan kedududkan/ jabatan atau penyimpangan) yang bertujuan mengambil uang

(harta/ sumber daya orang lain/ organisasi) melalui akal bulus, tipu muslihat, penipuan,

kelicikan, penghilangan, kecurangan, saran yang salah, penyembunyian atau cara-cara lainnya

yang dilakukan dengan sengaja oleh seseorang, yang mengakibatkan kerugian organisasi atau

orang lain dan/atau menguntungkan pelaku.

Berdasarkan definisi di atas fraud atau kecurangan dapat disimpulkan sebagai tindakan

kejahatan yang dilakukan secara sengaja baik individu atau entitas yang dapat mengakibatkan

kerugian banyak pihak atau masyarakan secara luas karena moral rendah pelaku dengan

berbagai tindakan melawan hukum dengan harapan keuntungan yang dilakukan dari tindakan

fraud tersebut

2.1.2.2 Klasifikasi Fraud (Kecurangan)

Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) menggambarkan occupational fraud

dalam bentuk fraud tree. Pohon ini menggambarkan cabang-cabang dari fraud dalam

hubungan kerja, beserta ranting dan anak rantingnya. Occupational fraud tree ini memiliki tiga

cabang utama, yaitu:

a. Korupsi (Corruption)

Black’s Law Dictionary dalam Wells (2007) mendefenisikan “corrupt” sebagai

spoiled, tainted, depraved, debased, morally degenerate. Skema korupsi (corruption

schemes) dapat dipecah menjadi empat klasifikasi: (1) pertentangan kepentingan

(conflict of interest), (2) suap (bribery), (3) pemberian ilegal (illegal gratuity), dan (4)

pemerasan ekonomi (economic extortion).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


16

b. Penyalahgunaan Aset (Asset Misappropriation)

Penyalahgunaan aset (asset misappropriation) terbagi menjadi dua kategori,

yaitu: (1) penyalahgunaan kas (cash misappropriation) yang dapat dilakukan dalam

bentuk skimming, larceny, atau fraudulent disbursement, dan (2) penyalahgunaan non-

kas (non-cash missapropriation) yang dapat dilakukan dalam bentuk penyalahgunaan

(misuse) atau pencurian (larceny) terhadap persediaan dan aset-aset lainnya.

c. Kecurangan Laporan Keuangan (Fraudulent Financial Statement)

Kecurangan laporan keuangan (fraudulent financial statement) dapat dilakukan

melalui beberapa cara, yaitu dengan (1) mencatat pendapatan pendapatan fiktif (fictitious

revenues), (2) mencatat pendapatan (revenue) dan/atau beban (expenses) dalam periode

yang tidak tepat, (3) menyembunyikan kewajiban dan beban (concealed liabilities and

expenses) yang bertujuan untuk mengecilkan jumlah kewajiban dan beban agar

perusahaan tampak lebih menguntungkan, (4) menghilangkan informasi atau

mencantumkan informasi yang salah secara sengaja dari catatan atas laporan keuangan

(improper disclosure), atau (5) menilai aset dengan tidak tepat (improper asset

valuation).

Statements on Auditing Standards No.99 AU section 316 menyebutkan bahwa

tiga kondisi yang secara umum menyebabkan kecurangan (fraud) terjadi, yaitu: (1)

adanya dorongan atau tekanan (incentive or pressure) yang menjadi motivasi bagi pelaku

kecurangan (fraud) untuk melakukan kecurangan (fraud), (2) adanya peluang atau

kesempatan (opportunity) yang mendukung pelaku untuk melakukan kecurangan

(fraud), dan (3) adanya rasionalisasi (razionalization), yaitu pembenaran terhadap

perilaku untuk berbuat kecurangan oleh pihak-pihak yang melakukan tindakan

kecurangan tersebut.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


17

Menurut Albrecht., et al (2011), fraud diklasifikasikan menjadi lima jenis yaitu

Tabel 2.1 Klasifikasi Fraud

No Jenis Fraud Korban Pelaku Penjelasan


Pencurian yang
dilakukan
Employee
secara langsung
embezzlemen
maupun tidak
1. t atau Pimpinan Karyawan
langsung oleh
occupational
karyawan
fraud
kepada
perusahaan.
Manajemen
Stakeholders puncak
dan memberikan
Management Manajemen
2. pengguna informasi yang
fraud puncak
laporan bias dalam
keuangan laporan
keuangan.
Melakukan
kebohongan
Investment investasi
3. Investors Perseorangan
scams dengan
menanam
modal.
Organisasi Perusahaan
Perusahaan
atau mengeluarkan
yang
Vendor perusahaan tariff yang
4. membeli
fraud yang menjual mahal dalam
barang atau
barang atau hal pengiriman
jasa
jasa barang.
Pelanggan
Organisasi
menipu penjual
atau
agar mereka
Customer Perusahaan
5. Pelanggan mendapatkan
fraud yang menjual
sesuatu yang
barang atau
lebih dari
jasa
seharusnya.

2.1.2.3. Indikator Fraud (Kecurangan)

Di dalam tindakan korupsi terdapat contoh-contoh kecurangan yang berkaitan dengan

konflik kepentingan, yaitu:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


18

a. Bribery atau penyuapan merupakan tindakan pemberian atau penerimaan sesuatu

yang bernilai dengan tujuan untuk mempengaruhi tindakan orang yang menerima.

b. Kickback merupakan salah satu bentuk penyuapan dimana penjual dengan ikhlas

memberikan sebagain hasil penjualanya kembali ke pembeli.

c. Bid rigging adalah skema dimana karyawan membantu sebuah vendor untuk

memenangkan suatu kontrak dengan perusahaan.

d. Illegal gratuities adalah pemberian atau hadiah yang merupakan bentuk

terselubung dari penyuapan.

e. Conflicts of interest atau benturan kepentingan sering kita jumpai dalam berbagai

bentuk, diantaranya bisnis pelat merah atau bisnis pejabat (penguasa) dan keluarga

serta krooni mereka yang menjadi pemasok atau rekanan di lembaga-lembaga

pemerintah dan diduinia bisnis sekalipun. Ciri-ciri atau indikasinya, mereka

menjadi pemasok :

Selama bertahun-tahun. Bukan saja selama pejabat tersebut berkuasa. Melalui kontrak

jangka panjang, bisnis berjalan terus meskipun pejabat tersebut sudah lengser.

a. Nilai kontrak-kontrak itu relative mahal ketimbang kontrak yang dibuat at arms

length. Dalam bahasa sehari-hari praktik ini dikenal sebagai mark up atau

pengelembungan. Istilah mark up sendirisebenernya kurang tepat, karena baik

mark up maupun mark down merupakan bagian dari praktik bisnis yang sehat.

b. Para rekanan ini, meskipun hanya segelintir, menguasai pangsa pembelian yang

relatif sangat besar dilembaga tersebut.

c. Meskipun rekanan ini keluar sebagai pemenang dlaam proses tender yang resmi,

namun kemenangannya dicapai dengan cara-cara tidak wajar.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


19

d. Hubungan antara penjual dan pembeli lebih dari hubungan bisnis. Pejabat atau

penguasa bisa menggunakan sanak saudaranya (nepotisme) sebagai “orang depan”

atau ada persekongkolan (kolusi yang melibatkan penyuapan (bribery)

Memasukkan conflict of interest kedalam undang-undang mempunyai keuntungan

yakni pembuktian tindak pidana korupsi yang mengandung unsur (bestanddeel) conflict of

interest relatif lebih mudah. Kemudahan pembuktian tindak pidana korupsi ini bermanfaat

dalm kasus kasus pengadaan barang dan jasa.

Dalam tindakan asset misappropriation atau pengambilan aset secara illegal terdapat

berbagai 3 bentuk skema modus operandinya seperti yang digambarkan dalam fraud tree.

Skema tersebut adalah :

a. Skimming, yaitu pencurian atau penjarahan uang sebelum uang tersebut secara fisik

masuk ke perusahaan atau dicatat didalam pembukuan.

b. Larceny, yaitu pencurian atau penjarahan uang dimana uang tersebut secara fisik

telah masuk ke perusahaan, hal ini berkaitan erat dengan lemahnya pengendalian

internal suatu perusahaan.

c. Fraudulent disbursement, yaitu pencurian melalui pengeluaran yang tidak sah.

Dan terbagi lagi dalam berbagai bentuk yaitu:

1) Billing scheme, yaitu skema dengan menggunakan proses billing atau

pembebanan tagihan sebagai sarananya. Pelaku mendirikan “perusahaan

bayangan” (shell company) yang seolah-olah sebagai vendor perusahaan.

2) Payroll scheme, yaitu skema permainan melalui pembayaran gaji. Dengan cara

membuat karyawan fiktif (ghost employee) atau dalam pemalsuan jumlah gaji

atau jumlah jam kerja.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


20

3) Expense reimbursement schemes, yaitu skema dengan pembayaran kembali

biaya-biaya. Yaitu dengan cara menyamarkan jenis pengeluaran sehingga

perusahaan mau mengganti biaya tersebut atas pengeluaran yang tidak diganti

dan pengeluaran yang fiktif.

4) Check tampering, yaitu skema permainan melalui pelmasuan cek. Hal yang

dipalsukan bisa tanda tangan yang memiliki otoritas, atau endorsement-nya,

atau nama kepada siapa cek dibayarkan.

5) Register disibursement adalah pengeluaran yang sudah masuk dalam cash

register. Yaitu dengan false refund yaitu, penggelapan dengan seolah-olah ada

pelanggan yang mengembalikan barang dan perusahaan memberikan refund.

Yang kedua adalah false void, hampir sama dengan false refund namun yang

dipalsukan adalah pembatalan penjualan.

6) Pass-through vendors, yaitu skema yang hampir sama dengan shell company,

tetapi dalam skema ini vendor mengirimkan barang yang dipesan, tetapi harga

yang dibayar terlalu tinggi. Pelaku membuat perusahaan semu untuk menipu

karyawan agar membayar sejumlah barang atau jasa yang dipesan dan

kelebihannya diambil untuk pelaku Jenis kecurangan fraudulent Statement

berkenaan dengan penyajian laporan keuangan sangat menjadi perhatian

auditor, masyarakat, atau para LSM, namun tidak menjadi perhatian akuntan

forensik. Fraud dalam menyusun laporan keuangan dapat berupa salah saji

(misstatement baik overstatement ataupun understatement).

Albrecht, et al. (2012:400) mengungkapkan jenis-jenis kecurangan yang berkaitan

dengan penerimaan dan persediaan, sebagai berikut:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


21

a. Related – party transaction, yaitu perjanjian bisnis yang dilakukan oleh kedua belah

pihak yang telah memiliki hubungan sebelumnya, sehingga timbul konflik

kepentingan.

b. Sham sales, yaitu berbagai jenis penjualan palsu.

c. Bill and hold sales, yaitu pemesanan atas barang yang masih disimpan oleh

pemasok, kecurangan ini terjadi karena pembeli belum siap membeli barang

tersebut.

d. Side agreements, adalah syarat dan perjanjian penjualan yang dibuat diluar dari

ketentuan yang biasanya, hal ini menjadi kecurangan, ketika perjanjian tersebut

merusak syarat dan ketentuan atas kontrak yang berjalan sehingga melanggar

kriteria pengakuan pendapatan.

e. Consignment sales, transaksi dimana salah satu perusahaan menahan dan menjual

barang yang dimiliki oleh perusahaan lain.

f. Channel stuffing, suatu praktik dimana pemasok membujuk konsumen untuk

membeli ekstra peersediaan dan tidak melakukan pengungkapan.

g. Lapping or kiting, praktik dimana penerimaan kas disalah-gunakan untuk

menyembunyikan penerimaan fiksi.

h. Redating or refreshing transaction, yaitu tindakan yang berhubungan dengan

mengubah tanggal penjualan.

i. Liberal return policies, yaitu tindakan memperbolehkan customer untuk

mengembalikan dan membatalkan penjualan di masa datang.

j. Partial shipment, adalah kecurangan yang melibatkan pencatatan penuh atas

penjualan ketikan barang yang diterima hanya sebagian.

k. Improper cut off, terjadi ketika suatu transaksi dicatat di periode yang salah.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


22

l. Round – tipping, kecurangan yang melibatkan penjualan aset yang tidak digunakan

dan menjanjikan akan membeli aset yang sama atau sejenis dengan harga yang

sama.

Albrecht (2012:447) juga mengungkapkan cara-cara untuk memanipulasi liabilities,

sebagai berikut:

a. Understating account payable, yang dapat dilakukan dengan kombinasi dari tidak

mencatat pembelian atau mencatat pembelian setelah akhir tahun, melebihkan retur

pembelian atau diskon pembelian, dan membuat liabities seolah-olah telah dibayar

atau dihapus.

b. Understating accrued liabilities, tidak melakukan pencatatan atas accrued liabities

yang seharusnya dilakukan di akhir tahun.

c. Recognizing unearned revenue (liability) as earned revenue, perusahaan yang

menerima pembayaran dimuka akan melakukan pencatatan atas penerimaan dan

mengakui pendapatan daripada mengakui sebagai kewajiban.

d. Underrecording future obligation, tindakan menurunkan pencatatan kewajiban

berupa garansi atau service.

e. Not recording or underrecording various type of debt, dapat berupa tindakan tidak

mencatat atau merendahkan hutang kepada pihak ketiga, melakukan peminjaman

tapi tidak dilakukan pengungkapan, tidak mencatat pinjaman yang terjadi, dan

mengakui bahwa hutang yang ada telah dilupakan dan dihapus oleh kreditor.

2.1.2.4 Fraud Triangle Theory

Teori segitiga kecurangan (fraud triangle theory) merupakan suatu gagasan yang

meneliti tentang penyebab terjadinya kecurangan. Gagasan ini pertama kali diciptakan oleh

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


23

Donald R. Cressey (1953) dan diperkenalkan dalam literatur profesional pada SAS No. 99,

yang dinamakan fraud triangle atau segitiga kecurangan. Fraud triangle menjelaskan tiga

faktor pelaku melakukan kecurangan, diantaranya:

a. Pressure (tekanan), yaitu adanya tekanan kebutuhan untuk melakukan fraud.

Tekanan dapat mencakup hampir semua hal termasuk gaya hidup, tuntutan ekonomi,

dan lain-lain termasuk hal keuangan dan non keuangan serta lingkungan pekerjaan.

Menurut SAS No. 99, terdapat empat jenis kondisi yang umum terjadi pada

pressure yang dapat mengakibatkan kecurangan. Yaitu financial stability, external

pressure, personal financial need, dan financial targets.

b. Opportunity (kesempatan), yaitu situasi yang membuka kesempatan untuk

memungkinkan suatu kecurangan terjadi. Biasanya terjadi karena pengendalian

internal entitas bisnis yang lemah, kurangnya pengawasan dan penyalahgunaan

wewenang. Diantara elemen fraud yang lain, opportunity merupakan elemen yang

paling memungkinkan diminimalisir melalui penerapan proses, prosedur, dan upaya

deteksi dini terhadap fraud.

c. Rationalization (rasionalisasi) yaitu adanya sikap, karakter, atau serangkaian nilai-

nilai etis yang membolehkan pihak-pihak tertentu untuk melakukan tindakan

kecurangan, atau orang orang yang berada dalam lingkungan yang cukup menekan

yang membuat mereka merasionalisasi tindakan fraud. Rasionalisasi atau sikap

(attitude) yang paling banyak digunakan adalah hanya meminjam (borrowing) aset

yang dicuri dan alasan bahwa tindakannya untuk Membahagiakan orang-orang yang

dicintainya (Rini, 2012). Albretch et al. (2011) mengungkapkan rasionalisasi yang

dilakukan oleh pelaku berupa asumsi dari diri pelaku bahwa entitas bisnis berhutang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


24

atas kinerjanya dan tindakan yang dilakukannya semata-mata untuk membahagiakan

orang banyak.

2.1.2.5 Fraud Diamond

Fraud diamond merupakan sebuah pandangan baru tentang fenomena yang

dikembangkan dengan penambahan satu komponen, yaitu capability (kapasitas kemampuan)

dan diperkenalkan oleh Wolfe dan Hermanson (2004). Wolfe dan Hermanson mengatakan

bahwa “many frauds would not have occurred without the right person with the capabilities

the details of fraud”

Opportunity

Pressure Rationalization

Capability

Gambar 2.1 Fraud Diamond


Secara keseluruhan fraud diamond merupakan penyempurnaan dari fraud model yang

dikemukakan Cressey. Adapun elemen-elemen dari fraud diamond theory yaitu :

1. Pressure

2. opportunity,

3. rationalization dan

4. capability.

Ketiga komponen dari fraud diamond telah dijelaskan dalam fraud triangle theory.

Kemudian capability dijelaskan oleh Wolfe dan Hermanson sebagai suatu kemampuan yang

dimiliki oleh seseorang dalam hal ini pelaku untuk memanfaatkan keadaan yang ada karena

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


25

hanya dia yang memiliki kemampuan di bidang tertentu dan hal tersebut yang mendorong

seseorang untuk melakukan fraud.

Menurut Kassem dan Higson (2012) Tiga hal yang dapat diamati dalam

memprediksi penipuan yaitu:

1) Posisi atau fungsi resmi dalam organisasi.

2) Kapasitas untuk memahami dan memanfaatkan sistem akuntansi dan kelemahan

pengendalian internal.

3) Keyakinan bahwa dia tidak akan terdeteksi atau jika tertangkap dia akan keluar

dengan mudah.

Wolfe dan Hermanson (2004) menjelaskan sifat-sifat terkait elemen capability yang

sangat penting dalam pribadi pelaku kecurangan, yaitu:

a. Positioning,

Posisi seseorang atau fungsi dalam organisasi dapat memberikan kemampuan

untuk membuat atau memanfaatkan kesempatan untuk penipuan.Seseorang dalam

posisi otoritas memiliki pengaruh lebih besar atas situasi tertentu atau lingkungan.

b. Intelligence and creativity

Pelaku kecurangan ini memiliki pemahaman yang cukup dan mengeksploitasi

kelemahan pengendalian internal dan untuk menggunakan posisi, fungsi, atau

akses berwenang untuk keuntungan terbesar.

c. Convidence / Ego

Individu harus memiliki ego yang kuat dan keyakinan yang besar dia tidak akan

terdeteksi. Tipe kepribadian umum termasuk seseorang yang didorong untuk

berhasil di semua biaya, egois, percaya diri, dan sering mencintai diri sendiri

(narsisme). Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


26

gangguan kepribadian narsisme meliputi kebutuhan untuk dikagumi dan

kurangnya empati untuk orang lain. Individu dengan gangguan ini percaya bahwa

mereka lebih unggul dan cenderung ingin memperlihatkan prestasi dan

kemampuan mereka.

d. Coercion
Pelaku kecurangan dapat memaksa orang lain untuk melakukan atau

menyembunyikan penipuan. Seorang individu dengan kepribadian yang persuasif

dapat lebih berhasil meyakinkan orang lain untuk pergi bersama dengan penipuan

atau melihat ke arah lain.

e. Deceit
Penipuan yang sukses membutuhkan kebohongan efektif dan konsisten. Untuk

menghindari deteksi, individu harus mampu berbohong meyakinkan, dan harus

melacak cerita secara keseluruhan.

f. Stress
Individu harus mampu mengendalikan stres karena melakukan tindakan

kecurangan dan menjaganya agar tetap tersembunyi sangat bisa menimbulkan

stres.

2.1.3.6 GONE Theory

Teori GONE dikemukakan oleh Jack Bologne atau sering disebut GONE Theory, yang

dijabarkan sebagai berikut:

a. Greeds (keserakahan),

Berkaitan dengan adanya perilaku serakah yang secara potensial ada di dalam

diri setiap orang.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


27

b. Opportunities (kesempatan),

Berkaitan dengan keadaan organisasi atau instansi atau masyarakat yang

sedemikian rupa, sehingga terbuka kesempatan bagi seseorang untuk melakukan

kecurangan.

c. Needs (kebutuhan),

Berkaitan dengan faktor-faktor yamg dibutuhkan oleh individu-individu untuk

menunjang hidupnya yang wajar. Serta diproyeksikan merupakan bagian dari

komponen tekanan yang sudah dijelaskan dalam teori fraud triangle dan diamond.

d. Exposures (pengungkapan),

Berkaitan dengan tindakan atau konsekuensi yang dihadapi oleh pelaku

kecurangan apabila pelaku diketemukan melakukan kecurangan.

Greeds dan Needs berkaitan dengan individu pelaku (perpetrator) korupsi, yaitu

individu atau kelompok baik dalam organisasi maupun di luar organisasi yang melakukan

korupsi yang merugikan pihak korban. Sedangkan faktor-faktor Opportunities dan Exposures

berkaitan dengan korban perbuatan korupsi (victim) yaitu organisasi, instansi, masyarakat

yang kepentingannya dirugikan.

Menurut Dr.Sarlito W. Sarwono, faktor penyebab seseorang melakukan tindakan

korupsi yaitu faktor dorongan dari dalam diri sendiri (keinginan, hasrat, kehendak, dan

sebagainya) dan faktor rangsangan dari luar (misalnya dorongan dari teman-teman,

kesempatan, kurang kontrol dan sebagainya).

2.2 Review Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai faktor-faktor terjadinya fraud banyak sekali telah diteliti terkhusus

untuk fraud pengadaan barang dan jasa, terkait beberapa variabel penelitian yang menjadi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


28

faktor penyebab terjadinya fraud seperti Pressure (Tekanan), Opportunity (Peluang),

Rationalization (Rasionalisasi), Capability (Kemampuan) dan Greeds (Keserakahan), serta

Exposures (Pengungkapan) juga menunjukkan hasil yang berbeda. Diantara penelitian tersebut

adalah hasil penelitian Fatoni (2016) menunjukan bahwa Pressure (Tekanan) dari internal dan

ekternal mengakibatkan prilaku tidak etis dan tindakan penyimpangan yang terjadi di PD BPR

Bank Daerah X dengan melakukan talangan angsuran kepada debitur merupakan tekanan

eksternal. Sedangkan talangan internal seperti lemahnya sistem pengendalian internal yang ada

dan rendahnya moralitas dari masing-masing individu menyebabkan terjadinya fraud. Adapaun

Opportunity (Kesempatan) juga menimbulkan peluang terjadinya Fraud di PD Bank Daerah X

disebabkan hal Lemahnya Sistem penegndalian internal yang dimiliki BPR, Sanksi yang tidak

tetgas bagi para pelaku fraud dan penyalahgunaan wewenang yang dilakukan direktur menjadi

pemicu fraud untuk Opportunity ( Peluang). (Rationalization) Rasionalisasi juga menjadi salah

satu alas an mengapa seorang bankinr dapat berprilaku menyimpang.

Selanjutnya dalam penelitian Wolfe & Hermanson (2004) Capability (Kemampuan)

dalam diri seseorang menjadi elemen yang tidak terpisahkan yang menjadi faktor terjadinya

tindakan fraud. Review jurnal terdahulu dalam penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


29

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

3.1. Kerangka Konsep

Kerangka konsep didasarkan pada latar belakang yang didukung oleh landasan teoritis

dan tinjauan penelitian terdahulu tentang pengaruh variabel Pressure/ Tekanan (X1),

Opportunity/ Kesempatan (X2), Rationalization/ Rasionalisasi (X3), Capability/ Kapasitas

Kemampuan (X4), Greed/ Keserakahan (X5), dan Exposure/ Pengungkapan (X6) sebagai

variable independen terhadap Fraud / Kecurangan (Y) sebagai variable dependennya.

Adapun kerangka penelitian digambarkan sebagai berikut :

Pressure (X1)

Opportunity (X2)

Rationalization (X3)

Fraud (Y)
Capability (X4)

Greed (X5)

Exposure (X6)

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

29

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


30

Pada penelitian ini akan dianalisis hubungan antara variable (X) berupa pressure (X1),

opportunity (X2), rationalization (X3), capability (X4), greed (X5), dan exposure (X6) secara

parsial dan simultan terhadap variable (Y), yaitu Fraud / Kecurangan.

3.2 Hubungan Antar Variabel

Untuk menjawab permasalah penelitian ini, maka sangat perlu untuk menentukan

hipotesis penelitian. Hal ini dilakukan agar tujuan dari dilakukannya penelitian ini dapat

tercapai. Berdasarkan pada kerangka konseptual penelitian ini, yang disusun berdasarkan teori

dan penelitian terdahulu yang ada, maka dapat disusun yang menjadi hipotesis penelitian ini

adalah sebagai berikut:

3.2.1 Pengaruh Pressure (Tekanan) terhadap Fraud(Kecurangan)

Variabel Pressure/ Tekanan digunakan untuk mengukur sejauh mana tekanan baik itu

tekanan Finansial maupun non-finansial seperti persaingan usaha memberikan kontribusi

terhadap faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya fraud atau kecurangan pada kegiatan

pengadaan barang dan jasa terkhususnya pengadaan obat-obatan dan alat kesehatan. Dellaporta

(2012) menjelaskan Pressure / tekanan hadir dari setiap tindakan kecurangan yang dilakukan

oleh pelanggar dalam penelitian yang dilakukan dimana tekanan finansial mempengaruhi

tindakan kecurangan itu dilakukan.

Hal ini didukung oleh beberapa penelitian yaitu Mufakkir & Listiadi (2016) Tekanan

Akademik berpengaruh positif signifikan terhadap kecurangan akademik, penelitian Purwanto,

Mulyadi & Anwar (2017) juga dalam hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pressure

berpengaruh terhadap fraud pengadaan barang dan jasa dan Al Hakim (2017) juga demikian.

H1 : Pressure / tekanan berpengaruh positif terhadap Fraud / kecurangan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


31

3.2.2 Pengaruh Opportunity (kesempatan) terhadap Fraud (Kecurangan)

Variabel Opportunity / Kesempatan digunakan untuk mengukur sejauh mana kesempatan

dapat memicu terjadinya fraud pengadaan barang dan jasa. situasi yang membuka kesempatan

untuk memungkinkan suatu kecurangan terjadi. Biasanya terjadi karena pengendalian internal

perusahaan yang lemah, kurangnya pengawasan dan penyalahgunaan wewenang. Dellaportas

(2012) telah menemukan dalam penelitian yang dilakukannya bahwa opportunity / kesempatan

adalah faktor yang mendominasi mempengaruhi seseorang melakukan tindakan fraud /

kecurangan, dalam penelitiannya menjelaskan bahwa pelaku mengandalkan posisi mereka

sebagai akuntan profesional untuk menipu atau melakukan kecurangan kepada orang lain

ketika mereka dihadapkan dengan keadaan krisis yang mengakibatkan perilaku kriminal.

Hal ini didukung oleh beberapa penelitian Zahara (2017) pada narapidana tipikor yang ada

di Lapas Kelas II A Kota Pekanbaru yaitu kesempatan berpengaruh signifikan positif terhadap

tindakan kecurangan (fraud), setelah itu dalam penelitian Zulaikha & Hadiprajitno (2016)

hasilnya bahwa secara empiris sistem dan prosedur pengadaan yang lemah (peluang / fraud)

berpengaruh positif signifikan terhadap tindakan penyimpangan (fraud) dalam pengadaan

barang/jasa pemerintah, begitu juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Purwanto, Mulyadi

& Anwar (2017).

H2 : Opportunity / Kesempatan berpengaruh positif terhadap Fraud / kecurangan.

3.2.3 Pengaruh Rationalization (Rasionalisasi) terhadap Fraud (Kecurangan)

Variabel Rationalization / Rasionalisasi digunakan untuk melihat sejauh mana

rasionalisasi berperan terhadap tindak kecurangan fraud pengadaan barang dan jasa, karena

alasan dari pada rasionalisasi adalah pembenaran yang dilakukan pelaku fraud tersebut. Sesuai

dengan teori yang dijelaskan oleh Cressey, di mana salah satu faktor pelaku melakukan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


32

kecurangan yaitu dengan mencari-cari pembenaran atas tindakannya. Pelaku kecurangan pada

umumnya menganganggap bahwa tindakan yang ia lakukan merupakan tindakan yang benar

dan memang hak nya, sehingga apa yang ia lakukan bukanlah suatu tindakan kecurangan.

penelitian Ruankaew (2016) menunjukkan Rasionalisasi adalah hal yang tidak terpisahkan

terhadap pemicu terjadinya fraud yang tidak terpisahkan dari pada tekanan dan kesempatan.

Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Dellaportas (2012)

yang menyebutkan bahwa, kejahatan kerah putih adalah kurangnya perasaan atau ketidak

pedulian oleh pelaku yang berasal dari serangkaian alasan atau rasionalisasi untuk

membebaskan diri dari rasa bersalah yang timbul dari perilaku menyimpang sehingga mereka

dapat mudahnya melakukan tindakan fraud / kecurangan. Penelitian

Hal ini didukung oleh penelitian Zahara (2017) diaman variabel Rationalization /

Rasionalisasi berpengaruh signifikan positif terhadap tindakan fraud / kecurangan. Prabowo

(2014) dalam penelitiannya juga menyatakan bahwa Rasionalisasi hadir untuk melakukan

tindakan korupsi dengan sadar atau tidak sadar melakukan tindakannya dengan menilai semua

manfaat biaya yang akan ditanggungnya sebelum melakukan tindakan tersebut.

H3 : Rationalization / Rasionalisasi berpengaruh positif terhadap Fraud / kecurangan.

3.2.4 Pengaruh Capability / Kemampuan terhadap Fraud / Kecurangan

Variabel Capability/ Kemampuan, merupakan salah satu elemen penting penyebab

terjadiny fraud sebagaimana temuan Wolfe dan Hermanson (2004) sebagai pengembangan dari

pada teori Crassey Triangle Fraud sehingga Capability / kemampuan ini juga ditetapkan

sebagai variabel untuk melihat sejauh mana capability berpengaruh terhadap Fraud pengadaan

barang dan jasa. Kemampuan menjadi hal penting yang saling berkaitan dari pada elemen yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


33

ada dalam penyempurnaan prilaku kecurangan yang terjadi. Penelitian Purwanto, Mulyadi &

Anwar (2017) juga menunjukan bahwa capability/ kemampuan berpengaruh terhadap fraud

pengadaan barang dan jasa.

H4 : Capability / Kemampuan berpengaruh positif terhadap Fraud / kecurangan.

3.2.5 Pengaruh Greed / Keserakahan terhadap Fraud / Kecurangan

Variabel Greed/ Keserakahan, pada dasarnya ketika seseorang melakukan korupsi

disebabkan pada dasarnya manusia itu serakah dan tidak pernah merasa puas. Koruptor adalah

orang yang tidak puas pada keadaan dirinya. Selalu merasa tidak puas diri atas apa yang sudah

dimiliki karena melihat orang lain memiliki lebih dari yang dimiliki oleh pelaku. Hasil dari

penelitian Dewi (2017) menyatakan salah satu faktor terjadinya korupasi atas dana bantuan

politik karena adanya keserakahan yang berhubungan dengan uang dan jabatan. Dewani &

Chariri (2015) Faktor keserakahan cenderung membuat seseorang buta akan tindakannya,

menghalalkan segala cara untuk dapat memenuhi hasrat materialnya atau dengan kata lain

dengan cara apapun.

H5 : Greed / Keserakahan berpengaruh positif terhadap Fraud / kecurangan.

3.2.6 Pengaruh Exposure / Pengungkapan terhadap Fraud / Kecurangan

Variabel Exposure/ Pengungkapan, kasus yang sudah terungkap seharusnya tidak

hanya diungkap tetapi didalami lebih luas yaitu dari sisi penegakan hukum/ law enforcement

secara konsisten. Seorang koruptor harus dihukum sesuai kesalahnnya sehingga memberikan

efek jera bagi yang lain. Tidak boleh ada tindakan main-main oleh penegak hukum terutama

Hakim yang memimpin jalannya sidang karena selama ini diketahui ada beberapa oknum

penegak hukum yang masih bisa disuap yang menandakan bahwa proses hukum dapat

dipermainkan sehingga menimbulkan deterrence effect yang minim.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


34

Hasil penelitian Isgiyata, Indayani & Budiyoni (2018) menunjukkan variabel Exposure

/pengungkapan berpengaruh secara positif terhadap perilaku fraud pada pengadaan barang/jasa

pemerintah. Dan hasil penelitian Anfas, Mahdi, dan Umasugi (2018) dilingkungan Universitas

menyebutkan bahwa variabel exposure / pengungkapan berpengaruh signifikan terhadap

perilaku kecurangan akademik.

H6 : Exposure / Pengungkapan berpengaruh positif terhadap Fraud / kecurangan.

3.2. Hipotesis Penelitian

Menurut Sugiyono (2014) hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan

masalah penelitian, dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada

teori. Hipotesis dirumuskan atas dasar kerangka pikir yang merupakan jawaban sementara atas

masalah yang dirumuskan. Berdasarkan rumusan masalah, tinjauan pustaka dan kerangka

konseptual, diajukan hipotesis sebagai berikut :

H1 : Tekanan (Pressure) berpengaruh positif terhadap Fraud / kecurangan yang

terjadi pada perusahaan farmasi di Provinsi Sumatera Utara.

H2 : Kesempatan (Opportunity) berpengaruh positif terhadap Fraud / kecurangan

yang terjadi pada perusahaan farmasi di Provinsi Sumatera Utara.

H3 : Rasionalisasi (Rationalization) berpengaruh positif terhadap Fraud /

kecurangan yang terjadi pada perusahaan farmasi di Provinsi Sumatera

Utara.

H4 : Kemampuan (Capability) berpengaruh positif terhadap Fraud / kecurangan

yang terjadi pada perusahaan farmasi di Provinsi Sumatera Utara.

H5 : Keserakahan (Greed) berpengaruh positif terhadap Fraud / kecurangan yang

terjadi pada perusahaan farmasi di Provinsi Sumatera Utara.

H6 : Pengungkapan (Exposure) berpengaruh positif terhadap Fraud / kecurangan

yang terjadi pada perusahaan farmasi di Provinsi Sumatera Utara.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


35

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian asosiatif. Penelitian asosiatif adalah

penelitian yang dilakukan untuk menggabungkan antara dua variabel dan mengetahui

pengaruh antara variabel satu dengan yang lainnya (Sugiyono, 2008). Penelitian ini

menggunakan desain penelitian \ eksplanatori yang bertujuan untuk menguji suatu teori atau

hipotesis guna memperkuat atau bahkan menolak teori atau hipotesis hasil penelitian yang

sudah ada. Penelitian eksplanatori bersifat mendasar dan bertujuan untuk memperoleh

keterangan, informasi, data mengenai hal-hal yang belum diketahui.

4.2 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan pada tiga perusahaan farmasi di Provinsi Sumatera

Utara, yaitu:

1. PT. Kimia Farma Trading & Distribution Cabang Medan

2. PT. Indofarma Global Medika Cabang Medan

3. Rajawali Nusindo Cabang Medan

Tiga perusahaan di atas adalah perusahaan BUMN atau plat merah yang sudah sering

menjadi pelaksana pengadaan barang dan jasa (pengadaan obat-obatan dan alat kesehatan) di

instansi pemerintah seperti Dinas Kesehatan dan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)

sebagaimana maksud dalam penelitian ini.

35

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


36

4.3 Populasi dan Sampel

Sugiyono (2008) menyatakan bahwa populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri

atas obyek/ subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulanya. Adapun populasi dalam

penelitian ini adalah seluruh steakholder pada perusahan farmasi dan obat-obatan di Sumatera

Utara. Teknik yang digunakan dalam penarikan sampel adalah dengan menggunakan teknik

purposive sampling karena teknik tersebut digunakan untuk menentukan sampel penelitian

dengan beberapa pertimbangan tertentu yang bertujuan agar data yang diperoleh nantinya bisa

lebih representatif (Sugiyono, 2010). Maka dari itu, dalam penelitian ini, peneliti memberikan

beberapa kriteria pada populasi yang ada sehingga didapatkan sampel yang representatif.

Adapun kriteria yang peneliti berikan, yaitu:

1. Divisi yang berkaitan dengan proses penjualan dan pengadaan barang dan jasa;

2. Individu yang memiliki otorisasi atas proses pengadaan barang dan jasa di RSUD dan

Dinas Kesehatan;

3. Individu yang masa kerjanya di atas dua tahun karena dianggap lebih memahami tentang

entitas bisnis.

Sehingga dari hasil pengkategorian tersebut diperoleh sampel berjumlah 61 responden.

4.4 Teknik Pengumpulan Data

Sumber data yang digunakan adalah data primer, yaitu merupakan data yang langsung

diperoleh dari sumbernya. Instrumen pengumpulan data yang penulis gunakan adalah

kuesioner (angket). Kuesioner merupakan tekhnik pengumpulan data yang dilakukan dengan

cara member seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk

dijawabnya. Kuesioner merupakan tekhnik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


37

dengan pasti variable yang akan diukur dan nilai apa yang diharapkan dari responden. Selain

itu, kuesioner juga cocok digunakan bila jumlah responden cukup besar dan tersebar di

wilayah yang luas. Kuesioner dapat berupa pertanyaan/ pernyataan tertutup atau terbuka, dapat

diberikan kepada responden secara langsung atau dikirim melalui pos atau internet (Sugiyono,

2010).

Skala yang digunakan adalah skala Likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur

sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial.

Dengan skala Likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel.

Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item

instrument yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan (Sugiyono, 2008). Tingkat skala

Likert dengan bentuk checklist, dimana setiap setiap pernyataan mempunyai lima (5) opsi

sebagai berikut:

Tabel 4.1 Skala Likert


PERNYATAAN BOBOT
Sangat Setuju ( SS) 5
Setuju ( S ) 4
Kurang Setuju ( KS ) 3
Tidak Setuju ( TS ) 2
Sangat Tidak Setuju ( STS ) 1
4.5 Definisi Operasional Penelitian

Definisi operasional variabel adalah pengertian variabel (yang diungkap dalam definisi

konsep) tersebut, secara operasional, secara praktik, secara nyata dalam lingkup obyek

penelitian/obyek yang diteliti. Definisi variabel menjelaskan pengertian konsep dari masing-

masing variabel dan hubungan antara variabel independen dan dependennya (Safitri, 2016).

Sedangkan dalam penelitian ini, variabel yang digunakan yakni ada enam variabel dependen

dan satu variabel independen.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


38

4.5.1 Variabel Dependen

Variabel dependen adalah variabel yang menjadi perhatian utama dalam sebuah

pengamatan. Variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel independen

(Sugiyono, 2015). Variabel dependen penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Fraud / Kecurangan

Secara harfiah fraud didefinisikan sebagai kecurangan, namun pengertian ini

telah dikembangkan lebih lanjut sehingga mempunyai cakupan yang luas. Black’s

Law Dictionary menguraikan pengertian fraud mencakup segala macam yang dapat

dipikirkan manusia dan yang diupayakan oleh seseorang, untuk mendapatkan

keuntungan dari orang lain dengan cara yang salah atau pemaksaan kebenaran dan

mencakup semua cara yang tidak terduga, penuh siasat, licik, tersembunyi, dan setiap

cara yang tidak jujur yang menyebabkan orang lain tertipu. Sedangkan dalam Arens

(2008:430) kecurangan didefinisikan sebagai Setiap upaya penipuan yang disengaja,

yang dimaksudkan untuk mengambil harta atau hak orang atau pihak lain.

Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) mendefinisikan kecurangan

(fraud) sebagai tindakan penipuan atau kekeliruan yang dibuat oleh seseorang atau

badan yang mengetahui bahwa kekeliruan tersebut dapat mengakibatkan beberapa

manfaat yang tidak baik kepada individu atau pihak lain. ACFE mengklasifikasikan

kecurangan (fraud) dalam beberapa klasifikasi dan dikenal dengan istilah “Fraud

Tree” yaitu sistem klasifikasi mengenai hal-hal yang ditimbulkan oleh kecurangan

yang sama (uniform occuptional fraud classification system) membagi fraud menjadi

3 jenis sebagai berikut :

1) Penyimpangan atas asset (Asset Missappropriation)

2) Pernyataan Palsu (Fraudulent Statement)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


39

3) Korupsi (Corruption)

4.5.2 Variabel Independen

Variabel yang dapat mempengaruhi perubahan dalam variabel dependen dan mempunyai

hubungan yang positif maupun negatif bagi variabel dependen lainnya (Sugiyono, 2015).

Variabel independen penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Tekanan / Pressure

Pressure (tekanan), yaitu adanya tekanan kebutuhan untuk melakukan fraud.

Tekanan dapat mencakup hampir semua hal termasuk gaya hidup, tuntutan ekonomi,

dan lain-lain termasuk hal keuangan dan non keuangan serta lingkungan pekerjaan.

Menurut SAS No. 99, terdapat empat jenis kondisi yang umum terjadi pada pressure

yang dapat mengakibatkan kecurangan. Yaitu financial stability, external pressure,

personal financial need, dan financial targets

2. Kesempatan / Opportunity

Yaitu situasi yang membuka kesempatan untuk memungkinkan suatu

kecurangan terjadi. Biasanya terjadi karena pengendalian internal entitas bisnis yang

lemah, kurangnya pengawasan dan penyalahgunaan wewenang. Diantara elemen fraud

yang lain, opportunity merupakan elemen yang paling memungkinkan diminimalisir

melalui penerapan proses, prosedur, dan upaya deteksi dini terhadap fraud.

3. Rasionalisasi / Raztionalization

Yaitu adanya sikap, karakter, atau serangkaian nilai-nilai etis yang

membolehkan pihak-pihak tertentu untuk melakukan tindakan kecurangan, atau orang

orang yang berada dalam lingkungan yang cukup menekan yang membuat mereka

merasionalisasi tindakan fraud. Rasionalisasi atau sikap (attitude) yang paling banyak

digunakan adalah hanya meminjam (borrowing) aset yang dicuri dan alasan bahwa

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


40

tindakannya untuk Membahagiakan orang-orang yang dicintainya (Rini, 2012).

Albretch et al. (2011) mengungkapkan rasionalisasi yang dilakukan oleh pelaku berupa

asumsi dari diri pelaku bahwa entitas bisnis berhutang atas kinerjanya dan tindakan

yang dilakukannya semata-mata untuk membahagiakan orang banyak.

4. Kemampuan / Capability

Wolfe dan Hermanson (2004) menjelaskan sifat-sifat terkait elemen capability yang

sangat penting dalam pribadi pelaku kecurangan, yaitu:

a. Positioning,

Posisi seseorang atau fungsi dalam organisasi dapat memberikan kemampuan

untuk membuat atau memanfaatkan kesempatan untuk penipuan.Seseorang dalam

posisi otoritas memiliki pengaruh lebih besar atas situasi tertentu atau lingkungan.

b. Intelligence and creativity

Pelaku kecurangan ini memiliki pemahaman yang cukup dan mengeksploitasi

kelemahan pengendalian internal dan untuk menggunakan posisi, fungsi, atau

akses berwenang untuk keuntungan terbesar.

c. Convidence / Ego

Individu harus memiliki ego yang kuat dan keyakinan yang besar dia tidak akan

terdeteksi. Tipe kepribadian umum termasuk seseorang yang didorong untuk

berhasil di semua biaya, egois, percaya diri, dan sering mencintai diri sendiri

(narsisme).

d. Coercion

Pelaku kecurangan dapat memaksa orang lain untuk melakukan atau

menyembunyikan penipuan. Seorang individu dengan kepribadian yang persuasif

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


41

dapat lebih berhasil meyakinkan orang lain untuk pergi bersama dengan penipuan

atau melihat ke arah lain.

e. Deceit

Penipuan yang sukses membutuhkan kebohongan efektif dan konsisten. Untuk

menghindari deteksi, individu harus mampu berbohong meyakinkan, dan harus

melacak cerita secara keseluruhan.

f. Stress

Individu harus mampu mengendalikan stres karena melakukan tindakan

kecurangan dan menjaganya agar tetap tersembunyi sangat bisa menimbulkan

stres.

5. Keserakahan / Greed

Greed terkait keserakahan dan kerakusan para pelaku korupsi yang secara potensial ada

dalam diri setiap orang. Greed atau keserakahan sebagai faktor yang pertama

disebutkan sebagai penyebab terjadinya fraud. Faktor keserakahan cenderung membuat

seseorang buta akan tindakannya, menghalalkan segala cara untuk dapat memenuhi

hasrat materialnya Dewani & Chariri (2015), sehingga semakin tinggi tingkat

keserakahan sesorang maka semakin tinggi pula potensinya untuk melakukan tindakan

fraud

6. Pengungkapan / Exposure

Hukuman yang rendah (exposes) adalah hal yang berkaitan dengan tindakan atau

konsekuensi yang dihadapi oleh pelaku kecurangan apabila pelaku diketemukan melakukan

kecurangan (Dewani & Chariri, 2015). Hukuman yang rendah (exposes) belum menjamin

tidak terulangnya kecurangan tersebut baik oleh pelaku yang sama maupun oleh pelaku yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


42

lain. Semakin rendah tingkat hukuman maka semakin tinggi pula potensi seseorang untuk

melakukan tindakan fraud.

Tabel 4.2 Definisi Operasional Variabel


Variabel Definisi Operasional Indikator Skala
Kecurangan (fraud) sebagai a. Penyimpangan atas asset
tindakan penipuan atau (Asset Missappropriation)
kekeliruan yang dibuat oleh
seseorang atau badan yang b. Pernyataan Palsu
Fraud /
mengetahui bahwa (Fraudulent Statement)
Kecurangan
kekeliruan tersebut dapat
Ordinal
(Y)
mengakibatkan beberapa c. Korupsi (Corruption)
manfaat yang tidak baik
kepada individu atau entitas
atau pihak lain.
Pressure (tekanan), yaitu a. Tekanan keuangan
adanya tekanan kebutuhan
untuk melakukan fraud. b. Kebiasaan buruk
Tekanan dapat mencakup
Tekanan / hampir semua hal termasuk c. Tekanan yang
Pressure gaya hidup, tuntutan berhubungan dengan Ordinal
(X1) ekonomi, dan lain-lain perkerjaan
termasuk hal keuangan dan
non keuangan serta
lingkungan pekerjaan.
Yaitu situasi yang a. Memanfaatkan jabatan
membuka kesempatan b. Menduduki suatu posisi
untuk memungkinkan suatu cukup lama
kecurangan terjadi.
Peluang / c. Pengendalian internal
Biasanya terjadi karena
Opportunity
pengendalian internal lemah Ordinal
(X2) d. Aturan yang tidak tegas
entitas bisnis yang lemah,
kurangnya pengawasan dan
penyalahgunaan
wewenang.
Yaitu adanya sikap, d. Sikap manajemen
karakter, atau serangkaian terhadap nilai etis rendah
nilai-nilai etis yang e. Penyelewengan
membolehkan pihak-pihak merupakan hal yang
tertentu untuk melakukan lumrah
Rasionalisasi /
tindakan kecurangan, atau f. Hasil penyelewengan
Rationalization
orang orang yang berada digunakan untuk tujuan
Ordinal
(X3)
dalam lingkungan yang kebaikan
cukup menekan yang g. Layak mendapatkan
membuat mereka imbalan lebih karena
merasionalisasi tindakan hasil yang di dapat tidak
fraud. sesuai
Capability dijelaskan oleh
Wolfe dan Hermanson a. Positioning / Posisi
sebagai suatu kemampuan
Kemampuan / b. Intelligence & Creativity
yang dimiliki oleh
Capability
seseorang dalam hal ini c. Convidence / Ego
Ordinal
(X4)
pelaku untuk memanfaatkan
d. Stress / Mampu
keadaan yang ada karena
hanya dia yang memiliki

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


43

kemampuan di bidang Mengendalikan Strees


tertentu dan hal tersebut
yang mendorong seseorang
untuk melakukan fraud.
Greed terkait keserakahan a. menghalalkan segala
Keserakahan /
dan kerakusan para pelaku cara untuk dapat Ordinal
Greed
korupsi yang secara memenuhi hasrat
(X5)
potensial ada dalam diri materialnya
setiap orang
Hukuman yang rendah a. Hukuman yang
(exposes) adalah hal yang rendah (exposes)
berkaitan dengan tindakan belum menjamin
atau konsekuensi yang tidak terulangnya
dihadapi oleh pelaku kecurangan tersebut
kecurangan apabila pelaku baik oleh pelaku
Pengungkapan / diketemukan melakukan yang sama maupun
Exposure kecurangan. oleh pelaku yang
(X6) lain.
Ordinal
b. Semakin rendah
tingkat hukuman
maka semakin tinggi
pula potensi
seseorang untuk
melakukan tindakan
fraud.

4.6 Teknik Analisis Data

Metode analisis data dalam penelitian ini adalah statistik deskriptif, analisis regresi

berganda (Multiple Regression Analysis) variabel. Data penelitian ini diolah dengan

menggunakan program Statistical Package for Social Science (SPSS) 21.

4.6.1. Analisis Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif merupakan suatu teknik analisis data dengan cara mendeskripsikan

situasi objek penelitian tanpa bermaksud menarik kesimpulan berdasarkan semua data yang

telah dikumpulkan. Pada penelitian ini, metode analisis statistik deskriptif mencakup kegiatan

menggolongkan, mengklasifikasikan, menginterpretasikan data-data yang diperoleh dan

selanjutnya dianalisis untuk memperoleh gambaran umum tentang objek penelitian.

Dalam analisis statistik deskriptif ini dipaparkan juga distribusi frekuensinya dimana

berdasarkan pengelompokan atau penggolongan dilakukan penjumlahan, rata-rata, standar

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


44

deviasi dan persentase sehingga diketahui tingkat persepsi responden terhadap seluruh

komponen variabel dalam penelitian ini.

4.7 Uji Kualitas Data

4.7.1 Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau

kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi.

Sebaliknya, instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah (Arikunto, 2015).

Uji validitas instrumen dilakukan untuk mengetahui instrumen penelitian mampu

mencerminkan isi sesuai hal dan sifat yang diukur, artinya setiap butir instrumen telah benar-

benar menggambarkan keseluruhan isi atau sifat bangun konsep yang menjadi dasar

penyusunan instrumen.

Uji validitas pada penelitian ini akan dilakukan pada responden dengan melihat nilai

Corrected Item-Total Correlation setiap butir pertanyaan dengan kriteria sebagai berikut :

- Jika rhitung > rtabel, maka butir pertanyaan tersebut valid.

- Jika rhitung ≤ rtabel, maka butiran pertanyaan tersebut tidak valid

4.7.2 Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas digunakan dengan menghitung nilai alfa atau dengan Cronbach’s Alpha.

Penghitungan Cronbach’s Alpha dilakukan dengan menghitung rata-rata interkorelasi diantara

butir-butir pertanyaan dalam kuesioner. Secara umum, Sekaran (2010), menyatakan bahwa

reliabilitas yang ditentukan oleh Cronbach’s Alpha (α) – kurang dari 0,60 dinyatakan kurang

baik. Cronbach’s Alpha (α) dengan nilai range 0.70 dinyatakan dapat diterima dan nilai lebih

dari 0.80 adalah baik.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


45

4.8 Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi dasar klasik dilakukan untuk memperoleh model regresi yang menunjukkan

hubungan signifikan dan representatif dalam arti secara statistik adalah BLUE (Best Linear

Unbiased Estimations). Pengujian asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini meliputi

uji normalitas, uji autokorelasi, uji heteroskedastisitas, dan uji multikolinearitas.

4.8.1 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel residual

memiliki distribusi normal. Pada penelitian digunakan uji statistik untuk mendeteksi apakah

residual berdistribusi normal atau tidak. Uji statistik dapat digunakan adalah uji statistik non

parametrik Kolmogrov-Smirnov (K-S), analisis grafik, dan uji statistik. Data dikatakan normal

apabila nilai Asymp. Sig lebih besar dari 0,05 (Ghazali, 2012). Analisis grafik dengan melihat

grafik histogram dan normal P-P Plot. Untuk grafik histogram berbentuk lonceng sempurna

dan grafik normal P-P Plot tersebar sepanjang garis diagonal. Ujistatistik untuk mendeteksi

apakah residual berdistribusi normal atau tidak. Uji statistik dapat digunakan adalah uji

statistik non parametrik Kolmogrov-Smirnov (K-S) (Ghazali, 2012).

4.8.2 Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji korelasi antara variabel independen.

Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antara variabel independen (Ghozali,

2012). Pengujian multikolinearitas dilakukan dengan menggunakan Variance Inflation Factor

(VIF) dan tolerance. Nilai yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikoleniaritas

adalah nilai tolerance ≤ 0,10 atau sama dengan nilai VIF ≥ 10.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


46

4.8.3 Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi

ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain (Ghozali,

2012). Cara memprediksi ada tidaknya heteroskedastis pada suatu model dapat dilihat dari pola

gambar scatterplot model tersebut. Adapun

dasar analisisnya adalah sebagai berikut:

a. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur

(bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi

heteroskedastisitas.

b. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0

pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

4.9 Uji Hipotesis Penelitian

Uji hipotesis berupa uji perbedaan antara nilai sampel dengan populasi atau nilai data

yang diteliti dengan nilai ekspektasi (hipotesis) peneliti (Erlina, 2008). Pengujian hipotesis

dalam penelitian ini menggunakan Uji Koefisien Determinasi (R 2), uji Simultan (F) dan uji

Parsial (t). Dengan persamaan regresi berganda sebagai berikut:

Y = b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + ε

Dimana :

Y = Fraud / Kecurangan X1 = Pressure


b0 = Intercept X2 = Opportunity
b1 = Koefisien Regresi Pressure X3 = Rationalization
b2 = Koefisien Regresi Opportunity X4 = Capability
b3 = Koefisien Regresi Rationalization X5 = Greed
b4 = Koefisien Regresi Capability X6 = Exposure
b5 = Koefisien Regresi Greed
b6 = Koefisien Regresi Exposure

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


47

4.9.1 Uji Koefisien Determinasi (R2)

Mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel

dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti

kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat

terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir

semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Ghazali,

2012).

4.1.1 Uji Simultan (F)

Uji Statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen yang

dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara simultan terhadap variabel dependen.

Adapun langkah-langkah dalam pengambilan keputusan untuk uji F adalah:

H0 : b1 = b2 = b3 = b4 = b5 = b6 = 0, artinya pressure / tekanan , opportunity / kesempatan,

rationalization / rasionalisasi, capability / kemampuan, greed / keserakahan, dan

exposure / pengungkapan secara simultan tidak berpengaruh signifikan terhadap

fraud atau kecurangan pada perusahaan farmasi di Sumatera Utara.

Ha : b1 ≠ b2 ≠ b3 ≠ b4 ≠ 0, pressure / tekanan , opportunity / kesempatan, rationalization /

rasionalisasi, capability / kemampuan, greed / keserakahan, dan exposure /

pengungkapan secara simultan berpengaruh signifikan terhadap fraud atau

kecurangan pada perusahaan farmasi di Sumatera Utara.

Kriteria pengujian :

P Value (Sig) < 0,05 = Ha dapat diterima

P Value (Sig) > 0,05 = Ha tidak dapat diterima

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


48

4.1.2 Uji Parsial (t)

Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh satu variabel independen secara

individual atau parsial dapat menerangkan variasi variabel terikat. Adapun langkah-langkah

dalam pengambilan keputusan untuk uji t adalah:

H0 : bi = 0 , artinya pressure / tekanan , opportunity / kesempatan, rationalization /

rasionalisasi, capability / kemampuan, greed / keserakahan, dan exposure /

pengungkapan secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap fraud atau

kecurangan pada perusahaan farmasi di Sumatera Utara.

Ha : bi ≠ 0, pressure / tekanan , opportunity / kesempatan, rationalization / rasionalisasi,

capability / kemampuan, greed / keserakahan, dan exposure / pengungkapan secara

parsial berpengaruh signifikan terhadap fraud atau kecurangan pada perusahaan

farmasi di Sumatera Utara.

Kriteria pengujian :

P Value (Sig) < 0,05 = Ha dapat diterima.

P Value (Sig) > 0,05 = Ha tidak dapat diterima.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


49

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Gambaran Umum Perusahaan Farmasi

PT Kimia Farma Trading & Distribution (KFTD) adalah anak perusahaan Perseroan

yang didirikan pada tanggal 4 Januari 2003, bergerak di bidang layanan distribusi dan

perdagangan produk kesehatan dan memiliki wilayah layanan yang luas mencakup 34 Propinsi

dan 511 Kabupaten atau Kota. Sebagai penyedia Jasa Layanan Distribusi,KFTD menyalurkan

aneka produk dari Perseroan, produk dari keagenan lainnya, serta produk-produk non-

keagenan. KFTD mendistribusikan produk-produk tersebut melalui penjualan reguler ke

apotek (apotek Kimia Farma dan apotek non Kimia Farma), rumah sakit, Toko

obat,supermarket, restoran dan Cafe.Komposisi pemegang saham PT Kimia Farma (Persero)

Tbk yaitu 99.99% dan Kimia Farma Apotek (KFA) 0.01%.

PT. Indofarma Global Medika (PT. IGM) adalah anak perusahaan Indofarma (Persero),

Tbk yang bergerak di bidang distribusi obat, alat keseharan, dan makanan sehat. Awal tahun

2007, PT. IGM melakukan reorganisasi menjadi divisi perdagangan dan distribusi dengan

jumlah cabang yang totalnya bertambah menjadi 30 cabang. Cakupan layanan di 30 cabang

PT. IGM tersebut telah menerapkan sistem informasi berbasis ERP Azecsoft yang

bersifat online dan terintegrasi di seluruh cabang dalam mengembangkan bisnis alat kesehatan.

Pengaplikasian System Analysis and Program Development (SAP) Pengaplikasian Tag

Line baru perusahaan “Si Jempol”. Menyiapkan dan memproses Sertifikasi Cara Distribusi

Obat yang Baik (CDOB) dan Cara Distribusi Alat Kesehatan yang Baik (CDAKB). Beberapa

cabang (21 Cabang) telah mendapatkan Sertifikat CDOB.

49

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


50

PT. Rajawali Nusantara Indonesia (Rajawali Nusindo) merupakan salah satu

perusahaan tertua di Indonesia dengan ukiran sejarah yang cemerlang. Pada awalnya

Perusahaan bernama Kian Gwan Company Limited NV didirikan dengan akta No.85 dari Tan

A Sioe Notaris di Semarang tanggal 22 Juli 1955 yang bernaung di dalam grup Oei Tiong Ham

Concern. Anggaran dasar telah mengalami perubahan dengan akta No. 91 tanggal 30 Agustus

1955 dari Notaris yang sama dan telah mendapat pengesahan dari Menteri Kehakiman RI

No.J.A.1/103/13 tanggal 5 November 1955. Pada tahun 1961 perusahaan tersebut

dinasionalisasikan oleh Pemerintah RI berdasarkan Keputusan Pengadilan Ekonomi

No.32/1961 EKS tanggal 10 Juli 1961 yang kemudian dikukuhkan dengan Keputusan

Mahkamah Agung RI No.5/Kr/K/1963 tanggal 27 April 1963 dimana kegiatan perusahaan

berada dibawah penguasaan Menteri / Jaksa Agung untuk selanjutnya pada tanggal 20 Juli

1963 penguasaan diserahterimakan dari Jaksa Agung kepada Menteri Urusan Pendapatan

Pembiayaan dan Pengawasan (P3) yang sekarang menjadi Departemen Keuangan Republik

Indonesia.

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kompartemen Keuangan tanggal 19 Agustus

1964 No.0642/M.K.3/64 dari seluruh harta Oei Tiong Ham Concern oleh Pemerintah

dipergunakan sebagai Penyertaan Modal Pemerintah dalam pendirian PT. Perusahaan

Perkembangan Ekonomi Nasional (PPEN) Rajawali Nusantara Indonesia termasuk di

dalamnya seluruh saham Kian Gwan Company Indonesia Limited NV.

Dalam perkembangannya sesuai dengan akte No.5 dari Joeni Moelyani Notaris di Semarang

tanggal 1 Pebruari 1971 telah diadakan perubahan Anggaran Dasar Perseroan Kian Gwan

Company Indonesia Limited NV dengan merubah nama perusahaan tersebut menjadi PT.

Rajawali Impor Ekspor dan pada tanggal 18 Juni 1971 terjadi lagi perubahan Anggaran Dasar

Perseroan dengan akta No.37 dari Notaris yang sama dengan merubah kembali nama

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


51

perusahaan menjadi PT. Perusahaan Impor Ekspor Rajawali Nusindo dan perubahan tersebut

telah mendapat pengesahan dari Menteri Kehakiman RI No.J.A.5/138/3 tanggal 23 September

1971

5.2 Deskripsi Responden

Sebelum melakukan pembahasan mengenai data secara statistik, peneliti terlebih

dahulu mendeskripsikan data responden yang telah ditentukan sebagai sampel dalam penelitian

ini. Adapun objek yang menjadi sampel adalah 61 orang yang terdiri dari karyawan di

lingkungan Perusahaan farmasi di sumatera utara yang berstatus Karyawan perusahaan

farmasi.

5.2.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Karakteristik karyawan di lingkungan Perusahaan farmasi di sumatera utara

berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada penjelasan Tabel 5.1 berikut:

Tabel 5.1
Responden Menurut Jenis Kelamin
No Jenis Kelamin Jumlah Responden Proporsi (%)
1 Pria 39 63,93
2 Wanita 22 36,0
Jumlah 61 100
Sumber : data primer diolah, 2019

Dari Tabel 5 terlihat bahwa responden pada penelitian ini berdasarkan jenis kelamin

pria berjumlah 39 orang atau 63,93%, sedangkan jumlah karyawan yang berjenis kelamin

wanita ada 22 orang atau 36,00%. Data tersebut menunjukkan bahwa mayoritas perusahaan

farmasi di Provinsi Sumatera Utara berjenis kelamin pria. Hal ini dikarenakan dalam

penempatan karyawan, pimpinan lebih mengutamakan karyawan berjenis kelamin pria yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


52

ditempatkan pada beberapa bagian dan subbagian terutama pada bagian atau subbagian dimana

pekerjaan yang ada lebih menitik beratkan pada keterampilan dan tenaga fisik dalam bekerja.

5.2.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Karakteristik Karyawan di lingkungan perusahaan farmasi di Provinsi Sumatera Utara

berdasarkan usia dapat terlihat pada penjelasan Tabel 5.2 berikut:

Tabel 5.2
Responden Menurut Usia
Proporsi
No Usia Jumlah
(%)
1 25 – 30 Tahun 33 54,09
2 31 – 35 Tahun 18 25,50
3 36 – 40 Tahun 7 11,47
4 41 – 50 Tahun 3 4,91
Jumlah 61 100
Sumber : data primer diolah, 2019

Tabel 5.1 menunjukkan karakteristik responden berdasarkan umur Karyawan

perusahaan farmasi di Provinsi Sumatera Utara dengan sebaran usia direntang 25-30 tahun

berjumlah 33 orang atau 54,09%, usia 31-35 tahun berjumlah 18 orang atau 25,50% , usia 36-

40 tahun berjumlah 7 orang atau 11,47% , usia 41-50 tahun berjumlah 3 orang atau 4,91%

Berdasarkan data tersebut, terlihat bahwa karyawan yang berusia direntang 41-50 tahun

merupakan karyawan paling sedikit dengan hanya berjumlah 3 orang atau 4,91% dari

keseluruhan. Hal ini merupakan implikasi dari kebijakan perusahaan farmasi pada beberapa

tahun terakhir sehingga regenerasi karyawan berjalan dengan baik. Saat ini karyawan

perusahaan farmasi di Provinsi Sumatera Sedangkan untuk rentang usia mayoritas karyawan di

lingkungan Perusahaan yang diteliti adalah karyawan dengan usia antara 25-30 tahun sebanyak

33 orang atau 54,09%. Hal ini menunjukkan mayoritas karyawan berada pada usia produktif

dimana karyawan tersebut telah memiliki pengalaman dan kematangan dalam bekerja sehingga

tugas-tugas rutin dapat selesai tepat waktu.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


53

5.2.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan responden yang bekerja di Perusahaan farmasi di sumatera utara

juga dapat terlihat pada penjelasan Tabel 5.3 berikut ini:

Tabel 5.3
Proporsi Responden Menurut Tingkat Pendidikan
Proporsi
No Tingkat Pendidikan Jumlah Responden
(%)
2 SMA, SMK, STM 1 1,63
3 D3 17 27,86
4 S1 39 63,93
5 S2 4 6,55
Jumlah 61 100
Sumber: data primer diolah, 2019

Dari Tabel 5.2 dapat diketahui karakteristik Responden berdasarkan Tingkat

Pendidikan karyawan di lingkungan Perusahaan Farmasi di Provinsi Sumatera Utara yang

peneliti lakukan pendidikan SMA berjumlah 1 orang atau 1,63%, , pendidikan D3 berjumlah

17 orang atau 27,86%, pendidikan Strata – 1 (S1) berjumlah 39 orang atau 63,93% pendidikan

Strata -2 (S2) berjumlah 4 orang atau 6,55 %.

Dari data tersebut diketahui mayoritas tingkat pendidikan karyawan adalah Sarjana

Strata-1 (S1) dengan jumlah 39 orang atau 63,93%. Tentunya hal ini menunjukkan tingkat

pendidikan karyawan di lingkungan Perusahaan farmasi di sumatera utara sudah dapat

dikatakan tinggi. Dengan banyaknya karyawan yang berpendidikan S1 tentunya karyawan

tersebut mampu bekerja dengan menggunakan analisis dan metode kerja yang baik sehingga

dapat memberikan kontribusi bersar terutama dalam hal efisiensi dan efektivitas kerja dalam

mencapai dan mewujudkan visi dan misi perusahaan.

5.2.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja

Lama bekerja responden juga dapat terlihat pada penjelasan tabel 5.4 di bawah ini:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


54

Tabel 5.4
Proporsi Responden Berdasarkan Masa Kerja
Proporsi
No Masa Kerja Jumlah Responden
(%)
1 1 – 5 Tahun 17 27,86
2 6 – 10 Tahun 29 47,54
3 11 – 15 Tahun 5 8,19
4 16 – 20 Tahun 7 11,47
5 >20 Tahun 3 4,91
Jumlah 61 100
Sumber: data primer diolah, 2019

Dari tabel 5.3 berdasarkan masa kerja karyawan di lingkungan Perusahaan farmasi di

sumatera utara, diketahui masa kerja 1-5 tahun berjumlah 17 orang atau 27,86%, masa kerja 6-

10 tahun berjumlah 29 orang atau 47,54% , masa kerja 11-15 tahun berjumlah 5 orang atau

8,19%, masa kerja 16-20 tahun berjumlah 7 orang atau 11,47% dan masa kerja > 20 tahun

berjumlah 3 orang atau 4,91 %.

Berdasarkan data tersebut masa kerja responden mayoritas memiliki masa kerja 6-10

tahun. Hal ini mengidikasikan bahwa mayoritas karyawan di lingkungan Perusahaan farmasi di

sumatera utara telah memiliki pengalaman dalam pekerjaannya, baik dalam menganalisis

ataupun mengatasi permasalahan dalam pekerjaan serta menggunakan metode yang lebih

efektif dan efisien dalam peneyelesaian tugas-tugas dalam mendukung kebijakan-kebijakan

organisasi sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.

5.3 Hasil Penelitian

5.3.1 Analisis Statistik Deskriptif Penelitian

Statistik deskriptif dalam penelitian ini merangkum serta memberikan gambaran secara

keseluruhan atas jawaban responden pada setiap butir pernyataan yang digunakan dalam

mengukur setiap variabel penelitian. Setiap butir pernyataan diukur dengan menggunakan lima

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


55

kategori jawaban yang berhubungan dengan kesetujuan reponden pada pernyataan yang

diberikan.

Variabel dalam penelitian ini adalah Pressure (tekanan) , Opportunity (kesempatan),

Rationalization (rasionalisasi), Capability (Kemampuan), Greed (keserakahan) , Exposure

(Pengungkapan) terhadap Fraud (Kecuarangan) di lingkungan Perusahaan Farmasi di sumatera

utara yang menjadi tempat penelitian. Statistik deskriptif penelitian hanya bertujuan untuk

menjelaskan jawaban dari responden penelitian dan tidak untuk digeneralisasi. Statistik

deskriptif penelitian ditabulasi berdasarkan jawaban dari seluruh responden terhadap setiap

butir pernyataan dalam kuesioner dan diperoleh rangkuman jawaban yang selanjutnya

dikategorikan dalam kelompok kesimpulan berdasarkan nilai rata-rata (mean) dari jawaban

responden.

Tabel 5.5
Pengkategorian Nilai Rata-rata Jawaban Responden
Nilai Rata-rata Kesimpulan Kesimpulan
Kategori
(Mean) Jawaban Variabel

1,00 – 1,80 E Sangat Tidak Setuju Sangat Buruk

1,81 – 2,60 D Tidak Setuju Buruk

2,61 – 3,40 C Kurang Setuju Cukup

3,41 – 4,20 B Setuju Baik

4,21 – 5,00 A Sangat Setuju Sangat Baik

5.3.2 Deskripsi Jawaban Responden atas Variabel Pressure

Variabel Pressure diukur melalui item-item pernyataan yang ada pada kuesioner

berjumlah 4 pernyataan. Pada setiap item pernyataan, terdapat 5 poin skala likert yang

digunakan (sangat tidak setuju s/d sangat setuju). Berikut adalah distribusi frekuensi variabel

Pressure :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


56

Tabel 5.6
Jawaban Responden Variabel Pressure
Skor Jawaban Responden
Item
STS TS KS S SS Mean
Pernyataan
F % F % F % F % F %
1 0 0,0 0 0,0 7 11,4 24 39,3 30 49,1 4,4
2 0 0,0 0 0,0 8 13,1 23 37,7 30 49,1 4,4
3 0 0,0 0 0,0 8 13,1 23 37,7 30 49,1 4,4
4 0 0,0 0 0,0 5 8,1 42 68,8 14 22,9 4,1
Sumber : Hasil penelitian, 2019 (data diolah)

Berdasarkan Tabel 5.6 dapat dilihat bahwa pada pernyataan 1, menunjukkan frekuensi

tertinggi sebesar 49,1,5% (sangat setuju) dan frekuensi terendah 0% (tidak setuju). Pernyataan

2 menunjukkan frekuensi tertinggi sebesar 49,1% (sangat setuju) dan frekuensi terendah 0%

(tidak setuju). Pernyataan 3 menunjukkan frekuensi tertinggi sebesar 49,1% (sangat setuju) dan

frekuensi terendah 0% (tidak setuju). Pernyataan 4 menunjukkan frekuensi tertinggi sebesar

68,8% (setuju) dan frekuensi terendah 0% (tidak setuju).

5.3.3 Deskripsi Jawaban Responden atas Variabel Opportunity

Variabel Opportunity diukur melalui item-item pernyataan yang ada pada kuesioner

berjumlah 4 pernyataan. Pada setiap item pernyataan, terdapat 5 poin skala likert yang

digunakan (sangat tidak setuju s/d sangat setuju). Berikut adalah distribusi frekuensi variabel

Opportunity.

Tabel 5.7
Jawaban Responden Variabel Opportunity
Skor Jawaban Responden
Item
STS TS KS S SS Mean
Pernyataan
F % F % F % F % F %
1 0 0,0 1 1,6 3 4,9 37 60,6 20 32,7 4,2
2 0 0,0 4 6,5 15 24,5 33 54,0 9 14,7 3,8
3 0 0,0 2 3,2 7 11,4 35 57,3 17 27,8 4,1
4 0 0,0 4 6,5 14 22,9 24 39,3 19 31,1 4,0
Sumber : Hasil penelitian, 2019 (data diolah)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


57

Berdasarkan Tabel 5.7 dapat dilihat bahwa pada pernyataan 1, menunjukkan frekuensi

tertinggi sebesar 60,6% (setuju) dan frekuensi terendah 0% (sangat tidak setuju). Pernyataan 2

menunjukkan frekuensi tertinggi sebesar 54,0% (setuju) dan frekuensi terendah 0% (sangat

tidak setuju). Pernyataan 3 menunjukkan frekuensi tertinggi sebesar 57,3% (setuju) dan

frekuensi terendah 0% (sangat tidak setuju). Pernyataan 4 menunjukkan frekuensi tertinggi

sebesar 39,3% (setuju) dan frekuensi terendah 0% (sangat tidak setuju).

5.3.4 Deskripsi Jawaban Responden atas Variabel Rationalization

Variabel Ratinalization diukur melalui item-item pernyataan yang ada pada kuesioner

berjumlah 4 pernyataan. Pada setiap item pernyataan, terdapat 5 poin skala likert yang

digunakan (sangat tidak setuju s/d sangat setuju). Berikut adalah distribusi frekuensi variabel

Ratinalization.

Tabel 5.8
Jawaban Responden Variabel Rationalization
Skor Jawaban Responden
Item
STS TS KS S SS Mean
Pernyataan
F % F % F % F % F %
1 0 0,0 0 0,0 5 8,1 33 54,0 23 37,7 4,3
2 0 0,0 0 0,0 9 14,7 24 39,3 28 45,9 4,3
3 0 0,0 0 0,0 7 11,4 30 49,1 24 39,3 4,3
4 0 0,0 0 0,0 3 4,9 38 62,2 20 32,7 4,3
Sumber : Hasil penelitian, 2019 (data diolah)

Berdasarkan Tabel 5.8 dapat dilihat bahwa pada pernyataan 1, menunjukkan frekuensi

tertinggi sebesar 54,0% (setuju) dan frekuensi terendah 0% (sangat tidak setuju). Pernyataan 2

menunjukkan frekuensi tertinggi sebesar 45,9% (sangat setuju) dan frekuensi terendah 0%

(sangat tidak setuju). Pernyataan 3 menunjukkan frekuensi tertinggi sebesar 49,1% (setuju) dan

frekuensi terendah 0% (sangat tidak setuju). Pernyataan 4 menunjukkan frekuensi tertinggi

sebesar 62,2% (setuju) dan frekuensi terendah 0% (sangat tidak setuju).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


58

5.3.5 Deskripsi Jawaban Responden atas Variabel Capability

Variabel Capability diukur melalui item-item pernyataan yang ada pada kuesioner

berjumlah 4 pernyataan. Pada setiap item pernyataan, terdapat 5 poin skala likert yang

digunakan (sangat tidak setuju s/d sangat setuju). Berikut adalah distribusi frekuensi variabel

Capability :

Tabel 5.9
Jawaban Responden Variabel Capability
Skor Jawaban Responden
Item
STS TS KS S SS Mean
Pernyataan
F % F % F % F % F %
1 0 0,0 0 0,0 29 47,5 27 44,2 5 8,1 3,6
2 0 0,0 3 4,9 26 42,6 30 49,1 2 3,2 3,5
3 0 0,0 3 4,9 26 42,6 26 42,6 6 9,8 3,6
4 2 3,2 2 3,2 30 49,1 23 37,7 4 6,5 3,4
Sumber : Hasil penelitian, 2019 (data diolah)

Berdasarkan Tabel 5.9 dapat dilihat bahwa pada pernyataan 1, menunjukkan frekuensi

tertinggi sebesar 47,5% (netral) dan frekuensi terendah 0% (sangat tidak setuju). Pernyataan 2

menunjukkan frekuensi tertinggi sebesar 49,1% (setuju) dan frekuensi terendah 0% (sangat

tidak setuju). Pernyataan 3 menunjukkan frekuensi tertinggi sebesar 42,6% (setuju dan sangat

setuju) dan frekuensi terendah 0% (sangat tidak setuju). Pernyataan 4 menunjukkan frekuensi

tertinggi sebesar 49,1% (netral) dan frekuensi terendah 2% (sangat tidak setuju dan tidak

setuju).

5.3.6 Deskripsi Jawaban Responden atas Variabel Greed

Variabel Greed diukur melalui item-item pernyataan yang ada pada kuesioner

berjumlah 4 pernyataan. Pada setiap item pernyataan, terdapat 5 poin skala likert yang

digunakan (sangat tidak setuju s/d sangat setuju). Berikut adalah distribusi frekuensi variabel

Greed :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


59

Tabel 5.10
Jawaban Responden Variabel Greed
Skor Jawaban Responden
Item
STS TS KS S SS Mean
Pernyataan
F % F % F % F % F %
1 1 1,6 2 3,2 26 42,6 26 42,6 6 9,8 3,6
2 5 8,1 2 3,2 28 45,9 11 18,0 15 24,5 3,5
3 6 9,8 2 3,2 33 54,0 12 19,6 8 13,1 3,2
4 1 1,6 6 9,8 35 57,3 13 21,3 6 9,8 3,3
Sumber : Hasil penelitian, 2019 (data diolah)

Berdasarkan Tabel 5.10 dapat dilihat bahwa pada pernyataan 1, menunjukkan frekuensi

tertinggi sebesar 42,6% (netral dan setuju) dan frekuensi terendah 1% (sangat tidak setuju).

Pernyataan 2 menunjukkan frekuensi tertinggi sebesar 45,9% (netral) dan frekuensi terendah

2% (tidak setuju). Pernyataan 3 menunjukkan frekuensi tertinggi sebesar 54,0% (netral) dan

frekuensi terendah 2% (tidak setuju). Pernyataan 4 menunjukkan frekuensi tertinggi sebesar

57,3% (netral) dan frekuensi terendah 1% (sangat tidak setuju).

5.3.7 Deskripsi Jawaban Responden atas Variabel Exposure

Variabel Exposure diukur melalui item-item pernyataan yang ada pada kuesioner

berjumlah 4 pernyataan. Pada setiap item pernyataan, terdapat 5 poin skala likert yang

digunakan (sangat tidak setuju s/d sangat setuju). Berikut adalah distribusi frekuensi variabel

Exposure

Tabel 5.11
Jawaban Responden Variabel Exposure
Skor Jawaban Responden
Item
STS TS KS S SS Mean
Pernyataan
F % F % F % F % F %
1 0 0,0 11 18,0 13 21,3 34 55,7 3 4,9 3,5
2 0 0,0 5 8,1 10 16,3 40 65,5 6 9,8 3,8
3 0 0,0 0 0,0 9 14,7 36 59,0 16 26,2 4,1
4 0 0,0 1 1,6 12 19,6 36 59,0 12 19,6 4,0
Sumber : Hasil penelitian, 2019 (data diolah)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


60

Berdasarkan Tabel 5.11 dapat dilihat bahwa pada pernyataan 1, menunjukkan frekuensi

tertinggi sebesar 55,7% (setuju) dan frekuensi terendah 0% (sangat tidak setuju). Pernyataan 2

menunjukkan frekuensi tertinggi sebesar 65,5% (setuju) dan frekuensi terendah 0% (sangat

tidak setuju). Pernyataan 3 menunjukkan frekuensi tertinggi sebesar 59,0% (setuju) dan

frekuensi terendah 0% (sangat tidak setuju). Pernyataan 4 menunjukkan frekuensi tertinggi

sebesar 59,0% (setuju) dan frekuensi terendah 0% (sangat tidak setuju).

5.3.8 Deskripsi Jawaban Responden atas Variabel Fraud

Variabel Fraud diukur melalui item-item pernyataan yang ada pada kuesioner

berjumlah 4 pernyataan. Pada setiap item pernyataan, terdapat 5 poin skala likert yang

digunakan (sangat tidak setuju s/d sangat setuju). Berikut adalah distribusi frekuensi variabel

Fraud / Kecurangan :

Tabel 5.12
Jawaban Responden Variabel Fraud
Skor Jawaban Responden
Item
STS TS KS S SS Mean
Pernyataan
F % F % F % F % F %
1 0 0,0 2 3,2 15 24,5 26 42,6 18 29,5 4,0
2 1 1,6 3 4,9 20 32,7 20 32,7 17 27,8 3,8
3 1 1,6 3 4,9 13 21,3 30 49,1 14 22,9 3,9
4 0 0,0 5 8,1 9 14,7 29 47,5 18 29,5 4,0
Sumber : Hasil penelitian, 2019 (data diolah)

Berdasarkan Tabel 5.12 dapat dilihat bahwa pada pernyataan 1, menunjukkan frekuensi

tertinggi sebesar 42,6% (setuju) dan frekuensi terendah 0% (sangat tidak setuju). Pernyataan 2

menunjukkan frekuensi tertinggi sebesar 32,7% (netral dan setuju) dan frekuensi terendah 1%

(sangat tidak setuju). Pernyataan 3 menunjukkan frekuensi tertinggi sebesar 49,1% (setuju) dan

frekuensi terendah 1% (sangat tidak setuju). Pernyataan 4 menunjukkan frekuensi tertinggi

sebesar 47,5% (setuju) dan frekuensi terendah 0% (sangat tidak setuju).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


61

5.4 Uji Kualitas Data

5.4.1 Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu

kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan

sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut (Ghazali, 2013). Uji validitas dalam

penelitian ini digunakan untuk menguji kevalidan kuesioner. Validitas menunjukkan sejauh

mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan kecermatan fungsi alat

ukurnya. Pengujian menggunakan 2 sisi dengan taraf signifikan 0,05 jika r hitung ≥ rtable maka

instrument atau item-item pernyataan berkorelasi signifikan terhadap skor total (dinyatakan

valid), dan sebaliknya jika rhitung ≤ rtable Dinyatakan tidak valid.

Nilai rtabel untuk uji dua sisi pada taraf signifikansi 5% (p = 0,05) dengan jumlah N = 61

adalah 0,252. Berikut ini ditampilkan hasil pengujian validitas:

Tabel 5.13
Uji Validitas Variabel Pressure
rhitung rtabel Keterangan
pernyataan 1 0,830 0,252 Valid
pernyataan 2 0,738 0,252 Valid
pernyataan 3 0,832 0,252 Valid
pernyataan 4 0,581 0,252 Valid
Sumber: data primer diolah, 2019

Dari Tabel 5.13 di atas dapat diketahui bahwa seluruh butir pertanyaan variabel

pressure / Tekanan memiliki nilai rhitung > rtabel sehingga dapat disimpulkan bahwa seluruh

butir kuisioner dinyatakan valid dan layak untuk di analisis lebih lanjut.

Tabel 5.14
Uji Validitas Variabel Opportunity
rhitung rtabel Keterangan
pernyataan 1 0,734 0,252 Valid
pernyataan 2 0,654 0,252 Valid
pernyataan 3 0,650 0,252 Valid
pernyataan 4 0,745 0,252 Valid
Sumber: data primer diolah, 2019

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


62

Dari Tabel 5.14 di atas dapat diketahui bahwa seluruh butir pertanyaan variabel

opportunity / kesempatan memiliki nilai rhitung > rtabel sehingga dapat disimpulkan bahwa

seluruh butir kuisioner dinyatakan valid dan layak untuk di analisis lebih lanjut.

Tabel 5.15
Uji Validitas Variabel Rationalization
rhitung rtabel Keterangan
pernyataan 1 0,731 0,252 Valid
pernyataan 2 0,818 0,252 Valid
pernyataan 3 0,639 0,252 Valid
pernyataan 4 0,580 0,252 Valid
Sumber: data primer diolah, 2019

Dari Tabel 5.15 di atas dapat diketahui bahwa seluruh butir pertanyaan variabel

rationalization / rasionalisasi memiliki nilai rhitung > rtabel sehingga dapat disimpulkan bahwa

seluruh butir kuisioner dinyatakan valid dan layak untuk di analisis lebih lanjut

Tabel 5.16
Uji Validitas Variabel Capability
rhitung rtabel Keterangan
pernyataan 1 0,841 0,252 Valid
pernyataan 2 0,912 0,252 Valid
pernyataan 3 0,900 0,252 Valid
pernyataan 4 0,706 0,252 Valid
Sumber: data primer diolah, 2019

Dari Tabel 5.16 di atas dapat diketahui bahwa seluruh butir pertanyaan variabel

capability / kemampuan memiliki nilai rhitung > rtabel sehingga dapat disimpulkan bahwa seluruh

butir kuisioner dinyatakan valid dan layak untuk di analisis lebih lanjut

Tabel 5.17
Uji Validitas Variabel Greed
rhitung rtabel Keterangan
pernyataan 1 0,418 0,252 Valid
pernyataan 2 0,780 0,252 Valid
pernyataan 3 0,931 0,252 Valid
pernyataan 4 0,854 0,252 Valid
Sumber: data primer diolah, 2019

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


63

Dari Tabel 5.17 di atas dapat diketahui bahwa seluruh butir pertanyaan variabel greed /

keserakahan memiliki nilai rhitung > rtabel sehingga dapat disimpulkan bahwa seluruh butir

kuisioner dinyatakan valid dan layak untuk di analisis lebih lanjut

Tabel 5.18
Uji Validitas Variabel Exposure
rhitung rtabel Keterangan
pernyataan 1 0,717 0,252 Valid
pernyataan 2 0,755 0,252 Valid
pernyataan 3 0,649 0,252 Valid
pernyataan 4 0,515 0,252 Valid
Sumber: data primer diolah, 2019

Dari Tabel 5.18 di atas dapat diketahui bahwa seluruh butir pertanyaan variabel

exposure / pengungkapan memiliki nilai rhitung > rtabel sehingga dapat disimpulkan bahwa

seluruh butir kuisioner dinyatakan valid dan layak untuk di analisis lebih lanjut

Tabel 5.19
Uji Validitas Variabel Fraud
rhitung rtabel Keterangan
pernyataan 1 0,546 0,252 Valid
pernyataan 2 0,842 0,252 Valid
pernyataan 3 0,813 0,252 Valid
pernyataan 4 0,752 0,252 Valid
Sumber: data primer diolah, 2019

Dari Tabel 5.19 di atas dapat diketahui bahwa seluruh butir pertanyaan variabel fraud /

Kecurangan memiliki nilai rhitung > rtabel sehingga dapat disimpulkan bahwa seluruh butir

kuisioner dinyatakan valid dan layak untuk di analisis lebih lanjut

5.4.2 Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui konsistensi alat ukur, apakah alat pengukur

yang digunakan dapat diandalkan dan tetap konsisten jika pengukuran tersebut diulang.

Adapun cara yang dugunakan untuk menguji reliabilitas kuesioner dalam peneitan ini adalah

menggunakan rumus koefisien Alpha Cronbach. Untuk mengetahui kuesioner tersebut sudah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


64

reliable akan dilakukan pengujian reabilitas kuesioner dengan bantuan komputer program

SPSS 21.0 for windows.

Kriteria pengujian uji reabilitas menurut Ghozali (2013) adalah :

1) Apabila hasil koefisien alpha lebih besar dari taraf signifikan 60% atau 0,6 maka

kuesioner tersebut reliable.

2) Apabila hasil koefisien Alpha lebih kecil dari taraf signifikan 60% atau 0,6 maka

kuesioner tersebut tidak reliable.

Tabel 5.20
Uji Reliabilitas
Cronbach’s
Variabel Nilai Kritis Keterangan
Alpha
Pressure 0,742 0,60 Reliabel
Opportunity 0,634 0,60 Reliabel
Rationalization 0,645 0,60 Reliabel
Capability 0,850 0,60 Reliabel
Greed 0,748 0,60 Reliabel
Exposure 0,669 0,60 Reliabel
Fraud 0,728 0,60 Reliabel
Sumber: data primer diolah, 2019

Berdasarkan uji reliabilitas pada semua variabel diketahui nilai Alpha pada kolom

Cronbach’s Alpha > 0,60 sehingga dinyatakan reliabel.

5.5 Uji Asumsi Klasik

Analisa dilakukan dengan model analisa regresi berganda. Sebelum dilakukan uji

hipotesis, peneliti akan melakukan uji asumsi klasik. Pengujian ini dilakukan untuk

mengetahui apakah distribusi data yang digunakan dalam penelitian sudah normal, serta bebas

dari gejala multikolinearitas dan heteroskedastisitas.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


65

5.5.1 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah variabel independen dan dependen

yang digunakan dalam penelitian mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang

layak adalah model yang mempunyai distribusi normal atau mendekati normal. Penelitian ini

menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov sebagai uji normalitas terhadap residual. Dasar

pengambilan keputusan adalah dengan melihat angka probabilitas sebagaiberikut:

Jika sig atau p-value < 0,05, maka asumsi normal terpenuhi.

Jika sig atau p-value> 0,05, maka asumsi normal tidak terpenuhi.

Uji normalitas data sangat penting dalam analisis statistik parametrik agar model

regresi terbebas dari kesalahan prediksi. Hasil Uji SPSS untuk normalitas data dapat dilihat

sebagai berikut:

Tabel 5.21
Uji Normalitas dengan
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 61
a,b
Normal Parameters Mean ,0000000
Std. Deviation ,61537803
Most Extreme Differences Absolute ,058
Positive ,058
Negative -,128
Test Statistic ,128
Asymp. Sig. (2-tailed) ,314c
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
Sumber: data diolah, SPSS

Dari hasil pengolahan data pada tabel 5.21 diatas dilihat bahwa nilai signifikansi

Kolmogorov-Smirnov (K-S) adalah 0,314 maka dapat disimpulkan bahwa data variabel

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


66

terdistribusi normal karena signifikansi > 0,05. Pengujian normalitas data juga dapat diketahui

dengan melihat gambar grafik dan kurva distribusi normal. Data akan terdistribusi secara

normal jika nilai probabilitas yang diharapkan adalah sama dengan nilai probabilitas harapan

dan probabilitas pengamatan ditunjukan dengan garis diagonal yang merupakan perpotongan

antara garis probabilitas harapan dan probabilitas pengamatan. Berikut ini merupakan

pengujian hasil normalitas data dalam bentuk grafik histogram dan kurva P-P Plots seperti

yang terlihat pada gambar 5.1 berikut:

Gambar 5.1 Grafik Histogram

Sumber: hasil olah SPSS

Berdasarkan gambar grafik histogram pada gambar 5.1 dapat disimpulkan bahwa data

telah berdistribusi secara normal. Hal ini dapat dilihat pada data yang mengikuti garis diagonal

membentuk lonceng berada di tengah-tengah.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


67

Gambar 5.2 Kurva P-Plot

Gambar 4.4. Kurva PP-Plots


Sumber: hasil olah data primer 2017.

Gambar 5.4 Kurva P-Plot

Sumber: hasil olah data SPSS

Berdasarkan gambar kurva PP-Plos pada gambar 5.2 dapat disimpulkan bahwa kurva telah

berdistribusi secara normal. Hal ini dapat dilihat pada kurva normal PP-Plots terlihat titik-titik

menyebar mendekati garis diagonal.

5.5.2 Uji Multikolinearitas

Uji multikolinieritas dilakukan untuk mengetahui apakah variabel independen

berkolerasi atau tidak yang dapat dilihat melalui nilai VIF.Model regresi yang baik adalah

model regresi yang tidak terdapat multikolinieritas. Jika tolerance value> 0,1 atau VIF < 10,

berarti tidak terdapat multikolinieritas.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


68

Hasil dari uji multikolinearitas dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 5.22
Hasil Uji Multikolinearitas
Collinearity Statistics
Model Tolerance VIF
1 (Constant)
Pressure ,535 1,868

Opportunity ,801 1,248

Rationalization ,561 1,782

Capability ,776 1,289

Greed ,756 1,322

Exposure ,836 1,197


a. Dependent Variable: Fraud
Sumber: hasil olah data primer, 2019.

Berdasarkan hasil uji tersebut dapat dilihat bahwa nilai VIF dari variabel Pressure

(Tekanan) sebesar 1,868, Opportunity (Kesempatan) sebesar 1,248, Rationalization

(Rasionalisasi) sebesar 1,782, Capability (Kemampuan) sebesar 1,289, Greed (Keserakahan)

sebesar 1,322 dan Exposure (Pengungkapan) sebesar 1,197 dimana masing- masing memilliki

nilai VIF < 10. Pada nilai tolerance dari Pressure (Tekanan) sebesar 0,535, Opportunity

(Kesempatan) sebesar 0,801, Rationalization (Rasionalisasi) sebesar 0,561, Capability

(Kemampuan) sebesar 0,776, Greed (Keserakahan) sebesar 0,756 dan Exposure

(Pengungkapan) sebesar 0,836 dimana masing- masing memilliki nilai tolerance < 0.10 .

Sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam model regresi tidak terdapat multikolinieritas.

5.5.3 Uji Heterokedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji terjadinya perbedaan variance residual

suatu periode pengamatan ke periode yang lain. Analisis heteroskedastisitas menggunakan uji

grafik scatterplot. Heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan mengamati pola tertentu pada

grafik scatterplot, dimana bila ada titik-titik yang menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


69

sumbu Y serta tidak membetuk pola maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Grafik scatterplot

dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Gambar 5.3 Grafik Plot Uji Heterokedastisitas

Sumber: Hasil olah data SPSS

Dari gambar scatterplot di atas, terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak serta

tidak membentuk pola tertentu atau tidak teratur. Hal ini mengindikasikan tidak terjadi

heteroskedastisitas pada model regresi sehingga model regresi layak dipakai.

5.6 Hasil Uji Hipotesis Penelitian

Pengujian hipotesis dilakukan setelah pengujian asumsi klasik. Pengujian hipotesis

pertama menggunakan analisis regresi berganda yang dilakukan untuk menganalisis pengaruh

Pressure (Tekanan), Opportunity (Kesempatan), Rationalization (Rasionalisasi), Capability

(Kemampuan), Greed (Keserakahan) dan Exposure (Pengungkapan) terhadap Fraud atau

Kesurangan. Untuk melihat pengaruh secara simultan yaitu dengan menggunakan uji statistik

F, sedangkan untuk melihat pengaruh secara parsial digunakan uji statistik t.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


70

5.6.1 Analisis Regresi Linier Berganda

Untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara parsial dan simultan

berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen, maka analisa statistik yang digunakan

adalah dengan menggunakan analisis regresi berganda. Hasil analisis linear berganda dapat

dilihat pada tabel 5.23.

Tabel 5.23 Hasil Analisis Regresi Linear Beganda


Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients Collinearity Statistics
Std.
Model B Error Beta T Sig. Tolerance VIF
1 (Constant) 2,758 1,575 1,751 ,056

PRESSURE ,007 ,229 ,005 ,029 ,027 ,535 1,868

OPPORTUNITY ,014 ,177 ,011 ,076 ,009 ,801 1,248

RATIONALIZATION ,023 ,251 ,016 ,093 ,000 ,561 1,782

CAPABILITY ,138 ,161 ,124 ,861 ,003 ,776 1,289

GREED -,045 ,132 -,050 -,344 ,172 ,756 1,322

EXPOSURE ,449 ,190 ,327 2,363 ,062 ,836 1,197

a. Dependent Variable: FRAUD


Sumber: Lampiran Output SPSS

Dari hasil regresi linear berganda, maka dapat disusun persamaan regresi sebagai

berikut:

Y =2,758+0,007X1+0,014X2+0,023X3+0,138X4-0.045X5+0,449X6

Berdasarkan persamaan regresi berganda terlihat bahwa:


1) Nilai konstanta sebesar 2,758 artinya jika variabel bebas nilainya tetap maka Fraud

naik sebesar 1,832.

2) Nilai koefesien untuk variabel X 1 (presurre) adalah sebesar 0,007 artinya setiap

kenaikan variabel presurre sebesar 1% maka Fraud akan naik sebesar 0,007 kali

dengan asumsi variabel lainnya dianggap konstan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


71

3) Nilai koefesien untuk variabel X 2 (opportunity) adalah sebesar 0,014 artinya setiap

kenaikan variabel opportunity sebesar 1% maka fraud akan naik sebesar 0,014 kali

dengan asumsi variabel lainnya dianggap konstan.

4) Nilai koefesien untuk variabel X 3 (rationalization) adalah sebesar 0,023 artinya setiap

kenaikan variabel rationalization sebesar 1% maka fraud akan naik sebesar 0,023 kali

dengan asumsi variabel lainnya dianggap konstan.

5) Nilai koefesien untuk variabel X 4 (capability) adalah sebesar 0,138 artinya setiap

kenaikan variabel capability sebesar 1% maka fraud akan naik sebesar 0,138 kali

dengan asumsi variabel lainnya dianggap konstan.

6) Nilai koefesien untuk variabel X 5 (greed) adalah sebesar -0,045 artinya setiap

kenaikan variabel greed sebesar 1% maka fraud akan naik sebesar -0,045 kali dengan

asumsi variabel lainnya dianggap konstan.

7) Nilai koefesien untuk variabel X 6 (exposure) adalah sebesar 0,049 artinya setiap

kenaikan variabel exposure sebesar 1% maka fraudakan naik sebesar 0,049 kali

dengan asumsi variabel lainnya dianggap konstan.

5.6.2 Uji Parsial (t)

Untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara parsial dan simultan

berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen, maka analisa statistik yang digunakan

adalah dengan menggunakan analisis regresi berganda. Hasil analisis linear berganda dapat

dilihat pada table 5.24

Tabel 5.24
Hasil Uji Parsial (t)
Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 2,758 1,575 1,751 ,056

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


72

PRESSURE ,007 ,229 ,005 ,029 ,027


OPPORTUNITY ,014 ,177 ,011 ,076 ,009
RATIONALIZATION ,023 ,251 ,016 ,093 ,000
CAPABILITY ,138 ,161 ,124 ,861 ,003
GREED -,045 ,132 -,050 -,344 ,172
EXPOSURE ,449 ,190 ,327 2,363 ,062
a. Dependent Variable: FRAUD
Sumber: Lampiran Output SPSS

1. Dari Tabel dapat diketahui bahwa nilai signifikan variabel pressure lebih kecil dari

0,05. pressure menunjukkan nilai signifikansi 0,027 (Sig = 0,000 > 0,05) sehingga

secara parsial variabel pressure berpengaruh berpengaruh positif dan signifikan

terhadap Fraud pada Perusahaan Farmasi di Sumatera Utara.

2. Dari Tabel dapat diketahui bahwa nilai signifikan variabel opportunity lebih kecil

dari 0,05. opportunity menunjukkan nilai signifikansi 0,009 (Sig = 0,000 > 0,05)

sehingga secara parsial variabel opportunity berpengaruh berpengaruh positif dan

signifikan terhadap Fraud pada Perusahaan Farmasi di Sumatera Utara.

3. Dari Tabel dapat diketahui bahwa nilai signifikan variabel Rasionalization lebih

kecil dari 0,05. Rasionalition menunjukkan nilai signifikansi 0,000 (Sig = 0,000 >

0,05) sehingga secara parsial variabel berpengaruh berpengaruh positif dan

signifikan terhadap Fraud pada Perusahaan Farmasi di Sumatera Utara.

4. Dari Tabel dapat diketahui bahwa nilai signifikan variabel capability lebih kecil

dari 0,05. capability menunjukkan nilai signifikansi 0,003 (Sig = 0,000 > 0,05)

sehingga secara parsial variabel capability berpengaruh berpengaruh positif dan

signifikan terhadap Fraud pada Perusahaan Farmasi di Sumatera Utara.

5. Dari Tabel dapat diketahui bahwa nilai signifikan variabel greed lebih besar dari

0,05. greed menunjukkan nilai signifikansi 0,172 (Sig = 0,000 > 0,05) sehingga

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


73

secara parsial variabel greed berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap

Fraud pada Perusahaan Farmasi di Sumatera Utara.

6. Dari Tabel dapat diketahui bahwa nilai signifikan variabel exposure lebih besar

dari 0,05. exposure menunjukkan nilai signifikansi 0,062 (Sig = 0,000 > 0,05)

sehingga secara parsial variabel exposure berpengaruh positif dan tidak signifikan

terhadap Fraud pada Perusahaan Farmasi di Sumatera Utara.

5.6.3 Uji Simultan (F)

Uji Statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen yang

dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara simultan terhahap variabel dependen.

Hasil uji F dapat dilihat pada Tabel 5.25 berikut :

Tabel 5.25
Uji Simultan (F)
ANOVAa
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 3,533 7 ,589 1,399 ,032b
Residual 22,721 54 ,421
Total 26,254 61
a. Dependent Variable: FRAUD
b. Predictors: (Constant), EXPOSURE, GREED, PRESSURE, CAPABILITY, OPPORTUNITY,
RATIONALIZATION
Sumber: Lampiran Output SPSS

Berdasarkan Tabel 5.25 diketahui bahwa nilai signifikan 0,026 lebih kecil dari 0,05

(Sig = 0,000 < 0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa secara simultan variabel

pressure,opportunity, capability, rasionalizatio, greed, exposure berpengaruh sigmifikan

terhadap fraud pada perusahaan farmasi di sumatera utara.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


74

5.6.4 Uji Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengetahui seberapa besar variabel

independen dapat menjelaskan variabel dependen. Hasil uji koefisien determinasi (R 2) dapat

dilihat pada tabel 5.26.

Tabel 5.26
Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square Square Estimate
a
1 ,667 ,735 ,738 ,64867
a. Predictors: (Constant), EXPOSURE, GREED, PRESSURE, CAPABILITY,
OPPORTUNITY, RATIONALIZATION
b. Dependent Variable: FRAUD

Berdasarkan Tabel 5.26 nilai Koefisien (R) sebesar 0,667 yang menunjukkan besarnya

hubungan antara variabel, dengan koefisien determinasi (Adjusted R square) sebesar 0,738

atau 73,8%. Hal ini berarti variabel pressure, capability, opportunity, rasionalization, greed,

exposure dapat menjelaskan variabel fraud / kecurangan pada perusahaan farmasi di suamtera

utara sebesar 73,80%. Sedangkan sisanya 26,20% dijelaskan oleh variabel lain diluar model

estimasi ini.

5.7 Pembahasan Hasil Penelitian

5.7.1 Pengaruh Pressure (Tekanan) terhadap Fraud

Dapat diketahui bahwa nilai signifikan variabel pressure menunjukkan nilai sebesar

0,027 atau lebih kecil dari nilai alpha 0,05 sehingga secara parsial variabel pressure

berpengaruh berpengaruh positif dan signifikan terhadap Fraud pada Perusahaan Farmasi di

Sumatera Utara. Maka dari itu variabel pressure atau tekanan dalam penelitian ini

menunjukkan bahwa tekanan yang dihadapi seseorang dalam menjalankan suatu pekerjaan

mampu memicu seseorang melakukan perbuatan fraud atau kecurangan dengan banyak faktor

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


75

diantaranya Tekanan keuangan, Kebiasaan buruk , Tekanan yang berhubungan dengan

perkerjaan. Sejalan dengan peleitian Al-Hakim (2017) menyatakan bahwa faktor penyebab

fraud yang dominan menurut pandangan auditor berupa pressure / tekanan dari adanya

kebutuhan pelaku fraud tersebut.

Hal ini didukung dan sejalan oleh beberapa penelitian yaitu Mufakkir & Listiadi

(2016) Tekanan Akademik berpengaruh positif signifikan terhadap kecurangan akademik,

penelitian Purwanto, Mulyadi & Anwar (2017) juga dalam hasil penelitiannya menunjukkan

bahwa pressure berpengaruh terhadap fraud .

5.7.2 Pengaruh Opportunity (Kesempatan) terhadap Fraud

Dapat diketahui bahwa nilai signifikan variabel opportunity nilai signifikansi 0,009

atau lebih kecil dari nilai alpha sebesar 0,05 sehingga secara parsial variabel opportunity

berpengaruh berpengaruh positif dan signifikan terhadap fraud / kecurangan pada Perusahaan

Farmasi di Sumatera Utara.

Variabel Opportunity / Kesempatan digunakan untuk mengukur sejauh mana

kesempatan dapat memicu terjadinya fraud pengadaan barang dan jasa. situasi yang membuka

kesempatan untuk memungkinkan suatu kecurangan terjadi. Biasanya terjadi karena

pengendalian internal perusahaan yang lemah, kurangnya pengawasan dan penyalahgunaan

wewenang sehingga dapat memicu terjadinya perbuatan fraud atau kecurangan. Cressey

(1973) mengungkap bahwa Dalam fraud triangle , sistem pengendalian yang mengandung

kelemahan merupakan elemen yang dapat memicu terjadinya fraud.

Hasil penelitian ini didukung dengan penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh

Zulaikha & Hadiprajitno (2016) dimana penelitiannya menunjukkan bahwa secara empiris

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


76

adanya Peluang / opportunity yaitu prosedur yang lemah berpengaruh positif signifikan

terhadap tindakan fraud.

5.7.3 Pengaruh Rationalization (Rasionalisasi) terhadap Fraud

Dapat diketahui bahwa nilai signifikan variabel rationalization / rasionalisasi

menunjukkan nilai signifikansi 0,000 lebih kecil dari nilai apha sebesar 0,05 sehingga secara

parsial variabel berpengaruh berpengaruh positif dan signifikan terhadap Fraud pada

Perusahaan Farmasi di Sumatera Utara.

Digunakan untuk melihat sejauh mana rasionalisasi berperan terhadap tindak

kecurangan / fraud, karena alasan dari pada rasionalisasi adalah pembenaran yang dilakukan

pelaku fraud tersebut. penelitian Ruankaew (2016) menunjukkan Rasionalisasi adalah hal yang

tidak terpisahkan terhadap pemicu terjadinya fraud yang tidak terpisahkan dari pada tekanan

dan kesempatan. Hasil penelitian Al-Hakim (2017) juga menyatakan bahwa adapun faktor

yang paling dominan penyebab terjadinya fraud menurut pengakuan pelaku ialah rasionalisasi

yang berupa kurangnya pemahaman terhadap peraturan.

Hasil penelitian ini juga didukung oleh penelitian sebelumnya oleh Mulyadi & Anwar

(2017) dimana Secara simultan rasionalisasi berpengaruh fraud dan begitu juga penelitian yang

dilakukan oleh Mufakkir & Listiadi (2016) dalam penelitiannya berkaitan dengan perilaku

kecurangan akademik rasionalisasi berpengaruh positif signifikan.

5.7.4 Pengaruh Capability (Kemampuan) terhadap Fraud

Dapat diketahui bahwa nilai signifikan variabel capability / kemampuan adalah 0,003

yaitu lebih kecil dari nilai alpha 0,05 sehingga secara parsial variabel capability berpengaruh

positif dan signifikan terhadap Fraud pada Perusahaan Farmasi di Sumatera Utara.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


77

Merupakan salah satu elemen penting penyebab terjadiny fraud sebagaimana temuan

Wolfe dan Hermanson (2004) sebagai pengembangan dari pada teori Cressey Triangle Fraud

sehingga Capability / kemampuan ini juga ditetapkan sebagai variabel untuk melihat sejauh

mana capability berpengaruh terhadap Fraud pengadaan barang dan jasa. Kemampuan menjadi

hal penting yang saling berkaitan dari pada elemen yang ada dalam penyempurnaan prilaku

kecurangan yang terjadi. Penelitian Purwanto, Mulyadi & Anwar (2017) juga menunjukan

bahwa capability / kemampuan berpengaruh terhadap fraud pengadaan barang dan jasa.

5.7.5 Pengaruh Greed (Keserakahan) terhadap Fraud

Dapat diketahui bahwa nilai signifikan variabel greed / keserakahan menunjukkan nilai

signifikansi 0,172 atau lebih besar dari nilai alpha 0,05 sehingga secara parsial variabel greed

berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap Fraud pada Perusahaan Farmasi di

Sumatera Utara.

Dasarnya ketika seseorang melakukan korupsi disebabkan pada dasarnya manusia itu

serakah dan tidak pernah merasa puas. Koruptor adalah orang yang tidak puas pada keadaan

dirinya. Selalu merasa tidak puas diri atas apa yang sudah dimiliki karena melihat orang lain

memiliki lebih dari yang dimiliki oleh pelaku. Greed atau keserakahan sebagai faktor yang

pertama disebutkan sebagai penyebab terjadinya fraud. Faktor keserakahan cenderung

membuat seseorang buta akan tindakannya, menghalalkan segala cara untuk dapat memenuhi

hasrat materialnya Dewani & Chariri (2015) Hasil dari penelitian Dewi (2017) menyatakan

salah satu faktor terjadinya korupasi atas dana bantuan politik karena adanya keserakahan yang

berhubungan dengan uang dan jabatan. Dan penelitian lain Isgiyata, Indayani & Budiyoni

(2018) Greed tidak berpengaruh secara positif terhadap perilaku kecurangan/fraud pada

pengadaan barang/jasa pemerintah. Sejalan dengan pada perusahaan farmasi di sumatera utara

greed / keserakahan berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap fraud. Hasil penelitian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


78

ini tidak sejalan dengan Teori GONE dari Bologne (1993) yang menyebutkan bahwa Greed

merupakan salah satu faktor yang menyebabkan perilaku fraud.

5.7.6 Pengaruh Exposure (Pengungkapan) terhadap Fraud

Dapat diketahui bahwa nilai signifikan variabel exposure / pengungkapan

menunjukkan nilai signifikansi 0,062 atau lebih besar dari nilai alpha 0,05 sehingga secara

parsial variabel exposure berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap Fraud pada

Perusahaan Farmasi di Sumatera Utara.

Kasus yang sudah terungkap seharusnya tidak hanya diungkap tetapi didalami lebih

luas yaitu dari sisi penegakan hukum/ law enforcement secara konsisten. Seorang koruptor

harus dihukum sesuai kesalahnnya sehingga memberikan efek jera bagi yang lain. Tidak boleh

ada tindakan main-main oleh penegak hukum terutama Hakim yang memimpin jalannya

sidang karena selama ini diketahui ada beberapa oknum penegak hukum yang masih bisa

disuap yang menandakan bahwa proses hukum dapat dipermainkan sehingga menimbulkan

deterrence effect yang minim. Hukuman yang rendah (exposes) adalah hal yang berkaitan

dengan tindakan atau konsekuensi yang dihadapi oleh pelaku kecurangan apabila pelaku

diketemukan melakukan kecurangan (Dewani & Chariri, 2015). Hukuman yang rendah

(exposes) belum menjamin tidak terulangnya kecurangan tersebut baik oleh pelaku yang sama

maupun oleh pelaku yang lain. Semakin rendah tingkat hukuman maka semakin tinggi pula

potensi seseorang untuk melakukan tindakan fraud.

Hasil penelitian dari Isgiyata, Indayani & Budiyoni (2018) menunjukkan variabel

Exposeru /pengungkapan berpengaruh secara positif terhadap perilaku fraud pada pengadaan

barang/jasa pemerintah.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


79

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Dari hasil pembahasan yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, maka dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut:

1. Pressure / tekanan berpengaruh positif dan signifikan terhadap fraud atau

kecurangan pada Perusahaan Farmasi di Sumatera Utara.

2. Opportunity / Kesempatan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Fraud /

kecurangan pada Perusahaan Farmasi di Sumatera Utara.

3. Rationalization / Rasionalisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap Fraud /

Kecurangan pada Perusahaan Farmasi di Sumatera Utara.

4. Capability / Kemampuan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Fraud /

Kecurangan pada Perusahaan Farmasi di Sumatera Utara.

5. Greed / keserakahan berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap fraud /

kecurangan pada Perusahaan Farmasi di Sumatera Utara.

6. Exposure / Pengungkapan berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap Fraud

/ Kecurangan pada Perusahaan Farmasi di Sumatera Utara.

Namun diketahui bahwa pada penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan yang dapat

dijelaskan sebagai berikut :

1. Pada penelitian ini yang menjadi sampel perusahaan hanya memakai 3 perusahaan

farmasi BUMN di Sumatera Utara dimana yang menjadi respondennya dalam

penelitian ini berjumlah 61 orang dari 3 perusahaan yang disebutkan diatas.

2. Variabel Greed / Keserakahan tidak dapat dibuktikan sebagai faktor yang

mempengaruhi terjadinya fraud / kecurangan dalam penelitian ini, kemungkinan masih

79

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


80

terdapat banyak faktor lainnya yang berpengaruh terhadap fraud / kecurangan.

3. Pada penelitian ini variabel pressure / tekanan, opportunity / kesempatan, /

rasionalisasi, capability / kemampuan, greed / keserakahan dan exposure /

pengungkapan dalam menjelaskan terjadinya Fraud / kecurangan digambarkan hanya

mampu menjelaskan Fraud yang terjadi pada perusahaan farmasi disumatera utara

sebesar 73,8% sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel lainnya diluar penelitian ini.

6.2 Saran

Berdasarkan pada kesimpulan dan keterbatasan penelitian, maka Peneliti dapat

memberikan beberapa saran sebagai berikut:

1. Perusahaan perlu lebih meningkatkan kesejahteraan karyawan dimana pemberian

insentif atau bonus atas kinerja yang diberikan secara berkala agar fraud / kecurangan

yang disebabkan tekanan finansial dapat diatasi.selain itu juga peningkatan sistem

ataupun prosedur yang menjadi peluang untuk memicu tindakan fraud / kecurangan itu

dapat terjadi.

2. Peneliti selanjutnya diharapkan menambah jumlah variabel independen lainnya seperti,

Personal Ethics , Idealisme Pemimpin dan penggunakan teknologi guna meminimalisir

terjadinya Fraud / kecurangan.

3. Peneliti selanjutnya dapat menambah sampel perusahaan yang lebih banyak dan

bervariasi sebagai khazanah keilmuan untuk penelitian pada bidang ini.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


81

DAFTAR PUSTAKA

Abdullahi, Mansor, Nuhu (2015), Fraud Triangle Theory and Fraud Diamond Theory :
Understanding the Convergent and Divergent for Future Research

Ajzen, Icek. 2005. Attitudes, Personality, and Behavior. Edisi Kedua. England: Open
University Press.

Ajzen, Icek dan Fishbein, Martin. 2005. The Influence of Attitudes on Behavior. Prentice-Hall,
Englewood-Cliffs. New Jersey.

Al Hakim (2017), Persepsi Auditor dan Pelaku Terhadap Faktor Penyebab Fraud (Kasus di
Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta)

Albrecht, et al. 2011. Asset Misappropriation Research White Paper for the Institute for Fraud
Prevention

Arifianti, Santoso, Handajani (2015) Perspektif Triangle Fraud Theory Dalam Pengadaan
Barang/Jasa Di Pemerintah Provinsi Ntb

Arikunto, Suharimi. 2002. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka
Cipta.

Bologna, G. Jack., Robert J.Lindquist and Joseph T. Wells. (1993). Investigation Audit. 4th
Edition, New Jersey: Prentice-Hall

Cressey, D. R. (1953). Other People’s Money. Montclair, NJ: Patterson Smith, pp.1300

Dorminey , Fleming, Kranacher & Riley (2012), The Evolution of Fraud Theory

Dadang. 2017. “Indeks Persepsi Korupsi 2016, Indonesia Hanya Naik 1 Poin”. 25 Januari
2017. Diakses pada 29 Desember 2018.
http://news.okezone.com/read/2017/01/25/337/1600848/indeks-persepsi-korupsi-2016-
indonesia-hanya-naik-1-poin

Darwin Purba. 2015. Menuju Indonesia Baru. Jakarta: Guepedia

Dellaportas (2012), Conversations with inmate accountans : Motivation, Opportunity and the
Fraud Triangle

Dewani, R. A., & Chariri, A. (2015). Money laundering dan keterlibatan wanita (Artis):
Tantangan baru bagi auditor investigasi. Diponegoro Journal of Accounting, 4(3), 1-
6.

Hamdani, Rizki. 2015. Korupsi di Indonesia: Alasan, Tujuan, Pandangan, dan Klasifikasi.
Yogyakarta: Tesis Program Magister Akuntansi, Universitas Islam Indonesia.

81

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


82

Hafiz, Muhammad Shareza. 2017. Analisis Pemanfaatan Jabatan Perpetrator Dalam


Melakukan Korupsi (Studi Atas Persepsi Akademisi Dan Praktisi Di Provinsi
Sumatera Utara). Yogyakarta: Tesis Program Magister Akuntansi, Universitas Gadjah
Mada.

Hanapi (2017), Analisis Fraud Pada Pengadaan Barang dan Jasa (Studi Kasus Kabupaten
Buol)

Indonesian Corruption Watch. 2017. “Sektor Pelayanan Publik Paling Rawan Dikorupsi”
Diakses pada tanggal 26 Desember 2018.
https://antikorupsi.org/id/news/sektor-pelayanan-publik-paling-rawan-dikorupsi

Indonesian Corruption Watch. 2018. “Outlook Korupsi Politik 2018” Diakses pada tanggal 27
Desmeber 2018.
https://antikorupsi.org/sites/default/files/outlook_korupsi_politik_2018_110118.pdf

Isgiyata, Indayani, Budioni, 2018. Studi Tentang Teori Gone dan Pengaruhnya Terhadap Fraud
Dengan Idealisme Pimpinan Sebagai Variabel Moderasi: Studi Pada Pengadaan
Barang/Jasa di Pemerintahan. Jurnal Dinamika Akuntansi dan Bisnis.Vol. 5(1), pp 31 -42 .

Jogiyanto, H.M.,(2011),Metodologi Penelitian Bisnis., Edisi Keempat., BPFE, Yogyakarta:


66-70.

Kassem and Higson. 2012. The New Fraud Triangle Model. Journal of Emerging Trends in
Economics and Management Sciences (JETEMS) 3(3): 191-195 © Scholarlink
Research Institute Journals, 2012 (ISSN: 2141-7024). British University. UK

Kassem & Higson (2012), The New Fraud Triangle Model,

Komisi Pemberantasan Korupsi. 2017 . “Laporan Tahunan 2017” Diakses pada tanggal 26
Desember 2018.
https://www.kpk.go.id/nuweb/images/Laporan%20Tahunan%20KPK%202017.pdf

Mufakkir & Listiadi (2016) , Pengaruh Faktor Yang Terdapat Dalam Dimensi Fraud
Triangle Terhadap Perilaku Kecurangan

Manossoh (2016), Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Fraud Pada Pemerintah Di Provinsi


Sulawesi Utara

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


83

Merdeka.com. 2018. “Kejaksaan setor uang pengganti korupsi alkes di Sumut Rp 4,2 M ke kas

Negara” Diakses tanggal 05 Desember 2018.

https://www.merdeka.com/peristiwa/kejaksaan-setor-uang-pengganti-korupsi-alkes-di-

sumut-rp-42-m-ke-kas-negara.html

Nurharjanti (2017), Faktor-faktor yang berhubungan dengan fraud pengadaan Barang/Jasa di


Lembaga Publik

Okezone.com. 2018. “Kejati Sumut Tahan Tersangka Korupsi Alkes Senilai Rp1,2 Miliar”
Diakses tanggal 05 Desember 2018.
https://news.okezone.com/read/2018/03/10/340/1870668/kejati-sumut-tahan-
tersangka-korupsi-alkes-senilai-rp1-2-miliar.

Purwanto, Mulyadi & Anwar (2017), Kajian Konsep Diamond Fraud Theory Dalam
Menunjang Efektivitas Pengadaan Barang/Jasa Di Pemerintah Kota Bogor

Prabowo (2014), To be corrupt or not to be Corrupt : Understanding the behavioral side of


corruption in Indonesia

Ristianingsih (2017), Telaah Konsep Fraud Diamond Theory Dalam Mendeteksi Perilaku
Fraud Di Perguruan Tinggi

Ruankaew (2016), Beyond the Fraud Diamond

Schultz, D. P. & Schultz, S. E. (2005). Theories of personality. (edisi ke 8). California:


Thomson Wadsworth

Sopotan, Tinangon, dan Lambey (2017), Analisis Resiko Kecurangan terhadap Sistem
Pengelolaan Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional Di FKTP Pemerintah Kota
Bitung

Sorunke, Abayomi (2016), Personal Ethics and Fraudster Motivation : The Missing Link in
Fraud Triangle and Fraud Diamond Theories

Sugiyono, (2009), Metode Penelitian Kuantitatif, Alfabeta, Bandung: 12-17.

Sugiyono, (2014), Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,Kualitatif, dan R&D,


Alfabeta, Bandung: 25-30.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


84

Tribunmedan.com. 2018. “Mau Ditangkap Tersangka Korupsi Alat Kesehatan Sembunyi Di-Dalam
Lemari” Diakses tanggal 06 Desember 2018.
http://medan.tribunnews.com/2017/11/29/mau-ditangkap-tersangka-korupsi-alat-
kesehatan-sembunyi-di-dalam-lemari.

Widyasari (2016), Analisis kegagalan Implementasi E-Procurement Dalam Pencegahan Fraud

Wolfe, David T.; Hermanson, Dana R. 2004. The Fraud Diamond: Considering the Four
Elements of Fraud. CPA Journal; Dec2004, Vol. 74 Issue 12, p38.

Zahara, 2016. Pengaruh Tekanan, Kesempatan Dan Rasionalisasi Terhadap Tindakan


Kecurangan (Fraud). (Survei pada Narapidana Tipikor di Lembaga Pemasyarakatan
Kelas II A Kota Pekanbaru).

Zulaikha dan Hadiprajitno, B, Th, P. 2016. Faktor-Faktor Yang Memengaruhi


P r o c u r e m e n t Fraud: Sebuah Kajian Dari Perspektif Persepsian Auditor
Eksternal(FactorsAffectingProcurement Fraud: A Study From The Perceived
Perspective Of ExternalAuditor). Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia.Vol. 13,
No. 2, hal 194 -22046.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


85

Lampiran 1 : Review Jurnal Terdahulu

Nama
Judul
No Peneliti / Variabel Penelitian Hasil Penelitian
Penelitian
Tahun
1. Mufakkir Pengaruh Variabel Independen Terdapat pengaruh
& Listiadi Faktor Yang : positif signifikan antara
(2016) Terdapat Tekanan Akademik, factor-faktor dalam
Kesempatan dimensi fraud triangle
Dalam
Menyontek, dan yaitu tekanan
Dimensi Rasionalisasi akademik, kesempatan
Fraud Menyontek. menyontek, dan
Triangle rasionalisasi
Terhadap Variabel Dependen : menyontek secara
Perilaku Perilaku Kecurangan simultan terhadap
Kecurangan Akademik Siswa perilaku kecurangan
akademik siswa kelas
Akademik
XI Akuntansi di SMK
Negeri 10 Surabaya.

Terdapat pengaruh
positif signifikan antara
tekanan akademik &
Rasionalisasi
Menyontek terhadap
perilaku kecurangan
akademik siswa kelas
XI Akuntansi di SMK
Negeri 10 Surabaya.
Dan Tidak terdapat
pengaruh kesempatan
menyontek terhadap
perilaku kecurangan
akademik siswa kelas
XI Akuntansi di SMK
Negeri 10 Surabaya.
Hal ini berarti
kesempatan yang
dimiliki siswa tidak
mempengaruhi perilaku
kecurangan akademik
terjadi pada kelas XI di
SMK Negeri 10
Surabaya.
2. Purwanto, Kajian Variabel Independen 1. hasil penelitian
Mulyadi & Konsep : yang diperoleh
Anwar Diamond Pressure , menunjukkan
(2017) Opportunity, bahwa pressure,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


86

Fraud Rasionalization & opportunity,


Theory Capability rationalization
Dalam dan capability
Variabel Dependen : secara
Menunjang
Fraud Pengadaan simulatan
Efektivitas Barang dan Jasa berpengaruh
Pengadaan terhadap fraud
Barang/Jasa dalam
Di pengadaan
Pemerintah barang dan jasa
Kota Bogor pada
Pemerintahan
Kota Bogor.
disamping
kolusi dalam
memicu terjadi
fraud.

2. Henelitian
diperoleh
bahwa pressure
berpengaruh
terhadap fraud
Pengadaan
Barang/Jasa di
Pemerintah
Kota Bogor.
Pressure
memiliki
hubungan
negatif terhadap
fraud
Pengadaan
Barang/Jasa
Pemerintah
yang artinya
semakin
meningkatnya
pressure/tekana
n dalam
Pengadaan
Barang/Jasa
Pemerintah
maka semakin

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


87

menurun tingkat
terjadinya fraud
Pengadaan
Barang/Jasa
Pemerintah di
Pemerintah
Kota Bogor.

3. Hasil penelitian
diperoleh
bahwa
opportunity,
rationalization
dan capability
berpengaruh
terhadap fraud
Pengadaan
Barang/Jasa di
Pemerintah
Kota Bogor,
yang artinya
semakin
meningkat
opportunity/Kes
empatan,
rationalization
dan capability
dalam
Pengadaan
Barang/Jasa
Pemerintah
maka semakin
meningkat pula
tingkat
terjadinya fraud
Pengadaan
Barang/Jasa
Pemerintah di
Pemerintah kota
Bogor.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


88

3. Manossoh Faktor- Variabel : Hasil dari penelitian ini


(2016) Faktor menunjukkan terdapat
Penyebab fraud, tekanan, sejumlah faktor
Terjadinya kesempatan, alasan penyebab terjadinya
Fraud Pada pembenaran, Sistem fraud, diantaranya
Pemerintah adalah karena adanya
Di Provinsi tekanan, adanya
Sulawesi kesempatan, serta
Utara alasan pembenaran.
Dari faktor ini, dapat
dengan mudah terjadi
dikarenakan kondisi
dari sistem dan perilaku
orang yang
berhubungan dengan
pengelolaan keuangan.
4. Widyasari Analisis E-Procurement, Rasionalisasi pelaku
(2016) kegagalan Fraud, Fraud fraud meyakini atau
Implementasi Triangle, Modus, merasa bahwa
E- Motif, Studi Kasus, tindakannya bukan
Procurement Kualitatif merupakan suatu
Dalam kecurangan tetapi
Pencegahan adalah suatu hal yang
Fraud menjadi haknya.
Mencari pembenaran
atas aktivitasnya yang
mengandung fraud.
5. Hanapi Analisis Fraud pada 1. Sebagian besar
(2017) Fraud Pada Pengadaan Barang fraud terjadi pada
Pengadaan & Jasa , the triangle pengadaan barang
Barang dan fraud theory, theory dan jasa di
Jasa (Studi of differential kabupaten buol
Kasus association, the adalah Opportunity
Kabupaten perception of yang cukup besar
Buol) detection, GONE pada proses
Theory, Pemerintah kegiatan pengadaan
Daerah, Audit barang dan jasa.
Barang dan Jasa 2. Faktor rasionalisasi
menjadi penyebab
terjadinya fraud
yakni PPK
menerima uang dari
Pihak ke tiga.
6. Al Hakim Persepsi 1. Faktor
(2017) Auditor dan Penyebab masih
Pelaku terjadinya fraud
Terhadap di DIY
Faktor berdasarkan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


89

Penyebab pandangan
Fraud (Kasus Auditor &
di Wilayah Pelaku adalah
Daerah Kurangnya
Istimewa pengawasan
Yogyakarta) dari atasan
langsung dan
tidak langsung,
adanya posisi
jabatan
(Kewenangan)
berkenaan
dengan
Capability /
Kemampuan,
Kebutuhan,
Gaya hidup dan
sistem politik
yang ada.
2. Faktor
penyebab fraud
yang diakui
pelaku tetapi
tidak ada
pandangan dari
auditor adalah
Tekanan dari
Oknum
(Pressure),
Keserakahan ,
Sistem
penegakan
hukum tidak
optimal,
kurangnya
pemahaman
terhadap
peraturan,
kesamaan
perbuatan
(Rasionalisasi)
dan meminjam
dan akan
mengembalikan
(rasionalisasi).
7. Nurharjant Faktor-faktor Variabel Independen Dalam penelitian ini
i (2017) yang : menemukan bahwa
berhubungan Kualitas Panitia, Kualitas Panitia,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


90

dengan fraud Kualitas Penyedia Kualitas Penyedia


pengadaan Barang/Jasa, Sistem Barang/Jasa, Sistem
Barang/Jasa dan Prosedurdan Prosedur
di Lembaga Pengadaan, EtikaPengadaan, Etika
Publik Pengadaan, Pengadaan,
Lingkungan Lingkungan
Pengadaan, Pengadaan, Penilaian
Penilaian Resiko Resiko berpengaruh
terhadap fraud
Variabel Dependen : pengadaan barang dan
Fraud Pengadaan jasa pada penelitian di
Barang/Jasa perguruan tinggi
negeri.

8. Arifianti, Perspektif Fraud Pengadaan Hasil penelitian


Santoso, Triangle Barang/jasa, menunjukkan Fraud
Handajani Fraud karakteristik pokja Pengadaan barang/ jasa
(2015) Theory ULP/ pejabatdipengaruhi
Dalam pengadaan, karakteristik pokja
Pengadaan kesesuaian ULP/ pejabat
Barang/Jasa kompensasi, SPI pengadaan dan sistem
Di pengendalian intern (
Pemerintah Adanya Peluang)
Provinsi Ntb namun tidak
dipengaruhi oleh
kesesuaian kompensasi.
Hasil ini mendukung
pentingnya pendekatan
karakteristik pokja
ULP/ pejabat
pengadaan dan sistem
pengendalian intern
dalam proses
pengadaan barang/ jasa
dengan meningkatkan
integritas dan
kompetensi pokja ULP/
pejabat pengadaan dan
menjalankan SPI secara
efektif dan efisien.
9. Ristianings Telaah Fraud, Fraud Hasil Penelitian,
ih (2017) Konsep Diamond Theory, keempat elemen fraud
Fraud proksi diamond tidak dapat
Diamond diteliti secara langsung,
Theory oleh karena itu
Dalam diperlukan proksi-
Mendeteksi proksi tertentu untuk
Perilaku mengukurnya. Dari

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


91

Fraud Di penjelasan teoritis


Perguruan tersebut diatas, konsep
Tinggi Fraud Diamond Theory
yaitu tekanan
(pressure) yang
diproksikan dengan
variabel kepuasan
kompensasi, keadilan
organisasi, dan tekanan
situasional berupa
otoritas atasan;
variabel kesempatan
(opportunity) yang
diproksikan dengan
variabel keefektifan
pengendalian internal,
penegakan
hukum/aturan, dan
asimetri informasi;
variabel rasionalisasi
(rationalization) yang
diproksikan dengan
variabel budaya
organisasi dan
komitmen organisasi;
serta variabel
kemampuan capability)
yang diproksikan
dengan posisi dalam
pekerjaan, level
penalaran moral, dan
kompetensi.

10. Sopotan, Analisis Resiko kecurangan, Hasil Peneilitian


Tinangon, Resiko sistem, dana kapitasi menunjukan Lemahnya
dan Kecurangan JKN pengelolaan dana
Lambey terhadap
Kapitasi JKN,
(2017) Sistem
Pengelolaan Lemahnya SIstem
Dana Pengendalian Internal
Kapitasi merupakan Peluang /
Jaminan Opportunity akan
Kesehatan resiko timbulnya
Nasional Di prilaku Fraud.
FKTP
Tekanan / Pressure dari
Pemerintah
Kota Bitung lingkungan pekerjaan
dapat menimbulkan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


92

resiko kecurangan
dengan adanya
pemotongan belanja
jasa pelayanan
kesehatan.
11. Sorunke, Personal Fraud, Personal Penelitian ini
Abayomi Ethics and Ethics,Fraud menekankan bahwa
(2016) Fraudster Triangle, Fraud Personal Ethics adalah
Motivation : Diamond, Fraud variabel baru untuk
The Missing Pentagon mempermudah dalam
Link in menyingkap terjadinya
Fraud fraud yang telah
Triangle and dikembangkan dari
Fraud teori Fraud Triangle
Diamond dan Fraud Diamond
Theories untuk lebih dalam
melihat penyebab
terjadinya fraud.

Dan memberikan solusi


atas pencarian ilmiah
dalam mengungkap
fraud berdasarkan
beberapa teori yang
telah diuji.
12. Ruankaew Beyond the Fraud, Fraud Tekanan , Peluang,
(2016) Fraud Triangle, Fraud Rasionalisasi dan
Diamond Diamond Kemampuan menjadi
hal yang tidak
terpisahkan dari pada
fraud yang terjadi
menjadi model yang
komperhensip bagi
auditor internal untuk
menilai resiko
terjadinya fraud.
13. Dellaporta Conversation Fraud Triangle, Tiga elemen dari
s (2012) s with inmate Inmate segitiga Fraud (
accountans : Accounting,Knowla Pressure, Opportunity
Motivation, dge, Opportunity, dan Rationalization)
Opportunity Motivation, Trust hadir di
and the tindakan curang yang
Fraud dilakukan oleh
Triangle pelanggar yang
berpartisipasi dalam
penelitian ini. Salah
satu motif dominan,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


93

para pelaku
dalam penelitian ini
dipengaruhi oleh strain
yang secara luas
diklasifikasikan ke
dalam keuangan
(kegagalan bisnis dan
investasi serta
keserakahan)
14. Wolfe , The Fraud The Fraud Diamond Kemampuan /
Hermanso Diamond : : Considering the Capability Menjadi
n (2004) Considering Four elements of suatu hal penting
the Four fraud menurut penelitian
elements of mereka dalam
fraud membentuk kasus fraud
yang dilakukan
individu. Dimana
sebagai pelengkap
daripada elemen
penyebab terjadinya
fraud.
15. Prabowo To be corrupt Corruption, Penelitian ini
(2014) or not to be Indonesia, Fraud, menunjukkan dalam
Corrupt : Fraud Triangle, diskusinya Setiap kali
Understandin Rationality, Fraud pelaku korupsi
g the Investigation, potensial masuk
behavioral Reasearch Paper lingkungan di mana
side of tekanan / motivasi,
corruption in peluang dan
Indonesia. rasionalisasi untuk
melakukan korupsi
hadir, pelaku tersebut
akan melakukannya
secara sadar atau tidak
sadar menilai semua
manfaat dan biaya yang
akan ditanggungnya
sebelumnya
memutuskan untuk
melakukan atau tidak
melakukan
korupsi. Dengan
demikian, dia akan
menugaskan
nilai subjektif untuk
setiap elemen biaya-
manfaat untuk
melakukan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


94

pertimbangan dan
mempertimbangkan
manfaat yang akan
didapatkan secara
besar.
16. Kassem & The New Fraud, Fraud Motivasi, Peluang, dan
Higson Fraud Triangle, Cressey’s Personal Integritas
(2012) Triangle Fraud Theory, Fraud yang merupangan
Model Models, Fraud variabel pengubah
Detection rasionalisasi serta
kapabilitas atau
kemampuan menjadi
model baru untuk
mengembangkan
kerangka konsep dalam
menyelami penyebab
terjadinya fraud dan
menjadikan elemen
tersebut untuk menjadi
penilai resiko bagi
seorang Auditor
Eksternal dalam
meninimalisir
terjadinya Fraud.
17. Abdullahi, Fraud Fraud, Fraud Capability atau
Mansor, Triangle diamond theory, Kemampuan adalah
Nuhu Theory and Fraud Triangle elemen penting dari
(2015) Fraud Theory, Forensic tambahan teori Segitiga
Diamond Accounting Fraud yang terjadi.
Theory : Meyakini bahwa
Understandin seseorang tidak dapat
g the melakukan fraud tanpa
Convergent memiliki kemampuan
and untuk menutupi
Divergent for tindakan fraud tersebut.
Future
Research
18. Dorminey The Fraud, Fraudster, Meta-model disajikan
, Fleming, Evolution of Predator, Risk sebagai kerangka kerja
Kranacher Fraud Theory Assessment , Fraud untuk mengidentifikasi
& Riley Triangle, Fraud area potensial Fraud
(2012) Diamond, Fraud untuk kemudian hari
Pentagon, dalam
Accidental penelitian, menyoroti
Fraudster, Predator pertanyaan terbuka
Fraudsetr, berkenaan dengan
Management karakteristik penipu,
Override, Collusion, pemahaman kombinasi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


95

White-collar Crime karakteristik sebagai


anteseden untuk
penipuan, dan
mengenali efek dari
karakteristik pada
kemungkinan
penipuan. Serta Kolusi
menjadi hal yang
paling sulit di awasi
dan menjadi elemen
yang menimbulkan
kerugian terbesar yang
terjadi dalam kasus
Fraud.
19. Dewi Analisis Variabel: Seluruh 1. Kasus korupsi dana
(2017) Kasus Komponen pada bantuan politik PPP
Korupsi GONE theory dan disebabkan oleh
Dana Arogansi pemangku lemahnya system
Bantuan jabatan pengawasan yang
Partai Politik ada.
PPP Kota 2. Adanya faktor
Jepara keserakahan pada
masing-masing
individu untuk
mendapatkan jabatan
tertentu sehingga
mampu melakukan
apapun, walaupun
hal tersebut
bertentangan.
3. Kebutuhan yang
harus terpenuhi
begitu banyak
menjadikan
seseorang nekat
melakukan
kecurangan.
4. Penyalahgunaan
wewenang atau
jabatan sebagai
Ketua Bendahara
dengan melanggar
penggunaan sumber
dana APBD untuk
THR dan
kepentingan
pribadinya.
5.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


96

20 Hafiz Analsis Variabel: Seluruh Perpetrator


(2017) Pemanfaatan Komponen pada memanfaatkan
Jabatan fraud triangle theory jabatannya untuk
Perpetrator melakukan korupsi
dalam dikarenakan faktor
Melakukan tekanan kebutuhan
Korupsi di keuangan dan
Provinsi pekerjaan, kesempatan
Sumatera yang tersedia atas
Utara lemahnya system yang
ada, serta rasionalisasi
bahwa Negara
memiliki hutang budi
kepada perpetrator
21 Maria, Empirical Variabel : Hasil dari penelitian
Gudono Test of Fraud tersebuat adalah
(2017) Triangle Fraud; fraud triangle Kondisi dimana
Theory on theory; local tekanan, peluang dan
Local government rasionalisasi memiliki
Government pengaruh positif
(Evidence terhadap kecurangan
from pada pemerintah di
Indonesia) Indonesia.
22. Anfas, Pengaruh Variabel Independen Berdasarkan hasil
Mahdi, Gone Theory : Kebutuhan, penelitian dapat
dan Terhadap Pengungkapan, diambil kesimpulan
Umasugi Kecurangan Keserakahan, Pengungkapan dalam
(2018) Akademik Kesempatan variable penelitian ini
Mahasiswa berpengaruh terhadap
Strata Satu Variabel Dependen: perilaku kecurangan
(S-1) Di kecurangan Akademik.
Lingkungan akademik
Universitas
Terbuka
Upbbj
Ternate

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


97

LAMPIRAN 2 : JAWABAN RESPONDEN & Data Olahan SPSS

PRESSURE / TEKANAN
RESP/Q 1 2 3 4
1 5 4 5 4
2 5 5 5 4
3 5 4 5 4
4 4 5 4 4
5 5 4 5 4
6 5 5 5 4
7 4 5 4 3
8 4 4 4 5
9 5 5 5 4
10 4 5 4 4
11 4 5 4 4
12 5 5 5 4
13 4 5 4 4
14 4 5 4 4
15 5 5 5 4
16 4 5 4 4
17 4 5 4 4
18 3 5 3 4
19 4 3 4 4
20 5 5 5 4
21 5 5 5 4
22 4 3 4 4
23 4 5 5 4
24 4 5 5 4
25 5 4 5 4
26 4 4 4 4
27 5 4 5 4
28 5 4 5 4
29 4 4 4 4
30 5 4 5 4
31 4 4 4 5
32 5 4 5 4
33 5 4 5 4
34 5 5 4 5
35 5 4 4 4
36 5 4 5 4
37 5 3 5 3
38 3 4 3 4
39 4 4 4 5

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


98

40 5 4 4 5
41 5 4 4 4
42 5 5 3 5
43 5 5 5 5
44 5 5 5 4
45 5 5 5 5
46 4 5 5 5
47 5 5 5 5
48 4 5 5 4
49 5 5 5 5
50 4 5 5 5
51 5 5 5 5
52 5 5 5 5
53 4 4 4 4
54 4 4 4 3
55 3 3 3 3
56 3 3 3 4
57 3 3 3 3
58 3 3 3 4
59 4 4 4 4
60 4 4 4 4
61 3 3 3 4

OPPORTUNITY / KESEMPATAN
RESP/Q 1 2 3 4
1 4 4 4 5
2 4 5 4 5
3 4 4 5 5
4 4 5 3 4
5 4 3 3 4
6 4 2 5 5
7 4 4 4 4
8 4 4 2 4
9 4 4 4 4
10 3 3 4 3
11 5 3 4 3
12 5 4 5 5
13 5 4 5 5
14 5 5 5 4
15 4 4 4 5
16 5 5 4 4
17 4 5 5 3
18 5 4 4 5

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


99

19 5 4 5 4
20 5 3 4 4
21 5 4 5 4
22 5 4 5 4
23 5 3 4 4
24 4 4 4 3
25 4 3 4 3
26 5 3 5 3
27 4 3 4 4
28 4 2 5 3
29 4 4 4 2
30 4 2 4 2
31 4 3 4 2
32 2 3 2 3
33 5 4 5 5
34 5 4 5 5
35 5 5 5 4
36 4 4 4 5
37 5 5 4 4
38 5 4 5 4
39 5 3 4 4
40 4 2 5 3
41 4 4 4 2
42 4 4 4 5
43 5 5 5 5
44 4 4 4 5
45 4 4 4 4
46 4 4 4 5
47 4 5 4 5
48 4 4 4 4
49 5 4 4 5
50 4 4 4 4
51 4 4 4 5
52 4 4 4 5
53 4 4 3 4
54 4 4 4 4
55 3 3 3 3
56 3 4 3 3
57 4 3 4 3
58 4 3 3 3
59 4 4 4 4
60 4 3 3 4

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


100

61 4 4 4 3

RATIONALIZATION / RASIONALISASI
RESP/Q 1 2 3 4
1 4 3 3 5
2 4 5 4 5
3 5 4 4 4
4 5 4 5 4
5 4 4 4 4
6 4 4 4 5
7 5 4 4 4
8 5 5 5 5
9 4 4 4 4
10 4 4 5 5
11 4 5 4 4
12 4 4 4 4
13 4 4 4 4
14 4 5 4 5
15 5 5 5 4
16 4 5 4 4
17 4 4 5 4
18 5 5 3 4
19 4 5 5 4
20 4 4 5 5
21 5 5 5 4
22 4 4 4 4
23 4 4 5 5
24 5 4 4 4
25 5 5 5 4
26 5 5 5 5
27 4 4 4 4
28 5 5 5 4
29 4 5 5 5
30 5 5 5 5
31 5 5 5 4
32 4 3 5 5
33 5 3 5 3
34 5 5 5 5
35 4 5 5 5
36 4 5 5 4
37 4 3 5 4

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


101

38 5 5 3 5
39 4 5 5 5
40 5 5 5 5
41 5 5 3 5
42 4 4 4 4
43 5 4 4 4
44 4 5 4 4
45 4 4 4 4
46 5 5 4 4
47 5 5 4 4
48 4 4 4 4
49 5 5 4 4
50 4 4 4 5
51 4 5 4 5
52 5 5 5 4
53 4 4 4 4
54 4 4 3 4
55 3 3 3 3
56 3 3 4 3
57 3 3 3 4
58 3 3 4 4
59 4 4 4 4
60 4 4 4 4
61 3 3 4 4

CAPABILITY / KEMAMPUAN
RESP/Q 1 2 3 4
1 4 4 4 4
2 4 4 4 4
3 4 4 4 4
4 3 3 2 2
5 4 4 4 4
6 3 3 3 3
7 3 3 3 3
8 3 3 3 3
9 3 3 3 3
10 3 3 3 3
11 3 2 3 2
12 3 3 3 3
13 4 4 4 4
14 3 2 2 3
15 4 4 4 3
16 3 3 3 1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


102

17 4 4 4 4
18 3 3 3 3
19 4 4 4 4
20 3 3 3 3
21 3 3 3 3
22 3 3 3 3
23 3 3 3 3
24 3 3 3 3
25 4 4 4 4
26 3 4 4 3
27 4 4 4 4
28 3 3 3 4
29 4 4 4 3
30 3 3 4 3
31 4 4 4 3
32 4 4 3 4
33 3 3 3 3
34 4 4 4 4
35 3 2 2 3
36 4 4 4 3
37 3 3 3 1
38 3 3 3 3
39 3 3 3 3
40 3 3 3 4
41 4 4 4 3
42 4 5 5 5
43 4 5 5 5
44 5 4 5 4
45 4 4 4 4
46 5 4 5 3
47 5 4 5 3
48 4 4 4 3
49 5 4 5 3
50 4 4 4 4
51 5 4 4 4
52 4 4 4 3
53 4 3 3 4
54 4 4 4 4
55 3 3 4 5
56 4 3 3 4
57 3 4 3 5
58 3 3 3 4

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


103

59 4 4 4 4
60 3 3 3 3
61 4 4 4 4

GREED / KESERAKAHAN
RESP/Q 1 2 3 4
1 3 5 5 5
2 3 5 5 4
3 4 3 3 3
4 5 5 5 5
5 4 1 1 2
6 4 1 1 3
7 2 4 4 4
8 3 3 3 3
9 2 3 3 3
10 3 3 3 3
11 4 1 1 2
12 3 5 3 3
13 4 2 2 2
14 4 1 1 2
15 3 5 3 3
16 3 5 3 3
17 3 3 3 3
18 3 3 4 4
19 4 3 3 3
20 4 5 5 5
21 1 5 1 1
22 4 3 3 3
23 4 3 3 3
24 4 3 3 3
25 4 3 3 3
26 3 3 3 3
27 3 3 3 3
28 3 3 3 3
29 3 3 3 3
30 3 3 3 3
31 4 3 3 3
32 4 3 3 3
33 3 5 3 3
34 4 2 2 2
35 4 1 1 2
36 3 5 3 3
37 3 5 3 3

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


104

38 4 3 3 3
39 4 3 3 3
40 3 3 3 3
41 3 3 3 3
42 5 5 5 4
43 5 5 5 4
44 4 4 4 4
45 4 4 3 4
46 3 3 3 3
47 3 3 4 3
48 3 3 3 4
49 3 3 4 4
50 4 4 4 4
51 4 4 4 4
52 3 3 4 4
53 4 4 3 3
54 3 4 4 3
55 5 5 5 5
56 4 4 3 3
57 5 5 5 4
58 3 4 4 3
59 4 4 4 5
60 4 3 3 5
61 5 4 4 3

EXPOSURE / PENGUNGKAPAN
RESP/Q 1 2 3 4
1 4 4 4 4
2 4 4 4 4
3 4 4 4 4
4 3 4 4 4
5 2 2 4 3
6 4 4 5 5
7 4 4 5 4
8 4 4 5 5
9 4 5 5 4
10 3 4 5 5
11 3 3 4 4
12 2 3 4 4
13 4 5 5 4
14 2 4 4 4
15 3 4 4 4
16 2 2 4 4

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


105

17 4 4 4 4
18 2 2 4 4
19 2 4 4 4
20 2 4 4 4
21 2 2 5 5
22 4 4 5 4
23 3 4 4 4
24 5 5 5 4
25 4 4 5 4
26 4 4 5 4
27 4 4 5 4
28 4 4 4 5
29 4 4 4 5
30 4 4 4 5
31 4 3 4 3
32 3 4 4 5
33 2 3 4 4
34 4 5 5 4
35 2 4 4 4
36 3 4 4 4
37 2 2 4 4
38 4 4 5 4
39 3 4 4 4
40 4 4 4 5
41 4 4 4 5
42 4 4 3 3
43 4 4 4 3
44 4 3 3 3
45 4 4 4 2
46 3 3 4 3
47 4 3 3 4
48 3 4 3 4
49 3 3 3 3
50 4 4 4 4
51 3 3 3 4
52 4 4 4 3
53 4 4 3 3
54 4 4 4 4
55 5 4 5 5
56 4 4 3 3
57 5 4 5 4
58 4 4 4 4

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


106

59 4 5 4 3
60 3 5 3 5
61 4 3 4 3

FRAUD / KECURANGAN
RESP/Q 1 2 3 4
1 5 4 4 5
2 4 5 4 5
3 4 5 5 5
4 4 5 4 5
5 5 4 4 4
6 4 5 5 5
7 5 5 5 5
8 4 4 4 4
9 5 4 4 4
10 4 5 4 5
11 4 4 5 5
12 4 4 4 4
13 5 4 5 4
14 4 5 4 5
15 4 5 4 4
16 4 4 5 4
17 4 5 5 4
18 4 4 5 4
19 5 5 4 4
20 4 4 4 5
21 4 4 5 4
22 5 4 4 5
23 4 4 4 4
24 4 4 5 4
25 5 4 4 5
26 4 5 5 5
27 4 5 4 4
28 5 4 4 4
29 5 4 4 5
30 4 5 4 4
31 5 5 5 5
32 3 5 5 5
33 5 3 3 3
34 5 3 3 2
35 3 3 3 4
36 3 4 4 2
37 3 3 3 2

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


107

38 5 5 5 2
39 5 1 1 2
40 3 3 3 4
41 3 3 3 3
42 4 3 4 4
43 3 3 4 4
44 3 3 4 4
45 4 3 2 4
46 3 3 2 3
47 4 3 2 4
48 4 3 3 3
49 3 3 3 3
50 4 5 4 4
51 3 3 4 4
52 3 2 4 4
53 3 2 3 3
54 3 4 4 3
55 5 4 4 5
56 4 3 3 4
57 5 2 4 5
58 5 3 3 3
59 2 3 4 4
60 2 3 3 3
61 3 3 3 4

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


108

UJI VALIDITAS

PRESSURE (X1)
Correlations
PRE1 PRE2 PRE3 PRE4 PRESSURE
PRE1 Pearson Correlation 1 ,367** ,778** ,295* ,830**
Sig. (2-tailed) ,004 ,000 ,021 ,000
N 61 61 61 61 61
PRE2 Pearson Correlation ,367** 1 ,435** ,380** ,738**
Sig. (2-tailed) ,004 ,000 ,003 ,000
N 61 61 61 61 61
PRE3 Pearson Correlation ,778** ,435** 1 ,206 ,832**
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,111 ,000
N 61 61 61 61 61
PRE4 Pearson Correlation ,295* ,380** ,206 1 ,581**
Sig. (2-tailed) ,021 ,003 ,111 ,000
N 61 61 61 61 61
PRESSURE Pearson Correlation ,830** ,738** ,832** ,581** 1
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000
N 61 61 61 61 61
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

OPPORTUNITY (X2)
Correlations
OPP1 OPP2 OPP3 OPP4 OPPORTUNITY
OPP1 Pearson Correlation 1 ,254* ,611** ,318* ,734**
Sig. (2-tailed) ,048 ,000 ,012 ,000
N 61 61 61 61 61
OPP2 Pearson Correlation ,254* 1 ,099 ,408** ,654**
Sig. (2-tailed) ,048 ,446 ,001 ,000
N 61 61 61 61 61
OPP3 Pearson Correlation ,611** ,099 1 ,212 ,650**
Sig. (2-tailed) ,000 ,446 ,101 ,000
N 61 61 61 61 61
OPP4 Pearson Correlation ,318* ,408** ,212 1 ,745**
Sig. (2-tailed) ,012 ,001 ,101 ,000
N 61 61 61 61 61
OPPORTUNITY Pearson Correlation ,734** ,654** ,650** ,745** 1
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000
N 61 61 61 61 61
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


109

RATIONALIZATION (X3)
Correlations
RATIONALIZAT
RAT1 RAT2 RAT3 RAT4 ION
RAT1 Pearson Correlation 1 ,580** ,286* ,147 ,731**
Sig. (2-tailed) ,000 ,025 ,260 ,000
N 61 61 61 61 61
RAT2 Pearson Correlation ,580** 1 ,270* ,365** ,818**
Sig. (2-tailed) ,000 ,036 ,004 ,000
N 61 61 61 61 61
RAT3 Pearson Correlation ,286* ,270* 1 ,195 ,639**
Sig. (2-tailed) ,025 ,036 ,133 ,000
N 61 61 61 61 61
RAT4 Pearson Correlation ,147 ,365** ,195 1 ,580**
Sig. (2-tailed) ,260 ,004 ,133 ,000
N 61 61 61 61 61
RATIONALIZATION Pearson Correlation ,731** ,818** ,639** ,580** 1
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000
N 61 61 61 61 61
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

CAPABILITY (X4)
Correlations
CAP1 CAP2 CAP3 CAP4 CAPABILITY
CAP1 Pearson Correlation 1 ,731** ,801** ,351** ,841**
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,006 ,000
N 61 61 61 61 61
CAP2 Pearson Correlation ,731** 1 ,840** ,521** ,912**
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000
N 61 61 61 61 61
CAP3 Pearson Correlation ,801** ,840** 1 ,410** ,900**
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,001 ,000
N 61 61 61 61 61
CAP4 Pearson Correlation ,351** ,521** ,410** 1 ,706**
Sig. (2-tailed) ,006 ,000 ,001 ,000
N 61 61 61 61 61
CAPABILITY Pearson Correlation ,841** ,912** ,900** ,706** 1
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000
N 61 61 61 61 61
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


110

GREED (X5)
Correlations
GRE1 GRE2 GRE3 GRE4 GREED
GRE1 Pearson Correlation 1 -,040 ,225 ,291* ,418**
Sig. (2-tailed) ,760 ,081 ,023 ,001
N 61 61 61 61 61
GRE2 Pearson Correlation -,040 1 ,706** ,500** ,780**
Sig. (2-tailed) ,760 ,000 ,000 ,000
N 61 61 61 61 61
GRE3 Pearson Correlation ,225 ,706** 1 ,811** ,931**
Sig. (2-tailed) ,081 ,000 ,000 ,000
N 61 61 61 61 61
GRE4 Pearson Correlation ,291* ,500** ,811** 1 ,854**
Sig. (2-tailed) ,023 ,000 ,000 ,000
N 61 61 61 61 61
GREED Pearson Correlation ,418** ,780** ,931** ,854** 1
Sig. (2-tailed) ,001 ,000 ,000 ,000
N 61 61 61 61 61
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

EXPOSURE (X6)

Correlations
EXP1 EXP2 EXP3 EXP4 EXPOSURE
EXP1 Pearson Correlation 1 ,549** ,237 -,030 ,717**
Sig. (2-tailed) ,000 ,066 ,817 ,000
N 61 61 61 61 61
EXP2 Pearson Correlation ,549** 1 ,235 ,150 ,755**
Sig. (2-tailed) ,000 ,069 ,248 ,000
N 61 61 61 61 61
EXP3 Pearson Correlation ,237 ,235 1 ,355** ,649**
Sig. (2-tailed) ,066 ,069 ,005 ,000
N 61 61 61 61 61
EXP4 Pearson Correlation -,030 ,150 ,355** 1 ,515**
Sig. (2-tailed) ,817 ,248 ,005 ,000
N 61 61 61 61 61
EXPOSURE Pearson Correlation ,717** ,755** ,649** ,515** 1
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000
N 61 61 61 61 61
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


111

FRAUD (Y)
Correlations
FRA1 FRA2 FRA3 FRA4 FRAUD
FRA1 Pearson Correlation 1 ,268* ,179 ,228 ,546**
Sig. (2-tailed) ,037 ,167 ,078 ,000
N 61 61 61 61 61
FRA2 Pearson Correlation ,268* 1 ,693** ,485** ,842**
Sig. (2-tailed) ,037 ,000 ,000 ,000
N 61 61 61 61 61
FRA3 Pearson Correlation ,179 ,693** 1 ,508** ,813**
Sig. (2-tailed) ,167 ,000 ,000 ,000
N 61 61 61 61 61
FRA4 Pearson Correlation ,228 ,485** ,508** 1 ,752**
Sig. (2-tailed) ,078 ,000 ,000 ,000
N 61 61 61 61 61
FRAUD Pearson Correlation ,546** ,842** ,813** ,752** 1
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000
N 61 61 61 61 61
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

UJI RELIABILITAS
PRESSURE
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 61 100,0
Excludeda 0 ,0
Total 61 100,0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
,742 4

OPPORTUNITY
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 61 100,0
Excludeda 0 ,0
Total 61 100,0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
,634 4

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


112

RATIONALIZATION
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 61 100,0
Excludeda 0 ,0
Total 61 100,0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
,645 4

CAPABILITY
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 61 100,0
Excludeda 0 ,0
Total 61 100,0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
,850 4

GREED
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 61 100,0
Excludeda 0 ,0
Total 61 100,0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
,748 4

EXPOSURE

Case Processing Summary


N %
Cases Valid 61 100,0
Excludeda 0 ,0
Total 61 100,0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
,669 4

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


113

FRAUD
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 61 100,0
Excludeda 0 ,0
Total 61 100,0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
,728 4

REGGRESSION

Descriptive Statistics
Mean Std. Deviation N
FRAUD 3,9098 ,66149 61
PRESSURE 4,3115 ,49928 61
OPPORTUNITY 4,0164 ,52810 61
RATIONALIZATION 4,2910 ,44530 61
CAPABILITY 3,5246 ,59109 61
GREED 3,3852 ,73111 61
EXPOSURE 3,8320 ,48244 61

Correlations
FRAU PRESSUR OPPORTU RATIONA CAPABI GREE EXPOS
D E NITY LIZATION LITY D URE
Pearson FRAUD 1,000 -,081 -,124 ,062 -,149 -,101 ,334
Correlation PRESSURE -,081 1,000 ,340 ,541 ,224 -,157 -,216
OPPORTUNI -,124 ,340 1,000 ,148 ,032 -,046 -,353
TY
RATIONALI ,062 ,541 ,148 1,000 -,131 -,404 ,028
ZATION
CAPABILIT -,149 ,224 ,032 -,131 1,000 ,332 -,022
Y
GREED -,101 -,157 -,046 -,404 ,332 1,000 -,011
EXPOSURE ,334 -,216 -,353 ,028 -,022 -,011 1,000
Sig. (1- FRAUD . ,268 ,171 ,317 ,126 ,218 ,004
tailed) PRESSURE ,268 . ,004 ,000 ,041 ,113 ,047
OPPORTUNI ,171 ,004 . ,128 ,403 ,362 ,003
TY
RATIONALI ,317 ,000 ,128 . ,158 ,001 ,416
ZATION
CAPABILIT ,126 ,041 ,403 ,158 . ,004 ,434
Y
GREED ,218 ,113 ,362 ,001 ,004 . ,466
EXPOSURE ,004 ,047 ,003 ,416 ,434 ,466 .
N FRAUD 61 61 61 61 61 61 61
PRESSURE 61 61 61 61 61 61 61
OPPORTUNI 61 61 61 61 61 61 61
TY
RATIONALI 61 61 61 61 61 61 61
ZATION
CAPABILIT 61 61 61 61 61 61 61
Y
GREED 61 61 61 61 61 61 61
EXPOSURE 61 61 61 61 61 61 61

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


114

Variables Entered/Removeda
Variables
Model Variables Entered Removed Method
1 EXPOSURE, GREED, . Enter
PRESSURE,
CAPABILITY,
OPPORTUNITY,
RATIONALIZATIONb
a. Dependent Variable: FRAUD
b. All requested variables entered.

Model Summaryb
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square Square Estimate
1 ,667a ,735 ,738 ,64867
a. Predictors: (Constant), EXPOSURE, GREED, PRESSURE, CAPABILITY,
OPPORTUNITY, RATIONALIZATION
b. Dependent Variable: FRAUD

ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 3,533 7 ,589 1,399 ,032b
Residual 22,721 54 ,421
Total 26,254 61
a. Dependent Variable: FRAUD
b. Predictors: (Constant), EXPOSURE, GREED, PRESSURE, CAPABILITY, OPPORTUNITY,
RATIONALIZATION

Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients Collinearity Statistics
Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF
1 (Constant) 2,758 1,575 1,751 ,056
PRESSURE ,007 ,229 ,005 ,029 ,067 ,535 1,868
OPPORTUNITY ,014 ,177 ,011 ,076 ,009 ,801 1,248
RATIONALIZATION ,023 ,251 ,016 ,093 ,000 ,561 1,782
CAPABILITY ,138 ,161 ,124 ,861 ,003 ,776 1,289
GREED -,045 ,132 -,050 -,344 ,172 ,756 1,322
EXPOSURE ,449 ,190 ,327 2,363 ,062 ,836 1,197
a. Dependent Variable: FRAUD

Collinearity Diagnosticsa
Variance Proportions
RATION CAPA
Dimensio Eigenv Condition PRESSU OPPORT ALIZATI BILIT GREE EXPOSU
Model n alue Index (Constant) RE UNITY ON Y D RE
1 1 6,893 1,000 ,00 ,00 ,00 ,00 ,00 ,00 ,00
2 ,048 12,029 ,00 ,01 ,01 ,02 ,02 ,47 ,00
3 ,023 17,176 ,00 ,02 ,11 ,00 ,09 ,00 ,34
4 ,020 18,681 ,00 ,00 ,13 ,00 ,69 ,23 ,01
5 ,010 26,183 ,00 ,18 ,52 ,11 ,05 ,15 ,12
6 ,004 41,138 ,03 ,79 ,00 ,58 ,10 ,00 ,24
7 ,002 55,340 ,97 ,00 ,23 ,29 ,04 ,16 ,29
a. Dependent Variable: FRAUD

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


115

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


116

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


117

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Unstandardized
Residual
N 61
Normal Parametersa,b Mean ,0000000
Std. Deviation ,61537803
Most Extreme Differences Absolute ,058
Positive ,058
Negative -,128
Test Statistic ,128
Asymp. Sig. (2-tailed) ,314c
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


118

Medan, 2019

Perihal : Mohon Bantuan Pengisian Kuesioner

Yang Terhormat

Bapak/Ibu

Di Tempat

Dengan Hormat,

Besama ini saya sampaikan bahwa saya bermaksud mengadakan penelitian pada Perusahaan
Farmasi yang ada di Kota Medan. Penelitian ini dilaksanakan dalam rangka penulisan Tesis
sebagai salah satu syarat dalam penyelesaian studi pada program Magister Ilmu Akuntansi di
Universitas Sumatera Utara , dengan judul penelitian “Faktor-faktor yang mempengaruhi
terjadinya Fraud / Kecurangan pada Perusahaan Farmasi di Provinsi Sumatera Utara”.

Sehubungan dengan maksud di atas, saya sangat mengharapkan bantuan Bapak/Ibu untuk
bersedia mengisi instrumen penelitian ini sesuai dengan keadaan dan pengalaman yang
dimiliki. Instrumen ini dirancang sedemikian rupa sehingga tidak seorangpun dapat menelusuri
sumber informasinya. Oleh karena itu Bapak/Ibu diharapkan dapat memberikan jawaban yang
sejujur-jujurnya sesuai dengan keadaan sesungguhnya, dan jawaban tersebut tidak berpengaruh
terhadap kondisi Bapak/Ibu.

Bantuan dan partisipasi Bapak/Ibu merupakan sumbangan yang sangat berharga bagi
terselenggaranya penelitian ilmiah ini. Dan untuk itu semua saya ucapkan terima kasih.

Hormat saya,

Ahmad Riski Albar

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


119

KUESIONER PENELITIAN

I. Pengantar

Bersama ini saya sampaikan daftar pertanyaan kepada Bapak/Ibu dengan permohonan
agar berkenan kiranya meluangkan waktu untuk mengisinya. Pertanyaan dalam daftar ini
berkenaan dengan tanggapan Anda terhadap faktor tekanan, kesempatan, rasionalisasi,
kemampuan, keserakahan, dan pengungkapan terhadap faktor kecurangan. Dalam pengisian
jawaban atas pernyataan dibawah ini tidak ada jawaban yang benar dan salah. Saya bermohon
sekali agar Bapak/Ibu dapat mengisi seluruh pernyataan yang tersedia. Sebab, jika ada salah
satu pernyataan tidak dijawab, maka kuesioner ini tidak dapat digunakan dan di proses lebih
lanjut. Jawaban yang Bapak/Ibu berikan semata-mata hanya untuk kepentingan akademis.

Atas kesediaan Bapak/Ibu memberikan jawaban, saya ucapkan terima kasih.

II. Identitas Responden


Mohon isi data di bawah ini, sesuai dengan identitas diri Anda.

Jenis Kelamin :L/P

Usia : ................................. tahun

Tingkat Pendidikan : SMA, SMK, STM / D3 / S1 / S2 / S3

Masa Kerja : ................................. tahun

III. Petunjuk Pengisian


1. Dibawah ini terdapat 38 pernyataan. Anda diminta untuk mencontreng ( ) pada jawaban
yang tersedia pada tiap item sesuai dengan jawaban yang paling mewakili.

2. Pilihan jawaban terdiri dari 5 jawaban dengan keterangan seperti di bawah ini :
STS : Apabila jawaban Anda adalah “Sangat Tidak Setuju”
TS : Apabila jawaban Anda adalah “Tidak Setuju”
KS : Apabila jawaban Anda adalah “Kurang Setuju”
S : Apabila jawaban Anda adalah “Setuju”
SS : Apabila jawaban Anda adalah “Sangat Setuju”

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


120

Contoh :
NO. PERNYATAAN STS TS KS S SS
1 (Contoh pernyataan...)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


121

III. Kuesioner

1. Tekanan (Pressure)

NO. PERNYATAAN STS TS KS S SS


1 Jika Beban kerja yang ditugaskan pada
karyawan jumlahnya terlalu banyak
kurang sebanding dengan penghasilan
yang diterima akan berakibat
perbuatan curang.
2 Keadaan keuangan yang disebabkan
oleh pengeluaran yang besar pada diri
seseorang akibat hutang dan perilaku
buruk seperti judi dapat menyebabkan
seseorang melakukan tindakan
penyimpangan ditempat pekerjaannya.
3 Target pekerjaan seperti pencapaian
penjualan dan penagihan atas piutang
membuat seseorang mencari siasat
untuk mencapainya dengan cara yang
tidak sesuai dengan Aturan perusahan
4 Gaya hidup yang berlebihan
menjadikan atau foya-foya mebuat
keuangan seseorang menjadi serba
kurang.

2. Kesempatan (Opportunity)

NO. PERNYATAAN STS TS KS S SS


1 Tidak adanya rotasi pada bagian
fungsi tertentu membuat seseorang
lebih leluasa dalam menguasai sistem
dan kontrol perusahaan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


122

2 Perusahaan tidak membatasi akses


informasi keuangan maupun non
keuangan di tempat kerja.
3 Pengendalian internal dan kontrol
pemeriksaan lemah diperusahaan
tempat saya bekerja
4 Terdapat tumpang tindih job deskripsi
pada bagian dalam perusahaan dimana
hanya 1 orang yang melakukan
pekerjaan dengan beberapa fungsi

3. Rasionalisasi (Rationalization)

NO. PERNYATAAN STS TS KS S SS


1 Mendapatkan keuntungan finansial
dengan memanfaatkan celah aturan
perusahaan merupakan hal yang
lumrah di tempat saya bekerja.
2 Karyawan telah memberikan andil dan
sumbangsih yang besar pada tempat
bekerja merasa berhak atas sesuatu
yang illegal dalam perusahaan
3 Dalam keadaan tertentu, tidak menjadi
masalah apabila meminjam uang /
barang perusahaan dan kemudian
segera dikembalikan.
4 Dana yang bukan merupakan hak
saya, yang telah saya ambil dari
instansi saya bekerja, saya gunakan
untuk tujuan kebaikan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


123

4. Kemampuan (Capability)

NO. PERNYATAAN STS TS KS S SS


1 Mampu mengontrol stress dengan baik
apabila ada sesuatu masalah yang
sifatnya pelanggaran dengan baik
2 Posisi jabatan di perusahaan sangat
krusial dalam memberikan wewenang
untuk melakukan potensi perbuatan
buruk
3 Karyawan memahami tugas dan
wewenang internal control perusahaan
beserta keterbatasannya sebab
seseorang dapat melakukan tindakan
kecurangan.
4 Saya mampu mempengaruhi dan
bekerja sama dengan karyawan lain di
tempat saya bekerja

5. Keserakahan (Greed)

NO. PERNYATAAN STS TS KS S SS


1 Karyawan cenderung ingin dilihat
unggul dari karyawan yang lainnya
dalah hal materi.
2 Saya merasa kompensasi yang
diberikan oleh perusahaan kepada
karyawan terlalu kecil.
3 Karyawan cenderung pelit dalam
berbagi ilmu karena tidak ingin

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


124

tersaingi.

4 Karyawan tidak melakukan


kebohongan untuk menyembunyikan
kesalahan yang dilakukan

6. Pengungkapan (Exposure)

NO. PERNYATAAN STS TS KS S SS


1 Kualitas peraturan yang dimiliki oleh
perusahaan terkait pelanggaran /
kecurangan kurang memadai.
2 Perusahaan kurang melakukan
sosialisasi peraturan terkait
pelanggaran / kecurangan
3 Sanksi yang diberikan terhadap
pelanggaran/kecurangan terlalu ringan
bahkan tidak ditanggapi secara serius
4 Sanksi yang diberikan terhadap
pelanggaran / kecurangan tidak
konsisten

7. Kecurangan (Fraud)

NO. PERNYATAAN STS TS KS S SS


1 Mengetahui sebuah aturan atau sistem
yang ada membuat seseorang dapat
melakukan kekeliruan tindakan
perbuatan yang seharusnya tidak
diperbolehkan oleh perusahaan.
2 Bukan merupakan masalah bagi
perusahaan, apabila ditemukan adanya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


125

pengeluaran tanpa dokumen


pendukung
3 Saya memberikan / menjanjikan
sesuatu yang tidak seharusnya kepada
seseorang agar maksud saya tercapai
4 Dengan maksud menguntungkan diri
sendiri atau orang lain saya memaksa
seseorang melawan hukum atau SOP
untuk memberikan sesuatu,
membayar, atau menerima
pembayaran dengan potongan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Anda mungkin juga menyukai