Anda di halaman 1dari 12

Lembar Kerja Mahasiswa

Praktikum Pengkajian Sumberdaya Ikan


Nama : Dinda Laksmi P Hari/Tanggal : Selasa, 13 April 2021
NIM : 19/445827/PN/16342
Kelompok : ……………………….
Asisten : Kurnia Anggraini
Kurnia Cahya Safitri
Novita Alma Nafus

ACARA CATCH PER UNIT EFFORT

Tujuan:

1. Mengetahui seberapa besar populasi ikan di dalam suatu perairan

2. Menghitung CPUE dan menduga populasi

Dasar Teori
Catch Per Unit Effort ( CPUE ) atau jumlah hasil tangkapan atau produksi perikanan pertahun
merupakan analisis yang dilakukan sebagai indikasi kelimpahan stok ikan per tahun dalam suatu
perairan ( Febriani et al., 2014 ). Nilai CPUE dapat mencerminkan tingkat produktifitas dari upaya
penangkapan/ effort yang dilakukan. Semakin tinggi nilai CPUE maka tingkat efisiensi penggunaan
effort semakin baik. Sehingga ketika upaya penangkapan atau effort terus dilakukan penambahan,
maka akan berpengaruh terhadap produktivitas sumberdaya perikanan yang akan mengalami
penurunan yang sangat signifikan. Oleh karena itu dengan mengetahui nilai CPUE pada suatu
perairan maka data tersebut dapat digunakan sebagai dasar penentuan pengelolaan sumberdaya
perikanan. Misalnya seperti pengaturan jumlah upaya penangkapan, besaran ukuran mata jaring
yang digunakan, dan pembatasan waktu atau daerah penangkapan. Sehingga sumberdaya perikanan
pada perairan tersebut akan tetap lestari dan tercapai pemanfaatan yang optimum ( Wurlianty et al.,
2015 ).
Menurut Noija et al. (2014 ) perhitungan nilai Catch Per Unit Effort ( CPUE ) dapat dilakukan
𝒄𝒂𝒕𝒄𝒉
melalui perhitungan dengan rumus : CPUEt = 𝑬𝒇𝒇𝒐𝒓𝒕𝒕 , dengan catch yang merupakan jumlah hasil
𝒕

tangkapan pada tahun ke –t dan effort yang merupakan upaya penangkapan pada tahun ke –t. Hasil

Pengkajian Sumberdaya Ikan 1


CPUEt tersebut menyatakan jumlah hasil tangkapan atau produksi perikanan pertahun ( t ) pada
suatu perairan.
Maximum Sustainable Yeild dapat diartikan sebagai jumlah tangkapan ikan terbesar yang
dapat diambil dari persediaan suatu jenis ikan dalam jangka waktu terbatas. Kajian mengenai MSY
digunakan sebagai acuan ntuk mempertahankan ukuran populasi ikan pada titik maksimum yaitu
saat tingkat pertumbuhan ikan yang maksimum ( tingkat tangkapan maksimum yang memberikan
manfaat bersih ekonomi atau keuntungan bagi masyarakat), dengan memanen individu dan
menambahkannya ke dalam populasi ini memungkinkan populasi tersebut tetap produktif. Asumsi
dari konsep MSY adalah populasi organisme tumbuh dan menggantikan diri sendiri, dalam
pengertian populasi organisme tersebut merupakan sumberdaya yang terbarukan. Selain itu
diasumsikan bahwa tingkat pertumbuhan, tingkat kelangsungan hidup dan tingkat reproduksi akan
meningkat ketika pemanenan mengurangi kepadatan sehingga akan menghasilkan surplus biomassa
yang dapat dipanen ( Hertini dan Nurul, 2013 ). Maximum Economic Yeild (MEY) adalah jumlah
hasil tangkapan ikan/produksi yang dapat mencapai keuntungan ekonomi ( profit ) yang maksimum
dengan satuan kg/tahun. Apabila penangkapan melebihi MEY maka keuntungan yang didapat akan
semakin berkurang. Oleh karena itu pemanfaatan sumberdaya secara berlebihan akan berakibat
hilangnya manfaat ekonomi bagi nelayan. Pada kondisi open acces nelayan bebas untuk
menangkap ikan sehingga sumberdaya yang diambil akan mencapai titik terendah sehingga
berakibat usaha tidak lagi menguntungkan. Peristiwa tersebutlah yang disebut kondisi overfishing
secara ekonomi ( Susanto et al., 2015 ).
Sumberdaya perikanan merupakan salah satu bentuk sumberdaya alam yang memiliki sifat
renewable, open access, dan common property. Sumberdaya perikanan bersifat renewable dapat
diartikan jika sumberdaya tersebut dapat pulih sendiri/dapat memeperbarui diri. Sehingga ketika
terjadi pengurangan jumlah individu dalam suatu populasi akibat kematian alami ataupun aktivitas
penangkapan, maka sumberdaya tersebut akan pulih dan mencapai titik keseimbangan tertentu
sesuai dengan daya dukung perairan ( carrying capacity ). Namun hal tersebut hanya dapat terjadi
jika jumlah pengurangan seimbang dengan penambahan populasi atau recruitment ( Tanjaya, 2015
). Oleh karena itu dalam pengelolaan pemanfaatan sumberdaya perikanan salah satunya perlu ada
pembatasan waktu. Pembatasan waktu tersebut bertujuan untuk melindungi ikan muda serta
meningkatkan ukuran ikan saat pertama kali matang gonad dan akhirnya akan meningkatkan
produksi. Dengan langkah pengeloaan ini waktu yang dibutuhkan oleh ikan untuk memijah,
tumbuh menjadi larva hingga ikan dewasa yang untuk siap mulai memijah kembali dapat
Pengkajian Sumberdaya Ikan 2
terlindungi atau dengan kata lain pengelolaan ini memberikan kesempatan pemulihan bagi
sumberdaya ikan dan lingkungannya. Dengan demikian kelestarian sumberdaya ikan pada perairan
dapat terjamin ( Suman dan Fayakun, 2014 ). Sementara itu sumberdaya perikanan bersifat open
access dapat diartikan jika sumberdaya tersebut terbuka untuk dimanfaatkan oleh semua orang.
Masyarakat diperbolehkan untuk mengakses dan mengambil apapun yang ada di perairan baik
hanya untuk pemenuhan kebutuhan hidup maupun sebagai sumber penghasilan. Dengan sifat open
access ini sangat sulit untuk membatasi pihak lain untuk tidak memanfaatkan. Oleh karena itu
sumberdaya perikanan seringkali akan berakhir dengan kegiatan eksploitasi besar – besaran dan
menimbulkan kerusakan bagi ekosistem ( Persada et al., 2018 ). Sumberdaya perikanan bersifat
common property yang artinya kepemilikan sumberdaya tersebut adalah milik bersama. Dengan
kata lain tidak ada satu pihak yang memiliki hak khusus untuk memiliki sendiri atau mencegah
pihak lain memanfaatkan sumberdaya tersebut. Sehingga apabila tidak ada peraturan mengenai
pembatasan penangkapan ikan oleh pemerintah maka setiap pihak bebas untuk ikut serta maupun
berhenti melakukan penangkapan ikan ( Tanjaya, 2015 ).

Pengkajian Sumberdaya Ikan 3


Alat dan Bahan:

1. Alat tulis 3. Penggaris

2. Laptop 4. Data TPI ( BPS )

Cara Kerja:
Dalam praktikum acara Catch Per Unit Effort ( CPUE ) dilakukan dengan dikumpulkannya
data hasil tangkapan ( produksi ) dan upaya ( alat/trip/kapal ) dari TPI/Statistik Perikanan selama
kurang lebih lima tahun. Dengan menggunakan perangkat Ms. Excel data hasil tangkapan dan
upaya yang telah diperoleh digunakan untuk menghitung nilai Catch Per Unit Effort ( CPUE )
𝑪𝒂𝒕𝒄𝒉
dengan rumus 𝐂𝐏𝐔𝐄 = ( kg/unit ) per tahunnya. Dari data yang telah diperoleh jumlah hasil
𝑬𝒇𝒇𝒐𝒓𝒕

tangkapan kumulatif dihitung. Persamaan regresi linear tangkapan vs CPUE dan upaya vs CPUE di
cari Nilai X dan Y diplot sesuai untuk masing – masing persamaan regresi linear. Nilai E MSY dan
CMSY dihitung dan dibandingkan dengan data dari tahun ke tahun.

Pengkajian Sumberdaya Ikan 4


Data Provinsi : Aceh

Tahun Hasil Tangkapan (kg) f (unit) CPUE (kg/ Unit) Tangkapan


Kumulatif
2012 43305880 15796 2741,57255 43305880
2013 21479500 17173 1250,77156 64785380
2014 45190900 17172 2631,662008 109976280
2015 117171200 18273 6412,258524 227147480
2016 9438000 18350 514,3324251 236585480

Perhitungan Pendugaan Populasi :


Persamaan regresi linier Tangkapan Kumulatif vs CPUE :
y = 7E-06x + 1796,1 R2 = 0,0712
Plot Grafik Tangkapan Kumulatif vs CPUE

Tangkapan Kumulatif vs CPUE


7000

6000
y = 7E-06x + 1796.1
5000 R² = 0.0712

4000

3000

2000

1000

0
0 50000000 100000000 150000000 200000000 250000000

𝑎 1796,1
Saat y = 0, maka dugaan populasi = 𝑏 = = 256585714,3
0,000007

Pengkajian Sumberdaya Ikan 5


Perhitungan Pendugaan Potensi Lestari :

Persamaan regresi linier Tangkapan Kumulatif vs CPUE :


y = 0,3337x - 3079,8 R² = 0,0233
Plot Grafik Tangkapan Upaya Vs CPUE

Upaya Penangkapan vs CPUE


7000

6000

5000
y = 0.3337x - 3079.8
4000 R² = 0.0233

3000

2000

1000

0
15500 16000 16500 17000 17500 18000 18500

𝑎2 3079,82
CMSY = 4𝑏 = 4(0,3337) = 7106059,365
𝑎 3079,8
EMSY = 2𝑏 = 2(0,3337) = 4614,623914

Pembahasan
Prinsip kerja dari kegiatan acara Catch Per Unit Effort ( CPUE ) adalah membuat grafik
regresi linear dari data tangkapan dan upaya penangkapan suatu provinsi untuk mengetahui kondisi
perikanan di provinsi tersebut. Dalam praktikum acara Catch Per Unit Effort ( CPUE ) dilakukan
dengan dikumpulkannya data hasil tangkapan ( produksi ) dan upaya ( alat/trip/kapal ) dari
TPI/Statistik Perikanan selama kurang lebih lima tahun. Dengan menggunakan perangkat Ms.
Excel data hasil tangkapan dan upaya yang telah diperoleh digunakan untuk menghitung nilai
𝑪𝒂𝒕𝒄𝒉
Catch Per Unit Effort ( CPUE ) dengan rumus 𝐂𝐏𝐔𝐄 = ( kg/unit ) per tahunnya. Dari data
𝑬𝒇𝒇𝒐𝒓𝒕

yang telah diperoleh jumlah hasil tangkapan kumulatif dihitung. Persamaan regresi linear
tangkapan vs CPUE dan upaya vs CPUE di cari Nilai X dan Y diplot sesuai untuk masing – masing

Pengkajian Sumberdaya Ikan 6


persamaan regresi linear. Nilai EMSY dan CMSY dihitung dan dibandingkan dengan data dari tahun
ke tahun.
EMSY merupakan nilai upaya penangkapan optimum lestari. Sedangkan CMSY merupakan hasil
tangkapan optimum lestari. Kedua nilai tersebut berguna bagi nelayan untuk mengetahui tingat
pemanfaatan sumberdaya ikan di suatu perairan. Selain itu juga digunakan sebagai informasi
mengenai potensi lestari serta berapa jumlah tangkapan maksimum yang diperbolehkan untuk
ditangkap. Sehingga dari nilai EMSY dan CMSY juga dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan
bagi pemerintah untuk menentukan kebijakan yang terkait dengan pemanfaatan sumberdaya ikan (
Rahmawati et al., 2013 ). Berdasarkan hasil perhitungan, nilai EMSY dan CMSY di wilayah perairan
Provinsi Aceh masing – masing diperoleh 4614,623914 dan 7106059,365.
Tingkat eksploitasi menurut FAO ( 2011 ), dibagi menjadi lima tingkat yaitu, under exploited,
moderate exploited, moderate to fully exploited, fully exploited, dan over exploited. Tingkat
pemanfaatan sumberdaya perikanan dapat dikatakan under exploited apabila nilai hasil tangkapan
lebih rendah atau terjadi penurunan dari nilai MSY yang salah satunya disebabkan oleh effort yang
berlebih. Dengan demikian sumberdaya tersebut masih dapat dikembangkan lebih lanjut untuk
pemanfaatannya. Moderate exploited yaitu tingkat pemanfaatan sumberdaya perikanan dengan
upaya penangkapan ikan yang rendah. Hal tersebut salah satunya disebabkan karena perairan
memiliki potensi terbatas untuk dilakukan ekspansi dalam jumlah yang maksimal. Sementara itu
apabila tingkat pemanfaatan sumberdaya perikanan berada pada fully exploited maka dapat
diartikan bahwa sumberdaya perikanan di perairan tersebut masih memungkinkan untuk
diekploitasi. Pada tingkat fully exploited nilai hasil tangkapan akan sama dengan nilai MSY. Oleh
karena itu sumberdaya pada tingkat ini tetap perlu dilakukan pengelolaan dengan tepat agar nilai
hasil tangkapan tidak mencapai over exploited. Selanjutnya tingkat pemanfaatan sumberdaya
perikanan dapat dikatakan over exploited apabila tingkat pemanfaatan sumberdaya perikanan telah
melebihi nilai MSY. Ketika tingkat pemanfaatan berada pada tahap ini maka yang dapat dilakukan
yaitu menurunkan tingkat upaya dengan mempertimbangkan faktor kehati – hatian. Berdasarkan
kelima tingkatan tersebut fully exploited merupakan tingkatan yang terbaik dibanding keempat
tingkatan lainnya. Karena pada tingkat tersebut pemanfaatan sumberdaya perikanan berada pada
titik optimum.

Pengkajian Sumberdaya Ikan 7


No. Provinsi Catch Effort
1 DKI Jakarta Under Exploited Under Exploited
2 D.I. Yogyakarta Under Exploited Under Exploited
3 Aceh Over Exploited Over Exploited
4 Bali Moderate Exploited Under Exploited
5 Kalimantan Timur Over Exploited Over Exploited
6 Sulawesi Utara Under Exploited Moderate to Fully Exploited
Tabel 1. Kondisi Perikanan Tangkap di Provinsi Tertentu

Dari tabel diatas dapat diketahui Provinsi DKI Jakarta dan D. I. Yogyakarta memiliki kondisi
tangkapan ( catch ) dan upaya ( effort ) yang berada pada tingkat under exploited. Hal ini
menunjukkan bahwa dalam melakukan penangkapan menggunakan alat tangkap yang masih
tradisional dan armada laut yang sederhana/kecil sehingga hasil tangkapan dan upayanya masih
rendah. Sedangkan pada Provinsi Aceh diperoleh nilai tangkapan ( catch ) sebesar 132,816 dan
upaya ( effort ) sebesar 397,648 sehingga catch dan effort berada pada kondisi over exploited (
karena nilainya > 100% ). Hal ini menunjukan bahwa dalam melakukan penangkapan
menggunakan armada besar, peralatan yang modern dan canggih sehingga tangkapan dan upaya
nya tinggi. Pada Provinsi Bali memiliki kondisi tangkapan ( catch ) yang berada pada tingkat
moderate exploited dan kondisi upaya pada tingkat under exploited. Hal ini menunjukan bahawa
dalam melakukan penangkapan menggunakan alat tangkap yang masih tradisional dan armada laut
yang sederhana/kecil sehingga hasil tangkapan masih kurang dan upayanya lebih rendah dari hasil
tangkapan/ masih perlu dikembangkan. Pada Provinsi Kalimantan Timur memiliki kondisi
tangkapan ( catch ) dan upaya ( effort ) yang berada pada tingkat over exploited. Hal ini
menunjukan bahwa dalam melakukan penangkapan menggunakan armada yang besar, peralatan
modern dan canggih sehingga upaya dan hasil penangkapan tinggi. Pada Provinsi Sulawesi Utara
memiliki kondisi tangkapan ( catch ) yang berada pada tingkat under exploited dan kondisi upaya
pada tingkat moderate to fully exploited. Hal ini menunjukan bahawa dalam melakukan
penangkapan menggunakan alat tangkap yang masih tradisional dan armada laut yang
sederhana/kecil sehingga hasil tangkapan masih sangat kurang dan nilainya dibawah upaya yang
tingkat eksploitasinya masih mulai berkembang.
Pengkajian Sumberdaya Ikan 8
Berdasarkan hasil perhitungan, grafik tangkapan kumulatif vs CPUE provinsi Aceh diperoleh
persamaan regresi linearnya y = 0,000007+1796,1 dengan R² adalah 0,0712. Nilai R² sendiri
digunakan untuk menunjukan sejauh mana tangkapan atau upaya dapat mempengaruhi CPUE.
Apabila nilai R² semakin mendekati 0 artinya nilai tersebut dengan CPUE tidak saling
mempengaruhi. Sedangkan apabila nilai R² semakin mendekati 1 maka nilai tersebut dengan CPUE
saling mempengaruhi. Berdasarkan hasil tersebut, nilai R² = 0,0712 dapat diartikan jika tangkapan
kumulatif tidak mempengaruhi CPUE. Namun apabila jumlah tangkapan = 0, maka CPUE sebesar
nilai a atau 1796,1. Setiap penambahan 1 jumlah tangkapan, akan mempengaruhi nilai CPUE
sebesar b, sehingga pada provinsi Aceh diketahui bahwa apabila terjadi penambahan 1 jumlah
tangkapan maka akan mengkatkan nilai CPUE sebesar 0,000007. Apabila nilai b minus maka akan
menurunkan CPUE sebesar 0,000007. Sementara itu pada grafik upaya penangkapan vs CPUE
diperoleh persamaan regresi linear y = 0,3337x - 3079,8 dengan nilai R2 adalah 0,0233. Dari hasil
tersebut diketahui nilainya mendekati 0 sehingga upaya penangkapan tidak mempengaruhi CPUE.
Namun apabila upaya penangkapan = 0 maka nilai CPUE sebesar 3079,8. Sedangkan apabila
terjadi penambahan 1 upaya penangkapan, maka akan menaikkan atau meningkatkan CPUE
sebesar 0,3337.

No. Provinsi R2 TK vs CPUE R2 UP vs CPUE


1 DKI Jakarta 0,0051 0,0013
2 D.I. Yogyakarta 0,3874 0,551
3 Aceh 0,0712 0,0233
4 Bali 0,6589 0,8135
5 Kalimantan Timur 0,4304 0,5165
6 Sulawesi Utara 0,6855 0,0174
Tabel 2. Nilai R2 Tangkapan Kumulatif
Keterangan : TK = Tangkapan Kumulatif
UP = Upaya Penanngkapan

Pengkajian Sumberdaya Ikan 9


Agar sumberdaya perikanan tetap lestari dan usaha perikanan tangkap tetap bisa berlanjut,
maka tingkat penangkapan sumberdaya ikan maksimal berjumlah 80% dari nilai MSY ( FAO, 1995
). Tindakan pengelolaan yang dapat dilakukan diantaranya mengatur jumlah kapal, alat tangkap,
waktu, dan daerah penangkapan. Misalnya pada pengelolaan pembatasan waktu penangkapan,
dapat dilakukan dengan sistem buka tutup ( open close system ). Penerapan pengelolaan ini
diharapkan dapat memberikan kesempatan ikan untuk tumbuh sehingga ikan yang tertangkap hanya
ikan berukuran besar dan meminimalisir ikan yuwana ( juvenile ) yang tertangkap serta
memulihkan range collapse di perairan ( Salmarika et al., 2018 ).
Nilai CPUE mencerminkan tingkat produkktifitas dari effort. Semakin tinggi nilai CPUE
maka tingkat efisiensi penggunaan effort lebih baik. Selain itu nilai CPUE juga dapat digunakan
untuk mengetahui kenaikan ataupun penurunan produksi perikanan tangkap suatu perairan. Oleh
karena itu dengan mengetahui nilai CPUE suatu perairan, data yang diperoleh dapat digunakan
sebagai acuan untuk penentuan pengelolaan sumberdaya perikanan. Misalnya seperti pengaturan
upaya penangkapan, pengaturan ukuran mata jaring, dan penutupan musim atau daerah
penangkapan yang misalnya seperti mencari daerah penangkapan potensial yang baru, sehingga
sumberdaya tidak terancam punah ( Wurlianty et al., 2015 ).

Kesimpulan

Analisis nilai populasi ikan di dalam suatu perairan salah satunya dapat diketahui melalaui
perhitungan nilai CPUE. Catch Per Unit Effort ( CPUE ) atau jumlah hasil tangkapan atau produksi
perikanan pertahun merupakan analisis yang dilakukan sebagai indikasi kelimpahan stok ikan per
tahun dalam suatu perairan.

Dari perhitungan CPUE, dapat diketahui jika pada Provinsi Aceh diperoleh nilai tangkapan (
catch ) sebesar 132,816 dan upaya ( effort ) sebesar 397,648 sehingga catch dan effort berada pada
kondisi over exploited ( karena nilainya > 100% ). Dimana pada kondisi over exploited nilai hasil
tangkapan berada di atas MSY. Hal ini menunjukan bahwa aktivitas penangkapan di perairan
Provinsi Aceh menggunakan armada besar, peralatan yang modern dan canggih sehingga
tangkapan dan upaya nya tinggi.

Pengkajian Sumberdaya Ikan 1


0
Saran
Dalam pemanfaatan sumberdaya perikanan harus dikelola agar tetap berada pada kondisi
lestari atau berada pada tingkat pemanfaatan fully exploited. Karena pada tingkat fully exploited
nilai hasil tangkapan akan sama dengan nilai MSY. Namun meskipun pada tingkat ini sumberdaya
perikanan di perairan tersebut masih memungkinkan untuk diekploitasi tetap perlu dilakukan
pengelolaan dengan tepat agar nilai hasil tangkapan tidak mencapai over exploited.

Daftar Pustaka

FAO. 2011. Review of The State of The World Marine Fishery Resources. FAO Fisheries and
Aquaqulture Technical Paper. Rome

Febriani, P. R., Abdul K. M., dan Asriyanto. 2014. Analisis CPUE, MSY, dan Usaha Penangkapan
Lobster ( Panulirus sp. ) di Kabupaten Gunungkidul. Journal of Fisheries Resources
Utilization Management and Technology 3 ( 3 ) : 208 – 2017

Hertini, E., dan Nurul G. 2013. Maximum Sustainable Yeild ( MSY ) Pada Perikanan Dengan
Struktur Prey – Predator. Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi Nuklir “
Pemanfaatan Sains dan Teknologi Nuklir Serta Peranan MIPA di Bidang Kesehatan,
Lingkungan, dan Industri Untuk Pembangunan Berkelanjutan”. Bandung. 4 Juli

Noija, D., Sulaeman M., Bambang M., dan Am A. T. 2014. Potensi dan Tingkat Pemanfaatan
Sumberdaya Ikan Demersal di Perairan Pulau Ambon – Provinsi Maluku. Jurnal Teknologi
Perikanan dan Kealutan

Persada, N. P. R., Fachruddin M. M., dan Imran S. L. T. 2018. Sasi Sebagai Budaya Konservasi
Sumberdaya Alam di Kepulauan Maluku. Jurnal Ilmu dan Budaya 41 ( 59 ) : 6869 – 6900

Rahmawati, M., Aristi D. P. F., dan Dian W. 2013. Analisis Hasil Tangkapan Per Upaya
Penangkapan dan Pola Musim Penangkapan Ikan Teri ( Stolephorus spp. ) di Perairan
Pemalang. Journal of Fisheries Resources Utilization Management and Technology 2 ( 3 ) :
213 – 222

Salmarika, Am A. T., dan Sugeng H. W. 2018. Status Pengelolaan Sumber Daya Ikan Tongkol di
Perairan Samudera Hindia Berbasis Pendaratan Pukat Cincin di Pelabuhan Perikanan
Samudera Lampulo, Aceh : Suatu Pendekatan Ekosistem. Jurnal Penelitian Perikanan
Indonesia 24 ( 4 ) : 263 – 272

Pengkajian Sumberdaya Ikan 1


1
Suman, A., dam Fayakun S. 2014. Opsi Pengelolaan Sumberdaya Udang di Laut Arafura ( WPP
178 ). Jurnal Kebijakan Perikanan Indonesia 6 ( 2 ) : 97 – 104

Susanto, B., Zuzy A., dan Iwang G. 2015. Analisis Bioekonomi dan Pengelolaan Sumberdaya Ikan
Mas ( Cyprinum carpio ) di Waduk Cirata, Jawa Barat. Jurnal Perikanan Kelautan 6 ( 2 ) : 32
– 42

Tanjaya, E. 2015. Potensi Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Tongkol ( Auxis thazard ) di Perairan
Kabupaten Maluku Tenggara. Jurnal AMANISAL Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan 4 ( 1 )
: 32 - 37

Wurlianty, H. A., Johny W., dan Mariana E. K. 2015. Catch Per Unit Effort ( CPUE ) Periode
Lima Tahunan Perikanan Pukat Cincin di Kota Manado dan Kota Bitung. Jurnal Ilmu dan
Teknologi Perikanan Tangkap 2 ( 1 ) : 1 - 8

Pengkajian Sumberdaya Ikan 1


2

Anda mungkin juga menyukai