Anda di halaman 1dari 5

MAKALAH

TENTANG
FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN TINGGINYA PREVALENSI BALITA PENDEK
(STUNTING) DI WILAYAH KERJA KABUPATEN SAMBAS
PROVINSI KALIMANTAN BARAT
TAHUN 2014

Di Susun Oleh

KELOMPOK I

KETUA : BAHURI, SKM


SEKRETARIS : ARI SUGIANTI
ANGGOTA : DENI WIDYA, SKM
AGUS TRIANI, SKM
ARSENIUS, SKM
ASLIN UJANG, SKM
EDI, S.Tr Gizi
FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN TINGGINYA PREVALENSI BALITA PENDEK
(STUNTING) DI WILAYAH KERJA KABUPATEN SAMBAS
PROVINSI KALIMANTAN BARAT
TAHUN 2014

I. LATAR BELAKANG

Stunting adalah sebuah kondisi dimana tinggi badan seseorang ternyata lebih

pendek dibanding tinggi badan orang lain pada umumnya (yang seusia) (Achmadi,

Umar Fahmi. 2014). Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No

1995/Menkes/SK/2010 tentang standar antopomentri penilaian status gizi anak,

pengertian pendek dan sangat pendek adalah status gizi yang didasarkan pada

panjang badan menurut umur (TB/U) yang merupakan padanan istilah stunted

(pendek) dan severaly stunted (sangat pendek). Balita pendek (stunting) dapat

diketahui bila seorang balita sudah diukur panjang atau tinggi badannya, lalu

dibandingkan dengan standar dan hasilnya dibawah normal.

Menurut WHO batasan prevalensi stunting adalah kurang dari 20%. Kemudian

berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013, prevalensi stunting di

Indonesia mencapai 37,2 %. Hal ini berarti pertumbuhan yang tidak maksimal dialami

sekitar 8,9 juta anak Indonesia, atau 1 dari 3 anak Indonesia mengalami stunting.

Prevalensi stunting Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat tahun 2013 adalah

38,6%. Prevalensi stunting Dinas Kesehatan Kabupaten Sambas Tahun 2013 adalah

51,4 %.

Masalah stunting (anak pendek) merupakan salah satu masalah gizi yang

dihadapi dunia, khususnya di negara miskin dan di negara berkembang. Stunting

menjadi permasalahan kesehatan karena berhubungan dengan resiko terjadinya

kesakitan dan kematian, perkembangan otak sub optimal sehingga perkembangan

gerak terhambat dan terhambatnya pertumbuhan mental (WHO, 2014).

Berdasarkan data di atas, maka penulis tertarik untuk membuat makalah

dengan judul Faktor-faktor determinan tingginya prevalensi balita pendek (stunting)

di Kabupaten Sambas Provinsi Kalimantan Barat.


II. TUJUAN

Untuk mengetahui faktor-faktor determinan yang mempengaruhi tingginya

prevalensi balita pendek (stunting) di Kabupaten Sambas Provinsi Kalimantan Barat.

III. PERUMUSAN MASALAH

Faktor-faktor determinan apa sajakah yang mempengaruhi tingginya

prevalensi balita pendek (stunting) di Kabupaten Sambas Provinsi Kalimantan Barat?

IV. ANALISA TERHADAP PERMASALAHAN

Analisa terhadap permasalahan ini dimulai dengan kegiatan pengumpulan,

pengolahan dan analisa data. Sumber data pada analisa makalah ini adalah data

sekunder dari hasil kegiatan PSG (Pemantauan Status Gizi) Dinas Kesehatan

Provinsi Kalimantan Barat.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Faktor-faktor determinan yang mempengaruhi tingginya prevalensi balita

pendek (stunting) di Kabupaten Sambas Provinsi Kalimantan Barat berdasarkan data

Pemantauan Status Gizi Balita Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat Tahun

2014 adalah

a. Praktek pengasuhan yang tidak baik

- Kurang pengetahuan tentang kesehatan dan gizi sebelum dan pada masa

kehamilan

- 60 % dari anak usia 0-6 bulan tidak mendapatkan Air Susu Ibu (ASI) Ekslusif

- 2 dari 3 anak usia 6-24 bulan tidak menerima MP-ASI

b. Masih terbatasnya layanan kesehatan termasuk layanan Antenatal Care (ANC)

dan Post Natal Care (PNC) dan pembelajaran dini yang berkualitas

- 1 dari 3 anak usia 3-6 tahun tidak terdaftar di Pendidikan Anak Usia Dini

(PAUD)

- 2 dari 3 ibu hamil belum mengkonsumsi suplemen zat besi yang memadai
- Menurunnya tingkat kehadiran anak di Posyandu (dari 79% di 2007 menjadi

64% di 2017)

- Tidak mendapat akses yang memadai ke layanan imunisasi

c. Masih kurangnya akses kepada makanan bergizi

- 1 dari 3 ibu hamil anemia

- makanan bergizi di Indonesia masih tergolong mahal

d. Kurangnya akses ke air bersih dan sanitasi

- 1 dari 5 rumah tangga masih Buang Air Besar di ruang terbuka

- 1 dari 3 rumah tangga belum memiliki akses ke air minum bersih

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor

determinan yang mempengaruhi tingginya prevalensi balita pendek (stunting) di

Kabupaten Sambas Provinsi Kalimantan Barat adalah praktek pengasuhan yang

tidak baik, masih terbatasnya layanan kesehatan termasuk layanan ANC dan

PNC dan pembelajaran dini yang berkualitas, masih kurangnya akses kepada

makanan bergizi dan kurangnya akses ke air bersih dan sanitasi.

B. Saran

1. Tenaga kesehatan sering mengadakan penyuluhan tentang 1000 HPK (Hari

Pertama Kehidupan), PMBA (Pemberian Makan Bayi dan Anak).

2. Memberikan penyuluhan kepada ibu hamil untuk rutin memeriksakan diri ke

pelayanan kesehatan.

3. Mengajak ibu-ibu balita untuk datang ke posyandu untuk memantau

pertumbuhan dan perkembangan anak,

4. Mendorong Ibu untuk pemberian ASI eksklusif 0-6 bulan.

5. Memberikan penyuluhan tentang pentingnya air bersih dan sanitasi


VII. DAFTAR PUSTAKA

1. Achmadi, Umar Fahmi. 2014. Kesehatan Masyarakat Teori dan Aplikasi. Jakarta:
Raja Grafindo Persada

2. Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat. 2013. Pemantauan Status Gizi


Balita

3. Kementerian Kesehatan RI. 2013. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar


(Riskesdas) Tahun 2013. Jakarta:Kementerian Kesehatan RI

4. WHO. 2014. Global Nutrition Target 2025 Stunting Policy Brief.


Department Of Nutition for health and Development World Health
Organization. Diakses dari www.WHO.int/nutrition.

Anda mungkin juga menyukai