Anda di halaman 1dari 4

OJO NGERASANI GURUMU SENAJAN GURUMU NDUWE KHILAF.

dan PAKSALAH DIRIMU BERSIKAP & BERAKHLAK SEBAIK MUNGKIN PADA GURUMU, MESKIPUN ITU
BERAT.

Seandainya seluruh wali dari timur dan barat ingin memperbaiki keadaan seorang murid yang tak
menjaga akhlak pada gurunya, niscaya tidak akan mampu kecuali gurunya telah ridha kembali.

A. KH. ABDUL KARIM MENERIMA GURUNYA; MBAH KHOLIL APA ADANYA SERTA TUNDUK PATUH TAK
BERANI SUUDZON

Syaikhina KH. Abdul Karim, Pendiri Pondok Pesantren Lirboyo. Semasa beliau mengaji kepada Syaikhina
Kholil Bangkalan, beliau adalah murid yang sangat ta’dhim dan khidmah kepada gurunya.

Alkisah, suatu hari Mbah Abdul Karim muda bekerja memanen padi di sawah milik warga kampung
sekitar Pesantren. Dari sana beliau mendapatkan upah berupa beberapa ikat padi yang bakal
digunakannya untuk biaya hidup di Pesantren. Namun, sesampai di kediaman sang guru (Mbah Kholil),
justru Mbah Kholil meminta padi muridnya itu untuk diberikan kepada ayam-ayam Mbah Kholil. Karena
ini dawuh sang guru, KH. Abdul Karim langsung menyerahkan padinya. Ia didawuhi Mbah Kholil untuk
selama mondok cukup memakan daun pace (mengkudu).

Demikianlah kisah mondoknya Mbah Abdul Karim, sehingga akhirnya beliau diijinkan sang guru untuk
boyong, karena semua ilmu Mbah Kholil telah diwariskan kepadanya. Sesampai di kampung halaman,
Mbah Abdul Karim mulai merintis Majlis Ta’lim, hingga akhirnya berdirilah Pondok Pesantren Lirboyo.
Mbah Abdul Karim mengajarkan ilmu yang ia timba dari kedalaman samudera ilmu Mbah Kholil.

B. PASRAH BONGKOKAN PADA AJARANYA GURU

Satu hal yang unik, setiap membacakan (mengajar) kitab di depan para santri, ketika beliau bertemu
dengan ruju’ (tempat kembalinya maksud dari sebuah kata), beliau tidak pernah menyebutkan ruju’nya
secara gamblang. Beliau menyebutkan dengan ‘iku mau’, atau ‘mengkono mau’ (yang tadi atau
“sebagaimana tadi”). Tentu ini membingungkan bagi para santri baru. Hingga pernah suatu ketika pada
saat pengajian bulan Ramadhan, atau dikenal dengan istilah ‘posonan’, seorang santri dari luar daerah
mengikuti pengajian Mbah Abdul Karim. Karena setiap mengajar kitab, Mbah Abdul Karim jarang
menjelaskan ruju’annya, santri baru ini ‘nggerundel’; “Ini bagaimana, katanya seorang kyai ‘alim, kok
setiap ada ruju’an tidak pernah dijelaskan?”, gumamnya dalam hati.

Dengan izin Allah, Mbah Abdul Karim ‘perso’ (mengetahui) perihal keluhan sang santri ini. Di tengah
suasana mengaji, Mbah Abdul Karim dhawuh; “Laa ya’rifu al dhomir illa al dhomir, fa man lam ya’rif al
dhomir fa laisa lahu al dhomir” (tidak akan pernah mengetahui makna dhomir kecuali hati (dhomir),
maka apabila seseorang tidak mengetahui dhomir, itu artinya dia tidak punya hati). Lalu beliau
menjelaskan kepada para santri, bahwa demikianlah (dengan tidak menjelaskan ruju’nya dhomir)
pengajian yang diajarkan oleh gurunya, Mbah Kholil. Sehingga ketika mengajar kepada santrinya, Mbah
Abdul Karim tidak berani mengubah apa yang diajarkan sang guru kepadanya.

C. OPENONO AKHLAKMU MARANG GURUMU

Kesuksesan murid (peserta didik) dalam memperoleh ilmu yang bermanfaat, tidak hanya ditentukan
oleh lembaga pendidikan, metode mengajar guru, atau sarana prasarana fisik dalam belajar, tapi yang
paling dominan justru ditentukan oleh akhlak murid (peserta didik) kpd guru (pendidik).

Al Imam an Nawawi ketika hendak belajar kepada gurunya, beliau selalu bersedekah di perjalanan dan
berdoa, " Ya Allah, tutuplah dariku dari kekurangan guruku, hingga mataku tidak melihat kekurangannya
dan tidak seorangpun yg menyampaikan kekurangan guruku kepadaku ". (Lawaqih al Anwaar al
Qudsiyyah : 155)

Al Imam an Nawawi juga pernah mengatakan dalam kitab At Tahdzibnya :

‫عقوق الوالدين تمحوه التوبة وعقوق االستاذين ال يمحوه شيء البتة‬

" Durhaka kepada orang tua dosanya bisa hapus oleh taubat, tapi durhaka kepada ustadzmu tidak ada
satupun yg dapat menghapusnya ".

Al Habib Abdullah al Haddad mengatakan " "Paling bahayanya bagi seorang murid, adalah berubahnya
hati gurunya kepadanya. Seandainya seluruh wali dari timur dan barat ingin memperbaiki keadaan si
murid itu, niscaya tidak akan mampu kecuali gurunya telah ridha kembali ". (Adaab Suluk al Murid : 54)

D. OJO KAKEHAN TAKON, LAN OJO GAMPANG NJALUK IJAZAHAN ATAUPUN AMALAN

Al Habib Abdullah al Haddad juga berkata, " Tidak sepatutnya bagi penuntut ilmu mengatakan pada
gurunya, " perintahkan aku ini, berikan aku ini !", karena itu sama saja menuntut untuk dirinya. Tapi
sebaiknya dia seperti mayat di hadapan orang yg memandikannya ". (Ghoyah al Qashd wa al Murad :
2/177)

Dikisahkan, bahwa seorang murid sedang menyapu madrasah gurunya, tiba2 Nabi Khidir
mendatanginya. Murid itu tidak sedikitpun menoleh dan mengajak bicara nabi Khudhir. Maka nabi
Khidhir berkata, " Tidakkah kau mengenalku ?. Murid itu menjawab, " ya aku mengenalmu, engkau
adalah Abul Abbas al Khidhir ".

Nabi Khidhir, " kenapa kamu tidak meminta sesuatu dariku ?".

Murid itu menjawab, " Guruku sudah cukup bagiku, tidak tersisa satupun hajat kepadamu ". (Kalam al
Habib Idrus al Habsyi : 78)
Para ulama ahli hikmah mengatakan, " Barangsiapa yang mengatakan " kenapa ?" Kepada gurunya,
maka dia tidak akan bahagia selamanya ". (Al Fataawa al Hadiitsiyyah : 56)

Al Imam Ali bin Hasan al Aththas mngatakan :

‫ون لك ذالك‬44‫دك يك‬44‫داره عن‬44‫ على قدر االدب مع الشيخ وعلى قدر ما يكون كبر مق‬،‫ان المحصول من العلم والفتح والنور اعني الكشف للحجب‬
‫المقدار عند هللا من غير شك‬

" Memperoleh ilmu, futuh dan cahaya (maksudnya terbukanya hijab2 batinnya), adalah sesuai kadar
adabmu bersama gurumu. Kadar besarnya gurumu di hatimu, maka demikian pula kadar besarnya
dirimu di sisi Allah tanpa ragu ".(al Manhaj as Sawiy : 217)

Para ulama ahli haqiqat mengatakan,"mayoritas ilmu itu diperoleh sebab kuatnya hubungan baik antara
murid dengan gurunya".

E. GURU IKU TERMASUK WONG TUWO ING DUNYO LAN AKHIROT, MERGO GURUMU NAFAQOHI RUH-
MU DENGAN ILMU AGAMA.

Didunia kita harus tunduk dan patuh, dan di akhiratpun status mereka tetap sebagai guru kita yang akan
menuntun kita pada guru-guru seatasnya hingga Nabiyyullah Muhammad saw. untuk mendapati
pengakuan sebagai ummatnya hingga bisa memperoleh syafaatnya.

F. DI ALAM KUBURPUN KITA BISA REUNI BERTEMU GURU KITA

Hal ini sangat jelas diterangkan dalam beberapa kitab ulama' bahwa :

Dalam kitab Musnad Imam Ahmad ada hadits shohih yang bersumber dari Anas bin Malik rodhiyallahu
anhu:

‫ديهم‬4‫تى ته‬4‫ اللهم ال تمتهم ح‬:‫الوا‬4‫ير ذلك ق‬4‫ان غ‬4‫ وإن ك‬،‫ه‬4‫ فإن كان خيراً استبشروا ب‬،‫إن أعمالكم تعرض على أقاربكم وعشائركم من األموات‬
‫كما هديتنا‬

“Sesungguhnya amal perbuatan kalian (yang masih hidup didunia ini) di tampilkan kepada kerabat
kerabat dan keluarga kalian yang telah mati. Jika amal perbuatan kalian itu BAGUS, maka mereka turut
senang dan bahagia, dan jika BURUK, mereka berkata/berdoa:”Ya Allah ya Tuhanku, jangan Engkau
cabut nyawa mereka sehingga Engkau memberikan Hidayah kepada mereka seperti halnya kepada
kami”.

Bebrapa kalangan ulama' yang diantaranya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rohimahullah pernah di tanya
tentang yang hidup menziarahi yang mati (ziarah kubur) itu apakah yang mati (didalam kubur)
mengetahuinya? Dan apakah yang mati mengetahui jika ada kerabatnya atau yang lain ada yang mati?
Beliau menjawab:

:‫ كما روى ابن المبارك عن أبي أيوب األنصاري قال‬،‫ اآلثار بتالقيهم وتساؤلهم وعرض أعمال األحياء على األموات‬4‫ نعم قد جاءت‬،‫الحمد هلل‬
‫اكم‬44‫روا أخ‬44‫ أنظ‬:‫ فيقبلون عليه ويسألونه فيقول بعضهم لبعض‬،‫ كما يتلقون البشير في الدنيا‬،‫إذا قبضت نفس المؤمن تلقاها الرحمة من عباد هللا‬
‫ هل تزوجت‬،‫ ما فعل فالن وما فعلت فالنة‬:‫ فيقبلون عليه ويسألونه‬:‫ قال‬،‫ فإنه كان في كرب شديد‬،‫يستريح‬

Segala Puji bagi Allah, ya benar.

Telah ada sebuah Atsar yang menjelaskan tentang perjumpaan mereka dan percakapan mereka (yang
baru mati dgn kerabatnya yang sudah lama mati) dan juga ditampilkan amal perbuatan yang hidup
kepada yang telah mati seperti yang telah diriwayatkan oleh Imam Ibnu Mubarok dari Abu Ayub Al Al
Anshori. Beliau menuturkan:

Jika seorang mukmin meninggal dunia, maka mereka hamba hamba Allah yang beriman mendapati
rahmat Allah, yaitu mereka saling bertemu satu sama lain (di alam ruh). seperti halnya manusia di dunia.

Mereka saling menyambut dan bertanya satu sama lain.

Sebagian dari mereka berkata kepada sebagian yang lain:”Lihatlah saudara kalian itu… dia sekarang bisa
beristirahat dari kesedihan yang sangat dari kebisingan dunia.

Mereka (yang lama mati) menyambutnya (yang baru mati) dan mereka bertanya (kepada yang baru
mati): mereka bercakap-cakap dengan obrolan “apa yang dikerjakan si A sekarang didunia?

mereka babercakap-cakap dengan kalimat “bagaimana kabar si wanita itu? apakah dia sudah menikah?
Wa ghoiru dzalik...

Maka, jagalah aklhakmu pada guru, sebab kau akan tetap bertemu gurumu baik di Dunia, di alam kubur,
dan juga di akhirat hingga bisa berkumpul bersama sama di surga.

Anda mungkin juga menyukai