3B.1 Pendahuluan
Metode analisis titrimetri merupakan metode yang sederhana, namun digunakan secara luas dalam
analisis ekivalensi zat kimia karena merupakan metode yang murah dan mampu memberikan
ketahanan (presisi) yang cukup tinggi. Keterbatasan metode ini adalah bahwa metode titrimetri
kurang spesifik, sehingga jika banyak matriks-pengotor maka akan sangat mengganggu kepekaan
analisis. Dalam analisis ini, sejumlah zat yang diselidiki direaksikan dengan larutan baku (standar)
secara kuantitatif. Dasar perhitungan analisis ini adalah kesetaraan (ekivalensi) jumlah mol dalam
reaksi stoikiometri yang dijalaninya. Sehingga berlaku, jika reagen 1 analit dan reagen 2 standar,
atau sebaliknya:
V1 x M1 = V2 x M2
V1 x N1 = V2 x N2
Pada pekerjaan analisis titrimetri ini, biasanya larutan standar ditempatkan dalam buret (disebut
titran/larutan penitrasi) digunakan untuk mendapatkan jumlah ekivalen dengan cara dititrasikan
ke larutan analit (biasanya ditempatkan dalam erlenmeyer / disebut titrat, atau zat yang dititrasi),
sampai didapatkan titik ekivalen atau titik akhir titrasi.
Selesainya titrasi harus dapat diamati dengan pengamatan yang jelas, misal titik balik daya hantar,
perubahan pH yang sangat cepat, terbentuknya kekeruhan, atau perubahan warna indikator, dsb.
Secara ideal titik akhir titrasi harusnya = titik ekivalen, namun seringkali ada perbedaan kecil karena
keterlambatan pengamatan, range indikator, atau deviasi metode yang diijinkan secara keilmuan.
Sehingga sangat penting pemilihan indikator yang sesuai sifat reaksi, serta pengamatan yang baik
dan teliti.
1. Reaksi yang terjadi harus sangat cepat/serta merta/spontan antara titrat dengan titran.
Dalam hal ini reaksi ion, kebanyakan memenuhi syarat.
Reaksi-reaksi penetralan
Dalam reaksi asam kuat dengan basa kuat, akan menghasilkan garam bersifat netral, maka titik
ekivalen akan didapatkan saat jumlah asam ekivalen dengan jumlah basa dalam reaksi, sehingga
terbentuk garam. Nilai pH dalam titik ekivalen ini adalah 7. Titik ekivalen dapat diamati langsung
dengan mengukur pH saat titrasi berlangsung dan dibuat grafik pembantu untuk menggambarkan
jumlah titran (sebagai sumbu x) vs pH (Sebagai sumbu y), yaitu pada saat terjadi perubahan pH
terbesar (slope paling besar, diamna dy/dx = d(pH)/d(vol titran), maksimum. Atau dapat pula
diketahui dengan penunjukan perubahan warna indikator yang mampu berubah disekitar pH-7.
Titrasi asam kuat dengan basa lemah atau titrasi asam lemah dengan basa kuat.
Dalam reaksi asam kuat-basa lemah, akan didapatkan garam bersifat asam; sedangkan asam lemah-
basa kuat akan didapatkan garam bersifat basa; lihat sifat keasam-basaan konjugasi. Sehingga titik
ekivalen yang baik ditunjukkan oleh indikator yang berubah pada pH garam yang sesuai.
Perhitungan pH garam dapat menggunakan pKa atau pKb dengan rumus yang sesuai dengan [H+].
Cara yang lebih sederhana menggunakan pH-meter atau DHL-meter.
(Asam) a- Tak
naftol berwarna Kuning 0,0 – 0,8
benzein
Pentametil p-rosanilia hidroklorida
Ungu metil Kuning Hijau-biru 0,0 – 1,8
(Asam)
merah o-kresolsulfon-ftalein Merah Kuning 1,2 – 2,8
kresoll
Ungu
m-kresolsulfon-ftalein Merah Kuning 1,2 – 2,8
metakresol
(Asam) biru
Timol-sulfon-ftalein Merah Kuning 1,2 – 2,8
timol
Biru Tetrabromofenolsulfon-ftalein
Kuning Biru 2,8 – 4,6
bromofenol
Dimetilaminoazobenzenanatriumsulfonat
Jingga metil Merah Kuning 3,1 – 4,4
Hijau Tetrabromo-m-
Kuning Biru 3,8 – 5,4
bromokresol kresolsulfon-ftalein
o-karboksibenzena-
Metil merah Merah Kuning 4,2 – 6,3
azo dimetilanilina
Merah Diklorofenol- sulfonftalein
Kuning Merah 4,8 – 6,4
klorofenol
(Litmus)
Merah Biru 5,0 – 8,0
azolitmin
Biru Dibromo-timol- sulfon-ftalein
Kuning Biru 6,0 – 7,6
bromotimol
Ungu o-hidroksil-difenil- sulfon-ftalein
Kuning Lembayung 7,0 – 8,6
difenol
(Basa) o-kresol- sulfonftalein
merah Kuning Merah 7,2 – 8,8
kresol
a-Naftol- a-Naftol-ftlein Kuning Biru 7,3 – 8,7
ftalein
(Basa) biru
Timol sulfon-ftalein Kuning Biru 8,0 – 9,6
timol
(Basa) a-
naftol Kuning Hijau-biru 8,2 – 10,0
benzein
Fenol- Tak
Merah 8,3 – 10,0
ftalein berwarna
Timol- Tak
Biru 9,3 – 10,5
ftalein berwarna
Amino-dietilaminometil difenazonium
(Basa) biru
klorida Biru Kuning 10,8 – 12,0
kresil brilian
2. Mahasiswa dapat menghitung titik ekivalen berdasarkan reaksi asam basa, dan dapat
memilih indikator yang sesuai dalam asidi-alkalimetri
b. Botol penyemprot
d. Erlenmeyer 250 mL
a. Aquadest
c. Standar NaOH 1 M
1. Siapkan larutan standar NaOH 0,05 M dan masukkan ke dalam buret, catat pembacaan awal
buret.
2. Siapkan larutan sampel berisi HCl 0,1 M sebanyak 10 mL. Masukkan ke dalam erlenmeyer
dan tambahkan kira-kira 20 smapai 40 mL aquadest. (Jelaskan apakah maksud pemambahan
aquadest ini, apakah akan mempengaruhi hasil analisis?)
4. Titrasi larutan dengan NaOH dari buret per tetes (jangan sampai keluar terlalu cepat, acuan
1 tetes per detik) dengan pengocokan yang cepat, saat mulai terbentuk warna merah pada
larutan tetesan diperlahan, sampai didapatkan perubahan warna pertamatipis dan
permanen (Catat pembacaan buret).
7. Ulangi percobaan ini menggunakan magnetic stirrer dan pH meter, tanpa menggunakan
indikator PP. Saat titrasi setiap penambahan 0,5 mL NaOH catat pH larutan. Saat pH antar 6
– 9, catat pH setiap penambahan 0,2 mL NaOH.
3. Titrasi dengan standar HCl 0,1 M, sampai warna larutan tepat hilang.
6. Lanjutkan titrasi dengan HCl 0,1 M, sampai warna larutan berubah tepat kemerahan, tipis,
permanen.
4. Menurut saudara, bagaimana memilih indikator yang baik untuk titrasi asam-basa?
Ooo000ooO