Anda di halaman 1dari 19

I.

PENDAHULUAN
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek yang akan/ingin diteliti. Populasi ini sering
juga disebut Universe. Anggota populasi dapat berupa benda hidup maupun benda
mati, dimana sifat-sifat yang ada padanya dapat diukur atau diamati. Populasi
yang tidak pernah diketahui dengan pasti jumlahnya disebut "Populasi Infinit"
atau tak terbatas, dan populasi yang jumlahnya diketahui dengan pasti (populasi
yang dapat diberi nomor identifikasi), misalnya murid sekolah, jumlah karyawan
tetap pabrik, dll disebut "Populasi Finit".
Suatu kelompok objek yang berkembang terus (melakukan proses sebagai
akibat kehidupan atau suatu proses kejadian) adalah Populasi Infinitif. Misalnya
penduduk suatu negara adalah populasi yang infinit karena setiap waktu terus
berubah jumlahnya. Apabilah penduduk tersebut dibatasi dalam waktu dan tempat,
maka popuJasi yang infinit bisa berubah menjadi populasi yang finit. Misalnya
penduduk Kota Medan pada tahun 1990 (1 Januari s/d 31 Desember 1990) dapat
diketahui jumlahnya. Umumnya populasi yang infinit hanyalah teori saja,
sedangkan kenyataan dalam prakteknya, semua benda hidup dianggap populasi
yang finit. Bila dinyatakan bahwa 60% penduduk Indonesia adalah petani, ini
berati bahwa setiap 100 orang penduduk Indonesia, 60 orang adalah petani. Hasil
pengukuran atau karakteristik dari populasi disebut "parameter" yaitu untuk harga-
harga rata-rata hitung (mean) dan σ untuk simpangan baku (standard deviasai).
Jadi populasi yang diteliti harus didefenisikan dengan jelas, termasuk didalam nya
ciri-ciri dimensi waktu dan tempat.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang menjadi objek penelitian (sampel
sendiri secara harfiah berarti contoh). Hasil pengukuran atau karakteristik dari
sampel disebut "statistik" yaitu X untuk harga rata-rata hitung dan S atau SD
untuk simpangan baku. Alasan perlunya pengambilan sampel adalah sebagai
berikut :
a. Keterbatasan waktu, tenaga dan biaya.
b. Lebih cepat dan lebih mudah.
c. Memberi informasi yang lebih banyak dan dalam.
d. Dapat ditangani lebih teliti.

Pengambilan sampel kadang-kadang merupakan satu-satunya jalan yang


harus dipilih, (tidak mungkin untuk mempelajari seluruh populasi) misalnya:

a. Meneliti air sungai


b. Mencicipi rasa makanan didapur
c. Mencicipi duku yang hendak dibeli

3. Kelebihan dan Kekurangan antara Populasi dan Sampel


 Populasi

Kelebihan :  

a. Data dijamin lebih lengkap


b. Pengambilan kesimpulan/generalisasi lebih akurat

Kelemahan:

a. Membutuhkan banyak sumber daya (biaya, tenaga, waktu)


b. Tidak ada jaminan bahwa semua anggota populasi dapat
didata/dilacak dilapangan
 Sampel:

Kelebihan  :

a. Efisien penggunaan sumber daya (tenaga, biaya, waktu)


b. Anggota sampel lebih mudah didata/dilacak dilapangan

Kelemahan:

a. Membutuhkan ketelitian dalam menentukan sampel


b. Pengambilan kesimpulan/generalisasi perlu analisis yang teliti
II. PENGAMBILAN SAMPEL
1. Tujuan
Agar sampel yang diambil dari populasinya "representatif" (mewakili),
sehingga dapat diperoleh informasi yang cukup untuk mengestimasi populasinya.
2. Defenisi
Dalam rangka pengambilan sampel, ada beberapa pengertian yang perlu diketahui,
yaitu:
a. Populasi Sasaran (Target Populasi):
Yaitu populasi yang menjadi sasaran pengamatan atau populasi dari mana
suatu keterangan,akan diperoleh (misalnya efek obat pada ibu hamil) maka
target populasi adalah ibu hamil.
b. Kerangka Sampel (Sampling Frame):
Yaitu suatu daftar unit-unit yang ada pada populasi yang akan diambil
sampelnya (daftar anggota populasinya).
c. Unit Sampel(Sampling Unit):
Yaitu unit terkecil pada populasi yang akan diambil sebagai sampel (KK
atau RT).
d. Rancangan Sampel
Yaitu rancangan yang meliputi cara pengambilan sampel dan penentuan
besar sampelnya.
e. Random.
Yaitu cara mengambil sampel, dimana setiap unit dalam populasi
mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel.
3. Hal-hal penting berkaitan dengan pemilihan sampel yang baik
a. Representatif (harus dapat mewakili populasi atau semua unsure sampel
b. Batasan sampel harus jelas
c. Dapat dilacak dilapangan
d. Tidak ada keanggotaan sampel yang ganda (didata dua kali/lebih)
e. Harus up to date (terbaru dan sesuai dengan keadaan saat dilakukan
penelitian)
4. Metode pemilihan atau pengambilan sampel (sampling) yang baik
a. Prosedurnya sederhana dan mudah dilakukan
b. Dapat memilih sampel yang representatif
c. Efisien dalam penggunaan sumber daya
d. Dapat memberikan informasi sebanyak-banyaknya mengenai sampel
5. Yang perlu diperhatikan dalam menentukan besarnya sampel:
a. Derajat keseragaman/heterogenitas dari populasi
b. Metode analisis yang akan digunakan
c. Ketersediaan sumber daya
d. Presisi yang dikehendaki
6. Gambaran tentang pengambilan sampel di dalam suatu penelitian adalah sebagai
berikut :
1. Perlu dirumuskan masalah-masalah yang dihadapi, kemudian perincilah
masalah-masalah tersebut dalam bentuk-bentuk informasi yang harus
disajikan.
2. Setelah memahami ruang lingkup masalah yang dihadapi, tetapkanlah
populasi yang hendak diteliti itu.
3. Perlu diketahui apakah informasi yang dibutuhkan sudah pernah tersedia,
misalnya sebagai hasil penelitian orang lain.
4. Tentukan jenis penelitian apa yang paling baik, sesuai dengan biaya yang
tersedia sehingga dapat menyajikan informasi yang dibutuhkan.
5. Susun rencana lengkap terhadap pelaksanaan penelitian tersebut, termasuk
menyusun defenisi, klasifikasi, kwesioner, petugas dan sebagainya.
6. Rencanakan beberapa "Alternative Sampling Design" yang dapat memberi
gambaran tentang beban ongkos dan tingkat kecermatannya.
7. Susun buku pedoman (manual) untuk pekerja lapangan selengkap
mungkin.
8. Susun rencana, tabulasi dan tetapkan bentuk serta jenis dari tabel yang
final.
9. Laksanakan pretest untuk menguji effektivitas kwesioner, manual, petugas
lapangan dan aspek-aspek oprasional lainnya.
10. Atas dasar pretest tersebut, perbaiki kwesioner, dan manual.
11. Tetapkan secara terperinci prosedur samping yang final.
12. Baru dilaksanakan penelitian yang sesungguhnya dan teruskan dengan
pengolahan serta tabulasi data seperti yang direncanakan.
13. Susun analisa atau hasil-hasil tersebut
14. Buat laporan penelitian.

III. TEKNIK PENGAMBULAN SAMPEL


Pemilihan teknik pengarnbilan sampel merupakan upaya penelitian untuk
mendapat sampel yang representatif (mewakili), yang dapat menggambarkan
populasinya. Teknik pengambilan sampel tersebut dibagi atas 2 kelompok besar,
yaitu:
1. Probability Sampling (Random Sample)
2. Non Probability Sampling (Non Random Sample)
3.1 Non Probability Sampling (Non Random Sample)

Non probability sampling adalah pegambilan sampel bukan acak, dimungkinkan untuk
mengatasi kesulitan pengambilan sampel secara acak, kerangka sampling (sampling frame
tidak tersedia) dan keterbatasan biaya. Disamping itu penggunaan non probability sampling
didasarkan atas tujuan tertentu (biasanya pada penelitian kualitatif).

III.1.1 Purposive Sampling


a. Pengertian Pueposive Sampling :
 Pengertian Purposive Sampling Berdasarkan Arikunto:
Menurut Arikunto (2006) pengertiannya adalah: teknik mengambil
sampel dengan tidak berdasarkan random, daerah atau strata,
melainkan berdasarkan atas adanya pertimbangan yang berfokus
pada tujuan tertentu.
 Pengertian Purposive Sampling Berdasarkan Notoatmodjo:
Menurut Notoatmodjo (2010) pengertiannya adalah: pengambilan
sampel yang berdasarkan atas suatu pertimbangan tertentu seperti
sifat-sifat populasi ataupun ciri-ciri yang sudah diketahui
sebelumnya.
 Pengertian Purposive Sampling Berdasarkan Sugiyono:
Menurut Sugiyono (2010) pengertiannya adalah: teknik untuk
menentukan sampel penelitian dengan beberapa pertimbangan
tertentu yang bertujuan agar data yang diperoleh nantinya bisa lebih
representatif.
b. Tujuan Purposive Sampling
Berdasarkan pengertian para ahli atau pakar di atas, kita dapat
mengambil poin-poin penting perihal pengertian teknik samplingtersebut
serta indikasi penggunannya. Menurut statistikian, purposive sampling
lebih tepat digunakan oleh para peneliti apabila memang sebuah penelitian
memerlukan kriteria khusus agar sampel yang diambil nantinya sesuai
dengan tujuan penelitian dapat memecahkan permasalahan penelitian serta
dapat memberikan nilai yang lebih representatif. Sehingga teknik yang
diambil dapat memenuhi tujuan sebenarnya dilakukannya penelitian.
c. Contoh Purposive Sampling
Contoh mudah dalam penerapan teknik ini pada penelitian
menggunakan metode kohort adalah sebagai berikut: apabila peneliti akan
meneliti dengan judul “Pengaruh konsumsi tablet besi selama hamil
terhadap kadar hemoglobin pasca melahirkan.” Maka peneliti menetapkan
kriteria khusus sebagai syarat populasi (ibu hamil) yang dapat dijadikan
sampel, yaitu apabila ibu tersebut tidak mempunyai berbagai jenis
penyakit anemia. Alasannya ditetapkan kriteria tersebut adalah karena
kadar hemoglobin tidak hanya disebabkan oleh konsumsi tablet besi,
melainkan oleh berbagai penyebab lainnya yang mendasar seperti penyakit
anemia megaloblastik, anemia aplastik atau berbagai jenis anemia lainnya.
Contoh diatas menunjukkan pada kita, bahwa ditetapkannya kriteria
tersebut adalah agar tidak terjadi bias hasil penelitian. Sehingga hasil
penelitian dengan menggunakan teknik purposive tersebut dapat lebih
memberikan hasil yang representatif.
d. Rumus Purposive Sampling
Pada dasarnya, sampling jenuh kemudian simple random sampling
adalah teknik sampling yang terbaik. Namun kita tidak bisa menutup mata
adanya kriteria tertentu yang dapat memunculkan bias hasil penelitian.
Oleh karena itu teknik purposive perlu dipertimbangkan untuk
dipergunakan. Berbicara perihal rumus menentukan jumlah sampel
berdasarkan purposive, akan menjadi dilematis. Sebab meskipun kita telah
mengetahui daftar populasi yang akan kita teliti, namun ada kalanya
jumlahnya tidak mencukupi jika akan menerapkan rumus simple random
sampling oleh karena adanya batasan atau kriteria. Maka semua itu
dikembalikan lagi pada peneliti, lebih menekankan jumlah yang
mencukupi atau ketatnya batasan-batasan pada sampel.
e. Langkah-langkah Purposive Sampling
Langkah dalam menerapkan teknik ini adalah sebagai berikut:
1. Tentukan apakah tujuan penelitian mewajibkan adanya kriteria
tertentu pada sampel agar tidak terjadi bias.
2. Tentukankriteria-kriteria.
3. Tentukan populasi berdasarkan studi pendahuluan yang teliti.
4. Tentukan jumlah minimal sampel yang akan dijadikan subjek
penelitian serta memenuhi kriteria.
f. Syarat Purposive Sampling
Syarat digunakannya teknik ini antara lain:
1. Kriteria atau batasan ditetapkan dengan teliti.
2. Sampel yang diambil sebagai subjek penelitian adalah sampel yang
memenuhi kriteria yang telah ditetapkan.
g. Kelebihan dan Kekurangan Purposive Sampling
 Kelebihan:
1. Sampel terpilih adalah sampel yang sesuai dengan tujuan
penelitian.
2. Teknik ini merupakan cara yang mudah untuk dilaksanakan.
3. Sampel terpilih biasanya adalah individu atau personal yang
mudah ditemui atau didekati oleh peneliti.
 Kekurangan:
1. Tidak ada jaminan bahwa jumlah sampel yang digunakan
representatif dalam segi jumlah.
2. Dimana tidak sebaik sample random sampling.
3. Bukan termasuk metode random sampling.
4. Tidak dapat digunakan sebagai generalisasi untuk mengambil
kesimpulan statistik.
3.1.2 Accindental Sampling
Accidental sampling/ Convenience sampling adalah non-probabilitas sampling
teknik dimana subyek dipilih karena aksesibilitas nyaman dan kedekatan mereka
kepada peneliti.Subyek dipilih hanya karena mereka paling mudah untuk
merekrut studi dan peneliti tidak mempertimbangkan memilih mata pelajaran
yang mewakili seluruh populasi.
Dalam semua bentuk penelitian, akan sangat ideal untuk menguji seluruh
penduduk, tetapi dalam banyak kasus, populasi terlalu besar sehingga mustahil
untuk menyertakan setiap individu. Ini adalah alasan mengapa para peneliti
sebagian besar bergantung pada teknik sampling seperti pengambilan sampel
kenyamanan, yang paling umum dari semua teknik sampling. Banyak peneliti
lebih memilih teknik sampling karena cepat, murah, mudah dan subyek yang
tersedia.Berikut beberapa contoh Accidental sampling/ Convenience Sampling :
1. Seseorang diambil sebagai sampel karena kebetulan orang tadi ada di situ
atau kebetulan dia mengenal orang tersebut. Kita ingin meneliti pendapat
masyarakat tentang kenaikan harga atau keluarga berencana, maka
pertanyaan yang diajukan kepada mereka yang kebetulan yang dijumpai di
pasar atau ditempat-tempat lainnya.
2. Sebuah wartawan  surat kabar bertanya kepada pambaca lewat kolom
kuesioner di surat kabar tersebut. Tidak smua orang yang baca koran 
punya minat pada masalah didalam kuesioner, atau punya waktu untuk
menggunting kuesiomner dan mengirimkannya pada pos kendati gratis.
Andai saja ada 5000 orang yang mengembalikan, tetapi kendati besar
“sampel” itu tidak bisa secara akurat menggambarkan popoulasi. Mungkin
saja kuesioner tersebut lebih punya nuansa menghibur ketimbang
melakukan penelitian.
3. Seorang peneliti ingin mengetahui partisipasi orang tua murid dalam
meningkatkan prestasi belajar anak-anaknya.
4. The person on the street interview’ program tv biasanya mewawancarai
mereka yang dijumpai di jalan,  tetapi umumny a  mereka yang kelihatan
tiadak menarik, miskin,, sangat tua dan tidak berpendidikan.
5. Seorang peneliti ingin mengetahui tentang kebersihan wilayah jakarta
selatan ia menanyakan kepada orang ada dijalan atau orang yangdia
jumpaibukan orang yang mengerti tantang kebersihan kota jakarta selatan
seperti petugas kebersihan atau mendatangi kantor gubernur atau walikota 
jakarta selatan.
6. Seorang peneliti ingin mengetahui partisipasi orang tua murid dalam
meningkatkan prestasi belajar anak-anaknya. Peneliti mengambil sebagai
sampel tetangganya, temannya, kerabatnya, sejawatnya, dan kenalannya
yang semuanya termasuk kategori “anggota populasi penelitian” (dalam
hal ini orang tua murid).
7. Reporter televisi mewawancarai warga yang kebetulan sedang lewat.
Kelebihan dari pengambilan sesaat ini adalah kepraktisan dalam
pemillihan anggota sampel.
8. Seorang kritikus makanan, misalnya, dapat mencoba makanan pembuka
atau hidangan beberapa untuk menilai kualitas dan berbagai menu. Dan
wartawan televisi sering mencari apa yang disebut 'orang-on-the-jalan
wawancara' untuk mengetahui bagaimana orang melihat masalah.
9. Sekelompok mahasiswa di sekolah tinggi melakukan studi tentang sikap
guru. Mereka mewawancarai guru di sekolah, beberapa orang dalam
keluarga dan beberapa orang lainnya yang diketahui keluarga
mereka.Salah satu contoh yang paling umum convenience sampling
menggunakan relawan mahasiswa sebagai subjek untuk penelitian.
10. Contoh lain adalah menggunakan mata pelajaran yang dipilih dari sebuah
klinik, sebuah kelas atau sebuah lembaga yang mudah diakses oleh
peneliti. Contoh yang lebih konkret adalah memilih lima orang dari kelas
atau memilih lima nama pertama dari daftar pasien. peneliti secara tidak
sengaja tidak termasuk sebagian besar dari populasi. Contoh kenyamanan
adalah salah satu kumpulan mata pelajaran yang dapat dijangkau atau
pilihan diri individu bersedia untuk berpartisipasi yang dicontohkan oleh
para sukarelawan Anda.
11. Sebuah universitas memiliki sekitar 10.000 siswa. Ini 10.000 siswa
penduduk kita (N). Masing-masing dari 10.000 siswa dikenal sebagai unit
(meskipun kadang-kadang istilah lain yang digunakan untuk
menggambarkan unit, lihat Sampling: Dasar-dasar). Untuk memilih sampel
(n) dari siswa dari populasi dari 10.000 siswa, kita bisa memilih untuk
menggunakan sebuah sample yang acak. Mari kita bayangkan bahwa
karena kami memiliki anggaran kecil dan waktu yang terbatas, kita
memilih ukuran sampel 100 siswa.Contoh kenyamanan hanyalah salah satu
tempat unit yang dipilih untuk dimasukkan dalam sampel yang paling
mudah untuk mengakses.
12. Di mana pasien yang dipilih, sebagian atau seluruhnya, pada kenyamanan
peneliti. Peneliti tidak berusaha, atau hanya usaha terbatas, untuk
memastikan bahwa sampel ini adalah representasi akurat dari beberapa
kelompok yang lebih besar atau populasi. Contoh klasik dari sebuah
sample yang berdiri di sebuah pusat perbelanjaan dan memilih pembeli
saat mereka berjalan dengan mengisi survei.
13. Seorang ilmuwan bisa menggunakan metode ini untuk menentukan apakah
sebuah danau tercemar. Dengan asumsi bahwa air danau dengan baik
campuran.
14. Convenience sampling umumnya mengasumsikan populasi homogen, dan
bahwa satu orang adalah cukup banyak seperti yang lain. Sementara orang
ini dikenal untuk berbeda, perbedaan dianggap probabilistik - sehingga jika
80% dari sampel lebih suka kopi untuk teh, Anda mungkin menyimpulkan
bahwa 80% dari populasi pada umumnya akan memilih kopi. Dalam
prakteknya, sampel Anda mungkin sebagian besar penduduk Paris kelas
menengah dan tes yang sama di London dengan baik dapat memberikan
hasil yang berbeda.

3.1.3 Quota Sampling


Biasanya teknik sampling ini digunakan data dari populasi yang berkaitan
dengan demografi (kependudukan) seperti: lokasi geografis, usia, jenis kelamin,
pendidikan, pendapatan,dll. Pada dasarnya qupta sapling sama dengan Judgment
sampling dua tahap. Tahap pertama adalah tahapan dimana peneliti merumuskan
kategori kontrol atau quota dari populasi yang akan diteliti, seperti: jenis kelamin,
usia, ras yang terdefinisikan dengan baik sebagai basis dari keputusan pemilihan
sampel.  Tahap kedua adalah penentuan bagaimana sampel akan diambil, dapat
secara Convenience atau judgment tergantung pada situasi dan kondisi pada saat
akan dilakukan penelitian dan apa yang akan diteliti serta kemampuan dari
peneliti sendiri.
Perbedaan antara Judgment sampling dengan Quota sampling terletak adanya
suatu batasan  pada quota sampling bahwa sampel yang dipilih harus sejumlah
tertentu yang dijatah (quotum) dari setiap subgroup yang telah ditentukan daru
suatu populasi. Ukuran sampel pada Quota sampling biasanya cukup besar
dengan harapan agar karakteristik sampel (statistik) sedapat mungkin mendekati
karakteristik populasinya (parameter).
Kelebihan dan Kekurangan dilakukannya Quota Sampling :
a. Kelebihan Quota Sampling :
1. Rendahnya biaya penelitian yang dikeluarkan.
2. Ada keleluasaan peneliti untuk menentukan elemen-elemen untuk
setiap quotanya. Bahkan pada kondisi tertentu, hasil penelitian dpat
menyamai hasil penelitian yang dilakukan dengan salah satu teknik
sampling yang termasuk rumpun probability sampling.
b. Kekurangan Quota Sampling :
Ditinjau dari bias yang mungkin terjadi, terlihat bahwa dengan
teknik sampling ini akan diperoleh data yang sangat beragam. Kondisi
ini secara langsung akan berakibat pada tingginya tingkat kesulitan
dalam merumuskan hasil penelitian. Penyebab bias yang lainnya adalah
tidak adanya suatu prosedur atau tata cara yang baku bagi pewawancara
dan teknik wawancaranya. Permasalahan bertambah lagi dengan
kenyataan di lapangan bahwa pewawancara cenderung mencari
lokasi/tempat-tempat dimana sampel dapat ditemukan dan kadang
pewawancara memilih-milih responden untuk diwawancarai
berdasarkan kriteria yang tidak dapat diterima seperti penampilan (gaya
berpakaian, sikap), jenis kelamin, ras dan lain sebagainya.

Contoh Aplikasi :

Misalkan akan diteliti kebiasaan membaca koran dari orang dewasa di Jakarta
yang diperkirakan berjumlah 4 juta orang. Aplikasi Quota sampling
dilaksanakan dengan menentukan kategori-kategori kontrol sebagai berikut:

a. Jenis Kelamin: Pria dan Wanita


b. Usia: 18-30
31-45
  46-60
> 60 tahun
Dalam kaitannya dengan penelitian ini, mungkin Quota sampling bukan
merupakan satu-satunya pilihan, tetapi karena dengan Quota sampling kita
dapat membuat pencerminan dari populasinya maka Quota sampling dipilih.
Kembali ke contoh di atas anggaplah akan diambil 10.000 sampel dan
diketahui beberapa informasi dari populasinya (berkaitan dengan kategori
kontrol) sebagai berikut:
a. Jenis Kelamin : Pria 60%
Wanita 40%
b. Usia : 18-30 40%
31-45 30%
46-60 23%
> 60 tahun 7%
Atas dasar informasi tersebut maka komposisi dari sampel (10.000 orang),
harus mengandung 60 % pria, 40 % wanita, dan dari 10.000 sampel tersebut
harus terdiri dari 40 % orang yang berusia antara 18-30 tahun, 30 % berusia
31-45 tahun, 23 % berumur antara 46-60 tahun, 7 % berusia > 60 tahun. Inilah
yang dimaksud dengan Quota sampling dimana kita berusaha membuat
pencerminan terhadap komposisi dari populasinya dengan harapan agar
statistik yang diperoleh sedapat mungkin mendekati nilai parameternya.

3.1.4 Saturation Sampling ( Sampling Jenuh )


Menurut Sugiyono (2001: 61), sampling jenuh adalah teknik penentuan
sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering
dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang. Istilah lain
sampel jenuh adalah sensus, dimana semua anggota populasi dijadikan sampel.
Sampling jenuh adalah tehnik pengambilan sampling bila semua anggota
populasi digunakan sebagai sampel, hal ini dilakukan bila jumlah populasi relatif
kecil yaitu kurangdari 30 orang, atau penelitian ingin membuat generalisasi
dengan kesalahan yang sangat kecil. Sampling dikatakan jenuh (tuntas) bila
seluruh populasi dijadikan sampel(Nasution, 2003). Misalnya akan dilakukan
penelitian tentang kinerja guru di SMA XXX Jakarta. Karena jumlah guru hanya
35, maka seluruh guru dijadikan sampel penelitian. Sedangkan dikatakan padat
bila jumlah sampel lebih dari setengah dari populasi (Nasution, 2003), misalnya
250-300 orang dari populasi 500orang. Sampling jenuh baik digunakan jika
jumlah populasinya dibawah 1000 orang, tapi apabila jumlah samplingnya lebih
dari 1000 orang maka sampling jenuh tidak praktis lagi dikarenakan biaya dan
waktu yang digunakan sangat banyak.
Kelebihan dari sampling jenuh:
1. Dapat diketahui gambaran sebenarnyadari suatu populasi
2. Dapat diperoleh kerangka sampel (sample frame) yang berguna untuk
survei
3. Tidak mempunyai sampling error (kesalahan karena pengambilan sampel)
Kekurangan dari sampling jenuh:
1. Biaya, waktu dan tenaga yangdibutuhkan sangat besar
2. Kesalahan dari petugas (nonsampling error) sulit diperkirakan
3. Jenis data yang diperoleh terbatas dan sifatnya sederhana (tidak
mendalam)

3.1.5 Snowball Sampling


(Sugiyono, 2001: 61), Snowball sampling adalah teknik penentuan sampel 
yang mula-mula jumlahnya kecil, kemudian sampel ini disuruh memilih teman-
temannya untuk dijadikan sampel begitu seterusnya, sehingga jumlah  sampel
semakin banyak. Ibarat bola salju yang menggelinding semakin lama semakin
besar. Pada penelitian kualitatif banyak menggunakan purposive dan snowball
sampling.
Cara pengambilan sampelnya dengan teknik ini dilakukan secara berantai,
mulai dari ukuran sampel yang kecil, makin lama menjadi semakin besar seperi
halnya bola salju (Snowball) yang menggelinding menuruni lereng gunung/bukit.
Dalam pelaksanaannya, pertama-tama dilakukan interview terhadap suatu
kelompok/seorang responden yang relevan, dan untuk menunjuk calon responden
yang berikutnya yang memiliki spesifikasi/spesialisasi yang sama. Hal tersebut
ditempuh, karena biasanya responden yang merupakan anggota populasi yang
spesifik tersebut saling mengenal satu sama lain karena spesialisasi (profesi)
mereka.
Kelebihan Snowball Sampling:
1. Snowball sampling dapat diperkirakan tidak akan banyak menyimpang
dari apa yang sebenarnya terjadi pada populasinya.
2. Bias yang dihasilkan relatif kecil.
Kekurangan Snowball Sampling:
1. Waktu lama
2. Biaya besar
3. Wawancara melalui telepon atau pos dapat merupakan jalan keluar

Contoh aplikasi:
Misal bila akan diteliti pendapat para ahli gizi indonesia. Maka akan di ambil
sampel dengan snowball sampling. Pertimbangan tersebut dikaikan dengan
kenyataan bahwa populasi gizi di Indonesia sangat spesifik, jumlahnya sedikit
dengan lokasi tersebar dan karena profesi yang sama maka kemungkinan besar
mereka mengenal satu dengan yang lainnya.
(1) Dicari seorang ahli gizi
(2) Selanjutnya dari seorang ini diminta menunjukkan beberapa ahli gizi
lainnya yang dapat diwawancarai, demikian seterusnya sehingga diperoleh
sejumlah responden yang diperlukan.

3.1.6 Judgment Sampling


Pada dasarnya merupakan suatu bentuk Convinience Sampling. Sampel
diambil berdasarkan kriteria-kriteria yang telah dirumuskan terlebih dahulu oleh
peneliti. Perumusan kriterianya, subjektifitas dan pengalaman dari peneliti sangat
berperan. Teknik sampling ini dapat diterapkan dan pada umumnya lebih cocok
dipakai pada tahap awal suatu studi eksploratif. Sampel yang diambil dari
anggota populasi dipilih sekehendak hati oleh peneliti menurut pertimbamgan dan
intuisinya. Bila dalam subjektifitas dan intuisi dari peneliti benar, maka sampel
yang dipilih peneliti tersebut dapat mencerminkan karakteristik populasi.
Sampel yang diambil dari anggota populasi dipilih sekehendak hati o/peneliti
menurut pertimbangan & intuisinya. Bila intuisi dari peneliti tersebut benar, maka
sampel yang dipilih oleh peneliti tersebut akan dapat mencerminkan karakteristik
populasi. Ada 2 judgement sampling yang dikenal,yaitu :
(1) Expert Sampling (sampling atas dasar keahlian)
Dalam expert sampling, pemilihan sampling yang representatif
didasarkan atas pendapat ahli, sehingga siapa, dalam jumlah berapa sampel
harus dipilih sangat tergantung pada pendapat ahli yang bersangkutan. 
(2) Purposive sampling (sampling dengan maksud tertentu)
Dalam purposive sampling, pemilihan sampling bertitik tolak pada
penilaian pribadi peneliti menyatakan bahwa sampel yang dipilih benar-
benar representatif. Peneliti harus menguasai bidangnya dan nemiliki
pengetahuan memadai tentang karakteristik anggota populasi.

Kelebihan :

Situasi agar teknik judgment sampling dapat digunakan bahkan dianjurkan,


seperti:

a. Pada kondisi dimana probability sampling tidak dapat digunakan sama


sekali.
b. Bila ukuran sampel sangat kecil (<20).
c. Bila peneliti memiliki pengetahuan dan penguasaan yang memadai
terhadap topik yang dihadapi sehingga dapat dijamin bahwa sampel yang
diambil benar-benar representatif.

Kekurangan :

Kendala yang dihadapi dalam penggunaan teknik sampling ini adalah


tuntunan adanya kejelian dari peneliti dalam mendefinisikan populasi dan
membuat pertimbangannya. Pertimbangan (judgment) harus masuk akal dan
relevan dengan maksud penelitian.

Contoh Aplikasi:

Akan diteliti sikap dan prilaku konsumen terhadap rokok “Star ABC”. Adapun
judgment yang diambil adalah sbb:

A. Para perokok di Jakarta Utara yang pernah mencoba rokok Star ABC.
Batasan ini diambil karena, pertama, mungkin letak geografis, perokok
(respinden) mudah diakses. Kedua, dipilihnya hanya perokok akan
mengurangi bias dari hasil penelitian karena antara perokok dan tidak
biasanya menunjukkan sikap dan prilaku yang saling bertolak belakang.
Ketiga, pembatasan responden yang pernah mencoba rokok Star ABC,
sudah jelas dikarenakan bagaimana mereka akan bersikap dan berprilaku
tertentu terhadap rokok tersebut bila mereka belum pernah mencoba.
B. Pria/wanita yang berusia 15 tahun ke atas dan perokok. Hal ini didasarkan
pada faktor kejiwaan yang menyatakan bahwa orang pada usia 15
diharapkan sudah dapat memutuskan dan menjawab/mengisi angket
dengan benar. Tidak adanya perbedaan antara pria dan wanita disebabkan
kenyataan pada dewasa ini bahwa rokok bukan sepenuhnya dikonsumsi
oleh pria saja.
C. Periode penyebaran dan pengumpulan angket dibatasi selama 2 minggu.
Judgment ini dipilih berkaitan dengan efisiensi wakti dan biaya yang
tersedia.

3.2 Probability Sampling


Sugiyono (2001: 57) menyatakan bahwa probability sampling adalah teknik sampling
yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih
menjadi anggota sampel. Teknik sampel ini meliputi:
3.2.3 Simple Random Sampling ( Sampel Acak Sederhana )
Menurut Kerlinger (2006, hlm. 188), simple random sampling adalah metode
penarikan dari sebuah populasi atau semesta dengan cara tertentu sehingga setiap
anggota populasi atau semesta tadi memiliki peluang yang sama untuk terpilih
atau terambil. Menurut Sugiyono (2001, hlm. 57) teknik sampling ini disebut
simple (sederhana) karena pengambilan sampel anggota populasi dilakukan
secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Margono
(2004, hlm. 126) menyatakan bahwa simple random sampling adalah teknik
untuk mendapatkan sampel yang langsung dilakukan pada unit sampling. Cara
demikian dilakukan bila anggota populasi dianggap homogen. Teknik ini dapat
digunakan jika jumlah unit sampling di dalam suatu populasi tidak terlalu besar.
Selain itu, Masyhuri & Zainuddin (2008, hlm. 167) mengungkapkan bahwa
simple random sampling atau penarikan sampel acak sederhana adalah sebuah
metode untuk memilih anggota sampel yang dinotasikan dengan “n” dari anggota
populasi yang dinyatakan dengan “N”, sehingga anggota populasi mempunyai
kesempatan yang sama untuk menjadi anggota sampel, tidak ada diskriminasi
terhadap anggota populasi. Misal sebuah populasi terdiri dari 500 orang
mahasiswa program S1 (unit sampling). Untuk memperoleh sampel sebanyak 150
orang dari populasi tersebut, dapat menggunakan teknik ini, baik dengan cara
undian, ordinal, maupun tabel bilangan random.
Peneliti dapat menggunakan simple random sampling dalam penelitiannya
jika:
1. Terbatasnya pengetahuan terhadap unsur-unsur populasi. Tidak terdapat
pengetahuan sebelumnya yang dapat digunakan untuk menilai derajat
keseragaman populasi.
2. Berdasarkan pengetahuan atau pengalaman yang ada, belum ada suatu
prosedur penarikan sampel tandingan yang lebih efisien daripada simple
random sampling.
Dalam pengambilan sampel dengan menggunakan teknik simple random
sampling, peneliti harus memenuhi syarat-syarat berikut:
1. Tersedianya suatu daftar kerangka sampel yang cermat dan lengkap
mencakup seluruh elemen populasi.
2. Untuk variabel-variabel tertentu yang akan diamati, populasi data dapat
dianggap bersifat cukup seragam atau homogen.
3. Dalam praktek penarikan sampel (baik langsung maupun tidak
langsung), terkait geografis, maka sebaran elemen populasi tidak terlalu
terpencar-pencar dalam areal yang luas.
 Kelebihan:
a. Tidak membutuhkan informasi tambahan pada kerangka sampel seperti
wilayah geografis, dan lain-lain, selain daftar lengkap elemen populasi survei
dengan informasi yang akan diteliti.
b. Rumus yang digunakan relatif mudah.
c. Mudah diterapkan untuk populasi kecil.
 Kekurangan:
a. Akan menjadi mahal dan tidak mungkin dikerjakan untuk populasi besar
karena semua elemen harus diidentifikasi sebelum diambil sampel.
b. Biaya akan mahal jika sampel yang diambil tersebar secara geografis.
c. Persyaratan sulit terpenuhi.
Prosedur penarikan sampel dilakukan sebagai berikut:
1. Penarikan simple random sampling dengan pemulihan (with replacement).
Misalkan untuk populasi ukuran N dan sampel n, maka banyaknya keseluruhan
kemungkinan sampel yang akan terpilih yaitu NNc set sampel yang masing-
masing terdiri dari n elemen.
2. Penarikan simple random sampling tanpa pemulihan (without
replacement). Untuk populasi ukuran N dan sampel n, maka banyaknya
keseluruhan kemungkinan sampel yang akan terpilih yaitu Nn set sampel yang
masing-masing terdiri dari n elemen.
Teknik pengambilan sampel dalam sample random sampling dapat dilakukan
dengan cara:
1. Lotere
Cara lotere dapat dilakukan pada elemen populasi yang jumlahnya relatif
sedikit (100 atau kurang). Ilustrasi sebagai berikut:
Misalkan seorang peneliti ingin mengetahui pandangan anak-anak jalanan
terhadap kehidupan sosial mereka di Kota Bandung. Jumlah anak jalanan di Kota
Bandung tercatat 95 anak. Untuk menghemat waktu dan biaya si peniliti akan
mengambil 20 anak sebagai sampelnya dengan cara acak. Maka yang dilakukan
oleh si peneliti adalah:
a. Membuat 95 potongan kertas yang diberi nomor dari 1 sampai 95.
b. Kertas dilipat dan dimasukkan ke dalam kotak atau gelas yang diberi
lubang kecil di penutupnya.
c. Kotak/gelas dikocok, lalu diambil satu potong setiap kali pengocokan.
d. Angka atau nomor yang tertera dalam kertas tersebut dilihat dan dicatat
angkanya sampai dengan pengocokan ke-20. Misalkan yang terambil adalah
angka 35, maka elemen populasi yang terpilih adalah nomor 35.
2. Kalkulator, tekan tombol Ran # untuk mengeluarkan angka acak.
3. Komputer, misal melalui Excel dengan menggunakan fungsi =RAND()
atau =RANDBETWEEN()
4. Menggunakan Tabel Angka Random (TAR)

Dalam prakteknya, pengambilan sampel dilakukan dengan mengambil satu per


satu unit yang ada (biasaya dengan menggunakan tabel angka random) sampai
jumlah sampel yang diinginkan diperoleh. Tabel angka random merupakan
kumpulan dari bilangan-bilangan yang tersusun secara random/ acak. Untuk lebih
jelasnya penggunaan tabel angka random dalam pengambilan sebuah sampel
sebagai berikut.
 Contoh 1 (Menggunakan Tabel Angka Random)
Seorang peneliti ingin mengetahui peran kepemimpinan kepala sekolah
terhadap kinerja para guru pada tingkat Sekolah Dasar di suatu kabupaten. Jumlah
SD yang terdapat dalam kabupaten itu berjumlah 900 sekolah. Untuk
mengefesienkan waktu dan tenaga, peneliti mengambil hanya 10 SD dari 900 SD
sebagai sampel. Dalam tahapan pengambilan sampel ini mengikuti prosedur/
tahapan cara undian.
1. Berilah nomor SD pada pada populasi (900 SD) mulai dari 001, 002, …,
899, 900.
2. Pilihlah secara acak salah satu halaman dari tabel angka random (lihat
Tabel Angka Random) kemudian tentukan satu baris dan beberapa kolom yang
akan digunakan disesuaikan dengan digit N, dalam hal ini berdigit 3 karena
N=900 (tiga digit). Dengan demikian, misalkan ditentukan baris 10, dan 3 kolom,
yaitu kolom 6, 7, dan 8. Dari tabel diperoleh angka 132 dan angka ini merupakan
sampel pertama. Kemudian untuk menentukan sampel kedua sampai sampel
kesepuluh maka dilanjutkan ke baris berikut (baris 11 dan seterusnya), sehingga
diperoleh angka 132, 822, 228, 311, 373, 893, 309, 111, 548, 017, 553, 665, 526.
Bila diperoleh angka yang lebih besar dari 900 maka angka tersebut dapat
diabaikan dan lanjut pada baris berikutnya.
3. Berdasarkan tabel angka random maka sampel yang terpilih adalah SD
yang bernomor 132, 822, 228, 311, 373, 893, 309, 111, 548, 017, 553, 665, 526.
Setelah sampel diperoleh maka setiap sampel (dalam hal ini adalah SD) yang
terpilih diamati (diukur atau dicatat) mengenai karakteristik-karakteristik yang
sedang diteliti.
 Contoh 2 (Menggunakan Excel)
Seorang peneliti ingin memilih secara random 5 dari 20 SMA yang ada di tiga
kabupaten. Langkah-langkah untuk menentukan 5 SMA yang akan menjadi
sampel penelitiannya, sebagai berikut:
1. Urutkan data SMA seperti tampilan berikut:
2. Letakkan Kursor di Cell B2, lalu ketik “=rand()”. Kemudian copy
formula sampai B21
3. Letakkan kursor di Cell C2, kemudian ketik
“=INDEX($A$2:$A$31,RANK(B2,$B$2:$B$21))”. Karena akan dipilih 5 data
random, maka Copy formula sampai ke cell C6
4. Dari hasil pemilihan random sampling, terlihat bahwa 5 SMA yang
terpilih adalah SMA28, SMA13, SMA1, SMA24 dan SMA4.

Anda mungkin juga menyukai