Anda di halaman 1dari 16

I.

PENDAHULUAN
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek yang akan/ingin diteliti. Populasi ini sering
juga disebut Universe. Anggota populasi dapat berupa benda hidup maupun benda
mati, dimana sifat-sifat yang ada padanya dapat diukur atau diamati. Populasi yang
tidak pernah diketahui dengan pasti jumlahnya disebut "Populasi Infinit" atau tak
terbatas, dan populasi yang jumlahnya diketahui dengan pasti (populasi yang dapat
diberi nomor identifikasi), misalnya murid sekolah, jumlah karyawan tetap pabrik, dll
disebut "Populasi Finit".
Suatu kelompok objek yang berkembang terus (melakukan proses sebagai akibat
kehidupan atau suatu proses kejadian) adalah Populasi Infinitif. Misalnya penduduk
suatu negara adalah populasi yang infinit karena setiap waktu terus berubah
jumlahnya. Apabilah penduduk tersebut dibatasi dalam waktu dan tempat, maka
popuJasi yang infinit bisa berubah menjadi populasi yang finit. Misalnya penduduk
Kota Medan pada tahun 1990 (1 Januari s/d 31 Desember 1990) dapat diketahui
jumlahnya. Umumnya populasi yang infinit hanyalah teori saja, sedangkan kenyataan
dalam prakteknya, semua benda hidup dianggap populasi yang finit. Bila dinyatakan
bahwa 60% penduduk Indonesia adalah petani, ini berati bahwa setiap 100 orang
penduduk Indonesia, 60 orang adalah petani. Hasil pengukuran atau karakteristik dari
populasi disebut "parameter" yaitu untuk harga-harga rata-rata hitung (mean) dan σ
untuk simpangan baku (standard deviasai). Jadi populasi yang diteliti harus
didefenisikan dengan jelas, termasuk didalam nya ciri-ciri dimensi waktu dan tempat.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang menjadi objek penelitian (sampel sendiri
secara harfiah berarti contoh). Hasil pengukuran atau karakteristik dari sampel disebut
"statistik" yaitu X untuk harga rata-rata hitung dan S atau SD untuk simpangan baku.
Alasan perlunya pengambilan sampel adalah sebagai berikut :
a. Keterbatasan waktu, tenaga dan biaya.
b. Lebih cepat dan lebih mudah.
c. Memberi informasi yang lebih banyak dan dalam.
d. Dapat ditangani lebih teliti.
Pengambilan sampel kadang-kadang merupakan satu-satunya jalan yang harus
dipilih, (tidak mungkin untuk mempelajari seluruh populasi) misalnya:

a. Meneliti air sungai


b. Mencicipi rasa makanan didapur
c. Mencicipi duku yang hendak dibeli

3. Kelebihan dan Kekurangan antara Populasi dan Sampel


 Populasi
Kelebihan :

a. Data dijamin lebih lengkap


b. Pengambilan kesimpulan/generalisasi lebih akurat
Kelemahan:

a. Membutuhkan banyak sumber daya (biaya, tenaga, waktu)


b. Tidak ada jaminan bahwa semua anggota populasi dapat didata/dilacak
dilapangan
 Sampel:
Kelebihan :

a. Efisien penggunaan sumber daya (tenaga, biaya, waktu)


b. Anggota sampel lebih mudah didata/dilacak dilapangan
Kelemahan:

a. Membutuhkan ketelitian dalam menentukan sampel


b. Pengambilan kesimpulan/generalisasi perlu analisis yang teliti
II. PENGAMBILAN SAMPEL
1. Tujuan
Agar sampel yang diambil dari populasinya "representatif" (mewakili), sehingga
dapat diperoleh informasi yang cukup untuk mengestimasi populasinya.
2. Defenisi
Dalam rangka pengambilan sampel, ada beberapa pengertian yang perlu diketahui,
yaitu:
a. Populasi Sasaran (Target Populasi):
Yaitu populasi yang menjadi sasaran pengamatan atau populasi dari mana
suatu keterangan,akan diperoleh (misalnya efek obat pada ibu hamil) maka
target populasi adalah ibu hamil.
b. Kerangka Sampel (Sampling Frame):
Yaitu suatu daftar unit-unit yang ada pada populasi yang akan diambil
sampelnya (daftar anggota populasinya).
c. Unit Sampel(Sampling Unit):
Yaitu unit terkecil pada populasi yang akan diambil sebagai sampel (KK atau
RT).
d. Rancangan Sampel
Yaitu rancangan yang meliputi cara pengambilan sampel dan penentuan besar
sampelnya.
e. Random.
Yaitu cara mengambil sampel, dimana setiap unit dalam populasi mempunyai
kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel.
3. Hal-hal penting berkaitan dengan pemilihan sampel yang baik
a. Representatif (harus dapat mewakili populasi atau semua unsure sampel
b. Batasan sampel harus jelas
c. Dapat dilacak dilapangan
d. Tidak ada keanggotaan sampel yang ganda (didata dua kali/lebih)
e. Harus up to date (terbaru dan sesuai dengan keadaan saat dilakukan penelitian)
4. Metode pemilihan atau pengambilan sampel (sampling) yang baik
a. Prosedurnya sederhana dan mudah dilakukan
b. Dapat memilih sampel yang representatif
c. Efisien dalam penggunaan sumber daya
d. Dapat memberikan informasi sebanyak-banyaknya mengenai sampel
5. Yang perlu diperhatikan dalam menentukan besarnya sampel:
a. Derajat keseragaman/heterogenitas dari populasi
b. Metode analisis yang akan digunakan
c. Ketersediaan sumber daya
d. Presisi yang dikehendaki
6. Gambaran tentang pengambilan sampel di dalam suatu penelitian adalah sebagai
berikut :
1. Perlu dirumuskan masalah-masalah yang dihadapi, kemudian perincilah
masalah-masalah tersebut dalam bentuk-bentuk informasi yang harus
disajikan.
2. Setelah memahami ruang lingkup masalah yang dihadapi, tetapkanlah
populasi yang hendak diteliti itu.
3. Perlu diketahui apakah informasi yang dibutuhkan sudah pernah tersedia,
misalnya sebagai hasil penelitian orang lain.
4. Tentukan jenis penelitian apa yang paling baik, sesuai dengan biaya yang
tersedia sehingga dapat menyajikan informasi yang dibutuhkan.
5. Susun rencana lengkap terhadap pelaksanaan penelitian tersebut, termasuk
menyusun defenisi, klasifikasi, kwesioner, petugas dan sebagainya.
6. Rencanakan beberapa "Alternative Sampling Design" yang dapat memberi
gambaran tentang beban ongkos dan tingkat kecermatannya.
7. Susun buku pedoman (manual) untuk pekerja lapangan selengkap mungkin.
8. Susun rencana, tabulasi dan tetapkan bentuk serta jenis dari tabel yang final.
9. Laksanakan pretest untuk menguji effektivitas kwesioner, manual, petugas
lapangan dan aspek-aspek oprasional lainnya.
10. Atas dasar pretest tersebut, perbaiki kwesioner, dan manual.
11. Tetapkan secara terperinci prosedur samping yang final.
12. Baru dilaksanakan penelitian yang sesungguhnya dan teruskan dengan
pengolahan serta tabulasi data seperti yang direncanakan.
13. Susun analisa atau hasil-hasil tersebut
14. Buat laporan penelitian.

III. TEKNIK PENGAMBULAN SAMPEL


Pemilihan teknik pengarnbilan sampel merupakan upaya penelitian untuk
mendapat sampel yang representatif (mewakili), yang dapat menggambarkan
populasinya. Teknik pengambilan sampel tersebut dibagi atas 2 kelompok besar, yaitu:
1. Probability Sampling (Random Sample)

a. Simple Random Sampling


Simple Random Sampling dinyatakan simple (sederhana) karena pengambilan
sampel anggota populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang
ada dalam populasi itu. Simple random sampling adalah teknik untuk mendapatkan
sampel yang langsung dilakukan pada unit sampling. Maka setiap unit sampling
sebagai unsur populasi yang terpencil memperoleh peluang yang sama untuk
menjadi sampel atau untuk mewakili populasinya. Cara tersebut dilakukan bila
anggota populasi dianggap homogen. Teknik tersebut dapat dipergunakan bila
jumlah unit sampling dalam suatu populasi tidak terlalu besar. Cara pengambilan
sampel dengan simple random sampling dapat dilakukan dengan metode undian,
ordinal, maupun tabel bilangan random. Untuk penentuan sample dengan cara ini
cukup sederhana, tetapi dalam prakteknya akan menyita waktu. Apalagi jika
jumlahnya besar, sampelnya besar.

b. Proportionate Stratified Random Sampling


Proportionate Stratified Random Sampling biasa digunakan pada populasi yang
mempunyai susunan bertingkat atau berlapis-lapis. Teknik ini digunakan bila
populasi mempunyai anggota/unsur yang tidak homogen dan berstrata secara
proporsional. Kelemahan dari cara ini jika tidak ada investigasi mengenai daftar
subjek maka tidak dapat membuat strata.
c. Disproportionate Stratified Random Sampling
Disproportionate Stratified Random Sampling digunakan untuk menentukan
jumlah sampel bila populasinya berstrata tetapi kurang proporsional.
d. Cluster Sampling (Area Sampling)
Cluster Sampling (Area Sampling) juga cluster random sampling. Teknik
pengambilan sampel ini digunakan bilamana populasi tidak terdiri dari individu-
individu, melainkan terdiri dari kelompok-kelompok individu atau cluster. Teknik
sampling daerah digunakan untuk menentukan sampel bila objek yang akan diteliti
atau sumber data sangat luas.
Kelemahan teknik pengambilan sampel ini dapat dilihat dari tingkat error
samplingnya. Jika lebih banyak di bandingkan dengan pengambilan sampel
berdasarkan strata karena sangat sulit memperoleh cluster yang benar-benar sama
tingkat heterogenitasnya dengan cluster yang lain di dalam populasi.

2. Non Probability Sampling (Non Random Sample)


Non Probability Sampling (Non Random Sample)
Non probability sampling adalah pegambilan sampel bukan acak, dimungkinkan untuk
mengatasi kesulitan pengambilan sampel secara acak, kerangka sampling (sampling frame tidak
tersedia) dan keterbatasan biaya. Disamping itu penggunaan non probability sampling
didasarkan atas tujuan tertentu (biasanya pada penelitian kualitatif).
Purposive Sampling
a. Pengertian Pueposive Sampling :
 Pengertian Purposive Sampling Berdasarkan Arikunto:
Menurut Arikunto (2006) pengertiannya adalah: teknik mengambil
sampel dengan tidak berdasarkan random, daerah atau strata,
melainkan berdasarkan atas adanya pertimbangan yang berfokus pada
tujuan tertentu.
 Pengertian Purposive Sampling Berdasarkan Notoatmodjo:
Menurut Notoatmodjo (2010) pengertiannya adalah: pengambilan
sampel yang berdasarkan atas suatu pertimbangan tertentu seperti sifat-
sifat populasi ataupun ciri-ciri yang sudah diketahui sebelumnya.
 Pengertian Purposive Sampling Berdasarkan Sugiyono:
Menurut Sugiyono (2010) pengertiannya adalah: teknik untuk
menentukan sampel penelitian dengan beberapa pertimbangan tertentu
yang bertujuan agar data yang diperoleh nantinya bisa lebih
representatif.
b. Tujuan Purposive Sampling
Berdasarkan pengertian para ahli atau pakar di atas, kita dapat mengambil
poin-poin penting perihal pengertian teknik samplingtersebut serta indikasi
penggunannya. Menurut statistikian, purposive sampling lebih tepat
digunakan oleh para peneliti apabila memang sebuah penelitian memerlukan
kriteria khusus agar sampel yang diambil nantinya sesuai dengan tujuan
penelitian dapat memecahkan permasalahan penelitian serta dapat
memberikan nilai yang lebih representatif. Sehingga teknik yang diambil
dapat memenuhi tujuan sebenarnya dilakukannya penelitian.
c. Contoh Purposive Sampling
Contoh mudah dalam penerapan teknik ini pada penelitian
menggunakan metode kohort adalah sebagai berikut: apabila peneliti akan
meneliti dengan judul “Pengaruh konsumsi tablet besi selama hamil terhadap
kadar hemoglobin pasca melahirkan.” Maka peneliti menetapkan kriteria
khusus sebagai syarat populasi (ibu hamil) yang dapat dijadikan sampel, yaitu
apabila ibu tersebut tidak mempunyai berbagai jenis penyakit anemia.
Alasannya ditetapkan kriteria tersebut adalah karena kadar hemoglobin tidak
hanya disebabkan oleh konsumsi tablet besi, melainkan oleh berbagai
penyebab lainnya yang mendasar seperti penyakit anemia megaloblastik,
anemia aplastik atau berbagai jenis anemia lainnya.
Contoh diatas menunjukkan pada kita, bahwa ditetapkannya kriteria
tersebut adalah agar tidak terjadi bias hasil penelitian. Sehingga hasil
penelitian dengan menggunakan teknik purposive tersebut dapat lebih
memberikan hasil yang representatif.
d. Rumus Purposive Sampling
Pada dasarnya, sampling jenuh kemudian simple random sampling
adalah teknik sampling yang terbaik. Namun kita tidak bisa menutup mata
adanya kriteria tertentu yang dapat memunculkan bias hasil penelitian. Oleh
karena itu teknik purposive perlu dipertimbangkan untuk dipergunakan.
Berbicara perihal rumus menentukan jumlah sampel berdasarkan purposive,
akan menjadi dilematis. Sebab meskipun kita telah mengetahui daftar populasi
yang akan kita teliti, namun ada kalanya jumlahnya tidak mencukupi jika akan
menerapkan rumus simple random sampling oleh karena adanya batasan atau
kriteria. Maka semua itu dikembalikan lagi pada peneliti, lebih menekankan
jumlah yang mencukupi atau ketatnya batasan-batasan pada sampel.
e. Langkah-langkah Purposive Sampling
Langkah dalam menerapkan teknik ini adalah sebagai berikut:
1. Tentukan apakah tujuan penelitian mewajibkan adanya kriteria tertentu
pada sampel agar tidak terjadi bias.
2. Tentukankriteria-kriteria.
3. Tentukan populasi berdasarkan studi pendahuluan yang teliti.
4. Tentukan jumlah minimal sampel yang akan dijadikan subjek
penelitian serta memenuhi kriteria.
f. Syarat Purposive Sampling
Syarat digunakannya teknik ini antara lain:
1. Kriteria atau batasan ditetapkan dengan teliti.
2. Sampel yang diambil sebagai subjek penelitian adalah sampel yang
memenuhi kriteria yang telah ditetapkan.
g. Kelebihan dan Kekurangan Purposive Sampling
 Kelebihan:
1. Sampel terpilih adalah sampel yang sesuai dengan tujuan
penelitian.
2. Teknik ini merupakan cara yang mudah untuk dilaksanakan.
3. Sampel terpilih biasanya adalah individu atau personal yang
mudah ditemui atau didekati oleh peneliti.
 Kekurangan:
1. Tidak ada jaminan bahwa jumlah sampel yang digunakan
representatif dalam segi jumlah.
2. Dimana tidak sebaik sample random sampling.
3. Bukan termasuk metode random sampling.
4. Tidak dapat digunakan sebagai generalisasi untuk mengambil
kesimpulan statistik.
Accindental Sampling
Accidental sampling/ Convenience sampling adalah non-probabilitas sampling
teknik dimana subyek dipilih karena aksesibilitas nyaman dan kedekatan mereka
kepada peneliti.Subyek dipilih hanya karena mereka paling mudah untuk merekrut
studi dan peneliti tidak mempertimbangkan memilih mata pelajaran yang mewakili
seluruh populasi.
Dalam semua bentuk penelitian, akan sangat ideal untuk menguji seluruh
penduduk, tetapi dalam banyak kasus, populasi terlalu besar sehingga mustahil untuk
menyertakan setiap individu. Ini adalah alasan mengapa para peneliti sebagian besar
bergantung pada teknik sampling seperti pengambilan sampel kenyamanan, yang
paling umum dari semua teknik sampling. Banyak peneliti lebih memilih teknik
sampling karena cepat, murah, mudah dan subyek yang tersedia.Berikut beberapa
contoh Accidental sampling/ Convenience Sampling :
1. Seseorang diambil sebagai sampel karena kebetulan orang tadi ada di situ atau
kebetulan dia mengenal orang tersebut. Kita ingin meneliti pendapat
masyarakat tentang kenaikan harga atau keluarga berencana, maka pertanyaan
yang diajukan kepada mereka yang kebetulan yang dijumpai di pasar atau
ditempat-tempat lainnya.
2. Sebuah wartawan surat kabar bertanya kepada pambaca lewat kolom
kuesioner di surat kabar tersebut. Tidak smua orang yang baca koran punya
minat pada masalah didalam kuesioner, atau punya waktu untuk menggunting
kuesiomner dan mengirimkannya pada pos kendati gratis. Andai saja ada 5000
orang yang mengembalikan, tetapi kendati besar “sampel” itu tidak bisa secara
akurat menggambarkan popoulasi. Mungkin saja kuesioner tersebut lebih
punya nuansa menghibur ketimbang melakukan penelitian.
3. Seorang peneliti ingin mengetahui partisipasi orang tua murid dalam
meningkatkan prestasi belajar anak-anaknya.
4. The person on the street interview’ program tv biasanya mewawancarai
mereka yang dijumpai di jalan, tetapi umumny a mereka yang kelihatan
tiadak menarik, miskin,, sangat tua dan tidak berpendidikan.
5. Seorang peneliti ingin mengetahui tentang kebersihan wilayah jakarta selatan
ia menanyakan kepada orang ada dijalan atau orang yangdia jumpaibukan
orang yang mengerti tantang kebersihan kota jakarta selatan seperti petugas
kebersihan atau mendatangi kantor gubernur atau walikota jakarta selatan.
6. Seorang peneliti ingin mengetahui partisipasi orang tua murid dalam
meningkatkan prestasi belajar anak-anaknya. Peneliti mengambil sebagai
sampel tetangganya, temannya, kerabatnya, sejawatnya, dan kenalannya yang
semuanya termasuk kategori “anggota populasi penelitian” (dalam hal ini
orang tua murid).
7. Reporter televisi mewawancarai warga yang kebetulan sedang lewat.
Kelebihan dari pengambilan sesaat ini adalah kepraktisan dalam pemillihan
anggota sampel.
8. Seorang kritikus makanan, misalnya, dapat mencoba makanan pembuka atau
hidangan beberapa untuk menilai kualitas dan berbagai menu. Dan wartawan
televisi sering mencari apa yang disebut 'orang-on-the-jalan wawancara' untuk
mengetahui bagaimana orang melihat masalah.
9. Sekelompok mahasiswa di sekolah tinggi melakukan studi tentang sikap guru.
Mereka mewawancarai guru di sekolah, beberapa orang dalam keluarga dan
beberapa orang lainnya yang diketahui keluarga mereka.Salah satu contoh
yang paling umum convenience sampling menggunakan relawan mahasiswa
sebagai subjek untuk penelitian.
10. Contoh lain adalah menggunakan mata pelajaran yang dipilih dari sebuah
klinik, sebuah kelas atau sebuah lembaga yang mudah diakses oleh peneliti.
Contoh yang lebih konkret adalah memilih lima orang dari kelas atau memilih
lima nama pertama dari daftar pasien. peneliti secara tidak sengaja tidak
termasuk sebagian besar dari populasi. Contoh kenyamanan adalah salah satu
kumpulan mata pelajaran yang dapat dijangkau atau pilihan diri individu
bersedia untuk berpartisipasi yang dicontohkan oleh para sukarelawan Anda.
11. Sebuah universitas memiliki sekitar 10.000 siswa. Ini 10.000 siswa penduduk
kita (N). Masing-masing dari 10.000 siswa dikenal sebagai unit (meskipun
kadang-kadang istilah lain yang digunakan untuk menggambarkan unit, lihat
Sampling: Dasar-dasar). Untuk memilih sampel (n) dari siswa dari populasi
dari 10.000 siswa, kita bisa memilih untuk menggunakan sebuah sample yang
acak. Mari kita bayangkan bahwa karena kami memiliki anggaran kecil dan
waktu yang terbatas, kita memilih ukuran sampel 100 siswa.Contoh
kenyamanan hanyalah salah satu tempat unit yang dipilih untuk dimasukkan
dalam sampel yang paling mudah untuk mengakses.
12. Di mana pasien yang dipilih, sebagian atau seluruhnya, pada kenyamanan
peneliti. Peneliti tidak berusaha, atau hanya usaha terbatas, untuk memastikan
bahwa sampel ini adalah representasi akurat dari beberapa kelompok yang
lebih besar atau populasi. Contoh klasik dari sebuah sample yang berdiri di
sebuah pusat perbelanjaan dan memilih pembeli saat mereka berjalan dengan
mengisi survei.
13. Seorang ilmuwan bisa menggunakan metode ini untuk menentukan apakah
sebuah danau tercemar. Dengan asumsi bahwa air danau dengan baik
campuran.
14. Convenience sampling umumnya mengasumsikan populasi homogen, dan
bahwa satu orang adalah cukup banyak seperti yang lain. Sementara orang ini
dikenal untuk berbeda, perbedaan dianggap probabilistik - sehingga jika 80%
dari sampel lebih suka kopi untuk teh, Anda mungkin menyimpulkan bahwa
80% dari populasi pada umumnya akan memilih kopi. Dalam prakteknya,
sampel Anda mungkin sebagian besar penduduk Paris kelas menengah dan tes
yang sama di London dengan baik dapat memberikan hasil yang berbeda.

3.1.3 Quota Sampling


Biasanya teknik sampling ini digunakan data dari populasi yang berkaitan dengan
demografi (kependudukan) seperti: lokasi geografis, usia, jenis kelamin, pendidikan,
pendapatan,dll. Pada dasarnya qupta sapling sama dengan Judgment sampling dua
tahap. Tahap pertama adalah tahapan dimana peneliti merumuskan kategori kontrol
atau quota dari populasi yang akan diteliti, seperti: jenis kelamin, usia, ras yang
terdefinisikan dengan baik sebagai basis dari keputusan pemilihan sampel. Tahap
kedua adalah penentuan bagaimana sampel akan diambil, dapat secara Convenience
atau judgment tergantung pada situasi dan kondisi pada saat akan dilakukan
penelitian dan apa yang akan diteliti serta kemampuan dari peneliti sendiri.
Perbedaan antara Judgment sampling dengan Quota sampling terletak adanya
suatu batasan pada quota sampling bahwa sampel yang dipilih harus sejumlah
tertentu yang dijatah (quotum) dari setiap subgroup yang telah ditentukan daru suatu
populasi. Ukuran sampel pada Quota sampling biasanya cukup besar dengan harapan
agar karakteristik sampel (statistik) sedapat mungkin mendekati karakteristik
populasinya (parameter).
Kelebihan dan Kekurangan dilakukannya Quota Sampling :
a. Kelebihan Quota Sampling :
1. Rendahnya biaya penelitian yang dikeluarkan.
2. Ada keleluasaan peneliti untuk menentukan elemen-elemen untuk
setiap quotanya. Bahkan pada kondisi tertentu, hasil penelitian dpat
menyamai hasil penelitian yang dilakukan dengan salah satu teknik
sampling yang termasuk rumpun probability sampling.
b. Kekurangan Quota Sampling :
Ditinjau dari bias yang mungkin terjadi, terlihat bahwa dengan teknik
sampling ini akan diperoleh data yang sangat beragam. Kondisi ini secara
langsung akan berakibat pada tingginya tingkat kesulitan dalam
merumuskan hasil penelitian. Penyebab bias yang lainnya adalah tidak
adanya suatu prosedur atau tata cara yang baku bagi pewawancara dan
teknik wawancaranya. Permasalahan bertambah lagi dengan kenyataan di
lapangan bahwa pewawancara cenderung mencari lokasi/tempat-tempat
dimana sampel dapat ditemukan dan kadang pewawancara memilih-milih
responden untuk diwawancarai berdasarkan kriteria yang tidak dapat
diterima seperti penampilan (gaya berpakaian, sikap), jenis kelamin, ras
dan lain sebagainya.
Contoh Aplikasi :

Misalkan akan diteliti kebiasaan membaca koran dari orang dewasa di Jakarta
yang diperkirakan berjumlah 4 juta orang. Aplikasi Quota sampling dilaksanakan
dengan menentukan kategori-kategori kontrol sebagai berikut:

a. Jenis Kelamin: Pria dan Wanita


b. Usia: 18-30
31-45
46-60
> 60 tahun
Dalam kaitannya dengan penelitian ini, mungkin Quota sampling bukan
merupakan satu-satunya pilihan, tetapi karena dengan Quota sampling kita dapat
membuat pencerminan dari populasinya maka Quota sampling dipilih. Kembali
ke contoh di atas anggaplah akan diambil 10.000 sampel dan diketahui beberapa
informasi dari populasinya (berkaitan dengan kategori kontrol) sebagai berikut:
a. Jenis Kelamin : Pria 60%
Wanita 40%
b. Usia : 18-30 40%
31-45 30%
46-60 23%
> 60 tahun 7%
Atas dasar informasi tersebut maka komposisi dari sampel (10.000 orang), harus
mengandung 60 % pria, 40 % wanita, dan dari 10.000 sampel tersebut harus
terdiri dari 40 % orang yang berusia antara 18-30 tahun, 30 % berusia 31-45
tahun, 23 % berumur antara 46-60 tahun, 7 % berusia > 60 tahun. Inilah yang
dimaksud dengan Quota sampling dimana kita berusaha membuat pencerminan
terhadap komposisi dari populasinya dengan harapan agar statistik yang diperoleh
sedapat mungkin mendekati nilai parameternya.

3.1.4 Saturation Sampling ( Sampling Jenuh )


Menurut Sugiyono (2001: 61), sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel
bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila
jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang. Istilah lain sampel jenuh adalah
sensus, dimana semua anggota populasi dijadikan sampel.
Sampling jenuh adalah tehnik pengambilan sampling bila semua anggota populasi
digunakan sebagai sampel, hal ini dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil yaitu
kurangdari 30 orang, atau penelitian ingin membuat generalisasi dengan kesalahan
yang sangat kecil. Sampling dikatakan jenuh (tuntas) bila seluruh populasi dijadikan
sampel(Nasution, 2003). Misalnya akan dilakukan penelitian tentang kinerja guru di
SMA XXX Jakarta. Karena jumlah guru hanya 35, maka seluruh guru dijadikan
sampel penelitian. Sedangkan dikatakan padat bila jumlah sampel lebih dari setengah
dari populasi (Nasution, 2003), misalnya 250-300 orang dari populasi 500orang.
Sampling jenuh baik digunakan jika jumlah populasinya dibawah 1000 orang, tapi
apabila jumlah samplingnya lebih dari 1000 orang maka sampling jenuh tidak praktis
lagi dikarenakan biaya dan waktu yang digunakan sangat banyak.
Kelebihan dari sampling jenuh:
1. Dapat diketahui gambaran sebenarnyadari suatu populasi
2. Dapat diperoleh kerangka sampel (sample frame) yang berguna untuk survei
3. Tidak mempunyai sampling error (kesalahan karena pengambilan sampel)
Kekurangan dari sampling jenuh:
1. Biaya, waktu dan tenaga yangdibutuhkan sangat besar
2. Kesalahan dari petugas (nonsampling error) sulit diperkirakan
3. Jenis data yang diperoleh terbatas dan sifatnya sederhana (tidak mendalam)

3.1.5 Snowball Sampling


(Sugiyono, 2001: 61), Snowball sampling adalah teknik penentuan sampel yang
mula-mula jumlahnya kecil, kemudian sampel ini disuruh memilih teman-temannya
untuk dijadikan sampel begitu seterusnya, sehingga jumlah sampel semakin banyak.
Ibarat bola salju yang menggelinding semakin lama semakin besar. Pada penelitian
kualitatif banyak menggunakan purposive dan snowball sampling.
Cara pengambilan sampelnya dengan teknik ini dilakukan secara berantai, mulai
dari ukuran sampel yang kecil, makin lama menjadi semakin besar seperi halnya bola
salju (Snowball) yang menggelinding menuruni lereng gunung/bukit. Dalam
pelaksanaannya, pertama-tama dilakukan interview terhadap suatu kelompok/seorang
responden yang relevan, dan untuk menunjuk calon responden yang berikutnya yang
memiliki spesifikasi/spesialisasi yang sama. Hal tersebut ditempuh, karena biasanya
responden yang merupakan anggota populasi yang spesifik tersebut saling mengenal
satu sama lain karena spesialisasi (profesi) mereka.
Kelebihan Snowball Sampling:
1. Snowball sampling dapat diperkirakan tidak akan banyak menyimpang dari
apa yang sebenarnya terjadi pada populasinya.
2. Bias yang dihasilkan relatif kecil.
Kekurangan Snowball Sampling:
1. Waktu lama
2. Biaya besar
3. Wawancara melalui telepon atau pos dapat merupakan jalan keluar

Contoh aplikasi:
Misal bila akan diteliti pendapat para ahli gizi indonesia. Maka akan di ambil
sampel dengan snowball sampling. Pertimbangan tersebut dikaikan dengan
kenyataan bahwa populasi gizi di Indonesia sangat spesifik, jumlahnya sedikit
dengan lokasi tersebar dan karena profesi yang sama maka kemungkinan besar
mereka mengenal satu dengan yang lainnya.
(1) Dicari seorang ahli gizi
(2) Selanjutnya dari seorang ini diminta menunjukkan beberapa ahli gizi lainnya
yang dapat diwawancarai, demikian seterusnya sehingga diperoleh sejumlah
responden yang diperlukan.

3.1.6 Judgment Sampling


Pada dasarnya merupakan suatu bentuk Convinience Sampling. Sampel diambil
berdasarkan kriteria-kriteria yang telah dirumuskan terlebih dahulu oleh peneliti.
Perumusan kriterianya, subjektifitas dan pengalaman dari peneliti sangat berperan.
Teknik sampling ini dapat diterapkan dan pada umumnya lebih cocok dipakai pada
tahap awal suatu studi eksploratif. Sampel yang diambil dari anggota populasi dipilih
sekehendak hati oleh peneliti menurut pertimbamgan dan intuisinya. Bila dalam
subjektifitas dan intuisi dari peneliti benar, maka sampel yang dipilih peneliti
tersebut dapat mencerminkan karakteristik populasi.
Sampel yang diambil dari anggota populasi dipilih sekehendak hati o/peneliti
menurut pertimbangan & intuisinya. Bila intuisi dari peneliti tersebut benar, maka
sampel yang dipilih oleh peneliti tersebut akan dapat mencerminkan karakteristik
populasi. Ada 2 judgement sampling yang dikenal,yaitu :
(1) Expert Sampling (sampling atas dasar keahlian)
Dalam expert sampling, pemilihan sampling yang representatif didasarkan
atas pendapat ahli, sehingga siapa, dalam jumlah berapa sampel harus dipilih
sangat tergantung pada pendapat ahli yang bersangkutan.
(2) Purposive sampling (sampling dengan maksud tertentu)
Dalam purposive sampling, pemilihan sampling bertitik tolak pada
penilaian pribadi peneliti menyatakan bahwa sampel yang dipilih benar-benar
representatif. Peneliti harus menguasai bidangnya dan nemiliki pengetahuan
memadai tentang karakteristik anggota populasi.

Kelebihan :

Situasi agar teknik judgment sampling dapat digunakan bahkan dianjurkan,


seperti:
a. Pada kondisi dimana probability sampling tidak dapat digunakan sama sekali.
b. Bila ukuran sampel sangat kecil (<20).
c. Bila peneliti memiliki pengetahuan dan penguasaan yang memadai terhadap
topik yang dihadapi sehingga dapat dijamin bahwa sampel yang diambil
benar-benar representatif.

Kekurangan :

Kendala yang dihadapi dalam penggunaan teknik sampling ini adalah


tuntunan adanya kejelian dari peneliti dalam mendefinisikan populasi dan
membuat pertimbangannya. Pertimbangan (judgment) harus masuk akal dan
relevan dengan maksud penelitian.

Contoh Aplikasi:

Akan diteliti sikap dan prilaku konsumen terhadap rokok “Star ABC”. Adapun
judgment yang diambil adalah sbb:
A. Para perokok di Jakarta Utara yang pernah mencoba rokok Star ABC.
Batasan ini diambil karena, pertama, mungkin letak geografis, perokok
(respinden) mudah diakses. Kedua, dipilihnya hanya perokok akan
mengurangi bias dari hasil penelitian karena antara perokok dan tidak
biasanya menunjukkan sikap dan prilaku yang saling bertolak belakang.
Ketiga, pembatasan responden yang pernah mencoba rokok Star ABC, sudah
jelas dikarenakan bagaimana mereka akan bersikap dan berprilaku tertentu
terhadap rokok tersebut bila mereka belum pernah mencoba.
B. Pria/wanita yang berusia 15 tahun ke atas dan perokok. Hal ini didasarkan
pada faktor kejiwaan yang menyatakan bahwa orang pada usia 15 diharapkan
sudah dapat memutuskan dan menjawab/mengisi angket dengan benar. Tidak
adanya perbedaan antara pria dan wanita disebabkan kenyataan pada dewasa
ini bahwa rokok bukan sepenuhnya dikonsumsi oleh pria saja.
C. Periode penyebaran dan pengumpulan angket dibatasi selama 2 minggu.
Judgment ini dipilih berkaitan dengan efisiensi wakti dan biaya yang tersedia.

Anda mungkin juga menyukai