Anda di halaman 1dari 6

Nama : Wildan Romadhon

NIM : 19520058
Kelas : Metode Penelitian Kuantitatif A

PERTEMUAN 9
MENENTUKAN POPULASI, SAMPEL DAN TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL

A. Populasi
1. Pengertian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai
kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010). Jadi populasi bukan hanya orang,
tetapi juga benda-benda alam yang lain. populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada
objek/subjek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh
objek atau subjek itu.
2. Jenis-jenis Populasi
Jika dilihat dari jumlah individu yang merupakan himpunan dalam populasi, dan kaitannya
dengan batasan tersebut, populasi dapat dibedakan sebagai berikut ini.
a. Populasi terbatas atau populasi terhingga, yakni populasi yang memiliki batas
kuantitatif secara jelas karena memilki karakteristik yang terbatas.
b. Populasi tak terbatas atau populasi tak terhingga, yakni populasi yang tidak dapat
ditemukan batas-batasnya, sehingga tidak dapat dinyatakan dalam bentuk jumlah
secara kuantitatif.
Berdasarkan sifatnya, Margono (2004) membedakan populasi menjadi dua sebagaimana
berikut ini:
a. Populasi yang bersifat homogen, yakni populasi yang unsur-unsurnya memiliki sifat
yang sama, sehingga tidak perlu dipersoalkan jumlahnya secara kuantitatif.
b. Populasi yang bersifat heterogen, yakni populasi yang unsur-unsurnya memiliki sifat
atau keadaan yang bervariasi, sehingga perlu ditetapkan batas-batasnya, baik secara
kualitatif maupun secara kuantitatif.
Selain itu, menurut Wagiran (2013), berdasarkan perencanaannya populasi juga dibedakan
menjadi:
a. Populasi yang direncanakan dalam penelitian disebut populasi target. Populasi target
ini merupakan ojek pasti yang menetap atau termaksud dalam aggota suatu wilayah
atau suatu golongan, atau organisasi.
b. Populasi akses adalah populasi yang dapat ditemui ketika dalam penentuan jumlah
berdasarkan keadaan yang ada.

B. Sampel
1. Pengertian
Menurut Sugiyono (2010) sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua
yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka
peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari
dari sampel itu, kesimpulannya akan diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang
diambil dari populasi harus betul-betul representatif.
2. Alasan Penggunaan Sampel
Penggunaan sampel dalam kegiatan penelitian dilakukan dengan berbagai alasan. Nawawi
(Margoino, 2004) mengungkapkan beberapa alasan tersebut, yaitu:
a. Ukuran populasi
b. Masalah Biaya
c. Masalah waktu
d. Percobaan yang sifatnya merusak
e. Masalah ketelitian
f. Masalah ekonomis
3. Sampling Size
Menurut logika kita, semakin banyak jumlah sampel akan semakin kecil tingkat kesalahan
yang mungkin terjadi. Dengan demikian peneliti sedapat mungkin menentukan jumlah
sampel sebanyak-banyaknya untuk mendapatkan hasil terbaik. Namun demikian tentu saja
tanpa aturan yang jelas mengenai berapa jumlah sampel yang dianggap dapat mewakili
populasi (representative) akan membingungkan bagi peneliti untuk menentukan ukuran
sampel.Banyak metode yang dapat digunakan untuk menentukan jumlah sampel minimal
bagi sebuah penelitian, dimana masing-masing metode digunakan untuk sifat dan ukuran
populasi yang berbeda-beda. Beberapa metode yang bisa digunakan untuk menentukan
jumlah sampel minimal diantaranya adalah (Riyanto, 2010):
a. Metode Slovin.
Metode Slovin yang pertama digunakan jika ukuran populasi jelas, yakni jumlah
anggota populasi dapat diketahui (sering dikatakan sebagai populasi yang
teridentifikasi), menggunakan rumus sebagai
b. Metode Gay
Gay memberikan aturan penentuan jumlah sampel berdasarkan desain penelitian yang
dilakukan, yang dapat disebutkan sebagai berikut:
1. Untuk penelitian deskriptif, jika populasi berukuran besar dapat menetapkan sampel
minimal 10 % dari populasi; dan jika populasi berukuran kecil maka sampel
minimalnya 20 % dari populasi. Sebuah populasi dikatakan berukuran besar jika
memiliki jumlah elemen/anggota sebanyak 1000 elemen atau lebih, dan dikatakan
berukuran kecil jika populasi itu memiliki elemen/anggota kurang dari 1000.
2. Untuk desain penelitian korelasional ditetapkan oleh Gay jumlah sampel
minimalnya adalah sebanyak 30 subyek
3. Untuk penelitian expost vacto atau penelitian yang bersifat kausal komparatif,
ditetapkan jumlah sampel minimal sebanyak 15 subyek
4. Untuk penelitian eksperimental ditetapkan jumlah sampel minimal sebanyak 15
subyek.
c. Metode Kracjie
Berbeda dengan metode-metode penentuan jumlah sampel minimal yang diuraikan
dimuka, Kracjie menawarkan sebuah metode penentuan jumlah sampel dengan sebuah
tabel. Tabel yang disusun oleh Kracjie hanya untuk tingkat toleransi kesalahan atau
sampling error sebesar 5 %.. Dengan tabel yang disajikan oleh Kracjie seorang peneliti
dengan mudah bisa mengetahui berapa jumlah sampel minimalnya tanpa harus
menghitung dengan rumus.
4. Teknik Sampling
a. Teknik Sampling Probability
Probability sampling adalah teknik sampling dimana setiap anggota populasi memiliki
peluang sama dipilih menjadi sampel. Dengan kata lain, semua anggota tunggal dari
populasi memiliki peluang tidak nol.
1) Sampling Acak Sederhana (Simple Random Sampling)
Teknik ini adalah cara pengambilan sampel dari semua anggota populasi yang
dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi.
2) Sampling Acak Sistematis (Systematic Random Sampling)
Teknik ini adalah teknik penentuan sampel berdasarkan urutan dari anggota
populasi yang telah diberi nomor urut. Langkah yang harus dilakukan antara lain:
a. Tentukan jumlah sampel yang akan diambil
b. Bagilah total populasi dengan jumlah yang diperlukan untuk menentukan
interval pengambilan sampel.
c. Tentukan anggota sampel.
3) Sampling Acak Berlapis Proporsional (Proportionate Stratified Random
Sampling)
Teknik ini digunakan bila populasi mempunyai anggota/unsur yang tidak homogen
danberstrata secara proporsional (sampel sebanding dengan jumlah populasi).
Metode ini merupakan proses dua langkah yang mana populasi menjadi sub
populasi atau strata/tingkatan. Langkah-langkah:
a. Identifikasi jumlah total populasi
b. Tentukan jumlah sampel yang diinginkan
c. Daftar semua anggota yang termasuk sebagai populasi
d. Pisahkan anggota populasi sesuai dengan karakteristik strata yang dimiliki.
4) Tentukan dan pilih sampel masing-masing strata dengan
menggunakan prinsip acak. Sampling Acak Berlapis Tidak Proporsional
(Disproportionate stratified Random Sampling)
Teknik digunakan untuk menentukan jumlah sampel, bila populasi berstrata tetapi
kurang proporsional (sampel tidak sebanding dengan jumlah populasi).
5) Teknik Acak Berkelompok (Area/cluster Random Sampling) Teknik ini digunakan
untuk menentukan sampel bila obyek yang akan diteliti atau sumber data sangat
luas, misalnya penduduk suatu Negara, propinsi, kabupaten. Dalam cluster,
populasi target pertama dibagi ke dalam sub kelompok atau cluster yang ekslusif.
Kemudian sampel acak dari cluster tersebut dipilih berdasarkan teknik
probability sampling, misalnya dengan menggunakan random sampling.
b. Teknik Non Probability Sampling
Teknik sampling ini tidak memberikan peluang yang sama kepada setiap anggota
populasi untuk dipilih menjadi sampel. Teknik ini pada prinsipnya menggunakan
pertimbangan tertentu yang digunakan oleh peneliti.
1) Sampling Kuota (Quota Sampling)
Menurut Margono (2004) dalam teknik ini jumlah populasi tidak diperhitungkan
akan tetapi diklasifikasikan dalam beberapa kelompok. Sampel diambil dengan
memberikan jatah atau quorum tertentu terhadap kelompok. Pengumpulan data
dilakukan langsung pada unit sampling. Setelah jatah terpenuhi, pengumpulan data
dihentikan.
2) Sampling Aksidential (Convenience Sampling)
Dalam teknik ini yang dijadikan sampel adalah orang/benda yang mudah ditemui
atau yang berada pada waktu yang tepat, mudah ditemui dan dijangkau.
3) Sampling Menurut Tujuan (Purposive Sampling)
Dalam teknik ini, sampel dipilih berdasarkan penilaian atau pandangan dari
peneliti berdasarkan tujuan dan maksud tertentu. Dengan syarat bahwa sampel
harus representatif atau dianggap peneliti telah mewakili populasi yang ditetapkan.
Misalnya seorang peneliti memilih guru-guru tertentu untuk mendapatkan model
pembelajaran yang sesuai.
4) Sampling Jenuh
Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi
digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif
kecil, kurang dari 30. Istilah lain dari sampling jenuh adalah sensus dimana setiap
anggota populasi dijadikan sampel.
5) Sampling Snowball (Snowball Sampling)
Tujuan utama snowball sampling adalah untuk menafsirkan karakteristik yang
jarang terjadi dalam populasi. Dikatakan snowball karena seorang peneliti
menentukan seseorang untuk menjadi sampel atas dasar rekomendasi orang yang
telah menjadi sampel sebelumnya. Misalnya peneliti menentukan A sebagai
sampel. Kemudian A merekomendasikan B dan C. B setelah ditanya
merekomendasikan E dan F, demikian seterusnya. Teknik ini mirip dengan multi
level marketing atau arisan berantai. Dalam snowball sampling, jumlah sampel
mula-mula kecil kemudian menjadi besar karena sampel-sampel tersebut memilih
teman-temannya untuk menjadi sampel.

Anda mungkin juga menyukai