Word Case Report - Fistula Urachus - Husna Maulidia S (1102014123)
Word Case Report - Fistula Urachus - Husna Maulidia S (1102014123)
FISTULA URACHUS
Disusun oleh:
Husna Maulidia Sugiratna
1102014123
Pembimbing:
dr. Kalis Satya Wijaya, Sp.B(K)BA
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Penulis menyadari penulisan presentasi kasus ini masih jauh dari sempurna
mengingat keterbatasan ilmu yang penulis miliki. Oleh karena itu penulis
mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan penulisan
presentasi kasus ini. Akhir kata penulis berharap penulisan presentasi kasus ini
dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Urachus adalah sisa duktus yang muncul secara embriologis, berasal dari
involusi allantois dan kloaka yang memanjang di antara apex kandung kemih dan
umbilikus. Selama perkembangan kehamilan yang normal, urachus involusi dan
lumennya berobliterasi, menjadi ligamentum umbilikalis median. Anomali urachal
kongenital terjadi akibat kegagalan urachus yang sedang berkembang untuk benar-
benar mengobliterasi lumennya, dan merupakan entitas yang jarang dan sering
kurang terdiagnosis yang dapat ditemukan secara kebetulan pada pencitraan atau
secara klinis dengan perkembangan gejala pada bagian abdomen atau saluran kemih
yang sebagian besar tidak spesifik.1
I. Identitas Pasien
Nama : By. Ny. Y
Jenis kelamin : Laki - laki
Tanggal Lahir / usia : 20 Desember 2020 / 2 hari
Alamat : Cirebon
Tanggal pemeriksaan : 22 Desember 2020
II. Anamnesis
A. Keluhan Utama
Datang dengan keluhan adanya robekan pada umbilikal
B. Riwayat Penyakit Sekarang
By. Ny. Y, baru lahir datang dibawa oleh orang tuanya ke IGD RSUD
Kabupaten Bekasi dengan keluhan adanya robekan pada umbilical dan keluarnya
urin dari robekan. Bayi lahir dari Ibu G3P2A0 dengan usia kehamilan 36 minggu,
lahir spontan pervaginam di PUSKESMAS, menangis kuat dan gerak aktif. Pasien
dibawa ke RSUD Kabupaten Bekasi dengan rujukkan dari PUSKESMAS dan
langsung dirawat di ruang NICU selama 2 hari. Setelah itu pasien menjalani
tindakan bedah pada tanggal 25 Desember 2020 dan dirawat kembali di ruang
NICU RSUD Kabupaten Bekasi.
D. Riwayat Kebiasaan
Pasien diberikan susu formula sampai saat ini.
a. Kepala : Normocephal
b. Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
c. THT : Tidak dilakukan pemeriksaaan
d. Leher :KGB tidak teraba membesar
e. Thorax
Jantung → Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak
Palpasi : Iktus kordis teraba
Perkusi : Tidak dilakukan pemeriksaan
Auskultasi : BJ I-II normal reguler, murmur (-),
gallop (-)
Paru-paru → Inspeksi : Bentuk dan pergerakan dada simetris kanan
kiri
Palpasi : Pergerakkan dada simetris, massa (-)
Perkusi : Tidak dilakukan pemeriksaan
Auskultasi : Suara nafas vesikuler +/+, wheezing -/-,
rhonki -/-
f. Abdomen : lihat status lokalis
g. Ekestremitas : Akral hangat, tidak ada edema.
h. Kulit : Turgor baik, CRT < 2 detik.
Palpasi : Supel
V. Resume
By. Ny. Y, baru lahir dirujuk ke IGD RSUD Kabupaten Bekasi dikarenakan
adanya robekan pada umbilikus. Terdapat urin yang keluar dari robekan umbilikus
tersebut. Pasien lahir secara premature dari Ibu G3P2A0 dengan usia kehamilan 36
minggu, lahir spontan pervaginam di PUSKESMAS, menangis kuat dan gerak aktif.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda-tanda vital dalam batas normal dan
pada pemeriksaan abdomen terdapat urachus pada bagian umbilikal. Pada
pemeriksaan laboratorium didapatkan PT (13.4 detik) dan APTT (58,1 detik).
- Diverticulum
VII. Penatalaksanaan
A. Non-medikamentosa
a. Edukasi pasien dan keluarga tentang penyakit pasien dan rencana tatalaksana.
b. Bed rest
c. Informed consent tindakan operasi laparatomi eksplorasi dan reseksi
B. Medikamentosa
A. Pre-operasi
1. IVFD Dextrose 10% (80cc/kgBB/hari)
2. Paracetamol 3 x 30 mg/hari (IV)
3. Cefotaxime 2 x 150 mg/hari (IV)
4. Injeksi Neo-k
5. Pasang clamping dekat pangkal dan kompres kassa verban dengan NaCl 0,9 %
C. Tindakan
1. Tindakan operasi laparatomi eksplorasi dan reseksi
VIII. Prognosis
Ad vitam : ad bonam
Ad functionam : ad bonam
Ad sanationam : ad bonam
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Anatomi
Dari tingkat umbilikus, kandung kemih secara bertahap akan turun dan
mencapai panggul pada bulan keempat atau kelima kehamilan. Saat turun, urachus
meregang, bagian apikal perlahan-lahan akan menyempit, dan akhirnya lumen
berobliterasi. Selanjutnya, urachus menjadi struktur seperti jaringan fibrosa yang
dikenal sebagai ligamentum umbilikalis median yang persisten pada orang dewasa.
Ligamentum umbilikalis median adalah sisa-sisa dari dua struktur yakni, kloaka
dan allantois, dan memanjang dari apex kandung kemih ke umbilikus. Saat ini, tidak
ada fungsi yang diketahui dari ligamentum umbilikalis median.1,2
Bagian inferior dari sinus urogenital kemudian menjadi uretra dan penis
pada pria dan uretra pelvis dan ruang depan vagina pada wanita. Bagian superior
dari sinus urogenital ventral kemudian menjadi kandung kemih yang kemudian
menjadi apex kandung kemih, yang bersebelahan dengan allantois. Sekitar 4 sampai
5 bulan kehamilan, involusi allantois dan sinus urogenital terjadi saat kandung
kemih turun ke panggul, membentuk urachus, yang memanjang dan menjadi
struktur seperti fibrousmuscular cord yang menghubungkan apex kandung kemih
ke umbilikus.1
Sisa urachal terdapat pada hampir 100% bayi saat lahir dan menurun karena
fibrosis seiring bertambahnya usia, yang akhirnya menjadi ligamentum umbilikalis
median. Dua pertiga remaja dan sepertiga dari orang dewasa berusia 35 tahun
menunjukkan sisa jaringan urachal, tetapi hanya terlihat pada 3% populasi. Sisa-
sisa ini jarang terlihat dan tidak dianggap patologis, kecuali mereka gagal untuk
berobliterasi, mempertahankan beberapa derajat patensi luminal. Urachus
memanjang dari permukaan anterosuperior kandung kemih ke umbilikus dan
terletak di ruang ekstraperitoneal Retzius (atau ruang retropubik) antara fasia
transversal dan peritoneum parietal (Gambar 2).1
3.2 Definisi
Urachus adalah sisa duktus yang muncul secara embriologis, yang berasal
dari involusi allantois dan kloaka dan memanjang di antara apex kandung kemih
dan umbilikus. Selama perkembangan kehamilan yang normal, urachus berinvolusi
dan lumennya berobliterasi, sehingga menjadi ligamentum umbilikalis medianus.1
Urachus adalah sisa vestigial allantois dari permukaan sentral sinus
urogenitalis ke umbilikalis yang secara normal mengecil dan menjadi fibrous cord,
membentuk ligamentum umbilikal medianum. Terkadang bentuk ini tetap paten
sehingga membentuk fistula atau kista urakus.3
3.3 Epidemiologi
Saat ini, kejadian sebenarnya pada kasus anomali urachal kongenital tidak
diketahui. Sulit untuk mengumpulkan data epidemiologi yang akurat karena UA
relatif jarang. Banyak informasi mengenai anomali ini diperoleh dari laporan kasus.
Laporan ini menawarkan data terbatas dan variabel mengenai presentasi, diagnosis,
dan hasil terkait penyakit.2
3.4 Etiologi
Urachus paten1
Urachus paten, atau fistula urachal, ditandai dengan adanya
terhubungnya ikatan bebas dan persisten antara kandung kemih dan
umbilikus, yang biasanya menyebabkan kebocoran urin dari umbilikus.
Kelainan ini terjadi pada 3 dari 1.000.000 kelahiran yang hidup. Pada
sejumlah kecil individu, lumen UR sangat sempit namun tetap paten. Oleh
karena itu, dalam kasus yang unik, pasien dengan urachus paten dapat tetap
asimtomatik, muncul hanya jika obstruksi kandung kemih menyebabkan
tekanan kandung kemih meningkat, yang menyebabkan kebocoran.
Anomali ini paling sering dideteksi selama periode neonatal dengan
pemeriksaan fisik di mana adanya drainase urin yang terus menerus dari
umbilikus, dan penampilan abnormal terkait pada umbilikal.
Diagnosis prenatal biasanya tidak memungkinkan. Diagnosis pasti
dari urachus paten dapat dibuat dengan pemeriksaan pencitraan.
Demonstrasi struktur tubular dengan dinding hypoechoic dan konten
anechoic yang membentang dari apex kandung kemih ke umbilikus di US
adalah diagnostik. Konfirmasi dugaan anomali juga dapat dilakukan pada
fluoroskopi dengan sinogram atau voiding cystourethrography (VCUG)
dengan menunjukkan saluran berisi bahan kontras yang memanjang dari
kandung kemih ke umbilikus. Meskipun fluoroskopi biasanya tidak
diperlukan untuk diagnosis, kemungkinan hubungan dengan refluks
vesikoureteral menyebabkan beberapa penulis merekomendasikan VCUG
untuk evaluasi lengkap. Modalitas pencitraan lain seperti pencitraan CT dan
MRI juga dapat mendiagnosis dan biasanya dilakukan dalam keadaan
ketidakpastian atau dugaan komplikasi (Gambar 4a).
Kista urachal1
Kista urachal adalah yang paling umum terjadi pada anak-anak dan dapat
mencakup gejala sakit pada bagian perut, infeksi saluran kemih, demam, dan
adanya massa perut. Penatalaksanaan konservatif biasanya disarankan untuk anak-
anak yang didiagnosis pada usia ≤1 tahun dan konfirmasi diagnosis dilakukan
melalui ultrasonografi, CT, voiding cystourethrography dan fistulography, dengan
CT menjadi yang paling jarang untuk pasien anak. (Gambar 4b)
Divertikulum vesikourachal1
Ekstrofi kandung kemih (Gambar 6A) adalah cacat dinding tubuh ventral
yang menyebabkan mukosa kandung kemih terpajan. Kelainan ini biasanya disertai
oleh epispadia, dan saluran kemih yang terbuka ini meluas di sepanjang aspek
dorsal penis melalui kandung kemih ke umbilicus. Ekstrofi kandung kemih dapat
disebabkan oleh tidak terjadinya migrasi mesoderm ke region antara umbilicus dan
tuberculum genitale, diikuti oleh pecahnya lapisan tipis ectoderm. Anomaly ini
jarang dijumpai, terjadi pada 2/100.000 kelahiran hidup.
Ekstrofi kloaka (Gambar 6B) adalah cacat dinding tubuh ventral yang lebih
parah yang disebabkan oleh migrasi mesoderm ke garis tengah terhambat dan
lipatan ekor (kauda) gagal berkembang. Akibatnya, lapisan tipis ectoderm yang
meluas pecah. Cacat ini mencakup ekstrofi kandung kemih, cacat spinal dengan
atau tanpa meningomielokel, anus imperforate, dan biasanya omfalokel. Kasus ini
jarang terjadi (1/30.000), dan penyebabnya belum diketahui, walaupun cacat ini
dilaporkan berkaitan dengan ketuban pecah dini.
3.6 Patofisiologi4
Kegagalan proses obliteratif yang normal dari duktus vitelline dan urachus
menyebabkan adanya hubungan atau ikatan abnormal atapun bisa berupa kista.
Adapun retensi komponen dari tali pusar juga bisa menghasilkan massa atau
drainase.
Cincin umbilical paten saat lahir bertanggung jawab atas sebagian besar
terjadinya hernia umbilikalis. Bukaan pusar biasanya diperkuat secara inferior oleh
perlekatan ligamentum umbilikalis median (urachus yang berobliterasi) dan
berpasangan dengan ligamen umbilikalis medial (arteri umbilikalis yang
berobliterasi) dan yang lebih lemah di superior diperkuat oleh round ligamentum
(vena umbilikalis yang berobliterasi) (Gambar 7)
Gambar 7. Daerah pusar dilihat dari permukaan posterior dinding perut
bayi dengan tali pusat terpasang. UA: Arteri Umbilikalis; UV: Vena Umbilikalis;
RL: Cincin Ligamentum (vena umbilikalis obliterasi); UR: Cincin Umbilical; UL:
Ligamentum Umbilical; medial (arteri umbilikalis yang berobliterasi); median
(urachus yang berobliterasi).4
3.7.5. Neoplasma
Pencitraan2
Presentasi klinis dari gejala UR menjadi kesulitan ketika mencoba
untuk menghasilkan protokol studi pencitraan yang seragam, dan oleh
karena itu harus ditentukan berdasarkan kasus per kasus. Studi ini mungkin
termasuk USG abdomen, CT, MRI, fistulografi, voiding
cystourethrography (VCUG), dan sistoskopi. Dari jumlah tersebut, USG
adalah modalitas pencitraan yang paling umum dalam diagnosis pasien
dengan gejala klinis anomali urachal.
Selain itu, USG adalah prosedur non-invasif yang tersedia di
sebagian besar praktek klinis. Temuan yang akurat bergantung pada
keterampilan pemeriksa, pelatihan, dan pengetahuan tentang anatomi
embriologis dan fitur pencitraan struktur. Diagnosis anomali urachal sering
membutuhkan studi imajinasi tambahan setelah temuan USG. Sampai saat
ini, VCUG di masa lalu telah banyak digunakan. Penurunan penggunaan
VCUG hasil dari invasif dan penelitian menunjukkan sensitivitasnya
rendah. VCUG mungkin masih diindikasikan jika dicurigai adanya kelainan
urologi lainnya.
Fistulografi adalah pilihan diagnostik lain yang berguna untuk
mengamati sinus di dasar umbilikus. Penggunaannya telah disarankan bila
ada pelepasan dari umbilikus tanpa adanya massa yang teraba dan untuk
membedakan sisa-sisa saluran vitelline dari UR. CT telah dicatat sebagai
modalitas pencitraan pilihan yang membantu menegakkan diagnosis. Selain
itu, bila USG atau fistulografi tidak meyakinkan atau jika pasien sakit parah
dengan tanda-tanda infeksi sistemik, CT dianjurkan. Berdasarkan temuan
klinis atau diagnostik sebelumnya, ahli radiologi atau spesialis bedah dapat
melakukan pemeriksaan MRI atau melakukan sistoskopi. Meskipun USG
dan CT efisien untuk mengevaluasi inflamasi untuk pembedahan, bila
inflamasi parah, terkadang berkontribusi pada kesalahan diagnosis tumor.
MRI memiliki kemampuan untuk memberikan gambaran yang lebih rinci
tentang jaringan lunak dan dapat mendeteksi saluran urachal berongga,
neoplasma, kista, atau abses.
Selanjutnya, sistoskopi dapat dilakukan dan melibatkan penyisipan
kamera kecil ke dalam kandung kemih dan dapat memberikan bukti visual
langsung dari divertikula urachal atau sinus. Namun, sistoskopi sebelum
prosedur bedah definitif dianjurkan untuk menggambarkan anatomi uretra
dengan lebih akurat dan mendeteksi lesi yang menyumbat. Sebuah studi
baru-baru ini menilai penggunaan modalitas membayangkan pada pasien
anak dari 2000 hingga 2012. Temuan mereka menghasilkan bahwa
ultrasonografi adalah modalitas pencitraan yang paling umum (92%),
diikuti oleh VCUG (5%), dan terakhir CT / MRI (3%).
USG dan CT mungkin paling cocok untuk menunjukkan anomali
urachal karena urachus terletak di anterior struktur usus dekat dinding perut.
Untuk meningkatkan tingkat deteksi lesi seperti tumor, MRI atau CT telah
memberikan manfaat yang jelas dalam fusi USG. Ini juga harus diterapkan
dalam pencitraan prenatal karena kontras jaringan yang buruk dan / atau
keterbatasan teknis dapat menghalangi kemampuan US standar untuk
mendeteksi lesi janin.
o Urachus paten
Ultrasonografi biasanya digunakan jika diduga paten
urachus. Sambungan tubular dari aspek anterosuperior dari kandung
kemih ke umbilikus dapat dideteksi saat menggunakan USG
longitudinal. USG memiliki kemampuan untuk merumuskan
diagnosis paten urachus pada trimester pertama. Studi lain
mengamati massa kistik di tali pusat dekat dinding perut anterior
janin, yang didokumentasikan untuk penurunan ukuran melalui
kehamilan, yang mungkin sangat sugestif dari urachus paten.
Sinografi juga terbukti berguna untuk mengkonfirmasi patensi.
o Kista urachal
Dokter yang mencurigai kista yang terinfeksi dapat memilih
untuk menggunakan studi pencitraan diagnostik termasuk
ultrasound, fistulografi, MRI, dan CT dengan kontras. USG dan /
atau fistulografi telah direkomendasikan sebagai alat diagnostik
pertama digunakan. Penggunaan fistulografi cenderung dilakukan
semakin penting pada pasien ini, karena fistulisasi dapat terjadi
antara kista urachal yang terinfeksi dan usus, kandung kemih, atau
kulit di daerah periumbilikalis atau inguinal.
Pada pemeriksaan USG, kista urachal tampak sebagai
kumpulan cairan dengan kompleks echogenicity di garis tengah
antara umbilikus dan kandung kemih; biasanya dalam sepertiga
bagian bawah UR. Kista dapat menonjol secara intraluminal dari
aspek anterosuperior garis tengah dinding kandung kemih. Tingkat
keberhasilan USG telah dilaporkan berkisar dari 75% sampai 100%
untuk gangguan ini. Penggunaan beberapa studi pencitraan mungkin
diperlukan untuk membedakannya kista urachal yang terinfeksi dan
dari karsinoma karena variabilitas klinis dan ekogenisitas kompleks
di US.
Biasanya CT digunakan dalam upaya untuk membedakan
keberadaan kista urachal.Jika ditemukan pada CT, VCUG dapat
digunakan untuk memastikan kista tidak berhubungan dengan
kandung kemih atau pusar. Namun demikian, dalam beberapa kasus,
penggunaan beberapa studi pencitraan mungkin tidak menghasilkan
bukti yang cukup bagi dokter untuk mendiagnosis urachal yang
terinfeksi kista. Pasien ini biasanya membutuhkan biopsi jarum
perkutan atau aspirasi cairan dengan studi histologis selanjutnya
untuk membedakan antara keduanya.
o Divertikulum vesikourachal
Divertikulum vesikourakhal tidak bergejala dalam banyak
kasus. Ini anomali lebih jarang dibandingkan urachus paten, sinus
umbilikalis-urachal, dan kista urachal. Akibatnya, sebagian besar
diagnosis didiagnosis secara insidental daripada didiagnosis secara
aktif. CT aksial yang dilakukan untuk alasan yang tidak terkait dapat
mengarah pada penemuan divertikulum vesikourachal, muncul
sebagai lesi kistik garis tengah, sedikit di atas anterosuperior dinding
kandung kemih, memungkinkan komunikasi lesi dan apex kandung
kemih. USG dapat digunakan juga, menunjukkan cairan yang diisi
kantung menonjol secara ekstraluminus tanpa komunikasi ke
umbilikus. Meskipun kurang umum digunakan, VCUG telah dikutip
sebagai studi pencitraan alternatif untuk mencapai diagnosis lesi ini.
Satu studi menyajikan bukti tentang kegunaan multi-detektor baris
CT urografi dalam mendiagnosis divertikulum vesikourachal,
meskipun tidak sering digunakan. Sistoskopi bermanfaat dalam
upaya mendiagnosis divertikulum vesikourachal kecil.
o Neoplasma
US dapat memberikan gambaran dasar tentang neoplasma
urachal di garis tengah, lebih baik dari kandung kemih. CT atau MRI
lebih cocok untuk menggambarkan jika neoplasma memiliki
hubungan anatomis dengan struktur sekitarnya, memungkinkan
diagnosis yang lebih pasti. CT mungkin muncul karsinoma urachal
(UrC) mungkin padat, kistik, atau kombinasi, dan sering memiliki
kandungan musinus. Kalsifikasi psammomatous adalah hal lain
temuan karakteristik karsinoma urachal, terjadi pada 50-70% kasus.
Jika lateralitas massa panggul tidak jelas, MRI harus dilakukan
dianggap.
Temuan Histologis4
Histologi sisa-sisa pusar bergantung pada jaringan asal dan dapat
menunjukkan mukosa usus atau lambung. Pemeriksaan sisa urachal
menunjukkan epitel transisional atau kolumnar (Gambar 10).
Gambar 11. Massa panggul kanan pada wanita 66 tahun dengan riwayat kanker
payudara, nyeri perut bagian bawah, dan demam. * = kandung kemih. (a) Citra
CT aksial menunjukkan massa jaringan lunak yang besar (panah) di kuadran
kanan bawah yang berbatasan dan mendistorsi aspek superior kanan kandung
kemih. (b, c) Citra MR berbobot T2 sagital (b) menunjukkan lesi ini sebagai
massa kistik dan padat (panah), yang tampaknya tertambat ke apex kandung
kemih dengan beberapa septa penebalan yang menebal pada gambar koronal
pasca-kontras (c). Diagnosis banding termasuk massa ovarium dan kista urachal
yang terinfeksi atau keganasan. Lesi direseksi dan analisis histopatologi
menunjukkan adanya malacoplakia pelvis.1
Gambar 12. Peniruan dari sisa urachal yang rumit pada wanita 49 tahun dengan
batu ginjal. (a, b) Gambar MR aksial (a) dan sagital (b) gadolinium yang
diperkuat lemak tertekan T1 mengungkapkan lesi lokulasi garis tengah (panah di
a) di dinding kandung kemih anterosuperior dengan peningkatan perifer terkait
(panah di b), menimbulkan pertanyaan tentang sisa urachal yang rumit. Lesi
terbukti menjadi fokus inflamasi yang tidak terduga dari batu empedu yang jatuh
setelah kolesistektomi dan bukan sisa urachal yang terinfeksi atau keganasan. (c,
d) Citra CT aksial yang diperoleh 2 tahun sebelumnya menunjukkan batu empedu
yang jatuh (lingkaran di c) dan klip (lingkaran di d).1
A. Terapi Medikamentosa4
Terapi medis diindikasikan hanya jika ada infeksi. Untuk
omphalitis atau necrotizing fasciitis, diperlukan antibiotik spektrum
luas. Antibiotik juga diberikan untuk infeksi akut sisa-sisa
omphalomesenteric dan urachal. Drainase bedah sering dibutuhkan.
Banyak hernia pusar menutup secara spontan; saat ini, tidak ada
terapi medis untuk mempercepat proses ini yang diakui.
Aplikasi perak nitrat ke granuloma pusar biasanya berhasil.
Satu atau lebih aplikasi mungkin diperlukan. Perawatan harus
dilakukan untuk menghindari kontak dengan kulit. Perak nitrat dapat
menyebabkan luka bakar yang menyakitkan. Granuloma pusar kecil
dengan dasar sempit dapat dipotong dengan aman di kantor.
Granuloma besar dan yang tumbuh sebagai respons terhadap fistula
atau sinus umbilikalis tidak sembuh dengan perak nitrat dan harus
dipotong dengan pembedahan di ruang operasi.
B. Terapi Bedah4
Terapi bedah adalah pengobatan andalan untuk kondisi
kelainan pada umbilikal berikut ini:
Granuloma umbilikal persisten yang besar
Polip umbilikal
Sisa omphalomesenteric
Sisa Urachal
Gangren umbilikalis dan nekrosis fasciitis
Hernia umbilikalis yang bergejala atau tidak menutup
secara spontan
C. Reseksi bedah2
Di masa lalu, eksisi bedah terbuka adalah protokol standar
untuk pengangkatan UR, eksisi seluruh urakus dan saluran, serta
porsi dalam komunikasi dengan apex kandung kemih.
Memanfaatkan pendekatan bedah invasif ini terdapat bukti bahwa
drainase berulang dari kista jinak atau reseksi tidak lengkap disertai
dengan persistensi lesi dan peningkatan kekambuhan infeksi. Eksisi
laparoskopi pada anomali urachal pertama kali dikutip pada 1993
oleh Trondsen et al. dan sekarang menjadi metode bedah pilihan.
Pada orang dewasa dan anak-anak, pendekatan laparoskopi
telah terbukti aman, efektif, dengan pengurangan invasi,
memungkinkan diseksi jaringan yang tepat, mengurangi kehilangan
darah, mengurangi rawat inap di rumah sakit, dan pemulihan lebih
cepat. Selain itu, banyak penelitian telah mencatat bahwa eksisi
laparoskopi UR menyederhanakan prosedur dan memberikan hasil
kosmetik yang jauh lebih baik. Para ahli tampaknya berbeda
pendapat mengenai pilihan bedah mana yang lebih baik saat
mereseksi UR yang terinfeksi.
Opsi bedah yang diperdebatkan termasuk prosedur dua tahap
tradisional dan eksisi satu tahap. Bagian pertama dari prosedur dua
tahap termasuk drainase bedah, diikuti oleh kultur isi lesi. Setelah
drainase, pasien dirawat dengan terapi antibiotik yang tepat. Setelah
drainase perioperatif, UR akan dipotong seluruhnya. Prosedur
pembedahan dua langkah telah diketahui dapat mengurangi
frekuensi komplikasi pasca operasi. Satu studi, melakukan studi
retrospektif selama 15 tahun dari tahun 1990 hingga 2005.
Berdasarkan hasil mereka, mereka menyarankan bahwa prosedur
dua tahap menawarkan pilihan pengobatan yang lebih efektif terkait
dengan masa tinggal di rumah sakit yang lebih pendek dan tingkat
komplikasi yang lebih rendah, terutama dengan jangka panjang.
terapi antibiotik pasca reseksi.
Operasi laparoendoscopic single-site (LESS) dengan
pengobatan antibiotik yang lebih baik adalah pendekatan yang
relatif baru. Eksisi satu tahap LESS telah disarankan sebagai pilihan
yang lebih aman yang diharapkan dapat menurunkan morbiditas
lebih lanjut dan kosmesis yang lebih baik setelah eksisi UR.
Berbagai penelitian telah memberikan bukti keamanan dan
kemanjurannya dalam menghilangkan UR jinak dan simptomatik.
Berbeda dengan laparoskopi biasanya, satu sayatan dibuat di
umbilikus itu sendiri. Setelah eksisi, umbilicoplasty UR
memungkinkan hasil estetika yang lebih baik. Bila ada infeksi tanpa
abses, terapi antibiotik spektrum luas harus segera diberikan.
Perawatan antibiotik harus memastikan untuk memasukkan E. coli
dan S. aureus, karena mereka adalah organisme yang paling umum
dibiakkan dari infeksi urachal. Setelah mendapatkan hasil kultur,
terapi antibiotik harus disesuaikan. Jika infeksi telah sembuh, eksisi
UR harus dilakukan. Secara keseluruhan, literatur saat ini
menunjukkan bahwa prosedur pembedahan dua langkah
menghasilkan hasil pasca operasi yang lebih baik bila infeksi UR
meluas dan parah. Selain itu, penggunaan eksisi satu tahap sesuai
untuk lesi yang tidak terinfeksi.
Terlepas dari pilihan pembedahan, rencana perawatan harus
bertujuan untuk mengangkat dinding kista untuk mencegah infeksi
ulang dan kemungkinan perkembangan neoplasma. Pembedahan
adalah satu-satunya pengobatan yang berpotensi menyembuhkan
untuk karsinoma urachal. Saat ini, konsensus belum tercapai untuk
membandingkan manfaat sistektomi parsial dengan reseksi en blok
dan manfaat sistektomi radikal.
Terlepas dari perdebatan ahli, kelangsungan hidup secara
signifikan berkorelasi dengan tingkat penyakit saat presentasi
daripada prosedur pembedahan. Akibatnya, kistektomi parsial
adalah prosedur yang lebih disukai untuk karsinoma urachal, karena
ini menawarkan kualitas hidup yang lebih baik bagi pasien.
Kambuhnya neoplasma lokal dalam enam bulan pertama kistektomi
parsial tidak jarang terjadi. Reseksi bedah berulang tampaknya
bersifat kuratif. Kistektomi parsial laparoskopi dengan reseksi en
bloc dan bilateral limfadenektomi pelvis yang diperpanjang telah
menunjukkan keamanan dan efektivitasnya dalam eksisi lesi urachal
jinak, dan karsinoma urachal dengan infiltrasi apex kandung kemih.
Oleh karena itu, ini telah dikutip sebagai alternatif yang lebih
baik untuk kistektomi parsial terbuka. Jika neoplasma UR menyusup
ke apex hikandung kemih, margin negatif yang optimal dapat
dicapai melalui kombinasi laparoskopi dan endoskopi. Eksisi
karsinoma urachal besar telah dilakukan melalui kombinasi
pendekatan ekstraperitoneal dan transperitoneal, mengurangi
tumpahan tumor dengan menjebak spesimen langsung dalam
kantong EndoCatch. Prosedur ini telah dijelaskan untuk meniru
prosedur terbuka tradisional kistektomi parsial dengan umbilektomi
en blok.
Studi terbaru telah mulai menggunakan eksisi UR yang
dibantu robotik. Operasi yang dibantu robotik memiliki banyak
keuntungan termasuk visualisasi tiga dimensi, ketangkasan yang
lebih baik, ergonomi yang ditingkatkan, dan kemampuan tambahan
untuk melakukan penjahitan intracorporeal. Operasi dengan bantuan
robotik telah terbukti efektif dalam melakukan kistektomi parsial en
blok atau kistektomi radikal pada sisa-sisa urachal dan karsinoma
urachal.
3.10 Komplikasi1
3.11 Prognosis1
Sisa urachal kongenital merupakan predisposisi infeksi dari stasis urin dan
dalam jangka waktu yang lama sisa tersebut dapat berkembang menjadi keganasan
(misalnya adenokarsinoma).
KESIMPULAN