Anda di halaman 1dari 12

UNSUR BUDAYA MASYARAKAT JEPANG DALAM

SANMAI NO OFUDA

Oleh :
Yuliani Rahmah
(Email: yuliani.undip@gmail.com)

ABSTRACT

This paper discusses a Japanese folktale (mukashi banashi) entitled Sanmai no Ofuda. This
folktale has similarities with local folktales from several regions in Indonesia. In this paper,
the writer tried to explore the condition of the society as well as the cultural backgrounds
which became the setting of Sanmai no Ofuda. The writer tried to understand the cultural
condition in Sanmai no Ofuda by examining the elements of the culture and the intrinsic
elements. The findings show that the cultural background of the Japanese society as depicted
in Sanmai no Ofuda has many similarities with the cultural background of Indonesian people.
The intrinsic elements found in this study are language, system of social organization, belief,
and the livelihood system.

Keywords: Folktale, Cultural Background, Japan Society

1. Pendahuluan
Jepang dikenal sebagai salah satu negara tulisan tersebut, gambaran budaya dan
maju di dunia. Kemajuan Jepang dalam kehidupan masyarakat Jepang pun dapat
bidang teknologi menjadikannya sebagai dilihat dari sebuah karya sastra, tidak
sebuah negara yang cukup disegani tidak terkecuali sebuah karya sastra lisan berupa
hanya di kawasan Asia saja, namun juga oleh dongeng-dongeng yang berkembang di
negara-negara di wilayah Amerika dan masyarakat Jepang.
Eropa. Kerja keras dan usaha yang dilakukan Secara umum dongeng dapat
masyarakat Jepang pasca kekalahannya di dipahami sebagai sebuah cerita tradisional
Perang Dunia II, telah menjadikan mereka yang tumbuh di masyarakat sejak zaman
sebagai masyarakat modern yang hidup dahulu, dan berasal dari generasi terdahulu.
dengan kecanggihan teknologi. Keberadaan Peristiwa yang diceritakan dalam dongeng
mereka pada saat ini tentu tidak lepas dari adalah peristiwa-peristiwa yang terjadi di
pengaruh-pengaruh yang mereka dapatkan masa lampau, dan karena diceritakan dari
dari kehidupan masyarakat Jepang zaman mulut ke mulut, dongeng termasuk dalam
dahulu. Meskipun gaya hidup dan tatanan golongan folklore lisan dengan genre cerita
masyarakat Jepang sekarang ini sudah sangat (prosa) rakyat. Namun, di masa sekarang
berbeda dengan kehidupan masyarakat banyak dongeng yang dikumpulkan dan
sebelumnya,namun beberapa prinsip hidup kemudian dibuat dalam bentuk buku
dan unsur-unsur budaya yang mereka anut kumpulan dongeng-dongeng.
sedikit banyak masih merupakan warisan Dalam buku Folklor Indonesia
utuh dari kehidupan masyarakat sebelumnya. (1986), Danandjaja menjelaskan bahwa
Hal-hal tersebut biasanya banyak dituliskan cerita dalam dongeng merupakan cerita prosa
dalam buku-buku ataupun tulisan-tulisan rakyat yang tidak dianggap benar-benar
ilmiah yang mengupas tentang sejarah terjadi yang diceritakan terutama untuk
maupun keberadaan dinasti-dinasti di hiburan, walaupun banyak juga yang
Jepang. Namun, selain buku ataupun tulisan- melukiskan kebenaran, berisikan pelajaran
(moral) atau bahkan sindiran Dari sekian banyak mukashi banashi
(Danandjaja,1986:83) dengan kesamaan alur cerita, salah satu
Sebagai sebuah sastra lisan, sebagian besar diantaranya adalah sebuah mukashi banashi
prosa rakyat, termasuk dongeng, tidak berjudul Sanmai no Ofuda. Mukashi banashi
mempunyai aturan penceritaan yang baku. ini bercerita tentang usaha seorang anak laki-
Dengan demikian, setiap penutur dapat laki melawan Yamanba (hantu penguasa
dengan leluasa memberikan judul, atau pun pegunungan pemakan manusia) yang akan
tambahan lain yang dianggap perlu pada memakannya. Dalam menghadapi Yamanba,
cerita yang dibawakannya, sehingga sebuah anak laki-laki tersebut menggunakan tiga
cerita yang sama bisa mempunyai nama yang helai ofuda pemberian kakek gurunya.
berbeda di setiap daerah. Dengan tiga helai ofuda tersebut akhirnya ia
mampu mengalahkan Yamanba dan bisa
Drama-drama Yunani klasik kembali ke kuil tempat kakek gurunya
seperti Oedipus Rex dan Electra tinggal. Secara sepintas dapat dilihat bahwa
adalah salah satu contoh cerita isi dan alur cerita pada mukashi banashi
yang diciptakan berdasarkan tersebut terdapat pula pada beberapa
dongeng yang beredar di dongeng di Indonesia. Namun karena lahir
masyarakat. Kisah-kisah itu dari masyarakat yang berbeda, maka tentu
bertahan terus sampai sekarang, saja akan banyak pula perbedaan yang
bahkan berkembang ke dalam membangun struktur ceritanya,salah satunya
berbagai bentuk sastra modern. adalah latar budaya yang akan menjadi
Kisah sejenis Oedipus diturunkan objek pada pemaparan kali ini.
dalam berbagai bentuk,
dimanapun. Dalam kebudayaan
Jawa, kisah itu dikenal sebagai 2. Tinjauan Pustaka
Prabu Watu Gunung, sementara Dalam kesusastraan Jepang, istilah
di tatar Sunda dikenal sebagai prosa rakyat / folktale dikenal dengan
Sangkuriang. Jenis kisah lain sebutan Minwa. Dalam Kokugo Jiten (1986),
yang juga populer di kalangan disebutkan bahwa
rakyat adalah cinta yang tak 民話は庶民の生活感情や地方
kesampaian. Dalam budaya Barat 色を素材として,昔から伝え
dikenal sebagai kisah Romeo- られてきた説話。昔話。
Juliet, sedangkan di tanah Jawa (Matsumura,1986:1175).
dikenal dengan cerita Roro Minwa adalah cerita yang lahir dari kalangan
Mendut-Pranacitra. (Damono, rakyat biasa yang mencerminkan kehidupan,
2005 : 20-21) perasaan dan ciri khas dari masyarakat
Bila kita berbicara tentang dongeng – tersebut yang disampaikan secara lisan dari
dongeng yang bermotif hampir sama, masa lalu.
ternyata beberapa dongeng yang berasal dari Menurut Yanagida Kunio(1969),
berbagai daerah di Indonesia mempunyai seorang ahli folklor Jepang, Minwa disebut
banyak persamaan dengan minwa / mukashi juga dengan istilah Minkan Setsuwa, yang
banashi di Jepang. ( Minwa atau mukashi bila diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris
banashi adalah istilah untuk cerita rakyat berarti Folktale. Sebagai suatu prosa rakyat,
atau dongeng di Jepang). Persamaan Minwa pun merupakan hasil karya sastra
dongeng Indonesia dengan minwa atau yang bersifat kolektif. Tentang kapan dan
mukashi banashi, tidak hanya dari segi tema siapa pembuatnya tidak dapat diketahui
dan alur ceritanya saja, namun latar budaya dengan pasti, biasanya bentuk tema cerita
yang terdapat dalam sebuah mukashi banashi yang menunjukkan tentang kejadian ajaib
pun seringkali mempunyai banyak kesamaan dari suatu daerah.
dengan dongeng-dongeng dari Indonesia.
yang masih dianut dengan kuat.
Cerita prosa rakyat Jepang (minwa) Akibatnya, terdapat banyak dongeng
dapat dikategorikan dalam tiga kelompok, yang di negara lain sudah dianggap fiktif,
yaitu Shinwa (神話), Densetsu (伝説), dan namun di Jepang masih dianggap benar-
Mukashibanashi(昔話)( Danandjaja,1997 benar terjadi. Misalnya, legenda tentang
: 70). monster Kappa yang hidup di dalam air,
Berikut penjelasan mengenai tiap-tiap atau pun adanya makhluk bertubuh
jenis cerita tersebut. manusia, berhidung panjang dan dapat
1. Shinwa (神話) : 現実の生活とそれ terbang yang disebut Tengu.
をとりまく世界の
3. Mukashibanashi(昔話): 子どもに聞か
事物の起源や存在
せる伝説。(Matsumura, 1986 ; 1176)
論的な意味を象徴
Mukashibanashi adalah cerita rakyat yang
的に説く説話。 biasanya diceritakan pada anak-anak.
(Matsumura, 1986 ; Mukashibanashi adalah istilah Jepang
621) untuk dongeng. Dalam buku Nihon no
( Shinwa adalah cerita yang memaparkan Minwa (1969), Kinoshita Junji, seorang
secara simbolik tentang kehidupan nyata ahli folklor Jepang menjelaskan alasan
dan asal mula keberadaan dunia.) mengapa cerita rakyat jenis ini disebut
dengan mukashi banashi.
Dari definisi di atas, dapat もっとも, 民俗学者が民話を昔話と呼
disimpulkan bahwa shinwa adalah istilah
んだについては理由があった。それ
bahasa Jepang untuk mite dalam
kesusastraan Indonesia. Shinwa は、民話の語り方から名づけたのであ
merupakan penggabungan dari tema- る。「昔、あるところに…」とやる。そ
tema masyarakat pribumi yang berasal のような語り方は古く平安初期に記録
dari daratan Asia Timur, dan kemudian された「日本霊異記」にまでさかのぼ
dipengaruhi oleh ajaran Budhisme dan る。(Junji : 1969 ; 19)
Taoisme yang masuk dalam kehidupan
masyarakat tersebut. Dalam Shinwa Istilah mukashibanashi yang digunakan
cerita yang banyak dipaparkan adalah para ahli folklor untuk menyebut cerita
tentang asal-usul daratan Jepang, rakyat diambil dari kalimat pembuka (cara
lahirnya kamisama ( Tuhan/ dewa dewi) bercerita) cerita rakyat tersebut. Cerita-
masyarakat Jepang, keagungan keluarga cerita tersebut selalu dimulai dengan
kaisar, dan sebagainya. kalimat “mukashi, aru tokoro ni…”
(dahulu, di suatu tempat). Cara bercerita
2. Densetsu (伝説) : 自然現像や歴史 seperti itu jauh sebelumnya telah terdapat
的事件に関する口伝えの報告や解説 dalam buku Nihon Ryouiki yang ditulis
(Densetsu adalah informasi atau pada awal zaman Heian.
penjelasan yang disampaikan dari mulut
ke mulut mengenai peristiwa-peristiwa Seperti halnya dongeng,
yang berhubungan dengan sejarah dan mukashibanashi pun mempunyai ciri-ciri
fenomena alam.) yang membedakannya dari jenis minwa
Dari definisi di atas, dapat disimpulkan yang lain. Ciri-cirinya adalah sebagai
bahwa densetsu adalah istilah bahasa berikut.
Jepang yang digunakan untuk legenda - bukan merupakan cerita nyata, dan
dalam kesusastraan Indonesia. Densetsu lahir dari daya khayal yang bersifat
sampai saat ini masih hidup di fiktif;
masyarakat Jepang, sebab masih
ditopang oleh kepercayaan masyarakat
- diceritakan tanpa dihubung-hubungkan diwariskan oleh anggota suatu masyarakat
dengan keistimewaan suatu tempat tertentu. (Keesing, 1989:68) Sementara itu
manusia; menurut Koentjaraningrat, kebudayaan
- diceritakan dengan menggunakan kata berarti hasil cipta, karsa dan rasa manusia
keterangan waktu yang tetap, yaitu kata (2000:181). Adapun wujud kebudayaan itu
mukashi. Kata ini menunjukkan waktu sendiri mencakup tiga hal; pertama, wujud
yang telah lampau; kebudayaan sebagai kompleks ide-ide, kedua
- berperan untuk mengutarakan jarak adalah wujud kebudayaan sebagai kompleks
antara cerita nyata dan cerita khayal; aktivitas; dan yang ketiga wujud kebudayaan
- biasanya diakhiri dengan kata-kata sebagi artifak atau benda-benda hasil karya
seperti “shiawase ni kurashimashita”, manusia (Honigmann,1959 : 11-12)
(mereka hidup bahagia selamanya) atau Kebudayaan juga mempunyai unsur-
“anraku ni kurashimashita” (mereka unsur universal (cultural universals) yang
hidup dengan tenang dan bahagia) dapat dipandang dari ketiga wujud
- kata-kata yang digunakan adalah kebudayaan tersebut. Unsur-unsur
kata/bahasa kehidupan sehari-hari. Juga kebudayaan universal (cultural universals)
sering digunakan pula aizuchi (kata yang dimiliki oleh semua kebudayaan dari
sahutan), seperti “u-mu, ou, haa, hee, seluruh bangsa di dunia adalah bahasa,
dan sebagainya. (Irianti,1992: 26-27) sistem pengetahuan, organisasi sosial, sistem
peralatan hidup dan teknologi, sistem mata
Selain yang diuraikan di atas pada pencaharian hidup, sistem religi, dan
bagian akhir sebuah mukashi banashi ada kesenian (Koentjaraningrat, 2000 : 186)
pula cerita yang diakhiri dengan kata “tosa” Bila mengacu pada pendapat yang
yang mempunyai arti “hal yang diceritakan dikemukakan oleh Koentjaraningrat tersebut,
tersebut di dengar dari orang lain” maka hal yang sama juga berlaku pada
Dilihat dari jenisnya mukashibanashi terbagi kebudayaan Jepang. Dari tujuh unsur
atas tiga kelompok, yaitu動物昔話 kebudayaan, pada kesempatan ini penulis
(doobutsu mukashibanashi) adalah istilah akan memaparkan empat hal yang
Jepang untuk dongeng-dongeng binatang, 本 berhubungan langsung dengan unsur-unsur
格昔話 (honkaku mukashibanashi) adalah intrinsik yang membangun struktur cerita
Sanmai no Ofuda.
istilah untuk dongeng biasa, dan 笑い話
(waraibanashi) adalah istilah untuk lelucon.
a. Bahasa
Dalam sebuah struktur karya sastra,
Dalam buku Folklor Jepang (1997)
unsur-unsur budaya dapat dilihat sebagai
dijelaskan bahwa bahasa Jepang merupakan
cerminan kehidupan sosial masyarakat di
bahasa yang berstruktur bahasa Altai, namun
mana karya sastra tersebut lahir, begitu juga
tidak menggunakan kosakata Altai, dan
yang terlihat dalam sebuah mukashi banashi.
sebagian berasal dari bahasa Melayu
Sebagai sebuah karya sastra, mukashi
Polenisia. (Ishiro melalui
banashi pun dilatar belakangi oleh budaya
Danandjaja,1997:14). Tidak seperti bahasa
masyarakatnya. Menurut Teeuw (1984),
Indonesia yang kaya akan bahasa daerah,
pemahaman sebuah karya sastra tidak
bahasa Jepang digunakan secara menyeluruh
mungkin tanpa pengetahuan, mengenai
di seluruh kepulauan Jepang. Yang menjadi
kebudayaan yang melatarbelakangi karya
perbedaan sekaligus ciri khas dari bahasa
sastra tersebut dan tidak langsung terungkap
tiap daerah adalah logat / dialek yang
dalam sistem tanda bahasanya (Teeuw, 1984:
digunakan. Dalam buku Nihon Bunka o Eigo
100).
de Shokaisuru Jiten (1999), dijelaskan
Konsep kebudayaan dalam perspektif
bahwa banyak daerah di kepulauan Jepang
antropologi adalah keseluruhan dari
yang terpisahkan oleh gunung satu sama
pengetahuan sikap dan pola prilaku yang
lainya, sehingga sebagai sebuah komunitas,
merupakan kebiasaan yang dimiliki dan
masyarakat yang bermukim di daerah-daerah orang Jepang beras bukan hanya sekedar
tersebut tidak dapat dengan mudah datang bahan makanan, tetapi sudah menjadi bagian
dan pergi dari daerahnya. Hal tersebut yang digemari dan menjadi bagian yang
menyebabkan sosialisasi mereka pada daerah menyatu dalam kehidupan orang Jepang.
luar menjadi sangat terbatas, dan hampir Hampir separuh dari lahan yang dapat
tidak mendapatkan pengaruh luar. Sehingga ditanami, dipergunakan untuk menanam
masyarakat-masyarakat tersebut padi. Para petani Jepang sangat efektif
menciptakan dialek (hogen) sendiri-sendiri. mengolah tanah garapannya. Pada musim
Dengan adanya perbedaan hogen yang panas, mereka menanam padi, sedangkan
dimiliki masing-masing daerah, kadangkala pada musim dingin, tanah tersebut ditanami
muncul kesulitan-kesulitan bagi buah-buahan, umbi-umbian dan sebagainya.
penggunanya dalam memahami pembicaraan Oleh karena Jepang merupakan
masyarakat di luar daerah mereka. Misalnya daerah pegunungan, selain hasil pertanian,
orang-orang dari daerah Tohoku akan hasil hutan juga merupakan salah satu
mengalami kesulitan saat melakukan sumber mata pencaharian tradisional
pembicaraan dengan orang-orang dari daerah masyarakat Jepang. Kemudian mata
Kyuushuu. Tetapi seiring dengan pencaharian lainnya yang juga relatif kecil
berkembangnya masyarakat Jepang, di era adalah perikanan. Sebagai negara kepulauan
modern, secara perlahan-lahan masyarakat yang dikelilingi lautan yang menyimpan
Jepang mulai menggunakan bahasa standar banyak hasil laut memberikan kemudahan
yang diambil dari bahasa/ dialek masyarakat pada masyarakat Jepang untuk
Tokyo. Selain itu, seperti juga penggunaan mengeksploitasi hasil lautnya.
bahasa Jawa sehari-hari, dalam bahasa
Jepang pun dikenal tingkatan bahasa, yang c. Organisasi Sosial
dikenal dengan istilah敬語 (keigo = bahasa Sesuai dengan tema dongeng yang
halus). Tingkatan bahasa tersebut terdiri dari akan dikaji, maka uraian tentang sub ini juga
尊敬語 (Sonkeigo = bahasa halus yang menitikberatkan pada hal-hal yang berkaitan
digunakan untuk orang lain) dan 謙譲語( dengan masyarakat tradisional Jepang.
Kenjougo = bahasa halus yang digunakan Dalam masyarakat tardisional Jepang
terdapat tiga istilah yang biasa digunakan
untuk diri sendiri). Perbedaan bahasa lain
untuk menunjukkan definisi keluarga, yaitu
juga terdapat dalam bahasa percakapan
Ie, Setai, dan kazoku. Ie adalah istilah yang
sehari-hari antara bahasa yang digunakan
digunakan untuk jenis keluarga tradisional
oleh kaum pria dan bahasa yang digunakan
pada periode Edo (1600-1868) yang
oleh kaum wanitanya. Sementara untuk
mempunyai arti sekelompok orang yang
bahasa-bahasa dongeng atau pun bentuk
tinggal bersama dan berbagi kehidupan
sastra lain yang bersifat tradisional seringkali
sosial ekonomi. Anggota inti dari kelompok
ditemukan pula 古語(ragam bahasa kuno) kekerabatan ini adalah mereka yang
mempunyai hubungan darah. Tetapi ada juga
b. Sistem Mata Pencaharian anggota yang tidak mempunyai hubungan
Dari berbagai sumber rujukan darah tetapi sudah dianggap sebagai
seperti dapat diketahui bahwa mata keluarga, misalnya pegawai rumah tangga.
pencaharian penduduk Jepang beraneka Setai berarti kesatuan rumah tangga yang di
ragam, tetapi mata pencaharian pokok antara anggota keluarganya tidak selalu
masyarakatnya sejak dulu adalah bertani harus mempunyai hubungan darah, namun
sawah. Dan ketika Jepang memasuki periode semuanya terlibat dalam kehidupan sosial
modern, sumber mata pencaharian pokok ekonomi keluarga inti. Berbeda dengan Ie,
masyarakatnya beralih ke sektor industri. sifat rumah tangga pada setai tidak langgeng.
Dalam sejarah disebutkan bahwa padi Pada saat anak-anak di keluarga inti sudah
diperkenalkan pada masyarakat Jepang sejak dewasa, atau setelah kepala keluarga
permulaan periode Yayoi (3 abad SM). Bagi
meninggal, maka keberadaannya tidak (1981:95-96) walaupun mempunyai satu
dipertahankan lagi. Sementara Kazoku nama, namun agama ini sebenarnya
mempunyai arti yang hampir sama dengan merupakan gabungan kepercayaan primitif
Ie, tetapi lebih menunjukan arti pada sebuah yang sukar untuk digolongkan menjadi
keluarga pokok / inti yang tinggal bersama- agama, bahkan sebagai satu sistem
sama di suatu tempat (rumah). kepercayaan. Oleh karenanya agama ini
Masyarakat Jepang juga menganut lebih tepat dianggap sebagai suatu gabungan
sistem patrilineal, sehingga sejak dulu, dari kepercayaan primitif dan praktik-praktik
sebuah keluarga besar yang terdiri dari yang berkaitan dengan jiwa-jiwa, roh-roh
keluarga inti, orang tua dan ipar perempuan hantu-hantu, dan sebagainya. (Danandjaja,
dikepalai oleh seorang laki-laki sebagai 1997:164)
kepala keluarga yang berkuasa penuh dalam Selain Shintoisme, agama terpenting
melindungi dan mengatur kepentingan di Jepang adalah Buddha. Agama Buddha
anggota keluarganya. Perbedaan jenis telah diperkenalkan jauh sebelum abad ke-6,
kelamin dalam sebuah keluarga mempunyai tetapi pengaruh yang kuat baru terasa pada
pengaruh yang sangat besar, karena yang abad ke-6. Sejak itu Buddhisme berkembang
berhak menjadi pengganti si kepala keluarga dan berakar secara kuat di masyarakat
kelak hanyalah anak laki-laki (terutama Jepang dan mengalami proses naturalisasi ke
anak laki-laki tertua). Para kaum wanitanya dalam kebudayaan Jepang sehingga kini
(terutama menantu) mempunyai status yang agama itu tidak terasa lagi sebagai agama
sangat rendah dalam hirarki keluarga. Bila yang berasal dari luar.
sebuah keluarga Jepang tidak mempunyai Masuknya pengaruh beberapa agama
anak laki-laki, maka agar dapat meneruskan besar dalam kehidupan masyarakat Jepang
eksistensi keluarga, mereka dapat dengan ternyata telah membentuk karakter sikap
mudah mengadopsi seorang anak laki-laki orang Jepang terhadap sebuah agama. Sikap-
yang bukan kerabat untuk menjadi anak sikap tersebut adalah sebagai berikut.
kandung. 1. Seorang Jepang akan percaya pada
Seorang kepala keluarga pokok beberapa dewa dari agama-agama yang
biasanya mendominasi segala aspek berbeda, sehingga mereka dapat
kehidupan keluarganya. Oleh karena itu, menggabungkan ajaran agama-agama
seorang anak yang akan menjadi pewaris tersebut tanpa perasaan yang
dari kedudukan ini akan dididik secara bertentangan. Bahkan di abad modern ini
berbeda dengan adik-adiknya ; sejak kecil ia seorang Jepang dapat berdoa di kuil
sudah memperoleh status yang lebih tinggi Shinto, menikah di gereja, dan menjalani
yang harus dihormati oleh adik-adiknya. kehidupan sosialnya berdasarkan ajaran
Oleh ayahnya, sejak dini ia sudah konfusius.
dipersiapkan untuk memegang tanggung 2. Karena dapat menyembah dewa dari
jawab sebagai pemimpin kelompoknya di agama yang berbeda, pada tempat
kemudian hari. (Danandjaja, 1997:335) sembahyang suatu agama tertentu
disemayamkan pula patung-patung dewa
d. Religi dari agama yang berbeda.
Di antara beberapa agama yang
dianut orang Jepang, Shinto adalah agama Mengenai konsep alam gaib, orang
tertua dan dapat dianggap sebagai agama Jepang percaya bahwa jika dimasuki oleh
pribumi orang Jepang. Berbeda dengan sebuah kekuatan/ roh gaib, maka semua
agama Buddha, Konfusionisme, Katolik, fenomena dan gejala alam baik yang hidup
mau pun tidak mempunyai potensi untuk
Protestan dan Islam, yang masuk kemudian hidup. Masyarakat Jepang pun percaya pada
pada masa prasejarah akhir, dan pada masa keberadaan dewa pelindung, terutama para
sejarah, agama Shinto tidak diketahui kapan dewa pelindung bagi daerah pertanian
mulai muncul. Menurut Harumi Befu mereka. Masyarakat petani percaya bahwa
para dewa padi dan sawah berdiam di Prof.Ichiro Hori, ahli agama Buddha,
pegunungan yang dekat dan disebut yama no mula-mula rupa tengu seperti burung
kami (dewa gunung). gagak, lengkap dengan paruhnya, tetapi
Di kalangan masyarakat Jepang kemudian berubah menjadi lebih
diyakini bahwa makhluk alam gaib terdiri menyerupai manusia. Sebagai ganti
dari berbagai jenis. Yang paling suci adalah paruh, ia kini berhidung bulat panjang,
dewi matahari dan keturunannya, juga dan berwajah merah. Akhir-akhir ini
arwah-arwah para tokoh sejarah. Sementara topeng tengu yang dipergunakan dalam
di antara jenis fauna, makhluk gaib yang kirab pesta rakyat Shinto melambangkan
dianggap berbahaya adalah binatang dewa Saruta-hiko yang mengiringi Dewi
menyusui tertentu seperti kitsune (rase), Matahari saat turun dari langit. Oleh
tanuki (racoon dog) dan hebi (ular), penduduk Jepang zaman dahulu,
sedangkan tanaman yang dianggap makhluk tengu ini diyakini benar-benar
berbahaya biasanya berupa pohon tua yang ada, karena di beberapa tempat masih ada
diyakini sebagai tempat bersemayamnya roh. peninggalan mereka ; seperti cetakan
Selain itu, fenomena alam seperti laut, air tumit kaki tengu yang terdapat pada
terjun , bongkahan batu besar yang sebuah batu di dekat puncak gunung
bentuknya aneh, dianggap juga sebagai shira di Inaba, Asahi-mura, Higashi
tempat bersemayamnya roh. Roh-roh pun Kasugai-gun.
dipercaya dapat bersemayam dalam benda- 4. Yamanba/ Yama Uba adalah hantu
benda buatan manusia. berwujud perempuan pemakan manusia
Menurut folkor Jepang, dunia kita ini yang memiliki kesaktian. Yamanba
juga didiami oleh makhluk gaib sejenis tinggal jauh di dalam hutan.
siluman, diantaranya kappa, tanuki, tengu,
yamanba dan sebagainya. Adapun penjelasan 3. Pembahasan
dari ketiga makhluk gaib ini adalah sebagai 3.1 Unsur – unsur Budaya dalam
berikut. (Danandjaja, 1997: 85-87 ) Sanmai no Ofuda
1. Kappa dianggap sebagai jelmaan dari (1) Unsur Bahasa
dewa air, dan digambarkan sebagai Dalam alur cerita Sanmai no Ofuda,
wujud yang hampir mirip dengan sosok terlihat adanya beberapa penggunaan hogen,
seorang anak manusia berumur 12 tingkatan bahasa yang ditunjukkan dengan
sampai 13 tahun. Ia mempunyai wajah adanya penggunaan keigo (bahasa halus),
seperti harimau namun bentuk juga ditemukan pula ragam bahasa laki-laki
moncongnya seperti burung. Di atas dan wanita. Hal tersebut dapat dilihat pada
tempurung kepalanya terdapat lubang kutipan-kutipan berikut ini.
datar seperti piring yang berisi air. 「ええ子じゃ、ええ子じゃ。わしも、
2. Tanuki dalam istilah bahasa Inggris
一人ぐらしよ。えんりょうはいらん
dikenal dengan sebutan raccoon dog.
Bentuknya mirip sekali dengan anjing よ。」とおばあさんがいいました。
dari Amerika tersebut, namun ekornya 「おかげで、たすかります」
tidak mempunyai pola berbentuk gelang (Gakken,2004:71)
hitam.Dalam kepercayaan masyarakat Kutipan di atas menunjukkan sebuah
Jepang, Tanuki adalah sejenis siluman percakapan antara si nenek dengan
jahat dan licik yang pandai menyamar kozoosan. Pada percakapan di atas terlihat
untuk menipu manusia. bagaimana si nenek mengungkapkan kata-
3. Tengu adalah makhluk gaib yang dapat kata dengan dialeknya sendiri dan
terbang. Wajahnya seperti orang tua menggunakan bentuk bahasa informal,
tetapi berparuh dan bersayap. Kuku-kuku sementara kozoosan menjawab ucapan-
pada jari tangan dan kakinya panjang ucapan si nenek dengan bahasa bentuk keigo
serta tajam. Ia tinggal di dalam hutan dan (2) Unsur Sistem Organisasi Sosial
gemar menculik manusia. Menurut
organisasi sosial masyarakat Jepang. Dalam
kehidupannya, masyarakat Jepang
a. Tokoh Utama mempunyai pola pikir yang lebih
Tokoh utama cerita dalam Sanmai mengutamakan kekuatan ilmu pengetahuan
no Ofuda adalah seorang anak laki-laki. daripada kekuatan fisik ataupun senjata.
Tokoh utama cerita ini merupakan Lembaran kertas dapat dianggap sebagai
gambaran dari sistem organisasi sosial realisasi ilmu pengetahuan dalam bentuk
masyarakat Jepang yang menganut sistem tulisan, sehingga kekuatan dalam jimat
patrilineal. Seperti gambaran budaya patriarki tersebut merupakan bagian dari kekuatan
pada umumnya, pada dongeng ini tokoh ilmu pengetahuan. Pada bagian cerita yang
utama digambarkan sebagai seorang anak menjelaskan perubahan wujud ofuda pun,
yang kuat, tidak mudah putus asa dan mampu kembali pola pikir masyarakat Jepang
menyelesaikan masalah dengan sangat baik. tergambar dengan jelas.
Hal ini menegaskan bahwa bahkan seorang Ketiga benda penolong (jimat) yang
anak laki-laki pun merupakan pihak yang berupa lembaran kertas dan dibawa oleh
dominan dan dianggap lebih kuat daripada kozoosan semuanya berubah wujud sesuai
anak perempuan. Sebagai sebuah satuan unit dengan keinginan/ perintah kozoosan sebagai
terkecil dari organisasi masyarakat, keluarga si pemakai. Dalam cerita Kozoosan
menjadi tempat pertama seorang anak laki- mempunyai kekuatan untuk menentukan
laki Jepang mendapatkan pendidikan perubahan seperti apa yang dia inginkan
keluarga agar dapat menjadi pemimpin pada untuk menghambat pengejaran yamanba.
sistem organisasi masyarakatnya.Sejak kecil Misalnya saat Kozoosan mengatakan 「山,
sebagian besar anak laki-laki dalam 出ろ」(gunung keluarlah), maka serta merta
masyarakat Jepang sudah dididik dan munculah sebuah gunung seperti yang
disiapkan untuk menjadi seorang pemimpin diinginkan Kozoosan. Begitu pula saat
baik pemimpin dalam keluarganya sendiri kozoosan mengucapkan「川,出ろ」 (sungai,
maupun dalam masyarakatnya. keluarlah), maka saat itu pula dibelakangnya
terdapat sungai yang mampu
b. Bentuk Ofuda menenggelamkan yamanba. Dengan adanya
Selain dari tokoh utamanya, kedua contoh tersebut, jelas terlihat bahwa
gambaran sistem organisasi sosial dalam cerita Sanmai no Ofuda kekuatan dan
masyarakat Jepang pun siasat Kozoosan sangat menentukan
terlihat dari wujud dan perubahan bentuk perjuangannya, sehingga Kozoosan harus
dari ofuda yang dibawa oleh tokoh utama mampu berfikir cepat untuk menentukan cara
dalam dongeng ini (Kozoosan). Hal tersebut yang tepat menggunakan tiga buah benda
tergambar pada kutipan berikut ini : yang dibawanya agar mampu mengalahkan
「山には、天ぐだの、山んばだ yamanba.
の、こわいものがおる。これ、 Hal-hal tersebut penulis maknai
もっておいき」と、三まいのまも sebagai gambaran keuletan dan rasionalisme
りふだをくれました。( pola pikir masyarakat Jepang. Pada beberapa
Gakken,2004:70) bagian cerita tersirat sebuah sikap yang
Kutipan tersebut menunjukkan menyatakan bahwa dalam menghadapi dan
bahwa wujud / bentuk ofuda sebagai benda menyelesaikan masalah, jimat hanyalah
penolong dalam Sanmai no Ofuda berupa sebagai media yang memperlancar usaha dan
helaian kertas bertuliskan huruf. Bentuk keinginan si pemakai. Kekuatan terbesar
tersebut, selain mengandung unsur ajaran tetap terdapat pada akal manusia. Dengan
agama Budha, juga penulis maknai sebagai akal dan usahanya, manusia dapat mengatur
cerminan dari pola pikir masyarakat Jepang. siasat dan cara menggunakan media penolong
Pola pikir tersebut berpengaruh pada keadaan tersebut secara tepat. Dan hal tersebut yang
masyarakat dan merupakan bagian dari tergambar dalam usaha kozoosan pada saat
menghadapi kesaktian yamanba. Dengan rambut mereka, dan mengenakan pakaian
pemikiran dan siasat, kozoosan yang dalam pendeta Buddha (biksu).)
posisi lemah dan terancam, mampu Para biksu tersebut pada umumnya
menciptakan rintangan yang tepat untuk tinggal di kuil untuk mempraktikkan dan
mengalahkan kekuatan yamanba, sehingga menyebarkan ilmu yang mereka miliki,
ketiga jimat yang dibawanya mampu dia memimpin upacara-upacara keagamaan yang
gunakan untuk menyelamatkan hidupnya. berlangsung di kuil. Selain itu, kadang
mereka pun mendatangi rumah-rumah
(3) Unsur Religi penduduk untuk memimpin upacara
Latar tempat yang digunakan dalam penguburan atau upacara keagaamaan atas
dongeng Sanmai no Ofuda adalah kuil dan permintaan sebuah keluarga.
pegunungan. Hal tersebut tergambar dalam Kozoosan adalah istilah yang
kutipan berikut : digunakan untuk anak laki-laki yang kelak
むかし、ある山でらに、おしょ akan menjadi biksu. Mereka pun tinggal di
うさんと、こぞさんがいました。 kuil Budha bersama dengan oshoosan untuk
(Gakken,2004:70) dididik menjadi seorang biksu. Sambil
mempelajari ajaran-ajaran agama Budha,
こぞうさんは、あやういところ
mereka pun biasanya diberi tugas-tugas yang
をたすかって、おてらにもどりました。 berhubungan dengan kepentingan kuil,
(Gakken,2004:73) seperti membersihkan kuil, membantu
Kedua tempat tersebut penulis menyiapkan keperluan para oshoosan dan
maknai sebagai simbol dari sistem religi juga melaksanakan tugas lainnya yang
masyarakat Jepang. Kuil dan pegunungan berhubungan dengan kuil dan para
bagi masyarakat Jepang merupakan tempat- penghuninya.
tempat yang berhubungan erat dengan Ofuda sendiri merupakan istilah
keberadaan dewa-dewa mereka. Kuil yang berasal dari ajaran agama Budha.
merupakan tempat dimana para pemuka Dalam kepercayaan penganut Budha di
agama memusatkan pengabdiannya pada Jepang, ofuda yang berbentuk kertas/ kain
dewa, sedangkan pegunungan dipercayai dipercaya sebagai jimat yang dapat menjadi
sebagai tempat bersemayamnya dewa-dewa penjaga atau pelindung bagi si pembawanya
penolong mereka. Selain itu dalam dari gangguan yang bersifat gaib. Sementara
kepercayaan Shinto gunung merupakan ofuda yang diceritakan berjumlah tiga buah
tempat yang mempunyai arti penting, karena juga berhubungan dengan kepercayaan
letaknya yang tinggi dianggap berdekatan masyarakat Jepang yang mengganggap angka
dengan dewi matahari. tiga sebagai angka keberuntungan .
Selain menjelaskan latarnya, pada
kutipan di atas pun terdapat istilah oshoosan, (4) Unsur Sistem Mata Pencaharian
kozoosan dan ofuda yang juga merupakan Unsur sistem mata pencaharian
simbol dari religi masyarakatnya. Ketiga masyarakat, yang digambarkan dalam
istilah tersebut merupakan istilah-istilah yang dongeng ini adalah masyarakat yang
berhubungan dengan ajaran-ajaran agama hidupnya bergantung pada hasil pertanian
Budha. Istilah Oshoosan dapat didefinisikan dan hasil laut. Hal tersebut terlihat dari
sebagai berikut. kutipan-kutipan berikut ini
僧は出家して仏門に入った人で、ふつ Sementara dalam dongeng Sanmai no
う髪を剃り、袈裟を着用します。 Ofuda terdapat latar seperti pegunungan,
(Sugiura,1999:172) hutan, sungai, dan sebagainya.
( Soo adalah seseorang yang
meninggalkan keduniawian dan memasuki
dunia yang berhubungan dengan agama
Buddha. Mereka biasanya mencukur habis
Danandjaja, James. 1997. Folklor Jepang :
Dilihat dari Kacamata Indonesia.
4. Simpulan Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.
Sebagai sebuah karya sastra yang
sederhana, dongeng ternyata mampu Gakken, 2004. Mukashi Banashi, Japan :
menyampaikan gambaran kehidupan Gakushu Kenshuusha
masyarakat pada zamannya. Meskipun
dongeng pada setiap negara seringkali Irianti, Sri.1992. “Analisis Perbandingan
mempunyai persamaan dalam alur ceritanya, Minwa dan Cerita Rakyat melalui
namun setiap dongeng akan mempunyai ciri Momotaroo-Putri Timun Mas dan
khas sendiri. Hal ini pun berlaku untuk Tanishi to Kitsune- Kancil dan
Sanmai no Ofuda. Dari hasil kajian yang Siput.” Skripsi Program Bahasa dan
penulis lakukan, dapat disimpulkan bahwa Sastra Jepang Fakultas Sastra
Sanmai no Ofuda lahir dalam masyarakat Universitas Padjajaran. Tidak
tradisional Jepang dari golongan pemuka dipublikasikan.
agama yang sebagian besar masyarakatnya
pada waktu itu adalah masyarakat penganut Junji, Kinoshita.1969. Nihon no Minwa.
agama Budha. Meskipun demikian ritual dan Mainichi Shinbunsha Ensyclopedia
kegiatan mereka dalam kehidupan sehari- Japonica, volume 12. Tokyo :
harinya dipengaruhi juga oleh ajaran agama Shogakuken
Shinto sebagai religi tertua masyarakat
Jepang. Koentjaraningrat. 1975. Kebudayaan,
Meskipun lahir pada masyarakat Mentalitet dan Pembangunan.
tradisional, pola pikir masyarakatnya cukup Jakarta : Gramedia
rasional dan selalu mengkaitkan segala
sesuatu dengan hal-hal yang bersifat logis. ______________. 1984. Kebudayaan Jawa.
Meskipun mereka percaya pada hal-hal yang Jakarta : Balai Pustaka.
bersifat gaib, namun mereka tidak
melepaskan unsur logika dalam menghadapi Matsumura, Akira &
fenomena gaib tersebut. Apa yang Yamaguchi.1986.Kokugo Jiten.
dipaparkan dalam cerita Sanmai no Ofuda Tokyo: Akira Bunsha
mengajarkan pada pembaca usia dini untuk
selalu berusaha secara maksimal dan tidak Sugiura, Yoichi dan John K.Gillespie.1999.
mudah putus asa. Hal tersebut jelas terealisasi Nihon Bunka o Eigo de Shokai suru
dalam kehidupan mereka, sehingga lahir Jiten. Tokyo: Nashimesha
suatu etos kerja keras dan tidak mudah
menyerah sebagai ciri khas dari masyarakat Teeuw. 1983. Membaca dan Menilai Sastra.
Jepang Jakarta : Gramedia

______.1984. Sastra dan Ilmu Sastra.


Daftar Pustaka Jakarta : Pustaka Jaya

Anonim.1998. The Kodansha Bilingual Yanagita, Kunio.1984. Guide to The


Encyclopedia of Japan. Tokyo : Japanese Folktale translated by
Kodansha Internasional Fanny Hagen Mayor. Bloomington :
Indiana University
_______.2002.Gendai Yogo no Kihon
Chisiki. Japan : Jiyu Kokuminsha

Anda mungkin juga menyukai