Anda di halaman 1dari 10

Paper

“EVALUASI KEBIJAKAN PEMELIHARAAN PABRIK GULA


GONDANG SEBAGAI KAWASAN CAGAR BUDAYA DI KABUPATEN
KLATEN”

Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kebijakan Rehabilitasi dan


Pemeliharaan Bangunan
Dosen Pengampu
Dr. techn. Ir. Sholihin As'ad

Oleh :

MUHAMMAD RIZAN ADAM


NIM. S 942008017

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA


PROGRAM PASCA SARJANA
MAGISTER TEKNIK SIPIL
2020
BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pabrik Gula Gondang Winangoen berdiri sejak awal abad ke 19 atau pada tahun
1860. Dahulu pabrik gula ini operasinya kurang lebih lima daerah perkebunan
seperti Ceper, Krapyak, Ketandan, dan sebagainya. Seiring dengan permintaan dan
pertambahan dari kapasitas produksi, maka pabrik gula ini berkembang. Semula
pada tahun 1871 luas dari lahan perkebunan sekitar 207,2 hektar. Tetapi dengan
meningkatnya permintaan gula bertamabah maka pada tahun 1919 perkebunannya
diperluas hingga menjadi 852,2 hektar. Pabrik gula Gondang Winangoen ini
mencapai masa kemajuan pada tahun 1889 hingga tahun 1925. Pada tahun 1930 2
mengalami kemacetan dalam produksinya sehingga untuk sementara berhenti
dalam memproduksi gula. Setelah lima tahun kemudian pabrik gula ini mulai
beroperasi lagi. Pabrik Gondang Winangoen yang sudah memproduksi gula lagi,
tetapi karena suatu hal pabrik ini mulai vakum lagi selama dua tahun yaitu selama
tahun 1946 sampai dengan 1948. Pabrik Gondang Winangoen ini salah satu pabrik
dalam memproduksi gula menggunakan mesin tradisional. Dengan menggunakan
mesin uap dari masa revolusi industri dan hingga saat ini mesin tersebut masih ada.
Saat ini pabrik gula Gondang Winangoen sudah tidak beroperasi. Karena tebu yang
di pabrik tersebut tidak banyak. Hasil dari produksi tersebut biasanya dikembalikan
oleh para petani di daerahdaerah yang mengirimkan tebu ke pabrik Gondang. Di
dalam pabrik ini juga terdapat tanaman berbagai macam jenis obat-obatan. Dengan
sedikitnya produksi yang ada dan untuk mengalihkan fungsinya, maka
administrartur dari pabrik gula yang bernama Hanung berinisiatif untuk membuat
wisata di pabrik gula ini dengan memberi nama “Cagar budaya Gondang
Winangoen”. Wisata tersebut termasuk baru di kota Klaten karena baru dibuka
mulai tanggal 15 September 2009.

1.2. Rumusan Masalah


a. Bagaimana kondisi bangunan Pabrik Gula Gondang Winangoen yang sudah
lama tidak beroperasi dan terbengkalai untuk di rehabilitasi
b. Bagaimana kebijakan tentang penangan cagar budaya pabrik gula gondang
sesuai dengan peraturan perundang - undangan yang ada
1.3. Tujuan Penelitian
a) Bagaimana kondisi bangunan Pabrik Gula Gondang Winangoen yang sudah
lama tidak beroperasi dan terbengkalai untuk di rehabilitasi
b) Bagaimana kebijakan tentang penangan cagar budaya pabrik gula gondang
sesuai dengan peraturan perundang - undangan yang ada

BAB 2 DASAR TEORI

2.1. Bangunan Cagar Budaya

Peninggalan bersejarah dapat dibedakan menjadi dua yaitu peninggalan yang


nampak (tangible heritage) maupun tak nampak (intangible heritage). Unsur-unsur
seperti nilai, norma, keyakinan, konsep, atau cita rasa yang bersifat abstrak
termasuk dalam intangible heritage. Sedangkan yang termasuk dalam tangible
heritage adalah unsur-unsur yang bersifat kebendaan berupa benda buatan manusia,
maupun bangunan-bangunan. Peninggalan peninggalan yang berharga tersebut
mempunyai nilai historis dan merupakan penanda kelahiran dari suatu kawasan
perkotaan. Bangunan cagar budaya merupakan salah satu bagian dari kekayaan
warisan budaya yang termasuk dalam tangible heritage. Bangunan cagar budaya
atau bangunan bersejarah merupakan istilah yang digunakan untuk
menggambarkan suatu bangunan yang memiliki nilai-nilai berharga. Dalam buku
panduan pelestarian bangunan cagar budaya dijelaskan bahwa bangunan cagar
budaya adalah segala bentuk bangunan yang berupa kesatuan atau kelompok, yang
berumur 50 (lima puluh) tahun atau lebih, atau mewakili masa gaya bangunan yang
khas dan mewakili masa gaya bangunan yang berumur 50 (lima puluh) tahun atau
lebih, serta dianggap mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, dan
kebudayaan. (Panduan Pelestarian Bangunan Warisan Budaya, 2009: 3)

Kriteria sebuah bangunan dikatakan sebagai cagar budaya adalah apabila


memenuhi ketentuan sebagaimana tertuang pada Undang-Undang Nomor 11 tahun
2010 tentang Cagar Budaya yaitu:
1. berusia 50 (lima puluh) tahun atau lebih;
2. mewakili masa gaya paling singkat berusia 50 (lima puluh) tahun;
3. memiliki arti khusus bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama,
dan/atau kebudayaan; dan
4. memiliki nilai budaya bagi penguatan kepribadian bangsa.

2.2. Pelestarian Cagar Budaya

Pentingnya pelestarian benda cagar budaya telah diamanatkan oleh Undang-


Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya, serta
Piagam Pelestarian Pusaka Indonesia 2003 juga Peraturan Daerah Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta Nomor 11 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Kawasan Cagar
Budaya dan Benda Cagar Budaya untuk Provinsi Yogyakarta. Kegiatan pelestarian
bangunan cagar budaya perlu dilakukan untuk melindungi bangunan yang
mengandung nilai budaya dan memanfaatkannya untuk memajukan kebudayaan
Nasional Indonesia. Menurut Piagam Burra, kegiatan pelestarian perlu dilakukan
karena tempat-tempat bersignifikansi budaya memperkaya kehidupan manusia,
sering memberikan ikatan rasa yang dalam dan inspirasional kepada masyarakat
dan lansekapnya, kepada masa lalu dan berbagai pengalaman hidup. Tempat-tempat
itu adalah rekaman sejarah yang penting sebagai ekspresi nyata dari identitas dan
pengalaman suatu kota. Nilainya tidak tergantikan dan sangat berharga (Piagam
Burra, 1979: 1) Budiarjo mengatakan bahwa bangunan cagar budaya memerlukan
perlindungan dan pelestarian karena bangunan-bangunan kuno tersebut dinilai
mempunyai arti penting dilihat dari keunikan, estetika, pengetahuan bagi generasi
masa lalu, sekarang dan masa depan (http://fis.um.ac.id/blog) Pelestarian bangunan
cagar budaya diperlukan mengingat benda ini library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 18
merupakan aset nasional yang dapat dipergunakan dalam jangka yang lama,
misalnya untuk rumah tinggal maupun fasilitas umum. Upaya pelestarian benda
cagar budaya (BCB) berupa bangunan gedung merupakan suatu langkah strategis
di dalam kerangka kerja pembangunan sebuah kota. Hal ini tentu dikarenakan
bahwa upaya pelestarian tersebut akan dapat menjamin mewariskan kaidah atau
nilai-nilai yang terkandung di dalam bangunan itu beserta lingkungannya secara
berkesinambungan. Itu sebabnya, sebagai bagian dari sejarah perkembangan kota,
diperlukan rasa memiliki dari pemerintah juga masyarakat. Pelestarian bangunan
cagar budaya sebagai aset bangsa, pada dasarnya dapat mengarahkan daya kreatif
masyarakat pengguna ke arah terbukanya wawasan intelektual. Sedangkan pada
pasal 3 Undang – Undang Republik Indonesia No. 11 tahun 2010 tentang Cagar
Budaya diuraikan bahwa pelestarian cagar budaya bertujuan:
a. melestarikan warisan budaya bangsa dan warisan umat manusia
b. meningkatkan harkat dan martabat bangsa melalui cagar budaya
c. memperkuat kepribadian bangsa
d. meningkatkan kesejahteraan rakyat, dan
e. mempromosikan warisan budaya bangsa kepada masyarakat internasional

BAB 3 PEMBAHASAN

3.1. Tinjauan Lokasi Pabrik Gula Gondang

Jalan jogja-solo merupakan jalan penghubung antara kota solo dan kota jogja. Jalan
besar yang menjadi akses utama dari kota solo–jogja ini merupakan tempat yang
sangat strategis. Banyak warung-warung, toko, kedai makanan, fast food, bahkan
toko pakaian dan toserba pun ramai memenuhi sepanjang jalan jogja-solo. Tak
jarang pengendara baik dari dalam maupun luar kota mampir, hanya untuk sekedar
makan dan beristirahat, maupun menjadi tujuan perjalanan. Letak stategis inilah
yang seharusnya di manfaatkan dengan baik untuk pengadaan banguna –bangunan.

3.2. Analisis Bangunan Cagar Budaya

Analisis Bangunan Cagar Budaya, bertujuan untuk mengetahui kondisi fisik tiap
bangunan penting pada kawasan perencanaan. Analisis tersebut berupa penilaian
dan pembobotan terhadap tiap bangunan di kawasan rencana berdasarkan kriteria
bangunan sebagai Bangunan Cagar Budaya. Analisis ini berguna untuk menerapkan
rekomendasi rekomendasi yang menjadi dasar Revitalisasi di kawasan
perencanaan, utamanya terkait dengan penanganan pada tiap bangunan.

3.3. Data Kondisi Bangunan

Pabrik Gula (PG) Gondang Baru terletak di Jalan Raya Yogyakarta – Surakarta,
Desa Plawikan (Gondang Winangun), Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten,
Provinsi Jawa Tengah, atau sekitar 5 km dari Kota Klaten ke arah Yoyakarta.

Pabrik Gondang merupakan pabrik yang dibangun pada masa penjajahan Belanda
pada tahun 1886. Pabrik Gula Gondang merupakan salah satu di antara 180 pabrik
gula lain di Pulau Jawa yang masih aktif.

Kondisi bangunan yang telah berusia 130 tahun tentunya mengalami beberapa
kerusakan. Perlunya pemeliharaan untuk menjaga salah satu bangun bersejarah dan
merupakan Kawasan cagar budaya di Kota Klaten.

Kerusakan Tidak Parah Presentase


Komponen Parah Kerusakan
1. Struktur
- Pondasi √ - 30 %
- Lantai - √ 60 %
- Dinding √ - 40 %
- Atap - √ 65 %
2. Detail
Arsitektur
- Pintu √ - 30 %
- Jendela - √ 60 %
- Ornamen - √ 60 %
Gambar . Kondisi Pabrik Gula Gondang
Dari hasil analisis data bangunan pabrik gula gondang winangoen dapat di ambil hasil
bahwa Bangunan Pabrik, mengalami kerusakan yang tidak parah pada dinding, masih
terdapat mesin mesin yang sudah tidak beroperasi, kondisi atap cukup parah.

3.4. Peran Pemerintah Pusat dalam Pemeliharaan Pabrik Gula Gondang


Berdasarkan Undang Undang Nomor 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya Pasal 1
angka 3: “Bangunan Cagar Budaya adalah susunan binaan yang terbuat dari benda
alam atau benda buatan manusia untuk memenuhi kebutuhan ruang berdinding
dan/atau tidak berdinding, dan beratap.” Pabrik Gula Gondang termasuk bangunan
cagar budaya yang perlu dipelihara dan dilestarikan.

Berdasarkan Undang Undang Nomor 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya


Pasal 75
1) Setiap orang wajib memelihara CB yang dimiliki dan/atau dikuasainya.
2) CB yang ditelantarkan oleh pemilik dan/atau yang menguasainya dapat dikuasai
oleh Negara.
Pasal 76
1) Pemeliharaan dilakukan dengan cara merawat.
2) Dapat dilakukan di lokasi asli atau di tempat lain, setelah lebih dahulu
didokumentasikan secara lengkap.
3) Perawatan dilakukan dengan pembersihan, pengawetan, dan perbaikan dengan
memperhatikan keaslian bentuk, tata letak, gaya, bahan, dan/atau teknologi CB.
4) Perawatan CB yang berasal dari air harus dilakukan sejak proses pengangkatan
sampai ke tempat penyimpanannya dengan tata cara khusus.
5) Pemerintah dan Pemda dapat menempatkan juru pelihara untuk melakukan
perawatan CB.

Menurut peraturan diatas bahwa perawatan dapat dilakukan oleh pemerintah pusat
maupun pemda setempat, diperlukan koordinasi dan Kerjasama antara stakeholder
terkait untuk merawat bangunan cagar budaya ini.

3.5. Peran Pemda Setempat dalam Pengelolaan Pabrik Gula Gondang

Pemerintah daerah klaten mempunyai peraturan daerah kabupaten klaten nomor 9 tahun
2019 tentang pengelolaan dan pelestarian cagar budaya. Mengacu pada peraturan ini
pemerintah daerah sangat berperan besar dalam menjaga Kawasan cagar budaya di
daerahnya.

3.6. Usulan Perawatan terhadap Pabrik Gula Gondang

Berdasarkan Undang Undang Nomor 11 tahun 2010 pasal 77


(1) Pemugaran Bangunan Cagar Budaya dan Struktur Cagar Budaya yang rusak
dilakukan untuk mengembalikan kondisi fisik dengan cara memperbaiki,
memperkuat, dan/atau mengawetkannya melalui pekerjaan
rekonstruksi,konsolidasi, rehabilitasi, dan restorasi.

Pabrik Gula Gondang mengalami beberapa kerusakan struktural berat yaitu


dibagian atap dan lantai. Kerusakan ini bisa membahayakan bangunan itu sendiri
dan juga orang atau penduduk sekitar. Perlu dilakukan tindakan agar fungsi dan
keamanan bangunan cagar budaya ini kembali ke kondisi mantap. Pekerjaan yang
dipilih adalah melakukan rehabilitasi bangunan , ini dipilihan karena bangunan
mengalami kerusakan yang cukup berat tetapi belum sampai roboh atau ambruk.

Kerjasama antara pemerintah pusat dan pemda setempat diperlukan untuk


mendapatkan hasil yang optimal. Pembiayaan yang diperlukan dapat diambil dari
APBN maupun APBD .
BAB 4 KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dari pembahasan dapat diambil kesimpulan sebagai


berikut:

1) Pabrik Gula Gondang merupakan salah satu bangunan cagar budaya yang perlu
dirawat dan dijaga eksistensinya. Bangunan ini merupakan salah satu
peninggalan sejarah dan juga landmark Kota Klaten
2) Pabrik Gula Gondang mengalami beberapa kerusakan , baik kerusakan
struktural dan juga kerusakan arsitektural. Kerusakan terbesar terjadi di bagian
lantai dan bagian atap. Bagian lantai mengalami kerusakan sebesar 60 % dan
bagian atap sebesar 65 %
3) Peran Pemerintah melalui implementasi isi dari UU No 11 tahun 2010
diperlukan untuk merawat pabrik gula gondang ini .
4) Pemerintah Daerah Klaten juga berperan melalui peraturan daerah kabupaten
klaten nomor 9 tahun 2019 untuk merawat pabrik gula gondang.
5) Kerjasama antara pusat dan daerah diperlukan agar terjadinya diharmonisasi dalam
merawat pabrik gula gondang ini
6) Rehabilitasi diperlukan untuk meningkatkan bangunan ke kondisi mantap dan aman.

4.2 Saran

Kerjasama antara pemerintah pusat dan daerah perlu ditingkatkan lagi agar dapat
melakukan pengelolaan bangunan cagar budaya dengan lebih baik, sehingga bisa
membuat bangunan cagar budaya lebih berguna bagi kepentingan bangsa dan
negara.

Anda mungkin juga menyukai