PENDAHULUAN
1.1 Maksud
Pedoman Keselamatan, Kesehatan & Lingkungan Kerja Proyek ini menggambarkan
kerangka kerja tempat PT Permata Graha Nusantara akan beroperasi sesuai tujuan
dan target yang diatur bagi proyek guna memastikan kepatuhan dengan persyaratan
HSSE PT Permata Graha Nusantara. Risiko K3 yang terkait proyek harus dikelola
guna memenuhi persyaratan perundangan Indonesia, menyediakan tempat kerja yang
selalu aman dan sehat, serta meraih level kinerja K3 yang tertinggi.
2. PENGERTIAN
Risiko yang dapat diterima – risiko yang telah dikurangi hingga level yang dapat
ditolerir oleh suatu organisasi dengan memperhatikan kewajiban hukum dan kebijakan
K3-nya sendiri.
Kepatuhan – adalah keadaan seseorang atau sesuatu sesuai dengan pedoman,
spesifikasi, atau perundangan yang ada.
Bahan Beracun & Berbahaya – Bahan kimia dan zat lain yang dalam salah satu atau
beberapa bentuknya (padat, cair, atau gas) berpotensi menyebabkan kerusakan pada
orang, lingkungan atau masyarakat.
K3PL – Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Pengamanan serta Lingkungan
Insiden – peristiwa terkait kerja tempat munculnya, atau dapat munculnya kerusakan
lingkungan, cidera atau penyakit (seberapa pun parahnya) atau kematian.
Pihak yang berkepentingan, eksternal/ internal – orang atau sekelompok orang yang
diatur atau terdampak oleh kinerja K3LH Proyek, mis., lembaga swadaya masyarakat,
pemilik tanah lokal, pejabat berwenang, klien dan sub kontraktor, pekerja, wakil
rakyat, dll.
JSA – Job Safety Analysis – suatu proses identifikasi bahaya dan kendali yang
diperlukan bagi tugas tertentu guna mengurangi risiko ke level yang dapat diterima.
Meliputi analisa dan penilaian lingkungan.
MSDS – Lembar Data Keselamatan menggambarkan ciri dan penggunaan yang aman
suatu zat atau produk, mis., bahaya kesehatan, tindakan pencegahan, P3K, dll.
APD – alat pelindung diri.
Prosedur – cara khusus melakukan suatu kegiatan atau proses.
Proyek – mengacu pada semua kegiatan dan personel yang berada dalam cakupan kerja
proyek PT Permata Graha Nusantara.
IBPR – Problem Identification and Corrective Action – Identifikasi Masalah dan
Tindakan Koreksi.
Kendali operasional tambahan khusus bagi cakupan kerja di Proyek akan disediakan
oleh PT Permata Graha Nusantara, yang juga meliputi jika ada persyaratan khusus
Klien sebagai cakupan proyek yang tertulis di kontrak
Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan manajemen atas bagi
perbaikan berkelanjutan dari kinerja keselamatan & kesehatannya, hingga memahami
dampak kegiatan bisnisnya pada masyarakat lokal serta hingga menanggulangi isu
K3 yang muncul dari kegiatan bisnisnya. Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja serta Lingkungan Hidup PT Permata Graha Nusantara ditandatangani oleh
Presiden Direktur.
Penilaian ini akan berdasarkan Cakupan Pekerjaan dan informasi yang ada dari
dokumen kontrak, informasi yang disediakan Klien dan dokumen perundangan.
Penilaian risiko K3 dibuat oleh tim dan harus disetujui oleh Project Manager saat
proyek dimobilisasi dan setelahnya minimal setiap tahun.
Tinjauan harus dibuat setelah peristiwa seperti laporan insiden K3, perubahan
Cakupan Pekerjaan, Kewaspadaan K3 dari proyek PT Permata Graha Nusantara
lainnya, serta perubahan persyaratan perundangan. Ini akan memastikan aspek dan
dampak baru yang layak digunakan untuk mengurangi dampak. Pada penyusunan
JSA penekanannya selalu ada di dirarki kendali dengan penerapan Pengendalian
Bahaya
Gambar 2. Hirarki Kendali Risiko
Bagi semua bahaya dengan peringkat risiko menengah atau lebih, harus
dipertimbangkan tindakan pengendalian tambahan sesuai hirarki kendali guna
memastikan paparan risiko telah dikurangi serendah mungkin.
LIKELIHOOD / KEMUNGKINAN (L)
1 2 3 4 5
SEVERITY / KEPARAHAN (S)
Laporan bahaya (Green Card) harus diserahkan bagi semua bahaya yang diidentifikasi
dan tak dapat dikendalikan saat diidentifikasi, selain penggunaan tindakan
pengendalian sementara. Supervisor Kontraktor bertanggung jawab bagi proses ini dan
Supervisor PT Permata Graha Nusantara dari area itu harus memberi tahu Site Project
Manager. PO Pelaporan Bahaya
Supervisor PT Permata Graha Nusantara yang mengendalikan site bertanggung jawab
memastikan ada tindakan yang telah dilakukan guna mengendalikan bahaya dan
bahaya itu dilaporkan ke PT Permata Graha Nusantara SHE Superintendent dan Site
Project Manager.
Profil Bahaya/ Risiko Proyek
Semua bahaya dan risiko yang diidentifikasi harus dicatat di Profil Risiko
proyek. Profil ini harus mencatat insiden, audit dan bahaya sesuai persyaratan
Pelaporan Insiden dan Bahaya. Harus dilakukan audit guna memantau
efektivitas dan kepatuhan pada kendali yang dirinci di profil tersebut.
Persyaratan K3 proyek meliputi hal yang ditentukan oleh Pemerintah RI, yang disetujui
Klien dan PT Permata Graha Nusantara, serta yang ditentukan oleh PT Permata Graha
Nusantara sesuai tekat Perusahaan bagi pengelolaan K3 yang bertanggung jawab.
Proyek harus selalu terkini dengan perubahan apa pun pada persyaratan dengan
mengecek daftar hukum perusahaan, laman daring pemerintah terkait, serta komunikasi
langsung dengan badan yang terkait.
Proyek harus memastikan hawa aspek K3PL dari cakupan pekerjaannya dikelola agar
membantu mencapai tujuan dan target perusahaan, memenuhi persyaratan Klien dan
utamanya melengkapi niat dari Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja,
Pengamanan Lingkungan Hidup PT Permata Graha Nusantara.
Data harus dikumpulkan guna secara berkala menilai kinerja dari tujuan target K3.
SHE Superintendent proyek & Project Manager harus melaporkan kinerja K3 secara
berkala sesuai STD/ 09/ 009/ SHE (rev 3.0) – Monthly Report and SHE Statistic.
4.4 Program K3
Rencana Pengelolaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Proyek (RPK3P) ini akan
dikembangkan khusus bagi Proyek Pengembangan Lampunut serta harus dikelola
sebagai dokumen hidup, tunduk pada sistem kendali dokumen, revisi dan perubahan
berkala guna mencerminkan perubahan pada lingkungan proyek.
Perubahan pada RPK3P ini harus dikordinasikan dengan [OWNER NAME] Site
Project Manager pada tahap konstruksi dengan berkonsultasi dengan Penasihat
Keselamatan dan Kesehatan Kerja proyek yang akan mengkomunikasikan revisi ke
pihak yang layak sesuai daftar distribusi komunikasi proyek yang ditentukan di RPK3P
ini. Dilarang mengubah tanpa izin dari Site Project Manager atau Manajer yang terkait.
5. PENERAPAN
5.1 Bagan Organisasi Proyek
Struktur organisasional dari Proyek PT Permata Graha Nusantara dan level staff
keseluruhannya diidentifikasi di Rencana Pengelolaan Proyek.
5.2.3 Supervisor
Supervisor memastikan persyaratan K3 Proyek dipatuhi di tempat kerja setiap
harinya di lokasi kerja atau tugas yang ada dalam kendalinya. Supervisor harus
memiliki pengetahuan yang baik tentang Rencana K3 Proyek, serta tentang cara
akan bekerja guna menghasilkan tempat kerja yang sehat dan aman. Supervisor
akan bekerja sama dengan Klien, Staff K3 Site, sub kontraktor PT Permata Graha
Nusantara, serta kontraktor Klien lainnya guna membangun budaya K3 yang positif
di site.
Tanggung jawab utama lainnya adalah:
menerapkan persyaratan RK3P, Prosedur, dan JSA pada area kerjanya guna
mengelola risiko K3 sesuai ketentuan dan perundangan terkait lainnya, serta
penerapannya di proyek;
mengidentifikasi bahaya di tempat kerja yang ada dalam kendalinya, serta
mengendalikan risiko K3 apa pun lewat perkakas K3 lain apa pun, mis.,
melakukan Identifikasi Bahaya, P5M, JSA, inspeksi;
memberi instruksi tepat tentang cara melakukan aktivitas risiko tinggi sesuai
persyaratan, serta memastikan semua izin ada, jika perlu, memastikan semua
anggota kru memiliki kualifikasi yang layak dan kompeten untuk melakukan
tugas yang diberikan, memberikan pelatihan praktik jika perlu; serta
berkomunikasi dengan Manajer, kontraktor Klien lainnya dan dengan
Supervisor lain bagi shift yang berjalan dan selanjutnya tentang insiden K3,
kendali yang ditentukan, bahaya yang muncul serta kendali baru/ tambahan apa
pun yang telah diterapkan.
oyek
Fungsi
Dari manajemen site, personel K3, tenaga kerja umum dan sub kontraktor, Komite
K3LH Proyek PT Permata Graha Nusantara akan disusun guna melakukan fungsi
berikut:
membahas kebijakan K3 dan merekomendasikan pemakaiannya oleh
manajemen;
mengidentifikasi kondisi dan praktik tidak aman, serta menentukan
penanggulangannya;
menjadi forum untuk dapat mengajukan rekomendasi K3LH, menugaskan
tindakan dan memantau perkembangan;
menyampaikan pesan K3 ke anggota komite, yang nantinya akan
menyampaikan pesan ini ke tenaga kerja umum guna memupuk praktek dan
kepatuhan yang seragam di keseluruhan Proyek;
merangsang dan memelihara minat staff pengawas, serta tetap memberitahukan
perihal K3 ke mereka;
merangsang dan memelihara minat karyawan/ pekerja, serta meyakinkan
mereka bahwa kerja sama mereka diperlukan guna mencegah kecelakaan;
menjadikan kegiatan K3 bagian manunggal dari kebijakan dan metode
operasional, serta suatu fungsi operasi;
menyediakan kesempatan guna secara bebas membahas kecelakaan, insiden,
bahaya dan tindakan pencegahan; serta
mengawali rencana promosi K3, serta mengatur target bagi kampanye
peningkatan K3.
5.3 Kompetensi, Pelatihan dan Kepedulian
Pengelolaan K3 di tempat kerja memberikan tugas bagi Perusahaan untuk:
a. Mempertimbangkan kemampuan karyawan terkait pengetahuan dan kompetensi K3;
b. Menyediakan pelatihan K3LH yang memadai.
Suatu matriks pelatihan akan dipelihara di site guna mengidentifikasi:
Kualifikasi yang dimiliki tiap individu.
Pelatihan K3 wajib yang diperlukan.
Persyaratan pelatihan khusus.
5.4 Komunikasi, Partisipasi dan Konsultasi
Proyek harus memenuhi persyaratan yang diatur di prosedur komunikasi Klien dan PT
Permata Graha Nusantara untuk berkonsultasi, berpartisipasi, dan menyampaikan
informasi K3 yang terkait ke semua pihak (Klien, tenaga kerja, divisi lain, proyek, dll),
seperti ang disebutkan di SOP/ 09/ 009/ SHE (rev 1.0) - SHE Communication.
5.5 Dokumentasi
5.5.1 Dokumentasi Sistem K3 & Interaksi dengan Sistem Lain
Rencana Pengelolaan Proyek menunjukkan struktur Perusahaan dan sistem
Pengelolaan Proyek. Rencana Keselamatan & Kesehatan Kerja Proyek (RK3P)
adalah dokumen penghubung antara Peraturan Perusahaan dan persyaratan Khusus
Proyek , serta mengidentifikasi level dokumentasi berikut yang harus digunakan
sebagai perkakas mengoperasikan sistem K3 di Proyek.
Memasang Cocomesh
Pasang cocomesh di lokasi yang ditentukan dan dipersiapkan. Pasang pasak kayu
di titik yang ditentukan agar cocomesh tetap di tempatnya yang ditentukan.
6.6 Mengangkat & Menopang Muatan
Semua alat ikat dan angkat harus diinspeksi per tiga bulan oleh orang yang kompeten
(rigger yang cakap) yang informasinya harus dicatat dan dipertahankan dalam Catatan
Inspeksi Alat Angkat dan Ikat. Semua alat angkut harus dilabeli, dengan warna di label
dan/ atau identifikasi alat angkatnya sesuai dengan kode warna label alat listrik di site.
Sertifikat pengetesan harus dipertahankan di arsip bagi semua alat.
Tindakan pengendalian:
Siapa pun dilarang mengangkat atau menopang muatan kecuali jika mereka
mengetahui bahwa alat angkat atau topang memadai bagi bebannya & dalam
kondisi kerja yang aman.
Dilarang mengangkat muatan di atas orang, & pastikan tidak ada orang yang
berdiri atau diposisikan di bawah muatan yang tergantung atau yang tidak
ditopang.
Pengecekan pra-start harus dimulai sebelum mengoperasikan alat di awal tiap shift.
Semua crane dan alat angkat (termasuk kawat baja dan rantai) yang digunakan di
site harus disertifikasi dengan benar dan diperiksa sebelum setiap penggunaan.
Dilarang menggunakan alat angkat yang rusak.
Crane dan excavator yang rebah di site adalah bahaya utama. Ini umumnya karena
kondisi permukaan yang buruk selama penggalian dan persiapan pengoperasian.
Tindakan pengendalian:
Rencanakan lokasi akses dan penempatan yang benar ke plant dengan
mempertimbangkan area apa pun yang berpotensi masalah, mis. di dekat tepian
penggalian, struktur bawah tanah yang ada, dll.
Siapkan prosedur pengoperasian dan komunikasikan ke staff garis depan dan para
pekerja.
Cek pengesahan sertifikat insinyur profesional yang terdaftar bagi crane dan
excavator sebelum digunakan.
Pekerjakan operator crane dan excavator yang memiliki izin.
Tunjuk spotter yang terlatih benar guna memandu crane dan excavator yang
bergerak guna memastikan penopang permukaan yang baik.
Lakukan pengecekan pra-pemakaian berkala oleh orang yang kompeten.
Kegagalan operasi pengangkatan adalah bahaya utama lainnya. Ini umumnya karena
penggunaan perangkat angkat yang sering dan masalah pengoperasian plant.
Tindakan pengendalian:
Siapkan prosedur pengoperasian dan komunikasikan ke staff garis depan dan para
pekerja.
Pekerjakan operator yang kompeten.
Cek pengesahan sertifikat insinyur profesional yang terdaftar bagi perangkat
angkat sebelum digunakan.
Lakukan pengecekan pra-pemakaian pada kondisi perangkat angkat sebelum tiap
pemakaian.
Dilarang melebihi muatan kerja yang aman (SWL - Safe Working Load).
Tunjuk spotter yang terlatih benar.
Sediakan tali panduan guna mengendalikan ayunan muatan yang diangkat.
Pelihara perangkat angkat secara benar setiap kali selesai digunakan.
6.7 Bekerja di Ketinggian
Dilarang melakukan pekerjaan di ketinggian tanpa JSA yang telah dilengkapi dan
disetujui oleh Site Supervisor dari Kontraktor dan mendapatkan Izin Kerja di
Ketinggian dari Project Manager PT Permata Graha Nusantara di site.
Tangga akan didaftar di site, mematuhi perundangan, dan dalam kondisi yang baik.
Tindakan pengendalian:
Dilarang bekerja jika ada potensi jatuh lebih dari 1.8m tanpa pelindung jatuh (mis.
akses yang aman, platform kerja, perancah, harness, double lanyard, tali statik, titik
tambat, dll.).
Hanya gunakan akses, alat pencegah jatuh & pelindung jatuh jika diinspeksi &
aman digunakan.
Dilarang memasuki zona eksklusi saat pekerja bekerja di atas Anda, atau ada
potensi benda jatuh. Dilarang meninggalkan tonjolan tanpa pelindung atau
penutup.
Semua orang yang terlibat di kerja di ketinggian (kegiatan apa pun saat orang dapat
jatuh lebih dari 1.8 meter) harus kompeten/ terlatih/ bersertifikat untuk bekerja di
ketinggian.
Semua orang yang harus bekerja di ketinggian harus mendapat instruksi yang
memadai dalam menerapkan dan memelihara alat penahan jatuh yang terkait,
termasuk penyelamatan orang yang mungkin jatuh (mis. bergantung terbalik pada
safety harness). Rencana dan alat penyelamatan, serta personel penyelamatan yang
cukup terlatih harus ada bagi tugas bekerja di ketinggian jika dianggap perlu oleh
penilaian risiko, serta persyaratannya ditulis di JSA.
6.8 Pekerjaan Pemeliharaan & Energi Berbahaya
Saat melakukan pekerjaan pemeliharaan, perlu melepaskan atau mengisolasi energi
berbahaya apa pun pada plant. Berikut adalah persyaratan kepatuhan minimal yang
harus dipahami semua personel site terkait prosedur isolasi/ pelabelan di site.
Tindakan pengendalian:
Selalu terapkan gembok isolasi dan label bahaya pribadi Anda ke titik isolasi yang
ditentukan saat melakukan pekerjaan pemeliharaan atau perbaikan pada alat mesin/
plant/ alat apa pun saat ada kemungkinanan energy bahaya terbebas.
Dilarang melepas gembok isolasi atau label bahaya pribadi orang lain kecuali jika
telah mendapat izin tertulis dari Project Manager atau yang setara.
Selalu terapkan label rusak (Out of Service) jika menemukan plant atau alat yang
tidak aman untuk digunakan.
Label Rusak (Out of Service) hanya dapat dilepas setelah alat bergerak/ alat mesin
diperbaiki & diinspeksi & hanya oleh orang cakap yang melakukan perbaikan.
Mengacu ke STD/ 12/ 023/ SHE (rev 3.0) - Lock Out Tag Out System
7. PENGECEKAN - Tinjauan
7.1 Pengukuran Kinerja dan Kendali Pemantauan
Telah dikembangkan dokumen guna merinci siapa, apa, kapan dan cara beragam
kendali K3 harus diinspeksi dan diuji guna menyakinkan bahwa kendali diterapkan dan
dipertahankan dengan benar.
PT Permata Graha Nusantara dan sub kontraktornya harus selalu menjaga area kerja
terbebas dari bahaya yang dapat mempengaruhi K3 pekerja. Ini harus dilakukan
dengan pemantauan berkelanjutan pada site kerja oleh personel site.
a) Kelilingi suatu site kerja, guna mengamati kerja secara kritis khususnya yang
sedang dilakukan dan kondisi tempat kerjanya (kondisi K3 maupun fisiknya);
b) Hal khusus yang harus diamati didaftar di Daftar Periksa Inspeksi K3. Tindakan/
kondisi tidak aman apa pun yang diamati harus didokumentasikan di daftar periksa
bersama tindakan perbaikan yang dilakukan guna memperbaikinya;
7.2 Pelaporan
Laporan Bulanan Proyek yang merinci isi K3LH harus diserahkan oleh SHE
Superintendent sesuai Laporan Bulanan Proyek, lih. STD/ 09/ 009/ SHE (rev
3.0) – Monthly Report and SHE Statistic.
7.3. Investigasi Insiden
Kecelakaan dan insiden akan dilaporkan dan diinvestigasi sesuai Safety
Procedure SOP/ 09/ 004/ SOP (rev 3.0) – Incident Reporting and Investigation.
Jika terjadi insiden, nyaris celaka, cidera P3K yang berulang atau
ketidakpatuhan lainnya, Project Manager, bersama dengan Panitia K3 jika bias,
akan menginjau kendali yang layak.
Semua kecelakaan/ insiden harus diinvestigasi sesegera mungkin setelah terjadi.
Form investigasi dan pelaporan kecelakaan/ insiden dapat diambil di SHE/ F-
052 (rev 4.1) Incident Investigation Report.
7.4 Ketidakpatuhan, Tindakan Koreksi & Tindakan Pencegahan
Saat diketahui tidak mematuhi persyaratan K3, produk, material, alat atau praktik kerja
akan dilaporkan ke SHE Superintendent dan Project Manager yang akan menentukan
tindakan koreksi guna membenahi isu tanpa ditunda. Jika pembenahan tidak langsung,
Project Manager akan menerapkan tindakan guna memecahkan situasi ini.
8. ACUAN
8.1 Internal
BMMU/ SHE/ 09/ 001/ MAN Manual Sistem Manajemen Keselamatan
Pertambangan
STD/ 09/ 009/ SHE..............Monthly Report and SHE Statistic
STD/ 09/ 006/ SHE..............Fit to Work for Employee and Employee Candidate
9.LAMPIRAN
9.1 Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan Hidup