Dosen Pengampu:
Disusun Oleh:
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
nikmat yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Taqwim WaI khtibar
dengan judul Analisis Butir Soal. Harapan kami semoga makalah ini bisa memberikan
manfaat bagi para pembaca. Sehingga dengan Makalah Tentang Analisis Butir Soal ini
kita bisa memberikan sedikit ilmu dan pengetahuan pada para pembaca.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna,
untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca agar
menjadi lebih baik di masa yang akan datang.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB I 4
PENDAHULUAN 4
A.Latar Belakang Masalah 4
2
B.Rumusan Masalah 4
BAB II 6
PEMBAHASAN 6
A.Pengertian Analisis Butir Soal 6
B.Tujuan Analisis 7
C.Teknik Analisis Butir Soal 8
1. Taraf Kesukaran Soal 8
2. Daya Pembeda 12
3. Pola jawaban soal (distractor function) 13
BAB III 14
PENUTUP 14
A.Kesimpulan 14
B.Saran 14
DAFTAR PUSTAKA 15
BAB I
PENDAHULUAN
3
pencapaian tujuan, tingkat penguasaan materi belajar, kekuatan,
kelemahan siswa dalam belajar, serta kekuatan-kelemahan guru dalam
proses pembelajaran yang dikembangkan. Walaupun evaluasi dianggap
penting dan sudah merupakan pekerjaan rutin guru, namun dalam
kenyataan sehari-hari di lapangan sistem evaluasi dalam pembelajaran
bukan berarti tanpa persoalan. Berdasar pengamatan sepintas di lapangan,
beberapa persoalan tersebut paling tidak berkaitan dengan pemahaman
konsep dasar evaluasi, pelaksanaan dan pemanfaatannya, serta evaluasi
program pengajaran.
Dalam melakukan evaluasi terhadap alat pengukur yang telah
digunakan untuk mengukur keberhasilan belajar dari para peserta didiknya
(muridnya, siswa, mahasiswa dan lain-lain). Alat pengukur dimaksud
adalah tes hasil belajar, yang sebagai mana telah kita maklumi, batang
tubuhnya terdiri dari kumpulan butir-butir soal (item, tes). Dalam
aplikasinya mempunyai fungsi dan peranan yang sangat penting dalam hal
untuk mengetahui tujuandaripembelajaran yang ingin dicapai.
Dan dari uraian di atas maka penulis akan memaparkan
makalah yang berjudul “Analisis Butir Soal”.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas maka dapat kita rumuskan masalah
sebagai berikut:
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui definisi analisis butir soal.
2. Mengetahuitujuananalisisbutirsoal.
3. Mengetahui bagaimana tekhnik menganalisis terhadap butir soal.
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
kita untuk sekedar mengingat kembali tentang makna evaluasi. Kata
evaluasi menurut kamus besar bahasa Indonesia yaitu penilaian.1
1 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1996) h. 272
2Ibid., h. 37
3 Darwyan Syah dkk, Pengembangan Evaluasi Sistem Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Diadit Media, 2009)
h. 147
6
menyelidiki, meneliti dan mengkaji pertanyaan-pertanyaan tes agar
diperoleh perangkat pertanyaan yang memiliki kualitas yang memadai.
B. Tujuan Analisis
Analisis butir tes merupakan kegiatan penting dalam upaya
memperoleh instrument yang berkategori baik. Menurut Thorndike &
Hagen, analisis terhadap butir tes yang telah dijawab siswa suatu kelas
mempunyai dua tujuan, yakni:
7
soal yang jelek.Dengan analisis soal dapat diperoleh informasi tentang
kejelekan sebuah soal dan petunjuk untuk mengadakan perbaikan.6
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak
terlalu sukar.8 Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk
mempertinggi usaha memecahkannya. Sebaliknya soal yang terlalu
sukar akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak
mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena di luar
jangkauannya.
Seorang siswa akan menjadi hafal akan kebiasaan guru-gurunya
dalam hal pembuatan soal ini. Misalnya saja guru A dalam
memberikan ulangan soalnya mudah, sebaliknya guru B kalau
memberikan ulangan soalnya sukar-sukar. Dengan pengetahuannya
tentang kebiasaan ini, maka siswa akan belajar giat jika menghadapi
ulangan dari guru B dan sebaliknya jika akan mendapat ulangan dari
guru A, tidak mau belajar giat atau bahkan mungkin tidak mau belajar
sama sekali.
Bilangan yang menunjukan sukar dan mudahnya sesuatu soal
disebut indeks kesukaran (difficulty index). Besarnya indeks
kesukaran antara 0,00 sampai dengan 1,0. Indeks kesukaran ini
menunjukan taraf kesukaran soal. Soal dengan indeks kesukaran 0,0
menunjukan bahwa soal itu terlalu sukar, sebaliknya indeks 1,0
menunjukan bahwa soalnya terlalu mudah.
8
0,0 ______________________ 1,0
Melihat besarnya bilangan indeks ini, maka lebih cocok jika bukan
disebut sebagai indeks kesukaran tetapi indeks kemudahan atau indeks
fasilitas, karena semakin mudah soal itu, semakin besar pula bilangan
indeksnya. Akan tetapi telah disepakati bahwa walaupun disebut
sebagai indeks kesukaran tetapi indeks kemudahan atau indeks
fasilitas, karena semakin mudah soal itu, semakin besar pula bilangan
indeksnya. Akan tetapi telah disepakati bahwa walaupun semakin
tinggi indeksnya menunjukkan soal yang semakin mudah, tetapi tetap
disebut indeks kesukaran.9
B
P=
JS
Di mana:
Contoh penggunaan:
9
Misalnya jumlah siswa peserta tes dalam suatu kelas ada 40 orang. Dari
40 orang siswa tersebut 12 orang yang dapat mengerjakan soal nomor 1
dengan betul. Maka indeks kesukarannya adalah:
B
P=
JS
12
¿ =0,30
40
Latihan:
Ada 20 siswa dengan nama kode A s.d. T yang mengajarkan tes yang terdiri
dari 20 soal. Jawaban tesnya dianalisis dan jawaban tertera seperti berikut ini:
(1=jawaban betul; 0 = jawaban salah)
A 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 13
B 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 11
C 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 14
D 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 9
E 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 14
F 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 8
G 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 13
H 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 9
I 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 17
J 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 13
K 1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 10
L 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 4
M 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 13
N 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 16
O 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 12
P 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 10
Q 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 9
10
R 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 11
S 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 14
T 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 10
Jumlah 10 14 4 9 15 6 16 17 3 11 10 18 20 10 8 8 12 13 13 13
Tabel 1
10
1) Soal nomor 1 mempunyai taraf kesukaran. =0,5
20
2) Soal nomor 9 adalah soal yang tersukar karena hanya dapat dijawab
2
betul oleh 2 orang. =0,1
20
3) Soal nomor 13 adalah yang paling mudah karena seluruh siswa
20
peserta tes dapat menjawab. =1
20
11
bagi siswa yang pandai, sedangkan soal-soal yang terlalu mudah, akan
membangkitkan semangat kepada siswa yang lemah.
2. Daya Pembeda
12
1) Untuk kelompok kecil : Seluruh kelompok testee dibagi dua sama
besar, 50% kelompok atas dan 50% kelompok bawah.
2) Mengingat biaya dan waktu untuk menganalisis, maka untuk
kelompok besar biasanya hanya diambil kedua kutubnya saja, yaitu
27% skor teratas sebagai kelompok atas (JA) dan 27% terbawah
sebagai kelompok bawah (JB).
Rumus mencari D :
BA BB
D= − =P A −P
JA JB B
Dimana :
D = Indeks daya pembeda
J = Jumlah peserta tes
JA = banyaknya peserta kelompok atas
JB = banyaknya peserta kelompok bawah
BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal
itu dengan benar
BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab
soal itu dengan benar
PA = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
(ingat, P sebagai indeks kesukaran)
PB = proporsipesertakelompokbawah yang menjawabbenar
Contoh :
13
0,40 – 1,00 soal diterima/baik
14
dapat dikatakan berfungsi baik jika paling sedikit dipilih oleh 5% pengikut
tes.
1) Bubuhkan skor 1 untuk semua butir pada semua siswa yang pilihannya
sama dengan siswa nomor 1. Sebaiknya pemberian skor dilakukan
butir demi butir, jadi mulai dari butir 1. Siswa yang memilih a, diberi
skor 1, yang bukan a diberu skor 0. Untuk siswa yang tidak memilih
yaitu dengan tanda – diberi skor 0. Setelah penskoran butir 1 selesai,
dijumlahkan ke bawah, ada berapa siswa yang mendapat skor 1.
Jumlahan skor itulah nanti yang menunjukkan taraf kesukaran, sesudah
dibagi dengan 30 dan dikalikan 100. Daya pembeda untuk tiap-tiap
butir juga langsung dapat dicari, menggunakan rumus yang sudah
dijelaskan untuk menentukan daya pembeda.
2) Lanjutkan memberi skor butir 2. Untuk skor butir 2, karena siswa
nomor 1 memilih c, maka semua siswa yang memilih c diberi skor 1,
yang lainnya 0. Demikian juga untuk butir nomor 3, karena siswa
nomor 1 memilih c dan betul, maka semua siswa yang memilih c
diberi skor 1, yang bukan pilihan c diberi skor 0.
3) Setelah selesai memberikan skor sampai dengan butir nomor 15, maka
sudah dapat diketahui jumlah skor 1 pada setiap butir. Selanjutnya
dapat diketahui taraf kesukaran dan daya pembeda dari masing-masing
butir, menggunakan rumus yang sudah dipraktikkan dalam perhitungan
terdahulu.
15
4) Untuk mengetahui penyebaran pilihan siswa, yaitu menentukan pola
jawaban siswa, digunakan tabel kontingensi sebagai 2 x 5, ditambah
baris judul dan kolom judul. Sebagai contoh, kita akan menganalisis
dan membuat pola jawaban untuk butir 1. Banyaknya jari-jari untuk
pilihan jawaban, dimasukkan dalam kolom sesuai pilihan jawaban.
Dalam hal ini kita mempunyai 5 kolom pilihan jawaban, yaitu kolom
jawaban a, b, c, dan d, kemudian kita tambhakna kolom lagi untuk
yang tidak memilih. Tidak menentukan pilihan jawaban ini disebut
“ommit” (Om) artinya tidak menjawab. Marilah kita masukkan
banyaknya pilihan tiap jawaban sebagai berikut.
a) Kunci jawaban yang betul adalah pilihan a, maka kita beri tanda
bintang.
b) Untuk menentukan Kelompok Atas (KA) dan Kelompok Bawah
(KB), kita ambil dari skor total, kita urutkan skor dari paling atas
sampai paling bawah lalu kita beri tanda di kolom “Subjek”
sebelah kanannya dengan At dan Bw.
c) Dari hasil mengurutkan skor dari paling atas sampai paling bawah
diketahui bahwa siswa yang masuk kelompok atas (At) adalah skor
35 atau lebih, dan kelompok bawah (Bw) adalah siswa yang
mendapat skor 32 atau kurang.
Kelompok/Pilihan a* b c d om Jumlah
Kelompok Atas 2 1 9 2 1 15
Kelompok Bawah 1 4 5 4 1 15
Jumlah 3 5 14 6 2 30
16
b) Yang memilih b ada 5 orang, yaitu 1 orang dari kelompok atas (At)
dan 4 orang dari kelompok bawah (Bw).
c) Yang memilih c ada 14 orang, yaitu dari kelompok atas (At) 9 orang
dan dari kelompok bawah (Bw) 14 orang.
d) Yang memilih d ada 6 orang, yaitu dari kelompok atas (At) 2 orang
dan dari kelompok bawah (Bw) 4 orang.
e) Yang tidak memilih – ommit ada 2 orang, masing-masing 1 orang
dari kelompok atas dan kelompok bawah.
Apakah tindak lanjut dari guru setelah diketahui pola jawaba
seperti ini? Inilah gunanya mengetahui pola jawaban, yaitu untuk
mengetahui kualitas butri soal yang dibuat oleh guru, yaitu sebagai
berikut.
a) Pilihan a, adalah kunci jawaban, yaitu jawaban yang betul, dan
diharapkan semua siswa dapat menjawab dengan betul, yaitu
memilih a. Ternyata yang memilih a hanya 3 orang, berarti butir
soal tersebut terlalu sukar. Anak pandai saja yang dapat menjawab
hanya 2 orang, dan kebetulan anak bodoh (kelompok bawah) ada
yang beruntung satu orang.
b) Pilihan b adalah pengecoh. Dari 30 orang siswa yang terkecoh ada 5
orang, yaitu dari At 1 orang dan dari Bw 4 orang. Pilihan salah
seperti ini adalah wajar. Yang terkecoh adalah siswa-siswa yang
belum menguasai materi.
c) Pilihan c adalah pengecoh (distractor), yang oleh guru dipandang
hanya merupakan alternatif jawaban yang salah. Tetapi mengapa
justru hampir separo dari siswa memilih jawaban itu? Dalam hal
seperti ini guru harus berpikir keras, mengapa pemahaman siswa
seperti itu?
d) Pilihan biasa, ada siswa yang terkecoh, yaitu 6 orang, dari
kelompok atas (At) 2 orang dan dari kelompok bawah (Bw) 4 orang.
e) Ommit ada 2 orang, masing-masing dari kelompok atas dan
kelompok bawah. Keadaan seperti ini pun wajar.
17
Jika guru menjumpai hasil pemaparan pola jawaban seperti ini,
harus dapat mengambil kesimpulan bahwa ada kemungkinan dua
penyebab:
a) Butir soal yang dibuat tidak baik, karena dapat menyesatkan hampir
separo dari jumlah siswa memilih c. Kesimpulan sementara yang
dapat diambil adalah bahwa pilihan c mempunyai daya tarik yang
besar sehingga seolah-olah pilihan jawaban itulah yang benar,
mungkin rumusan kalimatnya, atau mungkin isi soalnya
menunjukkan kalau benar.
b) Yang menarik siswa bukan butir soalnya, tetapi materi yang
dikuasai siswa memang seperti yang tertera dalam pilihan c itu.
Kalau memang maksud yang dikehendaki oleh guru adalah materi
seperti butir a, maka mungkin ketika guru mengajar, yang diterima
oleh siswa seperti materi dalam c. Jika seperti ini yang terjadi, maka
guru harus mengulang mengajar agar penguasaan materi yang
dimiliki oleh siswa adalah seperti yang tertera dalam option a.
Jadi, kini marilah kita berlatih lagi dengan pola jawaban, yaitu butir
nomer 4, dan 6. Butir soal 4 kunci jawabannya adalah c, dan kunci
jawaban butir soal 6 adalah d. Sesudah itu lanjutkan membaca contoh
perhitungan yang ada.
Contoh perhitungan:
21
1) P= =0,35
60
18
2) D = PA - PB
15 6
= −
30 30
9
=
30
= 0,30
19
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
20
DAFTAR PUSTAKA
21