Anda di halaman 1dari 1

ma : Nama : wayan rindang sulis tia wati POST OPERASI ATRESIA DUODENUM

Nim : 20200305028
Atresia duodenum adalah kondisi dimana duodenum tidak berkembang baik. Pada kondisi ini deodenum bisa mengalami penyempitan
secara komplit sehingga menghalangi jalannya makanan dari lambung menuju usus untuk mengalami proses absorbsi. Apabila
penyempitan usus terjadi secara parsial, maka kondisi ini disebut dengan doudenal stenosis (Widiastuti & Darmajaya, 2013)
Epidemiologi/insidens
Atresia duodenum terjadi pada 1 dari
1000 kelahiran. Beberapa penelitian Proliferasi endodement
juga menyebutkan insiden dari tidak adekuat
duodenal atresia mencapai 1 dari 2000
kelahiran sampai 1 dari 40.000
kelahiran3. Sepertiga neonatus yang
Gangguan perkembangan
lahir dengan duodenal atresia disertai
dengan down sindrom. Disamping itu,
juga terdapat penyakit lain yang
menyertai seperti penyakit jantung. Di Atresia Duodenum
afrika, insiden dari duodenal atresia
terjadi pada 1 dari 5000-10.000 Pre operatif Post operatif
kelahiran

Muntah

Penggunaan obat Insisi bedah Terputusnya


Pemeriksaan penunjang bantu pernafasan kontuinitas
jaringan
Laboratorium Volume cairan Intake nutrisi
Mk : resiko
menurun menurun menurun Mk : Hambatan
Hb 7,1 g/dL; Ht 21 %; eritrosit 2,1 infeksi Gangguan rasa nyaman : nyeri
pertukaran gas
juta/dL; leukosit 17.500/dL; trombosit Mk: gangguan
berhubungan dengan terputusnya
7000/µL: limfosit 41%; MCV 100 L; Mk : kekurangan Mk: gangguan rasa nyaman
kontuinitas jaringan ditandai dengan
MCH 35; RDW17.90 %; bilirubin total volume cairan nutrisi kurang dari adanya insisi bedah. Nyeri bisa berkurang
10,50 mg/µL; bilirubin direk 8,00 kebutuhan tubuh
atau hilang dalam 3 x 24 jam perawatan
mg/µL; bilirubin indirek 2,50 mg/µL;
Hambatan pertukaran gas berhubungan Kriteria Hasil :
SGOT (AST) 47 U/L; SGPT (ALT) 57 Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan
obstruksi jalan nafas, pola pernafasan tidak Tanda-tanda vital dalam batas normal
U/L). efektif. tidak adekuatnya pertahanan utama ditandai
Intervensi :
dengan adanya prosedur infasif insisi bedah.
mendapatkan therapy Komplikasi Tujuan : setelah dilakukan keperawatan  Kaji nyeri, catat lokasi,
selama prosesperawatan diharapkan Tujuan : Seteah dilakukan perawatan pasien
karakteristik
(IVFD PG II 12,8 cc/jam via siringe Dapat ditemukan kelainan kongenital hambatan pertukaran gas teratasi terbebas dari resiko infeksi selama proses
 Pertahankan istirahat dengan
pump, PCT 4 x 25 mg IV, albumin lainnya. Mudah terjadi dehidrasi, perawatan
Kriteria hasil posisi yang nyaman
20% 10 cc) gangguan rasa nyaman terutama bila tidak terpasang line Kriteria hasil :
 Mempertahankan jalan nafas paten  Pertahankan puasa atau
intravena. Setelah pembedahan, dapat  Tanda-tanda vital dalam batas
 Frekuensi pernafasan dalam batas penghisapan NGT pada awal
terjadi beberapa komplikasi lanjut normal (30-60x/menit) normal
setelah operasi
seperti pembengkakan duodenum  Meningkatkan penyembuhan luka
Intervensi
(megaduodenum), gangguan motilitas dengan benar
usus, atau refluks gastroesofageal.  Kaji pernafasan seperti ngorok,  Terbebas terhadap tanda-tanda
pernafasan cuping hidung dan
infeksi/ inflamasi
takipnea
  Terhindar dari Drainase purulen,
Observasi pergerakan pernafasan  Berikan informasi yang tepat, jujur dan
 Lakukan auskultasi bunyi nafas eritema dari demam
jelas pada pasien atau orang terdekat
dan bunyi jantung Intervensi :
Berikan oksigen sesuai indikasi  Berikan antibiotik yang sesuai
 Awasi tanda-tanda vital, perhatikan
 Bantu dalam irigasi dan drainase bila
demam, mengigil, berkeringat.
diindikasikan.
 Lakukan pencucian tangan yang baik
dan perawatan luka aseptik

Anda mungkin juga menyukai