Anda di halaman 1dari 13

PORTOFOLIO PRAKTIKUM FITOKIMIA

“EKSTRAKSI CAIR-CAIR DAN POLA KLT ”


Pertemuan Ke-5
02 April 2021

DOSEN PENGAMPU :
Ghani Nurfiana Fadma Sari, M.Farm., Apt

Kelompok : 6
Penyusun :
Novita Istiqomah (25195706A)
Afifah Atika S (25195707A)
Mei Senja Ariza H (25195708A)
Laila Nur Fadilah (25195709A)

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SETIA BUDI
SURAKARTA
2021
“EKSTRAKSI CAIR CAIR DAN POLA KLT”
Kelompok 6

I. TUJUAN
Setelah melakukan praktikum para mahasiswa diharapkan mampu :
1. Melakukan pemisahan/fraksinasi ekstrak tanaman menggunakan metode
ekstraksi cair-cair
2. Menentukan fase gerak yang cocok untuk pemisahan senyawa menggunakan
metode KLT

II. DASAR TEORI


Pada ekstraksi cair-cair, zat yang diekstraksi terdapat didalam campuran yang berbentuk cair.
Ekstraksi cair-cair sering juga disebut ekstraksi pelarut, banyak dilakukan untuk memisahkan zat
seperti iod, atau logam-logam tertentu dalam larutan air. (Yazid,. E,. 2005.)Ekstraksi cair-cair
digunakan sebagai cara untuk memperlakukan sampel atau clean-up sampel untuk memisahkan
analit-analit dari komponen matrix yang mungkin menggangu pada saat kuantifikasi atau deteksi
analit.
Disamping itu,ekstraksi pelarut juga digunakan untuk memekatkan analit yang ada didalam
sampel dalam jumlah kecil sehingga tidak memungkinkan atau menyulitkan untuk deteksi
dankuantifikasinya. Salah satu fasenya seringkali berupa air dan faes yanglain pelarutorganik seperti
kloroform atau petroleum eter. Senyawa-senyawa yang bersifat polarakan ditemukan didalam fase
air,sedangkan senyawa-senyawa yang bersifat hidrofobik akan masuk pada pelarut anorganik. Analit
yang tereksasi kedalam pelarut organik akan mudah diperoleh kembali dengan cara penguapan
pelarut, sedangkan analit yang masuk kedalam fase air seringkali diinjeksikan secara langsung
kedalamkolom.( Rohman,. A,. 2009).
Hubungan zat terlarut yang terdistribusi diantara dua pelarut yang tidak saling bercampur
dinyatakan pertama kali oleh “Walter nernst ” (1981) yang dikenaldengan hukum distribusi atau
partisi “jika solut dilarutkan sekaligus kedalam dua pelarut yang tidak saling bercampur, maka solut
akan terdistribusi diantara kedua pelarut. Pada saat setimbang perbandingan konsentrasi solut
berharga tetap pada suhu tetap.” (Yazid,. E,. 2005.)
Harga KD tidak bergantung pada konsentrasi total solut pada kedua fase, tetapbergantung pada
suhu, jenis kedua pelarut dan solut. Hukum Nernst dalam bentuknya yang sederhana hanya berlaku
untuk larutan encer dan keadaan solut sama atau tidak mengalami perubahan kedua dalam pelarut.
Hukum ini tidak berlaku jika solut yang terdistribusi mengalami asosiasi atau disosiasi pada fase
pelarut. (Yazid,. E,. 2005.)

1
“EKSTRAKSI CAIR CAIR DAN POLA KLT”
Kelompok 6

III. ALAT DAN BAHAN


ALAT BAHAN

a. Corong pisah a. Ektrsak herba ciplukan


b. Batang pengaduk b. N-heksana
c. Erlenmeyer c. Etil asetat
d. Kertas saring d. Aquadest
e. Cawan
f. Chamber
g. Pipa kapiler
h. Gelas kaca
i. Statif dan klem
j. Lampu UV 254nm dan 366nm
k. Waterbath
l. Lempeng KLT silica gel 60 F254

IV. CARA KERJA


a. Ekstrak Cair-cair
Timbang sejumlah tertentu ekstrak dan masukkan Masukkan larutan ke dalam corong pisah dan
ke dalam beker gelas, lalu tambahkan sejumlah ekstraksi dengan 3 x 75 ml n-heksana, kemudian
tertentu etanol 96% secukupnya (jika perlu), pisahkan fase n-heksana dan kumpulkan
tambahkan dengan 75 ml aquadest

Ambil masing-masing sebanyak 0,1 ml filtrat fase Ekstraksi residu dengan 3 x 75 ml etil asetat,
n-heksana, fase etil asetat, dan fase air dan beri kemudian pisahkan fase etil asetat dan kumpulkan,
label, kemudian Pekatkan seluruh fase n-heksana, selanjutnya pisahkan fase air
etil asetat, dan air

Timbang masing-masing ketiga fraksi yang didapat,


kemudian hitung rendemen dari fraksi n-heksan, etil
asetat, dan air. Jika terbentuk fraksi tidak larut,
keringkan fraksi tersebut dengan oven 50ºC, lalu
timbang bobotnya.

2
“EKSTRAKSI CAIR CAIR DAN POLA KLT”
Kelompok 6

V.

b. Optimasi Fase Gerak Kromatografi Kolom dengan KLT

Jenuhkan fase gerak pada chamber yang berisi Siapkan ekstrak herba ciplukan dari proses
campuran : n-Heksana : etil asetat (7:3), toluen maserasi dan sokhlet serta siapkan fraksi n-
: etil asetat : kloroform (5:1:4), etil asetat : asam heksana, fase etil asetat, dan fase air
format : asam asetat glasial : air (8:0,5:0,5:1),
etil asetat : metanol : air (6 : 3 : 1)

Totolkan ekstrak dan fraksi herba ciplukan pada


garis batas bawah plat KLT, kemudian Siapkan lempeng KLT dengan ukuran 6x6 cm
masukkan lempeng KLT ke dalam chamber, dan beri tanda batas kira-kira 1 cm dari batas
kemudian amati lempeng KLT hingga fase gerak dan bawah plat dengan pensil
mengelusi senyawa sampai batas atas

Ambil lempeng dan kering anginkan, amati


bercaknya pada visibel, lampu UV 254 nm, dan
UV 366 nm, selanjutnya hitung Rf nya

3
“EKSTRAKSI CAIR CAIR DAN POLA KLT”
Kelompok 6

VI. DATA
Sampel: herba ceplukan
A. Rendemen
Bobot cawan porselin kosong = 34,2928 g
Bobot cawan porselin berisi ekstrak awal = 44,1292 g
Bobot cawan porselin berisi sisa ekstrak awal = 34,3222 g
Bobot ekstrak awal = 9,8070 g

● Fraksi n-Heksan
Bobot botol kosong = 175,4952 g
Bobot botol yang berisi fraksi = 176,1282 g

● Fraksi etil asetat


Bobot botol kosong = 145,8760 g
Bobot botol yang berisi fraksi = 147,9102 g

● Fraksi air
Bobot botol kosong = 180,1398 g
Bobot botol yang berisi fraksi air = 185,3648 g

● Fraksi tidak larut


Bobot kertas saring awal = 60,3232g
Bobot kertas saring awal dan fraksi = 61,3648 g
Perhitungan Bobot Fraksi
Bobot fraksi n – heksana = 176,1282 – 175,4952 = 0,633 g
Bobot fraksi etil asetat = 147,9102 – 145,8760 = 2,0342 g
Bobot fraksi air = 185,3648 – 180,1398 = 5,225 g
Bobot fraksi tidak larut = 61,3648 – 60,3232 = 1,0416 g
Perhitungan Rendemen Fraksi (%)
• Rendemen fraksi n – heksana
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑓𝑟𝑎𝑘𝑠𝑖
% Rendemen = 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘 x 100%
0,633
= 9,8070 𝑥100%

= 6,4546 %

4
“EKSTRAKSI CAIR CAIR DAN POLA KLT”
Kelompok 6

• Rendemen fraksi etil asetat


𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑓𝑟𝑎𝑘𝑠𝑖
% Rendemen = 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘 x 100%
2,0342
= 9,8070 𝑥100%

= 20,7423%
• Rendemen fraksi air
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑓𝑟𝑎𝑘𝑠𝑖
% Rendemen = 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘 x 100%
5,225
= x 100%
9,8070

= 53,2783%

Fraksi n-heksana Fraksi etil asetat Fraksi air


Organoleptis Warna : Hijau pekat Warna : Hijau pekat Warna : Coklat
Bau : Khas Bau : Khas Bau : Khas
Rasa : Khas Rasa : Khas Rasa : Khas
Bobot Ekstrak(g) 9,8070 g

Bobot Fraksi (g) 0,633 g 2,0342 g 5,225 g

Rendemen Fraksi 6,4546 % 20,7423 % 53,2783%


(%)

Fraksi tidak larut : ada


Bobot fraksi tidak larut : 1,0416 gr

5
“EKSTRAKSI CAIR CAIR DAN POLA KLT”
Kelompok 6

B. Pola Kromatografi
Fase gerak : n-Heksana : etil asetat (7:3)

Sampel Kode bercak Rf Warna Noda

Visible UV 254 nm UV 366 nm


Ekstrak E1 0,26 cm Kecoklatan

E2 0,76 cm Kecoklatan

E3 0,44 cm Biru terang

• Ekstrak 1
Rf = 1,5 / 5,6 = 0,26 cm
• Ekstrak 2
Rf = 4,4 / 5,8 = 0,758 cm = 0,76 cm
• Ekstrak 3
Rf = 2,7 / 6,3 = 0,44 cm

6
“EKSTRAKSI CAIR CAIR DAN POLA KLT”
Kelompok 6

Sampel Kode bercak Rf Warna Noda

Visible UV 254 nm UV 366 nm


Fraksi n - FH 1 a 0,63 cm Kecoklatan
heksana
FH 1 b 0,75 cm Kecoklatan

FH 2 - - -

FH 3 0,72 cm Biru (Pudar)


• FH 1
a. Rf = 3,5 / 5,6 = 0,63 cm
b. Rf = 4,2 / 5,6 = 0,75 cm
• FH 2
Rf = -
• FH 3
Rf = 4,5 / 6,2 = 0,72

Sampel Kode bercak Rf Warna Noda

Visible UV 254 nm UV 366 nm


Fraksi etil FE 1a 0,25 cm Kecoklatan
asetat FE 1b 0,32 cm Kecoklatan
FE 1c 0,41 cm Kecoklatan
FE 1d 0,55 cm Kecoklatan

FE 2 0,59 cm Biru (pudar)

FE 3a 0,56 cm Biru terang


FE 3b 0,64 cm Kecoklatan
• FE 1
a) Rf = 1,5 / 5,6 = 0,25 cm
b) Rf = 1,8 / 5,6 = 0,32 cm
c) Rf = 2,3 / 5,6 = 0,41 cm
d) Rf = 3,1 / 5,6 = 0,55 cm
• FE 2
Rf = 3,5 / 5,8 = 0,59 cm
• FE 3
a) Rf = 3,5 / 6,2 = 0,56 cm
b) Rf = 4 / 6,3 = 0,64 cm

7
“EKSTRAKSI CAIR CAIR DAN POLA KLT”
Kelompok 6

Sampel Kode bercak Rf Warna Noda

Visible UV 254 nm UV 366 nm


Fraksi air FA - - - -

FA - - - -

FA - - - -

FA - - - -

VII. PEMBAHASAN
Bahas proses ECC
Ekstraksi cair – cair / Liquid-Liquid Extraction (LLE) adalah merupakan sistem
pemisahan secara kimia-fisika dimana zat yang akan diekstraksi dipisahkan dari fasa
airnya dengan menggunakan pelarut organik, yang tidak larut dalam fasa air, secara
kontak langsung baik kontinyu maupun diskontinyu.
Jika komponen dalam larutan cairan yang sebenarnya mendistribusi secara
berbeda antara dua fase cairan, pemisahan akan terjadi. Ini adalah prinsip dari pemisahan
yang didasarkan pada ekstraksi cair-cair, dan ada sejumlah aplikasi penting dari konsep
ini dalam proses industri
Basis dari teknik ini adalah kecenderungan distribusi zat terlarut di antara dua fase
cair yang tidak saling bercampur. Umumnya, larutan yang mengandung zat terlarut yang
terlarut dikontakkan dengan fase organik lain yang tidak saling bercampur. Zat terlarut
didistribusi di antara dua fase sampai keadaan setimbang tercapai.
Kesetimbangan ini dapat dipercepat dengan pengadukan kuat (mengaduk atau
menggoyang), dimana hal ini akan menyebabkan peningkatan daerah batas fase antara
fase organik dan larutan dimana difusi zat terlarut terjadi.
Prinsip dasar ekstraksi cair-cair ini melibatkan pengontakan suatu larutan dengan
pelarut (solvent) lain yang tidak saling melarut (immisible) dengan pelarut asal yang
mempunyai densitas yang berbeda sehingga akan terbentuk dua fasa beberapa saat
setelah penambahan solvent. Hal ini menyebabkan terjadinya perpindahan massa dari
pelarut asal ke pelarut pengekstrak (solvent).
Perpindahan zat terlarut ke dalam pelarut baru yang diberikan, disebabkan oleh
adanya daya dorong (driving force) yang muncul akibat adanya beda potensial kimia
antara kedua pelarut. Sehingga proses ektraksi cair–cair merupakan proses perpindahan
massa yang berlangsung secara difusional.
Ekstraksi ini didasarkan pada perpindahan massa komponen zat padat ke dalam
pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar muka, kemudian berdifusi

8
“EKSTRAKSI CAIR CAIR DAN POLA KLT”
Kelompok 6

masuk ke dalam pelarut. Ekstraksi cair-cair (corong pisah) merupakan pemisahan


komponen kimia di antara 2 fase pelarut yang tidak saling bercampur dimana sebagian
komponen larut pada fase pertama dan sebagian larut pada fase kedua, lalu kedua fase
yang mengandung zat terdispersi dikocok, lalu didiamkan sampai terjadi pemisahan
sempurna dan terbentuk dua lapisan fase cair, dan komponen kimia akan terpisah ke
dalam kedua fase tersebut sesuai dengan tingkat kepolarannya dengan perbandingan
konsentrasi yang tetap.

Bahas data rendemen:


- Jelaskan perbedaan rendemen semua fraksi ?
Rendemen semua fraksi memiliki bobot yang berbeda beda hal itu dikarena proses
yang dilakukan terkadang ada beberapa hal yang mempengaruhi serta jenis fraksi
yang digunakan juga berbeda – beda. Penambahan bobot pada waktu botol kosong
dan kemudian diisikan dengan fraksi itu juga berbeda untuk n-heksan berat botol
kosong 175,4952 gr setelah ditambah fraksi beratnya menjadi 176,1202 gr. Fraksi etil
asetat berat botol kosong 145, 8760 gr stelah ditambah fraksi menjadi 147,9102 gr.
Fraksi air brat botol kosong 180, 1398 gr setelah ditambah fraksi menjadi 185,3648
gr. Fraksi tidak larut berat botol kosong 60,3232 gr setelah ditambah bobot kertas
saring dan fraksi menjadi 61,3648 gr.
- Perbedaan rendemen fraksi itu menunjukkan apa?
Hal itu menunjukkan bahwa semakin besar konsentrasi fraksi maka semakin besar
juga rendemen fraksinya.
- Jelaskan idealnya berapa % total rendemen secara logika ? Mengapa?
Nilai rendemen yang ideal adalah 100%, karena pada dasarnya 100% bias dikatakan
nilai persen yang cukup sempurna untuk menilai seberapa berhasilnya praktik yang
telah dilakukan
- Jelaskan berapakah total rendemen semua fraksi yang diperoleh dari data yang ada?
Jika sesuai idealnya, jelaskan ! Jika tidak sesuai dengan idealnya, jelaskan alasan
mengapa tidak tercapai ideal!
Total % rendemen semua fraksi yang diperoleh dari data yaitu 80,4752%. Hasil yang
didapat hampir mendekati % yang ideal secara teoritis, persen yang didapat belum
sesuai dengan persen ideal karena ada beberapah factor yang mempengaruhi seperti
metode ekstraksi, kondisi dan waktu penyimpanan, ukuran partikel sampel dan
perbandingan jumlah sampel dengan jumlah pelarut yang digunakan.
Bahas pola kromatografi :
- Apakah kromatogram KLT ekstrak dan fraksi sama?
Hasil kromatogram KLT ekstrak dan fraksi berbeda.

9
“EKSTRAKSI CAIR CAIR DAN POLA KLT”
Kelompok 6

- Apakah berdasarkan kromatogram tersebut dapat disimpulkan senyawa apa yang


terkandung?
senyawa nonpolar ke semi polar yang mana pada fraksi yang polar tidak terdapat
suatu senyawa.
- Berapa kisaran jumlah senyawa yang ada pada ekstrak dan fraksi?
Kisaran jumlah senyawa yang ada pada ekstrak yaitu 1 senyawa, pada fraksi etil
asetat yaitu 4 senyawa, dan fraksi pada air yaitu tidak ada/terlihat jumlah senyawa.
Fase gerak yang dipakai n-heksana : etil asetat
- Berdasarkan data pola kromatografi, jelaskan persamaan dan perbedaan komponen
senyawa pada ketiga fraksi sama ? Senyawa mana yang terkandung di semua fraksi,
senyawa mana yang terkandung di fraksi tetentu?
Kromatografi KLT ekstrak dan fraksi tidak sama hal tersebut menunjukkan bahwa
ekstrak dan fraksi mengalami perbedaan yang mana pada ekstrak lebih cepat pudar
dibandingkan dengan fraksi. Berdasarkan kromatografi tersebut dapat disimpulkan
bahwa senyawa yang ada pada ekstrak dan fraksi belum dapat diperkirakan jenis
senyawa dari masing-masing. Kisaran jumlah senyawa yang ada pada ekstrak yaitu 1
senyawa, pada fraksi etil asetat yaitu 4 senyawa, dan fraksi pada air yaitu tidak
ada/terlihat jumlah senyawa. Fase gerak yang dipakai n-heksana : etil asetat dengan
perbandingan (7:3) menunjukkan senyawa dari non ke semi polar yang mana pada
fraksi yang polar tidak terdapat suatu senyawa.
VIII. KESIMPULAN
Berdasarkan kromatografi tersebut dapat disimpulkan bahwa senyawa yang ada
pada ekstrak dan fraksi belum dapat diperkirakan jenis senyawa dari masing-masing.
Kisaran jumlah senyawa yang ada pada ekstrak yaitu 1 senyawa, pada fraksi etil asetat
yaitu 4 senyawa, dan fraksi pada air yaitu tidak ada/terlihat jumlah senyawa. Fase gerak
yang dipakai n-heksana : etil asetat dengan perbandingan (7:3) menunjukkan senyawa
dari non ke semi polar yang mana pada fraksi yang polar tidak terdapat suatu senyawa.

IX. DAFTAR PUSTAKA


Rohman,. A,. 2009. Kromatografi untuk Analisis Obat. Graha Ilmu. Yogyakarta.
Yazid,. E,. 2005. Kimia Fisika untuk Paramedis. Andi. Yogyakarta

10
“EKSTRAKSI CAIR CAIR DAN POLA KLT”
Kelompok 6

Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Daun Ciplukan (Physalis Angulata L), Daun
Takokak (Solanum Torvum Swartz) Dan Daun Tomat (Solanum Lycopersicum L)
Menggunakan Metode Dpph

I. Alamat url : https://digilib.uns.ac.id/dokumen/detail/54299/Uji-Aktivitas-


Antioksidan-Ekstrak-Etanol-Daun-Ciplukan-Physalis-Angulata-L-Daun-Takokak-
Solanum-Torvum-Swartz-Dan-Daun-Tomat-Solanum-Lycopersicum-L-
Menggunakan-Metode-Dpph
II. SKEMA KERJA
a. Pembuatan serbuk simplisia

Dilakukan sortasi basah kemudian proses pengerian


terlebih dahulu, kemudian simplisia pada suh ruang ±
dicuci bersih dan ditiriskan 25 °C

Simplisia yang sudah kering


diblender hingga menjadi
serbuk kemudian serbuk
disimpan dalam wadah
tertutup raoat dan kering.
b. Pembuatan ekstrak

pembuatan ekstrak dilakukan


serbuk diberikan pelarut
dengan metode perkolasi,
etanol 70% dengan
metode tersebut dilakukan
perbandinga pelarut : simplisia
menggunakan pelarut etanol
yaitu 3:1
70%

kemudian setelah pemberian kemudian hasil ekstrak cair


pelarut didiamkan selama 3 yang diperoleh dipekatkan
hari, selama proses itu pelarut menggunakan waterbath
terus ditambahkan dan dijaga hingga diperoleh ekstrak
agar simplisia tidak kekeringan kental

11
“EKSTRAKSI CAIR CAIR DAN POLA KLT”
Kelompok 6

III. PEMBAHASAN
Bahas data rendemen dan identifikasi senyawa dari ekstrak dan fraksi
Pada jurnal yang kami pilih tidak dijelaskan hasil rendemen dan identifikasi
fraksi, tetapi yang disajikan hanya hasil rendemen dan identifikasi ekstrak. Hasil
persentase rendemen dari ekstrak daun ciplukan adalah 25,41% yang memiliki aroma
khas dan berwarna hijau kehitaman, ekstrak daun takokak dengan persentase 28,6%
yang memiliki aroma khas dan berwarna hijau kehitaman dan ekstrak daun tomat
dengan nilai persentase rendemen 15,65% yang memiliki aroma khas dan berwarna
hijau kecoklatan. Perbedaan pada hasil persen rendemen menunjukan bahwa adanya
beberapa factor yang mempengaruhi.
Pada jurnal yang kelompok kami pilih hanya melakukan identifikasi senyawa dari
ekstrak dan tidak dilakukan identifikasi senyawa dari semua fraksi. Hasil identifikasi
senyawa dari ekstrak daun ciplukan ekstrak daun takokak, dan ekstrak daun tomat
terdapat 3 jenis senyawa yang bernilai positif yaitu flavonoid, saponin dan polifenol,
kemudian ada 1 jenis senyawa yang bernilai negative yaitu Tanin.
Saran dari kelompok kami terhadap jurnal yang kami pilih yaitu pada penelitian
tersebut perlu dilakukan uji KLT atau uji Tabung untuk semua fraksi agar
memperoleh senyawa yang banyak ketika dilakukan idenfikasi senyawa.

Bahas aktivitas ektrak dan fraksi (jika artikel yang dipilih ada uji aktivitas)
Pada jurnal yang kita ambil dilakukan Uji aktivitas antioksidan pada ekstraknya
saja. Hasil yang diperoleh yaitu berdasarkan hasil analisis, ekstrak etanol daun
ciplukan (Physalis angulataL), daun takokak (Solanum torvum Swartz) dan daun
tomat (Solanum lycopersicum L) memiliki aktivitas antioksidan. Daun ciplukan dan
daun tomat merupakan antioksidan kuat (50-100 ppm) (Nicoli dkk, 1999) dengan
nilai masing-masing 59,73 ppm dan 80,79 ppm, sedangkan daun
takokakmerupakan antioksidan sedang (100-150 ppm) (Nicoli dkk, 1999) dengan
nilai 107,42 ppm, sehingga diantara ketiga sampel daun yang memiliki
antioksidan paling baik adalah daun ciplukan dengan nilai 59,73 ppm.Vitamin C
yang digunakan sebagai pembanding, merupakan antioksidan yang sangat kuat (<50
ppm) (Nicoli dkk, 1999) dengan nilai 2,89ppm.
Saran

12

Anda mungkin juga menyukai