Anda di halaman 1dari 54

HUKUM TATA NEGARA

PERISTILAHAN
Istilah lain untuk HTN dalam perpustakaan Indonesia adalah
HUKUM NEGARA, kedua-duanya adalah terjemahan dari istilah
bahasa belanda “STAATSRECHT”.
Staatsrecht  Belanda
Constitutional  Inggris
Hukum Negara/HTN Indonesia
Para Sarjana Belanda membedakan HTN dalam 2 pengertian :
1. Staatsrecht in ramere zin (HTN dalam arti luas)
2. Staatsrecht in engere zin (HTN dalam arti sempit)

Dalam arti luas meliputi :


- Hukum Tata Negara dalam arti sempit
- Hukum administrasi negara

PROF. OPPENHEIM berpendapat :


HTN dalam arti sempit = Negara dalam keadaan diam
Hukum Administrasi Negara = Negara dalam keadaan bergerak

Kesimpulan :
HTN dalam arti luas = HTN dalam arti sempit yaitu negara salam
keadaan diam + HAN dalam keadaan bergerak.
HTN dalam arti luas adalah negara dalam keadaan diam + negara
dalam keadaan bergerak.

PROF. HENC VAN MARSEVEEN berpendapat bahwa istilah


staatsrecht menjadi POLITHEKSRECHT (hukum politik), karena
HTN penuh dengan pembicaraan masalah-masalah nasional

Lisda Syamsumardian, SH, MH.


Hukum Tata Negara 1
(masalah politik). Misalnya parlemen memilih presiden/perdana
menteri (pemilihan tersebut mengandung aspek-aspek politik),
membubarkan PM dan atau kabinet (aspek-aspek politik). Oleh
karena itu, sebaiknya istilah staatsrecht diganti saja dengan
istilah politieksrecht (hukum politik).
Di Kerajaan Inggris istilah CONSTITUSIONAL LAW
merujukan arti yang sama dengan HTN. Penggunaan istilah
Constitutional Law didasarkan atas alasan bahwa HTN unsur
Konstitusi lebih menonjol. Istilah CONSTITUSIONAL LAW
mempunyai 2 versi :

BATASAN-BATASAN DAN PENGERTIAN OLEH BEBERAPA


PAKAR
Dari keterangan di atas belum diperoleh keterangan yang
jelas dari HTN oleh sebab itu untuk lebih memahami HTN, ada
baiknya dikutip beberapa pendapat para pakar HTN.
I. T. KOOPMANS
Menyatakan hal-hal yang termasuk dalam ruang lingkup HTN:
A. Daya mengingatnya peraturan perundang-undangan, maka
timbul 2 pertanyaan :
1. UU bagaimanakah yang dimaksud oleh Koopmans?
2. Apakah yang dimaksud dengan daya mengingatnya
peraturan perundang-undangan?

Jawab :
1. Dalam PIH disebutkan bahwa UU dibagi atas dua bagian
yaitu :
a. UU dalam arti formil
b. UU dalam arti materiil
UU manakah yang dimaksud oleh Koopmans?

Lisda Syamsumardian, SH, MH.


Hukum Tata Negara 2
Yang dimaksud oleh Koopmans adalah UU dalam
arti material atau formal karena meliputi seluruh
perangkat per UU-an yang dibantu oleh badan yang
berwenang termasuk UU dalam arti formal.
Dalam hubungannya dengan pendapat T.
Koopmans di Indonesia dikenal bentuk-bentuk dan
tingkatan peraturan yang diatur dalam Tap MPRS
NO.XX/1996
1) UUD 1945
2) Ketetapan MPR
3) UU/Perpu
4) Peraturan Pemerintah (TP)
5) Keputusan Presiden (Keppres)
6) Instruksi Presiden (Inpres)
7) Keputusan Menteri (Kepmen)
8) Dll.
Dalam Tap MPR III/2000 tentang tata urutan
peraturan perundang-undangan yaitu :
1) UUD
2) Tap MPR
3) UU
4) Perpu
5) PP
6) Keppres
7) Perda
Selanjutnya dalam Undang-Undang No. 10 Tahun
2004 tentang Tata Cara Pembuatan Peraturan
Perundang-undangan, yaitu :
1) UUD
2) UU/Perpu

Lisda Syamsumardian, SH, MH.


Hukum Tata Negara 3
3) PP
4) Penpres
5) Perda
Oleh karena itu Tap MPRS No. XX/1996 digantikan
dengan Tap. MPR No. III/2000. Dan selanjutnya UU No.
10 Tahun 2004 telah menjadi landasan berlakunya asa
hierarki perundang-undangan dalam hukum positif di
Indonesia.
Teori Hierarki Per UU-an dari Hans Kalsen :
1) Pembukaan UUD 1945 - Norman Dasar
(Grundnorm) atau kaidah
fundamental
2) UUD 1945 - Hukum -------- Hukum
3) Tap. MPR - Dasar --------- Positif
4) UU/Perpu - Peraturan Umum
5) PP - Peraturan
6) Keppres - Kongkrit
7) Inpres - Kongkrit
2) Dalam hubungan dengan peraturan per UU-an kita
mengingat suatu teori Fictie.
Menurut teori Fictie :
Setiap orang dianggap mengetahui tentang hukum
dan oleh karenanya terikat oleh hukum tersebut terlebih
dahulu telah diundang-undangkan dalam lembaran
negara maka setiap orang dianggap tahu tentang UU itu.
UUD 1945 sudah pernah 2 (dua) kali diundangkan :
(1) Dalam Lembaran Negara tahun ke 2 No. 7 tanggal
15 Februari 1946

Lisda Syamsumardian, SH, MH.


Hukum Tata Negara 4
(2) Setelah kembali ke UUD 1945 berdasarkan Dekrit
Presiden 5 Juli 1950, dalam Lembaran Negara No.
79 Tahun 1959.
Bagaimana dengan ketetapan MPR?
Sudah dua kali ketetapan MPR/MPRS yang
diundangkan, selain itu tidak ada.
Bagaimana dengan UU?
UU biasanya diundangkan dalam lembaran negara.
B. Pembinaan Kerja Diantara Alat-alat Perlengkapan Negara
C. Jaminan Terhadap Keberadaan Hak Asasi Manusia
Sejarah perkembangan hak asasi di Indonesia dapat
dimulai dari Inggris, sejak ditandatangani Piagam Magna
Charta Tahun 1215 di Inggris. Semangat ini mengilhami
Declaration of Independence tahun 1776 di Amerika
Serikat, mengilhami Revolusi Prancis tahun 1789 dengan
semboyan :
Egalite  Persamaan
Liberti  Kebebasan
Fraternite  Persaudaraan
Kemudian semboyan tersebut masuk ke dalam
Declaration of Human Right 1948 dan perjanjian Roma
tahun 1950.
Declaration de I’homme et de citoyen  pernyataan
kebebasan warga negara/manusia.
Dalam sejarah hak asasi yang pertama dikenal adalah
hak asasi klasik (politik) yang dikemukakan oleh John
Locka, kemudian sekitar abad ke-19 pemahaman hak asasi
mengalami perkembangan. Sehingga hak asasi itu tidak
hanya dipandang dari sudut politik saja tetapi juga
mengandung dimensi sosial, sehingga timbullah pengertian

Lisda Syamsumardian, SH, MH.


Hukum Tata Negara 5
hak asasi non politik yang mencakup hak asasi dibidang
ekonomi, sosial, budaya dan lain-lain. Pelanggaran
terhadap hak asasi dapat diajukan ke pengadilan sebab
tujuan hak asasi politik diadakan adalah untuk membatasi
kekuasaan penguasa dalam suatu negara.
Hak asasi sosial sebenarnya merupakan kewajiban
pemerintah, oleh karena jika hak asasi sosial tidak
diselenggarakan pemerintah maka tidak dapat diajukan ke
pengadilan.

II. VAN DER POT


Hukum Tata Negara berisi aturan-aturan hukum dan
lembaga-lembaga hukum yang :
1. Menentukan bentuk negara
Bentuk negara yang terkenal ada dua macam yaitu :
a. Bentuk negara serikat federasi
b. Bentuk negara kesatuan

Negara Serikat
Suatu bentuk negara dimana pemerintah federal
mempunyai kekuasaan keluar. Sedangkan kekuasaan
kedalam adalah ditangan pemerintah bagian.

Negara Kesatuan
Sebagai bentuk negara dimana pemerintah pusat berdaulat
keluar dan kedalam.

Sesungguhnya antara bentuk negara serikat dan kesatuan


tidak ada perbedaan yang prinsip apabila kita lihat/tinjau

Lisda Syamsumardian, SH, MH.


Hukum Tata Negara 6
dari sudut sistem pembagian kekuasaan dalam dua negara
itu.
Ada dua cara sistem pembagian kekuasaan :
1) Sistem kekuasaan teritorial/wilayah
2) Sistem pembagian kekuasaan fungsional yaitu
berdasarkan fungsi/tugas masing-masing
Sistem Pembagian Kekuasaan Teritorial → Pembagian
wilayah kekuasaan seperti yang dianut dalam UU No. 5
Tahun 1974, UU No. 22 Tahun 1999, dan UU No. 32 Tahun
2004 tentang sistem pemerintah daerah. Menurut UU ini
wilayah Indonesia terbagi atas daerah-daerah propinsi,
kemudian daerah propinsi dibagi atas daerah-daerah
kabupaten dan kota madya sehingga wilayah kekuasaan
satu kabupaten adalah seluas wilayah kabupaten itu
sendiri.

Sistem Pembagian Kekuasaan Fungsional


Contoh :
Organisasi tradisional yang ada di Bali disebut Subak.
Organisasi ini mempunyai kekuasaan yang tidak bisa
dicampuri organisasi lain di bidang pengairan. Jadi Subak
mempunyai wewenang yang mandiri untuk mengatur
pembagian air di antara masyarakat. Contoh sederhana
adalah pembagian tugas dalam rumah tangga.
Apabila kita tinjau dari sudut pembagian kekuasaan
maka sistem pembagian kekuasaan dalam bentuk Negara
Serikat ada dua cara, yaitu :
1) Ditentukan lebih dahulu apa-apa saja yang menjadi
tugas dari pemerintah federal, sisanya menjadi urusan
pemerintah bagian.

Lisda Syamsumardian, SH, MH.


Hukum Tata Negara 7
2) Atau ditentukan lebih terlebih dahulu apa yang menjadi
tugas pemerintah negara bagian. Sedangkan sisanya
menjadi tugas pemerintah federal.
Contoh :
- Di AS misalnya urusan pertahanan keamanan dan
politik luar negeri selalu menjadi urusan pemerintah
federal. Yang lain menjadi urusan pemerintah bagian.
- Bentuk negara serikat menganut sistem pembagian
kekuasaan fungsional dan teritorial

Dalam Bentuk Negara Kesatuan Menganut Kedua Sistem


Ini
Sebab ada urusan-urusan yang diserahkan kepada
satuan-satuan tugas tertentu sehingga satuan tugas atau
badan yang bersangkutan mempunyai kewenangan yang
mandiri untuk menangani bidang tugas yang diserahkan.
Di samping itu kepada pemerintah daerah juga diberi
kekuasaan sendiri yang membedakan dengan kekuasaan
pemerintah pusat.
Kekuasaan daerah yang dimaksud disebut dengan
otonomi yaitu kekuasaan yang mengatur rumah tangga itu
sendiri. Dengan demikian dari sudut sistem pembagian
kekuasaan antara bentuk negara serikat dan kekuasaan
pada hakekatnya adalah sama.

2. Menentukan Bentuk Pemerintahan


Bentuk pemerintahan ada dua macam :
1) Bentuk monarki
2) Bentuk republik

Lisda Syamsumardian, SH, MH.


Hukum Tata Negara 8
Dalam hubungannya dengan sistem pengisian
kekuasaan jabatan, maka kita ketahui bahwa sistem
pengisian jabatan dalam bentuk monarki adalah turun
temurun. Sedangkan dalam bentuk republik lajimnya
melalui pemilihan.

Apa yang disebut dengan pemerintahan itu?


Pengertian Pemerintahan dibagi dua :
a. Pemerintahan dalam arti luas
b. Pemerintahan dalam arti sempit

Pemerintahan dalam arti luas adalah :


Penyelenggaraan negara, mencakup keseluruhan
kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh lembaga negara
yang terdapat dalam negara.
Contoh :
Indonesia → yang dimaksud dengan penyelenggaraan
negara adalah lembaga negara tertinggi dan lembaga
negara tinggi (sebelum amandemen UUD 1945). Sedangkan
setelah Amandemen UUD 1945 tidak ada lagi lembaga
negara tertinggi, semuanya adalah sebagai lembaga negara
yaitu MPR, DPR, DPD, Presiden, BPK, MA, MK, KY yang
kedudukannya sama (horizontal).

Pemerintah dalam arti sempit adalah :


Pertama-tama dalam pandangan teori Montesquieu,
adalah : Badan yang bertugas
menyelenggarakan/melaksanakan UU saja, tetapi sesuai
dengan perkembangan jaman, maka tugas pemerintahan
dalam arti sempit bukan hanya hal-hal yang diatur oleh

Lisda Syamsumardian, SH, MH.


Hukum Tata Negara 9
dan dalam UU saja akan tetapi meliputi juga hal-hal yang
tidak/belum diatur oleh UU. Jadi walau ada hal-hal belum
diatur oleh UU maka pemerintah tidak boleh
menyatakan/menolak dengan alasan belum diatur dalam
UU.
Kewenangan pemerintah untuk mengatur hal-hal yang
belum diatur oleh UU adalah berdasarkan satu asa yang
didalam hukum administrasi negara disebut Asas Diskresi.
Di dalam UU ’45 (sebelum diamandemen) disebutkan
bahwa Presiden adalah penyelenggara pemerintahan
tertinggi dibawah MPR dengan demikian Presiden kita
disebut sebagai pemerintah dalam arti sempit.
Presiden adalah suatu jabatan eksekutif individual. Di
samping itu ada jabatan eksekutif lain yang bersifat kolektif
yang namanya kabinet. Jadi pemerintah dalam arti sempit
adalah: Presiden atau kabinet tergantung kepada sistem
pemerintahan negara yang bersangkutan.
Dalam sistem keparlemenan seperti di Inggris maka
pemerintah dalam arti sempit adalah kabinet. Sedangkan di
AS dan Indonesia adalah Presiden sebagai pemerintah
dalam arti sempit.

Jabatan Eksekutif
1) Individual → Presoden, Kanselir
Contoh: AS, Indonesia, Jerman
2) Kolektif → Kabinet, Perdana Menteri
Contoh : Inggris, Prancis

Perbedaan Presiden dengan Perdana Menteri


 Presiden

Lisda Syamsumardian, SH, MH.


Hukum Tata Negara 10
Sebagai ketua lembaga eksekutif (pemerintah) dan
kepala negara.
 Perdana Menteri
Sebagai kepala pemerintahan dan bukan sebagai kepala
negara
3. Mengatur hubungan tata kerja diantara alat-alat
perlengkapan negara
4. Mengatur hak-hak dari para warga negara

III. LOGEMANN
Hukum Tata Negara adalah serangkaian kaidah-kaidah
hukum yang mengatur tentang 7 jabatan dalam negara :
A. Jabatan-jabatan dalam susunan ketatanegaraan suatu
negara yang tertentu
Maka timbul pertanyaan :
1. Apa yang disebut jabatan itu?
2) Apa yang disebut susunan ketatanegaraan itu?
JABATAN → Lembaga-lembaga negara yang tersebut
dalam Tap. MPR No. 1/MPR/1973 yaitu Lembaga-lembaga
Negara atau alat-alat perlengkapan negara seperti yang
tersebut di dalam Pasal 44 UUDS 1950.

Kesimpulan :
JABATAN = Lembaga-lembaga Negara (Tap. MPR
No.1/MPR/1973)
= Alat-alat perlengkapan negara (Pasal 44 UUDS
1950)

Lembaga Negara (Tap. MPR No. 1/MPR/1973)


- Lembaga negara tertinggi : MPR

Lisda Syamsumardian, SH, MH.


Hukum Tata Negara 11
- Lembaga negara tinggi : Presiden, DPA, DPR, BPK,
MA
- Sekarang dalam UUD 1945 (Amandemen) kedudukan
Lembaga-lembaga Negara sederajat.
Alat perlengkapan negara (Pasal 44 UUDS 1950)
- Presiden dan Wakil Presiden, Menteri-menteri (Kabinet)
DPR, MA, Dewan Pengawas Keuangan (DPK)
Susunan ketatanegaraan → ada dua pendapat :
1. Pendapat Witman → Structure of Government (susunan
pemerintahan)
2. Pendapat Prof. Bintan R. Saragih → susunan pembagian
kekuasaan yaitu mengenai lembaga-lembaga negara
baik mengenai fungsi, wewenang, kedudukan maupun
hubungan antara lembaga negara yang satu dengan
yang lain.

Pemerintahan dalam arti sempit → Presiden


Pemerintahan dalam arti luas → Keseluruhan lembaga

Sesungguhnya Structure of Government yang


dikemukakan WITMAN sama dengan susunan
ketatanegaraan LOGEMANN, sebab pemerintah dalam arti
luas mencakup keseluruhan lembaga-lembaga negara
mengenai fungsi, wewenang, kedudukan dan hubungan
antara lembaga yang satu dengan yang lain. Dengan
perkataan lain Structure of Government = Susunan
Ketatanegaraan = Susunan Pembagian Kekuasaan.

Lisda Syamsumardian, SH, MH.


Hukum Tata Negara 12
B. Pembentukan/mengadakan jabatan-jabatan
Contoh : Pembentukan UUD 1945
1. Secara yuridis histories : PPKI
2. Secara yuridis konstitusional : MPR

C. Cara pengisian jabatan


MAURICE DUVERGER → dalam bukunya “Teori dan
Praktik Tata Negara”.
Cara-cara pengisian jabatan antara lain adalah :
1. Turun temurun (dinasti)
2. Kooptasi (penunjukan)
3. Pemilihan (langsung dan tidak langsung)
4. Perebutan kekuasaan, pengundian
Perbutan kekuasaan ini dibagi atas :
- Revolusi → suatu usaha untuk merebut kekuasaan
dengan melibatkan rakyat.
- Coup d’ etat = kudeta
Coup = Memotong d’ etat = Negara
Kudeta adalah suatu usaha perebutan kekuasaan yang
dilakukan oleh sekelompok orang yang termasuk
anggota pemerintahan. Jadi kudeta pasti dilakukan oleh
intern pemerintahan.
- Pronunciaminento → suatu usaha perebutan kekuasaan
yang dilakukan oleh kelompok militer yang terdapat di
Negara Amerika Latin.

D. Tugas-tugas jabatan
Misal : Tugas MPRT yang diatur dalam Tap MPR No.
1/MPR/1983, yaitu :
- Menetapkan UUD

Lisda Syamsumardian, SH, MH.


Hukum Tata Negara 13
- Menetapkan GBHN
- Memilih dan mengangkat Presiden dan Wakil Presiden

E. Wewenang Hukum Jabatan


Dalam Pasal 4 Tap. MPR di atas disebutkan ada 9
kewenangan MPR, antara lain :
a. Membuat putusan yang dibatalkan oleh lembaga lain
termasuk penetapan GBHN.
b. Memberikan penjelasan yang bersifat penafsiran
terhadap keputusan-keputusan Majelis.
Bentuk keputusan MPR ada 3 macam :
1. UUD 1945
2. Ketetapan MPR
3. Keputusan MPR
Perbedaan ketetapan dan keputusan :
- Ketetapan adalah bukan hanya berlaku untuk MPR
saja tetapi juga mengikat keluar.
- Keputusan adalah mengikat kedalam
Jadi jika MPR memiliki wewenang untuk menafsirkan
keputusan MPR maka berarti MPR memiliki
wewenang untuk menafsirkan UUD 1945.
Contoh :
 Pengambilan keputusan di DPR tidak di atur di
dalam UUD 1945
 Keputusan MPR diatur dalam UUD 45 yaitu oleh
suara terbanyak.
Menyelesaikan pemilihan dan selanjutnya memilih
Presiden dan Wakil Presiden
c. Meminta pertanggungjawaban Presiden/Mandataris

Lisda Syamsumardian, SH, MH.


Hukum Tata Negara 14
d. Membuat mandat dan memberhentikan Presiden dalam
masa jabatan.
e. Mengubah UUD
f. Mengambil/memberi keputusan
Dari 9 kewenangan MPR ada 1 kewenangan yang
sangat mendasar yaitu wewenang MPR untuk mengubah
UUD, yaitu terdapat juga dalam Pasal 37 UUD 1945.

MENURUT K.C. WHEART, KONSTITUSI, DAPAT DIUBAH


DENGAN 4 CARA :
1. Some Primary Forces: dimana bunyi kalimatnya tidak
berubah, akan tetapi dalam praktek ketatanegaraan
ketentuan konstitusi tidak dilakukan karena adanya
kekuatan dari masyarakat yang menjadi dasar dan
ketentuan tersebut. Contoh : Perang mengancam suatu
negara tidak ditaatinya konstitusi, karena perang
menjadi berubahnya konstitusi, seperti krisis ekonomi
(di USA tahun 1993) dan adanya Perang Dunia ke II ini
yang menjadi berubahnya konstitusi.
2. Formal amandemen; dimana perubahan konstitusi
sebagaimana diatur oleh UUD itu sendiri.
Contoh : Pasal 37 UUD 1945 (perubahan UUD)

3. Judicial interpretation: dimana perubahan konstitusi


dilakukan melalui penafsiran (konstitusi dapat diubah
melalui penafsiran)
Contoh : Pasal 1365 KUHP Perdata: “Onrecht
matigheiddaad” artinya perbuatan melanggar hukum.
Onwegnatig: yang berlawanan (bertentangan) dengan
kepatutan.

Lisda Syamsumardian, SH, MH.


Hukum Tata Negara 15
Arrest Cerobong Asap, perbuatan tidak melanggar UUD
akan tetapi merusak pemandangan orang lain.
Jadi konstitusi dapat berubah dengan melalui
penafsiran, UUD nya tidak berubah tetapi dapat
ditafsirkan lain.
4. Usges and Conventions; kebiasaan-kebiasaan
ketatanegaraan, karena kebiasaan dipenuhi maka lama-
kelamaan menjadi konvensi (konstitusi dalam arti
sempit adalah UUD).
F. Hubungan Kekuasaan Jabatan antara satu dengan yang lain
Contoh: Hubungan Pemerintahan Pusat dengan
Daerah; DPR dengan Presiden; MA dengan Presiden
(memberikan nasihat-nasihat hukum).
G. Batas-batas Organisasi Negara dan bagian-bagiannya serta
tugas-tugas dan kewajibannya
- Batas-batas itu merupakan hak-hak dasar (HAM)
- Menyangkut pula daya mengikatnya peraturan
perundang-undangan dibagi dalam 3 bagian yaitu :
1. Daya mengikatnya pribadi-pribadi
2. Daya mengikatnya dalam waktu
3. Daya mengikatnya dalam ruang

IV. WADE DAN BRADLEY


Menurut Wade dan Bradley HTN adalah peraturan-peraturan
tentang :
a. Alat perlengkapan negara dan susunannya
b. Hubungan alat perlengkapan negara itu satu sama lain
c. Peraturan yang berkenaan dengan fungsi dan alat-alat
perlengkapan negara itu.

Lisda Syamsumardian, SH, MH.


Hukum Tata Negara 16
HTN adalah serangkaian kaedah hukum yang mengatur
susunan alat-alat perlengkapan negara, hubungan kekuasaan
satu sama lain dan fungsi-fungsi yang mendasar.

V. DCM YARDELY (MATERI HTN DI KERAJAAN INGGRIS


1. Kaedah-kaedah hukum yang berkenaan dengan
komposisi/susunan Badan Perwakilan Rakyat Pusat dan
Kekuasaannya.
2. Kaedah hukum tentang komposisi dan fungsi Pemerintah
Nasional.
3. Kedudukan kekuasaan kehakiman dan sistem peradilannya.
4. Peraturan yang mengatur diakuinya mengenai pribadi-
pribadi mempunyai kebebasan, tetapi mempunyai batasan-
batasannya.
5. Mengatur hubungan antara kekuasaan eksekutif dengan
individu.
6. Peraturan hukum kewarganegaraan juga hukum yang
mengatur kedudukan orang asing.
7. Peraturan kedudukan lembaga-lembaga nasional tertentu,
seperti angkatan perang dan gereja.
8. Mengatur hubungan antara Pemerintah Pusat dengan
Pemerintah Daerah.
9. Hubungan kerajaan Inggris dengan jajahan: juga hubungan
kerajaan Inggris dengan anggota-anggota yang merdeka dari
anggota persemakmuran.

DCM YARDELY : Keunikannya ada pada nomor 9


- Kerajaan Inggris mengatur hubungan dengan jajahan-
jajahan, juga mengatur hubungan dengan negara-negara
mereka dari anggota persemakmuran.

Lisda Syamsumardian, SH, MH.


Hukum Tata Negara 17
- Alasan uniknya: Setiap negara yang sudah merdeka
mempunyai HTN sendiri. Negara yang merdeka dan
berdaulat mempunyai UUD/konstitusi dan bebas dari
pengaruh negara lain. Dan hubungan antara negara
merdeka dan berdaulat itu tidak dapat dikuasai oleh HTN
kerajaan Inggris, akan tetapi dikuasai oleh hukum
internasional.

OBJEK PENYELIDIKAN DAN METODE PENDEKATAN ILMU HTN


Rumusan dari para Sarjana tentang Objek Penyelidikan Ilmu HTN
:
1. PROF. BURKENSL Ilmu HTN dimana objek penyelidikannya
dalam SISTEM PENGAMBILAN KEPUTUSAN dalam negara
sebagaimana distrukturkan dalam hukum. Pengambilan
Keputusan (Beslissing System).
Contoh : Presiden dan Wakil Presiden dilpilih langsung
oleh rakyat (Pasal 6A (1) UUD 1945): Kedaulatan di tangan
rakyat dan dilakukan menurut UUD (Pasal 1 (2) UUD 1945).
BURKENS juga mengatakan dengan syarat-syarat
pencalonan Presiden dan Wakil Presiden harus seorang warga
negara Indonesia sejak kelahirannya dan tidak pernah
menerima kewargaan negara lain, dan …. Sehat rohani dan
jasmani, dan seterusnya.
Syarat-syarat untuk itu diatur lebih lanjut dengan UU.
Pendapat Prof. Burkens ditentang oleh Prof. Belinfante
akan tetapi keduanya mempunyai kesamaan.
2. PROF. BELINFANTE : ilmu HTN objek pendekatannya adalah
SISTEM PENGAMBILAN KEPUTUSAN SAMA, akan tetapi
adanya DISTRUKTURKAN dan TIDAK DISTRUKTURKAN dalam
hukum.

Lisda Syamsumardian, SH, MH.


Hukum Tata Negara 18
Kemudian Prof Belinfante juga mengemukakan tentang
yang tidak ditemukan dalam HTN/UUD yaitu: Tidak
Distrukturkan, misalnya :
- Presiden setelah dipilih oleh rakyat kemudian membentuk
kabinet
- Kepada siapa calon-calon menteri itu diajukan, dan lain-
lain.
Tetapi adalah merupakan tugas STAATSBOEFERNAAR
(Pemberhenti HTN) untuk mewujudkan pelaksanaan hukum
itu:
a. Dalam hukum tertulis
b. Dalam hukum tidak tertulis
c. Dalam jurispurdensi (keputusan pengadilan) yang
mempunyai kekuatan hukum yang pasti (NEBIS IN IDEM)
untuk dilaksanakan.
PROF. BELINFANTE mengemukakan bahwa sistem
pengambilan keputusan yang tidak distrukturkan dalam
hukum karena HTN memuat aturan-aturan yang mengatur
hubungan antar manusia.
Contoh: Sistem Pengambilan Keputusan yang Tidak
Distrukturkan di Belanda :
- Pembentukan Kabinet di Belanda
- Menganut sistem Multi Partai
- Kabinet atau Dean Menteri (Pemerintah) bertanggung jawab
kepada Parlemen dan apabila kabinet mendapat MOSI
TIDAK PERCAYA dari parlemen maka kabinet harus
menyerahkan mandatnya, dimana mandat itu diserahkan
kepada Ratu/raja (sebagai Kepala Negara). Istilah ini kabinet
dalam keadaan DOMISIONER: kabinet yang jatuh dapat

Lisda Syamsumardian, SH, MH.


Hukum Tata Negara 19
melakukan pekerjaan rutinnya akan tetapi tidak boleh
mengambil keputusan yang mendasar.
- Lalu Ratu (Kepala Negara) berbincang-bincang dengan para
pembantu-pembantunya atau penasehat membicarakan
siapa yang akan ditunjukkan sebagai pembentuk kabinet
dan wewenang yang menunjuk adalah ratu.
- Kebiasaan di Belanda yang diangkat adalah pemimpin partai
politik yang menyebabkan jatuhnya kabinet.
- Pembentuk Kabinet setelah ditujukan dalam waktu yang
singkat sudah membentuk kabinet
- LANGKAH-LANGKAH DIAMBIL SESUDAH DIBENTUK
KABINET ADALAH
1) Pembentukan kabinet harus berkonsultasi dengan partai-
partai politik.
2) Mengadakan pembicaraan-pembicaraan dengan partai
politik mengenai sesuatu pendapat-pendapat mengenai
program kerja.
3) Pembentukan kabinet berkerjasama dengan partai-partai
politik di belanda tidak ada ½ (setengah) dari partai
politik yang menguasai disebut Kabinet Koalisi.
4) Pembentukan Kabinet dan partai-partai politik
membicarakan program-program yang akan
dilaksanakan setelah menghasilkan satu program yang
terbaik, kemudian memilih PM dan menteri-menterinya.
3. A.M. DONNER, Objek Ilmu HTN adalah PENEROBOSAN
NEGARAOLEH HUKUM. Artinya negara harus dipisahkan
dengan hukum atau sebaliknya. Masalah HTN itu mengenai
penerobosan hukum kepada negara
Sebelumnya kita harus mengetahui negara itu apa?

Lisda Syamsumardian, SH, MH.


Hukum Tata Negara 20
Menurut Logemann, negara adalah organisasi kekuasaan,
disebut organisasi kekuasaan, karena dalam negara ada
lembaga-lembaga negara seperti MPR, DPR, DPD, Presiden,
DPK, MA, MK, KY.
Kekuasaan itu apa dan mengapa negara dianggap
mempunyai kekuasaan? Kekuasaan adalah kemampuan untuk
mempengaruhi dan memaksakan kehendaknya atau
mengendalikan pihak lain atau kelompok lain. Di dalam negara
ada 2 (dua) Lingkup Kekuasaan, yaitu :
1) Supra struktur politik, misalnya Legislatif, eksekutif, dan
Yudikatif.
Menurut UUD 1945: MPR, DPR, DPD, PRESIDEN, BPK, MA,
MK, KY
2) Infra struktur politik, yaitu :
a) Partai politik
b) Tokoh masyarakat
c) Golongan kepentingan
d) Golongan penekan
e) Media: elektronik dan cetak
f) Budaya politik atau perilaku politik rakyat
g) Hubungan antara sipil/militer antar negara
h) Dan lain-lain
Menurut LORD ACTON (pakar politik): “POWER TENDS TO
CORRUPT, ABSOLUTE POWER CORRUPTS TO ABSOLUTELY”
artinya kekuasaan itu cenderung bersalahguna atau
mempunyai kecenderungan disalahgunakan oleh yang
memegang kekuasaan.
Sehingga untuk membatasi kekuasaan haruslah
diciptakan HUKUM/UUD sebagai: CARA PEMBATASAN
KEKUASAAN, yaitu :

Lisda Syamsumardian, SH, MH.


Hukum Tata Negara 21
1) Masing-masing jabatan ditentukan dengan tugas dan
wewenang serta hak-haknya yang jelas. Misalnya: Tugas dan
Wewenang Presiden apa. DPR tugas dan wewenang apa?
Dan lain-lain. Hal ini dilihat dari ISI nya.
2) Pembatasan kekuasaan dilihat dari segi WAKTU, jadi setiap
jabatan negara harus dibatasi/ditentukan dengan masa
waktunya. Misalnya: Presiden Indonesia masa jabatannya 5
tahun dan hanya dapat dipilih sekali lagi (dua periode).
Presiden Amerika Serikat masa jabatannya 4 tahun hanya
untuk dua periode; Presiden Filipina masa jabatan 7 tahun
dan hanya satu periode.

“DE DOORDRING VAN STAAT MET HET RECHT” Artinya


Hukum masuk ke dalam negara
Pertanyaan : Apakah pendapat AM Donner lebih dekat
dengan Burkens atau Belifante.
4. PROF. HIRSCH BALIN, yang dibicarakan bukan objek ilmu HTN
akan tetapi objek konstitusi tidak menyatakan ilmunya.
Menurut beliau, bahwa hukum konstitusi adalah lebih
sempit dari HTN, dan HTN termasuk kedalam konstitusi.
HTN dalam arti luas sama dengan HTN dalam arti sempit
+ HTP + HAN. Kemudian beliau mengatakan bahwa hal-hal
yang diluar konstitusi (UUD) tidak termasuk objek penyidikan
constitutionalrecht adalah aturan yang menjadi konstitusi itu
sendiri.
HTN sebagai kaidah-kaidah hukum yang mempunyai
obyek pembahasan, yaitu :
1) Obyek umum
2) Obyek khusus

Lisda Syamsumardian, SH, MH.


Hukum Tata Negara 22
Obyek umum → kaidah yang mengatur negara pada umumnya
Apabila dalam ilmu negara dipelajari pengertian pokok
tentang negara dengan tidak terikat kepada suatu negara
tertentu, melainkan negara dalam pengertian yang abstrak.
Maka dalam hukum tata negara kita sudah mempelajari suatu
negara tertentu. Negara inilah yang menjadi obyek umum dari
Hukum Tata Negara. Misalnya apabila kita bicara tentang
Negara Indonesia maka obyek umum dari Hukum Tata Negara
yang kita maksud adalah Negara Indonesia itu sendiri bukan
negara dalam arti abstrak pada waktu mempelajari negara
dalam masa kuliah ilmu negara.

Obyek khusus → kaidah yang mengatur tentang organisasi


negara pada khususnya.
Obyek khusus HTN ialah susunan kekuasaan yang
terdapat di dalam negara. Hal ini berhubungan dengan
keberadaan negara sebagai suatu organisasi kekuasaan.
Sebagaimana dikemukakan oleh Prof. Sumantri, SH yang
berbunyi “Negara adalah organisasi kekuasaan, dengan
demikian maka obyek khusus HTN dengan perkataan lain
adalah susunan keorganisasian suatu negara yang tertentu”.
Jadi tegasnya secara khusus, kita mempelajari susunan suatu
organisasi negara.
Pertanyaan :
Apa sebab dikatakan bahwa negara adalah susunan organisasi
kekuasaan?
Sebabnya adalah di dalam negara itu terdapat dua pusat
kekuasaan, yaitu pusat kepuasan pada :
1) Supratuktur atau susunan atas
2) Infrastuktur

Lisda Syamsumardian, SH, MH.


Hukum Tata Negara 23
SUPRATUKTUR
Supratuktur politik adalah istilah yang
menunjukkan/mengandung arti struktur atas. Di dalam
supratuktur ini terdapat lembaga-lembaga negara seperti
badan eksekutif, badan legislatif, badan yudikatif, dan lain-lain
badan negara sesuai dengan susunan lembaga negara yang
diatur dalam UU/konstitusi negara yang bersangkutan. Jadi
lembaga-lembaga negara itu dipandang sebagai pusat-pusat
kekuasaan dalam negara, dengan demikian MPR, Presiden,
DPR, BPK, MA dan DPA dapat kita pandang pula sebagai
pusat-pusat kekuasaan Negara RI, pada tingkat supratuktur.
Kekuasaan yang dimiliki oleh masing-masing lembaga
negara, adalah berbeda. Jadi dapat kita katakan MPR adalah
pusat kekuasaan kostitutif. Presiden adalah pusat
kekuasaan/legislatif, DPR adalah pusat kekuasaan legislatif,
BPK adalah pusat kekuasaan inspektif. DPA adalah pusat
kekuasaan konsulatif dan MA adalah pusat kekuasaan
kehakiman.

INSFRASTUKTUR
Infrastruktur politik adalah kehidupan politik rakyat yang
merupakan dasar bagi supratuktur. Infrastruktur ini meliputi
beberapa unsur/komponen/bagian dari :
1) Sistem kepartaian/partai politik
2) Kelompok-kelompok kepentingan
3) Kelompok-kelompok penekan
4) Tokoh-tokoh politik (lokal/nasional)
5) Alat komunikasi politik (televisi, radio, surat kabar, dan lain-
lain)

Lisda Syamsumardian, SH, MH.


Hukum Tata Negara 24
6) Budaya/perilaku politik rakyat
7) Hubungan antara sipil/militer antar negara
8) Dan lain-lain

METODE PENDEKATAN DALAM HUKUM TATA NEGARA


Dalam ilmu pengetahuan ada dua hal penting apabila kita
hendak mempelajari sesuatu bidang ilmu yang tertentu. Kedua hal
tersebut ialah mengenai obyek dan mengenai metode pendekatan
terhadap obyek.
Jika bidang ilmu yang akan kita pelajari adalah bidang ilmu
hukum, maka tentu saja obyek yang dibahas adalah kaidah-
kaidah hukumnya terutama kaidah-kaidah hukum positifnya
yaitu hukum yang berlaku pada suatu waktu dan tempat yang
tertentu. Untuk mendekati obyek ini maka dapat dipakai beberapa
macam metode atau cara pendekatan. Pertama-tama kita bisa
mempelajari suatu ketentuan menurut susunan teks atau
redaksinya. Dari redaksi itu maka kita dapat mengetahui apa
sesungguhnya isi ketentuan itu.
Acapkali cara seperti ini kurang memuaskan, sehingga kita
perlu melakukan pembahasan dengan metode atau cara lain.
Salah satu cara ialah dengan mempelajari sejarah terbentuknya
peraturan-peraturan tersebut. Kalau dengan cara seperti ini
hasilnya masih tetap kurang memuaskan, maka dapat pula
dilakukan cara lain lagi yaitu dengan cara memperbandingkan apa
yang dipelajari dengan hal yang sama yang diatur oleh dan dari
dalam peraturan yang lain. Di dalam HTN ada tiga metode
pendekatan, yang dipakai yaitu :
1. Metode yuridis formal
2. Metode yuridis historis
3. Metode yuridis komperatif (metode perbandingan)

Lisda Syamsumardian, SH, MH.


Hukum Tata Negara 25
Metode Yuridis Formal
Metode yuridis formal adalah salah satu metode atau cara
pendekatan yang menitik beratkan kepada makna yang akan
dipelajari. Metode yuridis formal ini adalah metode utama yang
lazim dipakai di dalam semua bidang hukum. Oleh karena itu
dalam hubungannya dengan bidang HTN, maka metode yuridis
formal ini dapat pula kita pakai sebagai metode pendekatan
terhadap obyek yang akan kita pelajari yaitu kaidah-kaidah HTN
positif. Sebagai contoh misalnya kita ingin mempelajari Pasal 6
ayat (2) UUD 1945 (sebelum diamandemen) yang menyatakan
“Presiden dan Wakil Presiden dipilih dan diangkat dengan suara
terbanyak”. Pasal 6A (1) UUD 1945 (sudah amandemen): “Presiden
dan dan Wakil Presiden dipilih dalam satu pasangan secara
langsung oleh rakyat”. Apabila kita memakai metode yuridis
formal yang kita pelajari adalah apa isi pasal itu. Dari sinilah kita
dapat menarik pengertian apa yang dikehendaki oleh
bunyi/redaksi pasal ini.

Metode Yuridis Historis (Metode Sejarah)


Adakalanya hasil yang dicapai dengan metode pendekatan
yuridis formal tidak jelas, sehingga tidak dapat diketahui apa
pengertian yang dikandung didalam suatu ketentuan. Oleh sebab
itu dapat dipakai metode lain yaitu metode yuridis historis.
Dengan metode ini kita mempelajari sejarah terbentuknya
ketentuan di maksud. Misalnya sebagai contoh kita ambil Pasal 6
ayat 1 UUD 1945 (sebelum diamandemen) yang menyatakan
bahwa “ Presiden adalah orang Indonesia asli”. Sedang dalam
Pasal 6 (1) UUD 1945 (sudah amandemen): “Calon Presiden dan
Wakil Presiden harus seorang warga negara Indonesia sejak
leahirannya dan tidak pernah menerima kewarganegaraan lain

Lisda Syamsumardian, SH, MH.


Hukum Tata Negara 26
karena kehendaknya sendiri, tidak pernah mengkhianati negara,
serta mampu secara rohani dan jasmani untuk melaksanakan
tugas dan kewajiban sebagai Presiden dan Wakil Presiden.

Pertanyaan : Apa maksud pasal ini?

Untuk memahami pasal ini, kita tidak dapat memakai metode


yuridis formil lagi, kita harus memakai metode yuridis histories.
Menurut sejarah sebelum Indonesia merdeka terdapat
peraturan yang membuat penggolongan masyarakat di wilayah
Hidia Belanda yang diatur dalam Pasal 163, IS yo Pasal 131, IS.
Menurut ketentuan ini di Hindia Belanda terdapat tiga
golongan masyarakat yaitu :
1. Keturunan Belanda dan yang dipersamakan dengan Belanda
2. Keturunan timur asing, misalnya : India, Cina dan yang
dipersamakan dengan itu yakni Arab, dan lain-lain
3. Pribumi atau penduduk asli

Metode Yuridis Komperatif


Metode yuridis komperatif ini maksudnya adalah untuk
memberikan penjelasan sesuatu dengan cara memperbandingkan.
Misalnya sebagai contoh, dalam Pasal 7 UU 1945 disebutkan
bahwa “Presiden mempunyai masa jabatan lima tahun dan
sesudahnya dapat dipilih kembali. “Untuk memahami maksud
pasal ini dan untuk lebih jelas lagi, maka kita dapat
memperbandingkan pasal ini dengan pasal yang mengatur hal
yang sama dalam konstitusi negara lain, misalnya Amerika Serikat
dan Philipina. Dalam konstitusi Amerika Serikat. Masa jabatan
Presiden adalah adanya batasan masa batasan/kekuasaan.
Pembatasan kekuasaan adalah dianggap perlu karena adanya

Lisda Syamsumardian, SH, MH.


Hukum Tata Negara 27
kecenderungan bagi si pemegang kekuasaan untuk
menyelewengkan kekuasaannya seperti dikatakan oleh Loard
Acton, “Power tends to corrupt, absolute power corrupt absolutely”,
yang artinya bahwa, “kekuasaan cenderung disalahgunakan,
kekuasaan yang mutlak pasti diselewengkan.
Dalam hubungannya dengan pembatasan kekuasaan ini ada
dua cara yang dapat ditambah yaitu :
1. Membatasi kekuasaan menurut waktunya
2. Membatasi kekuasaan menurut isinya

Pembatasan kekuasaan menurut waktunya, misalnya adalah


Pasal 7 UUD 1945 (sebelum diamandemen) yaitu pembatasan
kekuasaan Presiden selama lima tahun dan sesudahnya bisa
dipilih kembali. Pasal 7 UUD 1945 (setelah amandemen) :
“Presiden dan Wakil Presiden memegang jabatan selama lima
tahun, dan sesudahnya didapat dipilih kembali dalam jabatan
yang sama, hanya untuk satu kali masa jabatan”.
Pembatasan kekuasaan menurut isinya, misalnya ialah
seperti yang telah dikemukakan oleh teori Montesqiu yaitu ada
pembatasan kekuasaan dimana kekuasaan legislatif hanya diberi
kewenangan untuk membuat undang-undang saja.
Sedangkan untuk melakukan undang-undang itu tidak
diberikan kepada kekuasaan legislatif, melainkan diserahkan
kepada kekuasaan eksekutif. Demikian pula dengan kekuasaan
untuk menindak setiap pelanggaran terhadap undang-undang,
tidak diberikan kepada kekuasaan eksekutif, namun diserahkan
kepada kekuasaan yudikatif.
Dalam prakteknya ketiga metode pendekatan yang disebut
tadi tepat diberlakukan bersama-sama secara tersendiri. Apabila

Lisda Syamsumardian, SH, MH.


Hukum Tata Negara 28
kita mempelajari ilmu hukum, kita menerima perbandingan
hukum itu atas Hukum Publik dan Hukum Private.
Di dalam hukum Publik antara lain termasuk bidang Hukum
Tatanegara, Hukum Pidana dan Hukum Administrasi Negara.
Sedangkan ke dalam Hukum Private biasanya disebutkan meliputi
Hukum Perikatan, Hukum Kekeluargaan, Hukum Dagang, Hukum
Agraria, Hukum Perburuhan dan lain-lain sebagainya.
Adalah sulit untuk membuat skema letak bidang-bidang itu,
yang satu sama lainnya secara pasti dapat menunjukkan dekat
tidaknya, luas sempitnya ruang lingkup masing-masing bidang
hukum.
Mengenai letak kedudukan masing-masing bidang hukum
itu, pendapat antara para sarjana adalah berbeda satu sama lain.
Misalnya Van Wyk membuat skema sistem hukum Belanda
sebagai berikut :

Sistem Hukum Belanda Menurut Van Wyk


Hukum Hukum Hukum
Perdata Administrasi Pidana
Negara
Hukum Acara Hukum Acara Hukum Acara
Perdata Administrasi Pidana
Negara
Hk. Hk. Hk.
Organisasi Organisasi Organisasi
Peradilan Adm. Negara Peradilan
Perdata Pidana

HTN Formal/Material

Lisda Syamsumardian, SH, MH.


Hukum Tata Negara 29
Berbeda dengan Van Wyk, Crence Le Roy membuat skema sebagai
berikut :

SKEMA DARI CRENCE LE ROY

Hukum Tata Negara

Hukum Hukum
Perdata HAN Pidana

Hk.Ac. Hukuman Acara Hk.Ac.


Perd. Administrasi Negara Pid.

Skema tersebut diatas menunjukkan letak cabang-cabang


ilmu hukum satu sama lain dan ruang lingkupnya. Dalam skema
Van Wyk diatas dapat kita lihat bahwa hukum perdata menurut
Van Wyk lebih dekat hubungannya dengan HAN dibandingkan
HTN. Sedangkan dari skema Crence Le Roy kita lihat bahwa HTN
lebih dekat hubungannya dengan HAN. Disamping itu ruang
lingkup HAN menurut Crence Le Roy adalah paling luas
dibandingkan dengan bidang hukum.
Dalam perkembangan dewasa ini maka pada prinsipnya kita
dapat menerima pendapat Le Roy yang menganggap HAN
mempunyai ruang lingkup yang paling luas diantara bidang
hukum lainnya.

Pertanyaan : Apa sebab demikian?

Sebab antara lain dapat kita jelaskan sebagai berikut :


Menurut KUHPer, hubungan kerja antara majikan dengan
buruh adalah merupakan hubungan perdata berdasarkan

Lisda Syamsumardian, SH, MH.


Hukum Tata Negara 30
perjanjian antara kedua belah pihak. Jadi prinsipnya bersifat
perikatan murni/Hukum Perdata Murni.
Di dalam perkembangan berikutnya ternyata hal yang
demikian ini, tidak lagi murni sebagai hukum perdata karena
adanya intervensi/campur tangan pemerintah kedalam perjanjian
yang dibuat oleh para pihak yang bersangkutan.
Intervensi pemerintah ini tampak didalam penentuan upah
minimum yang harus dibayarkan oleh seorang majikan terhadap
buruh. Demikian pula didalam mengakhiri hubungan kerja, dan
campur tangan pemerintah. Sebab menurut ketentuan pemutusan
hubungan kerja harus mendapat izin dari pemerintah.
Campur tangan pemerintah di dalam hal ini membuat sifat
hubungan kerja itu tidak lagi semata-mata sebagai perikatan
berdasarkan hukum perdata. Campur tangan pemerintah itu
menunjukkan bahwa adanya aspek HAN dalam hukum perdata.
Contoh lainnya misalnya untuk kepentingan umum, pemerintah
berhak mencabut atas tanah yang dimiliki rakyat. Pencabutan hak
yang dimiliki itu bukan menjadi studi bidang Hukum Agraria,
tetapi mencakup bidang studi HAN. Dari dua contoh di atas
tampak bahwa dewasa ini ruang lingkup HAN semakin bertambah
luas.

Lisda Syamsumardian, SH, MH.


Hukum Tata Negara 31
HUBUNGAN HUKUM TATA NEGARA DENGAN ILMU-ILMU
KENEGARAAN LAINNYA

HTN sebagai cabang dari ilmu-ilmu kenegaraan mempunyai


hubungan dengan ilmu-ilmu kenegaraan lainnya seperti :
1. Ilmu negara
2. Ilmu politik
3. Hukum Administrasi Negara
4. Perbandingan HTN
ad.1) Hubungan HTN dengan Ilmu Negara
Ilmu Negara sangat erat hubungannya dengan HTN, karena
ilmu negara mempelajari negara pada umumnya tanpa
terikat kepada waktu dan tempat tertentu. Sedangkan HTN
mempelajari suatu negara yang tertentu saja. Jadi terikat
dengan waktu dan tempat tertentu.
Misalnya :
Kalau kita mempelajari HTN maka akan timbul pertanyaan
negara mana yang kita pelajari, bagaimana hukumnya di
negara itu sehingga kita harus menunjuk suatu negara
tertentu misalnya negara Indonesia. Jadi HTN yang kita
pelajari itu adalah Hukum Tata Negara Indonesia
Ilmu negara → genus
Ilmu Tata Negara → species

ad.2) Hubungan HTN dengan Ilmu Politik


Hubungan HTN dengan ilmu politik sangat erat, karena satu
sama lain saling melengkapi sehingga seorang sarjana ilmu
politik bernama K. Barens menyatakan bahwa, HTM adalah
ibarat kerangka manusia dan ilmu politik ibarat daging
manusia itu. Sebagai contoh pada awal kemerdekaan yaitu

Lisda Syamsumardian, SH, MH.


Hukum Tata Negara 32
tanggal 16 Oktober 1945 pemerintah menggelarkan
maklumat X yang isinya antara lain menyatakan Komite
Nasional Indonesia

ad.3) Hubungan HTN dengan HAN


Hubungan HTN dengan HAN adalah, HTN praktis
mempelajari mengenai kededukan dan kewenangan serta
tugas-tugas dari pada Lembaga Negara serta mekanisme
keberadaannya, akan tetapi HAN lah yang mengatur atau
mempelajari, apa tugas-tugas yang harus di jalani oleh
Lembaga Negara tersebut sehingga terwujudlah cita-cita
Bangsa dan Negara Indonesia.

SUMBER-SUMBER HUKUM TATA NEGARA

Sebelum kita membicarakan sumber-sumber HTN terlebih


dahulu ada baiknya kita membicarakan sumber hukum pada
umumnya. Hukum itu oleh orang awam digambarkan secara
deskriptif yang sama diartikan sebagai peraturan perundang-
undangan. Jadi segala sesuatu yang harus ditaati itu adalah
hukum. Pandangan-pandangan orang awam tersebut tidak salah.
Kalau kita lihat dari Sistematika Hukum dibagi 2 yaitu :
1. Hukum yang tertulis, yaitu kaidah hukum yang dibuat oleh
badan yang berwenang yang lazimnya disebut Peraturan
Perundang-undangan.
2. Hukum yang tidak tertulis yaitu kebiasaan-kebiasaan
ketatanegaraan (Konvensi).

Lisda Syamsumardian, SH, MH.


Hukum Tata Negara 33
Kalau kita kaitkan dengan sumber-sumber hukum ternyata
tidak sederhana itu karena orang dapat melihat dari berbagai
macam segi yaitu sumber hukum materiel dan sumber hukum
formil.
- Sumber hukum materiel (Isi) yaitu dilihat dari segi filsafat; segi
histories sosiologis dan segi yuridis.
- Sumber hukum formil (bentuk) yaitu peraturan perundang-
undangan yang berlaku (hukum positif)
Sumber HTN dapat dibagi atas dua sumber hukum yaitu :
1. Sumber hukum material (Kenborn)
2. Sumber hukum formil (Welbron)
Sumber hukum formil → terdiri atas empat bagian yaitu :
a. Hukum tertulis → sumber
b. Hukum tidak tertulis → HTN
c. Yurisprudensi → menurut
d. Dokrin → teori
e. Traktat → perja
njian
sumber hukum material adalah sumber yang menentukan isi
hukum, artinya isi kaidah-kaidah HTN itu tidak boleh
menyimpang dari/atau bertentangan dengan sumber materialnya.
Bagi bangsa Indonesia, sumber hukum material itu ialah
pembukaan UUD 1945 dimana tercantum Pancasila.
Sumber hukum formal adalah sumber dari mana kita dapat
mengetahui apa yang menjadi HTN itu, sumber hukum formal
khususnya sumber hukum tertulisnya dapat berbentuk atau
dalam bentuk UUD, UU, Perpu, dan lain sebagainya termasuk UU
organik.
Bagi Indonesia sumber hukum tertulis HTN disamping ketiga
sumber lainnya diatur dalam Ketetapan MPRS No.

Lisda Syamsumardian, SH, MH.


Hukum Tata Negara 34
XX/MPRS/1996 dan diganti Ketetapan MPR No. III Tahun 2000
dan selanjutnya diatur dalam UU No. 10 Tahun 2004.

ASAS HUKUM TATA NEGARA


Asas itu suatu bangunan hokum yang didasari oleh nilai-nilai
kemanusiaan , dan hokum itu sendiri adalah, hokum yang dibuat
harus ada cita-cita hukumnya yang terkandung dalam pancasila,
karena pancasila adalah pedoman dalam pembuatan humum yang
bersifat regulative.
1. Asas Pancasila
Dalam Asas Pancasila terkamdung unsur-unsur atau nilai-
nilai yang terdapat dalam pembukaan UUD 1945.
1. Persatuan atau Integritas bangsa
2. Nilai Keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia
3. Kedaulatan rakyat (Demokrasi) kedaulatan tertinggi
berada ditangan rakyat.
4. Negara berdasarkan ketuhanan yang maha esa.
2. Asas Kedaulatan Rakyat.
Mekanisme untuk mewujudkan kedaulatan rakyat adalah
Demokrasi langsung dan tidak langsung. Kedaulatan berada
ditangan rakyat diatur oleh UU Pendistribusiannya
dilaksanakan oleh Lembaga-lembaga Negara
Menurut JHON LOCKE
1. Kedaulatan Tuhan.
2. Kedaulatan Raja.
3. Kedaulatan Rakyat
4. Kedaulatan Negara.
5. Kedaulatan Hukum.
3. Asas Negara Hukum.
Ada 2 Konsepsi tentang Negara Hukum

Lisda Syamsumardian, SH, MH.


Hukum Tata Negara 35
1. Recht Staats.
Prinsip ini dibangun revolusi yang berkembang di eropa,
menentang kediktaktoran raja, prinsip Recht Staats ini
dating dari rakyat yang mempunyai arti setiap tindakan
harus didasari oleh ketentuan dalam UU, Ciri-cirinya,
- Setiap tindakan Negara berdasarkan UU
- Harus ada pembagian kekuasaan.
- Perlunya ada jaminan HAM
- Peradilan Administrasi.
2. The Role Of Law.
Prinsip Common Law ini dari the Role of Law kesamaan
di depan hukum equality before the law kesamaan di
depan hokum.
4. Asas Negara Kesatuan
Adalah kekuasaan Legislatif atau pemerintah ada di
pemerintah pusat (CF Srong) Daerah hanya diberikan
sebagian kewenangannya otonomi daerah.
5. Asas Pemisahan Kekuasaan.
- Sistem Pemisahan Horisontal Eksekutif, Legislatif dan
Yudikatif.
- Sistem pemisahan kekuasaan antara pusat dan
daerah.

SEJARAH KETATA NEGARAAN INDONESIA

Sebagaimana kita ketahui sampai dengan sekarang di Indonesia


sudah berlaku tiga konstitusi yaitu :
1. Undang-Undang Dasar 1945
2. Konstitusi RIS

Lisda Syamsumardian, SH, MH.


Hukum Tata Negara 36
3. Undang-Undang Dasar Sementara 1950
Masa berlakunya ketiga UUD tersebut adalah sebagai berikut :
1. Dari tanggal 18 Agustus 1945 s/d 27 Desember 1949, berlaku
UUD 1945.
2. Dari tanggal 27 Desember 1945 s/d 17 Agustus 1950, berlaku
konstitusi RIS 1949.
3. Dari tanggal 17 Agustus 1950 s/d 5 Juli 1959, berlaku UUDS
1950.
4. Dari 5 Juli 1959 sampai berlaku UUD 1945 (5 Juli 1959 s/d
Tahun 1999)
5. Dan tahun 1999 UUD 1945 (amandemen) berlaku sampai
sekarang.

SISTEM PEMERINTAHAN

Sistem pemerintahan diartikan sebagai suatu tatanan utuh

yang terdiri atas berbagai komponen pemerintahan yang bekerja

saling bergantungan dan memengaruhi dalam mencapaian tujuan

dan fungsi pemerintahan. Kekuasaan dalam suatu Negara

menurut Montesquieu diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu

Kekuasaan Eksekutif yang berarti kekuasaan menjalankan

undang-undang atau kekuasaan menjalankan pemerintahan;

Kekuasaan Legislatif yang berate kekuasaan membentuk undang-

undang; Dan Kekuasaan Yudiskatif yang berate kekuasaan

mengadili terhadap pelanggaran atas undang-undang. Komponen-

Lisda Syamsumardian, SH, MH.


Hukum Tata Negara 37
komponen tersebut secara garis besar meliputi lembaga eksekutif,

legislative dan yudikatif. Jadi, system pemerintaha negara

menggambarkan adanya lembaga-lembaga negara, hubungan

antarlembaga negara, dan bekerjanya lembaga negara dalam

mencapai tujuan pemerintahan negara yang bersangkutan

SISTEM PEMERINTAHAN

1. Sistem Pemerintahan Parlementer

2. Sistem Pemerintahan Presidensial

3. Sistem Pemerintahan Pengawasan Langsung Oleh Rakyat

Sistem Pemerintahan menurut Jhon. Wuest dan Shepard L

Witman

Sistem Pemerintahan Presidensil

1. Adanya asas pemisahan kekuasaan

2. Tidak ada pertanggung jawaban bersama antara kepala

eksekutif dengan para kabinetnya, yang ada pertanggung

jawaban para mentri pada kepala eksekutif atau presiden.

3. Presiden tidak dapat membubarkan kongres, atau

sebaliknya kongres tidak dapat membubarkan kepala

eksekutif. Dan apabila kepala eksekutif tidak dapat

mendapatkan dukungan mayoritas oleh kongres, kepala

eksekutif tidak bias mundur, jadi secara filosofisnya bahwa

Lisda Syamsumardian, SH, MH.


Hukum Tata Negara 38
kekuasaan legislative maupun kekuasaan eksekutif

dipisahkan secara tegas.

4. Kepala eksekutif dipilih oleh dewan pemilih.

Kelebihan Sistem Pemerintahan Presidensial:

a. Badan eksekutif lebih stabil kedudukannya karena tidak

tergantung pada parlemen.

b. Masa jabatan badan eksekutif lebih jelas dengan jangka

waktu tertentu. Misalnya, masa jabatan Presiden Amerika

Serikat adalah empat tahun, Presiden Indonesia adalah lima

tahun.

c. Penyusun program kerja kabinet mudah disesuaikan dengan

jangka waktu masa jabatannya.

d. Legislatif bukan tempat kaderisasi untuk jabatan-jabatan

eksekutif karena dapat diisi oleh orang luar termasuk

anggota parlemen sendiri.

Kekurangan Sistem Pemerintahan Presidensial:

a. Kekuasaan eksekutif diluar pengawasan langsung legislatif

sehingga dapat menciptakan kekuasaan mutlak.

b. Sistem pertanggungjawaban kurang jelas.

c. Pembuatan keputusan atau kebijakan publik umumnya

hasil tawar-menawar antara eksekutif dan legislatif sehingga

Lisda Syamsumardian, SH, MH.


Hukum Tata Negara 39
dapat terjadi keputusan tidak tegas dan memakan waktu

yang lama.

Sistem Pemerintahan Parlementer.

1. Berdasarkan asas Percampuran kekuasaan.

2. Terdapat pertanggung jawaban bersama antara kepala

eksekutif dengan kabinetnya atau para mentri kepada

parlemen.

3. Kepala eksekutif harus mengundurkan diri, jika tidak

memperoleh dukungan mayoritas dari legislative dan

sebaliknya, kepaala eksekutif dapat meminta kepada kepala

Negara untuk membubarkan kepala legislative dan untuk

menyelenggarakan pemilihan umum.

4. Kepala eksekutif dipilh oleh kepala Negara dengan

dukungan mayoritas dari legislative.

Kekurangan Sistem Pemerintahan Parlementer:

a. Kedudukan badan eksekutif/kabinet sangat tergantung

pada mayoritas dukungan parlemen sehingga sewaktu-

waktu kabinet dapat dijatuhkan oleh parlemen.

Lisda Syamsumardian, SH, MH.


Hukum Tata Negara 40
b. Kelangsungan kedudukan badan eksekutif atau kabinet

tidak bias ditentukan berakhir sesuai dengan masa

jabatannya karena sewaktu-waktu kabinet dapat bubar.

c. Kabinet dapat mengendalikan parlemen. Hal itu terjadi

apabila para anggota kabinet adalah anggota parlemen dan

berasal dari partai meyoritas. Karena pengaruh mereka yang

besar diparlemen dan partai, anggota kabinet dapat

mengusai parlemen.

d. Parlemen menjadi tempat kaderisasi bagi jabatan-jabatan

eksekutif. Pengalaman mereka menjadi anggota parlemen

dimanfaatkan dan manjadi bekal penting untuk menjadi

menteri atau jabatan eksekutif lainnya.

Kelebihan Sistem Pemerintahan Parlementer:

a. Pembuat kebijakan dapat ditangani secara cepat karena

mudah terjadi penyesuaian pendapat antara eksekutif dan

legislatif. Hal ini karena kekuasaan eksekutif dan legislatif

berada pada satu partai atau koalisi partai.

b. Garis tanggung jawab dalam pembuatan dan pelaksanaan

kebijakan public jelas.

c. Adanya pengawasan yang kuat dari parlemen terhadap

kabinet sehingga kabinet menjadi barhati-hati dalam

menjalankan pemerintahan.

Lisda Syamsumardian, SH, MH.


Hukum Tata Negara 41
Menurut sistem UUD 1945 SETELAH PERUBAHAN

1. Kita menganut system pencampuaran kekuasaan, pasal 11

ayat 2.

2. Pasal 20 ayat 2 , setiap rancangan UU DIBAHAS oleh

Legislatif dan eksekutif untuk mendapatkan persetujan

bersama.

3. Pasal 17 ayat 3, mentri-mentri diangkat oleh presiden tetapi

ada pertanggung jawabannya,

4. Kepala eksekutif tidak dapat membubarkan legislative

sebagaiman diatur dalam pasal 7 C bahwa presiden tidak

dapat membekukan dan atau membubarkan DPR, ciri ini

adalah system pemerintahan presidensiil, tatapi dalam

praktek apabila presiden tidak dapat mendapat dukungan

mayoritas dari DPR, maka presiden dapat mundur.

5. Kepala eksekutif dipilih melalui pemilihan umum, secara

langsung oleh rakyat, Pasal 6 a, ini bercirikan system

PRESIDENSIIL.

Lisda Syamsumardian, SH, MH.


Hukum Tata Negara 42
Dari contoh-contoh asas asas yang terdapat pada UUDD 1945,

bahwa kita menganut system pemerintahan presidensill tapi

tidak murni, banyak mengandung unsur-unsur

parlementernya.

Sistem pemerintahan Negara Indonesia Berdasarkan UUD 1945

Setelah Diamandemen

Sekarang ini sistem pemerintahan di Indonesia masih dalam masa

transisi. Sebelum diberlakukannya sistem pemerintahan baru

berdasarkan UUD 1945 hasil amandemen keempat tahun 2002,

sistem pemerintahan Indonesia masih mendasarkan pada UUD

1945 dengan beberapa perubahan seiring dengan adanya transisi

menuju sistem pemerintahan yang baru. Sistem pemerintahan

baru diharapkan berjalan mulai tahun 2004 setelah dilakukannya

Pemilu 2004.

Pokok-pokok sistem pemerintahan Indonesia adalah sebagai

berikut.

1. Bentuk negara kesatuan dengan prinsip otonomi daerah

yang luas. Wilayah negara terbagi dalam beberapa provinsi.

2. Bentuk pemerintahan adalah republik, sedangkan sistem

pemerintahan presidensial.

Lisda Syamsumardian, SH, MH.


Hukum Tata Negara 43
3. Presiden adalah kepala negara dan sekaligus kepala

pemerintahan. Presiden dan wakil presiden dipilih dan

diangkat oleh MPR untuk masa jabatan lima tahun. Untuk

masa jabatan 2004-2009, presiden dan wakil presiden akan

dipilih secara langsung oleh rakyat dalam satu paket.

4. Kabinet atau menteri diangkat oleh presiden dan

bertanggung jawab kepada presiden.

5. Parlemen terdiri atas dua bagian (bikameral), Dewan

Perwakilan Rakyat (DPR) dan Dewan Perwakilan Daerah

(DPD). Para anggota dewan merupakan anggota MPR. DPR

memiliki kekuasaan legislatif dan kekuasaan mengawasi

jalannya pemerintahan.

6. Kekuasaan yudikatif dijalankan oleh Makamah Agung dan

badan peradilan dibawahnya.

Sistem pemerintahan ini juga mengambil unsur-unsur dari

sistem pemerintahan parlementer dan melakukan pembaharuan

untuk menghilangkan kelemahan-kelemahan yang ada dalam

sistem presidensial. Beberapa variasi dari sistem pemerintahan

presidensial di Indonesia adalah sebagai berikut.

1. Presiden sewaktu-waktu dapat diberhentikan oleh MPR atas

usul dari DPR. Jadi, DPR tetap memiliki kekuasaan

mengawasi presiden meskipun secara tidak langsung.

Lisda Syamsumardian, SH, MH.


Hukum Tata Negara 44
2. Presiden dalam mengangkat penjabat negara perlu

pertimbangan atau persetujuan dari DPR.

3. Presiden dalam mengeluarkan kebijakan tertentu perlu

pertimbangan atau persetujuan dari DPR.

4. Parlemen diberi kekuasaan yang lebih besar dalam hal

membentuk undang-undang dan hak budget (anggaran)

Dengan demikian, ada perubahan-perubahan baru dalam

sistem pemerintahan Indonesia. Hal itu diperuntukan dalam

memperbaiki sistem presidensial yang lama. Perubahan baru

tersebut, antara lain adanya pemilihan secara langsung, sistem

bikameral, mekanisme cheks and balance, dan pemberian

kekuasaan yang lebih besar kepada parlemen untuk melakukan

pengawasan dan fungsi anggaran.

HAK ASASI MANUSIA

Adalah hak yang dari asalnya sudah dimiliki oleh setiap manusia

sejak lahir , hak yang melekat pada diri manusia yang dibawa

sejak lahir dan bukan pemberian dari Negara

Lisda Syamsumardian, SH, MH.


Hukum Tata Negara 45
acuan tentang hak asasi manusia di dalam Piagam PBB (UN

Charter), di samping menugaskan Komisi Hak Asasi Manusia

(Commission on Human Rights) -- komisi yang dibentuk PBB

berdasarkan sebuah ketetapan di dalam piagam tersebut -- untuk

menulis sebuah pernyataan internasional tentang hak asasi

manusia. Piagam itu sendiri menegaskan kembali "keyakinan akan

hak asasi manusia yang mendasar, akan martabat dan harkat

manusia, akan persamaan hak antara laki-laki dan perempuan

serta antara negara besar dan negara kecil."

Hak Asasi Manusia mempunyai konsep:

1. DEMOKRASI.

2. KONSTIITUSIONALISME.

3. NEGARA HUKUM

Hak Asasi di bagi 2:

1. Hak Asasi Politik atau Klasik adalah kaitanya dengan

kesamaan hak, hak untuk dipilih dan dipilih.

2. Hak Asasi Sosial ekonomi dan budaya. Munculnya pada

abad ke 20, diamana jerman naziisme, 1941 hak asasi

ekonomi muncul , selain hak asasi politik ada hak asasi

ekonomi, ada 4 kebebasan dasar dan rakyat harus

Lisda Syamsumardian, SH, MH.


Hukum Tata Negara 46
dilindungi dan dilayani, Frankklin D Rosevelt: 1.

Kebebasan untuk berbicara dan mnyatakan pendapat, 2.

kebebasan untuk beragama 3. Kebebasan dari rasa

ketakutan, 4. Kebebasan dari kemelaratan

Pada tahun 1948 Tanggal 10 Desember PBB.setelah itu ada

pernyataan internasional,

a. International Covenant Civil and Political Right

b. International Covenant Civil, Economic and Cultural.

Dan pada tahun 1966 PBB bersidang juga, terkait dengan hak

asasi Ekonomi Sosial dan Politik:

1. Hak atas pekerjaan

2. Hak atas Hak berorganisasi

3. Hak atas jaminan social

4. Hak atas perlindungan keluarga

5. Hak atas taraf hidup yang layak

6. Hak atas menikmati hasil-hasil kemajuan ilmu

pengetahuan dan teknologi

7. Hak turut serta dalam cultural budaya.

Lisda Syamsumardian, SH, MH.


Hukum Tata Negara 47
Yang disebut dengan hak klasik atau hak politik adalah . suatu

hak untuk melindungi penduduk dari kemungkinan campur

tangannya Negara dan penguasa terhadap urusan dari

kepentingan pribadi yang merupakan bagian dari kemerdekaan

hidupnya untuk mencegah terjadinya kesewenang-wenangan

Negara atau penguasan.

Ham social dan ekonomi adalah. Suat hak asasi dimana

mewajibkan Negara atau penguasa untuk menjalankan

kebijaksaan yang menjamin kesejahteraan rakyatnya

Dari teori dan norma-norma internasional yang ada pengaturan

HAM . di Indonesia.

1. UUD 1945 Proklamasi. Ada 7 ayat yang terkait dengan

HAM.

2. Konstitusi RIS, ada 25 ayat dari pasal 7-32.

3. UUDS, dari pasal 8 sampai pasal 34 (lebih banyak

dari ketentuan2 diatas)

4. UUD 1945 REFORMASI. Semakin banyak ketentuan

tentang jaminan terhadap HAM.

Lisda Syamsumardian, SH, MH.


Hukum Tata Negara 48
5. Ketentuan TAP MPR NO XVII/1999 Tentang HAM,

Menugaskan kepada Lembaga-lembaga Negara dan

seluruh aparat pemerintahan untuk menghomati dan

menegakan serta menyebarluaskan pemahaman HAM

kepada seluruh masyarakat, selain itu kepada

Presiden dan DPR di tugaskan untuk meratifikasi

berbagai instrument INTERNASIONAL sepabjang tidak

bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945, dan

menegaraskan kepoada Presiden terkait dengan

komisi nasional tentang HAM pendiriannya harus

dengan UU.

6. Undang-undang 39 tahun 1999, Tentang HAM.

7. Undang-undang 26 Tahun 2000, Tentang Peradilan

HAM.

KATEGORI PELANGGARAN BERAT HAM

1. Kejahatan GENOSIDA, setiap perbuatan yang

dilakukan dengan maksud menghancurkan atau

memusnahkan seluruh atau sebagian kelompok

bangsa, etis, ras, kelompok agama, dengan cara,

membunuh anggota kelompok, mengakibatkan

penderitaan fisik dan mental yang berat terhadap

Lisda Syamsumardian, SH, MH.


Hukum Tata Negara 49
kelompo2 ttt, menciptakan kondisi kelompok itu

tertindas, memaksa mencegah kelahiran dari

kelompok2 tersebut, memindahkan secara paksa

anak2 dari kelompok2 ttt.

2. Kejahatan Kemanusiaan. Suatu perbuatan yang

dilakukan oleh sebagian dari serangan yang meluas

dan sistemik yang ditujukan secara langsung

terhadap penduduk sipil bentuknya adalah,

Pembunuhan, Pemusnahan, Perbudakan, pengusiran

dan pemindahan penduduk, Perampasan

kemerdekaan, penyiksaan, pemerkosaan, pelacuran,

penganiayaan terhadap kelompok, menghilangkan

orang secara paksa, kejahatan pendiskriminasian.

VAREL PASEK MEMBAGI HAM:


1. Hak asasi Politik

2. Hak Sosial, ekonomi, Budaya.

3. Hak Solidaritas.

Lisda Syamsumardian, SH, MH.


Hukum Tata Negara 50
KEWARGANEGARAAN

Istilah :
Warga Negara
Staats Burger
Citizen
Citoyen
Kaula Negara

Penduduk terdiri dari:


1. Warga Negara / Rakyat
2. Bukan Warga Negara

WARGA NEGARA INDONESIA:


• Setiap orang yg berdasarkan peraturan erundang-undangan
dan atau berdsrkan perjanjian pemerintah RI dgn neg lain
sebelum undang-undang ini berlaku sudah menjadi WNI;
• Anak yg lahir dari perkawinan yg sah dari seorang ayah dan
ibu WNI;
• Anak yg lahir dari perkawinan yg sah dr seorang ayah WNI
dan ibu WNA;
• Anak yg lahir dari perkawinan yg sah dr seorang ayah WNA
dan ibu WNI;
• Anak yg lahir dari perkawinan yg sah dr seorang ibu WNI,
ttp ayahnya tdk mempunyai kewarganegaraan atau hukum

Lisda Syamsumardian, SH, MH.


Hukum Tata Negara 51
negara asal ayahnya tdk memberikan kewarganegaraan kpd
anak tsb;
• Anak yg lahir dlm tenggang waktu 300 hari setelah ayahnya
meninggal dunia dr perkawinan yg sah dan ayahnya WNI
• Anak yg lahir diluar perkawinan yg sah dr seorang ibu WNI;
• Anak yg lahir diluar perkawinan yg sah dr seorang ibu WNA
yg diakui oleh seorang ayah WNI sbg anaknya dan
pengakuan itu dilakukan sebelum anak tsb berusia 18 th
atau belum kawin;
• Anak yg lahir di wilayah negara RI yg pada waktu lahir tidak
jelas status kewarganegaraan AYAH DAN IBUNYA;
• Anak yg baru lahir yg ditemukan di wilayah neg RI selama
ayah dan ibunya tdk diketahui;
• Anak yg lahir di wilayah neg RI apabila ayah dan ibunya tdk
mempunyai kewarganegaraan atau tdk diketahui
keberadaannya;
• Anak yg dilahirkan di luar wilayah neg RI dari seorang ayah
dan ibu WNI yg krn ketentuan dr neg tempat anak tsb
dilahirkan memberikan kewarganegaraan kpd anak ybs.
• Anak dari seorang ayah atau ibu yg telah dikabulkan
permononan kewarganegaraannya kmd ayah atau ibunya
meninggal dunia sebelum mengucapkan sumpah/janji setia.
Konsekuensi yuridis atas status kewarganegaraan :
1. Dibidang hukum perdata internasional
2. Dibidang hukum kekeluargaan
3. Dibidang hukum publik

Asas Kewarganegaraan

Lisda Syamsumardian, SH, MH.


Hukum Tata Negara 52
• Asas Ius Soli : Bahwa kewarganegaraan seseorang
ditentukan menurut tempat kelahirannya (asas daerah
kelahiran)
• Asas Ius Sanguinis : Bahwa kewarganegaraan seseorang
ditentukan oleh garis keturunan orang ybs (Asas keturunan
/ darah)
• Asas Campuran
Asas dalam UU no 12,th 2006
• Asas IUS SANGUINIS (law of the blood)
• Asas IUS SOLI (law of the soil) secara terbatas
• Asas KEWARGANEGARAAN TUNGGAL
• Asas KEWARGANAGARAAN GANDA TERBATAS

Pengaturan tentang kewarganegaraan di Indonesia:


• UU No 3, Tahun 1946 ttg Warga Negara dan Penduduk
Negara
• UU No 6, Tahun 1947 ttg Perobahan Undang Undang No 3,
Tahun 1946
• UU No 8, Tahun 1947 ttg Memperpanjang waktu utk
mengajukan pernyataan berhubungan dgn Kewargaan
Negara Indonesia
• UU No 11, Tahun 1948 ttg Memperpanjang waktu lagi utk
mengajukan pernyataan berhubung dengan Kewargaan
Negara Indonesia
• UU No 62, Tahun 1958 ttg Kewarganegaraan Republik
Indonesia
• UU No 3, Tahun 1976 ttg Perobahan pasal 18 UU No 62,
Tahun 1958 ttg Kewarganegaraan Republik Indonesia.
• UU No 12, Tahun 2006 ttg Kewarganegaraan Republik
Indonesia

Lisda Syamsumardian, SH, MH.


Hukum Tata Negara 53
Kehilangan Kewarganegaraan
1. Renunciation
Tindakan sukarela seseorang untuk menanggalkan salah
satu dari dua atau lebih status kewarganegaraan yang
diperolehnya dari dua negara atau lebih.
2. Termination
Penghentian status kewarganegaraan sebagai tindakan
hukum, karena yang bersangkutan memperoleh kewarganegaraan
dari negara lain.
3. Deprivation
Penghentian secara paksa, pencabutan/pemecatan dari
status kewarganegaraan berdasarkan perintah pejabat yg
berwenang karena terbukti adanya kesalahan/pelanggaran yg
dilakukan dalam cara perolehan status kewarganegaraan/ apabila
orang yang bersangkutan terbukti tidak setia/berkhianat kpd
negara dan UUD.

Lisda Syamsumardian, SH, MH.


Hukum Tata Negara 54

Anda mungkin juga menyukai