Anda di halaman 1dari 4

EMULSIFIKASI

Tujuan Percobaan:
1. Menentukan jumlah emulgator yang dibutuhkan dalam sediaan emulsi menggunakan nilai
HLB
2. Membuat emulsi dengan emulgator golongan surfaktan
3. Melakukan evaluasi sediaan emulsi

Teori Dasar
Emulsi merupakan sistem dispersi yang terdiri dari dua fase cair yang tidak bercampur,
umumnya minyak dengan air. Secara termodinamik, emulsi tidak stabil karena terdapat
kelebihan energi permukaan akibat area permukaan yang besar. Oleh karenanya, sistem ini
dibuat stabil dengan adanya zat pengemulsi, atau emulgator. Emulgator terkonsentrasi pada
permukaan di antara dua fese dan membentuk barrier menjadi droplet dan membentuk
koalesens.
Mekanisme kerja zat pengemulsi dalam stabilisasi emulsi, yaitu stabilisasi sterik dan
elektrostatik. Stabilisasi sterik muncul dari barrier fisik yang mengalami kontak dan
mencegah koalesens. Sedangkan stabilisasi elektrostatik terjadi karena gaya yang dihasilkan
ketika muatan elektrik di permukaan saling berdekatan. Emulgator yang bermuatan akan
membentuk lapisan bermuatan di permukaan. Mekanisme lainnya adalah dengan menurunkan
tegangan antarmuka air dan minyak, sehingga kedua fase dapat bergabung (Hiemenz and
Rajagopalan, 1997; Schramm, 2005).

Ada beberapa tipe emulsi berdasarkan fase kontinu-nya, yaitu :


a. Emulsi air dalam minyak (a/m), merupakan droplet air yang terdispersi dalam
minyak
b. Emulsi minyak dalam air (m/a), merupakan droplet minyak yang terdispersi dalam
air
c. Emulsi kompleks; contohnya air-minyak-air (a/m/a), terdiri dari droplet-droplet yang
terdispersi dalam droplet minyak yang kemudian terdispersi dalam air.
Zat pengemulsi golongan surfaktan merupakan senyawa kimia yang memiliki gugus
polar (hidrofilik) dan nonpolar (hidrofobik). Akibat struktur tersebut, senyawa ini sama-sama
memiliki afinitas terhadap senyawa polar dan nonpolar. Dalam suatu emulsi, surfaktan
cenderung untuk mengadsorpsi permukaan di antara dua fase, sehingga gugus polar berikatan
dengan fase air dan gugus nonpolar berikatan dengan fase organik. Saat surfaktan
mengadsorpsi permukaan, tegangan permukaan di antara dua fase menurun.
Gambar 1. Bergabungnya surfaktan dalam emulsi a/m
Hampir semua surfaktan memiliki kemampuan membentuk misel. Misel merupakan
agregat molekular surfaktan dalam fase air. Bagian hidrofobik surfaktan terkonsentrasi menuju
inti agregat sedangkan bagian hidrofilik berada pada permukaan. Konsentrasi spesifik saat
pembentukan misel terjadi disebut dengan konsentrasi misel kritis (kmk/cmc). Di bawah nilai
CMC, surfaktan merupakan monomer dalam larutan dan tegangan antarmuka mengikuti aturan
isoterm Gibb. Di atas nilai CMC, tegangan permukaan dan surfaktan yang bebas menjadi
konstan karena penambahan molekul surfaktan ber-agregasi membentuk misel.

Gambar 2. Miselisasi molekul surfaktan

Prosedur
Alat
- Alluminium Foil
- Batang pengaduk
- Cawan porselin
- Gelas kimia
- Gelas ukur
- Lumpang dan Alu/Mixer
- Neraca analitik
- Penangas air
- Pipet tetes
- Stopwatch

Bahan
- Oleum Olivarum
- Aquadest
- Span 80
- Tween 80

Prosedur Kerja
1. Pembuatan emulsi
R/ Oleum olivarum 1%
Emulgator 5%
Aquades ad 50 mL

a. Disiapkan alat dan bahan


b. Dihitung HLB butuh untuk surfaktan span 80 dan tween 80.
c. Ditimbang span 80 dan tween 80 dalam cawan porselin sesuai dengan perhitungan
untuk membuat emulsi sesuai jumlah HLB butuh
d. Tween dicampurkan ke dalam air, Span dicampurkan ke dalam minyak kemudian
kedua campuran tersebut dipanaskan diatas penangas air hingga keduanya mencapai
suhu 70°C.
e. Keduanya dicampurkan ke dalam Lumpang dan alu yang kering dan digerus cepat
atau menggunakan mixer hingga diperoleh warna putih susu (dicampurkan sedikit
demi sedikit fase minyak ke dalam fase air).
f. Diencerkan dengan Aqua Dest qs
g. Dimasukkan emulsi ke dalam gelas ukur
h. Dilakukan hal yang sama pada HLB butuh lainnya.

Notes:
HLB span 80 = 4,3
HLB tween 80 = 15
(Martin et al., 2008)

2. Evaluasi Kestabilan Emulsi


a. Dimasukkan emulsi dengan masing masing nilai HLB ke dalam tabung sedimentasi
dengan tinggi yang sama.
b. Diamati perubahan saat 30 menit, 1 jam, 2 jam, dan 24 jam.
c. Ditentukan kestabilan emulsi berdasarkan perubahan warna, perubahan volume dan
pemisahan fase.
Data Pengamatan
Waktu Volume Volume Pemisahan
HLB Warna
Pengamatan emulsi (mL) sedimentasi (mL) warna
9
30 menit 12
15
9
60 menit 12
15
9
90 menit 12
15
9
120 menit 12
15
9
24 jam 12
15

Contoh Perhitungan HLB butuh


R/ Parafin cair 10 %
Emulgator 5%
Aquadest ad 50 mL

HLB butuh 8
Parafin cair = 10/100 x 50 mL = 5 mL
= 5 mL x 0,88 g/mL
= 4,4 g
Emulgator = 2,5 g
HLBB x BobotB = (HLBT x BobotT) + (HLBS x BobotS)
8 x 2,5 g = (15 x T) + {4,2 x (2,5 g – T)}
20 g = 15T + 10,5 g – 4,2T
9,5 g = 10,8T
T = 0,88 g
S = 2,5 g – 0,88 g
= 1,62 g

Anda mungkin juga menyukai