Anda di halaman 1dari 12

LECTURE NOTES SESI 9

Karya ilmiah adalah hasil pemikiran ilmiah pada suatu disiplin ilmu tertentu yang disusun secara
ilmiah, logis, benar, bertanggung jawab, dan menggunakan bahasa yang baik dan benar. Jadi, karya
tulis ilmiah bukan sekadar untuk mempertanggungjawabkan penggunaan sumber daya penelitian (uang,
bahan, alat) tetapi juga mempertanggungjawabkan penulisan karya ilmiah tersebut secara teknis dan
materi. Hasil penulisan karya tulis ilmiah harus bersifat sistematis, artinya disusun dalam suatu urutan
yang teratur, secara logis dan benar.

Setiap karangan ilmiah pasti dibangun berdasarkan tema dan topik tertentu, serta memiliki judul yang
jelas. Dalam praktiknya, ada penulis yang tidak bisa membedakan antara tema, topik, dan judul,
sehingga pada saat tulisan tersebut dibaca oleh orang lain, pembacanya mengalami kesulitan
memahami pesan yang ingin disampaikan. Oleh karena itu, pengertian tema, topik, dan judul hendaknya
dapat dibedakan secara jelas sebelum memulai penulisan.

A.Tema
Tema adalah gagasan sentral atau ide pokok sebuah karangan, seperti ekonomi, sosial, politik,
kebudayaan, pendidikan, dan lain-lain. Sebuah karya tulis, baik ilmiah maupun fiksi, haruslah memiliki
sebuah tema. Tema merupakan hal yang paling utama yang dilihat oleh para pembaca dari sebuah
tulisan. Jika temanya menarik, maka akan memberikan nilai lebih pada tulisan tersebut.
Syarat-syarat yang perlu diperhatikan untuk menentukan dan menyusun tema yang baik adalah sebagai
berikut:
1. Menarik. Tema yang menarik perhatian akan memotivasi penulis secara terusmenerus mencari data-
data untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya. Penulis akan didorong agar dapat
menyelesaikan tulisan itu sebaikbaiknya. Suatu tema yang sama sekali tidak disenangi penulis akan
menimbulkan kesalahan. Bila terdapat hambatan, penulis tidak akan berusaha dengan sekuat tenaga
untuk mengumpulkan data dan fakta yang akan digunakan untuk memecahkan masalah.
2. Nilai urgensi, yaitu harus dapat menyelesaikan suatu permasalahan, baik yang diperkirakan akan
menjadi masalah ataupun sudah menjadi masalah. Masalah tidaklah selalu negatif, bisa jadi masalah
bersifat positif.
3. Aktual, yaitu tema diambil dari kejadian yang masih hangat atau baru-baru terjadi, atau dari peristiwa
yang sedang menjadi pembicaraan banyak orang.
4. Minat keilmuan, yaitu penulis memiliki minat keilmuan terhadap tema tersebut meskipun baru
prinsip-prinsip ilmiahnya. Misalnya sumber data yang digunakan, metode analisis yang digunakan,
dan referensi apa saja yang akan menjadi acuan.
5. Terjangkau, yaitu penulis harus membatasi tema yang akan ditulis, dan harus betul-betul yakin bahwa
tema yang dipilihnya cukup sempit dan terjangkau untuk digarap, sehingga tulisannya dapat tetap
fokus.

B. Topik
Topik adalah pokok kajian/pembicaraan yang dapat diturunkan atau diambil dari tema atau subtema
sesuai dengan karangan/tulisan yang akan digarap. Kridalaksana (1993) menyatakan bahwa topik adalah
bagian kalimat yang diutamakan dari beberapa hal yang dikontraskan, dan bagian kalimat yang menjadi
kerangka untuk pernyataan yang mengikutinya. Kerangka itu bersangkutan dengan ruang, waktu, atau
benda.
Topik merupakan ide sentral yang berfungsi mengikat keseluruhan uraian, deskripsi, penjelasan, dan
seluruh pembuktian. Seluruh isi karangan harus mencerminkan topik tersebut. Terdapat beberapa
kriteria untuk sebuah topik yang dikatakan baik, di antaranya adalah topik tersebut harus mencakup
keseluruhan isi tulisan, yakni mampu menjawab pertanyaan akan masalah apa yang hendak ditulis.
Ciri utama dari topik adalah cakupannya atas suatu permasalahan masih bersifat umum dan belum
diuraikan secara lebih mendetail. Topik biasa terdiri dari satu atau dua kata yang singkat, dan memiliki
persamaan serta perbedaan dengan tema karangan.
Contoh:
Tema: Topik:
Bidang Sosial : Sistem dan Pranata Sosial
Bidang Ekonomi : Strategi Bisnis Nasional
Bidang Kebudayaan : Pergeseran Nilai Budaya
Bidang pendidikan : Pembelajaran Berdasarkan KTSP
Ketika menyusun sebuah tulisan, topik dapat diperoleh dari sumber
pengalaman, yaitu apa-apa yang pernah dialami seseorang, sumber pengamatan,
sumber imajinasi, dan sumber pendapat atau hasil penalaran.
Syarat-syarat yang perlu diperhatikan dalam menentukan topik suatu karya tulis
adalah sebagai berikut.
1. Dikuasai, yaitu bahwa topik yang dipilih harus berbasis pada kompetensi penulisnya, sesuai dengan
bidang keahliannya atau bidang studi yang didalami.
Penulis harus menguasai teori-teori (data sekunder), data di lapangan (data primer). Selain itu, penulis
juga harus menguasai waktu, biaya, metode pembahasan, dan bahasa yang digunakan.
2. Menarik, topik yang menarik bagi penulis akan meningkatkan kegairahan dalam
mengembangkan penulisannya, dan bagi pembaca akan mengundang minat untuk membacanya.
3. Tidak luas dan tidak sempit, yaitu penulis harus membatasi topik yang akan ditulis. Setiap penulis
harus betul-betul yakin bahwa topik yang dipilihnya cukup sempit dan berbatas untuk digarap sehingga
tulisannya dapat terfokus.
4. Data objektif, yaitu data yang disajikan dalam tulisan adalah benar, bukan disesuaikan atau
dimanipulasi untuk disesuaikan terkait upaya penggiringan opini untuk kepentingan tertentu.
5. Prinsip ilmiah, yaitu penulis menggunakan prinsip-prinsip ilmiah dan berusaha sekuat tenaga mencari
data melalui penelitian, observasi, wawancara, dan sebagainya, sehingga pengetahuannya mengenai
masalah itu bertambah dalam.
6. Sumber pustaka, yaitu berbagai bahan bacaan dan rujukan yang digunakan untuk mendukung
penulisan karya tulis tersebut.

C. Judul
Judul adalah kepala karangan yang dapat ditetapkan sendiri yang sesuai dengan topik yang dibahas.
Judul memiliki sifat lebih spesifik daripada tema dan topik.
Perubahan dari topik ke judul cukup ditambahkan keterangan seperti tempat, metode penelitian, dan
lain-lain. Judul pada karangan ilmiah harus singkat dan padat, menarik perhatian, serta menggambarkan
garis besar (inti) pembahasan.
Contoh:
 Tema : Mesin
 Topik : Perawatan Material Mesin
 Judul : Perawatan Material Mesin di Bengkel A dengan Metode XYZ
Judul tidak harus sama dengan topik. Jika topik sekaligus menjadi judul, biasanya karangan akan bersifat
umum dan ruang lingkupnya sangat luas. Sebuah judul yang baik akan merangsang perhatian pembaca
dan akan cocok dengan topiknya. Judul hanya menyebut ciri-ciri yang utama atau yang terpenting dari
karya itu, sehingga pembaca sudah dapat membayangkan apa yang akan diuraikan dalam karya itu.
Berikut ini adalah syarat-syarat menyusun judul yang baik pada suatu karya tulis.
1. Dalam bentuk frasa, yaitu penulisan judul sebaiknya ditulis dalam bentuk frasa benda, bukan dalam
bentuk kalimat.
Contoh:
KPK Menyetor Rp 25 Miliar ke Kas Negara
diubah menjadi:
Penyetoran Rp25 Miliar ke Kas Negara oleh KPK
2. Relevan dengan isi, yaitu kata-kata pada judul harus relevan dengan isi dan mempunyai pertalian erat
dengan tema dan topiknya.
3. Mengandung kata kunci, yaitu judul harus mengandung kata kunci yang mengandung konsep pokok
yang dibahas dalam tulisan.
4. Kata denotatif, yaitu kalimat judul tidak boleh mengandung makna konotasi yang dapat menimbulkan
persepsi yang berbeda bagi pembacanya.
5. Jelas dan tepat, yaitu judul hendaknya mengandung kejelasan isi, singkat dan tepat terhadap masalah
yang akan ditulis. Sifat jelas, singkat, dan tepat akan lebih memudahkan seseorang memahami isi secara
keseluruhan pada apa yang ditulis.

KERANGKA KARANGAN
A.Definisi dan Jenis-jenis Karangan
Karangan merupakan karya tulis hasil dari kegiatan seseorang dalam mengungkapkan gagasan
dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami. Dalam KBBI, karangan
diartikan sebagai hasil mengarang; cerita; buah pena. Jadi dapat diartikan bahwa karangan adalah
proses pendeskripsian sebuah gagasan yang dilakukan secara formal dan terstruktur.
Berdasarkan jenisnya karangan terbagi menjadi tiga kategori, yaitu karangan ilmiah, karangan
semiilmiah, dan karangan nonilmiah. Karangan ilmiah umumnya terdapat pada hasil karya para
akademisi yang berupa skripsi, tesis, dan disertasi.
Karangan semiilmiah adalah karya yang biasa dikenal dengan opini, penjabaran argumentasi, editorial,
dan semacamnya. Karangan nonilmiah adalah karangan yang berupa novel, cerita pendek, dan
sebagainya.
Berikut adalah penjelasannya.
1. Karangan ilmiah
Karangan ilmiah adalah sebuah tulisan yang berusaha menyajikan data berupa hasil
pengamatan dan penelitian terlebih dahulu. Penelitian yang dimaksud adalah penelitian yang sesuai
dengan bidang keahlian tertentu yang dimiliki oleh pengarang. Hal tersebut dikarenakan bahwa
karangan ilmiah ditujukan untuk pembaca agar dapat memetik informasi akurat perihal topik karangan.
Karangan ilmiah memiliki tujuan di antaranya adalah memberikan penjelasan serta informasi,
mengungkapkan saran dan komentar serta kritik. Dalam fungsinya yang lain, karangan ilmiah bertujuan
sebagai pembuktian hipotesis atas sebuah teori yang sedang dijadikan acuan penelitian. Contoh
karangan ilmiah adalah berupa makalah, skripsi, tesis, dan disertasi.
2. Karangan semi ilmiah
Karangan semiilmiah diartikan sebagai karangan yang mengandung sebagian fakta dan sebagian
lagi berupa fiksi. Karangan semiilmiah ditulis dengan bahasa yang nonformal karena penyusunannya
tidak mengikuti aturan secara baku.
Karangan ini disarankan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh umum agar pesan bisa
tersampaikan. Beberapa contoh karangan semiilmiah adalah berupa opini, editorial, resensi, anekdot,
hikayat, dan feature.
3. Karangan nonilmiah
Karangan nonilmiah adalah karangan yang dibuat dengan bahasa nonformal.
Karangan nonilmiah berisi fiksi atau kisah rekaan yang biasanya ditulis dengan sudut pandang subjektif
penulisnya. Karangan nonilmiah memiliki beberapa ciri khas dalam penulisannya, antara lain: imajinatif,
persuasif, fakta yang dibicarakan biasanya subjektif, menggunakan gaya bahasa yang familiar dan
konotatif, mendramatisasi keadaan, dan tidak menunjukkan hipotesis.
Beberapa tipe karangan nonilmiah adalah deskripsi, narasi, argumentasi, persuasi, dan eksposisi.

B.Definisi Kerangka Karangan


Untuk dapat menghasilkan suatu karangan yang baik, penulis hendaknya membuat kerangka
karangan terlebih dahulu sebelum melanjutkannya ke dalam proses penulisan.
Kerangka karangan merupakan suatu rencana kerja yang memuat garis-garis besar dari suatu karangan
yang akan ditulis atau dibahas, disusun secara sistematis dari pikiran-pikiran utama dan pikiran-pikiran
penjelas yang akan menjadi pokok tulisan.
Kerangka karangan menguraikan tiap topik atau masalah menjadi beberapa bahasan yang lebih fokus
dan terukur. Kerangka belum tentu sama dengan daftar isi, atau uraian per bab.Kerangka ini merupakan
catatan kecil yang sewaktuwaktu dapat berubah dengan tujuan untuk mencapai tahap yang sempurna.
a. Manfaat Kerangka Karangan
Kerangka karangan memegang peranan yang sangat penting dalam pembuatan sebuah tulisan. Kerangka
karangan sendiri biasanya berisi topik dan garis besar kalimat yang nantinya akan dituangkan ke dalam
suatu karangan.
Dengan adanya kerangka karangan, maka proses penulisan karangan akan menjadi lebih mudah.
Berikut ini adalah beberapa manfaat kerangka karangan, yaitu:
1. Menjamin penulisan bersifat konseptual, menyeluruh, dan terarah.
Terkadang suatu penulisan karangan yang kabur dan tidak jelas tema dan topiknya akan
menjadi suatu bentuk karangan yang buruk dan juga tidak akan dibaca oleh orang lain. Karena
itu, dengan adanya kerangka karangan dapat membantu mengarahkan penulisan, sehingga
tidak menjadi kabur dan sembarangan dalam pembuatannya. Selain itu, hal ini juga dapat
mencegah munculnya pengembangan karangan yang menjauh dari topik utama dari suatu
karangan yang akan dibuat.
2. Untuk menyusun karangan secara teratur.
Impian dari setiap penulis adalah dapat menghasilkan suatu karangan atau karya tulis
yangsempurna dan juga baik untuk dibaca oleh orang lain. Karena itu,
kerangka karangan sangat berperan untuk membantu penulis menyusun kata-kata sesuai
dengan topik yang sudah ditentukan dalam kerangka karangan. Hal ini nantinya bisa
menghasilkan suatu karangan dan juga karya tulis yang sempurna, serta enak untuk dibaca
oleh banyak orang.
3. Memudahkan penulis mencari materi pembantu.
Dengan menggunakan rincian-rincian dalam kerangka karangan, penulis akan dengan mudah
mencari data-data atau fakta-fakta untuk memperjelas atau membuktikan pendapatnya.
Data dan fakta yang telah dikumpulkan itu akan dipergunakan di bagian mana dalam
karangannya itu.
4. Menghindari penggarapan topik dua kali atau lebih.
Terkadang antara topik satu dengan topik yang lain dalam paragraf yang berbeda akan terjadi
tumpang tindih. Hal ini tentu saja akan membingungkan pembaca. Jika penulis tidak
memperhatikan topik dari tiap paragraf dalam kerangka karangan, maka yang terjadi adalah
topik saling tumpang tindih di beberapa paragraf.
Pada akhirnya, manfaat kerangka karangan dapat menghindari terjadinya hal ini.
5. Memudahkan penulis menciptakan klimaks yang berbeda-beda.
Setiap tulisan dikembangkan menuju ke satu klimaks tertentu.
Namun sebelum mencapai klimaks dari seluruh karangan itu, terdapat sejumlah bagian yang
berbeda-beda kepentingannya terhadap klimaks utama tadi. Tiap bagian juga mempunyai
klimaks tersendiri dalam bagiannya. Supaya pembaca dapat terpikat secara terus-menerus
menuju kepada klimaks utama, maka susunan bagian-bagian itu harus diatur sedemikian
rupa agar tercapai klimaks yang berbeda-beda yang dapat memikat perhatian pembaca.

b. Pola Susunan Kerangka Karangan


Untuk memperoleh suatu susunan kerangka karangan yang teratur, biasanya dipergunakan beberapa
cara atau tipe susunan. Pola susunan yang umum digunakan adalah pola alamiah dan pola logis. Pola
alamiah dari suatu kerangka karangan biasanya memakai pendekatan berdasarkan faktor alamiah yang
esensial. Sebaliknya, pola logis memakai pendekatan berdasarkan jalan pikir atau cara pikir manusia
yang selalu mengamati sesuatu berdasarkan logika.
1. Jenis-Jenis Pola Alamiah
Susunan atau pola alamiah adalah suatu urutannit-unit kerangka karangan sesuai dengan keadaan
yang nyata di alam. Sebab itu, susunan alamiah itu didasarkan pada ketiga (atau keempat) dimensi
dalam kehidupan manusia: atas – bawah, melintang – menyeberang, sekarang – nanti, dulu –
sekarang, timur – barat, dan sebagainya. Sebab itu, susunan alamiah dapat dibagi lagi menjadi dua
bagian utama, yaitu urutan berdasarkan waktu (urutan kronologis) dan urutan berdasarkan ruang
(urutan spasial).
a) Urutan Waktu (Kronologis)
Urutan waktu atau urutan kronologis adalah urutan yang didasarkan pada runtunan peristiwa atau
tahap-tahap kejadian. Yang paling mudah dalam pola urutan ini adalah mengurutkan peristiwa
menurut urutan kejadiannya atau berdasarkan kronologinya; peristiwa yang satu mendahului yang
lain, atau suatu peristiwa mengikuti peristiwa yang lain. Sering suatu peristiwa hanya akan menjadi
penting bila dilihat dalam rangkaian dengan peristiwa-peristiwa lainnya.
Biasanya peristiwa yang pertama sama sekali tidak menarik perhatian, sampai rangkaian kejadian itu
mengalami perkembangan. Contoh pola kerangka karangan yang menggunakan urutan waktu ini
adalah ketika menuliskan topik mengenai riwayat hidup penulis; maka kerangka karangan akan
berupa:
● Asal-usul penulis
● Pendidikan si penulis
● Kondisi kehidupan penulis
● Keinginan penulis
● Karier penulis
● Urutan Ruang (Spasial)
Urutan ruang atau urutan spasial menjadi landasan yang paling penting, bila topik yang diuraikan
mempunyai pertalian yang sangat erat dengan ruang atau tempat. Urutan ini terutama digunakan dalam
tulisan-tulisan yang bersifat deskriptif. Pembaca akan mengikuti jalan pikiran penulis dengan teratur
seandainya penulis mulai menggambarkan suatu ruangan dari kiri ke kanan, dari timur ke barat,
dari bawah ke atas, dari depan ke belakang, dan sebagainya.
Contoh pola kerangka karangan yang menggunakan urutan spasial ini adalah ketika menuliskan topik
mengenai hutan yang sering mengalami kebakaran; maka kerangka karangan akan berupa:
● Di daerah Kalimantan
● Di daerah Sulawesi
● Di daerah Sumatera
2. Jenis-Jenis Pola Logis
Pola logis memakai pendekatan berdasarkan cara berpikir manusia.
Cara berpikir ada beberapa macam dan pendekatannya berbeda-beda bergantung pada sudut pandang
dan tanggapan penulis terhadap topik yang akan ditulis. Adapun macam-macam urutan logis adalah
klimaks-antiklimaks, sebab-akibat (kausal), pemecahan masalah dan umum-khusu
1. Klimaks dan Antiklimaks
Urutan ini timbul sebagai tanggapan penulis yang berpendirian bahwa posisi tertentu dari
suatu rangkaian merupakan posisi yang paling tinggi kedudukannya atau yang paling
menonjol. Bila posisi yang paling penting itu berada pada akhir rangkaian maka urutan ini
disebut klimaks.
Dalam urutan klimaks, pengarang menyusun bagian-bagian dari topik itu dalam suatu
urutan yang semakin meningkat kepentingannya, dari yang paling rendah kepentingannya,
bertingkat-tingkat naik hingga mencapai ledakan pada akhir rangkaian.
Contoh pola kerangka karangan yang menggunakan pola klimaks ini adalah ketika
menuliskan topik mengenai turunnya Presiden Soeharto; maka kerangka karangan akan
berupa:
● Keresahan masyarakat
● Merajalelanya praktik KKN
● Kerusuhan sosial
● Tuntutan reformasi menggema
Urutan yang merupakan kebalikan dari klimaks adalah antiklimaks. Penulis mulai suatu yang
paling penting dari suatu rangkaian dan berangsur-angsur menuju kepada suatu topik yang
paling rendah kedudukan atau kepentingannya. Urutan ini hanya efektif kalau topik-topik
yang dikemukakan itu berupa hal-hal yang konkret, misalnya: hierarki pemerintahan,
hierarki jabatan, dan sebagainya.Sebaliknya, untuk menguraikan gagasan-gagasan yang
abstrak maka urutan antiklimaks akan menimbulkan kesulitan karena tidak menarik
perhatian; kalau sesuatu yang penting telah dikemukakan, maka hal-hal yang penting tidak
akan menarik lagi.
Dasar dari urutan ini adalah bahwa orang tidak akan menaruh perhatian lagi terhadap hal-
hal yang kurang penting seandainya hal yang paling penting sudah dikemukakan lebih
dahulu. Kekecewaan orang terhadap antiklimaks disebabkan oleh kegagalan menempatkan
bagian yang paling penting atau yang paling tinggi pada tempat yang tepat.
2. Kausal
Urutan kausal mencakup dua pola yaitu urutan dari sebab ke akibat, dan urutan akibat ke
sebab. Pada pola yang pertama, suatu masalah dianggap sebagai sebab, yang kemudian
dilanjutkan dengan perincian-perincian yang menelusuri akibat-akibat yang mungkin terjadi.
Urutan ini sangat efektif dalam penulisan sejarah atau dalam membicarakan persoalan-
persoalan yang dihadapi umat manusia pada umumnya. Sebaliknya, bila suatu masalah dianggap
sebagai akibat, yang dilanjutkan dengan perincian-perincian yang berusaha mencari sebab-
sebab yang menimbulkan masalah tadi, maka urutannya merupakan akibat-sebab.
Contoh pola kerangka karangan yang menggunakan pola kausal ini adalah ketika menuliskan
topik mengenai krisis moneter melandai tanah air; maka kerangka karangan akan berupa:
● Tingginya harga bahan pangan
● Penyebab krisis moneter
● Dampak terjadi krisis moneter
● Solusi pemecahan masalah krisis moneter
● Pemecahan Masalah
Urutan pemecahan masalah dimulai dari suatu masalah tertentu, kemudian bergerak menuju
kesimpulan umum atau pemecahan atas masalah tersebut.
Sekurang-kurangnya uraian yang menggunakan landasan pemecahan masalah terdiri dari tiga
bagian utama, yaitu:
(1) deskripsi mengenai peristiwa atau persoalan tadi;
(2) analisis mengenai sebab-sebab atau akibat-akibat dari persoalan, dan
(3) alternatif-alternatif untuk jalan keluar dari masalah yang dihadapi tersebut.
Dengan demikian untuk memecahkan masalah tersebut secara tuntas, penulis harus benar-benar
menemukan semua sebab, baik yang langsung maupun yang tidak langsung bertalian dengan masalah
tadi. Setiap masalah hanya bisa dikatakan masalah kalau akibat-akibat yang ditimbulkan telah mencapai
titik kritis.
Karena, untuk memecahkan masalah tersebut tidak bisa hanya terbatas pada penemuan sebab-sebab,
tetapi juga harus menemukan semua akibat, baik yang langsung maupun yang tidak langsung, yang
sudah terjadi maupun yang akan terjadi kelak. Contoh pola kerangka karangan yang menggunakan pola
pemecahan masalah ini adalah ketika menuliskan topik mengenai virus flu babi (H1N1) dan upaya
penanggulangannya; maka kerangka karangan akan berupa:
● Apa itu virus H1N1
● Penyebab virus H1N1
● Penyebaran virus H1N1
● Bahaya virus H1N1
● Ciri-ciri orang yang terjangkit virus H1N1
● Cara penanggulangannya
3. Umum - Khusus
Urutan umum-khusus terdiri dari dua corak, yaitu dari umum ke khusus, atau dari khusus ke
umum. Urutan yang bergerak dari umum ke khusus pertama-tama memperkenalkan kelompok-
kelompok yang paling besar atau yang paling umum,
kemudian menelusuri kelompok-kelompok khusus atau kecil. Urutan khusus-umum merupakan
kebalikannya. Penulis mulai uraiannya mengenai hal-hal yang khusus
kemudian meningkat kepada hal-hal yang umum yang mencakup hal-hal yang khusus tadi, atau mulai
membicarakan individu-individu kemudian kelompokkelompok.
Urutan umum–khusus dapat mengandung implikasi bahwa hal yang umum sudah diketahui penulis,
sedangkan tugasnya selanjutnya adalah mengadakan identifikasi sejauh mana hal-hal yang khusus
mengikuti pola umum tadi. Sebaliknya, urutan khusus–umum dapat mengandung implikasi bahwa hal
khusus maupunumum sama sekali belum diketahui.
Urutan umum-khusus ini sebenarnya dapat mencakup pula urutan sebabakibat, klimaks, dan
pemecahan masalah. Atau dapat pula mengambil bentuk klasifikasi atau ilustrasi.
Dalam ilustrasi, mula-mula dikemukakan suatu pernyataan yang umum, kemudian diajukan penjelasan-
penjelasan dan bila perlu dikemukakan ilustrasi-ilustrasi yang dapat berbentuk contoh, atau
perbandingan dan pertentangan. Contoh pola kerangka karangan yang menggunakan pola umum-
khusus ini adalah ketika menuliskan topik mengenai pengaruh internet; maka kerangka karangan akan
berupa:
● Para pengguna internet
- Anak-anak
- Remaja
- Dewasa
● Manfaat internet
- Media informasi
- Bisnis
- Jaringan sosial
- Dan lain-lain
4. Familiaritas
Urutan familiaritas dimulai dengan mengemukakan sesuatu yang sudah dikenal, kemudian
berangsur-angsur pindah kepada hal-hal yang kurang dikenal.
Secara logis memang agak ganjil jika pengarang mulai menguraikan sesuatu yang tidak dikenalnya, atau
yang tidak dikenal pembaca. Bila pembaca tidak memahami persoalannya sejak permulaan, maka ia
tidak akan melanjutkan pembacaannya.
Dalam keadaan-keadaan tertentu, cara ini dapat diterapkan dengan menggunakan analogi. Mula-mula
diuraikan hal yang telah diketahui, kemudian diuraikan hal yang akan diperkenalkan dengan
menunjukkan kesamaan-kesamaan dengan hal yang pertama tadi. Contoh pola kerangka karangan yang
menggunakan pola familiaritas ini adalah ketika menuliskan topik mengenai video-fon; maka kerangka
karangan berupa:
● Cara kerja alat telegraf
● Cara kerja radio-telefoni
● Cara kerja televisi
● Cara kerja video-fonL
5. Akseptabilitas
Urutan akseptabilitas mirip dengan urutan familiaritas. Bila urutan familiaritas mempersoalkan
apakah suatu barang atau hal yang sudah dikenal atautidak oleh pembaca, maka urutan akseptabilitas
mempersoalkan apakah suatu gagasan diterima atau tidak oleh para pembaca, apakah suatu pendapat
disetujui atau tidak oleh para pembaca. Oleh karena itu, sebelum menguraikan gagasangagasan yang
mungkin ditolak oleh pembaca, penulis harus mengemukakan gagasan-gagasan yang kiranya dapat
diterima oleh pembaca; dan sekaligus gagasan-gagasan itu menjadi landasan pula bagi gagasan yang
mungkin akan ditolak itu. Contoh pola kerangka karangan yang menggunakan pola akseptabilitas
ini adalah ketika menuliskan topik mengenai penghapusan penjajahan di muka
bumi; maka kerangka karangan berupa:
● Prinsip bahwa manusia dilahirkan bebas.
● Setiap orang berhak menentukan nasibnya sendiri.
● Setiap orang berhak mengatur rumah tangganya sendiri.
● Setiap orang bebas mengadakan kumpulan-kumpulan untuk mengatur kepentingan mereka bersama.
● Setiap kelompok, suku atau bangsa juga mempunyai hak dan kebebasan sepenuhnya untuk mengatur
rumah-tangganya.
● Masalah penjajahan yang merampas kebebasan suatu kelompok, harus dilenyapkan dari muka bumi
ini.
c. Syarat Kerangka Karangan yang Baik
Menurut Keraf (1997), kerangka karangan yang baik harus memenuhi syaratsyarat berikut ini.
1. Tesis atau pengungkapan maksud harus jelas.
Tesis atau pengungkapan maksud merupakan tema dari karangan yang akan digarap. Oleh karena itu,
perumusan tesis atau pengungkapan maksud harus dirumuskan dengan jelas dalam struktur kalimat
yang baik, jelas menampilkan topik mana yang dijadikan landasan uraian dan tujuan mana yang akan
dicapai oleh landasan tadi. Tesis atau pengungkapan maksud yang akan mengarahkan kerangka
karangan itu.
1.Tiap unit hanya mengandung satu gagasan.
Bila satu unit terdapat lebih dari satu gagasan, maka unit tersebut harus dirinci. Karena tiap unit dalam
kerangka karangan, baik unit atasan maupun unit bawahan, tidak boleh mengandung lebih dari satu
gagasan pokok, maka akibatnya tidak boleh ada niat yang dirumuskan dalam dua kalimat, atau dalam
kalimat majemuk setara, atau kalimat majemuk bertingkat, atau dalam frasa koordinatif. Bila ada dua
atau tiga pokok dimasukkan bersama-sama dalam satu simbol yang sama, maka hubungan strukturalnya
tidak akan tampak jelas. Bila terjadi hal yang demikian maka unit itu harus segera direvisi.
Bila kedua gagasan itu berada dalam keadaan setara, maka masing-masingnya harus ditempatkan
dalam urutan simbol yang sama derajatnya. Bila terdapat gagasan-gagasan yang tidak setara, maka ide-
ide yang berbeda tingkatnya itu harus ditempatkan dalam simbol-simbol yang berlainan derajatnya.
3. Pokok-pokok dalam kerangka karangan harus disusun secara logis, sehingga rangkaian ide atau
pikiran itu tergambar jelas.Persoalan-persoalan atau topik-topik yang dicatat di bawah judul-judul
atasan, harus sungguh-sungguh bersifat bawahan dan tidak boleh sama atau lebih tinggi dari judul
atasannya. Dan lebih lagi tidak boleh ada sebuah pokok bawahan yang ditempatkan di bawah sebuah
pokok atasan tetapi sama sekali tidak mempunyai hubungan dengan pokok atasan itu.
Tiap pokok bawahan harus secara langsung dan logis menunjang atau memperkuat pokok atasannya.
Pada dasarnya untuk menyusun karangan dibutuhkan langkah-langkah awal untuk membentuk
kebiasaan teratur dan sistematis yang memudahkan penulis dalam mengembangkan karangan.
Penggunaan pasangan simbol yang konsisten mencakup dua hal, yaitu pemakaian angka dan huruf
sebagai penanda tingkatan dan urutan unit-unitnya, dan tipografi yaitu penempatan angka dan huruf
penanda tingkatan dan teks dari tiap unit kerangka karangan.
d. Tahapan dalam Menyusun Kerangka Karangan
Kerangka karangan yang baik adalah kerangka yang urut dan logis. Apabila terdapat ide yang
bersilangan, hal ini akan mempersulit proses pengembangan karangan (karangan tidak mengalir).
Berikut ini adalah tahapan untuk menyusun kerangka karangan yang baik.
1. Mencatat gagasan.
Alat yang mudah digunakan adalah pohon pikiran yang berupa diagram yang menjelaskan
gagasan-gagasan yang timbul.
2. Mengatur urutan gagasan.
3. Memeriksa kembali yang telah diatur dalam bab dan subbab.
4. Membuat kerangka yang terperinci dan lengkap.
e. Langkah-Langkah Menyusun Karangan
Untuk menyusun sebuah karangan dapat diawali dengan berlatih menulis paragraf. Setelah paragraf-
paragraf tersusun, barulah digabungkan menjadi sebuah wacana yang utuh. Berikut ini adalah langkah-
langkah menyusun karangan.
1. Menentukan tema, topik, dan judul.
Tema adalah inti dari seluruh karangan; topik adalah pokok pikiran utama yang akan
dijadikanandasan dan tujuan yang akan dicapai; judul adalah kepala karangan. Misalkan tema dan
topik cakupannya lebih besar dan menyangkut pada persoalan yang diangkat, sedangkan judul lebih
pada penjelasan awal (penunjuk singkat) isi karangan yang akan ditulis.
2. Membuat kerangka karangan.
Kerangka karangan adalah rencana kerja yang memuat garis-garis besar suatu karangan. Kerangka
inilah yang akan menjadi acuan bagi penulis dalam mengembangkan karangan sehingga lebih terarah.
3. Mengumpulkan bahan.
setelah kerangka karangan selesai, langkah selanjutnya adalah mengumpulkan bahan sesuai dengan
poin-poin yang ada di dalam kerangka. Bahan-bahan ini menjadi bekal dalam menunjukkan eksistensi
tulisan. Ada banyak cara mengumpulkan bahan untuk penulisan, masing-masing penulis mempunyai
cara yang berbeda-beda sesuai juga dengan tujuan tulisannya. Selain itu, bahan dapat dicari melalui
berbagai sumber, seperti buku, majalah, surat kabar, laporan penelitian, makalah, dan sebagainya.
4. Menyeleksi bahan.
Agar tidak terlalu bias dan abstrak, perlu dipilih bahan-bahan yang sesuai dengan tema pembahasan.
Polanya dapat dilakukan melalui klarifikasi tingkat urgensi bahan yang telah dikumpulkan dengan
teliti dan sistematis.
5. Menyusun bahan menjadi karangan yang utuh dan padu.
Setelah bahan-bahan diseleksi berdasarkan kriteria tertentu, selanjutnya penulis dapat
mengembangkan menjadi karangan yang utuh dan padu sesuai dengan tipe karangan yang
dikehendakinya, seperti naratif, argumentatif, deskriptif, dan lain sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA

Kridalaksana, H. (1993). Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.


Oktavina, D. (2015, 22 Maret). Apa Itu Karya Tulis Ilmiah, Syarat-Syarat dan Jenis-jenisnya.
http://hima-tl.ppns.ac.id/?p=187
(Diakses pada 21 Agustus 2017). Beberapa Contoh Frase Benda dalam Penulisan Judul.
http://casestudy90.blogspot.co.id/2011/09/beberapa-contoh-frase-benda
Keraf, G. (1997). Komposisi. Ende: Nusa Indah.

Prapto, P. (2014, 23 November). Outline.

https://praptoprasojo.wordpress.com/2014/11/23/outline/

(Diakses pada 22 Agustus 2017). Kerangka Karangan dan Penulisan Ilmiah.

http://aghamisme.blogspot.co.id/2014/12/kerangka-karangan-dan-penulisankarya.html

(Diakses pada 22 Agustus 2017). 14 Jenis-Jenis Karangan - Pengertian - Contoh.

http://dosenbahasa.com/jenis-jenis-karangan

(Diakses pada 22 Agustus 2017). 6 Manfaat Kerangka Karangan.

http://manfaat.co.id/manfaat-kerangka-karangan

(Diakses pada 22 Agustus 2017). Pola Susunan Kerangka Karangan Menurut Para Ahli

Bahasa. http://www.dosenpendidikan.com/pola-susunan-kerangka-karanganmenurut-para-ahli-bahasa

Anda mungkin juga menyukai