Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENULISAN KARANGAN

A. Pengertian Mengarang dan Karangan


Mengarang berarti menyusun atau merangkai, pada awalnya kata merangkai tidak
berkaitan dengan kegiatan menulis. Operasional atau cakupan makna kata
merangkai mula-mula terbatas pada pkerjaan yang berhubungan dengan benda
konkret seperti merangkai bunga atau merangkai atau merangkai benda orang lain.
Sejalan dengan kemajuan komukasi dan bahasa, lama-kelamaan timbul istilah
merangkai kata. Lalu berlanjut dengan merangkai kalimat, kemudian jadilah apa
yang disebut sebagai karangan.

Orang yang merangkai atau menyusun kata, kalimat, dan alinea tidak disebut perangkai.
Tetapi penyusun atau pengarang untuk membedakannya dengan perangkai bunga.
Belakangan muncul sebutan penulis karena karangan tertulis juga disebut tulisan.
Sebenarnya, mengarang tidak hanya dan tidak harus tertulis. Seperti halnya
berkomunikasi, kegiatan mengarang yang juga menggunakan bahasa sebagai
mediumnya dapat berlansung secara lisan. Seseorang yang berbicara misalnya,
dalam sebuah diskusi atau berpidato secara serta merta (improntu) otaknya terlebih
dahulu harus mengarang sebelum mulutnya berbicara.
Penulis berpendapat bahwa mengarang adalah pekerjaan merangkai kata, kalimat, atau
paragraph dalam rangka menjabarkan atau mengulas topic dan tema tertentu untuk
memperoleh hasil akhir berupa karangan. Untuk bahan perbandingan, disini
dikutipkan pendapat Widyanmartaya dan Sudiati (1911:77). Menurut keduanya ,
mengarang adalah “keseluruhan rangkaian kegiatan seseorang untuk
mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada
pembaca untuk dipahami”.
Jadi karangan adalah hasil penjabaran suatu gagasan secara resmi dan teratur tentang
suatu topic atau pokok bahasan. Setiap karangan yang ideal pada prinsipnya
merupakan uraian yang lebih tinggi atau lebih luas dari paragraph. Selain itu,
karangan juga mempunyai arti lain yaitu bentuk tulisan yang mengungkapkan pikiran
dan perasaan pengarang dalam satu kesatuan tema yang utuh. Karangan diartikan
pula dengan rangkaian hasil pemikiran atau ungkapan perasaan ke dalam bentuk
tulisan yang teratur.
B. Jenis-jenis Karangan
1. Berdasarkan Bentuknya
a. Puisi adalah karangan yang mengutamakan keindahan bentuk dan bunyi serta
kepadatan makna. Puisi pada umunya berbentuk monolog.
b. Drama adalah karangan yang berupa dialog sebagai pembentuk alurnya.
c. Prosa, adalah jenis karangan yang disusun secara bebas dan terperinci. Bentuknya
merupakan percangkokan monolog dengan dialog. Prosa terbagi dalam dua macam.
1) Fiksi, adalah karangan yang disusun dalam bentuk alur yang menekankan aturan
sistematika perceritaan. Contohya : novel dan cerpen.
2) Nonfiksi, adalah karangan yang menekankan aturan sistematika ilmiah, dan aturan-
aturan kelogisan. Contohnya: essay, laporan penelitian, dan biografi

2. Berdasarkan Cara Penyajiannya


a. Karangan narasi, adalah karangan yang menceritakan suatu peristiwa atau kejadian
dengan tujuan agar pembaca seolah-o‫؛‬ah mengalami kejadian yang diceritakan itu.
b. Karangan deskripsi, adalah karangan yang menggambarkan suatu objek dengan
tujuan agar pembaca merasa seolah-olah melihat sendiri objek yang digambarkan
itu.
c. Karangan eksposisi, adalah karangan yang memaparkan sejumlah pengetahuan
atau informasi. Tujuannya agar pembaca mendapat informasi dan pengetahuan
dengan sejelas-jelasnya. Dikemukakan data dan fakla untuk memperjelas
pemaparan.
d. Karangan argumentasi, adalah karangan yang bertujuan untuk membuktikan suatu
cebenaran sehingga pembaca meyakini kebenaran itu. Pembuktian memerlukan
data dan fakta yang meyakinkan.
e. Larangan persuasi, adalah karangan yang bertujuan untuk mempengaruhi
pembaca. Karangan ini pun memerlukan data sebagai penunjang.

3. Berdasarkan Masalah yang Disajikannya


a. Karangan populer, adalah karangan yang membahas sehari-hari dengan
menggunakan ragam bahasa yang biasa digunakan masyarakat pada umumnya.
b. Karangan ilmiah, adaiah karangan yang membahas masalah-masalah yang berkain
dengan disiplin ilmu tertentu. Ragam bahasa yang digunakan bersifat teknis yang
hanya dapat dipahaiui masyarakat tertentu.
c. Karangan ilmiah populer, adalah karangan yang membahas masalah-masalah
keilmuan dengan munggunakan ragam bahasa yang dipahami masyarakat pada
umumnya.
d. Surat merupakan karangan yang mengupas beragam persoalan dalam berbagai
kepentingan Pembacanya dinyatakan secara khusus, tertentu.
e. Karangan sastra, adalah karangan yang berisi cerita rekaan dengan bahasa, gaya, c‫؛‬
tra rasa yang indah. Cerita-cerita yang dinyatakannya lebih bersifat individual.
C. Langkah-langkah Mengarang
Penyusunan karangan sebaiknya dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut.
1. Menentukan Topik, Tema, dan Tujuan Karangan
Topik berasal dari kata Yunani topoi, yang berarti ‘tempat’. Dalam perkembangan
selanjutnya, topik diartikan sebagai ‘pokok pembicaraan’ suatu karangan.
Berdasarkan topik itulah, penulis menempatkan tujuan beserta tema karangannya.
Dalam kehidupan sehari-hari, topik sering dikacaukan pemakaiannya dengan istilah
tema. Menurut asal katanya, Tema merupakan kata Yunani tithenai, yang berarti
menempatkan. Dar segi proses penulisan karangan, tema dan topik memiliki
rumusan yang berlainan walaupun nantinya apa yang dirumuskan keduanya
memiliki hakikat yang sama. Apabila topik bermakna pokok karangan, maka tema
diartikan sebagai suatu perumusan dari topik yang dijadikan landasan penyusunan
karangan. Berdasarkan pengertian tersebut, jelaslah bahwa topik lebih singkat dan
lebih abstrak daripada tema. Topik dirumuskan lebih dahulu dari tema.
Untuk merumuskan topik yang baik dipergunakan ukuran berikut.
a. Menarik perhatian penulis
Topik yang menarik perhatian penulis akan memungkinkan penulis berusaha untuk
secara serius mencari data yang penting dan relevan dengan masalah yang ia karang.
Penulis akar‫ ؛‬terdorong terus-menerus agar karangannya itu dapat diselesaikan
dengan sebaik-baiknya Sebaliknya, suatu topik yang sama sekali tidak disenangi,
dapat menimbulkan kesalahan apabila terdapat hambatan-hambatan. Penulis tidak
akan berusaha menemukan data dan fakta dalam memecahkan persoalan-persoalan
yang ia hadapi.
b. Dikuasai penulis
Topik yang digarap harus pula dikuasai penulis. Sekurang-kurangnya ia mengetahui hai-
hal mendasar dari persoalan yang hendak dikarangnya. Idealnya, topik itu
merupakan sesuatu yang lebih diketahui penulis daripada pembacanya.
c. Menarik dan aktual
Suatu karangan disusun tidak lain untuk dibaca oleh orang lain, oeh karena itu, minat
pembaca merupakan hal penting yang harus diperhatikan penulis. Walaupun yang
menarik minat itu amat bergantung pada situasi dan latar belakang pembaca itu
sendiri, namun hal- hal berikut merupakan sesuatu yang diminati masyarakat secara
umum: yang aktual, penting, penuh konflik, rahasia, humor. atau hal-hal lain yang
bermanfaat bagi pembaca.
d. Ruang lingkupnya terbatas
Apabila topik itu terlalu luas, pembahasannya akan dangkal. Pada akhimya karangan itu
tidak menarik bagi pembaca. Pembatasan ruang lingkup topik, memungkinkan
penulis untuk mengarang dengan penuh keyakinan dan kepercayaan diri.
Pembatasan topik dapat memberikan kesempatan bagi penulis untuk menelaah dan
meneliti masalah yang akan ditulisnya secara intensif.

2. Merumuskan Judul Karangan


Erat kaitannya dengan topik atau tema serta tujuan karangan, adalah judul. Apabila
topik merupakan gagasan pokok yang akan dibahas, maka judul merupakan nama
yang diberikan untuk bahasan atau karangan itu. Judul berfungsi pula sebagai slogan
promosi untuk menarik -ninat pembaca dan sebagai gambaran isi karangan. Sering
kali judul dirumuskan lebih dulu sebelum karangan dibuat. Namun demikian, judul
dapat pula dirumuskan setelah karangan itu selesai.
Judul yang baik harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut.
a. Relevan, ada hubungannya dengan isi karangan.
b. Provokatif dapat menimbulkan hasrat ingin tahu pembaca.
c. Singkat, mudah dipahami dan enteng diingat.

3. Menyusun Kerangka Karangan


Kerangka karangan adalah rencana kerja yang memuat garis besar suatu karangan.
Manfaat kerangka karangan:
a. Memudahkan penyusunan karangan sehingga karangan menjadi lebih sistematis
dan teratur.
b. Memudahkan penempatan antara bagian karangan yang penting dengan yang
tidak penting;
c. Menghindari timbulnya pengulangan pembahasan;
d. Membantu pengumpulan data dan sumber-sumber yang diperlukan.
Berdasarkan bentuknya, kerangka karangan dapat dibedakan ke dalam bentuk kerangka
kalimat dan kerangka topik.
a. Kerangka kalimat
Kerangka kalimat merupakan suatu bentuk kerangka karangan yang berupa pernyataan-
pernyataan lengkap, yang perumusannya berupa kalimat berita atau kalimat tanya.
b. Kerangka topik
Kerangka topik dinyatakan dalam kata atau frase. Dari segi kejelasannya, kerangka topiL
tidak sejelas kerangka kalimat. Namun demikian, kerangka topik sifatnya lebih
longgar daa tidak kaku. Penyusunannya pun lebih mudah.
Langkah-langkah penyusunan kerangka karangan adalah sebagai berikut.

4. Mengumpulkan Bahan/Data
Untuk memperkaya pemahaman dan pengetahuannya, seorang penulis harus
mengumpulkan data, informasi, atau pengetahuan tambahan yang berkaitan dengan
tema karangan. Pengumpulan data dapat dilakukan dengan membaca bahan acuan
tertentu mengadakan wawancara, atau pengamatan lapangan. Kita dapat langsung
mengamati objek yang akan kita karang dan dapat pula kita mengadakan percobaan.
Kedua cara tersebut penting dilakukan agar data yang kita peroleh lebih mantap dan
tidak meragukan.
Semua bahan yang kita peroleh, kita catat supaya tidak mudah dilupakan. Catatan harus
rapi dan teratur sehingga mudah dalam pemanfaatannya.
Tiap-tiap data yang kita peroleh kita catat di atas kartu atau lembaran kertas yang lepas
Kartu atau kertas lepas sangat mudah kita susun menurut keperluan kita dan mudah
puli menyisihkannyajika sebuah catatan ternyata tidak kita perlukan lagi. Buku tulis
dapat juga kiti pakai, tetapi tidak praktis, sebab halamannya terikat dan tidak mudah
disusun.
5. Mengembangkan Kerangka Karangan
Langkah berikutnya adalah mengembangkan kerangka karangan itu menjadi karangan
yang lengkap dan utuh.
Seperti yang telah dipaparkan di atas bahwa terdapat berbagai cara yang dapat
dilakukan dalam pengembangan karangan, di antaranya adalah dengan pola
pengembangan urutan pemecahan masalah. Bila pola ini yang dipilih, maka
penyusunan karangan dimulai dari penyajiar. masalah tertentu. Kemudian,
pembahasannya bergerak menuju anal isis dan kesimpulan- kesimpulan. Dengan
demikian, karangan berpola urutan pemecahan masalah dibentuk oleh tiga bagian
utama, yaitu:
a. Deskripsi mengenai suatu masalah yang akan dibahas,
b. Analisi terhadap sebab-sebab atau akibat-akibat dari masalah itu, dan
c. Alternatif atau kesimpulan sebagai pemecahan masalah.

6. Cara Pengakhiran dan Pcnyimpulan


Baik itu pengakhiran maupun penyimpulan, sama-sama terletak pada bagian penutup
suatu karangn. Dengan demikian, dari segi letak, keduanya memiliki persamaan.
Bedanya dalam hal fungsi dan cara perumusannya. Pengakhiran merupakan bagian
bacaan yang fungsinya menandakan bahwa bacaan itu selesai atau sudah berakhir.
Bagian pengakhiran masih merupakan fungsinya sebagai penutup dari suatu
perincian. Hubungan bagian pengakhiran
bagian sebelumnya terbentuk dalam pola umum-khusus.
Hal ini berbeda dengan penyimpulan . Adalah betul bahwa bagian penyimpulan pun
umumnya terletak pada bagian akhir suatu karangan. Hanya saja, kesimpulan
berfungsi pula sebagai pemaknaan kembali atas uraian-uraian sebelumnya.
Hubungan antara bagian kesimpulan dengan bagian sebelumnya bersifat khusus-
umum. Bagian tersebut merupakan sebuah generalisasi atas rurnum dari uraian
sebelumnya.
Contoh:
Kalau kamu adalah salah seorang pengurus OSIS atau organisasi lainnya, sebaiknya kamu
memanfaatkan kesempatan itu untuk latihan komunikasi di depan tak perduli
sebatas apa kemampuanmu dalam menggunakan kata-kata. Bila pertama kali kamu
berbicara terpatah-patah dan sedikit deg-degan, itu hal biasa. Lama-kelamaan kamu
akan terbiasa dengan latihan semacam itu. Apalagi kalau kamu diundang seminar,
acara diskusi, atau rapal lainnya, berbahagialah kamu dan kamu manfaatkan
kesempatan itu untuk mengasah lidahmu agar terbiasa dan dan lancar untuk
mengeluarkan mengeluarkan pendapat pada orang lain.
Paragraf di atas fungsinya hanya sebagai penanda bahwa uraian atas bacaan yang
berjudul “Remajad an Aprehensi Komunikasi” sudah berakhir. Dalam paragraf
tersebut tidak ditemukan rumusan kesimpulan.

7. Menyempurnakan Karangan
Menyusun karangan, baik itu karangan ilmiah, populer, maupun karangan sastra, yang
sekali jadi memang cukup sulit. Kecuali bagi yang sudah betul-betul ahli, sangat
jarang orang yang bisa menyusun karangan yang langsung sempurna. Ada saja
kesalahan atau kekeliruan yang harus diperbaiki, baik itu dengan sistematika
penulisan, kelogisan ide, istilah yang digunakan atau pun ejaannya. Karena itu,
pembahasan dan peninjauan ulang atas karangan yang telah dibuat, merupakan
sesuatu yang penting dilakukan.

8. Penggolongan Karangan Menurut Bobot Isinya


Berdasarkan bobot isinya. karangan dapat dibagi atas tiga jenis. yaitu (1) karangan
ilmiah, (2) karangan semi-ilmiah atau ilmiah populer. dan (3) karangan non-ilmiah.
Yang tergolong ke dalam karangan ilmiah antara lain adalah laporan, makalah,
skripsi, tesis, dan disertasi. Sementara itu, yang tergolong ke dalam karangan semi-
ilmiah antara lain adalah artikel, editorial, opini. feature, tips, dan reportase.
Selanjutnya, yang tergolong ke dalam karangan non-ilmiah antara lain adalah
anekdot, hikayat, cerpen, novel, roman, puisi. dar. naskah drama.
Ketiga jenis karangan tersebut tadi memiliki karakteristik yang berbeda. Karangan ilmiah
memiliki aturan baku dan sejumlah persyaratan khusus yang menyangkut metode
dan penggunaan bahasa. Kebalikan dari karangan ilmiah adalah karangan non-
ilmiah. yaitu karangan yang tidak terikat pada aturan baku tadi. Sementara itu,
karangan semi-ilmiah berada di antara keduanya.
Yang akan dibahas dalam buku ini hanya dua jenis karangan pertama saja, yaitu
karangan ilmiah dan semi-ilmiah/populer karena kedua jenis karangan inilah yang
banyak diperlukan oleh mahasiswa. 
Antara karangan ilmiah dan karangan ilmiah populer tidak banyak perbedaan yang
mendasar. Perbedaan yang paling jelas hanya pada pemakaian bahasa, struktur, dan
kodifikasi karangan. Jika pada Karangan ilmiah digunakan bahasa yang khusus di
bidang ilmu tertentu pada karangan ilmiah populer bahasa yang terlalu teknis
tersebut kadang-kadang dihindari dan sebagai gantinya digunakan istilah umum.

9. Sistematika Karangan
Secara umum bagian-bagian karangan itu sama, yaitu adanva gian awai, bagian inti, dan
bagian penutup. Akan tetapi, dalam materi perkuliahan ini hanya ditampilkan
bagian-bagian makalah miah. Fokus kajian adalah pengembangan isi bagian-bagian
atau isi stematika makalah, khususnya bagian inti.

a. Bagian Awal
1. Halaman Sampul dan Halaman Judul
1) Judul atau nama karangan. Halaman judul mencantumkan narru karangan,
penjelasan adanya tugas, nama pengarang, kelengkapan indentitas pengarang
(nomor induk/registrasi, klas, nomor absen). nama unit studi (unit kerja), nama
lembaga (jurusan, fakultas, universitas), nama kota, dan tahun penulis.
2) Untuk memberikan daya tarik pembaca, penyusunan judul perlu memeperhatikan
unsur-unsur sebagai berikut.
(1) Judul menggambarkan keseluruhan isi karangan.
(2) Judul harus menarik pembaca, baik makna maupun penulisannya.
(3) Sampul berisi nama karangan, penulis, dan penerbit.
(4) Halaman judul berisi nama karangan, penjelasan adanya tugas, penulis, dan
penerbit.
(5) Seluruh frasa ditulis pada posisi tengah secara simetris (untuk karangan formal) atau
model lurus pada margin kiri (untuk karangan yang tidak terlalu formal)
(6) Bagian-bagian yang tertulis pada halaman judul:
a. Judul diketik dengan huruf kapital
b. Penjelasan tentang tugas disusun dalam bentuk kalimat. Misalnya:
Makalah ini disusun untuk melengkapi Tugas Ujian Akhir Mata Kuliah Bahasa Indonesia
Semester Genap 2008
c. Nama penulis ditulis dengan huruf kapital. Kemudian, di bawah nama dituliskan
Nomor Induk Mahasiswa (NIM). Misalnya: SATRIAH
320321564
d. Logo universitas untuk skripsi, tesis, dan disertasi, sedangkan makalah ilmiah tidak
harus menggunakan
e. Data institusi. Mahasiswa harus mencantumkan program studi, jurusan, fakultas,
universitas, nama kota dan tahun dengan huruf kapital. Misalnya:
JURUSAN GEOGRAFI, FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI AR-RANIRY
BANDA ACEH, 2008

2. Kata Pengantar
Kata pengantar adalah bagian karangan yang berisi penjelasan mengapa menulis
karangan ini dilakukan. Setiap karangan ilmiah, seperti: buku, skripsi, tesis, disertasi,
makalah, atau laporan formal ilmiah harus menggunakan Kata Pengantar. Urutan
cara penulisan dan unsur-unsur informasi yang harus dicantumkan dalam kata
pengantar adalah sebagai berikut.
1) Ucapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa;
2) penjelasan adanya tugas penulisan karya ilmiah;
3) penjelasan pelaksanaan penulisan karya ilmiah;
4) penjelasan adanya bantuan, bimbingan, dan arahan dari seseorang,
sekelompok orang, atau organisasi/lembaga;
5) ucapan terima kasih kepada seseorang/lembaga yang membantu;
6) harapan penulis atas karangan tersebut:
7) manfaat bagi pembaca serta kesediaan menerima kritik dan saran;
8) penyebutan nama kota, tanggai, bulan, tahun. dan nama lengkap penulis,
tanpa dibubuhi tanda tangan. -
Kata pengantar merupakan bagian dari keseluruhan karya ilmiah sehingga sifatnya
formal dan ilmiah. Oleh karena itu, kata pengantar harus ditulis dalam bahasa
Indonesia yang baku dan benar. Isi kata pengantar tidak menyajikan isi karangan
atau hal-hal lain yang tertulis dalam pendahuluan, naskah utama, dan kesimpulan.
Sebaliknya, apa yang sudah tertulis dalam kata pengantar tidak ditulis ulang dalam
isi karangan.
Hal-hal yang harus dihindari dalam pembuatan kata pengantar:
1) menguraikan isi karangan;
2) mengungkapkan perasaan berlebihan:
3) menyalahi kaidah bahasa;
4) menunjukan sikap kurang percaya diri;
5) kurang meyakinkan;
6) kata pengantar terlalu panjang:
7) menulis kata pengantar semacam sambutan.
3. Daftar isi
Daftar isi adalah bagian pelengkapan pendahuluan yang memuat garis besar isi karangan
ilmiah secara lengkap dan menyeluruh dari judul sampai dengan riwayat hidup
penulis sebagaimana lazimnya sebuah konvensi naskah karangan ilmiah. Daftar isi
berfungsi untuk merujuk halaman judul bab, subbab, dan unsur-unsur pelengkap
dari sebuah buku yang bersangkutan.
Daftar isi disusun secara konsisten, baik penomoran, penulisan, maupun tata letak judul
bab dan sub-subbab. Konsisten ini dipengaruhi oleh bentuk yang digunakan. Jika
menggunakan angka desimal, angka pertama nomor Bab I pada baris pertama harus
diikuti secara lurus dengan angka pertama nomor Bab II, Bab III, dan seterusnya.
Untuk menghasilkan daftar isi yang baik, perhatikan hal- hal berikut ini.
1) Setiap judul bab dan subbab disusun secara paralel atau konsisten.
2) Nomor dan penggunan huruf (harus kapital dan huruf kecil) berfungsi
sebagai ciri atau penanda judul bab, subbab, dan rincian ditulis dengan huruf kapital
pada setiap awai kata, sedangkan kata tugas (misalnya: yang, kepada, dari) ditulis
dengan huruf kecil seluruhnya.
3) Nomor halaman berfungsi untuk merujuk judul bab, subbab, dan rincian.
Untuk memudahkan pembacaan, judul dan nomor halaman dihubungkan dengan
titik-titik.
4) Tajuk bab, subbab, dan rincian harus menggambarkan isi karangan, dan
disusun dengan ragangan.
5) Skripsi dan makalah yang lebih dari 10 halaman harus menggunakan daftar
isi.
6) Daftar isi tidak sama dengan ragangan karangan. Ragangan menggambarkan
uraian (analisis dan sintetis) bagian utama karangan, sedangkan daftar isi
mencantumkan seluruh unsur pelengkap pendahuluan, bagian utama (isi) karangan,
dan pelengkap penutup.
7)

4. Daftar Gambar
Setiap gambar yang tercantum dalam karangan harus tertulis di dalam daftar gambar.
Daftar gambar menginformasikan judul gambar dan nomor halaman.

5. Daftar Tabel
Setiap tabel yang tertulis dalam karangan harus tercantum dalam daftar tabel. Daftar ini
menginformasikan nama tabel dan nomor halaman.
b. Bagaian Inti/Utama
1. Pendahuluan
Pendahuluan dalam makalah terdiri dari latar belakang, masalah, tujuan, pembahasan,
dan pembatasan masalah. Keseluruan isi pendahuluan mengantarkan pembaca
kepada materi yang akan dibahas, dianalisis-sintesis, dideskripsi, atau diuraikan. '
a) Latar belakang masalah, menyajikan
1) Penalaran (alasan) yang menimbulkan masalah atau pertanyaar. yang akan
diuraikan jawabnya dalam bab pertengahan antara pendahuluan dan kesimpulan
dan di jawab atau ditegaskan dalam kesimpulan. Untuk itu, arah penalaran harus
jelas. misalnya: deduktif, sebab-akibat, atau induktif.
2) Kegunaan praktis hasil analisis, misalnya memberikan masukan bagi kebijakan
pimpinan dalam membuat keputusan dan memberikan acuan bagi pengembangan
sistem kerja yang akan datang.
3) Pengetahuan tentang studi perpustakaan dengan menggunakan infoimasi mutakhir
dari buku-buku ilmiah. jurnal, atau internet yang dapat dipertanggungjawabkan
secara ilmiah. Penulis hendaklah mengupayakan penggunaan buku-buku terbitan
baru.
4) Pengungkapan masalah utama secara jelas dalam bentuk pertanyaan dengan
menggunakan kata tanya yang menuntut adanva analisis, misalnya bagaimana...,
mengapa..... Contoh: Bagaimana pengaruh teknologi terhadap pelestarian budaya
sendiri? Bagaimana hubungan X terhadap Y? Bagaimana upaya mengatasi
kemiskinan masyarakat kumuh di Kelurahan Pulo Gadung? Mengapa budaya tradisi
kurang berkembang?
5) Tidak menggunakan kata apa karena kata tersebut tidak menuntut adanya analisis,
tetapi cukup dijawab ya atau tidak.

b) Tujuan penulisan berisi


1) Target, sasaran, atau upaya yang hendak dicapai, misalnya: mendeskripsikan
hubungan X terhadap Y; membuktikan bahwa budaya tradisi dapat dilestarikan
dengan kreativitas baru; menguraikan pengaruh X terhadap Y.
2) Upaya pokok yang harus dilakukan. misalnya: mendiskripsikan data primer tentang
kualitas budaya tradisi penduduk asli Jakarta; mendeskripsikan data sekunder
tentang kuaiitas tradisi penduduk asli Jakarta; mendeskripsiksn kreativitas baru yang
merupakan sinergi budaya tradisi dan teknologi muktakhir; membuktikan bahwa
budaya tradisi dapat dilestarikan dengan kreativitas baru; membuktikan bahwa
pembagunan lingkungan permukiman kumuh yang tidak layak huni memerlukan
bantuan pemerintah.
3) Tuiuan utama dapat dirinci menjadi beberapa tujuan sesuai dengan masalah yang
akan dibahas. Jika masalah utama dirinci menjadi dua. tujuan juga dirinci menjadi
dua.

2. Inti Karangan
Bagian utama karangan merupakan inti karangan berisi sajian oembahasan masalah.

BAB II
KUTIPAN DAN BIBLIOGRAFI
A. Kutipan
1. Pengertian Kutipan
Kutipan adalah pinjaman kalimat atau pendapat dari seorang pengarang atau ucapan
seseorang yang terkenal, baik yang terdapat dalam buku maupun majalah. Sangat
membuang waktu bila sebuah kebenaran yang telah diselidiki dan dibuktikan oleh
seorang ahli serta sudah dimuat secara luas dalam sebuah buku atau majalah harus
diselidiki kembali oleh seorang penulis untuk menemukan kesimpulan yang sama.
Penulis cukup mengutip pendapat yang dianggapnya benar itu dengan menyebutkan
di mana pendapat itu dibaca sehingga pembaca dapat mencocokan kutipan itu
dengan sumber aslinya.
Walaupun kutipan dari pendapat seorang ahli itu diperkenankan, tidaklah berarti bahwa
sebuah tulisan seluruhnya dapat terdiri atas kutipan-kutipan. Penulis harus bisa
menahan dirinya untuk tidak terlalu banyak mempergunakan kutipan supaya
karangannya jangan dianggap sebagai suatu himpunan dari berbagai macam
pendapat. Kutipan hanya berfungsi sebagai bahan bukti untuk menunjang
pendapatnya itu.

2. Macam-macam Kutipan
a. Kutipan Langsung
Kutipan langsung merupakan kutipan yang dilakukan dengan menyalin sepenuhnya teks
dan bacaan yang menjadi rujukan. Kutipan langsung yang kurang dari lima.baris ditik
dua spasi dan menyatu dengan bagian kalimat penulis. Sebaliknya, kutipan yang
panjangnya lima baris atau lebih ditik satu spasi terpisah dengan bagian kaiimat
penulis dan tanpa menggunakan tanda petik dua.
Contoh kutipan langsung kurang dari lima baris:
Sutejo, dkk. (2000:16) mengungkapkan bahwa “dalam kaitannya engan pembakuan
kosakata, hal yang perlu dipertimbangkan antara lain bentuk leksikon yang merekam
makna. ejaan, etimologi, ketepatan pemakaian. dan keberterimaannya di
masyarakat.”
b. Kutipan Tidak Langsung
Kutipan tidak langsung merupakan upaya merujuk pendapat orang lain dengan
menggunakan bahasa penuiis sendiri.
Contoh kutipan tidak langsung:
Surachamad (1977:423) mengatakan bahwa metode penyajian grafik kini telah menjadi
suatu alat komunikasi.

B. Bibliografi
1. Pengertaian Bibliografi
Yang dimaksud dengan bibliografi atau daftar kepustakaan adalah sebuah daftar yang
berisi judul buku-buku, artikel- artikel. dan bahan-bahan penerbiatan lainnya yang
mempunyai pertalian dengan sebuah karangan. Melalui daftar pustaka itu kita dapat
melihat kembali sumber aslinya. Bibliografi berfungsi sebagai pelengkap maksudnya
bila seorang pembaca ingin mengetahui lebih lanjut tentang referensi yang dipakai
oleh si penulis, hal itu akan lebih mudah didapat karena dalam bibliografi
dicantumkan keterangan-keterangan yang lengkap mengenai buku tersebut.
2. Unsur-unsur dalam bibliografi Unsur-unsur yang harus ada dalam bibliografi:
a. nama pengarang ditulis dengan cara membalikan unsur-unsur namanya.
b. Tahun terbit ditulis setelah nama pengarang. Selama ini. penulisannya terdapat dua
versi, yakni ada yang disertai tanda kurung ada pula yang tidak. Apabila
menggunakan tanda kurung, setelah nama pengarang tidak menggunakan tanda
titik. Misalnya:
Tarigan, Henry Guntur (1990).
Apabila tidak menggunakan tanda kurung, setelah nama pengarang dibubuhkan tanda
titik. Misalnya:
Tarigan. Henry guntur. 1990.
c. Judul buku, termasuk judul tambahannya.
d. Data publikasi yang meliputi: penerbit, ko ta. dan tahun terbit.
e. Untuk sebuah artikel diperlukan juga judul artikel, nama majalah, jilid. nomor, dan
tahun terbit.

3. Bentuk Bibliografi
a. Buku yang ditulis oleh seorang pengarang
Putrayasa, Ida Bagus. 2006. Tata Kalimat Bahasa Indonesia. Bandung: Refika Aditama.
4. Penyusunan Bibliografi
Akhimya perlu diadakan penerapan bagaimana menyusun sebuah daftar bibliografi. Ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum kita menyusun daftar bibliografi:
a. Nama pengarang diurutkan menurut alfabetis.
b. Bila tidak ada pengarang, judul buku atau artikel yang dimasukkan dalam urutan
alfabet.
c. Jika untuk seorang pengarang terdapat lebih dari satu bahan referensi. untuk
referensi yang kedua dan seterusnya, nama pengarang tidak perlu diikutsertakan,
tetapi diganti dengan garis sepanjang 5 atau 7 ketikan.
d. Jarak antara baris dengan baris untuk satu referensi adalah satu spasi. Akan tetapi,
jarak antara pokok dengan pokok vang lain adalah dua spasi.
e. Baris pertama dimulai dari margin kiri. Baris kedua dan seterusnya dari tiap pokok
harus dimasukkan ke dalam sebanyak 3 atau 4 ketikan.

Anda mungkin juga menyukai