PENULISAN KARANGAN
Orang yang merangkai atau menyusun kata, kalimat, dan alinea tidak disebut perangkai.
Tetapi penyusun atau pengarang untuk membedakannya dengan perangkai bunga.
Belakangan muncul sebutan penulis karena karangan tertulis juga disebut tulisan.
Sebenarnya, mengarang tidak hanya dan tidak harus tertulis. Seperti halnya
berkomunikasi, kegiatan mengarang yang juga menggunakan bahasa sebagai
mediumnya dapat berlansung secara lisan. Seseorang yang berbicara misalnya,
dalam sebuah diskusi atau berpidato secara serta merta (improntu) otaknya terlebih
dahulu harus mengarang sebelum mulutnya berbicara.
Penulis berpendapat bahwa mengarang adalah pekerjaan merangkai kata, kalimat, atau
paragraph dalam rangka menjabarkan atau mengulas topic dan tema tertentu untuk
memperoleh hasil akhir berupa karangan. Untuk bahan perbandingan, disini
dikutipkan pendapat Widyanmartaya dan Sudiati (1911:77). Menurut keduanya ,
mengarang adalah “keseluruhan rangkaian kegiatan seseorang untuk
mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada
pembaca untuk dipahami”.
Jadi karangan adalah hasil penjabaran suatu gagasan secara resmi dan teratur tentang
suatu topic atau pokok bahasan. Setiap karangan yang ideal pada prinsipnya
merupakan uraian yang lebih tinggi atau lebih luas dari paragraph. Selain itu,
karangan juga mempunyai arti lain yaitu bentuk tulisan yang mengungkapkan pikiran
dan perasaan pengarang dalam satu kesatuan tema yang utuh. Karangan diartikan
pula dengan rangkaian hasil pemikiran atau ungkapan perasaan ke dalam bentuk
tulisan yang teratur.
B. Jenis-jenis Karangan
1. Berdasarkan Bentuknya
a. Puisi adalah karangan yang mengutamakan keindahan bentuk dan bunyi serta
kepadatan makna. Puisi pada umunya berbentuk monolog.
b. Drama adalah karangan yang berupa dialog sebagai pembentuk alurnya.
c. Prosa, adalah jenis karangan yang disusun secara bebas dan terperinci. Bentuknya
merupakan percangkokan monolog dengan dialog. Prosa terbagi dalam dua macam.
1) Fiksi, adalah karangan yang disusun dalam bentuk alur yang menekankan aturan
sistematika perceritaan. Contohya : novel dan cerpen.
2) Nonfiksi, adalah karangan yang menekankan aturan sistematika ilmiah, dan aturan-
aturan kelogisan. Contohnya: essay, laporan penelitian, dan biografi
4. Mengumpulkan Bahan/Data
Untuk memperkaya pemahaman dan pengetahuannya, seorang penulis harus
mengumpulkan data, informasi, atau pengetahuan tambahan yang berkaitan dengan
tema karangan. Pengumpulan data dapat dilakukan dengan membaca bahan acuan
tertentu mengadakan wawancara, atau pengamatan lapangan. Kita dapat langsung
mengamati objek yang akan kita karang dan dapat pula kita mengadakan percobaan.
Kedua cara tersebut penting dilakukan agar data yang kita peroleh lebih mantap dan
tidak meragukan.
Semua bahan yang kita peroleh, kita catat supaya tidak mudah dilupakan. Catatan harus
rapi dan teratur sehingga mudah dalam pemanfaatannya.
Tiap-tiap data yang kita peroleh kita catat di atas kartu atau lembaran kertas yang lepas
Kartu atau kertas lepas sangat mudah kita susun menurut keperluan kita dan mudah
puli menyisihkannyajika sebuah catatan ternyata tidak kita perlukan lagi. Buku tulis
dapat juga kiti pakai, tetapi tidak praktis, sebab halamannya terikat dan tidak mudah
disusun.
5. Mengembangkan Kerangka Karangan
Langkah berikutnya adalah mengembangkan kerangka karangan itu menjadi karangan
yang lengkap dan utuh.
Seperti yang telah dipaparkan di atas bahwa terdapat berbagai cara yang dapat
dilakukan dalam pengembangan karangan, di antaranya adalah dengan pola
pengembangan urutan pemecahan masalah. Bila pola ini yang dipilih, maka
penyusunan karangan dimulai dari penyajiar. masalah tertentu. Kemudian,
pembahasannya bergerak menuju anal isis dan kesimpulan- kesimpulan. Dengan
demikian, karangan berpola urutan pemecahan masalah dibentuk oleh tiga bagian
utama, yaitu:
a. Deskripsi mengenai suatu masalah yang akan dibahas,
b. Analisi terhadap sebab-sebab atau akibat-akibat dari masalah itu, dan
c. Alternatif atau kesimpulan sebagai pemecahan masalah.
7. Menyempurnakan Karangan
Menyusun karangan, baik itu karangan ilmiah, populer, maupun karangan sastra, yang
sekali jadi memang cukup sulit. Kecuali bagi yang sudah betul-betul ahli, sangat
jarang orang yang bisa menyusun karangan yang langsung sempurna. Ada saja
kesalahan atau kekeliruan yang harus diperbaiki, baik itu dengan sistematika
penulisan, kelogisan ide, istilah yang digunakan atau pun ejaannya. Karena itu,
pembahasan dan peninjauan ulang atas karangan yang telah dibuat, merupakan
sesuatu yang penting dilakukan.
9. Sistematika Karangan
Secara umum bagian-bagian karangan itu sama, yaitu adanva gian awai, bagian inti, dan
bagian penutup. Akan tetapi, dalam materi perkuliahan ini hanya ditampilkan
bagian-bagian makalah miah. Fokus kajian adalah pengembangan isi bagian-bagian
atau isi stematika makalah, khususnya bagian inti.
a. Bagian Awal
1. Halaman Sampul dan Halaman Judul
1) Judul atau nama karangan. Halaman judul mencantumkan narru karangan,
penjelasan adanya tugas, nama pengarang, kelengkapan indentitas pengarang
(nomor induk/registrasi, klas, nomor absen). nama unit studi (unit kerja), nama
lembaga (jurusan, fakultas, universitas), nama kota, dan tahun penulis.
2) Untuk memberikan daya tarik pembaca, penyusunan judul perlu memeperhatikan
unsur-unsur sebagai berikut.
(1) Judul menggambarkan keseluruhan isi karangan.
(2) Judul harus menarik pembaca, baik makna maupun penulisannya.
(3) Sampul berisi nama karangan, penulis, dan penerbit.
(4) Halaman judul berisi nama karangan, penjelasan adanya tugas, penulis, dan
penerbit.
(5) Seluruh frasa ditulis pada posisi tengah secara simetris (untuk karangan formal) atau
model lurus pada margin kiri (untuk karangan yang tidak terlalu formal)
(6) Bagian-bagian yang tertulis pada halaman judul:
a. Judul diketik dengan huruf kapital
b. Penjelasan tentang tugas disusun dalam bentuk kalimat. Misalnya:
Makalah ini disusun untuk melengkapi Tugas Ujian Akhir Mata Kuliah Bahasa Indonesia
Semester Genap 2008
c. Nama penulis ditulis dengan huruf kapital. Kemudian, di bawah nama dituliskan
Nomor Induk Mahasiswa (NIM). Misalnya: SATRIAH
320321564
d. Logo universitas untuk skripsi, tesis, dan disertasi, sedangkan makalah ilmiah tidak
harus menggunakan
e. Data institusi. Mahasiswa harus mencantumkan program studi, jurusan, fakultas,
universitas, nama kota dan tahun dengan huruf kapital. Misalnya:
JURUSAN GEOGRAFI, FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI AR-RANIRY
BANDA ACEH, 2008
2. Kata Pengantar
Kata pengantar adalah bagian karangan yang berisi penjelasan mengapa menulis
karangan ini dilakukan. Setiap karangan ilmiah, seperti: buku, skripsi, tesis, disertasi,
makalah, atau laporan formal ilmiah harus menggunakan Kata Pengantar. Urutan
cara penulisan dan unsur-unsur informasi yang harus dicantumkan dalam kata
pengantar adalah sebagai berikut.
1) Ucapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa;
2) penjelasan adanya tugas penulisan karya ilmiah;
3) penjelasan pelaksanaan penulisan karya ilmiah;
4) penjelasan adanya bantuan, bimbingan, dan arahan dari seseorang,
sekelompok orang, atau organisasi/lembaga;
5) ucapan terima kasih kepada seseorang/lembaga yang membantu;
6) harapan penulis atas karangan tersebut:
7) manfaat bagi pembaca serta kesediaan menerima kritik dan saran;
8) penyebutan nama kota, tanggai, bulan, tahun. dan nama lengkap penulis,
tanpa dibubuhi tanda tangan. -
Kata pengantar merupakan bagian dari keseluruhan karya ilmiah sehingga sifatnya
formal dan ilmiah. Oleh karena itu, kata pengantar harus ditulis dalam bahasa
Indonesia yang baku dan benar. Isi kata pengantar tidak menyajikan isi karangan
atau hal-hal lain yang tertulis dalam pendahuluan, naskah utama, dan kesimpulan.
Sebaliknya, apa yang sudah tertulis dalam kata pengantar tidak ditulis ulang dalam
isi karangan.
Hal-hal yang harus dihindari dalam pembuatan kata pengantar:
1) menguraikan isi karangan;
2) mengungkapkan perasaan berlebihan:
3) menyalahi kaidah bahasa;
4) menunjukan sikap kurang percaya diri;
5) kurang meyakinkan;
6) kata pengantar terlalu panjang:
7) menulis kata pengantar semacam sambutan.
3. Daftar isi
Daftar isi adalah bagian pelengkapan pendahuluan yang memuat garis besar isi karangan
ilmiah secara lengkap dan menyeluruh dari judul sampai dengan riwayat hidup
penulis sebagaimana lazimnya sebuah konvensi naskah karangan ilmiah. Daftar isi
berfungsi untuk merujuk halaman judul bab, subbab, dan unsur-unsur pelengkap
dari sebuah buku yang bersangkutan.
Daftar isi disusun secara konsisten, baik penomoran, penulisan, maupun tata letak judul
bab dan sub-subbab. Konsisten ini dipengaruhi oleh bentuk yang digunakan. Jika
menggunakan angka desimal, angka pertama nomor Bab I pada baris pertama harus
diikuti secara lurus dengan angka pertama nomor Bab II, Bab III, dan seterusnya.
Untuk menghasilkan daftar isi yang baik, perhatikan hal- hal berikut ini.
1) Setiap judul bab dan subbab disusun secara paralel atau konsisten.
2) Nomor dan penggunan huruf (harus kapital dan huruf kecil) berfungsi
sebagai ciri atau penanda judul bab, subbab, dan rincian ditulis dengan huruf kapital
pada setiap awai kata, sedangkan kata tugas (misalnya: yang, kepada, dari) ditulis
dengan huruf kecil seluruhnya.
3) Nomor halaman berfungsi untuk merujuk judul bab, subbab, dan rincian.
Untuk memudahkan pembacaan, judul dan nomor halaman dihubungkan dengan
titik-titik.
4) Tajuk bab, subbab, dan rincian harus menggambarkan isi karangan, dan
disusun dengan ragangan.
5) Skripsi dan makalah yang lebih dari 10 halaman harus menggunakan daftar
isi.
6) Daftar isi tidak sama dengan ragangan karangan. Ragangan menggambarkan
uraian (analisis dan sintetis) bagian utama karangan, sedangkan daftar isi
mencantumkan seluruh unsur pelengkap pendahuluan, bagian utama (isi) karangan,
dan pelengkap penutup.
7)
4. Daftar Gambar
Setiap gambar yang tercantum dalam karangan harus tertulis di dalam daftar gambar.
Daftar gambar menginformasikan judul gambar dan nomor halaman.
5. Daftar Tabel
Setiap tabel yang tertulis dalam karangan harus tercantum dalam daftar tabel. Daftar ini
menginformasikan nama tabel dan nomor halaman.
b. Bagaian Inti/Utama
1. Pendahuluan
Pendahuluan dalam makalah terdiri dari latar belakang, masalah, tujuan, pembahasan,
dan pembatasan masalah. Keseluruan isi pendahuluan mengantarkan pembaca
kepada materi yang akan dibahas, dianalisis-sintesis, dideskripsi, atau diuraikan. '
a) Latar belakang masalah, menyajikan
1) Penalaran (alasan) yang menimbulkan masalah atau pertanyaar. yang akan
diuraikan jawabnya dalam bab pertengahan antara pendahuluan dan kesimpulan
dan di jawab atau ditegaskan dalam kesimpulan. Untuk itu, arah penalaran harus
jelas. misalnya: deduktif, sebab-akibat, atau induktif.
2) Kegunaan praktis hasil analisis, misalnya memberikan masukan bagi kebijakan
pimpinan dalam membuat keputusan dan memberikan acuan bagi pengembangan
sistem kerja yang akan datang.
3) Pengetahuan tentang studi perpustakaan dengan menggunakan infoimasi mutakhir
dari buku-buku ilmiah. jurnal, atau internet yang dapat dipertanggungjawabkan
secara ilmiah. Penulis hendaklah mengupayakan penggunaan buku-buku terbitan
baru.
4) Pengungkapan masalah utama secara jelas dalam bentuk pertanyaan dengan
menggunakan kata tanya yang menuntut adanva analisis, misalnya bagaimana...,
mengapa..... Contoh: Bagaimana pengaruh teknologi terhadap pelestarian budaya
sendiri? Bagaimana hubungan X terhadap Y? Bagaimana upaya mengatasi
kemiskinan masyarakat kumuh di Kelurahan Pulo Gadung? Mengapa budaya tradisi
kurang berkembang?
5) Tidak menggunakan kata apa karena kata tersebut tidak menuntut adanya analisis,
tetapi cukup dijawab ya atau tidak.
2. Inti Karangan
Bagian utama karangan merupakan inti karangan berisi sajian oembahasan masalah.
BAB II
KUTIPAN DAN BIBLIOGRAFI
A. Kutipan
1. Pengertian Kutipan
Kutipan adalah pinjaman kalimat atau pendapat dari seorang pengarang atau ucapan
seseorang yang terkenal, baik yang terdapat dalam buku maupun majalah. Sangat
membuang waktu bila sebuah kebenaran yang telah diselidiki dan dibuktikan oleh
seorang ahli serta sudah dimuat secara luas dalam sebuah buku atau majalah harus
diselidiki kembali oleh seorang penulis untuk menemukan kesimpulan yang sama.
Penulis cukup mengutip pendapat yang dianggapnya benar itu dengan menyebutkan
di mana pendapat itu dibaca sehingga pembaca dapat mencocokan kutipan itu
dengan sumber aslinya.
Walaupun kutipan dari pendapat seorang ahli itu diperkenankan, tidaklah berarti bahwa
sebuah tulisan seluruhnya dapat terdiri atas kutipan-kutipan. Penulis harus bisa
menahan dirinya untuk tidak terlalu banyak mempergunakan kutipan supaya
karangannya jangan dianggap sebagai suatu himpunan dari berbagai macam
pendapat. Kutipan hanya berfungsi sebagai bahan bukti untuk menunjang
pendapatnya itu.
2. Macam-macam Kutipan
a. Kutipan Langsung
Kutipan langsung merupakan kutipan yang dilakukan dengan menyalin sepenuhnya teks
dan bacaan yang menjadi rujukan. Kutipan langsung yang kurang dari lima.baris ditik
dua spasi dan menyatu dengan bagian kalimat penulis. Sebaliknya, kutipan yang
panjangnya lima baris atau lebih ditik satu spasi terpisah dengan bagian kaiimat
penulis dan tanpa menggunakan tanda petik dua.
Contoh kutipan langsung kurang dari lima baris:
Sutejo, dkk. (2000:16) mengungkapkan bahwa “dalam kaitannya engan pembakuan
kosakata, hal yang perlu dipertimbangkan antara lain bentuk leksikon yang merekam
makna. ejaan, etimologi, ketepatan pemakaian. dan keberterimaannya di
masyarakat.”
b. Kutipan Tidak Langsung
Kutipan tidak langsung merupakan upaya merujuk pendapat orang lain dengan
menggunakan bahasa penuiis sendiri.
Contoh kutipan tidak langsung:
Surachamad (1977:423) mengatakan bahwa metode penyajian grafik kini telah menjadi
suatu alat komunikasi.
B. Bibliografi
1. Pengertaian Bibliografi
Yang dimaksud dengan bibliografi atau daftar kepustakaan adalah sebuah daftar yang
berisi judul buku-buku, artikel- artikel. dan bahan-bahan penerbiatan lainnya yang
mempunyai pertalian dengan sebuah karangan. Melalui daftar pustaka itu kita dapat
melihat kembali sumber aslinya. Bibliografi berfungsi sebagai pelengkap maksudnya
bila seorang pembaca ingin mengetahui lebih lanjut tentang referensi yang dipakai
oleh si penulis, hal itu akan lebih mudah didapat karena dalam bibliografi
dicantumkan keterangan-keterangan yang lengkap mengenai buku tersebut.
2. Unsur-unsur dalam bibliografi Unsur-unsur yang harus ada dalam bibliografi:
a. nama pengarang ditulis dengan cara membalikan unsur-unsur namanya.
b. Tahun terbit ditulis setelah nama pengarang. Selama ini. penulisannya terdapat dua
versi, yakni ada yang disertai tanda kurung ada pula yang tidak. Apabila
menggunakan tanda kurung, setelah nama pengarang tidak menggunakan tanda
titik. Misalnya:
Tarigan, Henry Guntur (1990).
Apabila tidak menggunakan tanda kurung, setelah nama pengarang dibubuhkan tanda
titik. Misalnya:
Tarigan. Henry guntur. 1990.
c. Judul buku, termasuk judul tambahannya.
d. Data publikasi yang meliputi: penerbit, ko ta. dan tahun terbit.
e. Untuk sebuah artikel diperlukan juga judul artikel, nama majalah, jilid. nomor, dan
tahun terbit.
3. Bentuk Bibliografi
a. Buku yang ditulis oleh seorang pengarang
Putrayasa, Ida Bagus. 2006. Tata Kalimat Bahasa Indonesia. Bandung: Refika Aditama.
4. Penyusunan Bibliografi
Akhimya perlu diadakan penerapan bagaimana menyusun sebuah daftar bibliografi. Ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum kita menyusun daftar bibliografi:
a. Nama pengarang diurutkan menurut alfabetis.
b. Bila tidak ada pengarang, judul buku atau artikel yang dimasukkan dalam urutan
alfabet.
c. Jika untuk seorang pengarang terdapat lebih dari satu bahan referensi. untuk
referensi yang kedua dan seterusnya, nama pengarang tidak perlu diikutsertakan,
tetapi diganti dengan garis sepanjang 5 atau 7 ketikan.
d. Jarak antara baris dengan baris untuk satu referensi adalah satu spasi. Akan tetapi,
jarak antara pokok dengan pokok vang lain adalah dua spasi.
e. Baris pertama dimulai dari margin kiri. Baris kedua dan seterusnya dari tiap pokok
harus dimasukkan ke dalam sebanyak 3 atau 4 ketikan.