Anda di halaman 1dari 2

MALING

Para Pelaku :
1. Pak Lurah 3. Pak Sekdes
2. Pak Jagabaya 4. Pak Wirya
P Lurah : Saya mesti memikirkannya, Pak Jagabaya. Sebagai seorang Lurah, saya tidak akan berdiam diri
menghadapi persoalan ini.

P Jagabaya : Tapi maaf, Pak Lurah , saya rasa tindakan Pak Lurah dalam menghadapi persoalan ini kurang tegas.
Maaf, Pak Lurah kurang cepat.

P Lurah : Memang, saya sadari saya kurang tegas dalam hal ini, ini saya sadari betul, Pak Jagabaya. Terus terang
dalam menghadapi persoalan ini saya tidak mau gegabah.

P Jagabaya : Memang tidak perlu gegabah, Pak Lurah. Pak Lurah kan tinggal memberikan perintah atau izin kepada
saya untuk mengerahkan pemuda desa kita untuk mengadakan ronda kampong tiap malam.

Pak Lurah : Berapa banyak penduduk yang menderita kerugian akibat gangguan maling itu? Dan bandingkan dengan
pujian yang bakal kita terima. Bayangkan, Pak Jagabaya, seluruh penduduk desa kita akan ikut bangga
dipuji oleh Bapak Bupati karena maju dalam dunia kesenian.

P Jagabaya : Kalau Pak Lurah punya cita-cita semacam itu, ya, sudah. Akan lebih baik lagi kalau semua rakyat di desa
ini baik tua-muda, anak laki-laki dan perempuan dilatih saja karawitan dan ketoprak. Nggak usah
mengurusi sawah dan ladang atau ternak-ternak mereka … jadikan saja desa ini desa kesenian! ( Mau
pergi karena marahnya, tapi dicegah oleh Pak Lurah dan Pak Sekdes)

P Lurah : Lho … lho … kok terus begitu, Pak Jagabaya! Sabar lah, sabar, kalau memang Pak Jagabaya tidak setuju
mari kita bahas secara baik-baik. Sekarang duduk dulu, Pak Jagabaya, mari duduk dulu. Nah, sekarang
maunya Pak Jagabaya bagaimana? Coba katakan dengan sabar. Dik Sekdes, coba memberikan
pendapatnya!

P Sekdes : ( Gugup ) wah, anu, eh saya kira usul dari Pak Jagabaya untuk mengadakan ronda kampong memang
perlu juga sebab … eh … si maling yang tiap malam mengacau itu memang perlu dirondai! Eh, kita perlu
meronda untuk mengatasi nekadnya si maling yang kurang ajar itu.

P Lurah : Jadi Pak Sekdes tidak setuju dengan adanya kegiatan kesenian yang tiap malam diajarkan di Balai
Kelurahan?

P Sekdes : Ya, setuju banget, Pak Lurah. Tapi memang maling itu nekat banget kok, Pak Lurah!

P Lurah : Malingnya nekat bagaimana? Nyatanya rumah saya belum kemalingan kok, Pak Sekdes

P Jagabaya : Malingnya tidak akan mungkin mencuri di rumah Pak Lurah. Karena rumah Pak Lurah berdekatan
dengan Balai Kelurahan yang tiap malam selalu ramai pemuda-pemuda yang sedang belajar kesenian.
Tapi rumah penduduk yang di pojok-pojok itu?

P Sekdes : Benar, Pak Lurah, rumah Pak Wirya yang berada di pojok desa sebelah selatan ini … wah hampir setiap
malam masak ada maling masuk. Pak Lurah sudah mendapat laporan yang lebih jelas, bukan?

P Lurah : Kenapa Pak Wirya tidak melapor ke Pak Jagabaya?

P Sekdes : Dia sudah melapor pada Pak Jagabaya

P Lurah : Kenapa Pak Jabaya diam saja?

P Jagabaya : Gila! Diam saja atau telinga Pak Lurah yang tuli. Tiap hari saya dating kemari. Tiap hari saya rebut
dengan Pak Lurah. Tiap hari saya teriak-teriak dengan Pak Lurah, tapi Pak Lurah Cuma diam saja.

P Lurah : Lho, menangkap maling toh tidak perlu dengan pemuda desa. Sebagai seorang Jagabaya, Pak Jagabaya
mesti bisa menangkap maling itu sendiri.

P Jagabaya : Saya tidak mau menangkap sendiri, tapi kalau Pak Lurah mau membantu, kami persilakan.
P Wirya : ( Terdengar teriakannya, kemudian muncul berlari tergesa-gesa, bingung tetapi gembira ) Pak
Luuuuraaaaaaaaaah… Pak Luuuuraaaaaaah… saya telah membunuh oraaaaaang…! Pak Lurah, saya
telah membunuh orang! Hebat Pak Lurah orang itu bisa saya bunuh!

PLrh/PJgby/ : Apa? Kau telah membunuh orang?


P Skds
P Wirya : Iya, saya telah membunuh orang!

P Lurah : Sabar! Sabar! Sabar, Pak Wirya, ada apa?

P Wirya : Anu, Pak Lurah, saya telah berhasil membunuh orang. Eh anu… saya telah berhasil membunuh maling
itu.

P Lurah : Maling itu kau bunuh?

P Wirya : Maling itu telah saya bunuh! Sudah sejak siang aku persiapkan perangkap untuk menangkap maling itu.
Siang tadi aku telah membeli racun tikus. Dia tidak tahu bahwa makanan itu telah saya campur dengan
racun tikus. Eeeee….. saya Cuma mengharapkan maling itu sekarat. Tapi, malahan mati. Ya, sudah saya
mesti dihukum pak polisi, tidak apa-apa. Sebab sekarang saya telah menjadi orang yang hebat, bisa
menangkap maling hingga mati.

P Lurah : Jadi, maling itu mati?

P Wirya : Mati, Pak Lurah! Mati!

P Lurah : Kenapa maling itu tidak kau bawa kemari?

P Wirya : Tapi, apa P Lurah nanti tidak malu?

P Lurah : Kenapa mesti malu?

P Wirya : Karena maling itu ternyata adalah ... ternyata adalah adik lelaki Pak Lurah sendiri.

Anda mungkin juga menyukai