Anda di halaman 1dari 18

PENGERTIAN, KONSEP DAN SEJARAH EKONOMI SUMBERDAYA

ALAM

Disusun Oleh:
Kelompok 2
Dinda Durriyatul M L1A016002
Bella Anggita S L1A016020
Setyo Bayu Purnomo L1A016044
Fitri Astika Dewi L1A016058
Fitria Dzakiatun L1A016062
Alfandy Maulana Y L1A017013

MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PURWOKERTO

2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keberadaan Sumber Daya Alam (SDA) bagi kehidupan umat manusia adalah
sangat penting. SDA adalah segala sesuatu yang diperoleh dari lingkungan fisik untuk
memenuhi kebutuhan dan keinginan umat manusia. Dengan kata lain SDA adalah
sumbangan bumi berupa benda hidup maupun benda mati (living and non-living
endowments) yang bisa dieksploitasi oleh manusia sebagi sumber makanan, bahan mentah,
dan energi. SDA berada di lingkungan atau bumi berfungsi sebagi stok dari mana kegiatan
ekonomi memperoleh input.
SDA bisa diklasifikan berdasarkan tipe atau jenisnya. Ada tiga tipe SDA yaitu; (1)
SDA yang tidak pernah habis (renewable-perpetual resources); (2) SDA yang tidak bisa di
perbaharui (renewable or exhaustible resources); dan (3) SDA yang secara potensial bisa
diperbaharui (potentially renewable resources). Dalam makalah ini akan di bahas tentang
pengolahan sumberdaya alam yang tidak dapat pulih atau tidak dapat diperbaharui, sebagai
contoh minyak, gas alam, uranium, dan batubara, serta mineral non energi seperti misalnya
tembaga, alumunium, dan lain-lain.
Ketersediaan SDA jenis ini tergantung dari volume ektaksi atau eksploitasi. Jika
dieksploitasi sedikit demi sedikit, tentunya akan habis dalam jangka waktu yang relatif
panjang, tetapi jika dieksploitasi secara besar-besaran maka akan habis dalam waktu yang
relatif singkat. Sumber daya ini mempunyai jumlah yang tetap di alam, sekali dieksraksi
maka tidak bisa di ganti. Sumberdaya ini jenis ini bersifat tidak permanen dan juga tidak
diproduksi, sehingga melahirkan problema tersendiri dalam kaitan dengan analisa
produksinya yang tidak dijumpai pada jenis SDA yang lain. Oleh karena itu, maka
pengelolaan sumber daya jenis ini harus dilakukan secara bijakssana dan sustainable.
1.2 Rumusan masalah
1. Apa pengertian dari berbagai konsep sumber daya alam ?
2. Apa pengertian dari berbagai konsep pengelolaan sumber daya alam terkait dengan
kehidupan soial ekonomi mayarakat ?
3. Bagaimana defenisi dan sejarah pengelolaan sumber daya alam?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari berbagai konsep sumber daya alam.
2. Mengetahui pengertian dari berbagai konsep pengelolaan sumber daya alam terkait
dengan kehidupan soial ekonomi mayarakat
3. Mengetahui defenisi dan sejarah pengelolaan sumber daya alam.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
Pengertian sumberdaya alam sesuai dengan Pasal 33 Undang-Undang Dasar
Republik Indonesia Tahun 1945 adalah: ‘bumi, air, udara, dan kekayaan alam yang
terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk
kemakmuran rakyat”. Pengertian Sumber Daya Alam adalah semua kekayaan bumi, baik
biotik maupun abiotik yang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan manusia dan
kesejahteraan manusia, misalnya: tumbuhan, hewan, udara, air, tanah, bahan tambang,
angin, cahaya matahari, dan mikroba (jasad renik). Pada dasarnya Alam mempunyai sifat
yang beraneka ragam, namun serasi dan seimbang. Oleh karena itu, perlindungan dan
pengawetan alam harus terus dilakukan untuk mempertahankan keserasian dan
keseimbangan tersebut.
Sumber Daya Alam (SDA) yang tidak dapat pulih meliputi SDA yang menyuplai
energi seperyi minyak, gas alam,  dan batubara, serta mineral yang non energi seperti
misalnya tembaga, alumunium, dan lain-lain. SDA jenis ini adalah SDA yang berada
dalam jumlah yang tetap berupa deposit mineral (mineral deposits)di berbagi tempat di
muka bumi, SDA jenis ini bisa habis baik karena mereka tidak bisa diganti oleh proses
alam maupun karena proses pergantian proses alamiahnya berjalan lebih lambat dari
jumlah pemanfaatannya. Ketika SDA jenis ini (terutama berupa sumber energi) digunakan
mereka akan berubah menjadi bentuk yang kurang bermanfaat seperti panas dan gas dari
proses pembakaran.
Istilah “pembangunan” kaitannya dengan manajemen pengelolaan sumber  daya
alam merupakan relasi yang sangat krusial dan ironis. Dikatakan demikian, karena sumber
daya alam ini diperlakukan layaknya mesin ekonomi yang senantiasadipaksa untuk
menghasilkan kemanfaatan manusia. Vandana Shiva (1995) menilai dimensi
pembangunanisme yang berlangsung di negara dunia ketiga sendirimerupakan kelanjutan
praktik kolonialisme yang terjadi di masa lalu. Shiva mengajukan istilah “sindrom
eksploitasi” (exploitation syndrome) untuk mengkritisi wacana pembangunanisme yang
berkembang dalam negara dunia ketiga. Sindrom tersebut meliputi dua tahapan utama.

Ekonomi sumber daya alam berkaitan dengan pasokan, permintaan, dan alokasi
sumber daya alam bumi. Salah satu tujuan utama dari ekonomi sumber daya alam adalah
untuk lebih memahami peran sumber daya alam dalam perekonomian dalam rangka
mengembangkan metode yang lebih berkelanjutan dalam mengelola sumber daya tersebut
guna memastikan ketersediaannya untuk generasi mendatang.
Ekonomi sumber daya alam adalah bidang transdisipliner penelitian akademis
dalam ilmu ekonomi yang bertujuan untuk mengatasi hubungan dan saling ketergantungan
antara ekonomi manusia dengan ekosistem. Fokusnya adalah bagaimana mengoperasikan
ekonomi dalam batasan ekologi sumber daya alam. Ekonomi dan bidang kebijakan
berfokus pada aspek manusia dari masalah lingkungan. Ekonomi sumber daya alam juga
berkaitan dengan energi. Thermoeconomists berpendapat bahwa sistem ekonomi selalu
melibatkan materi, energi, entropi, dan informasi. Thermoeconomics didasarkan pada
proposisi bahwa peran energi dalam evolusi biologis harus didefinisikan dan dipahami
melalui hukum kedua termodinamika tetapi dalam hal ekonomi seperti kriteria
produktivitas, efisiensi, dan terutama biaya dan manfaat dari berbagai mekanisme untuk
menangkap dan memanfaatkan energi yang tersedia untuk membangun biomassa dan
melakukan kerja. Akibatnya, ekonomi sumber daya alam sering dibahas dalam bidang
ekologi ekonomi, yang dengan sendirinya terkait dengan bidang keberlanjutan dan
pembangunan berkelanjutan.
2.2 Pengertian Dari Berbagai Konsep Sumber Daya Alam
Pada umumnya, sumber daya alam berdasarkan sifatnya dapat digolongkan menjadi
SDA yang dapat diperbaharui dan SDA tak dapat diperbaharui. SDA yang dapat
diperbaharui adalah kekayaan alam yang dapat terus ada selama penggunaannya tidak
dieksploitasi berlebihan. Tumbuhan, hewan, mikroorganisme, sinar matahari, angin, dan
air adalah beberapa contoh SDA terbaharukan. Walaupun jumlahnya sangat berlimpah di
alam, penggunannya harus tetap dibatasi dan dijaga untuk dapat terus berkelanjutan.
SDA tak dapat diperbaharui adalah SDA yang jumlahnya terbatas karena
penggunaanya lebih cepat daripada proses pembentukannya dan apabila digunakan secara
terus-menerus akan habis. Minyak bumi, emas, besi, dan berbagai bahan tambang lainnya
pada umumnya memerlukan waktu dan proses yang sangat panjang untuk kembali
terbentuk sehingga jumlahnya sangat terbatas., minyak bumi dan gas alam pada umumnya
berasal dari sisa-sisa hewan dan tumbuhan yang hidup jutaan tahun lalu, terutama dibentuk
dan berasal dari lingkungan perairan.
Sumber daya alam (biasa disingkat SDA) adalah segala sesuatu yang berasal dari
alam yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia.
Berdasarkan jenisnya, Yakin (2004) mengklasifikasikan sumberdaya menjadi tiga
yaitu :
1. Sumberdaya yang tidak pernah habis (renewable perpectual resources) merupakan
sumberdaya yang tersedia sepanjang waktu misalnya lahan pertanian, sinar matahari,
angin dan gelombang,
2. Sumberdaya alam yang tidak bisa diperbaharui (non renewable resources) 
merupakan sumberdaya yang men-supply energi seperti minyak, gas bumi, mineral,
batu bara dan sebagainya, dan
3. Sumberdaya alam yang potensial untuk diperbaharui (potentially renewable
resources).
2.3 Konsep Pengelolaan Sumber Daya Alam Terkait Dengan Kehidupan
Sosial Ekonomi Mayarakat Pada dasarnya sumber daya alam merupakan asset yang
dimiliki suatu Negara yang meliputi tanah dan kekayaan alam seperti kesuburan tanah,
keadaan iklim atau cuaca, hasil hutan, tambang dan hasil laut yang sangat mempengaruhi
pertumbuhan industri suatu Negara, terutama dalam hal penyediaan bahan baku produksi.
Dengan adanya sumber daya alam yang melimpah dan berpotensi tinggi sangat
mendukung pembangunan ekonomi suatu Negara. Pembangunan ekonomi adalah usaha–
usaha untuk meningkatkan taraf hidup suatu bangsa yang sering kali diukur dengan tinggi
rendahnya pendapatan riel perkapita.
Ilmu ekonomi merupakan suatu studi tentang bagaimana seseorang atau kelompok
membuat keputusan dalam mendistribusikan  sumberdaya yang dimiliki, baik sumberdaya
alam maupun bukan sumberdaya alam. Jadi tidak semata-mata studi tentang pembuatan
keputusan bisnis dalam ekonomi kapitalism. Di samping itu juga menyediakan suatu set
alat analisis  yang dapat digunakan untuk mempelajari berbagai suatu kondisi kelangkaan
dimana di dalamnya terdapat berbagai tujuan.
Kausalitas antara pertumbuhan ekonomi dengan tersedianya sumberdaya alam tidak
sama dengan kausalitas antara pertumbuhan ekonomi dengan tersedianya barang
sumberdaya alam yang dipakai dalam produksi. Meningkatnya pertumbuhan ekonomi
mengakibatkan kenaikan terhadap penggunaan barang sumberdaya alam, berarti juga,
mengurangi persediaan  sumberdaya alam karena barang sumberdaya alam diambil dari
stock sumberdaya alam. Selanjutnya dengan peningkatan jumlah penduduk maka
pemanfaatan barang sumberdaya alam melalui pertumbuhan ekonomi juga bertambah,
stock sumberdaya alam makin berkurang dan meningkatkan pencemaran lingkungan.
Dengan demikian dapat di katakan bahwa : terdapat dampak positif bagi kehidupan
manusia melalui tersedianya barang dan jasa dalam perekonomian, sekaligus akan
menimbulkan pencemaran lingkungan dan menipisnya stock sumberdaya alam.
Masalah sumber daya timbul karena adanya ketidakseimbangan antara sumber daya yang
tersedia dengan kebutuhan manusia yang terus meningkat. Ada empat masalah yang
berkaitan dengan keberadaan sumber daya, yaitu masalah kependudukan dengan
lingkungan hidup, masalah produktivitas lahan dan manusia, masalah kualitas lingkungan
dan masalah penyebaran sumber daya.
2.4 Sejarah Ekonomi Sumberdaya Alam
A. Era Markantilisme
Sejarah perekonomian dunia sudah berlangsung sejak berabad-abad silam. Bisa
dikatakan  bahwa ketika manusia mulai hadir di dunia dan menyadari berbagai kebutuhan
untuk hidup, saat itulah dia mengenal konsep ekonomi; oleh karenanya tidak salah apabila
disebutkan bahwa manusia adalah makhluk ekonomi. Pada periode dimana negara-negara
di dunia memandang  penting untuk mencukupi kebutuhan dan memupuk kekayaan, mulai
dikenal pula konsep-konsep ekonomi yang dipraktikkan dalam interaksi dengan pihak-
pihak lain. Konsep merkantilisme (mercantilism) sudah ada sejak pertengahan abad ke-15.
Beberapa tokoh yang terkait dengan praktik merkantilisme antara lain adalah Jean Baptiste
Colbert (seorang arsitek dan menteri keuangan pada masa pemerintahan Louis XIV,
Perancis), Gerard de Malynes, Thomas Mun, dan Sir James Steuart. Ketika itu
merkantilisme disebut sebagai sebuah ‘revolusi perdagangan’. Hal tersebut terjadi karena
adanya transisi atau pergeseran basis  perekonomian, dari basis ekonomi lokal menjadi
ekonomi nasional; dari konsep feodalisme menuju praktik kapitalisme; serta dari
perdagangan dalam lingkup terbatas menjadi perdagangan dalam skala internasional.
Selama tiga abad berikutnya, yakni kurun waktu abad ke-16 hingga abad ke-18,
merkantilisme menjadi praktik ekonomi yang dianut oleh banyak negara, terutama di
Benua Eropa, dalam rangka melakukan perdagangan dan mengumpulkan kekayaan negara.
Praktik merkantilisme sendiri disebut sebagai salah satu indikasi bahwa suatu negara
sedang menuju fase kemakmuran, hal ini terkait dengan jumlah sumberdaya/kekayaan
yang dimiliki, serta skala dan kuantitas produk yang diperdagangkan. Teori yang
mendasari sistem merkantilisme sebenarnya sederhana, yakni bahwa dunia memiliki
keterbatasan sumberdaya atau kekayaaan (wealth), sehingga mengumpulkan kekayaan
sebanyak-banyaknya menjadi salah satu tolok ukur utama untuk menunjukkan
kemakmuran suatu negara.
B. Era Physiocrat
1. Aliran fisiokratis muncl ketika aliran merkantilisme Perancis berakhir.
2. Dipelopori oleh Francois Quesney ( 1694-1774 ), melihat perekonomian sesuai dengan
hukum
3. Penganut lain adalah Dupont de Francois Quesney
4. Pokok pikiran dari fisiokratis adalah Dupant de Nemours Turgot :
a. Sumber kemakmuran adalah alam  
b. Kelas yang paling produktif adalah petani
c. Slogannya adalah “ Laissez feire passer, Le Monde va de lui meme’’ yang artinya
“ Jangan campur tangan. Alam semesta sendiri dapat mengatur dirinya sendiri’’ 
Kaum Merkantilis menganggap sumber kekayaan suatu negara adalah
perdagangan luar negeri, namun kaum fisiokrat menganggap bahwa sumber
kekayaan berasal dari alam.
C. Era Klasik
1. Adam Smith
Adam Smith, seorang filsuf berkebangsaan Skotlandia (lahir di Kirkcaldy,
Skotlandia, 5 Juni 1723) berpendapat, untuk berlakunya perkembangan ekonomi
diperlukan adanya spesialisasi atau pembagian kerja agar produktivitas tenaga kerja
bertambah. Pembagian kerja harus ada akumulasi kapital terlebih dahulu yang berasal dari
dari dana tabungan, juga menitik beratkan  pada Luas Pasar. Pasar harus seluas mungkin
agar dapat menampung hasil produksi, sehingga  perdagangan internasional menarik
perhatian. pasar terdiri pasar luar negeri dan pasar dalam negeri. Sekali pertumbuhan itu
mulai maka ia akan bersifat kumulatif artinya bila ada pasar yang dan ada akumulasi
kapital, pembagian kerja akan terjadi dan akan menaikkan tingkat  produktivitas tenaga
kerja.
Adam Smith dikenal sebagi pencetus pertama mengenai free-market capitalist,
kebijksanaan laissez-faire sekaligus merupakan Bapak ekonomi modern. An Inquiry into
the Nature and Causes of the Wealth of Nations, atau yang biasa disingkat “The Wealth of
Nation” adalah buku terkenal oleh Adam Smith yang berisi tentang ide-ide ekonomi yang
sekarang dikenal sebagai ekonomi klasik. Tulisan Smith ini terdiri dari penjelasan
menyeluruh megenai berbagai tulisan merkantilis dan fisokrat yang disentiskannya dengan
baik menjadi satu bahan kajian ekonomi. Perbedaan pendapat antaara Smith dan kamu
merkantilis salah satunya mengenai faktor yang menentukan kemakmuran, dimana kaum
merkantilis percaya bahwa alamlah yang menentukan tingkat kemakmuran. Sedangkan
menurut Smith, penentuan tingkat kemakmuran adalah kemampuan manusia sendiri
sebagai faktor produksi. Smith berpandangan optimis tentang masa depan dunia. Fokus
utamanya adalah peningkatan individu melalui kesederhanaan dan prilaku yang baik,
menabung dan berinvestasi, perdagangan dan divisi kerja, pendidikan dan  pembentukan
kapital, serta pembuatan teknologi baru.
Kapitalisme adalah sebuah sistem ekonomi yg filsafat sosial dan politiknya
didasarkan kepada azas pengembangan hak milik pribadi dan pemeliharaannya serta
perluasan faham kebebasan. Sistem ini merupakan sekumpulan kebijakan ekonomi yang
juga merujuk kepada  pemikiran bapak ekonomi Kapitalis Adam Smith. Ruh pemikiran
ekonomi Adam Smith adalah  perekonomian yang berjalan tanpa campur tangan
pemerintah. Model pemikiran Adam Smith ini disebut Laissez Faire yang berasal dari
bahasa Perancis. Secara umum,istilah ini dimengerti sebagai sebuah doktrin ekonomi yang
tidak menginginkan adanyacampur tangan pemerintah dalam perekonomian. “In
economics, Laissez-faire means allowing industry to be free of government restriction,
especially restrictions in the formof tariffs and government monopolies.”
Adam Smith memandang produksi dan perdagangan sebagai kunci untuk membuka
kemakmuran. Agar produksi dan perdagangan maksimal dan menghasilkan kekayaan
universal, Smith menganjurkan pemerintah memberikan kebebasan ekonomi kepada rakyat
dalam bingkai  perdagangan bebas baik dalam ruang lingkup domestik maupun
internasional. Dalam bukunya The Wealth of Nations, Smith juga mendukung prinsip
“kebebasan alamiah”, yakni setiap manusia memiliki kebebasan untuk melakukan apa
yang diinginkannya tanpa campur tangan pemerintah. Ini mengandung pengertian negara
tidak boleh campur tangan dalam perpindahan dan perputaran aliran modal, uang, barang,
dan tenaga kerja. Lebih lanjut, Smith juga sependapat bahwa pada dasarnya tindak laku
manusia berasal pada kepentingan sendiri (self-interest) bukan belas kasian ataupun
perikemanusiaan. Smith menyimpulkan bahwa  produktivitas tenaga kerja akan lebih
maksimal apabila dilakukan pembagian kerja (division of labor). Yang artinya pembagian
melalui spesialisasi perorangan yang melakukan produksi akan menghasilkan output yang
lebih baik dan lebih efisien. Smith juga menjelaskan dengan menggunakan teknologi-
teknologi baru dalam sistem produksi akan meningkatkan hasil produksi  pula. Maka dari
itu, Smith percaya pada kekuatan investasi dalam pembelian atau penggunaan teknologi.
Smith mengidentifikasikan barang memiliki dua nilai yakni nilai guna (value in use) dan
nilai tukar (value in exchange). Nilai tukar barang akan ditentukan oleh jumlah tenaga
(labor) yang diperlukan salam menghasilkan barang tersebut, sedangkan nilai guna adalah
nilai kegunaan atau fungsi barang itu sendiri. Teori nilai Smith sebenarnya merupakan
salah satu kelemahan dari teori klasik yang tidak mengedepankan nilai utilitas, namun
persoalan paradoks ini selanjutnya mampu dipecahkan oleh murid Smith yakni Alfred
Marshall.
2. John Stuart Mill
John Stuart Mill, yang lahir di London, 20 Mei 1806, merupakan salah satu tokoh
Utilitarianisme yang terkenal dalam menelurkan konsep kebebasan, yang dituangkan
secara komprehensif di dalam bukunya On Liberty. Mill adalah anak dari James Mill dan
murid dari seorang utilitarian ternama, Jeremy Bentham. Selain mengarang buku On
Liberty, dan Utilitarianism, Mill juga mengarang sebuah buku yang berkaitan dengan
ekonomi,  Principles of  Political Economy pada tahun 1848. Buku ini berupaya untuk
memahami masalah ekonomi sebagai suatu masalah sosial; masalah tentang bagaimana
manusia hidup dan ikut ambil bagian dalam kemakmuran bangsanya, baik dalam proses
produksi, perlindungan terhadap produk dalam negeri dan perpesaing antar produk,
maupun masalah distribusi melalui instrument uang dan kredit (Mikhael dua,2008).
Sebelum beranjak ke pemikiran ekonominya, Mill yang dikenal sebagai pembaharu
dalam  paham utilitarianisme yang cukup banyak menjadi bahan diskusi penting
dikalangan filsuf di Eropa. Sedikit pemikiran Mill secara utilitarian murni, dimana Mill
melakukan kritikan terhadap utilitarianisme Bentham, Mill menganggap bahwa
utilitarianisme juga mengandung unsur keadilan, dimana kebahagiaan tidak diartikan
semata milik pribadi, namun untuk semua orang, maka dari sana memunculkan konsepsi
moral bahwa utilitarianisme merupakan universalisme etis, bukan egoisme etis nikmat
ruhani menurutnya lebih mulia daripada nikmat  jasmani,dll.”Lebih baik menjadi manusia
yang tidak puas daripada babi yang puas; lebih baik menjadi Sokr ates yang tidak puas
daripada seorang tolol yang puas”(Mikael dua,2008).
Disana Mill sedang mengajak seluruh masyarakat bahwa untuk mencapai suatu
kebahagiaan tidaklah cukup dari akumulasi kebahagiaan orang banyak, melainkan unsur
kebahagiaan individu pun melekat disana, selain itu akan memunculkan suatu kondisi
kepedulian antar sesama dengan dihidupkannya suara hati seseorang. Anekdot tersebut
kemudian berimplikasi pada pemikiran utilitarianisme nya di bidang ekonomi yang lebih
menitikberatkan pada aktifitas produksi. Dalam hal pemikirannya mengenai ekonomi, Mill
dipengaruhi oleh Thomas Robert Malthus, dimana pertumbuhan ekonomi selalu diliputi
dengan tekanan jumlah penduduk dengan sumber yang tetap. Mill seorang utilitarian yang
mencoba untuk memahami kebahagiaan secara lain, dimana menurutnya kebahagiaan,
bukanlah semata bersifat fisik, melainkan lebih luas dari itu, dan Mill pun
memperkenalkan sebuah konsep kebahagiaan individu, yang sebelumnya, para filsuf
utilitarian kurang menyentuh hal tersebut.
Menurut Mill tentunya berbeda terkait kebahagiaan individu dengan kebahagiaan
umum. Suara hati menjadi dasar moralitas kaum utilitarian, sehingga akan menimbulkan
implikasi didalam kehidupan sehari-hari terkait hubungannya dengan orang lain, dan
disanalah eksistensi sebagai makhluk sosial menjadi nyata. Perasaan sosial yang timbul
menuntut adanya suatu perhatian terhadap kepentingan umum diatas kepentingan pribadi.
Maka, dikemudian hari akan memunculkan konsep kebebasan dan keadilan. Keadilan,
akan diawali dengan pengakuan atas eksistensi hak-hak orang lain dan keadilan juga tidak
terpisahkan dengan unsur kebebasan manusia. Masyarakat menurut Mill mestilah
melindungi kebebasan individu dikarenakan hal tersebut merupakan bagian dari
kebahagiaan umum. Universalime etis merupakan konsep utilitariannya yang lebih
mengedepankan kepada kebahagiaan orang lain, dimana disanalah moralitas utilitarian
dibangun oleh Mill.
Prinsip tersebut memang cukup relevan dalam hal aktifitas ekonomi, disamping
Mill menerima pasar  bebas Adam Smith, namun usaha untuk memperhatikan kebahagiaan
orang lain dalam hal  persaingan ekonomi pasar, menjadi agenda Mill. Kondisi pasar bebas
yang cenderung bersikap egoisme sentris, berusaha ditekan Mill dengan pemberlakuan
nilai moralitas bersama, dimana  prinsip kebahagiaan harus dirasakan oleh setiap pemain
pasar, pelaku usaha, produsen, distribusi, hingga tataran konsumen. Pasar bebas memang
cenderung melahirkan kondisi menang-kalah, namun diantara dua belah pihak diharapkan
harus tetap mampu menjalin hubungan yang kelak melahirkan kebahagiaan bersama, yang
merupakan konsekuensi atas universalisme etis ala John Stuart Mill. Ekonomi sebagai
sebuah ilmu yang bersifat empiris, menjadi bagian dari pemikiran Mill kedepan. Dimana
dia menyinggung masalah produksi, yang merupakan bagian dari aktifitas ekonomi, dalam
hal pemenuhan kebutuhan masyarakat dan keinginan pasar. Menurutnya uang adalah
kekuasaan, dan dalam rangka memenuhi kebutuhannya, manusia membutuhkan kekuasaan.
Mill, menganggap kemakmuran suatu bangsa tidak ditentukan dengan pemenuhan
kebutuhan fisik semata, melainkan kontinuitas produksi.
Didalam Principles-nya dia banyak menyinggung masalah produksi dan buruh yang
menjadi tema besar saat itu, dimana dia mencoba menghubungkan konsep universalisme
etis dengan kedua hal tersebut, maka disanalah utilitarian Mill bekerja, konsekuensinya dia
sedang mengkonstruk suatu pandangan humanitas didalamnya, dimana kondisi buruh
dalam proses produksi harus diperhatikan serta pemenuhan kebutuhan umum. Menurut
Mill penawaran selalu identik dengan permintaan, dan dia menerapkan pola fikir baru
bahwa produksi tidaklah harus ditentukan dengan permintaan pasar, sehingga baginya
tidak ada istilah overproduksi yang selama ini dicegah oleh kebanyakan orang.
Adapun pendapat Mill lainya bahwa kemakmuran ekonomi tidak ditentukan oleh
permintaan dipihak konsumen, serta produksi menurut Mill merupakan sebuah basis yang
memungkinkan terjadinya kerja sama diantara pengusaha yang bebas. Mill dalam hal ini
sejaan dengan Adam Smith yang hidup lebih awal darinya, dalam hal ini mengenai ide
pembagian kerja menurut Smith, namun Mill memasukkkan unsur lain didalamnya yakni
peran wanita sebagai kondisi yang memungkinkan terjadinya pembagian kerja yang riil.
Kalau dalam Adam Smith dikenal is tilah ‘ the right man in the right place’ , maka Mill
menambahnya dengan ‘the right women’ .   Mill juga mencoba menambahkan unsur
moralitas didalam produksi, namun tidak terhenti disana saja. Mill mencoba untuk
memasukkan ini dalam suatu kondisi ekonomi yang stagnan, dimana Mill menemukan
alasan terjadinya stagnan tersebut pada buku The Princlpes of Economy and Taxation,
milik David Ricardo, seorang pemikir ekonomi, yang cukup berpengaruh.
Dalam mengatasi kondisi yang stagnan, menurut Mill mesti digiatkan lagi konsep
kebahagiaan umum, dimana mencoba untuk menghindari akibat yang dialami dari stagnasi
ekonomi tersebut terhadap semua orang. Menurutnya kegiatan ekonomi pada masa stagnan
haruslah difokuskan pada  pengentasan kemiskinan dan upaya pencegahan dari
ketidakadilan ekonomi. Dalam konsep riil terkait pemikiran ekonominya, Mill mencoba
untuk memberi 3 bidang  pekerjaan yang dianggapnya ideal, yakni; pertanian, perusahaan,
dan bank. Pertanian berkaitan dengan tanah, pemilik tanah, dan pekerja, yang tentunya
saling berhubungan. Disana juga memunculkan sebuah penguasaan atas tanah,atau dalam
hal ini sistem kepemilikan tanah, yang coba digantikan oleh Mill dengan sistem baru,
yakni sistem pertanian yang bernuansa kompetitif. Pada perusahaan, yang mengidealkan
perusahaan yang besar, dan penuh dengan persaingan usaha. Selain itu, ada pula bank
dimana bank sangat berperan dalam kondisi ekonomi yang stagnan. Dapat pula memainkan
peran strategisnya dalam mencairkan modal sekaligus mencegah  jatuhnya harga.
Sementara fungsi utamanya adalah menghidupkan kembali iklim spekulasi bisnis yang
sehat.
3. Thomas Robert Malthus
Malthus merupakan ekonom klasik yang fokus dibidang populasi manusia. Tahun
1798,  pendeta Inggris yang bernama Thomas Robert Malthus menerbitkan sebuah buku
yang berjudul An Essay on the Principle of Population as It Affects the Future
Improvement of Society. Dalam  buku tersebut terdapat dalil yang paling terkenal yaitu
bahwa jumlah penduduk cenderung meningkat secara geometris (deret ukur), sedangkan
kebutuha hidup riil dapat meningkat secara eksponensial (deret hitung). Oleh karena itu,
Malthus mencetuskan Teori Keluarga Berencana dan Sewa Tanah. Ia mengembangkan
teori tersebut dalam kaitannya dengan masalah tanah. Sebidang tanah tertentu akan
menghasilkan lebih banyak dengan menggunakan pupuk dan tenaga kerja tetapi sampai
pada suatu titik tertentu tidak menguntungkan lagi menambah pupuk dan tenaga kerja
tersebut untuk meningkatkan produktivitas tanah.
Kenaikan biaya lagi tidak akan menambah hasil secara proporsional, bahkan jika
biaya ditambah terus, hasilnya malah akan berkurang. Imbalan jasa bagi penggunaan tanah
dalam proses produksi dikaitkan dengan  jumlah penduduk yang semakin bertambah dan
permintaan meningkat terhadap sumber daya  produksi untuk mempertahankan kehidupan
manusia. Untuk itu, semakin banyak tanah diperlukan sedangkan di lain pihak bidang
tanah yang mengandung mutu lahan yang subur senantiasa terbatas. Namun, permintaan
dan kebutuhan terus mendesak sehingga mau tidak mau tetap menggunakan tanah yang
mutu lahannya semakin menurun.
4. David Ricardo
Berdasarkan temuan Malthus mengenai sewa tanah. Ricardo mengembangkannya
menjadi 5 teori yaitu: Teori Nilai Kerja, Teori Sewa Tanah, Teori Upah Alami, Teori Uang
dan Teori Keuntungan Komparaif. Teori-teori tersebut befokus pada pemerataan pendapatn
golongan masyarakat. Inti dari teori Ricardo adalah menentukan tingginya tingat sewa
tanah. Tingkat sewa tanah tertinggi adalah tanah marginal yaitu tanah yang paling tidak
subur yang terakhir masuk  pasar karena, dibutuhkan usaha yang lebih untuk mengolahnya.
Yang paling menentukan tingkat harga suatu barang dan jasa adalah tingkat upah alami.
Pada Teori Keuntungan Komparatif, setiap kelompok masyarakat atau negara sebaiknya
mengkhususkan diri menghasilkan produk- produk yang dihasilkan lebih efisien.
D. Era Neo-Klasik
1. William Stanley Jevins (1 September 1835)
Ahli pemikir dan ekonomi asal inggris, anak dari Thomas Jevons dan Mary Anne
Jevons. Stanley Jevons sudah mengeluarkan dua buku dan satu paper. Buku pertama
berjudul “The Thory of Political Economy” tahun 1871, buku kedua berjudul “The
Principles of Science” dan Judul paper “A General Mathematical Theory of Political
Economy tahun 1862.Pada tahun 1866 Jevons terpilih sebagai profesor, bidang logika dan
mental, dan filosofi moral. Stanley Jevons pada usia 15 tahun, ia sekolah di Universitas
College London. Stanley Jevons mengikuti mazhab marginalis. Jadi, ia menganalisis
hubungan antara kebutuhan dan harga dengan mengacu pada konsep “guna marginal”.
Teori ini menyatakan bahwa utilitas untuk nilai kepuasan konsumen terhadap penambahan
unit produk berbanding terbalik dengan jumlah produk yang sudah dimiliki. Individu akan
cenderung memilih barang yang berbeda dengan harga murah pada tingkat utilitas
sama.Dalam konsep pembangunan berkelanjutan, Stanley Jevons memberikan perhatian
pada keterbatasan energi pada eranya berupa batubara. Penemuan dari stanley Jevons yaitu
praktis ekonomi yaitu logika dan metode ilmiah dlam prinsip of science (1874), serta teori
ekonomi  politik (1871), dan negara dalam kaitannya dengan buruh (1882).
2. Eugen Von Bohm-Bawerk
Bohm-Bawerk juga menyumbangkan pokok pikirannya dalam dunia perekonomian
yang terbagi kedalam 2 teori, yaitu:
1. Teori Modal  
Modal sebagai alat produksi fisik .Modal sebagai sumber untuk memperoleh
pendapatan sebagai imbalan jasa. Alat produksi karena dianggap sebagai proses
transformasi dari materi atau bahan dasar untuk membuat barang yang dapat memenuhi
kebutuhan manusia.
2. Teori Bunga (Agio)
Tema pokok bahwa barang dan jasa yang tersedia saat ini lebih tinggi dibandingkan
barang dan jasa yang baru akan tersedia dimasa yang akan datang.
Tiga pertimbangan dasar mengapa barang yang tersedia saat ini memiliki nilai
subjektif yang lebih tinggi.
1. Dalam satu perspektif masa depan terkandung harapan bahwa dimasa depan akan
tersedia lebih banyak dana pendapatan untuk membeli barang tersebut.
2. Kecenderungan perilaku manusia untuk meremehkan kebutuhan masa depan.
3. Berkaitan dengan teknik produksi dalam masyarakat kapitalisme moderen. Teori
Bohm-Bawerk ini menuai kritikan dari L. G. Bustedo mengenai peran tabungan,
Bustedo menganut pandangan permintaan efektif pra Keynesian dan mengatakan
bahwa  permintaan konsumen akhir adalah syarat yang tak bisa ditawar bagi
produksi dan bahwa  pandangan Bhom-Bawerk yang mendukung kenaikan dalam
tingkat tabungan adalah bukan hanya tidak alami tetapi juga mustahil.
E. Teori Ekonomi Modern
Ekonomi modern berkembang setelah maluasnya perdagangan bebs atau
perdagangan secara global di seluruh negara di dunia. Teori klasik dijadikan sebagai ilmu
dasar bagi negara-negara di dunia ekonomi ini. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan
produksi yang dihasilkan oleh setiap negara di dunia yang saling berlomba untuk
memenuhi kebutuhan pasar. Berikut merupakan tokoh-tokoh untuk teori modern
1. A.C Pigou
Arthur Cecile Pigou dikenal sabagai Bapak ilmu ekonomi kesejahteraan modern
yang mempelajari bagaimana membuat ekonomi beropreasi dengan lebih efisien serta
ketidaksesuaian anatara efisien dan keadilan. Analisis mengenai eksternalitas
1.Eksternalitas negatif Untuk beberapa barang, semua biaya produksi ditanggung
perusahaan dan dialihkan kepada konsumen melalui harga barang. pigou (1920)
menunjukkan bahproduksi (swasta) suatu perusahaan mungkin tidak merefleksikan semua
biayasosialdan  produksi. 2.Eksternalitas positif Dipihak lain, produksi dapat menghasilkan
manfaat bagi mastarakat yang jumlahnya melebihi manfaat yang diterima konsumen yang
membuat membeli barang tersebut.
2. L.G Gray (1914)
Pengembangan teori pengurasan (exhaustion) dengan artikelnya “Rent Ynder the
Consumption of Exhaustability”. Mencakup aspek ekonomi makro dan mikro dari Sumber
daya tidak terbaharukan. Sumber daya yang tidak terbarukan merupakan sumber daya alam
yang dikonsumsi atau digunakan lebih capat daropada yang dapat dibuat alam. Contoh
utama dari bahan bakar fosil danenergi nuklir, misalnya minyak bumi, batu bara, gas alam.
Aspek ekonomi makro merupakan salah satu cabang ilmu ekonomi yang
mempelajari peristiwa-peristiwa atau masalah-masalah ekonomisecara keseluruhan.
Menerangkan aspek-aspek seperti penentuan tingkat perekonomian negara yang berkaitan
dengan sampai dimana  perekonomianakan menghasilkan barang dan jasa. Aspek ekonomi
mikro merupakan teori yang memperlajari perilaku dari konsumen dan  perusahaan serta
menentukan harga-harga pasar dan kuantitas dari beberapa faktor,diantaranya faktirinput,
barang dan jasa yang diperjualbelikan.
3. Baomol dan Oates
Eksternalitas timbul ketika beberapa kegiatan dari produsen dan konsumen
memiliki  pengaruh yang tidak diharapkan (tidak langsung) terhadap produsen dan atau
konsumen lain. Eksternalitas bisa positif atau negative. Eksternalitas positif terjadi saat
kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok memberikan manfaat pada individu
atau kelompok lainnya (Sankar, 2008). Perbaikan pengetahuan di berbagai bidang,
misalnya ekonomi, kesehatan, kimia, fisika memberikan eksternalitas positif bagi
masyarakat. Eksternalitas positif terjadi ketika  penemuan para ilmuwan tersebut tidak
hanya memberikan manfaat pada mereka, tapi juga terhadap ilmu pengetahuan dan
lingkungan secara keseluruhan. Adapun eksternalitas negatif terjadi saat kegiatan oleh
individu atau kelompok menghasilkan dampak yang membahayakan  bagi orang lain.
Polusi adalah contoh eskternalitas negatif. Terjadinya proses pabrikan di sebuah lokasi
akan memberikan eksternalitas negatif pada saat perusahaan tersebut membuang
limbahnya ke sungai yang berada di sekitar perusahaan.
Baumol dan Oates (1975) menjelaskan tentang konsep eksternalitas dalam dua pengertian
yang  berbeda :
1. Eksternalitas yang bisa habis (a deplatable externality) yaitu suatu dampak
eksternal yang mempunyai ciri barang individu ( private good or bad ) yang mana
jika barang itu dikonsumsi oleh seseorang individu, barang itu tidak bisa
dikonsumsi oleh orang lain.
2. Eksternalitas yang tidak habis (an udeplatable externality) adalah suatu efek
eksternal yang mempunyai ciri barang publik ( public goods) yang mana barang
tersebut bisa dikonsumsi oleh seseorang, dan juga bagi orang lain. Dengan kata
lain, besarnya konsumsi seseorang akan barang tersebut tidak akan mengurangi
konsumsi bagi yang lainnya. Dari dua konsep eksternalitas ini, eksternalitas jenis
kedua merupakan masalah pelik dalam ekonomi lingkungan. Keberadaan
eksternalitas yang merupakan barang publik seperti polusi udara, air, dan suara
merupakan contoh eksternalitas jenis yang tidak habis, yang memerlukan instrumen
ekonomi untuk menginternalisasikan dampak tersebut dalam aktivitas dan analisa
ekonomi.
Eksternalitas timbul pada dasarnya karena aktivitas manusia yang tidak mengikuti
prinsip-prinsip ekonomi yang berwawasan lingkungan. Dalam pandangan ekonomi,
eksternalitas dan ketidakefisienan timbul karena salah satu atau lebih dari prinsip-prinsip
alokasi sumber daya yang efisien tidak terpenuhi. Karakteristik barang atau sumber daya
publik, ketidaksempurnaan  pasar, dan kegagalan pemerintah merupakan keadaan-keadaan
dimana unsur hak pemilikan atau  pengusahaan sumber daya (property rights) tidak
terpenuhi. Sejauh semua faktor ini tidak ditangani dengan baik, maka eksternalitas dan
ketidakefisienan ini tidak bisa dihindari. Kalau ini dibiarkan, maka ini akan memberikan
dampak yang tidak menguntungkan terhadap ekonomi terutama dalam jangka panjang.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Sumber daya alam berdasarkan sifatnya dapat digolongkan menjadi SDA yang
dapat diperbaharui dan SDA tak dapat diperbaharui.
2. SDA yang dapat diperbaharui adalah kekayaan alam yang dapat terus ada selama
penggunaannya tidak dieksploitasi berlebihan. Tumbuhan, hewan, mikroorganisme,
sinar matahari, angin, dan air adalah beberapa contoh SDA terbaharukan.
3. SDA tak dapat diperbaharui adalah SDA yang jumlahnya terbatas karena
penggunaanya lebih cepat daripada proses pembentukannya dan apabila digunakan
secara terus-menerus akan habis. Minyak bumi, emas, besi, dan berbagai bahan
tambang lainnya pada umumnya memerlukan waktu dan proses yang sangat
panjang untuk kembali terbentuk sehingga jumlahnya sangat terbatas.
4. Sumberdaya diartikan sebagai sesuatu yang dipandang memiliki nilai ekonomi atau
kemampuan untuk memenuhi atau menangani sesuatu. Sumberdaya alam adalah
faktor produksi dari alam yang digunakan untuk menyediakan barang dan jasa
dalam kegiatan ekonomi .
3.2 Saran
Sumber daya manusia adalah yang terpenting, karena jika sebuah Negara memiliki
suatu SDM yang terampil dan berkualitas maka ia akan mampu mengolah SDA yang
jumlahnya terbatas. Maka dari itu kita sebgai mahasiswa dapat menjadi SDM yang
terampil mengolah SDA dan makalah ini bermanfaat untuk yang membaca.
DAFTAR PUSTAKA

Darsono, V. 1994. Pengantar Ilmu Lingkungan. Universitas Atmajaya


Yogyakarta,Yogyakarta.
Fauzi, A. 2004. Ekonomi Sumber daya Alam dan Lingkungan Teori dan Aplikasi. PT
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Field.B.C dan Field,.M.K. 2002. Environmental Economics an Introduction. Mc. Graw-
Hill. New York.
Reksodiprodjo, Sukamto, Pradono . 1968. Ekologi Sumber Daya Alam dan Energi. BPFE,
Yogyakarta.
Soejani. M, Rafig A, dan Rozi. M. 1982. Lingkungan : Sumber daya Alam dan
Kependudukan dalam Pembangunan. UI Press, Jakarta
Syamsulberau. ”Bunyu Antara Potensi SDA dan Peningkatan SDM”.
http://syamsulberau.wordpress.com/2010/04/05/bunyu-antara-potensi-sda-dan-
peningkatan-sdm/(di akses 16 September 2018)
Yakin, A. 2004. Ekonomi Sumber daya Alam dan Lingkungan Teori dan Kebijakan
Pembangunan Berkelanjutan. Akademika Presindo, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai