Anda di halaman 1dari 7

Objek 1 KELARUTAN ZAT PADAT

I. TUJUAN
a. Menentukan kelarutan zat padat

b. Mengetahui faktor- faktor yang mempengaruhi kelarutan suatu zat.

II. ALAT DAN BAHAN

 Alat

a. Buret

b. Erlenmeyer

c. Neraca analitik

d. Spatula

 Bahan

a. Aquadest

b. Amoxicillin

c. Coffein

d. NaCl

e. NaHCO3

f. Rivanol

g. Sulfadiazin

h. Vitamin BI
III. CARA KERJA
1. Timbang masing-masing 1 gram zat yang akan ditentukan kelanitannya lalu
masukkan ke dalam Erlenmeyer.
2. Titrasi zat tersebut dengan aquadest/ alkohol secara perlahan-lahan sampai zat uji
larut.
3. Amati dan catat volume aquadest yang terpakai untuk melarutkan zat tersebut.
4. Kemudian tentukan kelarutannya berdasarkan istilah kelarutan yang terdapat di
Farmakope Indonesia

IV. HASIL

No Nama Zat Volume Volume Data Kelarutan Tipe Kelarutan


Aquadest (ml) Alkohol (ml) dari Farmakope
Indonesia
1 Amoxicillin 225,4 300,8 Air : sukar larut Air : 100-1000
Alkohol:sukar Alkohol : 100-
larut 1000
2 Coffein 55,2 40,2 Air : agak sukar Air : 30-100
larut
Alkohol : agak Alkohol : 30-
sukar larut 100
3 NaCl 3,4 178,4 Air : larut dalam Air : 10-30
air Alkohol : 100-
Alkohol :sukar 100
larut
4 NaHCO3 11,6 10.010,4 Air : larut Air : 10-30
Alkohol : praktis
tidak larut Alkohol :
praktis tidak
larut
5 Rivanol 32 116 Air : agak sukar Air : 30-100
larut
Alkohol :sukar Alkohol : 100-
larut 1000
6 Sulfadiazin 10.032,8 84,4 Air :praktis tidak Air : >10.000
larut
Alkohol :agak Alkohol : 30-
sukar larut 1000
7 Vitamin B1 1,2 100,6 Air : mudah larut Air :1-10
Alkohol : sukar
larut Alkohol : 100-
1000

PERHITUNGAN KELARUTAN ZAT PADAT

Aquadest

 Amoxicillin
1000 mg/1000 mg x 225,4ml= 225,4 ml
 Coffein
1000 mg/1000 mg x 55,2 ml = 55,2 ml
 NaCl
1000 mg/1000 mg x 3,4 ml = 3,4 ml
 NaHCO3
1000 mg/1000 mg x 11,6 ml = 11,6 ml
 Rivanol
1000 mg/1000 mg x 32 ml = 32 ml
 Sulfadiazin
1000 mg/1000 mg x 10.032,8 ml = 10.032,8 ml
 Vitamin B1
1000 mg/1000 mg x 1,2 ml = 1,2 ml

Alkohol

 Amoxicillin
1000 mg/1000 mg x 300,8ml = 300,8 ml
 Coffein
1000 mg/1000 mg x 40,2ml = 40,2 ml
 NaCl
1000 mg/1000 mg x 178,4 ml = 178,4 ml
 NaHCO3
1000 mg/1000 mg x 10.010,4 ml = 10.010,4 ml
 Rivanol
1000 mg/1000 mg x 116 ml = 116 ml
 Sulfadiazin
1000 mg/1000 mg x 84,4 ml = 84,4 ml
 Vitamin B1
1000 mg/1000 mg x 100,6 ml = 100,6 ml

V. PEMBAHASAN
Kelarutan merupakan keadaan suatu senyawa baik padat, cair, ataupun gas yang
terlarut dalam padatan, cairan, atau gas yang akan membentuk larutan homogen.
Kelarutan tersebut bergantung pada pelarut yang digunakan serta suhu dan tekanan
(Lachman, 1986). Di bidang farmasi, kelarutan memiliki peran penting dalam
menentukan bentuk sediaan dan untuk menentukan konsentrasi yang dicapai pada
sirkulasi sistemik untuk menghasilkan respon farmakologi

Pada praktikum kali ini kita akan melakukan percobaan zat aktif yang bertujuan
untuk menentukan klasifikasi kelarutan zat padat tersebut. Sebagai pelarut yang
digunakan aquadest dan etanol (96%).

Pada percobaan amoxilin yang pertama dilakukan ialah menimbang seluruh


bahan , setelah bahan ditimbang bahan dititrasi, yang mana hasil titrasi kami
mendapatkan hasil volume pada aquadest yang terpakai adalah sebanyak 225,4 ml
dan hasil volume alkohol adalah sebanyak 300,8 ml. Hal tersebut menandakan bahwa
amoxilin sukar larut dalam aquadest dan sukar larut juga dalam alkohol. Hasil yang
didapat tersebut sesuai dengan farmakope Indonesia dimana amoxixilin sukar larut
dalam aquadest dan etanol/alcohol.
Pada percobaan kedua coffein. Pada pelarut aquadest hasil yang didapatkan
adalah 55,2 ml sedangkan pada pelarut etanol/alcohol hasil yang didapatkan ialah
40,2 ml. pada pelarut aquadest dan alcohol termasuk klasifikasi agak sukar larut (30-
100) hasil yang didapat sesuai dengan farmakope.

Percobaan ketiga yaitu yaitu pada NaCl. Dari data yang kami dapat kan volume
akuadest untuk melerutkannya yaitu 3,4 ml, dari hasil tersebut didapatkan keterangan
kelarutannya mudah larut dan berdasarkan data kelarutan di farmakope Indonesia
yaitu mudah larut dalam air. Jadi hasil yang didapatkan sesuai dengan farmakope
Indonesia. Pada pelarut etanol/alcohol volume yang didapatkan adalah 178,4 ml yaitu
sukar larut dalam etanol, menurut farmakope Indonesia NaCl dalam alcohol yakni
sukar larut dan hasil sesuai dengan farmakope Indonesia. NaCl ini merupakan larutan
elektrolit.

Percobaan selanjutnya yaitu pada NaHCO 3 dari hasil yang didapat pada pelarut
aquadest 11,6 ml dan pada etanol hasil yang didapatkan adalah 10.010,4 ml. hasil
yang didapat sesui dengan farmakope yaitu pada pelarut aquadest yaitu larut dalam
air dan pada etanol yaitu prktis tidak larut.

Selanjutnya percobaan pada rivanol, hasil yang didapat pada pelarut aquadest
adalah 32 ml yang berarti iaagak sukar larut pada pelarut aquadest dan alcohol
adalah 116 ml yang menandakan bahwa rivanol dengan pelarut etanol ia sukar larut.
Rivanol adalah senyawa yang berbentuk serbuk hablur kuning tidak berbau rasa
sepat dan pahit.pada pelarut aquadest dan alcohol data/ hasil yang didapat sudah
sesuai dengan farmakope Indonesia.

Percobaan selanjutnya yaitu pada sulfadiazine, hasil yang didapt ialaah pada
aquadest 10.032,8 ml yang berarti sulfadiazine memiliki kelarutan praktis tidak larut
dan etanol/alcohol yaitu 834,4 ml yang berarti agak sukar larut hal ini menandakan
bahwa sulfadiazin memiliki kelarutan sesuai dengan farmakope.

Selanjutnya ialah percobaan pada vitamin B, berdasarkan farmakope klasifikasi


vit.B pada air yaitu mudah larut dan pada etanol yaitu sukar larut, hasil yang didapat
ialah pada pelarut aquadest yaitu 1,2 ml yang berarti mudah larut dan pada pelarut
alcohol yaitu 100,6 ml berarti ia sukar larutdan hasil tersebut sesuai dengan
farmakope.

VI. KESIMPULAN
 Menurut farmakope Indonesia pernyataan kelarutan adalah zat dalam bagian
tertentu pelarut, kecuali dinyatakan lain menunjukkan bahwa 1 bagian bobot zat
padat atau 1 bagian volume zat cair larut dalam bagian volume tertentu pelarut.
 Factor faktor yang mempengaruhi kelarutan :
1. pH
2. suhu
3. pelarut
4. konstanta elektrik
5. ukuran partikel
6. penambahan zat lain
 Pada percobaan kali ini zat yang di gunakan adalah amoxilin, Coffein, NaCl,
NaHCO3, Rivanol, Sulfadiazin, Vitamin B1 yang mana tipe kelarutan nya sukar
larut, agak sukar larut, agak sukar larut, larut, agak sukar larut, praktis tidak larut
dan mudah larut dalam air

VII. DAFTAR PUSTAKA


Anief, M. 2003. Ilmu meracik obat dan praktik. Yogyakarta: UGM press
Ditjen BPOM. 1995. Farmakope Indonesia disi III. Jakarta : Departemen
Kesehatan RI
Ganjar, ibnu, dkk. 2007. Kimia analisa farmasi.yoyakarta: pustak pelajar
Willybrordus Yoga P.A.P., Rini Hendriani. REVIEW : TEKNIK PENINGKATAN
KELARUTAN OBAT.Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran

Anda mungkin juga menyukai