Jurnal Teori Investasi Modern
Jurnal Teori Investasi Modern
PRODI MANAJEMEN
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unisma
website : www.fe.unisma.ac.id (email : e.jrm.feunisma@gmail.com)
Oleh
Achmad Fadhoil Mz *)
Budi Wahono **)
Eris Dianawati ***)
Email : achmadfadhoilmz@gmail.com
Universitas Islam Malang
Abstract
The purpose of this study was to determine and analyze the application of the Capital
Asset Pricing Modeling (CAPM) method in determining investment options in banking
stocks during the global economic crisis due to the pandemic caused by the Covid-19
virus, as well as sorting out efficient and inefficient stocks throughout 2020. This is a
banking company listed on the Indonesia Stock Exchange, for the period March-
September 2020 and there are 44 listed companies. Samples were taken by purposive
sampling technique of 20 companies using the criteria for the company with the highest
assets. This research method uses linear regression analysis to determine the beta
coefficient in the Capital Asset Pricing Modeling (CAPM) method and compared with the
variable rate of return obtained. The results in this study indicate that there are 16 stocks
of efficient banking companies with a rate of return more than the expected return and 4
stocks of inefficient banking companies that have a rate of return less than the expected
return. Shares with the BRIS code have the highest return rate of 0.3125 and are
comparable to a high beta value of 5.5139 and NISP code shares have the smallest return
rate of -0.0146 and a low beta of 0.1199.
Keywords: Risk, CAPM, return, efficient stocks, inefficient stocks
Pendahuluan
Investasi merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang dengan menyisihkan
sebagian penghasilan agar memperoleh keuntungan dari pertambahan nilai dimasa yang
akan datang. Investasi bisa dilakukan dalam bentuk sektor riil (aset berwujud) seperti
Properti, Logam Mulia, . Investasi juga bisa dilakukan dalam bentuk sektor finansial (surat
berharga/sekuritas) berupa Saham, Obligasi (Surat Hutang), Asuransi, Reksadana, .
Investasi disektor finansial bisa salah satunya dilakukan dipasar modal atau bursa efek
untuk melakukan jual beli saham ataupun obligasi didalamnya. Pengertian bursa efek
menurut UU No.8 Tahun 1995 adalah pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan
sistem atau sarana untuk mempertemukan penawaran jual dan beli efek pihak lain dengan
tujuan memperdagangkan efek di antara mereka. Saham merupakan surat berharga yang
menunjukkan bukti kepemilikan terhadap perusahaan dimana investor bersedia membeli
surat berharga kepemilikan suatu perusahaan yang nantinya akan dijadikan modal bagi
perusahaan tersebut.
86
e – Jurnal Riset Manajemen
PRODI MANAJEMEN
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unisma
website : www.fe.unisma.ac.id (email : e.jrm.feunisma@gmail.com)
Pada tahun 2020 ini terjadi krisis global yang disebabkan adanya virus Covid-19 yakni
semenjak organisasi kesehatan dunia WHO menetapkan Virus Corona sebagai penyebab
pandemi global pada hari Rabu tanggal 11 Maret 2020, dimasa pandemi Covid-19 yang
menimpa seluruh dunia tak terkecuali Indonesia, sejak kementerian kesehatan
mengumumkan adanya virus Corona di Indonesia pada awal Maret tanggal 02 Maret tak
hanya berpengaruh pada sektor kesehatan namun juga meluas pada sektor ekonomi, sosial,
pendidikan dan lainnya. Tercatat per 30 September 2020 jumlah keseluruhan kasus positif
Covid-19 mencapai 287.008 di Indonesia dengan 10.740 yang meninggal dunia hal ini
berdasarkan data Satuan Tugas Penanganan Covid-19, kondisi ini tentu sektor ekonomi
mengalami penurunan dengan adanya Covid-19 timbul kebijakan pembatasan interaksi
sosial yang dibarengi dengan penutupan tempat kerja, pembatasan aktivitas dan
transportasi yang berdampak pada hambatan distribusi dan produksi barang demi
mencegahnya penyebaran virus Corona. industri bergejolak pada bulan Maret terbukti
tercatat Index Harga Saham Gabungan (IHSG) telah terkoreksi sekitar 30% sejak awal
tahun 2020. IHSG pada masa pandemi cenderung mengalami penurunan seiring dengan
adanya pandemi Covid-19 yang membuat investor gelisah karena ketidakpastian pasar dan
tak sedikit para investor yang memilih mencairkan dananya pada sebelum adanya pandemi
tercatat bahwa pertumbuhan IHSG masih di atas 6300 namun semenjak adanya pandemi
IHSG merosot menjadi di bawah 3000 (Syaiful Millah, 2020).
Investasi pada saham tentu semua orang menginginkan pengembalian (Return) pada
setiap investasi, yang diharpakan adalah expected return dengan tingkat keuntungan yang
jauh lebih tinggi dari nilai yang diinvestasikan dan dalam pasar modal return yang
diinginkan tentu berbanding lurus dengan risiko (Probabilitas) yang akan dihadapi.
Semakin besar penyimpangan tingkat keuntungan yang diharapkan, maka akan semakin
besar pula tingkat risikonya (Sartono,2001:139). Investor atau calon investor yang hendak
berinvestasi dalam bentuk saham di pasar modal harus berhati hati dalam memilih saham,
terutama pada masa pandemi yang harganya fluktuatif dan berubah ubah. Investor dapat
memilih saham dengan melakukan pertimbangan terhadap return dan risikonya. Saham
yang efisien adalah saham yang bisa meminimalisir probabilitas dan memaksimalkan
expected return, kita bisa menggunakan salah satu model Capital Asset Pricing Modeling
(CAPM) teori ini dikembangkan oleh godfather modern portofolio teory yaitu Harry
Markowitz.
Capital Asset Pricing Modeling (CAPM) merupakan salah satu metode yang bisa
digunakan untuk memprediksi return yang akan diperoleh dengan pertimbangan risiko
yang akan dihadapi. Menurut Sartono (2001:168) CAPM adalah model yang dapat
menjelaskan keseimbangan antara tingkat risiko sistematis dan tingkat keuntungan yang
disyaratkan sekuritas. Risiko sistematis adalah risiko yang disebabkan faktor berubahnya
pasar secara keseluruhan dan risiko ini bisa diukur dengan beta (tingkat sensitivitas
perubahan return pasar dengan return sekuritas). Sartono (2001:177) mengatakan bahwa
“Koefisien beta yang diperoleh dengan meregresikan return saham masa lalu dengan
return pasar disebut dengan historitical beta.” Penggunaan metode Capital Asset Pricing
Modeling (CAPM) dalam berinvestasi diharapkan membantu investor supaya bisa
memprediksi keuntungan dari pengembalian yang akan diperoleh (expected return)
semaksimal mungkin dengan menganalisis histori return dan kondisi pasar dengan
kompleks. Kondisi pasar yang tak menentu dan berubah-ubah, hal inilah yang akan
87
e – Jurnal Riset Manajemen
PRODI MANAJEMEN
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unisma
website : www.fe.unisma.ac.id (email : e.jrm.feunisma@gmail.com)
88
e – Jurnal Riset Manajemen
PRODI MANAJEMEN
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unisma
website : www.fe.unisma.ac.id (email : e.jrm.feunisma@gmail.com)
Tinjauan Pustaka
Pengertian Pasar Modal
Fahmi (2015:48) pasar modal adalah tempat bagi berbagai pihak (khususnya
perusahaan) untuk menjual saham (stock) dan obligasi (bond). Hasil dari penjualan
tersebut nantinya akan digunakan sebagai tambahan dana atau memperkuat modal
perusahaan. Jogiyanto (2010:11) mengatakan pasar modal merupakan tempat mediasi
antara pembeli dan penjualan dengan risiko untung dan rugi. Pasar modal merupakan
sarana perusahaan untuk meningkatkan permodalan untuk kebutuhan dana jangka panjang
dengan menjual saham atau menerbitkan obligasi.
Dari teori di atas dapat disimpulkan bahwa pasar modal adalah tempat atau sarana
untuk melakukan transaksi menjual atau membeli saham dan obligasi dengan risiko
untung dan rugi. Untuk menarik minat masyarakat pasar modal harus efisien, dan pasar
modal bisa dikatakan efisien apabila tingkat likuiditasnya tinggi sehingga banyak transaksi
didalamnya karena kemudahan dalam menjual atau membeli (2015:49). Pasar modal juga
berfungsi sebagai penyalur dana dari investor baik berupa perorangan, rumah tangga,
perusahaan, atau pemerintah kepada pihak dalam hal ini perusahaan atau pemerintah yang
membutuhkan dana atau kekurangan dana dalam kebutuhannya.
1. Pengertian Saham
Fahmi (2015:80), Saham merupakan tanda bukti kepemilikan modal/dana pada suatu
perusahaan berupa kertas yang tercantum dengan jelas nilai nominal, nama perusahaan
serta diikuti dengan hak dan kewajiban yang dijelaskan kepada setiap pemiliknya.
Saham terdapat 2 macam yaitu saham biasa dan saham preferen. Kedua saham ini
dalam arti luasnya masih sama namun hanya dari pendapatan deviden bisa berbeda
dimana pemegang saham biasa mendapat deviden setiap setahun sekali dan pemegang
saham preferen mendapat deviden per kuartal atau tiga bulanan. Dan dari segi
likuiditasnya tentu saham biasa lebih likuid dan bisa dijual kapan saja berbeda dengan
saham preferen hanya dalam waktu tertentu bisa dijual.
2. Pengertian Investasi
Menurut Jogiyanto (2010:5) “Investasi merupakan penundaan konsumsi sekarang
untuk digunakan di dalam produksi yang efisien selama periode waktu tertentu”. Definisi
investasi menurut Martalena dan Malinda (2011) adalah “bentuk penundaan konsumsi
dimasa sekarang untuk memperoleh konsumsi dimasa yang akan datang, dimana
didalamnya terkandung unsur risiko ketidakpastian sehingga dibutuhkan kompensasi atas
penundaan tersebut”. Maksud dari berinvestasi adalah demi mendapat keuntungan dimasa
mendatang dengan menyisihkan konsumsi pada saat ini.
Investasi keuangan dibagi menjadi 2 macam yaitu investasi secara langsung dan
investasi tidak langsung. Investasi langsung adalah dengan membeli langsung aktiva
keuangan yang dapat diperjual belikan di pasar uang, pasar modal, atau pasar turunan.
Investasi tidak langsung sama dengan investasi langsung namun melalui perantara
perusahaan investasi sehingga disebut tidak langsung. Perusahaan investasi adalah
perusahaan yang menyediakan jasa keuangan dengan cara menjual sahamnya ke publik
dan menggunakan dana yang diperoleh untuk diinvestasikan ke dalam portofolionya
89
e – Jurnal Riset Manajemen
PRODI MANAJEMEN
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unisma
website : www.fe.unisma.ac.id (email : e.jrm.feunisma@gmail.com)
3. Pengertian Risiko.
Menurut Horne dan Wachowicz (1995:95) “Risiko merupakan Penyimpangan
(variasi) hasil Pengembalian dari yang diharapkan”. Fahmi (2015:207) mengartikan
“Risiko sebagai bentuk ketidakpastian yang akan terjadi di kemudian hari akibat
keputusan yang diambil berdasarkan berbagai pertimbangan pada saat ini”. Miskhin
(2017:38) juga berpendapat bahwa “risiko merupakan ketidakpastian mengenai hasil yang
akan diperoleh investor dari aset yang dimiliki”.
Dalam segala situasi dan kondisi apa pun tentu risiko selalu ada. Dalam dunia
investasi risiko memiliki keterkaitan kuat karena memiliki potensi kerugian yang
diperoleh dari hasil investasi dengan timbul keadaan yang tidak sesuai rencana atau
dugaan kita. Dalam keputusan investasi tentu ada risiko yang harus dipertimbangkan dan
harus dihadapi, kita sebagai manusia tentu tidak bisa menghilangkan atau menghindari
risiko tersebut namun kita bisa meminimalisir risiko yang akan terjadi dengan
pertimbangan yang tepat dalam setiap pengambilan keputusan.
4. Pengertian Beta
Horne dan Wachowicz (1995:108) Beta adalah Index untuk risiko sistematis. Beta
mengukur sensitivitas pengembalian saham terhadap perubahan pengembalian pasar. Beta
merupakan besarnya risiko suatu saham (Fahmi,2015:189).
Penggunaan beta dalam metode CAPM adalah dengan menganalisis perubahan antara
saham dengan perubahan pasarnya (saham keseluruhan). Jika beta menunjukkan >1 maka
harga saham mudah berubah melebihi indeks pasarnya, dan jika beta menunjukkan <1
maka berarti harga saham tidak mudah berubah mengikuti indeks pasarnya, dan jika beta
=1 maka harga saham berubah beriringan dengan indeks pasarnya. Arti ringkas dari beta
adalah tingkat sensitivitas harga saham dengan indeks pasarnya sehingga bisa dikatakan
dari risiko yang akan ditanggung oleh investor dalam investasi pada saham.
5. Tingkat Keuntungan
Dalam berinvestasi tentu kita menginginkan sesuatu yang menguntungkan, dan dalam
hal ini keuntungan tersebut diperoleh dari tingkat pengembalian suatu saham. Dalam
menganalisis tingkat pengembalian suatu saham maka kita harus menganalisis 4
komponen yaitu tingkat pengembalian saham yang sudah terjadi, tingkat pengembalian
pasar, tingkat pengembalian bebas risiko, dan yang terakhir yaitu tingkat pengembalian
saham yang kita harapkan.
a. Tingkat pengembalian saham individu
Tingkat pengembalian dari saham individu adalah pendapatan yang diterima berupa
deviden atau capital gain (perubahan harga pasar dari transaksi perdagangan saham).
Tingkat pengembalian ini bisa dihitung menggunakan rumus R i = (Horne dan
Wachowicz, 1995:94)
b. Tingkat pengembalian pasar
Tingkat pengembalian pasar adalah tingkat pengembalian yang didasarkan pada
perkembangan indeks harga saham gabungan (IHSG). Menghitungnya bisa
menggunakan rumus: (Fahmi,2015:188).
90
e – Jurnal Riset Manajemen
PRODI MANAJEMEN
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unisma
website : www.fe.unisma.ac.id (email : e.jrm.feunisma@gmail.com)
Kerangka Konseptual
Tingkat risiko (βi)
Tingkat pengembalian
Efisien atau Tidak pasar (Rm)
Efisien
91
e – Jurnal Riset Manajemen
PRODI MANAJEMEN
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unisma
website : www.fe.unisma.ac.id (email : e.jrm.feunisma@gmail.com)
Metodologi Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif. “penelitian yang dilakukan
untuk mengetahui variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih tanpa membuat
perbandingan, atau menghubungkan antara satu variabel satu dengan variabel lain”
(Sugiyono,2018).
Lokasi penelitian ini dilakukan di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan melalui
website resmi Bursa Efek Indonesia (BEI) yang diakses melalui www.idx.co.id. Jenis data
yang digunakan dalam penelitian adalah data kuantitatif. Data kuantitatif dalam penelitian
ini adalah laporan keuangan perusahaan-perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia selama masa pandemi yaitu bulan Maret - September 2020. Sumber data
penelitian ini merupakan data sekunder. Data sekunder pada penelitian ini adalah data
yang diperoleh dari publikasi laporan keuangan triwulanan perusahaan perbankan yang
memuat informasi tentang penggunaan metode Capital Asset Pricing Modeling (CAPM)
terkait pengembalian dan risiko dari saham perusahaan yang menjadi sampel penelitian di
Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode penelitian.
Populasi dalam penelitian ini yaitu saham-saham perusahaan perbankan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama tahun 2020. Tercatat pada 18-Januari-2020
terdapat sebanyak 44 (empat puluh empat) saham perbankan yang ada di BEI.
Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling yaitu
teknik pengambilan sampel dengan kriteria tertentu. Kriteria yang dipilih peneliti adalah
20 (dua puluh) saham yang memiliki aset terbesar.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis deskriptif. Dengan
menganalisis data yang diperoleh dan kemudian digambarkan atau mendeskripsikan data
yang terkumpul menggunakan statistika. Berikut tahap-tahap analisis penelitian:
1. Menghitung tingkat Return Saham Individu (Ri)
2. Menghitung tingkat Return bebas risiko dengan menggunakan suku bunga dari Bank
Indonesia (Rf)
3. Menghitung tingkat Return pasar (Rm)
4. Menghitung tingkat risiko sistematis masing masing saham (βi)
5. Menghitung tingkat pengembalian yang diharapkan E(Ri)
6. Penggolongan saham antara yang efisien dan tidak efisien
pengembalian paling tinggi sebesar 0,3125. Bank OCBC NISP Tbk (NISP) memiliki rata-
rata pengembalian paling rendah sebesar -0,0146. Berikut adalah hasil perhitungan
Tingkat return Saham Individu (Ri) yang ditampilkan pada tabel dibawah ini.
Tabel 1. Tingkat return Saham Individu (Ri) Periode tahun 2020
Kode
No. Ri
Saham
1 BRIS 0,3125
2 BBKP 0,1660
3 BBTN 0,0954
4 BTPN 0,084
5 BNII 0,0739
6 BJBR 0,0371
7 BJTM 0,0356
8 SDRA 0,0351
9 BBNI 0,0312
10 BNGA 0,0292
11 BNLI 0,0234
12 BMRI 0,0156
13 PNBN 0,0139
14 BDMN 0,0138
15 MEGA 0,0126
16 BBRI 0,0052
17 BBCA 0,0003
18 BSIM -0,0072
19 MAYA -0,0119
20 NISP -0,0146
Sumber: finance.yahoo.com, 2020 Diolah
disebabkan oleh banyak investor asing yang menarik dananya karena adanya skandal
bank-bank raksasa yang diduga terlibat pencucian uang dan rencana lockdown di Eropa.
4. Tingkat Risiko Sistematis (βi)
Hasil dari analisis selama penelitian terhadap 20 (dua puluh) sampel saham, diperoleh
rata-rata beta sebesar 1,9582 melalui perhitungan regresi dengan aplikasi MS. Excel
dengan rumus slope. Saham perusahaan Bank BRIsyariah Tbk (BRIS) memiliki beta
paling tinggi sebesar 5,5139 dan saham perusahaan Bank OCBC NISP Tbk (NISP)
memiliki beta paling rendah sebesar 0,1199.
Hal ini menunjukkan seberapa sensitivitas perubahan return saham terhadap perubahan
return pasar. Semakin besar angka beta saham maka semakin sensitif atau mudah ikut
berubah return saham tersebut seiring dengan perubahan return pasar. Dan sebaliknya jika
semakin kecil angka beta saham maka tidak terlalu sensitif atau tidak mudah ikut berubah
return saham tersebut seiring dengan perubahan return pasar artinya kepekaannya terhadap
pasar kecil. Selain menunjukkan sensitivitas beta dalam hal ini juga menunjukkan risiko
yang akan dihadapi investor demi menjadi mendapat keuntungan yang diharapkan. Dalam
hal ini terbukti dari return yang besar juga memiliki risiko yang besar pula seperti saham
dengan kode BRIS memiliki return tertinggi yaitu sebesar 0,3125 sebanding dengan
betanya (risiko) yang juga tertinggi yaitu sebesar 5,5139. Hal ini juga berlaku pada return
yang rendah pastinya risikonya juga rendah seperti halnya dengan saham dengan kode
NISP yang memiliki return terendah yaitu -0,0146 dengan tingkat risiko terendah sebesar
0,1199.
Berikut adalah hasil perhitungan beta masing-masing saham yang ditampilkan
pada tabel 2.
Tabel 2. Tingkat Risiko Sistematis (βi) Periode tahun 2020
No. Kode Saham βi
1 BRIS 5,5139
2 BBTN 3,8079
3 BBKP 3,4588
4 BJBR 2,8238
No. Kode Saham βi
5 BDMN 2,6195
6 BJTM 2,602
7 BNII 2,5132
8 BMRI 2,2518
9 BTPN 1,9425
10 BBNI 1,8589
11 BNLI 1,6439
12 BNGA 1,6366
13 BBCA 1,6038
14 PNBN 1,2033
15 BBRI 1,153
16 SDRA 1,1455
17 MAYA 0,5977
18 BSIM 0,5397
19 MEGA 0,1288
20 NISP 0,1199
Sumber: www.idx.co.id, 2020 Data Diolah
94
e – Jurnal Riset Manajemen
PRODI MANAJEMEN
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unisma
website : www.fe.unisma.ac.id (email : e.jrm.feunisma@gmail.com)
Tabel 3. E(Ri)
Tingkat
Pengembalian
Kode Saham (Rf) (RM) βi
yang Rf+ βi (Rm-Rf)
Diharapkan
No.
1 NISP 4,25 0,0118 0,1199 3,7420
2 MEGA 4,25 0,0118 0,1288 3,7040
3 BSIM 4,25 0,0118 0,5397 1,9624
4 MAYA 4,25 0,0118 0,5977 1,7168
E(Ri)
No. Kode Saham (Rf) (RM) βi
Rf+ βi (Rm-Rf)
5 SDRA 4,25 0,0118 1,1455 -0,6049
6 BBRI 4,25 0,0118 1,153 -0,6366
7 PNBN 4,25 0,0118 1,2033 -0,8499
8 BBCA 4,25 0,0118 1,6038 -2,5472
9 BNGA 4,25 0,0118 1,6366 -2,6863
10 BNLI 4,25 0,0118 1,6439 -2,7170
11 BBNI 4,25 0,0118 1,8589 -3,6238
12 BTPN 4,25 0,0118 1,9425 -3,9827
13 BMRI 4,25 0,0118 2,2518 -5,2938
14 BNII 4,25 0,0118 2,5132 -6,4016
15 BJTM 4,25 0,0118 2,602 -6,7776
16 BDMN 4,25 0,0118 2,6195 -6,852
17 BJBR 4,25 0,0118 2,8238 -7,7178
18 BBKP 4,25 0,0118 3,4588 -10,3966
19 BBTN 4,25 0,0118 3,8079 -11,8884
20
BRIS 4,25 0,0118 5,5139 -17,5087
95
e – Jurnal Riset Manajemen
PRODI MANAJEMEN
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unisma
website : www.fe.unisma.ac.id (email : e.jrm.feunisma@gmail.com)
Penggolongan Saham
Setelah menemukan nilai dari return dari saham (Ri) dan return yang diharapkan
E(Ri) maka tahap selanjutnya adalah penggolongan saham dengan kriteria jika (R i) > E(Ri)
maka saham tersebut disebut efisien dan sebaliknya jika (R i) < E(Ri) maka saham tersebut
disebut tidak efisien. Hasil evaluasi saham penelitian disajikan pada tabel berikut:
Tabel 4. Penggolongan Saham
No. Kode Saham X1 Y1 Evaluasi Saham
Dari perhitungan serta analisis yang telah dilakukan di atas peneliti mendapatkan
hasil bahwa saham dengan kode BRIS (Bank BRIsyariah Tbk) menjadi saham yang paling
efisien karena return yang didapat melebihi return yang diharapkan.
96
e – Jurnal Riset Manajemen
PRODI MANAJEMEN
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unisma
website : www.fe.unisma.ac.id (email : e.jrm.feunisma@gmail.com)
Penutup
Simpulan
Sesuai dengan tujuan dari penelitian ini yaitu mengetahui saham perbankan yang
efisien dan tidak efisien selama masa pandemi menggunakan metode Capital Asset Pricing
Modeling (CAPM), Dari data yang telah dianalisis diperoleh hasil bahwa dari 20 saham
yang dijadikan sampel menunjukkan 16 saham yang memiliki return lebih besar dari
return yang diharapkan (efisien) dan terdapat 4 saham yang return di bawah return yang
diharapkan (tidak efisien).
Saran
a. Bagi Investor atau Calon Investor
Penelitian ini diharapkan bisa dijadikan salah satu referensi bagi para investor atau
calon investor yang akan melakukan investasi pada saham di masa pandemi terutama
pada sub sektor perbankan. Menganalisis lebih jauh antara tingkat risiko dengan tingkat
return agar bisa mendapatkan hasil yang maksimal.
b. Bagi Peneliti Selanjutnya
bagi peneliti selanjutnya diharapkan memasukkan unsur deviden dalam perhitungan
tingkat return masing-masing saham serta menggunakan sampel dan periode yang
berbeda.
Daftar Pustaka
Fahmi Irham. 2015. Pengantar Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Bandung: Alfabeta
Ferrari. 2018. Analisis Capital Asset Pricing Modeling (CAPM) Dalam Pengambilan
Keputusan Investasi Saham. STIE Indonesia Banking School
Husnan, Suad. 2015. Dasar-dasar teori portofolio dan analisis sekuritas Edisi Kelima.
Yogyakarta: UPP
Jogiyanto. 2010. Teori portofolio dan analisis investasi. Edisi Ketujuh. Yogyakarta: BPFE
Miskhin, Frederic S 2017. Ekonomi Uang, Perbankan, dan Pasar Keuangan, Edisi
Kesebelas. Jakarta: Salemba Empat
97
e – Jurnal Riset Manajemen
PRODI MANAJEMEN
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unisma
website : www.fe.unisma.ac.id (email : e.jrm.feunisma@gmail.com)
Nurmala & Aryani. 2017. Analisis Pengembalian Keputusan Investasi Saham Dengan
Pendekatan Capital Asset Pricing Model (CAPM) pada Perusahaan Perbankan Terdaftar
di Bursa Efek Indonesia. Balance Jurnal Akuntansi Dan Bisnis. Universitas
Muhammadiyah Palembang
Sartono Agus. 2001. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi Edisi Keempat.
Yogyakarta: BPFE
Strategi Investasi di Tengah Pandemi Virus Corona. (2020, Maret 29). Diakses pada
November 20,2020 dari berita online Bisnis.com
Sugiyono. 2018. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta
Van Horne, Machowicz. 1997, Prinsip-prinsip manajemen keuangan. Edisi Kesembilan.
Jakarta: Salemba empat
https://m.bisnis.com/amp/read/20200329/55/1219348/strategi-investasi-di-tengah-
pandemi-virus-corona
Kayo, Edison Sutan. 2020. Sub Sektor bank BEI. https://www.sahamok.net/emiten/sektor-
keuangan/sub-sektor-bank/ (diakses tanggal 17 Desember 2020)
https://www.idx.co.id/ (diakses tanggal 17 Desember 2020)
https://finance.yahoo.com/ (diakses tanggal 17 dan 19 Desember 2020)
https://www.bi.go.id/ (diakses pada tanggal 17 Desember 2020)
Daniel. Pengertian Investasi Menurut Para Ahli , Jenis, Sejarah dan Cara Berinvestasi.
https://ekonomimanajemen.com/pengertian-
investasi/#:~:text=Menurut%20Salim%20HS%20dan%20Budi,usaha%20yang%20terbuka
%20untuk%20investasi.(diakses pada 21 Januari 2021)
98
Elly Zunara, Sri Hartoyo
Keywords: Arbitrage Pricing Theory, surprise factor macroeconomic, return, risk premium,
expected return
Abstrak: Saham merupakan salah satu instrumen pasar keuangan yang paling popular dan
alternatif investasi yang menarik dalam pasar modal karena akan memberikan kemungkinan
return yang tinggi kepada investor. Harga saham bersifat fluktuatif karena sifat komoditasnya
yang peka terhadap perubahan-perubahan faktor internal maupun faktor eksternal perusahaan.
Adanya fluktuasi saham ini menuntut para investor untuk selalu memperhatikan tingkat ex-
pected return atas investasi yang telah dilakukan sebagai kompensasi atas risiko yang akan
dihadapi. Model APT (Arbitrage Pricing Theory) yang dikembangkan oleh Stephen A Ross
merupakan salah satu pengembangan Capital Asset Pricing Theory (CAPM) dalam
menentukan expected return di pasar. Oleh beberapa ahli model APT diklaim lebih baik daripada
Jurnal Aplikasi
CAPM karena harga saham tidak hanya ditentukan oleh indeks pasar secara tunggal melainkan
Manajemen (JAM) juga ditentukan oleh banyak faktor makro ekonomi. Berdasarkan uraian di atas, maka akan
Vol 14 No 3, 2016 dilakukan penelitian mengenai return dan premi risiko pada saham di Bursa Efek Indonesia
Terindeks dalam dengan menggunakan model APT. Dalam model APT terdapat beberapa faktor makro ekonomi
Google Scholar
yang diperkirakan akan mempengaruhi return saham dan premi risiko, di antaranya adalah
tingkat inflasi, kurs rupiah terhadap Dollar Amerika dan harga minyak dunia
Alamat Korespondensi: Kata Kunci: APT, surprise faktor makroekonomi, return, premi risiko, expected return
Elly Zunara, Sekolah Pasca-
sarjana Institut Pertanian
Bogor, DOI: http://dx.doi.org/
10.18202/jam23026332.14.
3.15
Dalam perekonomian suatu negara, pasar modal me- (asset utilization). Faktor eksternal merupakan
miliki peran penting karena pasar modal menjalankan faktor yang berasal dari luar dan tidak dapat
dua fungsi, yaitu pertama sebagai sarana bagi dikendalikan oleh perusahaan. Faktor eksternal antara
pendanaan usaha dan sebagai sarana bagi perusahaan lain: kurs, tingkat inflasi, suku bunga deposito. Faktor
untuk mendapatkan dana dari investor. Dana yang internal dan eksternal membentuk kekuatan pasar
diperoleh dari pasar modal dapat digunakan untuk yang berpengaruh terhadap transaksi saham, sehingga
pengembangan usaha, ekspansi dan penambahan harga saham mempunyai kemungkinan untuk
modal kerja. Selain itu, pasar modal juga menjadi berfluktuasi.
sarana bagi masyarakat untuk berinvestasi pada Adanya fluktuasi return saham IHSG akibat
instrumen keuangan seperti saham, obligasi dan perubahan faktor makroekonomi seperti pada
reksadana. Fakta menunjukkan bahwa pasar modal Gambar 1 di atas menuntut para investor untuk selalu
merupakan salah satu indikasi perkembangan memperhatikan tingkat expected return atas investasi
perekonomian suatu negara, sehingga mengisyaratkan yang telah dilakukan sebagai kompensasi atas risiko
betapa pentingnya peranan pasar modal di suatu yang akan dihadapi. Menurut teori investasi, semakin
negara. Pasar modal di Indonesia adalah Bursa Efek tinggi risiko suatu saham maka akan mengakibatkan
Jakarta yang kini berganti nama menjadi Bursa Efek tingkat return yang diharapkan oleh investor akan
Indonesia. semakin tinggi. Oleh karena itu, seorang investor yang
Saham merupakan salah satu alternatif investasi baik selain mengharapakan return yang tinggi, dia
yang menarik dalam pasar modal karena akan juga harus memperhatikan risiko atas investasi saham
memberikan kemungkinan return yang tinggi kepada yang dilakukan. Investasi pada saham berarti mela-
investor. Return investasi pada saham terdiri atas dua kukan pilihan pada saham-saham yang dapat mem-
komponen, yaitu deviden dan capital gain. Deviden berikan return yang tinggi dengan resiko tertentu.
adalah komponen return yang berupa aliran kas atau Preferensi investor terhadap return dan resiko dari
pendapatan yang diperoleh secara periodik dari suatu suatu saham menjadi hal yang menentukan dalam
investasi. Sedangkan capital gain adalah komponen memilih saham. Ada tiga preferensi investor dalam
return yang berupa kenaikan harga suatu sekuritas. menilai suatu resiko (Bodie, et al., 2005), yaitu risk
Dengan kata lain return investasi di pasar modal dipe- averse, risk neutral, dan risk seeking. Risk averse
ngaruhi oleh harga-harga sekuritas yang bersang- investor adalah tipe investor yang menghindari resiko
kutan. Return yang tinggi dalam investasi didukung dengan mengharapkan return tertentu, risk neutral
dengan perkembangan pasar modal yang pesat, yaitu investor adalah tipe investor yang bersikap netral
meningkatnya Indeks Harga Saham. Suatu hal yang terhadap resiko dengan tetap mengharapkan return
perlu diketahui adalah bahwa investasi pada saham tertentu, dan risk seeking investor adalah tipe investor
merupakan investasi yang berisiko. Harga saham yang mencari resiko untuk mendapatkan return yang
yang bersifat fluktuatif karena sifat komoditasnya lebih besar.
yang peka terhadap perubahan-perubahan faktor Secara umum, asumsi investor dalam menilai
internal maupun faktor eksternal perusahaan. Faktor suatu resiko adalah risk averse atau bersifat
internal merupakan faktor yang berasal dari dalam menghindari resiko. Sehingga investor akan berusaha
dan dapat dikendalikan oleh perusahaan. Faktor ini menghilangkan risiko dengan cara apapun. Risiko
antara lain: kemampuan perusahaan dalam mengelola sistematis atau risiko yang tidak dapat didiversifikasi
modal yang ada (solvability), kemampuan manaje- (dihindarkan), disebut juga dengan risiko pasar. Risiko
men dalam mengelola kegiatan operasional perusa- ini berkaitan dengan kondisi yang terjadi di pasar
haan (growth opportunities), kemampuan perusa- secara umum, misalnya perubahan dalam per-
haan dalam menghasilkan keuntungan (profitability), ekonomian secara makro, risiko tingkat bunga, risiko
prospek pemasaran dari bisnis dan hak-hak investor politik, risiko inflasi, risiko nilai tukar dan risiko pasar.
atas dana yang diinvestasikan dalam perusahaan
Risiko ini mempengaruhi semua perusahaan dan yang lebih baik dibandingkan dengan CAPM. Hasil
karenanya tidak bisa dihilangkan dengan diversifikasi. penelitian Koon dan Gupta (2001) menunjukkan
Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh inves- bahwa APT cukup kuat dalam menjelaskan cross -
tor untuk mengukur tingkat return yang diharapkan sectional variation pada tingkat pengembalian
adalah dengan melakukan metode penilaian aset. saham.
Metode penilaian aset yang sederhana dalam men-
jelaskan hubungan antara risiko dan expected return
Manfaat Penelitian
suatu saham atau portofolio salah satunya adalah
Capital Asset Pricing Model (CAPM). CAPM Penelitian ini diharapkan dapat memberikan
dikembangkan oleh Sharpe (1964), Lintner (1965), manfaat baik bagi penulis dan perusahaan. Adapaun
dan Mossin (1966). Dalam model ini dikemukakan manfaat penelitian yang diharapkan adalah:
bahwa return saham hanya dipengaruhi oleh satu 1. Bagi investor dan masyarakat, penelitian ini dapat
peubah, yaitu beta (Sharpe, 1964). Beta merupakan dijadikan pedoman dalam melakukan ana-
risiko sistematis atau risiko yang tidak dapat lis is saham untuk menentukan keputusan
diversifikasikan. Namun, model CAPM ini kadang investasi.
belum mampu menjelaskan variasi return dan risiko 2. Bagi akademisi, penelitian ini dapat dijadikan
secara tepat karena model ini mensyaratkan bahwa sarana studi banding dengan penelitian terdahulu
pasar saham berada pada kondisi yang ekuilibrium dan yang akan datang untuk mengamati konsis-
dan efisien. Natalia (2012) menemukan bahwa tensi hasil penelitiannya.
CAPM tidak dapat digunakan untuk memprediksi nilai 3. Bagi peneliti, dapat memper kuat kom-
expected return di Bursa Efek Indonesia karena petensi aspek manajerial di bidang manajemen
hasilnya tidak konsisten. keuangan.
Kelemahan empiris yang terjadi pada model
CAPM mendorong para ahli manajemen keuangan Ruang Lingkup Penelitian
untuk mencari model altertanatif yang menerangkan Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
hubungan pendapatan dengan risiko saham. Pada pendekatan explanatory research yang bertujuan
tahun 1976 Stephen A. Ross merumuskan sebuah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh faktor
teori yang disebut dengan Arbitrage Pricing Theory makro ekonomi yaitu inflasi, kurs rupiah terhadap
(APT). Meskipun model ini tidak bisa secara kese- Dollar Amerika dan harga minyak dunia terhadap
luruhan memecahkan kekurangan yang terjadi pada return saham dan risk premium saham yang ada di
model CAPM, tetapi model inilah yang pertama kali Bursa Efek Indonesia dalam kurun waktu Januari
dikembangkan. Model APT memiliki keunggulan 2009 sampai Desember 2013.
dibandingkan dengan model CAPM, karena harga
saham tidak hanya ditentukan oleh indeks pasarnya METODE
secara tunggal melainkan juga ditentukan oleh banyak
faktor makro ekonomi. Pendekatan Penelitian
Model APT menjadi salah satu pendekatan yang Penelitian ini dilaksanakan melalui pendekatan
sering digunakan dalam menentukan tingkat non-gladikarya atau penelitian murni bersifat expla-
pendapatan (return) dari invetasi saham di pasar natory research dan mengambil studi kasus terhadap
modal. Dimulai oleh Shanken (1985) yang 90 saham yang ada di Bursa Efek Indonesia (BEI).
menerangkan bahwa model APT dibentuk dari multi- Penelitian dilaksanakan dengan cara mengambil data-
beta dari model CAPM. Dhankar (2005) dalam data terkait yang terdapat di Bursa Efek Indonesia,
penelitiannya berhasil menunjukkan bahwa APT Bank Indonesia, Yahoo Finance, Kementrian ESDM
memberikan perkiraan terhadap tingkat pengembalian serta Biro Pusat Statistik Indonesia. Penelitian
dilaksanakan dari bulan Maret 2014 sampai dengan ekonomi keuangan internasional dan yang mempunyai
April 2014. catatan kurs resmi pada bank Sentral (Hamdy, 1998).
Lebih lanjut Madura (2000) mengungkapkan bahwa
Jenis dan Sumber Data perubahan nilai tukar antar mata uang suatu negara
terhadap negara lain dipengaruhi oleh berbagai faktor
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini
yang terjadi di negara yang bersangkutan, yaitu ting-
adalah data sekunder. Data-data tersebut meliputi data
kat inflasi, tingkat suku bunga diskonto, tingkat output,
harga saham penutupan akhir bulan, data harga
intervensi pemerintah di pasar valuta asing, harapan
minyak dunia, nilai kurs mata uang Rupiah terhadap
pasar atas nilai mata uang yang akan datang, atau
Dollar AS serta angka inflasi. Data saham bersumber
intervensi dari berbagai faktor tersebut.
dari YahooFinance (www.yahoofinance.com). Harga
minyak dunia bersumber dari Kementrian ESDM
(www.edsm.go.id), untuk data inflasi dan data nilai Harga Minyak Dunia
tukar mata uang Rupiah terhadap Dollar AS (kurs) Bahan bakar minyak (BBM) merupakan komo-
diperoleh dari Bank Indonesia (www.bi.go.id). Semua ditas yang memegang peranan sangat vital dalam
data yang diambil merupakan periode bulanan dari semua aktivitas ekonomi. Dampak langsung perubahan
Januari 2009 sampai dengan Desember 2013. harga minyak ini adalah perubahan-perubahan biaya
operasional yang mengakibatkan tingkat keuntungan
Faktor-faktor yang mempengaruhi return kegiatan investasi langsung terkoreksi.
saham Terjadinya hubungan timbal balik antara naiknya
biaya produksi dan turunnya daya beli masyarakat
Inflasi berarti memperlemah perputaran roda ekonomi se-
Inflasi yang ditandai dengan kenaikan harga- cara keseluruhan di Indonesia. Kondisi ini dapat mem-
harga barang adalah peristiwa moneter yang penting pengaruhi iklim investasi secara keseluruhan baik
dan biasa di jumpai di hampir semua negara. Inflasi dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Dalam
dapat menimbulkan keresahan masyarakat apalagi jangka pendek naiknya harga BBM tersebut disikapi
jika hal itu terjadi secara terus-menerus (berkepan- oleh pelaku pasar, khususnya pelaku pasar modal
jangan). Kenaikan harga akan menyulitkan masyara- sebagai pusat perputaran dan indikator investasi.
kat terutama mereka yang berpenghasilan rendah dan
yang berpenghasilan tetap. Tahapan Pengolahan data
Adapun beberapa definisi inflasi menurut para
Dalam penelitian ini dipilih 90 saham yang ada di
ahli makroekonomi adalah sebagai berikut: Berdasar-
BEI yang mewakili saham sektoral yaitu sektor perta-
kan pendapat Boediono (2001) definisi dari inflasi
nian, pertambangan, industri dasar dan kimia, aneka
yaitu “Kecenderungan dari harga-harga untuk menaik
industri, barang konsumsi, keuangan, poperti, infra-
secara umum dan terus menerus. Perlu diingat, bahwa
struktur, dan perdagangan. 90 saham ini diharapkan
kenaikan yang dimaksud di sini bukan dari satu atau
mampu merepresentasikan keadaan pasar karena
dua barang saja. Kenaikan yang dimaksud adalah
pemilihan berdasarkan saham yang memiliki likuiditas,
kenaikan dari sebagian besar barang-barang yang
kapitalisasi dan frekuensi perdagangan yang tinggi
lain”.
yang mewakili setiap sektornya.
Kurs Rupiah Terhadap Dollar USD
Analisis Data
Madura (2003) menyebutkan bahwa nilai kurs
Proses analisis data dimulai dengan pengolahan
adalah harga tukar dari satu mata uang ke mata uang
data tahap pertama yaitu dengan meregresikan data
lainnya dan valuta asing (valas) atau Foreign
time series guna mencari (sensitivitas return
Exchange (FOREX) atau foreign currency adalah
saham) terhadap faktor inflasi, kurs dan harga minyak.
mata uang asing atau alat pembayaran lainnya yang
Kemudian dilanjutkan pada pengolahan data tahap
digunakan untuk melakukan atau membiayai transaksi
kedua yaitu guna mencari (risk premium) perbulan
dari faktor inflasi, kurs dan harga minyak. Pengolahan F3 : surprise factor harga minyak pada periode t
data pada tahap kedua ini ialah dengan meregresikan ei : random error
data cross section antara expected return saham
dengan (sensitivitas return saham) terhadap faktor 2. Model APT ke-Dua adalah sebagai berikut:
inflasi, kurs dan harga minyak yang didapat dari regresi E(ri ) 0 1i,1 2i,2 3i,3 ei
tahap pertama. Subrahmanyam (2010) mengemuka- keterangan:
kan bahwa cross section adalah metode yang tepat E(ri) : expected return saham i
untuk menggambarkan keadaan masa yang akan 0 : intercept hasil regresi
datang dengan melihat keadaan masa lalu. Semua i,1 : sensitivitas return saham i terhadap perubahan Inflasi
tahap pengolahan data penelitian ini menggunakan alat i,2 : sensitivitas return saham i terhadap perubahan kurs
perangkat lunak Eviews6. Setelah semua tahap anali- i,3 : sensitivitas return saham i terhadap perubahan
harga minyak
sis data tersebut dilakukan, tahap selanjutnya ialah F1 : risk premium inflasi
membuat model empiris untuk return saham dan risk F2 : risk premium kurs
premium saham di Bursa Efek Indonesia dengan F3 : risk premium harga minyak
menerapkan/menggunakan model arbitrage pricing ei : random error
theory (APT). Pengujian asumsi klasik dilakukan
pada saat pengolahan data tahap pertama yaitu tahap HASIL DAN PEMBAHASAN
mencari (sensitivitas return saham) terhadap inflasi, Regresi tahap pertama adalah regresi time series
faktor kurs dan harga minyak agar data-data yang yang bertujuan untuk mendapatkan (sensitivitas
dihasilkan tidak bias karena menurut Nachrowi dan return saham) faktor-faktor inflasi, kurs dan harga
Usman (2006) pelanggaran asumsi hampir dipastikan minyak yaitu meregresikan independent variabel
ditemui pada setiap data time series adalah auto- yaitu inflasi, kurs dan harga minyak dengan dependent
korelasi karena secara konseptual data time series variabel yaitu return saham 90 emiten terpilih. Hasil
merupakan data satu individu yang diobservasi dalam (sensitivitas return saham) seluruh sektor adalah
rentangan waktu sebagai berikut:
Tabel 2. Hasil estimasi saham sektor pertambangan Tabel 5. Hasil estimasi saham sektor barang konsumsi
Saham βi, IN FLA SI βi,KUR S βi, I CP Saham βi, IN FL AS I βi, KU RS β i, ICP
ADRO -0,1 13 0,031 0,499 UNVR -0.135 0.058 -0.201
MEDC -0,0 76 0,187 0,175 GGRM -0.229** -1.500* -0.267
INCO -0,1 97 -0,193 0,392 HMSP 0.236** -0.0 93 0.145
DOID -0,235 -2,079* 0,970 INDF -0.128 -0.6 42 0.195
KKGI 0,076 0,501 0,836 DLTA 0.170 -1.076 0.249
PTBA -0,24 7** 0,382 0,458 * MLBI 0.010 -0.801 -0.019
PTRO -0,081 -2,028 -0,011 MYOR -0.100 -0.157 -0.207
ARTI -0,046 -0,713 -0,421 ULTJ -0.230 0.435 -0.473
ENRG -0,375 -4,023** 0,438 MERK -0.166 -1.250** -0.187
TINS 0,015 -0,151 0,643** T SPC -0.039 -1.307** -0.189
Tabel 3. Hasil estimasi âsaham sektor industri dasar dan Tabel 6. Hasil estimasi saham sektor perbankan
kimia Saham βi, I NFL AS I βi,KURS β i, IC P
Saham β i, IN FLA S I βi,KU RS βi, I CP BBCA -0.051 0.707* 0.342*
SMCB -0,124 -0,474 0,277 BBNI -0.069 -0.826 0.341
SMGR -0,155* -0,396 -0,067 BBRI -0.048 0.196 0.373
CPIN -0,285 -0,646 -0,186 BMRI -0.181 0.203 0.122
INTP -0,196* 0,026 0,089 BDMN -0.088 -0.306 0.309
AMFG -0,0 02 0,152 0,472 ADMF 0.057 -1.439* 0.202
TOTO 0,0148 -0,222 -0,040 BBLD -0.105 -0.739 -0.485
LION 0,068 0,422 0,263 BFIN -0.181 0.045 -0.020
LMSH 0,055 0,721 -0,786 * PANS -0.329* 1.324 0.029
FASW 0,059 -0,410 -0,185 ABDA -0.307 1.219 -0.452
TKIM -0,0 43 -0,844 0,549*
Tabel 7. Hasil estimasi saham sektor perdagangan
Tabel 4. Hasil estimasi saham sektor aneka industri Saham β i, IN FLA S I βi,KUR S β i, IC P
Saham βi, IN FLA SI β i,KU RS β i, IC P UNTR -0.129 -0.502 0.243
ASII -0,189** 0,184 0,262 TGKA 0.197 -1.332 -0.113
IMAS -0,016 -0,493 0,041 INTA -0.031 -0.799 0.904**
GDYR -0,148 -1,017 0,250 SDPC 0.109 1.058 0.401
AUTO 0,225 0,114 0,810** HERO -0.016 1.498 0.287
BRAM -0,143 0,313 -0,539 ACES -0.235** -0.011 -0.002
GJTL -0,122 0,212 0,183 RALS 0.096 -0.201 -0.082
ARGO 0,098 0,169 -0,595 HOME 0.288 1.505 0.337
INDS -0,443 1,238 0,654 PLIN 0.127 -0.369 0.064
TFCO 0,680* -1,706 -0,254 HEXA -0.073 -2.012** 0.545*
VOKS -0,155 -1,034 0,197
Tabel 8. Hasil Estimasi Saham Sektor Properti penelitian Setyorini dan Supriyadi (2000) bahwa kurs
Saham βi, I NFL ASI β i,KU R S β i, IC P Dollar Amerika berpengaruh negatif terhadap return
LPKR -0.053 -0.370 -0.046 saham. Penelitian yang dilakukan Ma dan Kao (1990)
ASRI -0.059 -0.730 0.592* menemukan bahwa dengan menggunakan data untuk
CTRS -0.323* -0.302 -0.002 enam negara, apresiasi (menguatnya) uang domestik
berpengaruh negatif pada pergerakan harga saham
CTRA -0.268* 0.078 0.415
domestik untuk perekonomian yang perusahaanya
DILD 0.153 -0.013 0.697 melakukan ekspor dan berpengaruh positif pada per-
PLIN 0.127 -0.369 0.064 gerakan harga saham domestik di suatu perekonomian
LPCK -0.582** 0.126 -0.044 yang melakukan impor.
ADHI 0.023 -0.805 0.005 Koefisien beta harga minyak mayoritas saham-
SSIA -0.191 0.703 0.483 saham terpilih bernilai positif, artinya bahwa mayoritas
WIKA 0.035 -0.583 -0.051 saham yang ada di BEI mempunyai pergerakan
searah dengan pergerakan faktor harga minyak Kilian
Tabel 9. Hasil Estimasi Saham Sektor Infrastruktur dan Park (2007) melakukan penelitian yang hasilnya
Saham βi, I NFL AS I βi,KUR S βi, IC P adalah apabila kenaikan harga minyak dunia disebab-
kan oleh meningkatnya permintaan minyak dunia
TLKM 0.00 6 0.369 -0.037
akibat ketidakpastian ketersediaan minyak di masa
EXCL 0.14 7 -1.378** 0 .168
depan, maka hal ini akan membawa pengaruh negatif
ISAT -0.019 0.380 0 .175 bagi pasar modal. Tetapi apabila meningkatnya harga
INDY 0.018 0.011 0.591 * minyak dunia disebabkan oleh peningkatan perekono-
SMDR -0.086 -1.457** -0.0 90 mian global, maka akan memberikan dampak positif
JSMR -0.090 -0.628 0.091 bagi pasar modal.
CMNP -0.009 0.012 0.065 Dalam periode penelitian ini yaitu 2009-2013
PGAS -0.083 0.173 0.203
menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi global
menujukkan tren positif dan pertumbuhan tertinggi
TRAM -0.326 -0.759 0.790
selama kurun waktu 15 tahun terakhir (AntaraNews
WEHA -0.243* -0.459 0.035 2013). Hal ini menunjukkan bahwa periode tertebut
harga minyak berdampak positif bagi pasar modal.
mayoritas saham yang ada di BEI mempunyai perge- Dimas Okky dan Setiawan (2012), dalam penelitian-
rakan berlawanan dengan pergerakan faktor inflasi. nya menyimpulkan korelasi antara IHSG dengan nilai
Dari hasil ini menguatkan hipotesis awal dari penelitian kurs adalah negatif, korelasi antara IHSG dengan
Sunariyah (2006) bahwa inflasi berpengaruh negatif harga minyak dunia adalah positif. Dari hasil penelitian
terhadap return saham. Peningkatan inflasi secara ini juga menguatkan hasil penelitian yang dilakukan
relatif merupakan sinyal negatif bagi pemodal di pasar (Anantayoga 2014) yang meneliti pengaruh makro-
modal. Jika peningkatan biaya produksi lebih tinggi ekonomi terhadap indeks sektoral yang menyimpulkan
dari peningkatan harga yang dapat dinikmati oleh bahwa inflasi dan kurs berpengaruh negatif terhadap
perusahaan maka profitabilitas perusahaan akan indeks sektoral, sedangkan harga minyak berpengaruh
turun. Jika profit yang diperoleh perusahaan kecil, hal positif terhadap indeks sektoral.
ini akan mengakibatkan para investor enggan mena- Hasil signifikansi menggunakan uji t beta inflasi,
namkan dananya di perusahaan tersebut sehingga kurs dan harga minyak pada penelitian ini berbeda-
harga saham menurun. beda setiap saham dan sebagian besar hasil yang
Koefisien Beta kurs mayoritas saham-saham didapatkan tidak signifikan. Saham emiten yang signi-
terpilih bernilai negatif, artinya mayoritas saham- fikan parsial terhadap inflasi menggunakan uji t adalah
saham di BEI mempunyai pergerakan berlawanan LSIP, BTEK, PTBA, SMGR, INTP, ASII, TFCO,
dengan pergerakan kurs Dollar Amerika. Dari hasil GGRM, HMSP, PANS, ACES, CTRS, CTRA, LPCK
ini menunjukkan sama dengan hipotesis awal dari dan WEHA. Kemudian Saham emiten yang signifikan
parsial terhadap kurs Dollars USA menggunakan uji desember 2013 berbeda-beda. Risk premium inflasi
t adalah LSIP, SMAR, UNSP, GZCO, DOID, ENRG, dan harga minyak sebagian besar menunjukkan hasil
GGRM, MERK, TSPC, BBCA, ADMF, HEXA, yang signifikan sedangkan risk premium nilai tukar
EXCL dan SMDR. Selanjutnya saham emiten yang sebagian besar menunjukkan hasil yang tidak
signifikan parsial terhadap harga minyak mengguna- signifikan.
kan uji t adalah GZCO, PTBA, TINS, TKIM, LMSH, Secara asumsi umum nilai risk premium bernilai
AUTO, BBCA, INTA, HEXA, ASRI dan INDY. positif, hal ini menunjukkan bahwa besarnya tingkat
Paavola (2006) dalam penelitiannya di Russian imbal hasil yang diharapkan tergantung dari besarnya
Equity Market menghasilkan beta yang tidak signifi- risiko yang dihadapi oleh investor. Dari tabel hasil
kan yaitu beta harga minyak hanya mempengaruhi diatas dapat ditunjukkan bahwa nilai risk premium ada
satu equity saja, sedangkan faktor lainnya tidak yang bernilai positif maupun negatif, perbedaan ini
signifikan dan masih menurut Paavola (2006) keku- hanya menunjukkan karakteristik investor dalam
rangan model penelitian ini adalah variabel-variabel berinvestasi. Elton, Gruber dan Mei (1994) mengemu-
makroekonomi pada penelitian ini tidak dapat menang- kakan bahwa premi risiko positif jika faktor risiko
kap efek dari situasi politik yang ada sehingga didapat- mempunyai eksposur yang tidak diinginkan oleh inves-
kan hasil yang tidak signifikan pada beberapa beta. tor dan premi risiko negatif jika faktor risiko mem-
punyai eksposur yang bersedia diterima oleh investor.
Hasil Estimasi (risk premium saham) masing- Semakin positif premi risiko pengambil keputusan
masing variabel makroekonomi (investor) akan semakin bersikap penghindar risiko
(risk averse) sedangkan Semakin negatif premi risiko,
Pengolahan data tahap kedua yaitu guna mencari
pengambil keputusan (investor) akan semakin bersi-
(risk premium) perbulan dari faktor inflasi, kurs
kap penggemar risiko (risk taker).
dan harga minyak, pengolahan data pada tahap kedua
ini adalah dengan meregresikan data cross section
Analisis Model APT ke-Dua
antara expected return saham dengan (sensitivitas
return saham) terhadap faktor inflasi, kurs dan harga Setelah dilakukan regresi tahap kedua yang
minyak yang didapat dari regresi tahap pertama. Hasil bertujuan mencari besarnya risk premium, tahap
dari regresi kedua dapat dilihat pada tabel di bawah selanjutnya adalah memodelkan kedalam model APT
ini. yang kedua. Model APT yang kedua menunjukkan
pengaruh perubahan sensitivitas retun terhadap
Tabel 2. Risk premium tahunan besarnya expected return atau tingkat imbal hasil
Tahun λ inflasi λ kurs λ icp yang diharapkan.
2009 -0,085 -0,004 0,017 Pada tahun 2009 sensitivitas return inflasi dan
2010 -0,027 -0,0003 -0,005
kurs berpengaruh negatif terhadap expected return
2011 0,021 0,003 -0,023
2012 0,009 0,002 -0,018
saham, sedangkan sensitivitas return harga minyak
2013 0,028 0,003 -0,025 berpengaruh positif terhadap expected return saham.
Setiap kenaikan sensitivitas return saham faktor inflasi
sebesar 1% maka berpengaruh terhadap penurunan
Dari hasil regresi tahap kedua yang ditampilkan expected return sebesar 8,5%. Dan setiap kenaikan
dalam Tabel 4 diatas, menunjukkan pergerakan nilai sensitivitas return saham faktor kurs sebesar 1%
risk premium dari tahun 2009 sampai 2013. Risk maka berpengaruh terhadap penurunan expected
premium ini didapat dari hasil rata-rata risk premium return sebesar 0,4%. Sedangkan setiap kenaikan
bulanan di setiap tahunnya. Risk premium inflasi dan sensitivitas return saham faktor harga minyak sebesar
kurs selama periode 2009-2013 menunjukkan tren 1% maka berpengaruh terhadap kenaikan expected
yang positif sedangkan untuk risk premium harga return sebesar 1,7%. Pada tahun 2010 sensitivitas
minyak menunjukkan tren negatif. Hasil signifikansi return inflasi, kurs dan harga minyak berpengaruh
risk premium bulanan dari januari 2009 sampai negatif terhadap expected return saham. Setiap ke-
naikan sensitivitas return saham faktor inflasi sebesar
Sepanjang periode pengamatan penelitian yang Dhankar. 2005. Arbitrage Pricing Theory and The Capi-
dimulai dari Januari 2009 sampai Desember 2013, tal Asset Pricing Model - Evidence From The Indian
beta inflasi dan beta harga minyak memiliki pengaruh Stock Market. Journal of Financial Management and
negatif dan signifikan terhadap expected return Analysis. Volume 18, Nomor 1, Halaman 14-27.
Elton, E., Gruber, M., Mei, J. 1994. Cost of capital using
mayoritas saham terpilih. Sedangkan untuk beta kurs
arbitrage pricing theory: A case study of nine New
Dollars USA memiliki pengaruh positif dan tidak York utilities. Financial Markets, Institutions and
signifikan terhadap expected return mayoritas saham Instruments. Volume 3, Nomor 1, Halaman 46–73.
terpilih. Hamdy, H.1998. Valas Untuk Manejer. Jakarta: Ghalia
Indonesia
Saran Iqbal, H. 2005. Arbitrage Pricing Theory : Evidance From
An Stock Market. Lahore Journal of Economics.
Model Aribitrage Pricing Theory (APT) tidak Halaman 10, Nomor 1, Halaman 123-140.
menyebutkan secara spesifik faktor-faktor makro- Koon, G. 2011. A Test of Arbitrage Pricing Theory: Evi-
ekonomi yang dapat mempengaruhi return saham. dence from Malaysia. Asia Pacific Journal of Eco-
Oleh karenanya, sangat terbuka untuk memasukkan nomics & Business. 5(1): 76-96.
risiko faktor makroekonomi baru selain yang dilakukan Kilian, L., Cheolbeom, P. 2007. The Impact of Oil Price
pada studi ini. Risiko tersebut memiliki karakteristik Shocks on the U.S. Stock Market . International Eco-
antara lain: Pertama, harus mempunyai pengaruh nomic Review. 50(4):1-46.
yang luas terhadap return saham-saham di pasar Lintner, J. 1965. The valuation of risk assets and the selec-
modal, dan Kedua, Faktor risiko tersebut paling tion of risky investments in stock portfolios and capi-
tal budgets. Review of Economics and Statistics. Vol-
banyak dibicarakan oleh pelaku pasar modal.
ume 47, Halaman 13–37.
Periode pengamatan terhadap kinerja saham Madura, J. 2000. International Financial Management.
yakni Tahun 2009 sampai dengan 2013, menunjukkan USA: South-Western College Publishing.
kondisi pasar Bullish. Oleh karenanya penting Ma, C.K., and Kao, G.W. 1990. On Exchange Rate Changes
melakukan pengujian pada kondisi pasar Bearish and Stock Price Reaction. Journal of Business Fi-
(terutama pada saat terjadi krisis ekonomi). Perlu nance and Accounting. Volume 2, Halaman 441-49.
dilakukan pengamatan dengan rentang waktu yang Mossin, J. 1966. Equilibrium in a Capital Asset Market.
lebih panjang untuk memberikan hasil yang lebih Econometrica. 34:768-783.
signifikan dalam melakukan estimasi return dan risk Megawati, R. 2009. Estimasi Risk premium faktor kurs,
premium. harga minyak dan JUB menggunakan Arbitrage Pric-
ing Theory. [tesis]. Depok (ID): Program Pasca Sarjana
Magister Manajemen, Universitas Indonesia.
DAFTAR RUJUKAN Nachrowi, D., Usman, H. 2006. Pendekatan Praktis dan
Ataullah, A. 2001. Macroeconomic Variables as Common Populer: Ekonometrika Untuk Analisis dan
Pervasive Risk Factors and Empirical Content of Ekonomi. Jakarta: FEUI.
the Arbitrage Pricing Theory in Pakistan. The Natalia, D. 2012. Kajian Empiris CAPM: Harga Saham, Beta,
Lahore Journal of Economics. Volume 6, Nomor 1, dan Return di Bursa Efek Indonesia [tesis]. Bogor
Halaman 1-20. (ID): Institut Pertanian Bogor.
Anantayoga, I.G.W. 2013. Penggunaan Arbitrage Pricing Okky, D., dan Setiawan. 2012. Pemodelan Indek Harga
Theory Dalam Mengukur Return Kelompok Saham Saham Gabungan (IHSG), Kurs dan Harga Minyak
Sektoral. Tesis pada Institut Pertanian Bogor:tidak Dunia dengan Pendekatan Vector Autoregresive.
diterbitkan. Jurnal Sains dan Seni ITS Vol 1, No 1. Institut
Boediono. 2001. Ekonomi Makro (empat ed). Yogyakarta: Teknologi Sepuluh Nopember.
BPFE. Paavola, M. 2006. Test of The Arbitrage Pricing Theory
Bodie, Z., Kane, A., and Marcus, A.J. 2005. Active Invest- Using Macroeconomic Variabels in The Russian Eq-
ment Management. Essentials of Investments, Uni- uity Market. Bachelor’s thesis. Lappeenranta Univer-
versity of California. sity of Technology.
Chen, N., Roll., R, Ross., S. 1986. Economic Forces and Ross, S.A. 1976. The Arbitrage Theory of Capital Asset
the Stock Market. journal of business. Volume 59, Pricing. Journal of Economic Theory. Volume 13,
Nomor 3, Halaman 383-404. Halaman 341-360.
Setyorini dan Supriyadi. 2000. Hubungan Dinamis Antara Sektor Keuangan Akibat KenaikanHarga Bahan
Nilai Tukar Rupiah dan Harga Saham di Bursa Efek Bakar Minyak (BBM) di Bursa Efek Jakarta. Tesis
Jakarta Pasca Penerapan Sistem devisa Bebas pada Universitas Lampung:tidak diterbitkan.
Mengambang. Simposium Akuntansi Nasional Ke- Subrahmanyam, A. 2010. The Cross-Section of Expected
III. Halaman 771-793. Stock Returns: What Have We Learnt from the Past
Sharpe, W.F. 1964. Capital Asset Prices: A Theory of Mar- Twenty-Five Years of Research? European Finan-
ket Equilibrium Under Conditions of Risk. Journal cial Management. 16(1):27–42.
of Finance. Volume 19, Halaman 425-442. Sunariyah. 2006. Pengetahuan Pasar Modal. edisi 5.
Shanken, J. 1985. Multi-beta CAPM or equilibrium APT?: Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
a reply. Journal of Finance. Volume 40, Halaman Wongbangpo, P., dan Subhash, C.S. 2002. Stock Market
1189–1196. and Macroeconomic Fundamental Dynamic Inter-
Sihaloho, T.E.P. 2006. Analisis Nilai Indeks Harga Saham action. Journal of Asian Economics.Volume 13
Gabungan (IHSG), Indeks LQ 45 dan Indeks Saham Halaman 27 51.
Abstrak
Pengambilan keputusan investasi adalah suatu proses yang kompleks dan vital dalam berinvestasi. Keputusan investasi
dipengaruhi oleh banyak faktor yang melandasinya. Informasi akuntansi sebagai salah satunya, secara teori juga memiliki
relevansi nilai yang bermanfaat bagi investor dalam keputusan investasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan
menganalisis realitas atau praktik penggunaan informasi akuntansi oleh investor saham individual di Bursa Efek Indonesia
(BEI). Penelitian ini menggunakan pendekatan studi hermeneutika-kritis. Hermeneutika digunakan untuk menginterpretasi
teks yang disampaikan investor saham individual dalam wawancara. Ada 8 informan yang diwawancara dalam penelitian ini
dengan berbagai latar belakang, yaitu broker, wirausahawan, dan mahasiswa. Hasil studi ini menunjukan bahwa informasi
akuntansi sebagai nilai yang bermanfaat bagi investor ternyata tidak sepenuhnya dimanfaatkan oleh investor saham
individual, khususnya investor yang menggunakan analisis teknikal dan analisis non fundamental lainnya dalam analisis
saham mereka. Ketidakcanggihan investor dalam menganalisis informasi akuntansi (naive investor), turut mempengaruhi
investor sehingga tidak menganalisis informasi akuntansi. Ketika informasi akuntansi tidak berpengaruh terhadap
pengambilan keputusan investasi investor, no-effect hypothesis berlaku. Sedangkan sophisticated investor yang memiliki
kecanggihan dalam menganalisis informasi akuntansi, mempertimbangkan informasi akuntansi dalam pengambilan keputusan
investasi mereka. Ketika informasi akuntansi berpengaruh terhadap keputusan investasi investor, mechanistic hypothesis
berlaku.
Kata kunci: analsis saham, informasi akuntansi, investor saham individual, keputusan investasi.
Abstract
Investment decision making is a complex and vital process in investment. Investment decision was influenced by many
factors. Accounting information as one of them, also has theoritically value relevance for investor in investment decision.
This study aimed to know and analize the reality or practice of accounting information usage by individual stock investors
in Indonesia Stock Exchange (BEI). This study used critic-hermeneutic study approach. Hermeneutic was used for
interpretation of text which told by individual stock investors in the interview. There were 8 informant were interviewed in
this study, who had different backgrounds i.e brokers, entrepreneurs, and college students. This result showed that
accounting information as usefull value for investors, actually didn’t entirely used by individual stock investors, especially
for investors who used technical analysis and another non-fundamental analysis in their stock analysis. Investor’s
sophistication in acoounting information analysis (naive investor) also influenced the investor, so they didn’t analize
accounting information. When accounting information didn’t influence to the investment decision of investor, no-effect
hypothesis was applied. Whereas sophisticated investor who had sophistication in accounting information analysis,
considered accounting information in their investment decision. When accounting information influenced to the investment
decision of investor, mechanistic hypothesis was applied.
Keyword: accounting information, individual stock investor, investment decision, stock analysis.
Oleh karena itu, keputusan investasi yang diambil oleh kerugian. Kemudian, bagaimana dengan praktiknya? Apakah
investor Indonesia harus benar-benar dengan pertimbangan investor sudah benar-benar memanfaatkan dan menggunakan
yang matang, akurat, dan bukan sekedar main-main. informasi akuntansi dalam pengambilan keputusan
Kemudian bagaimana proses pengambilan keputusan investasinya?
investasi yang dilakukan oleh investor Indonesia? Apakah
Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa investor
investor domestik sudah paham mengenai proses
institusional Indonesia menggunkan informasi akuntansi
pengambilan keputusan investasi yang benar sesuai dengan
dalam pengambilan keputusan investasi (Cecilia Natapura,
teori manajemen investasi dan pasar modal? Apa saja yang
2009) dan investor asing yang berinvestasi di BEI juga
menjadi landasan investor dalam mengambil keputusan
menggunakan informasi akuntansi dalam keputusan
investasi?
investasinya (Rudi Chandra, 2010). Lantas bagaimana
Fenomena investasi yang ada di Indonesia dalam artikel dengan investor saham individualnya?
Okezone.com Rabu, 5 Agustus 2009 memberitakan bahwa
Berdasarkan pemikiran tersebut, penelitian ini dibuat untuk
menurut Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Ito
mengetahui realitas penggunaan informasi akuntansi dalam
Warsito dalam, tingkah laku investor serta sekuritas
pengambilan keputusan investor saham individual. Studi ini
domestik tersebut seperti gerombolan kawanan hewan liar.
menggunakan teknik wawancara kepada para investor dan
"Mentalnya seperti mentality kawanan hewan. Kalau ada
memaknai pendapat-pendapat yang disampaikan para
yang satu ke sana yang lain ikut, tidak tahunya di sana ada
informan tersebut mengenai pengambilan keputusan
buaya," katanya dalam acara Diskusi Penel bertajuk The
investasi. Setiap pemaknaan ”teks” selalu memerlukan upaya
New World Order after The Crisis di FE UI, Depok, Rabu
penafsiran yang bertujuan untuk memperoleh pemahaman
(5/8/2009). Benarkah demikian? Apakah investor domestik
atas ”teks” yang bersangkutan. Upaya penafsiran teks untuk
cenderung mengabaikan teknik pengambilan keputusan
memperoleh pemahaman ini disebut sebagau hermeneutika
investasi?
atau hermeneutic (Schmidt, 2007). Penelitian ini
Informasi akuntansi sebagai salah satu basis informasi dalam menggunakan jenis hermeneutika-kritis. Penelitian ini
pengambilan keputusan investasi, merupakan kandungan bertujuan untuk mengkritisi perilaku investor dan kemudian
internal yang dapat diperoleh dari laporan keuangan diberikan sebuah saran tentang perilaku investor yang baik
perusahaan melalui teknik analisis fundamental. Analisis dalam pengambilan keputusan investasi.
fundamental atau analisis laporan keuangan (finacial
statements analysis) bertujuan untuk menyediakan data yang Metode Penelitian
berhubungan dengan perusahaan yang diperlukan dalam
proses pengambilan keputusan investasi. Keputusan Jenis Penelitian
investasi yang dimaksud adalah keputusan untuk membeli, Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif, dengan
menjual, atau pun mempertahankan kepemilikan saham. menggunakan pendekatan hermeneutika. Penelitian ini
Konsep yang mendasari ialah bahwa nilai saham untuk suatu menginterpretasi apa yang dipahami oleh para informan
perusahaan dipengaruhi oleh prestasi keuangan perusahaan tentang pengambilan keputusan investasi saham? Bagaimana
yang bersangkutan (Wignjiharto, 1995; Puspitaningtyas, realitas penggunaan informasi akuntansi dalam pengambilan
2006, 2011; Weston dan Copeland, 2010, dalam keputusan investasi mereka? Jawaban atas pertanyaan-
Puspitaningtyas 2011). pertanyaan tersebut adalah persoalan yang terkait dengan
Secara teori. konsep decision usefulness of accounting pemaknaan ”teks”. Setiap pemaknaan ”teks” selalu
information menekankan pada “how financial statements memerlukan upaya penafsiran yang bertujuan untuk
can be more useful?”. Konsekuensi dari konsep ini adalah memperoleh pemahaman atas ”teks” yang bersangkutan.
bahwa informasi akuntansi yang terkandung dalam laporan Upaya penafsiran teks untuk memperoleh pemahaman ini
keuangan harus memberikan nilai manfaat (useful) kepada sebagai hermeneutika (hermeneutics).
para penggunanya (users) dalam hal pengambilan keputusan. Jenis dan Sumber Data
Konsep relevansi nilai informasi akuntansi menjelaskan
tentang bagaimana investor bereaksi terhadap pengumuman Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu data
informasi akuntansi. Reaksi ini akan membuktikan bahwa subjek yang meliputi opini, sikap, pengalaman, atau
kandungan informasi akuntansi merupakan isu yang sangat karakteristik dari para informan yang terdiri dari para
penting dan menjadi pertimbangan penting dalam proses praktisi terkait. Berdasarkan sumber datanya, penelitian ini
pengambilan keputusan investasi, sehingga dapat dikatakan menggunakan data primer, merupakan sumber data
bahwa informasi akuntansi bermanfaat (useful) bagi investor penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli
(Scott, 2009). (tidak melalui media perantara). Dalam penelitian ini data
primer diperoleh dari penelusuran langsung dan melalui
Puspitaningtyas (2010) meneliti hal yang sama dengan teori wawancara dengan para investor saham individual.
tersebut dan menyatakan bahwa informasi akuntansi yang
terkandung dalam laporan keuangan memiliki relevansi nilai
dan bermanfaat bagi investor dalam hal pengambilan
keputusan investasi. Investor dapat menjadikannya sebagai
acuan dalam berinvestasi agar kegiatan investasinya dapat
menghasilkan keuntungan, bukan malah mendapatkan
Analisis filosofis berusaha untuk memahami lagi secara - “Tujuan utama saya adalah mencari keuntungan dari
lebih cermat dan mendalam. Tujuannya untuk mengetahui capital gain” (Lisa Amaliah Ruham),
filosofi para informan dalam berargumen. Pada bagian ini,
- “... kemudian untuk memperoleh gain dalam jangka waktu
peneliti berusaha memahami dan mempelajari karakter
lama” (Endrik Wahyudi),
individu, kesadaran, dan motivasi informan dalam
berinvestasi. Analisis filosofis ini juga bermanfaat apabila - “Tujuannya ya mesti ingin dapat untung dari capital gain.
terjadi perbedaan opini oleh para informan dengan Karena aku cenderung jangka pendek, jadi lebih pada
mempelajari filosofi opini mereka sehingga dapat ditemukan capital gain” (Cristian Efendi),
konklusi diantara perbedaan tersebut.
- “Tujuan saya berinvestasi sama seperti yang lain pada
umumnya, tujuan yang pasti kekayaan untuk sendiri itu yang
pasti” (Sendra Tirta),
3. Penyajian Data
- “Tujuan sich mengembangkan aset/nilai kekayaan dari
Setelah data teks tersebut dianalisis secara kritis dan
capital gain” (Bayu Wibisono).
filosofis. Hasil kedua analisis tersebut akan dipadukan
sehingga terbentuk sebuah konklusi. Diharapkan konklusi Mereka sepakat bahwa tujuan untuk melakukan kegiatan
tersebut akan memunculkan sebuah gagasan baru atau investasi saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) adalah
bahkan rekomendasi baru dalam dunia investasi dan pasar peluang untuk mendapatkan capital gain. Hal ini sesuai
modal, yang mana akan disampaikan dan dikemas dalam dengan tujuan investasi yang dikemukakan oleh Tandelilin
nilai-nilai retorik. Hal tersebut memiliki tujuan persuasif (2001:4), bahwa tujuan orang melakukan investasi adalah
terhadap para pembaca (khususnya para investor) yaitu untuk ‘menghasilkan sejumlah uang’, atau lebih luas
untuk mempengaruhi mereka agar membuat keputusan dinyatakan bahwa untuk meningkatkan kesejateraan
investasi yang benar-benar matang dan sehat melalui investor. Kata kesejateraan dalam hal ini lebih berkaitan
penyampaian hasil penelitian (rekomendasi) yang dikemas dengan kesejahteraan moneter, yang bisa diukur dengan
dengan gaya khas retorika. Penyampaian secara retorik, penjumlahan pendapatan saat ini ditambah nilai saat ini
dalam arti banyak menggunakan metafora dan analogi- pendapatan masa datang.
analogi yang diharapkan akan mudah dipahami.
Sebagai makhluk ekonomi, hakikatnya manusia itu ingin
Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data selalu mendapatkan tambahan kesejahteraan dalam
hidupnya, tidak terkecuali pada setiap jenis
Teknik pemeriksaan keabsahan data yang digunakan dalam
profesi/pekerjaan mereka. Pada penelitian ini baik informan
penelitian ini adalah teknik triangulasi dengan toeri. Dalam
dari kalangan broker, wirausahawan, maupun mahasiswa,
penelitian ini, triangulasi dengan sumber yang diterapkan
mereka cenderung sama dalam alasan berinvestasi di BEI.
adalah dengan membandingkan dan mengecek balik derajat
Memperoleh capital gain adalah tujuan utama mereka. Hal
kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu
ini wajar jika para investor menyatakan bahwa tujuan utama
yang berbeda. Peneliti melakukan dua kali wawancara
mereka dalam berinvestasi adalah mencari untung melalui
dimana wawancara kedua dimaksudkan untuk memeriksa
capital gain. Mereka adalah investor saham, sedangkan
keabsahan data wawancara yang pertama. Jika hasil hasil
dalam saham ada dua jenis return yang ditawarkan yaitu
wawancara kesatu dan kedua adalah sama/cenderung sama,
capital gain dan dividen. Ketika ditanya mengenai tujuan
maka data dinyatakan sah. Selain itu, triangualasi ini juga
investasi mereka, seluruh informan menyatakan bahwa
dilakukan dengan cara membandingkan dengan teori.
mereka termotivasi untuk mengembangkan modal dan
Triangulasi ini dilakukan berdasarkan anggapan bahwa fakta
kekayaan mereka dari return investasi yang mereka dapatkan
tidak dapat diperiksa derajat kepercayaannya dengan satu
dari capital gain.
atau lebih teori.
Jika ditelaah lebih dalam, ternyata diketahui bahwa
tambahan pendapatan yang diperoleh mereka dari capital
Hasil Penelitian Dan Pembahasan gain lebih diproyeksikan untuk masa depan. Seperti yang
dibahas Tandelilin (2001:5), bahwa tujuan lain investor yang
A. Tujuan Investasi berkaitan dengan masa depan mereka adalah untuk
Seluruh investor yang menjadi informan dalam penelitian ini mendapatkan kehidupan yang lebih layak di masa datang.
sependapat bahwa yang utama dalam sebuah tujuan investasi Mereka menginginkan tambahan kekayaan dari kegiatan
saham adalah memperoleh keuntungan/profit dari capital investasi saham yang mereka lakukan. Keputusan
gain. Berikut adalah pernyataan-pernyataan mereka: berinvestasi mereka tergolong keputusan yang bijaksana,
karena dalam kebijakan mereka dalam memperlakukan uang
- “Pertama untuk mengembangkan modal saya, saya yang mereka memiliki sekarang. Mereka tidak
mencari keuntungan/profit di pasar modal” (Ilham menghabiskan semua uang mereka untuk kebutuhan mereka,
Wahyudi), melainkan juga ada saving untuk masa depan mereka
- “Menanamkan modal dalam rangka memperoleh return melalui kegiatan investasi, yang diharapkan mampu
dari capital gain” (Suharto), menambah kekayaan mereka di masa mendatang.
- “Cari untung dari capital gain” (Mr. X), Selain berorientasi pada masa mendatang, selanjutnya
pernyataan mereka juga menyuratkan bahwa tujuan mereka
berinvestasi untuk mengurangi tekanan inflasi. Orang pasti tahu, mereka rela menyisihkan uang jajan mereka sedikit
akan takut jika kekayaan yang mereka miliki akan berkurang demi sedikit hanya untuk menjadi seorang investor dan
nilainya di masa mendatang. Melalui kegiatan investasi memiliki pengalaman baru dengan status barunya sebagai
mereka, mereka berusaha melakukan saving terhadap investor yang tidak dimiliki mahasiswa lainnya.
kekayaan mereka, mereka alokasikan dana atau kekayaan
Dua informan lain selanjutnya memaparkan tambahan tujuan
mereka terhadap investasi saham. Manfaatnya adalah selain
lain dalam berinvestasi saham di BEI:
investor dapat melakukan saving, mereka juga berpotensi
mendapatkan tambahan kekayaan dan juga terhindar dari “Semenatara tujuan lain sich lebih kepada alternatif investasi
penurunan nilai kekayaan akibat adanya inflasi. selain di tabungan. Saya memilih saham, karena lebih aman.
Aman dalam artian kan sekarang banyak aturan itu yang
Selanjutnya, ada hal yang perlu diketahui lebih lanjut, bahwa
lebih mengamankan nasabah dibandingkan dengan dulu.
ternyata tujuan investor berinvestasi saham tidak hanya
Jadi saya lihat ini amat paling liquid. Karna tiga hari uang
fokus pada tujuan secara ekonomi. Selain mendapatkan
kita sudah cair” (Lisa Amaliah Ruham).
tambahan kekayaan aset dari capital gain, ternyata para
investor juga mendapat ilmu dari kegiatan investasi saham Dari kutipan percakapan tersebut dapat dijabarkan bahwa
mereka. Tidak bisa dipungkiri, bahwa pasar modal bukanlah dengan berinvestasi saham di BEI dapat menambah
suatu hal yang umum di masyarakat, bahkan bagi mereka diversifikasi aset yang dimiliki investor agar lebih produktif
yang kesehariannya tidak berkaitan sama sekali dengan khususnya di sektor non riil. Informan tersebut berupaya
saham. untuk berpikir logis bahwa asetnya tidak bisa hanya
dibiarkan diam tanpa digerakan. Endrik Wahyudi juga
Memang keberadaan pasar modal saat ini masih belum
menyatakan hal yang sama “Pertama untuk mengembangkan
meluas ke masyarakat. Pasar modal hanya didominasi oleh
modal saya, saya mencari keuntungan/profit di pasar
orang-orang borjuis. Sementara bagi masyarakat awam
modal”. Dia juga berupaya menjadikan kegiatan
bahkan masyarakat ekonomi menengah ke bawah masih
investasinya sebagai lahan untuk untuk menambah asetnya.
belum ikut andil dalam meramaikan pasar modal Indonesia.
Dalam hal ini, ia ingin menambah diversifikasi asetnya di
Hal demikian yang memicu para investor yang menjadi
sektor nonriil. Memang cukup berisiko bila kita hanya
informan dalam penelitian ini berpendapat bahwa dengan
memiliki hanya satu jenis aset atau satu jenis instrumen
berinvestasi di BEI, selain mendapatkan tambahan uang juga
investasi.
mendapatkan tambahan ilmu khususnya tentang ilmu pasar
modal. “Sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui”, Ibarat membawa satu lusin telur dalam satu keranjang,
seperti itu yang bisa menggambarkan apa yang didapatkan semua telur itu akan pecah semua jika keranjang itu jatuh.
investor dalam trading di BEI. Cukup berisiko bukan? Maka dari itu, pernyataan Endrik
Wahyudi menggambarkan pemikiran yang tepat, ia berusaha
“Yang kedua kita juga untuk memperoleh ilmu dari produk
mengantisipasi kejatuhan satu aset agar tidak mempengaruhi
lain di pasar modal seperti obligasi, reksadana, dll.
aset lainnya yang dia memiliki. Pemilihan saham juga
Kemudian setelah dipelajari untuk mencapai return yang
termasuk tepat, karena menurut Lisa Amaliah Ruham dan
cepat dan prosentase juga tinggi akhirnya saya memilih
Ilham Wahyudi dianggap paling liquid dan lebih aman,
saham, jadi saham lebih liquid” (Ilham Wahyudi). Rupanya,
terlebih dengan banyak aturan-aturan yang semakin
Ilham Wahyudi meskipun sudah menjalankan transaksi di
mengamankan para investor. Maka dari itu, investasi saham
pasar modal cukup lama sejak tahun 2008, dia masih tetap
adalah salah satu pilihan yang potensial dan paling diminati
berkeinginan mengembangkan pengetahuannya di dunia
para investor dalam rangka mendatangkan return dari capital
pasar modal, tujuannya agar dapat lebih memperkuat strategi
gain.
investasinya. Hal ini mencerminkan karakternya yang ingin
selalu ingin berkembang khususnya dalam pengetahuannya
tentang investasi saham. Selain hal tersebut, keinginannya
B. Landasan Investor Pada Permulaan Investasi
utnuk menambah pengetahuannya di dunia pasar modal juga
berkaitan dengan pekerjaannya sebagai broker yang Berdasarkan hasil analisis wawancara, ada sembilan
memediasi antara investor dan BEI. Broker dalam tugasnya landasan investor yang mereka gunakan sebagai acuan pada
juga berperan dalam mengarahkan dan merekomendasi awal permulaan mereka mengenal investasi diantaranya
investor atau nasabahnya dalam mengambil keputusan adalah analisis teknikal, analisis fundamental, follower
investasi. teman, folllower asing, follower tren pasar, realitas produk
emiten di pasar riil, rekomendasi, isu global, dan memilih
Selain Ilham Wahyudi, ada pula dua informan dalam saham blue chip.
penelitian ini yang termotivasi untuk menambah
pengetahuannya di pasar modal: “Kemudian motivasi Sebuah pengambilan keputusan investasi, khususnya terkait
lainnya adalah ingin memperdalam ilmu pasar modal keputusan investasi menjadi sebuah hal yang signifikan dan
(Cristian Efendi), “Salah satunya juga ingin mengerti seluk penting bagi investor saham. Seharusnya berdasarkan teori
beluk pasar modal” (Sendra Tirta). investasi, mereka harus melakukan analisis saham yang
sesuai. Pada penelitian ini, tercatat ada 4 investor yang
Dari pendapat mereka dapat dianalisis secara filosofis bahwa cenderung sebagai follower pada permulaan investasi
tujuan untuk mendapatkan pengetahuan tentang pasar modal mereka, ada yang mengikuti teman, investor asing, bahkan
didasarkan pada keluguannya terhadap pasar modal. Sebagai tren.
mahasiswa, mereka ibarat anak-anak kecil yang selalu ingin
Lisa Amaliah Ruham menyatakan, “awalnya dulu saya lebih sinyal positif dan negatif dari apa yang disampaikan teman,
pada ikut tren. Jadi gini ketika saya memutuskan untuk di investor asing, dan tren pasar.
saham dan awal sebagai follower dan juga mengikuti tren,
Asumsinya teman sebagai penerima langsung sinyal yang
pada perkembangannya kan keputusan saya berubah, jadi
disampaikan perusahaan, sedangkan investor yang mengikuti
lebih melihat fundamental, saya lebih melihat ke feeling dan
teman adalah peneriman sinyal yang disampaikan teman.
eksternal faktor dari indikasi regional dan dalam negeri.”
Jadi masih ada keterkaitan dengan signalling theory.
Lisa Amaliah Ruham sebelum dia menjadi broker, dia sudah Sedangkan investor yang mengikuti pergerakan asing,
mengenal investasi saham lebih awal. Ternyata mereka juga sebagai penerima sinyal yang tidak langsung.
keawamannya dalam investasi saham menjadikannya sebagai Asumsinya seperti dalam penelitian Rudy Chandra (2010)
follower tren. Namun kemudian dia menambahkan dan dinyatakan bahwa investor asing yang berinvestasi di BEI
menyuratkan bahwa follower ini sebagai investor yang tidak cenderung mempertimbangkan devident yield, beta, dan
sehat, pengalamannya perlahan mengubah stigmanya book to market dalam mengambil keputusan investasi.
terhadap pengambilan keputusan investasi saham. Ketiganya adalah bagian dari informasi akuntansi, investor
Selanjutnya, Suharto menyatakan, “Dulu saya awalnya ikut asing sebagai analis teknikal dan fundamental. Investor asing
temen, waktu pertama kali IPO telkom. Saya beli sahamnya adalah peneriman sinyal yang disampaikan perusahaan.
telkom, tapi saya nggak tahu bagaimana cara jualnya. Kemudian para pengikut asing sebagai penerima sinyal yang
Sampai saya tinggalkan bertahun-tahun, kemudian saya tahu disampaikan investor asing. Maka sinyal yang disampaikan
cara transaksinya, sampai sekarang saya aktif investasi”. perusahaan mempengaruhi secara tidak langsung terhadap
Sama halnya dengan Suharto, Mr. X juga menyatakan hal keputusan investasi yang diambil oleh follower asing.
yang sama, “Saya biasanya mengikuti asing, dari pergerakan
Selanjutnya, trend follower juga ternyata juga sebagai
harganya. Kalau asing jual, ya saya ikut jual”. Keduanya
penerima sinyal tidak langsung dari sinyal yang disampaikan
hampir sama, mereka juga sebagai follower investor juga,
perusahaan kepada investor. Trend follower adalah mereka
namun Suharto sebagai follower teman dan Mr. X sebagai
yang berusaha membaca tren kenaikan atau penurunan dari
follower asing. Analisis filosofisnya menyatakan bahwa
sebuah emiten. Asumsinya ada satu emiten mengumumkan
karena investasi dianggap sebagai mata pencaharian utama
ekspansi perusahaan, pasar merespon positif dengan
mereka, mereka terkesan menganggap keputusan investasi
kenaikan harga yang kontinyu, kemudian trend follower
sebagai sebuah hal yang tidak vital.
akan mengikuti pasar untuk juga membeli saham emiten
Seperti halnya dedaunan yang terenggut dari tangkainya, tersebut. Maka trend follower juga sebagai penerima sinyal
daun itu bergelayutan membiarkan angin membawanya ke tidak langsung dari apa yang disampaikan perusahaan, atau
dasar, mereka hanya sebagai follower terhadap apa yang dengan kata lain mereka menerima sinyal yang disampaikan
mereka jadikan acuan, tanpa mengetahui kejelasan tingkat perusahaan melalui media perantara teman, investor asing,
return dan risiko yang akan mereka terima. Sebaliknya dan tren pasar.
keputusan mereka tergolong berisiko tinggi yang berpotensi
Berdasarkan penalaran tersebut, follower investor memang
membawa mereka pada kerugian investasi. Hal tersebut
berpeluang memperoleh return dan meminimalisir risiko
senada dengan ungkapan Dirut BEI Ito Warsiti, "Mentalnya
karena acuan mereka memiliki informasi yang jelas. Namun
seperti mentality kawanan hewan. Kalau ada yang satu ke
bagaimana apabila informasinya menyesatkan dan tidak
sana yang lain ikut, tidak tahunya di sana ada buaya".
dapat dipertanggungjawabkan. Boleh saja
Tiga investor diatas telah menyatakan diri sebagai follower mendengarkannya, tapi hanya karena mereka awam dalam
investor pada permulaan investasi mereka, begitu juga berinvestasi, bukan berarti boleh mengambil keputusan yang
dengan Cristian Efendi yang melanjutkan bahwa dalam seenaknya. Kritik pada follower investor, seharusnya
permulaan investasinya, “Yang pertama mungkin lebih ke keputusan investor asing, teman, dan arah pergerakan tren
isu-isu pasar. Dimana suatu pasar itu merespon gimana, kita pasar tidak mereka jadikan sebagai acuan utama. Mereka
sebagai investor ikut. Karena investor Indonesia lebih ikut- seharusnya menggali lagi informasi yang lebih dapat
ikutan”. Pernyataannya lebih diplomatis, sebagai mahasiswa dipertanggungjawabkan berdasarkan teori yang ada.
ia berusaha mengaplikasikan ilmu pasar modal yang ia Hakikatnya teori yang ada adalah untuk membawa investor
dapatkan di bangku kuliahnya. Ia mengacu pada efficiency pada posisi yang aman dalam berinvestasi.
market theory, ia menganggap harga saham merespon setiap
Beralih terhadap landasan-landasan investor yang lain,
isu yang ada di pasar. Maka dia mengikuti pergerakan yang
selanjutnya diketahui bahwa ternyata ada investor yang
ada di pasar atau disebut trend follower.
kreatif. Mereka memang awam terhadap segala dalam pasar
Terkait dengan teori, follower investor juga memiliki modal, namun mereka memiliki pola pokir yang kreatif.
keterkaitan dengan signalling theory. Dalam signalling Berikut beberapa cuplikan dengan mereka:
theory, Godfrey et al. (2010:374) menyebutkan bahwa
- “Awalnya coba-coba. Jadi kalau pemilihan sahamnya jadi
berdasarkan signalling theory, if managers expexted a high
melihat pada realitasnya, wujud produk perusahaan yang go
level of future growth by the firm, they would try to signal
public di kehidupan riil” (Endrik Wahyudi).
that to investors via the acoounts. Keterkaitannya dengan
follower investor adalah dari sinyal yang diberikan oleh - “Kemudian juga mengikuti rekomendasi dari para broker,
perusahaan. Follower investor adalah penerima sinyal yang perusahaan sekuritas, dan riset” (Cristian Efendi).
tidak langsung dari perusahaan. Mereka hanya mengetahui
- “Kemudian isu-isu global yang beredar terkait dengan seseorang yang dapat memberikan informasi yang jelas dan
sektor dari emitennya” (Sendra Tirta). dapat dipertanggunjawabkan. Selain itu, investor ini juga
memiliki keterkaitan dengan teori sinyal, dimana dia sebagai
- “Kalau itu berkembang sesuai pengetahuan kita. Kalau
peneriman sinyal tidak langsung perusahaan, dimana dia
awal pasti yang diincer yang blue chip. Tapi setelah itu kan
menerima sinyal tersebut melalui media perantara broker,
berkembang, kalau sekarang sudah nggak gitu lagi. Blue
perusahaan sekuritas, dan riset yang ada. Sehingga
chip sudah nggak saya sentuh. Cari yang lain lagi!” (Bayu
rekomendasi-rekomendasi dari sumber-sumber tersebut yang
Wibisono).
ia jadikan sebagai acuan.
Dapat dilihat dari keempat pernyataan tersebut, meskipun
Beralih lagi, Cristian Efendi menambahkan isu global dalam
mereka awam terhadap investasi saham. Tapi motivasi
landasan keputusan investasinya. Dia menilai bahwa kondisi
mereka cukup kuat untuk mendapat return investasi
global akan mempengaruhi kinerja perdagangan saham.
sehingga mendorong mereka untuk berpikir kreatif. Mereka
Sehingga isu global dijadikannya sebagai acuan.
berusaha membuat cara analisis sendiri agar mereka yakin
Selanjutnya, Sendra Tirta ternyata telah menerapkan analisis
dengan saham yang akan mereka beli. Seperti Endrik
fundamental pada awal kegiatan investasinya. Pada
Wahyudi, pola pikirnya mengacu pada logika. Dia melihat
percakapannya dia menyatakan bahwa “Awal pasti
pada pasar riil, dia berusaha menilai emiten berdasarkan
berdasarkan laporan keuangan, pasti” (Sendra Tirta).
produk-produk yang beredar di pasaran. Seperti contoh
Berbeda lagi dengan Ilham Wahyudi, ia menyatakan bahwa
produk-produk Indofood, dia termotivasi untuk memiliki
“sebenarnya itu sudah ada patokannya, jadi kita harus
saham Indofood karena produk-produknya yang beredar
mempelajari dulu untuk sistem pengambilan keputusannya,
secara luas di pasaran. Pernyataannya menyuratkan bahwa
apa secara fundamental, apa secara teknikal. Terutama yang
dia memiliki pola pikir yang cerdas, dia mengasumsikan
saya jadikan pertimbangan itu teknikal, jadi secara teknikal
sendiri bahwa perusahaan yang produknya beredar luas di
kita bisa mempelajari harga tahun-tahun kemarin, harga
pasar menunjukan kinerja perusahaan yang baik. Sehingga
tertinggi berapa, terus terendah berapa. Sebagai investor kan
dia tertarik untuk memiliki saham yang dipublikasikan oleh
kita ingin beli pada harga yang paling rendah untuk
Indofood.
mendapatkan keuntungan yang maksimal. Ya secara teknikal
Sama halnya dengan Endrik Wahyudi, Bayu Wibisono juga kita bisa mengetahui.”
menggunakan logikanya dengan baik. Dia menjadikan daftar
Dua investor tersebut memang sudah sesuai dengan teori
saham yang tergolong blue chip untuk dibeli pada permulaan
investasi sebelum mengambil keputusan investasi, khususnya
investasinya. Menurutnya, saham blue chip adalah saham
pada saat awal pengambilan keputusan investasi mereka.
yang memiliki kinerja yang bagus. Saham blue chip identik
Berdasarkan uraian pendapat mereka, dapat diterjemahkan
dengan kinerja keuangan perusahaan yang sangat baik dan
bahwa sebagai calon investor, mereka berupaya membekali
memiliki prospek positif dalam kinerja harga sahamnya,
mereka dengan pertimbangan-pertimbangan yang matang.
sehingga dia berani memutuskan untuk memiliki saham-
Mereka menggunakan analisis-analisis yang memang sudah
saham blue chip. Ini sesuai dengan teori pasar modal
disarankan dalam teori pengambilan keputusan investasi.
(Capital Market Theory), dimana dalam Gumanti (2007)
Ilham Wahyudi menggunakan analisis teknikal, sedangkan
dijelaskan bahwa investor dalam mengambil keputusan
Sendra Tirta lebih cenderung menggunakan fundamental.
investasi mempertimbangkan risk and return (risk return
Dapat direfleksikan bahwa keduanya cenderung sebagai
trade off). Jika dianalisis secara filosofis, investor ini
pengambil keputusan yang bijaksana. Meskipun mereka
berupaya menghindari investasi yang tinggi risiko, karena
mengincar untung yang banyak, tapi mereka tidak gegabah
dia mengambil saham-saham blue chip yang sudah diakui
dan instant. Mereka berupaya mencari saham-saham yang
kinerja keuangannya. Sementara dia juga berekspektasi akan
memang berprofitabilitas tinggi dan mendatangkan return
mendapatkan return yang tinggi dari saham-saham blue chip
bagi mereka. Mereka berupaya mengumpulkan keyakinan
tersebut jika melihat dari harga-harga sahamnya yang berada
dalam hati mereka mengenai keberadaan saham yang akan
pada level lebih tinggi dari saham-saham biasa lainnya.
mereka beli. Analisis teknikal dan analisis fundamental
Kemudian Cristian Efendi, hanya karena dia adalah new berusaha mereka pahami dan terapkan dalam rangka
comer dalam pasar modal, bukan berarti dia buta. Dia memperoleh penilaian saham yang sesuai dengan tujuan
berusaha mengenali saham-saham yang akan ia beli. mereka dalam berinvestasi.
Meskipun belum melakukan analisis investasi sesuai teori
Jadi mereka sebagai calon investor, mereka berusaha
analisis saham. Namun, dia berusaha mencari hasil analisis
mencari sendiri peluang investasi mereka dari saham yang
investasi/saham dari para broker, perusahaan sekuritas, dan
akan mereka pilih. Sebagai mahasiswa Sendra berusaha
riset. Secara filosofis, dasar dia memilih menggunakan
lebih smart dalam keputusan investasi, ia juga sama dengan
rekomendasi sebagai acuan keputusan investasi adalah pada
Cristian mengaplikasikan ilmu tentang pasar modalnya.
pola pikirnya yang mengasumsikan bahwa para broker,
Ilham Wahyudi yang sedianya dia sebagai broker, dia
perusahaan sekuritas, dan riset sudah jelas menganalisis
memang dari awal sudah paham mengenai investasi sekuritas
saham perusahaan berdasarkan teori investasi yang ada.
dan ia mengaplikasikannya. Seperti pepatah “berhambakan
Kemudian hasil analisisnya yang berupa rekomendasi
tangan, bersaksikan mata, berhakimkan hati”, mereka
dijadikan sebagai acuan pengambilan keputusan. Investor ini
berupaya menjadi bijaksana dengan menerapkan teori
juga sesuai dengan teori pasar modal, dimana dalam rangka
pengambilan keputusan investasi yang ada dan mengabaikan
mendatangkan return dan risk, dia berupaya mencari
prinsip cara instant, tujuannya agar menghasilkan keputusan
investasi yang matang, tidak sembarangan dan tidak pertimbangan investasi. Tinggi rendahnya tingkat risiko
menyesatkan mereka sendiri. suatu saham tidak menjadi permasalahan yang dominan
dalam keputusan investasi mereka. Sehingga mereka
Sebagai investor, mereka tergolong mandiri. Mereka
menyatakan diri sebagai neutral risk.
menggunakan kemampuannya sendiri dalam menganalisis
saham. Kritik pada investor-investor mandiri seperti ini, Beralih ke pernyataan ketiga oleh Bayu Wibisono,
karena mereka masih tergolong new comer yang masih pernyataannya mengisyaratkan bahwa usahanya menjadi
memiliki pengalaman yang cukup sedikit. Sebaiknya mereka investor yang pintar dan memahami investasi telah
juga berusaha mencari informasi lain dari luar atau juga membentuknya menjadi karakter investor yang memahami
membandingkan dengan rekomendasi para broker atau risiko. Dia tidak menutup diri terhadap risiko, dia menyadari
perusahaan sekuritas yang notabene sudah berpengalaman. bahwa investasi saham mengandung risiko. Kemudian
Tujuannya agar mereka terhindar dari capital loss dan tambahan pengetahuan mengenai risiko dia jadikan landasan
berprospek positif untuk mendapatkan return yang tinggi. untuk mulai membatasi diri terhadap risiko investasi. Dia
memahami bahwa risiko adalah kemungkinan terjadinya
kerugian dalam berinvestasi. Jenis investor seperti ini adalah
C. Identifikasi Investor Terhadap Risiko mereka yang biasanya meperhitungkan tingkat return yang
Teori pasar modal (capital maret theory) seperti yang sama dengan risiko investasinya.
dijelaskan oleh Gumanti (2007) bahwa tujuan berkaitan Dari pernyataan 4 informan diatas dalam identifikasinya
dengan pengujian bagaimana pasar modal menetapkan harga terhadap risiko. Mereka mengasumsikan risiko seperti
sekuritas dengan mempelajari bagaimana investasi individu memanjat sebuah tebing yang curam. Ibaratnya ada 8
memilih di antara berbagai macam aset keuangan pendaki yang ingin menaklukkan puncak Mahameru dan
berdasarkan tingkat kesukaannya pada risiko dan return. mereka belum pernah naik ke puncak. Ada 1 pendaki yang
Risiko adalah hal yang vital dalam sebuah investasi, langsung membatalkan niat karena medan cukup curam dan
khususnya investasi saham. Risiko identik dengan berbahaya. Ada pula 3 pendaki yang mencoba mendaki,
kemungkinan terjadinya kerugian. Ketika para informan namun setelah mengetahui ternyata medan memang curam,
ditanya mengenai identifikasi mereka terhadap risiko berbahaya, dan over capacity, sehingga mereka turun
investasi, jawaban mereka cukup beragam. Diketahui bahwa kembali. Namun, ternyata ada 4 pendaki yang cenderung
ternyata keberadaan risiko bagi informan 7 yaitu Sendra sebagai risk taker. Mereka tidak peduli seberapa curam
Tirta, dengan tegas dia menyatakan “Saya anti risiko” kondisi medan dan tetap mendaki dengan harapan
(Sendra Tirta). Dalam ungkapannya tersebut, dengan tegas menaklukan puncak mahameru yang indah.
dia menyatakan bahwa dia adalah investor anti risiko.
Seperti perumpamaan tersebut, ternyata ada 4 investor yang
Sebagai mahasiswa yang notabene memiliki banyak
menyatakan diri sebagai risk taker. Risiko yang tinggi tidak
tanggung jawab terkait tugas kuliahnya sehingga tenor waktu
menjadi masalah bagi mereka. Bahkan semakin tinggi risiko
transaksi sahamnya menjadi cukup lama. Sehingga dia lebih
adalah lebih baik. Alasannya karena semakin tinggi risiko,
memilih saham yang fluktuasinya tidak terlalu signifikan,
semakin tinggi pula tingkat abnormal return yang akan
melainkan yang cenderung stabil dengan fluktuasi positif.
berpotensi mereka peroleh. Berikut beberapa pernyataan
Dasar pemikiran tersebut dikarenakan dia tidak ingin
investor yang cenderung sebagai risk taker:
mendapati sahamnya jatuh terlalu tajam ketika dia akan
bertransaksi kembali. Sebagai penjelas, bahwa risk averse - “Saya cenderung sebagai risk taker, jadi kita dalam
akan memilih saham yang berisiko rendah dari pada risiko berinvestasi saham kita sudah tahu risikonya gimana?
tinggi meskipun dengan tingkat return yang sama. Risikonya kita beli ya nanti pasti ada turunnya, nggak
langsung naik, pasti ada turunnya. Jadi kita sudah pahami
Selain risk averse, ternyata ada 3 investor yang cenderung
risikonya dulu, jadi kita sudah siap kalau harga akan turun.
sebagai neutral risk.
Tapi kita harus punya patokan harga, dimana kita harus jual
- “Saya netral aja pada risiko. Tingkat risiko tidak menjadi rugi. Saya cenderung berani, tapi kalau menurut saya sudah
masalah” (Mr. X). turun jauh dan kemungkinan lama untuk kembali lagi. Dijual
- “Saya suka risiko. Tapi ya nggak suka-suka banget. Netral aja nggak apa-apa, karna kita bisa cari ke sektor lain” (Ilham
lah” (Cristian Efendi). Wahyudi).
- “Saya sadar bahwa investasi pasar modal berisiko. Saya - “Dalam berinvestasi harus siap rugi, lebih siap pada risiko
berusaha menambah ilmu terus dari baca, seminar agar saya dan tidak masalah dengan investasi yang memiliki risiko
lebih bisa membatasi terhadap risiko. Jadi lebih ke arah yang tinggi. Saya cenderung memperhitungkan dan
netral saja” (Bayu Wibisono). mempertimbangkan return dan risk sebelum melakukan aksi
trading, apakah itu jual, beli, atau mempertahankan”
Dari 3 pernyataan tersebut, nampak bahwa Mr. X dan (Suharto).
Cristian Efendi menyikapi risiko sebagai sesuatu hal yang
tidak berpengaruh signifikan pada keputusan investasi - “Saya siap sich dengan risiko, jadi lebih sebagai risk taker.
mereka. Risiko tidak disikapi dengan respon positif, tapi Saya pikir di setiap investasi itu pasti ada risiko apakah itu
juga tidak negatif, bahkan terkadang tidak ada respon. Maka emas, ataupun properti, apalagi saham. Jadi saya memang
jika dianalisis lebih mendalam, dua investor ini cenderung siap dengan risiko investasi. Semua pasti memiliki risiko”
tidak mempertimbangkan risiko sebagai salah satu (Lisa Amaliah Ruham).
- “Saya lebih sebagai pengambil risiko” (Endrik Wahyudi). Kedua investor tersebut menyatakan bahwa mereka
berorientasi pada investasi jangka pendek. Capital gain
Berdasarkan opini-opini tersebut, dapat jelas diketahui
sebagai acuan mereka membuat mereka ketika telah
bahwa kegiatan investasi menurut mereka tidak lepas dari
mendapatkan capital gain, kemudian langsung menjual
risiko, apalagi investasi saham. Mereka tidak anti terhadap
saham tersebut. Analisis teknikal dipilih karena analisis
saham-saham yang berisiko tinggi, dalam artian mereka
teknikal dianggap lebih dinamis. Ilham Wahyudi
tidak anti terhadap saham-saham yang berpotensi mengalami
menambahkan bahwa analisis fundamental lebih dinamis,
penurunan harga saham yang cukup tinggi. Hal tersebut
dalam artian bahwa analisis teknikal memiliki batasan-
lebih dikarenakan tingkat return dan abnormal return yang
batasan dimana investor harus cut loss ketika harga saham
ditawarkan juga tinggi. Ketika mengetahui risiko tinggi,
mengalami penurunan ataupun kenaikan. Hal tersebut
mereka berupaya mengantisipasinya dengan keputusan
dikarenakan karena menurutnya analis teknikal harus
investasi yang matang agar risiko tidak terjadi, dan expected
disiplin dengan prinsip analisis teknikal. Jadi investor harus
return akan tercapai. Salah satunya seperti yang dinyatakan
patuh dan disiplin pada patokan harga cut loss-nya.
oleh Ilham Wahyudi, bahwa sebagai investor harus memiliki
Tujuannya untuk menghindari kejatuhan harga saham yang
patokan-patokan harga yang jelas ketika dalam keadaan jual
lebih banyak, dan menghindari kehilangan mendapatkan
rugi, agar terhindar dari kejatuhan harga yang lebih banyak.
profit yang maksimal ketika harga saham mengalami
Jenis investor yang risk taker seperti ini akan memilih saham rebound karena telat beberapa saat saja untuk menjual
yang berisiko tinggi dari pada yang rendah meskipun sahamnya akan berpotensi mengalami rugi jika harga saham
memiliki tingkat return yang sama. Para penyuka risiko ini turun kembali. Pola pikir yang rinci seperti ini dipengaruhi
termotivasi pada tujuan investasi mereka untuk menambah oleh kecanggihannya dalam menganalisis saham, tentu saja
nilai kekayaan yang sebanyak-banyaknya. Sehingga tertarik ini ditunjang oleh profesinya sebagai broker.
membeli saham yang berisiko tinggi, karena tingkat return
Ada 1 investor yang menggunakan analisis teknikal secara
yang ditawarkan juga tinggi. Saran bagi para risk taker
dominan, tetapi dia juga mempertimbangkan analisis
dalam pengambilan keputusan investasi, agar tidak hanya
fundamental. Adapun pernyataannya adalah:
berpikiran bahwa dibalik risiko yang tinggi tersimpan return
yang tinggi pula. Namun, keputusan investasinya harus juga “Kalau saya yang paling utama memakai teknikal, tapi saya
memperhatikan aspek-aspek lain yang menyertai saham- juga melihat pada fundamental perusahaannya. Jadi saya
saham tersebut dalam rangka memperoleh penilaian yang hanya berinvestasi pada perusahaan yang sudah jelas
tepat terhadap suatu saham. Optimis sich boleh, tapi juga fundamental perusahaannya gimana? Jadi untuk saham-
harus realistis! saham kecil saya tidak berani memakai analisis teknikal
untuk membelinya. Untuk analisis teknikal saya disini
cenderung untuk short term, sementara kalau fundamental
D. Analisis Saham untuk long term. Kemudian saya juga mempertimbangkan
Pada subbab sebelumnya telah diuraikan mengenai landasan karakter sahamnya, sejauh ini saya hanya berinvestasi pada
investor dalam permulaan investasinya. Selanjutnya pada saham-saham yang sudah kenal saja, dalam artian yang
subbab ini akan dipaparkan lagi mengenai landasan investasi sudah biasa saya beli, saya berusaha mengenal pola
yang mereka lakukan dalam menganalisis saham di masa pergerakan/fluktuasi harga tiap-tiap sahamnya” (Suharto).
kini. Beberapa ada yang mengalami perubahan, sedangkan Opini tersebut diungkapkan karena dia sebelum menilai
ada setia dengan cara analisis investasinya sendiri. saham, dia berusaha melihat fundamental perusahaannya
Analisis investasi dikatakan sebagai suatu alat untuk menilai dulu. Dia cenderung membeli saham yang sudah jelas
suatu investasi. Dalam menganalisis saham, sedikitnya ada fundamental perusahaannya. Perusahaan yang besar lebih
dua analisis saham yang lazim digunakan, yaitu: analisis banyak dipilih daripada perusahaan yang kecil. Penilaian
teknikal dan analisis fundamental. Namun pada penelitian besar-kecilnya perusahaan tersebut didasarkan pada tingkat
ini, ternyata ada analisis-analisis lain yang muncul selain besar kecil operasional perusahaannya.
kedua analisis tersebut seperti sentimen/follower asing dan Setelah memahami fundamental perusahaannya, kemudian
intuisi. Suharto menggunakan analisis teknikal untuk menilai
Dari hasil wawancara terhadap para informan, ada 2 investor sahamnya berdasarkan pola pergerakan harga sahamnya.
yang hanya menggunakan analisis teknikal saja: Jadi dia lebih berusaha menggunakan analisis teknikal
dengan mengenali karakter sahamnya dari pola pergerakan
- “Teknikal lebih dinamis, dalam arti harga bergerak terlalu harga. Maka analisis teknikal dan analisis fundamental
jauh, kita bisa cut loss cari di sektor lain. Sementara digunakan secara bersama-sama oleh Suharto. Rupanya
biasanya orang fundamental itu cenderung long term, background status sebagai dosen turut menjadikan
berdasarkan berita saham dan beritanya juga nggak terlalu pemikirannya semakin kritis dalam menganalisis saham.
sering. Jadi menurut saya teknikal itu lebih dinamis. Kita
bisa cut loss, pindah ke saham lain dengan memperhatikan Mengenai kombinasi antara analisis teknikal dan analisis
teknikalnya. Jadi berita saham nggak terlalu berpengaruh, fundamental, ternyata ada 2 investor yang juga
tapi juga jadi patokan” (Ilham Wahyudi). mengkombinasikan keduanya namun dengan kecenderungan
lebih didominasi oleh fundamental. Berikut pernyataan-
- “Saya lebih cenderung ke teknikal, alasannya cenderung pernyataan kedua investor tersebut:
trading-nya ke jangka pendek” (Bayu Wibisono).
- “Saya cenderung fundamental, 75% fundamental dan 25% keuangan perusahaan yang bagus akan mendorong harga
teknikal. Alasannya karena fundamental kan berdasarkan saham untuk rebound kembali.
laporan keuangan ya. Berarti paling nggak kita bisa lihat
Pemaparan-pemaparan di atas merefleksikan bahwa ketujuh
perusahaan ini sehat apa nggak. Mulai dari neraca, modal
investor tersebut sudah mengalami perubahan dalam
yang dimiliki berapa dan hutangnya berapa. Kalau
perilaku investasinya, pengalaman dan pengetahuan mereka
hutangnya lebih tinggi daripada modalnya ya saya nggak
mengenai investasi memicu mereka untuk menjadi investor
pilih” (Endrik Wahyudi).
yang berhati nurani, dengan menggunakan analisis-analisis
- “Lebih mudah teknikal, gampang analisisnya. Sudah ada yang sesuai dengan teori investasi. Namun ada satu yang
pola grafiknya. Tapi untuk saya yang lebih pas nya itu unik, ada 1 investor yang tetap dengan perspektifnya
fundamental. Jadi saya menggunakan keduanya. 70% mengenai intuisi. Mr. X masih tetap setia dengan alat
fundamental, 30% teknikal. Saya menggunakan analisisnya yaitu intuisi. “Ya itu, saya biasanya mengikuti
fundamental, karena ketika saya beli saya biarkan cukup asing. Kalau asing jual, ya saya ikut jual. Tapi semuanya
lama, jadi saya memantau fundamental perusahaannya” tergantung feeling”, ucapnya.
(Sendra Tirta).
Seperti yang diungkapkan oleh Dirut BEI, Ito Warsito
Jadi mereka berusaha mengkombinasikan kedua analisis mengenai follower asing. Jadi pertimbangan investasinya
tersebut, namun dengan porsi yang berbeda dan didominasi Mr. X dipengaruhi oleh investor asing. Namun investor ini
oleh analisis fundamental. Keyakinan investor tersebut menggunakan intuisi dalam pertimbangan investasinya.
didasarkan pada kondisi keuangan perusahaan berdasarkan Sentimen asing tidak sekedar diikuti, namun dianalisis
analisis mereka terhadap laporan keuangan. Lebih spesifik, berdasarkan intuisinya. Ibarat ada segerombolan kijang lapar
Sendra Tirta menggunakan analisis fundamental lebih yang sedang menyeberang sungai. Jika dia juga lapar dan
dominan karena sifat investasinya yang lebih berorientasi yakin di seberang banyak rumput hijau, maka dia pun ikut
pada jangka panjang. Menurutnya, ketika dia meninggalkan menyeberang, kalau tidak ya tetap tinggal ditempat.
sahamnya cukup lama, maka dia harus memilih saham yang
kondisi keuangannya bagus, sehingga dapat terhindar pada
risiko kejatuhan saham yang signifikan. Adapun Endrik E. Realitas Perolehan Return Investasi
Wahyudi dalam menilai fundamental perusahaannya, dia Dalam berinvestasi saham, return investasi merupakan hal
mengungkapkan bahwa saham-saham yang dia pilih salah utama dari kegiatan investasi investor. Dalam penelitian ini,
satunya adalah yang memiliki jumlah modal lebih banyak dari 8 inevestor yang diwawancarai, memberikan jawaban
daripada jumlah hutangnya, tidak mungkin membeli saham yang beragam mengenai perolehan investasi mereka dengan
yang besar pasak daripada tiangnya. menggunakan alat analisis investasi yang mereka gunakan.
Berdasarkan pemaparan tersebut, Ilham Wahyudi dan Berdasarkan pengalaman mereka selama bertransaksi saham,
Sendra Tirta ini berusaha juga menjadi investor yang diketahui sebanyak dua investor berpendapat bahwa analisis
berusaha menjadi selektif dalam memilih saham. Secara teknika lebih memberikan return yang lebih dari analisis
filosofis, hal ini ditunjang oleh background mereka sebagai lainnya. Berikut pernyataan mereka:
broker dan mahasiswa. Background tersebut membuat - “Kalau menurut saya teknikal ya lebih banyak. Analisis
mereka harus mengadakan pertimbangan investasi yang teknikal lebih memberikan return yang lebih banyak
matang dan rinci. daripada analisis fundamental. Volume transaksi yang
Berdasarkan analisis hasil wawancara berikutnya, diketahui dilakukan oleh analis teknikal lebih sering daripada analisis
bahwa ada 1 lagi investor yang hanya menggunakan analisis fundamental. Sehingga akumulasi return-nya lebih banyak
fundamental dalam pengambilan keputusan investasi teknikal, sementara saham saya yang diproyeksikan untuk
mereka. Dia adalah Lisa Amaliah Ruham: “Semakin kesini jangka panjang tidak lebih banyak memberikan return”
saya ke fundamental. Kalau dulu awal kan saya tren, saya (Suharto)
ikut-ikutan aja. Menurut saya dengan fundamental itu risiko - “Selama saya menggunakan fundamental, saya rasa kurang
lebih bisa diperkecil dibandingkan teknikal. Saya juga maksimal. Jadi kalau menurut saya lebih banyak teknikal”
melihat orang-orang teknikal itu malah lebih berani, take (Sendra Tirta).
risk nya lebih berani dari pada orang fundamental.
Sementara fundamental tidak terpengaruh oleh naik- Dua opini tersebut menyatakan bahwa analisis teknikal lebih
turunnya market sejauh saham saya beli bagus. [Lisa mendatangkan return dari pada analisis lainnya. Alasan
Amaliah Ruham – Broker]. berbeda diungkapkan oleh dua investor tersebut. Suharto
lebih berlandaskan pada akumulasi return analis teknikal
Dalam opininya, dia menyatakan tentang perubahan untuk dibandingkan dengan analisis fundamental. Hasilnya
pemikirannya tentang analisis investasi, khususnya saham. dia mengatakan bahwa return analis teknikal lebih tinggi
Dia mengungkapkan kecenderungannya yang semakin ke dari analis fundamental. Sementara Sendra Tirta berargumen
arah analisis fundamental. Pengalamannya mengatakan lain, ia lebih menilai pada pengalaman faktual yang dialami
bahwa dengan menggunakan analisis fundamental akan lebih temannya Cristian Efendi. Meskipun sebagai analis
meminimalisir adanya risiko. Dia juga menambahkan bahwa fundamental, dia merasakan return yang dia peroleh kurang
seorang analis fundamental itu tidak terpengaruh terhadap optimal jika berlandaskan analisis fundamental. Hal tersebut
sentimen pasar, walaupun harga turun namun analis
fundamental tetap berusaha calm, dan yakin bahwa kinerja
dikarenakan Cristian Efendi sebagai analis teknikal lebih lama. Kalau teknikal ada return bulanan, jadi kalau
sering mendapat capital gain. diakumulasi sama aja dengan fundamental”, tandasnya.
Kemudian, bagaimana dengan opini Cristian Efendi? Berikut Melalui pemaparannya, dia memberikan pandangan yang
pernyataannya: “Berdasarkan pengalaman saya lebih banyak lebih bijak. Berdasarkan pengalaman dan penalaran
ke fundamental. Karena fundamental mencakup keseluruhan, logikanya, dia berpendapat bahwa baik analisis teknikal dan
secara global jangka panjang. Jadi return lebih banyak” analisis fundamental memiliki tingkat return investasi yang
(Cristian Efendi). cenderung sama. Sebagai analis teknikal, dia memperoleh
return bulanan (short term return) dari transaksi sahamnya.
Bagaikan hitam dan putih, pernyataan Sendra Tirta
Tetapi bagi analis fundamental, return jangka pendek
berbanding terbalik dengan yang diungkapkan oleh Cristian
tersebut tidak diperoleh, hanya return jangka panjang yang
Efendi. Dia malah berpendapat bahwa analisis fundamental
didapat. Kemudian jika dianalisis berdasarkan logikanya,
lebih mendatangkan return dari pada analisis teknikal. Dia
akumulasi keduanya akan cenderung sama, analisis teknikal
beralasan karena tenor waktu analis fundamental yang lebih
memiliki tingkat profitabitas yang sama saja dengan analisis
panjang dari analis teknikal, sehingga jika ada kenaikan
fundamental.
saham yang bersifat kontinyu. Maka analisis fundamental
lebih berpeluang memperoleh return. Jadi setiap alat investasi memiliki tingkat profitabilitas yang
cenderung sama. Sama halnya dengan apa yang dipaparkan
Selain Cristian Efendi, ada 3 investor lagi yang sependapat
Mr. X ketika ditanya mengenai perolehan return investasi
bahwa analisis fundamental lebih mendatangkan return
dengan menggunakan analisis intuisi, ia menjawab “Nggak
daripada analisis teknikal:
mesti tiap tahun, tapi kalau di total lebih banyak untung, tapi
- “Kalau kita di saham, kita harus punya patokan rentang tahun ini masih rugi”.
waktu investasi. Seorang teknikal cenderung short term, kita
Opininya mengatakan bahwa kegiatan investasi itu
sudah punya patokan untung berapa kita harus lepas. Jadi
tidak berlaku konstan. Tiap investor memiliki cara analisis
biasanya memang time frame-nya lebih pendek orang
masing-masing dan return yang didapatkan juga tidak sama
teknikal. Dalam segi keuntungannya memang orang
antara yang satu dengan yang lainnya, juga tidak selalu
fundamental itu lebih banyak keuntungannya, cuma
untung dan juga selalu rugi. Dalam hal ini, ia menyuratkan
waktunya bisa lama. Karna saya teknikal, jadi lebih nggak
bahwa aktivitas investasi tidak akan sama hasilnya antara
terlalu banyak keuntungannya, mungkin 10%-20% kalau
orang yang satu dengan yang lain walau menggunakan
memang menurut saya sudah tinggi, ya cut loss” (Ilham
analisis yang sama.
Wahyudi).
- “Sekarang saya menggunakan fundamental, dan better
sekarang” (Lisa Amaliah Ruham). F. Realitas Risk Investasi
- “Berdasarkan pengalaman saya lebih ke fundamental” Pada subbab 4.3 telah dibahas mengenai identifikasi
(Endrik Wahyudi). investor terhadap adanya risiko dalam berinvestasi. Para
informan menyadari bahwa dalam berinvestasi khususnya
Ketiga informan tersebut sepakat mengatakan bahwa analisis
saham, memang tidak terhindarkan dari adanya risiko.
fundamental lebih memiliki profotabilitas tinggi daripada
Mereka juga menyadari adanya risiko dibalik analisis
analisis teknikal. Ilham Wahyudi mengutarakan bahwa
investasi yang mereka gunakan. Dari wawancara yang
analis fundamental lebih banyak return-nya, namun waktu
dilaksanakan pada 8 informan, 6 informan menyatakan
tunggunya lama. Sebagai analis teknikal, dia lebih pada
bahwa analisis teknikal cenderung lebih berisiko dari pada
patokan harga dimana harus cut loss. Apabila ada kenaikan
yang lain. Berikut pemaparan mereka:
harga saham, jika sudah mencapai 10-20% harus dijual.
Sehingga secara return masih lebih tinggi analisis - “Untuk risiko orang teknikal, ya kita harus berani jual rugi.
fundamental. Hal tersebut dikarenakan kecenderungan analis Harus berani disiplin. Disiplin dalam arti take profit-nya
fundamental yang lebih berperilaku tenang dan tidak berapa punya hitungan, cut loss juga di berapa. Biasanya
tergesa-gesa menjual sahamnya. Melainkan masih tetap perbandingannya bisa 2:1. Jadi orang teknikal harus. Benar-
dipertahankan sampai dan berpeluang memperoleh return benar disiplin pada angka berapa harus take profit dan cut
yang lebih daripada analis teknikal. loss” (Ilham Wahyudi).
Setali tiga uang dengan pernyataan-pernyataan tersebut, - “Teknikal lebih berisiko, karena teknikal nggak lihat
Endrik Wahyudi juga berargumen sama dengan Cristian kondisi internal perusahaan itu sendiri” (Endrik Wahyudi).
Efendi, Ilham Wahyudi, dan Lisa Amaliah Ruham. Dia
- “Teknikal lebih mudah goyang. Isu sedikit sudah
berasumsi berdasarkan pengalamannya melakukan trading
menggoyahkan pasar. Jadi risikonya lebih banyak” (Cristian
di BEI bahwa memang analisis fundamental lebih
Efendi).
mendatangkan return yang lebih tinggi.
- “Teknikal lebih berisiko” Sendra Tirta).
Setiap investor memang memiliki pengalaman berbeda dan
pendapat yang berbeda pula. Tetapi Bayu Wibisono - “Teknikal risikonya lebih tinggi. Karena saham-saham
memberikan pendapatnya yang lebih tidak berat sebelah: yang kita analisa secara teknis jadi rentan terhadap sentimen
“Sebenarnya kalau menurut saya sama. Katakanlah dalam pasar. Jadi lebih mudah dipengaruhi oleh pasar” (Bayu
setahun sama-sama bisa 50% cuma harus sabar nunggunya Wibisono).
Pernyataan-pernyataan tersebut menyuratkan bahwa analisis Keempat investor tersebut sepakat menyatakan bahwa
teknikal lebih berisiko dari analisis fundamental dan analisis dengan menggunakan analisis teknikal berpeluang
yang lain. Analisis teknikal lebih diartikan sebagai analisis mendapatkan abnormal return. Pernyataan-pernyataan
yang berorientasi pada pergerakan harga saham, yang rentan tersebut berdasarkan pengalaman mereka dalam
dipengaruhi oleh sentimen-sentimen yang ada di pasar. berinvestasi. Seorang analis teknikal memiliki expected
Maka, mereka menyatakan bahwa analisis teknikal lebih return sebelum mereka bertransaksi. Kemudian pengalaman
berisiko. mereka mengatakan bahwa mereka lebih sering
mendapatkan return yang lebih dari apa yang mereka
Lisa Amaliah Ruham menambahkan dari pengalamannya
ekspekstasikan.
selama perubahan dirinya yang asalnya sebagai analis
teknikal kemudian berubah menjadi lebih didominasi oleh Sementara tiga informan lain, memiliki jawaban yang
analisis fundamental: “Dari pengalaman saya analisis berbeda. Mereka menyatakan bahwa analisis fundamental
fundamental lebih rendah”, ucapnya. Pernyataan tersebut lebih berpotensi mendapatkan abnormal return. Berikut
menyatakan hasil metamorfosisnya dalam berinvestasi jawaban-jawaban mereka:
mendukung pemaparan informan lainnya bahwa analisis
- “Pernah mendapatkan tapi fundamental cenderung lebih
teknikal lebih berisiko daripada analisis lainnya, karena
banyak mendapatkan abnormal return, karna jangka
analisis teknikal tidak melihat kondisi keuangan perusahaan.
waktunya lama, kalau teknikal short term. Jadi kita sudah
Ibarat membeli barang dalam karung, investor yang
jual, ada berita harga naik. Orang teknikal nggak bisa sakit
menggunakan analisis teknikal langsung melakukan aksi beli
hati, karna begitu dijual naik, begitu kita cut loss ternyata
ketika banyak orang yang menawar, meskipun tidak
naik lagi” (Ilham Wahyudi).
mengetahui keadaan barang didalamnya.
- “Fundamentallah lebih banyak. Ya itu tadi kalau
Sementara 1 informan lain berpendapat bahwa risiko
fundamental kan lebih lama jangka waktunya, jadi ya kalau
diantara analisis teknikal dan analisis fundamental itu sama
harga naik, fundamental bisa lebih banyak untungnya”
saja, dia menilai demikian berdasarkan pengalamannya
(Suharto).
dalam berinvestasi: “Ya risiko sama aja, misalkan aja saya
beli XL, sampai sekarang nggak nyampek-nyampek di harga - “Saya menggunakan fundamental dan saya mendapatkan
tinggi padahal sudah 4 bulanan. Ya itu, bagian dari kenaikan yang lebih dari apa yang saya ekspektasikan” (Lisa
permainan” (Suharto). Dia mengungkapkan bahwa tingkat Amaliah Ruham).
risiko itu sama saja. Sebagai contoh saham XL yang dia nilai
Ilham Wahyudi dan Suharto meskipun sebagai analis
sebagai perusahaan yang kinerja keuangannya terkategori
teknikal, tapi mereka beropini bahwa analis fundamental
baik. Tetapi dia tidak mendapatkan expected return-nya,
yang lebih berpotensi mendapatkan abnormal return. Hal
meskipun sudah cukup lama. Dari penalaran tersebut dapat
tersebut dikarenakan tenor waktu analis fundamental yang
dijabarkan bahwa analisis fundamental pun juga berisiko
lebih lama dari analis teknikal. Sehingga ketika ada kenaikan
mengalami salah penilaian. Perusahaan yang terkategori
harga yang berlangsung cukup panjang. Seorang analis
memiliki kinerja keuangan yang baik, namun harga
teknikal langsung terburu-buru untuk menjual, asumsinya
sahamnya tidak berfluktuasi positif.
harga akan turun kembali, Sementara analis fundamental
Sedangkan informan Mr X ketika ditanya mengenai risiko tetap menjadi investor yang slow, tidak terburu-buru menjual
investasi dengan menggunakan analisis intuisinya dan tetap bertahan. Kemudian jika terjadi kenaikan tersebut
menyatakan, “Nggak mesti juga”, tambahnya. Pandangannya tetap berlanjut, maka analis teknikal tidak boleh sakit hati
mengatakan bahwa analisis intuisinya juga tidak selalu dengan hal tersebut, sementara analis fundamentak bisa
berisiko, dan tidak selalu tidak berisiko. Menurutnya, tersenyum sumringah terhadap abnormal return yang
analisis intuisi pun tingkat risikonya juga belum tentu. mereka dapatkan. Sementara Lisa Amaliah Ruham sebagai
analis fundamental mendukung pernyataan tersebut,
argumennya berdasarkan realitas abnormal return yang dia
G. Realitas Perolehan Abnormal Return peroleh. Dia mengungkapkan bahwa memang selama dia
berubah menjadi analis fundamental, dia lebih banyak
Mengenai perolehan abnormal return, jawaban investor
mendapatkan return bahkan abnormal return.
cukup beragam. Berdasarkan pemahaman dan
pengalamannya, 4 investor beropini jika analisis teknikal Adapun 1 investor intuisi menyatakan bahwa selama dia
lebih perpeluang mendapatkan abnormal return. menggunakan analisis intuisi, dia berpendapat bahwa dia
juga sering mendapatkan abnormal return, “Saya sering juga
- “Kalau untuk abnormal return lebih banyak pada teknikal”
mendapatkan abnormal return” (Mr. X).
(Endrik Wahyudi)
- “Kalau untuk abnormal return lebih banyak cenderung ke
teknikal. Karena berdasarkan pengalaman saya pernah H. Pemahaman Investor Terhadap Informasi Akuntansi
mendapatkan abnormal return yang cukup tinggi dalam
Sebanyak 7 dari 8 investor diketahui sudah mengetahui dan
setengah hari” (Cristian Efendi)
memahami mengenai informasi akuntansi. Ketika ditanya
- “Lebih bagus kalau pakai teknikal” (Sendra Tirta). mengenai definsi informasi akuntansi menurut mereka
adalah:
- “Teknikal jelas lebih sering” (Bayu Wibisono).
- “Informasi terkait laporan keuangan. Yang paling jadi jelas memberikan return dan meminimalisir risiko” (Lisa
pertimbangan yang terkait dengan return adalah laba bersih Amaliah Ruham).
dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya” (Ilham
- “Ya, berpengaruh, dan saya gunakan” (Endrik Wahyudi).
Wahyudi).
- “Jarang saya gunakan. Alasannya saya cenderung ke
- “Informasi akuntansi berasal dari laporan keuangan,
teknikal. Sehingga cenderung ke isu-isu harian saja”
mengacu pada untung apa nggak, gitu aja” (Suharto).
(Cristian Efendi).
- “Informasi yang ada di laporan keuangan” (Lisa Amaliah
- “Berpengaruh, saya gunakan, jelas” (Sendra Tirta).
Ruham).
- “Sering saya gunakan. Pertama saya untuk memilih secara
- “Informasi yang terkandung di laporan keuangan” (Endrik
makro saya melihat tetap pakai fundamental. Saya harus tahu
Wahyudi).
perusahaan itu bisnisnya apa dan fundamentalnya bagus
- “Informasi yang dianalisis berdasarkan laporan keuangan nggak. Baru momentum beli, pada harga berapa baru saya
emiten” (Cristian Efendi). pakai teknikal” (Bayu Wibisono).
- “Informasi yang dianalisis berdasarkan laporan keuangan Dengan berbagai intensitas, para informan menyatakan
emiten” (Sendra Tirta). bahwa mereka tetap menggunakan informasi akuntansi.
Ilham Wahyudi, Suharto, dan Cristian Efendi meskipun
- “Sering saya gunakan. Pertama saya untuk memilih secara
sebagai analis teknikal, mereka tetap menggunakan
makro saya melihat tetap pakai fundamental. Saya harus tahu
informasi akuntansi meskipun dengan intensitas yang
perusahaan itu bisnisnya apa dan fundamentalnya bagus
tergolong jarang. Laporan keuangan perusahaan mereka
nggak. Baru momentum beli, pada harga berapa baru saya
jadikan juga sebagai salah satu pertimbangan meskipun
pakai teknikal” (Bayu Wibisono).
pengaruhnya cukup kecil.
Pernyataan-pernyataan tersebut menyiratkan bahwa mereka
Ungkapan mereka lebih tekait pada teknik analisis mereka.
sudah mengerti dan memahami mengenai informasi
Filosofisnya mereka sebagai analis teknikal, jadi mereka
akuntansi. Walau beberapa sebagai analis teknikal, namun
mengutamakan pendekatan teknikal pada harga historis.
itu bukan alasan untuk tidak memahami informasi akuntansi.
Sementara untuk aspek fundamental perusahaannya mereka
Mereka memahami apa itu informasi akuntansi, dimana
jadikan hanya sebagai “tambahan informasi saja” dan tidak
menurut mereka, informasi akuntansi adalah informasi
memiliki nilai yang signifikan dalam keputusan investasi
mengenai fundamental perusahaan yang dapat dianalisis dari
mereka. Sebagai contoh adalah pernyataan Suharto, dia
laporan keuangan yang diterbitkan oleh emiten per
secara tersurat menyatakan bahwa cenderung menghindari
periodenya.
analisis informasi akuntansi yang lebih mendalam. Selain
Secara umum, tidak ada perbedaan pendefinisian informasi karena sebagai analisis teknikal, pernyataan mereka juga
akuntansi menurut pandangan mereka. Semua pernyataan lebih dipengaruhi oleh tingkat kerumitan dalam menganalisis
mereka cenderung sama. Meskipun ada 1 informan yaitu informasi akuntansi dan kemampuan analisisnya.
Bayu Wibisono yang berlatarbelakang sebagai Ketersediaan waktu untuk menganalisisnya juga turut
wirausahawan dan sebagai sarjana teknik. Ia berusaha menjadi pemicunya, apakah investasi adalah sumber
mempelajari dan akhirnya memahami apa itu informasi pendapatan utama juga mempengaruhi dalam alokasi waktu
akuntansi. yang mereka sediakan untuk analisis investasi mereka.
Sementara Lisa Amaliah Ruham, Endrik Wahyudi, Sendra
Tirta, dan Bayu Wibisono yang memang basic-nya adalah
I. Realitas Penggunaan Informasi Akuntansi
analis fundamental, mereka jelas menyatakan bahwa mereka
Berdasarkan hasil analisis wawancara, sebanyak 7 investor pasti menggunakan informasi akuntansi dalam setiap
yang mengerti dan memahami mengenai informasi pengambilan keputusan investasi mereka. Informasi
akuntansi, mereka juga menyatakan bahwa mereka akuntansi jelas berpengaruh dalam pengambilan keputusan
menggunakan informasi akuntansi dalam pengambilan mereka. Baik-buruknya kinerja keuangan suatu perusahaan
keputusan mereka. Informasi akuntansi dinyatakan mereka jadikan pertimbangan dalam keputusan investasi
berpengaruh dalam keputusan investasi mereka. Berikut mereka.
pemaparan-pemaparan mereka:
Berkaitan dengan relevansi informasi akuntansi terhadap
- “Itu sangat berpengaruh untuk orang fundamental. Untuk keputusan investasi mereka, ini sesuai dengan The
orang teknikal pengaruhnya sangat kecil, tapi tetap informasi Mechanistic Hypotehesis. Watts dan Zimmerman (1986:74-
akuntansi saya jadikan acuan” (Ilham Wahyudi). 76) menjelaskan bahwa dalam The Mechanistic Hypothesis
- “Saya tidak menggunakan informasi akuntansi yang mengasumsikan bahwa ketika emiten menyampaikan
sampek akuntansi banget, nggak. Saya cuma liat untung apa informasi akuntansi yang kepada investor melalui laporan
nggak. Udah itu aja. Saya nggak pernah menggunakan keuangannya, maka investor akan merespon informasi
hitung-hitungan sampai detail, nggak” (Suharto). tersebut. Sepertinya hal ketujuh investor tersebut, teori ini
sesuai dengan apa yang diimplikasikan oleh investor
“Pasti, pasti akan menjadi pertimbangan dalam keputusan tersebut. Ketujuh investor tersebut akan bereaksi terhadap
investasi saya. Dengan menganalisis informasi akuntansi
setiap informasi akuntansi yang disampaikan oleh emiten J. Realitas Informasi Akuntansi yang Sering Digunakan
kepada pasar. Investor
Selanjutnya apabila dispesifikasi terhadap respon investor Ada banyak informasi akuntansi yang terkandung dalam
terhadap informasi akuntansi yang disampaikan perusahaan laporan keuangan. Ada berbagai cara analisis yang dapat
kepada pasar, maka ini perlu pengkajian dari signalling digunakan investor dalam menganalisis informasi akuntansi.
theory. Jika disesuaikan dengan signalling theory, maka Berikut pernyataan-pernyataan para informan yang
dapat diuraikan lagi bahwa apabila ada informasi akuntansi menggunakan informasi akuntansi dalam keputusan investasi
yang bersifat positif disampaikan oleh perusahaan kepada mereka:
pasar, maka investor akan menangkap sinyal posfitif tersebut
- “Yang paling jadi pertimbangan yang terkait dengan return
dan mendorong adanya aksi beli. Sebaliknya apabila
adalah laba bersih dibandingkan dengan tahun-tahun
investor menerima sinyal negatif dari perusahaan, maka
sebelumnya” (Ilham Wahyudi).
investor akan merespon negatif dengan melakukan aksi jual.
- “Kalau keuntungannya besar, katakanlah naik 3x lipat,
Sementara satu informan yang awalnya memang belum
signifikan banget ya saya berani masuk” (Suharto).
mengerti dan memahami informasi akuntansi, dia
menyatakan bahwa dirinya tidak menggunakan informasi - “Sales+laba, PBV, PER dan itu dibandingan dengan tahun
akuntansi dalam keputusan investasi mereka. Intuisi, itulah lalu dan perusahaan sejenis” (Lisa Amaliah Ruham).
satu hal yang dominan dalam keputusan investasinya. Dari - “EPS yang selalu saya perhatikan, karena paling nggak ini
informan ini, dapat dianalisis bahwa informasi akuntansi mencerminkan dari tahun ke tahun bagaimana dan ini
yang disampaikan oleh perusahaan melalui laporan mencerminkan kinerja perusahaannya. Kemudian juga
keuangan tidak berefek pada pengambilan keputusannya. berdasarkan ROI” (Endrik Wahyudi).
Hal ini sesuai dengan The No-Effects Hypothesis yang
dinyatakan oleh Watts dan Zimmerman (1986:72-74). The - “Kalau laba bersihnya besar yang bisa saya
No-Effects Hypotheses menyebutkan bahwa tidak ada pertimbangkan” (Cristian Efendi).
keterkaitan antara perubahan harga saham dengan informasi - “Kalau saya cuma ngeliat perubahan laba rugi per tahun,
akuntansi yang disampaikan oleh emiten. Dalam hal ini, sama rasio harga atau PER, dan DER” (Sendra Tirta).
ketika emiten berusaha menyampaikan sinyal positif terkait
kinerjanya, namun investor jenis ini tidak memberi respon - “Yang umum dipakai ya EPS, PER, PBV, Profit Margin,
terhadap sinyal tersebut, atau dengan kata lain tidak dan rasio hutang. Tapi yang paling dominan saya gunakan
menggunakan informasi akuntansi. EPS sama PER” (Bayu Wibisono).
Investor jenis ini pula cenderung tidak canggih dalam Laba bersih menjadi akun dalam laporan laba-rugi yang
menganalisa laporan keuangan perusahaan. Investor jenis ini sering digunakan investor-investor dalam pengambilan
tergolong sebagai naive investor dimana informasi akuntansi keputusan investasi mereka. Sebanyak 5 investor
tidak bisa diinterpretasikan karena ketidakmampuannya menyatakan menggunakannya. Mereka menganalisisnya
dalam menganalisis laporan keuangan yang diterbitkan dengan menggunakan analisis indeks dengan dibandingkan
perusahaan (Watts dan Zimmerman, 1986-160). Sebagai dengan tahun-tahun sebelumnya. Mereka merespon terhadap
contoh, investor jenis ini pun tidak bisa membandingkan perubahan laba bersih emiten. Jika ada kenaikan, maka
laba akuntansi yang dilaporkan perusahaan dengan dianggap sebagai sinyal positif dan mereka melakukan aksi
kebijakan akuntansi yang berbeda. Jika dibandingkan beli. Sementara jika ada penurunan, dianggap sebagai sinyal
dengan tujuh investor lainnya, investor ini tergolong tidak negatif dan mereka tidak melakukan aksi beli atau
canggih dan tujuh investor lainnya adalah sophisticated melakukan aksi jual.
investor. Dimana sophisticated investor ini memiliki Laba akuntansi tampaknya menjadi acuan utama dalam
kecanggihan dalam menganalisa informasi akuntansi, bahkan menganalisis laporan keuangan emiten. Jika ini dikaitkan
mampu merespon setiap perubahan informasi akuntansi, dengan teori, maka ini sejalan dengan Earning Response
bahkan kebijakan akuntansi yang diterapakan manajemen Coefficients (ERC). Dalam Scott (2000-152) dinyatakan
perusahaan (Stein, 2009). bahwa: ERC mengukur besarnya tingkat abnormal return
Kritik khusus pada naive investor, karena aktivitas dalam merespon komponen tak terduga dari laba yang
investasinya tergolong berisiko tinggi. Maka seharusnya ada dilaporkan perusahaan. Maka disini, laba sifatnya dominan
sebuah upaya lagi untuk lebih memahami mengenai dan vital bagi para investor yang menjadikan laba sebagai
keputusan investasi, khususnya dalam menganalisis saham. acuan analisis informasi akuntansi perusahaan.
Saham identik dengan risiko. Kerugian investasi pasti Selanjutnya, rasio pasar dengan menggunakan PER dipilih
membayangi dalam setiap keputusan investasinya. Jika oleh 3 investor. Mereka memilih saham yang nilai PER-nya
investor paham mengenai acuan keputusan investasinya, tinggi. Karena semakin tinggi nilai PER, semakin
investor jenis ini akan terhindar dari risiko dan akan mengindikasikan pertumbuhan kinerja perusahaan di masa
mengoptimalisasi return yang akan didapatkan di masa mendatang. Kemudian rasio profitabilitas dengan
datang. menggunakan EPS dipilih oleh 2 investor. EPS
mengindikasikan pengembalian investasi atas investasi.
Semakin tinggi nilai EPS, semakin baik pengembalian
investasinya.
Selain ketiga rasio di atas, DER, PBV, dan analisis indeks adalah salah satu basis informasi vital dalam pengambilan
dengan menggunakan penjualan sebagai acuan dipilih oleh keputusan investasi, tetapi ternyata tidak sepenuhnya
masing-masing 1 investor. DER menjadi acuan karena investor menggunakannya, bahkan ada yang tidak
proporsi utang terhadap ekuitas dianggap mempengaruhi memahaminya. Seharusnya pengambilan keputusan investasi
kinerja perusahaan. Semakin besar proporsi utang/kewajiban adalah proses yang komplek dan tidak praktis. Investor
dianggap lebih berisiko. Sehingga semakin besar nilai DER, saham individual harus memanfaatkan dan menggunakan
mencerminkan proporsi utang yang besar dalam perusahaan berbagai analisis saham dan informasi yang ada di pasar dan
terhadap ekuitasnya. Kemudian PBV, semakin rendah nilai emiten agar memperoleh return yang maksimal dan
PBV mengindikasikan bahwa perusahaan tersebut memiliki terhindar dari kerugian investasi. Background pekerjaan dan
kinerja yang buruk. Yang terakhir adalah analisis indeks status tidak menjadi hambatan dan alasan untuk menjadi
dengan menggunakan penjualan sebagai acuan. Satu investor naive investor, asal bersedia belajar juga mampu menjadi
menjadikannya sebagai acuan dengan membandingkan sophisticated investor.
dengan tahun-tahun lalu. Kenaikan dianggap sebagai sinyal
positif dan penurunan dianggap sebagai sinyal negatif.
Keterbatasan
Keterbatasan-keterbatasan dalam penelitian ini adalah
Kesimpulan dan Keterbatasan terletak pada fokus penelitiannya yang hanya berfokus pada
investor saham individual saja, sehingga pada penelitian
selanjutnya dapat memperluas atau mengambil fokus
Kesimpulan penelitian lain, misalnya investor saham institusional,
Perilaku investor saham dalam pengambilan keputusan investor obligasi, dan instrumen lain di pasar modal;
investasi cenderung dipengaruhi oleh teknik analisis saham wawancara tidak dilakukan secara intensif, sehingga
mereka. Informasi akuntansi sebagai nilai yang bermanfaat penelitian selanjutnya diharapkan mempertajam analisis dan
bagi investor khususnya investor saham individual, ternyata lebih intensif lagi dalam mewawancarai argumen-argumen
tidak selalu menjadi acuan utama dalam pengambilan investor dalam mengambil keputusan investasi: saran
keputusan investasi. Bahkan intensitas penggunaan informasi mengenai perilaku investor dalam penelitian ini adalah hasil
akuntansi dalam keputusan investasi mereka tidak selalu analisis perbandingan teori dengan faktual dan saran
intens dan dominan. Faktor kerumitan dalam menganalisis pengambilan keputusan investornya adalah dengan
informasi akuntansi adalah faktor penyebabnya. Keberadaan mengarahkannya pada penerapan teori, sehingga pada
aktivitas investasi sebagai penghasilan sampingan menjadi penelitian selanjutnya dapat dilengkapi dengan adanya
faktor dominan yang membuat mereka menerapkan prinsip bahasan mengenai pendapat dan saran dari pakar investasi
investasi praktis dan tidak rumit. terkait keputusan investasi yang benar sesuai dengan teori
investasi; dan penelitian ini tidak ada subbab yang
Analis fundamental sebagai analis informasi akuntansi yang membahas mengenai pendapat para akademisi akuntansi
ada di laporan keuangan emiten memang cenderung intens terkait hasil penelitian, sehingga penelitian selanjutnya akan
dalam menggunakan informasi akuntansi. Bahkan dominasi semakin lengkap jika dilengkapi dengan pendapat para pakar
informasi akuntansinya pun lebih dominan dalam keputusan di bidang akuntansi terkait hasil penelitian bahwa informasi
investasinya. Setiap perubahan angka akuntansi akuntansi cenderung tidak dijadikan landasan yang dominan
mempengaruhi pengambilan keputusan mereka. Hal ini dalam keputusan investasi.
sesuai dengan teori mechanistic hypothesis. Sebaliknya,
analis teknikal sebagai analis historis berdasarkan harga
saham emiten cenderung lebih jarang menggunakan
informasi akuntansi, bahkan tidak bersifat dominan dalam Daftar Pustaka
landasan keputusan investasinya. Sehingga hal ini membuat Agustian, Widi. 2009. Perilaku Investor Domestik Cenderung Ikut
perubahan angka akuntansi tidak mempengaruhi Pemain Asing.
http://autos.okezone.com/read/2009/08/05/278/245238/perilaku-
pengambilan keputusan mereka atau yang biasa disebut
investor-domestik-cenderung-ikut-pemain-asing. [15 September 2013]
dengan teori no-effect hypothesis.
Chandra, Rudy. 2010. Analisis Pemilihan Saham oleh Investor Asing di
Dalam hal ini para broker, dosen dan mahasiswa (fakultas Bursa Efek Indonesia. Jurnal Ilmu Administrasi dan Organisasi
ekonomi) yang sedianya adalah orang-orang yang identik Volume 17, Nomor 2 ISSN 0854-3844
dengan pasar modal lebih canggih dan menggunakan Godfrey, Jayne, dkk. 2010. Acoounting Theory 7th Edition. Milton: John
informasi akuntansi dalam pertimbangan keputusan investasi Willey & Sons.
mereka. Sementara dari kalangan wirausahawan masih Gumanti, Tatang Ary. 2007. Manajemen Investasi. Jember: Center of
belum canggih dalam menganalisis informasi akuntansi, Society Studies.
namun pengalaman dan pembelajaran cukup bisa membantu Natapura, Cecilia. 2009. Analisis Perilaku Investor Institusional dengan
mereka dalam menganalisis informasi akuntansi. Pendekatan Analytical Hierarchy Process (PHP). Jakarta: Jurnal Ilmu
Administrasi dan Organisasi Volume 16, Nomor 3 ISSN 0854-3844.
Hasil ini juga membuktikan bahwa keberadaan laporan
keuangan sebagai penyedia informasi yang bermanfaat bagi Puspitaningtyas, Zarah. 2010. Relevansi Nilai Informasi Akuntansi dan
Manfaatnya Bagi Investor. Jember: Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan
investor tidak sepenuhnya berbanding lurus dengan Keuangan ISSN 1411-0393.
pemikiran para investor. Sejatinya informasi akuntansi
Schmidt, D.J. 2007. Speaking of Language: On The Future of Tandelilin, Eduardus. 2001. Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio.
Hermeneutics. Research in Phenomenology 37: 271-284. Yogyakarta: BPFE.
Scott, W.R. 2000. Financial Accountung Theory. 2nd ed. Prentice-Hall Watts, Ross L., Zimmerman, Jerold L. 1986. Positive Accounting Theory.
Canada Inc.:Scarborough, Ontario. New Jersey: Prentice Hall, Inc. Salemba Empat.
Scott, W.R. 2009. Financial Accounting Theory. 4th ed. Pearson
Education Canada Inc.: Toronto.
Baiq Wardah
BEI Mataram, NTB, Indonesia
email: baiqwardah101@gmail.com
ABSTRACT
This research uses a quantitative approach using descriptive methods. The population of this research
is all stocks that are included in the largest market capitalization for the period January - March
2020 with a total of 50 shares. The sampling technique used in this study was purposive sampling
method, so that 28 stocks were obtained as the research sample. The variables of this research are
stock price, JCI, Bi 7-Day Repo Rate, Return, Risk, Selected Shares and Proportion of Funds. The
data analysis method used in this study is the Single Index Model. Based on the research results, it is
concluded that there are 3 stocks that meet the criteria for optimal portfolio formation and the
proportion of funds for each of these stock, namely PT. Fajar Surya Wisesa Tbk. (FASW)
53.40%, 45.48% stock of PT. Bayan Resources Tbk. (BYAN) by 45.48% and stock of PT.
Pollux Properti Indonesia Tbk. (POLL) by 1.12%. The implication of this research is to provide an
overview or information for investors about the advantages and disadvantages of Islamic stocks during
the Covid-19 pandemic.
ABSTRAK
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan metode
deskriptif. Populasi penelitian ini adalah seluruh saham yang masuk dalam kapitalisasi
pasar terbesar periode Januari – Maret tahun 2020 dengan jumlah 50 saham. Teknik
pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan metode purposive sampling,
sehhingga diperoleh 28 saham sebagai sampel penelitian. Variabel penelitian ini adalah
harga saham, IHSG, Bi 7-Day Repo Rate, Return, Risiko, Saham Terpilih dan Proporsi
Dana. Metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah Model Indeks
Tunggal. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan, bahwa terdapat 3 saham
yang memenuhi kriteria pembentukan portofolio optimal dan besar proporsi dana
masing-masing saham tersebut, yakni saham PT. Fajar Surya Wisesa Tbk. (FASW)
sebesar 53,40%, 45,48% saham PT. Bayan Resources Tbk. (BYAN) sebesar 45,48%
dan saham PT. Pollux Properti Indonesia Tbk. (POLL) sebesar 1,12%. Implikasi dari
penelitian ini adalah memberikan gambaran atau informasi bagi para investor tentang
potensi keuntungan dan kerugian saham syariah pada saat masa pandemi Covid-19.
PENDAHULUAN
Di Indonesia, pasar modal memasuki tahap perkembangan yang cukup baik.
Terlihat dari banyaknya masyarakat yang sadar akan kepentingan untuk berinvestasi,
dengan harapan mendapatkan keuntungan guna menghadapi masa depan yang penuh
dengan ketidakpastian. Bagi investor yang memiiki sejumlah modal, pasar modal adalah
sarana yang tepat untuk melakukan investasi pada instrumen seperti saham, obligasi,
reksadana dan lain-lain. Sedangkan, pasar modal bagi perusahaan berfungsi sebagai sarana
untuk memperoleh dana/modal dari investor guna untuk pengembangan usaha, ekspansi
(perluasan), penambahan modal kerja dan sebagainya. Kumpulan saham-saham yang
memiliki kategori tertentu, dikelompokkan kedalam suatu indeks yang terdapat pada di
Bursa Efek Indonesia. Salah satu indeks tersebut adalah Indeks Saham Syariah Indonesia
(ISSI). Indeks Saham Syariah merupakan indeks saham yang mencerminkan keseluruhan
saham syariah yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Ada dua metode yang digunakan untuk melakukan perhitungan portofolio saham
optimal dalam penelitian ini, yakni menggunakan model Markowitz dan Model Indeks
Tunggal. William Sharpe mengembangkan model yang disebut dengan Model Indeks
Tunggal (Single Index Model). Model ini dapat digunakan untuk menyederhanakan
perhitungan, juga digunakan untuk menghitung return ekspektasi dan risiko portofolio.
Metode perhitungan model indeks tunggal (Single Index Model) digunakan untuk membentuk
portofolio yang optimal.
Dalam berinvestasi tidak terlepas dari adanya harga saham yang mengalami naik
turun yang berpengaruh pada besarnya risiko dan return yang akan di dapat. Hubungan
antara return dan risiko merupakan hubungan yang searah. Artinya, jika semakin besar risiko
yang ditanggung, maka semakin besar pula return yang diharapkan. Juga sebaliknya, jika
semakin rendah risiko yang ditanggung, semakin rendah pula return yang diharapkan. Dalam
menginvestasikan modal yang dimiliki sangat jarang investor untuk menanamkan modalnya
pada satu saham, investor seringkali melakukan diversifikasi saham dengan
mengkombinasikan beberapa saham dalam portofolionya. Tujuan dilakukan diversifikasi ini
adalah untuk mengurangi risiko yang ditanggung oleh investor. Strategi diversifikasi ini
dilakukan dengan portofolio optimal, yang berarti keuntungan diperoleh dengan
diversifikasi pada berbagai saham yang memiliki return yang cukup tinggi.
Portofolio saham merupakan cara yang paling efisien untuk membentuk kombinasi
saham dari berbagai macam kumpulan saham dengan tujuan untuk mendapatkan return
yang optimal sesuai dengan yang diharapkan. Portofolio optimal adalah portofolio yang
dipilih oleh investor dari sekian banyak portofolio yang efisien. Portofolio efisien
merupakan portofolio yang memberikan return ekspektasi terbesar dengan tingkat risiko
tertentu atau memberikan risiko yang terkecil dengan tingkat return ekspektasi tertentu.
Portofolio efisien bukan berarti portofolio optimal. Portofolio efisien adalah portofolio
yang baik tetapi bukan yang terbaik. Portofolio efisien hanya memiliki satu faktor baik,
yakni return ekspektasian dan risiko belum terbaik. Sedangkan, portofolio optimal
merupakan portofolio dengan kombinasi return ekspektasian dan risiko yang terbaik.
Pada tanggal 11 Maret 2020, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah
mengumumkan bahwa Coronavirus Novel (COVID-19) adalah wabah pandemi global.1 Kasus
ini pertama kali muncul pada akhir 2019 di wilayah Wuhan, Cina. Penyebaran kasus ini
sangat cepat, hingga ke seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Tercatat pada tanggal 2 Maret
2020, wabah Covid-19 ini menginveksi warga di Indonesia. Adanya penyebaran wabah ini,
tentu saja menimbulkan dampak terhadap perekonomian negara Indonesia. Ini juga
berdampak pada investasi yang menyebabkan para investor bersikap lebih berhati-hati saat
membeli barang atau menanam modal. Virus Covid-19 ini telah membuat investor lari dari
pasar saham global. Ini menunjukkan bahwa masuknya wabah ini berdampak cukup serius
terhadap pasar modal.
Hal ini juga mempengaruhi keputusan investor untuk berinvestasi. Virus ini juga
membuat mental investor menjadi panik, khawatir dan menyebabkan pasar saham global
mengalami tekanan yang hebat. Bagi masyarakat awam tentunya akan membuat mereka
bingung untuk memilih instrumen investasi yang tepat dan menguntungkan. Pemilihan
jenis instrumen investasi merupakan sesuatu yang sulit untuk dilakukan. Hal ini mendorong
kebutuhan penelitian yang semakin dirasakan keperluannya. Dengan demikian, diperlukan
suatu gambaran untuk memilih instrumen investasi yang paling sesuai dan menguntungkan
bagi para investor.
METODOLOGI PENELITIAN
Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif, yakni penelitian
yang bertujuan untuk menggambarkan secara akurat dan sistematik mengenai suatu
permasalahan tertentu. Data yang dihasilkan hanyalah bersifat deskriptif, sehingga tidak
dimaksudkan untuk dianalisa, menguji hipotesis, membuat prediksi, mencari penjelasan,
maupun mempelajari implikasinya.
Gambaran Obyek Populasi
Populasi dalam penelitian ini ada 50 saham dengan kapitalisasi pasar terbesar pada
periode Januari – Juni 2020.
1
(Vanelli, 2020)
Bursa Efek adalah lembaga perusahaan yang berperan sebagai penyelenggara bursa,
yang menyediakan sarana sebagai tempat bertemunya antara perusahaan dengan investor
untuk memperdagangkan efek diantara mereka.
4. Model Indeks Tunggal
Model Indeks Tunggal yang dikembangkan oleh Sharpe adalah salah satu alat ukur yang
akurat untuk mengukur portofolio yang memiliki tingkat risiko rendah.
5. Pandemi Covid-19
Pandemi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah wabah yang berjangkit
serempak dimana-mana atau meliputi geografis yang luas. Pandemi Coronavirus Disease
2019 (Covid-19) ini muncul pertama kali di wilayah Wuhan, Tiongkok dan mulai
menyebar hingga ke seluruh dunia. World Health Organization (WHO) telah menetapkan
kasus ini sebagai sebuah ancaman pandemi.
Adapun variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Harga saham mingguan yang digunakan dalam penelitian ini.
2. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) adalah indikator pergerakan harga saham
umum pada periode penelitian.
3. BI 7-Day Repo Rate adalah suku bunga Bank Indonesia selama periode penelitian.
4. Return adalah imbal hasil yang didapatkan oleh investor melalui perhitungan rumus
yang menggunakan model indeks tunggal.
5. Risiko adalah potensi kerugian yang dimiliki investor atas setiap pilihan
investasinya.
6. Saham Terpilih adalah saham yang telah melalui seleksi daftar saham pada Indeks
Saham Syariah Indonesia (ISSI).
7. Proposi Dana adalah sejumlah dana yang ditempatkan di dalam portofolio dana
investasi investor.
Teknik Analisis Data
Dalam penelitian diperlukan teknik-teknik dalam menganalisis data. Data yang
dikumpulkan dianalisis secara sistematis, mengarah pada hal yang diteliti kemudian hasil
analisis data diterapkan dalam memecahkan masalah. Adapun teknik analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mencari data IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan), untuk kemudian menentukan
tingkat return indeks pasar (Rm), return indeks pasar yang diharapkan [E(Rm)] dan varian
indeks pasar ( Rm2) selama periode Januari – Juni 2020.
2. Mencari harga saham mingguan dari 28 emiten (perusahaan) yang telah dipilih selama
periode Januari – Juni 2020.
3. Menentukan Return Realisasi (Ri) dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Ri =
Keterangan :
Ri = Return sekuritas ke-i
P = Harga saham
4. Menentukan Residual Error (ei) dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
ei = Ri - i – (βi. Rm)
Keterangan :
ei = Kesalahan residu yang merupakan variabel acak dengan nilai
ekspektasinya sama dengan nol atau E(ei)=0
Ri = Return sekuritas ke-i
i = Suatu variabel acak yang menunjukkan komponen dari return
sekuritas ke-i yang independen terhadap kinerja pasar
βi = Beta yang merupakan koefisien yang mengukur perubahan Ri akibat
dari perubahan Rm
Rm = Tingkat return indeks pasar
5. Menentukan ERB (Excess Return to Beta) dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
ERBi =
Keterangan :
ERBi = Excess return to beta sekuritas ke-i
E(Ri) = Return ekspektasi berdasarkan model indeks tunggal untuk sekuritas
ke-i
RBR = Return aktiva bebas risiko (Sertifikat Bank Indonesia)
βi = Beta sekuritas ke-i
6. Menentukan nilai Ai dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Ai =
Keterangan :
Ai = Variabel bantu yang dinotasikan dengan A
E(Ri) = Return ekspektasi berdasarkan model indeks tunggal untuk sekuritas
ke-i
RBR = Return aktiva bebas risiko
βi = Beta sekuritas ke-i
2
ei= Varian kesalahan residu yang merupakan variabel acak dengan nilai
ekspektasinya sama dengan nol atau E(ei)=0
7. Menentukan nilai C* (cut-off point) dengan terlebih dahulu mencari nilai Ci dengan
menggunakan rumus sebagai berikut :
Ci =
Keterangan :
Ci = Variabel bantu yang dinotasikan dengan C
2
m = Varian dari indeks pasar
Nilai C* adalah nilai Ci dimana nilai ERB terakhir kali masih lebih besar dari nilai Ci.
pertumbuhan.
7. BYAN Mining Mengumumkan bahwa kegiatan
operasional tiga anak usahanya
berhenti untuk sementara waktu
akibat wabah Corona.
8. BTPS Finance Kinerja BTPS yang fokus utamanya
adalah pembiayaan perseroan di
segmen ultra mikro jadi yang paling
parah terhantam pandemi Covid-19.
Sumber : Data Sekunder dari Aplikasi RTI Business (2020).
B. Saham Optimal pada Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI)
Saham optimal dicapai dengan menggunakan pendekatan teknik analisis Model
Indeks Tunggal. Perhitungan pada teknik ini diawali dengan mengumpulkan sejumlah
data awal, yaitu meliputi IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan), harga saham
mingguan dari 28 emiten (perusahaan) yang telah dipilih, dan BI 7-Day Repo Rate pada
periode Januari – Juni 2020. Berikut ini adalah pemaparan hasilnya:
1. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) adalah indikator pergerakan harga
saham umum terhadap seluruh saham yang tercatat di Bursa Efek Indonesia.
Peneliti mendapatkan data IHSG melalui salah satu Perusahaan Sekuritas yang telah
terdaftar di Bursa Efek Indonesia, yaitu Phillip Sekuritas Indonesia. Melalui akses
pada aplikasi POEM’S milik Philip Sekuritas Indonesia didapatkan data IHSG
selama periode Januari – Juni 2020.
2. Harga Saham
Harga saham terhadap masing-masing emiten (perusahaan) yang terdaftar di
Busar Efek Indonesia terdiri dari harga pembukaan (pre opening) dan harga penutupan
(closing price). Harga pembukaan adalah harga awal saham pada saat jam bursa dibuka
(pagi hari) dan terus mengalami pergerakan berdasarkan permintaan dan penawaran
saham pada hari tersebut hingga ditutup pada sore hari (harga penutupan). Peneliti
menggunakan harga penutupan ini sebagai dasar analisis data. Berdasarkan teknik
sampel yang digunakan, data harga saham diambil secara mingguan dengan
mengambil data harga saham penutupan pada hari jumat sore (penutupan hari bursa
dalam satu minggu). Peneliti mendaatkan data melalui akses pada aplikasi POEM’S
milik Philip Sekuritas Indonesia. Berikut ini adalah data harga saham dari 28 emiten
yang telah dipilih pada periode Januari – Juni 2020.
juga akan terpengaruh. Koefisien beta ditetapkan sebesar 1, jika β>1 berarti
mempunyai sifat yang peka terhadap perubahan pasar dan sebaliknya β<1 berarti
mempunyai sifat yang tidak peka terhadap perubahan pasar. Sebagai contoh PT.
Barito Pacific Tbk. (BRPT) memiliki Beta sebesar 207%. Ini menunjukkan, bahwa
apabila terjadi peningkatan 1% pada return pasar, maka akan diikuti dengan
peningkatan return saham BRPT sebesar 207%.
5. Risiko
Risiko adalah potensi kerugian yang dimiliki investor atas setiap pilhan
investasinya yang dilakukan. Risiko terbagi menjadi dua, yaitu risiko yang berkaitan
dengan pasar (𝛽𝑖2.𝜗𝑚2) dan risiko unik pada masing-masing saham atau emiten yang
dipilih (𝜗𝑒𝑖2). Kedua jenis risiko ini dihitung melalui data awal IHSG, harga saham
pada 28 emiten dan BI 7-Day Repo Rate menggunakan rumus yang telah dijelaskan
di bab 3.
Dari hasil perhitungan yang dilakukan didapatkan sejumlah data,
diantaranya adalah pada PT. Bank Tabungan Pensiunan Nasional Syariah Tbk.
(BTPS) yang memiliki risiko atau besaran varian senilai 2,45%. Ini bermakna bahwa
jika investor menginvestasikan dananya sejumlah Rp 1.000.000, maka investor akan
mendapatkan potensi kerugian sebesar Rp 24.500,-, yang jika dikalkulasikan ke
modal awal menjadi Rp 975.500,-.
Selain itu didapatkan pula data terkait risiko saham yang berkaitan dengan
kondisi pasar. Sebagai contoh PT. Barito Pacific Tbk. (BRPT) yang memiliki nilai
varian pasar sebesar 0,45%. Ini menunjukkan, bahwa jika terjadi perubahan risiko di
pasar sebesar 1%, maka akan mempengaruhi risiko perusahaan BRPT sebesar
0,45%.
6. Saham Terpilih
Saham terpilih adalah saham yang telah lolos seleksi, mulai dari pemilihan
sampel penelitian hingga akhirnya dihitung menggunakan sejumlah kriteria yang ada
pada Model Indeks Tunggal. Saham yang terpilih ini adalah saham dengan tingkat
return dan risiko yang paling optimal. Saham terpilih memiliki tingkat return yang
baik (positif) dan di saat yang bersamaan juga memiliki risiko yang minimal.
Pemilihan saham dilakukan dengan melakukan sejumlah perhitungan yang
mencakup perhitungan ERBi, Ai, Bi, Aj, Bj, Ci dan Penentuan Cut-off Point (C*).
Variabel Ai, dan Bi adalah merupakan variabel bantu yang digunakan untuk dapat
menghitung nilai Ci dan berakhir pada penetuan C*.
Perhitungan tersebut diawali dengan langkah menghitung harga saham
mingguan, BI Rate dan IHSG kemudian, menghitung nilai ERB (Excess Return to
Beta) untuk masing-masing saham. Nilai ERB in digunakan sebagai dasar untuk
menentukan saham yang masuk dalam kandidat portofolio optimal. Portofolio
optimal dicari dengan memilih saham yang memiliki rasio ERB tertinggi. Setelah itu,
menentukan nilai Cut-off point (C*), yaitu nilai Cut-off rate (Ci) terakhir dimana
nilai ERB masih lebih besar atau sama dengan Ci. Saham-saham yang akan
dimasukkan dalam portofolio optimal adalah saham-saham yang nilai ERB-nya lebih
besar atau sama dengan dari nilai C*. Berdasarkan perhitungan tersebut didapatkan
hasil, yaitu telah terpilih tiga saham yang memenuhi kriteria, yaitu PT. Fajar Surya
Wisesa Tbk. (FASW), PT. Bayan Resources Tbk. (BYAN) dan PT. Pollux Properti
Indonesia Tbk. (POLL).
C. Proporsi Dana
Setelah melakukan sejumlah perhitungan menggunakan Model Indeks Tunggal,
didapatkanlah tiga saham yang terpilih, yaitu PT. Fajar Surya Wisesa Tbk. (FASW), PT.
Bayan Resources Tbk. (BYAN) dan PT. Pollux Properti Indonesia Tbk. (POLL). Jika
diasumsikan investor memiliki dana Rp 1.000.000, -, maka berapa banyakkah dana yang
harus diinvestasikan pada ketiga saham tersebut. Untuk mendapatkan hasil yang
maksimal, tentu seorang investor akan menginvestasikan lebih banyak dananya pada
saham yang memiliki potensi keuntungan lebih besar dibandingkan dengan saham
dengan potensi keuntungan yang lebih kecil. Begitupun dengan risiko yang ada, investor
akan menginvestasikan lebih sedikit dananya pada saham dengan risiko yang lebih besar
dibandingkan dengan saham lainnya. Untuk mengetahui dengan pasti dan agar
keuntungan investor dapat maksimal, digunakanlah perhitungan dalam Model Indeks
Tunggal untuk mencari proporsi dananya. Perhitungan tersebut mencakup perhitungan
Zi dan Wi. Zi merupakan variabel bantu yang digunakan untuk dapat melakukan
perhitungan yang berakhir pada proporsi masing-masing saham (Wi).
Melalui perhitungan tersebut didapatkan hasil proprosi dana pada masing-
masing saham terpilih, yaitu PT. Fajar Surya Wisesa Tbk. (FASW) sebesar 53,40%,
saham PT. Bayan Resources Tbk. (BYAN) sebesar 45,48% dan saham PT. Pollux
Properti Indonesia Tbk. (POLL) sebesar 1,12%. Berikut ini pemaparan detail
perhitungan proporsi dana tersebut (lampiran 34).
Jika dikaitkan dengan hasil penelitian sebelumnya, yakni oleh Fauny Anita Sari dan
Bambang Hadi Santoso didapatkan hasil 3 saham terpilih dengan proporsinya masing-
masing dengan nilai saham tertinggi terletak pada PT. Indofood Sukses Makmur Tbk.
(INDF) sebesar 58,63% dan nilai saham terendah pada PT. Charoen Pokphand
Indonesia Tbk. (CPIN) sebesar 2,75%. Tidak ada saham yang sama dalam penelitian ini,
dikarenakan penelitian terdahulu dilakukan pada saat kondisi normal, sedangkan
penelitian yang dilakukan saat ini dalam kondisi pandemi.
KESIMPULAN
Berdasarkan analisis dengan perhitungan menggunakan metode Model Indeks
Tunggal pada saham-saham yang masuk dalam Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) di
Bursa Efek Indonesia periode Januari – Juni 2020 maka dapat ditarik kesimpulan, yakni: 1).
Terdapat 3 (tiga) saham yang memenuhi kriteria pembentukan portofolio optimal saham,
yakni PT. Fajar Surya Wisesa Tbk. (FASW), PT. Bayan Resources Tbk. (BYAN) dan PT.
Pollux Properti Indonesia Tbk. (POLL). 2). Besarnya proporsi dana yang layak
diinvestasikan pada keempat saham tersebut adalah: 53,40% (0,53398) untuk saham PT.
Fajar Surya Wisesa Tbk. (FASW), 45,48% (0,45482) untuk saham PT. Bayan Resources
Tbk. (BYAN), dan 1,12% (0,01120) untuk saham PT. Pollux Properti Indonesia Tbk.
(POLL). Penelitian ini dapat menjadi salah satu referensi ilmiah pengembangan Ilmu
Manajemen Keuangan mengenai analisis portofolio optimal dengan model Indeks Tunggal.
Penelitian selanjutnya diharapkan melanjutkan penelitian ini dengan menggunakan periode
terbaru untuk mendapatkan portofolio optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Astawinetu, M. A. F. & Dyah, E. (2019). Analisis Portofolio Optimal Dengan
Menggunakan Model Indeks Tunggal Pada Saham IDX BUMN 20 di Bursa Efek
Indonesia Januari 2018 - Januari 2019. Jurnal Ekonomi Manajemen (JEM17), 4(2),
35.
Burhanuddin, C. I. (2020). Ancaman Krisis Ekonomi Global Dari Dampak Penyebaran
Virus Corona (Covid-19). Jurnal AkMen, 17(1).
Darmayanti, I. M. D. R. G. & Ayu, N.P. (2016). Analisis Portofolio Optimal Model Indeks
Tunggal Pada Perusahaan Yang Tergabung Dalam Indeks LQ-45. Manajemen Unud,
5(2), 930.
Hanoatubun, S. (2020). “Dampak Covid-19 Terhadap Perekonomian Indonesia. Jurnal
EduPsyCouns, 2(1), 147.
Hasanah, A., Askandar, N. S., & Mahsuni, A. W. (2019). Pengaruh Tingkat Inflasi, Nilai
Tukar Rupiah, Dan Tingkat Suku Bunga Domestik Terhadap Indeks Saham Syariah
Indonesia (ISSI). Jurnal E-JRA, 8(8).
Ichsanuddin, M. (2016). Analisis Portofolio Optimal Dengan Model Indeks Tunggal Pada
Perusahaan Retail Di BEI. Jurnal Ilmu dan Riset Manajemen, 5(5), 2.
Laksana, S. B., & Prijati. (2016). Analisis Portofolio Optimal Model Indeks Tunggal Pada
Perusahaan Perbankan Di BEI.” Jurnal Ilmu dan Riset Manajemen, 5(1), 2.
Nurmasari, I. (2020). Dampak Covid-19 Terhadap Perubahan Harga Saham Dan Volume
Transaksi (Studi Kasus Pada PT. Ramayana Lestari Sentosa, Tbk.). SEKURITAS
(Saham, Ekonomi, Keuangan dan Investasi), 3(3), 231.
Selasi, D. (2020). Dampak Pandemic Disease Terhadap Perkembangan Pasar Modal
Syariah di Indonesia. Syntax Literate, 5(5), 52.
Setiawan, S. (2017). Analisis Portofolio Optimal Saham-Saham LQ45 Menggunakan Single
Index Model di Bursa Efek Indonesia Periode 2013-2016. Journal of Accounting and
Business Studies, 1(2), 7.
Vanelli, D. C. & Maurizio. (2020). WHO Declares COVID-19 a Pandemic. Acta Biomed,
91(1), 1.