Anda di halaman 1dari 15

ACCOUNTIA: Accounting, Trusted, Inspiring, Authentic Journal

PENGGUNAAN MODEL CAPITAL ASSET PRICING MODEL (CAPM) DAN


ARBITRAGE PRICING THEORY (APT) DALAM PENGAMBILAN
KEPUTUSAN INVESTASI PADA SUB SEKTOR FARMASI
DI BURSA EFEK INDONESIA

Penulis

Iin Aprika
Iin_aprika@gmail.com

Nurhayati Olii
nurhayati.olii03@gmail.com

Universitas Ichsan Gorontalo

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penerapan model Capital


Asset Pricing Model (CAPM) dan Arbitrage Pricing Theory (APT) dalam melakukan
keputusan investasi saham. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif-
kuantitatif. Tehnik pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi, sumber
data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh dari Bursa Efek Indonesia
(BEI). Objek dari penelitian adalah delapan perusahaan pada sub sektor farmasi yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan,
menunjukan bahwa dari delapan sampel perusahaan yang diteliti menggunakan model
Capital Asset Pricing Midel (CAPM) memprediksi sebanyak lima perusahaan yang
mengalami Overvalued, tiga perusahaan mengalami Undervalued, sedangkan pada
model Arbitrage Pricing Theory (APT) memprediksi keseluruhan dari delapan
perusahaan memperoleh tingkat return saham (Ri) lebih kecil dari satu. Untuk tingkat
akurasi dari kedua model tersebut menunjukan bahwa tidak terdapat adanya
perbedaan keakuratan pada model Arbitrage Pricing Theory (APT) dan model Capital
Asset Pricing Model (CAPM).

Kata Kunci : Capital Asset Pricing Model (CAPM), Arbitrage Pricing Theory
(APT)

ABSTRACT
This study aims to describe the application of the Capital Asset Pricing Model
(CAPM) and Arbitrage Pricing Theory (APT) models in making stock investment
decisions. This study uses descriptive-quantitative research methods. The data
ACCOUNTIA: Accounting, Trusted, Inspiring, Authentic Journal

collection technique used is documentation, the data source used is primary data
obtained from the Indonesia Stock Exchange (IDX). The object of the study was eight
companies in the pharmaceutical sub-sector listed on the Indonesia Stock Exchange.
Based on the results of the research that has been done, it shows that of the eight
sample companies studied using the Capital Asset Pricing Midel (CAPM) model
predicting as many as five companies experiencing Overvalued, three companies
experience Undervalued, while the Arbitrage Pricing Theory (APT) model predicts
an overall of eight companies get a level of stock returns (Ri) smaller than one. For
the accuracy of the two models, there is no difference in the accuracy of the Arbitrage
Pricing Theory (APT) model and the Capital Asset Pricing Model (CAPM) model.

Keywords: Capital Asset Pricing Model (CAPM), Arbitrage Pricing Theory (APT)

Volume 3, No.1, April 2019, Hal 2


ACCOUNTIA: Accounting, Trusted, Inspiring, Authentic Journal

1. PENDAHULUAN 39.444. Hal tersebut merupakan


Salah satu jenis investasi yang
sumbangsi dari PT Merck Indonesia
dilakukan investor adalah investasi
Tbk (MERK) sebesar Rp 189.000.
pada saham. Saham adalah tanda bukti
(http://market.bisnis.com).
penyertaan kepemilikan modal atau
Sementara di tahun 2014 rata-
dana pada suatu perusahaan (Fahmi, 81
rata harga saham sub sektor farmasi
: 2013).Menurut Husnan (40:2015)
mengalami penurunan sebesar 16,7%
dalam investasi ada hubungan yang
dari tahun sebelumya menjadi Rp
positif antara resiko dan keuntungan
33.791. (https://ekbis.sindonews.com).
investasi. Tujuannya adalah investasi
Kemudian di tahun 2015 rata-rata harga
harus dinyatakan baik dalam
saham sub sektor farmasi mengalami
keuntungan maupun risiko. Capital
penurunan sebesar 1.207,7% sehingga
Asset Pricing Model (CAPM)
berada di angka Rp 2.584. disebabkan
membicarakan salah satu model
karena adanya pelambatan volume
keseimbangan (Equilibrium Model)
penjualan dan pelemahan terhadap
dan model Arbitrage Pricing Theory
rupiah (https://investasi.kontan.co.id).
(APT) membicarakan model
Selanjutnya di tahun 2016 rata-
keseimbangan dalam perekonomian
rata harga saham sub sektor farmasi
dan industri.
mengalami kenaikan sebesar Rp 4.517
Salah satu saham yang cukup
menjadi 42,7% dari tahun sebelumnya.
menarik minat para investor adalah
Hal ini merupakan sumbangsi dari PT
saham sub sektor farmasi. Secara
Merck Indonesia Tbk (MERK) yang
umum harga saham sektor farmasi yang
harga sahamnya jauh lebih tinggi dari
tercatat di Bursa Efek Indonesia
beberapa perusahaan yang mengalami
cenderung naik sejalan dengan tren
kenaikan harga saham.
naik (bullish) pada Indeks Harga
(www.wartaekonomi.co.id).
Saham Gabungan (IHSG). Rata-rata
Adapun ditahun 2018, rata-
harga saham sub sektor farmasi tahun
rata harga saham sub sector farmasi
2013 mengalami kenaikan sebesar Rp
sebesar Rp.2.297 turun 100,7% dari
ACCOUNTIA: Accounting, Trusted, Inspiring, Authentic Journal

tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan a. Rumusan Masalah


oleh beberapa harga saham dari sub Berdasarkan latar belakang yang
sector farmasi turun, sehingga telah di uraikan maka rumusan masalah
langkah yang diambil oleh investor dalam penelitian ini adalah :
adalah menjual beberapa saham 1. Bagaimana penggunaan model
tersebut ke pasar saham. Capital Asset Pricing Model dalam
(www.cnbcindonesia.com) pengambilan keputusan investasi
Saham sub sektor farmasi pada perusahaan sub sektor farmasi
memiliki prospek yang tinggi, namun yang terdaftar di Bursa Efek
banyak investor yang masih ragu untuk Indonesia.
memilih perusahaan mana yang paling 2. Bagaimana penggunaan model
tepat untuk dijadikan tempat Arbitrgae Pricing Theory dalam
berinvestasi mengingat banyaknya pengambilan keputusan investasi
perusahaan yang tadinya baik – baik pada perusahaan sub sektor farmasi
saja namun tiba-tiba bangkrut, karena yang terdaftar di Bursa Efek
pada umumnya setiap sekuritas tidak Indonesia
dapat menghindari adanya Systematic 1. TINJAUAN PUSTAKA
Risk atau resiko sistematis, yaitu resiko a. Pengertian Capital Asset
yang biasanya di pengaruhi oleh Pricing Model (CAPM)
keadaan pasar dan resiko ini akan Capital Asset Pricing Model
dihadapi oleh semua aset yang (CAPM) menjelaskan tentang
terdaftar di bursa. Metode Capital hubungan antara return dan Beta.
Asset Pricing Model dan Arbitrage Pemahaman tentang CAPM pertama
Pricing Theory merupakan metode kali di munculkan pada pertengahan
yang dapat digunakan untuk tahun 1960-an oleh William. F. Sharpe,
mengestimasi return dan risiko dengan Lintner Dan Mossin.
tingkat keuntungan suatu sekuritas Menurut william f. Sharpe, et. all.
dalam pengambilan keputusan Capital Asset Pricing Model ( CAPM )
investasi pada sub sektor farmasi. Merupakan model penetapan harga
Volume 3, No.1, April 2019, Hal 4
ACCOUNTIA: Accounting, Trusted, Inspiring, Authentic Journal

aktiva equilibrium yang menyatakan Berdasarkan beberapa definisi


bahwa ekspektasi return atas sekuritas tersebut dapat disimpulkan bahwa
tertentu adalah fungsi linier positif dari Capital Asset Pricing Model (CAPM)
sensitifitas sekuritas terhadap merupakan model yang
perubahan return portofolio pasarnya menggambarkan hubungan antara
(Fahmi 2015 :336). risiko dengan return yang diharapkan.
Menurut Husnan (2015 :155) Model ini digunakan dalan penilaian
Menyatakan bahwa Capital Asset harga sekuritas. Model ini mendasarkan
Pricing Model (CAPM) merupakan diri pada kondisi equilibrium. Dalam
model untuk menentukkan harga suatu keadaan equilibrium tingkat
asset. Menurut Tandel(2010 : 187 ) keuntungan yang di syaratkan oleh
model Capital Asset Pricing Model pemodal untuk suatu saham akan di
(CAPM) merupakan suatu model yang pengaruhi oleh risiko tersebut. Disini
menghubungkan tingkat return harapan risiko bukan diartikan lagi sebagai
dari suatu asset berisiko dengan risiko deviasi standar tingkat keuntungan,
oleh teori potofolio pada kondisi pasar tetapi diukur dengan beta.
yang seimbang. Sementara Sartono
(2012 : 168) menyatakan bahwa b. Asumsi – asumsi
Capital Asset Pricing Model (CAPM) mempergunakan Capital
merupakan keseimbangan antara Asset Pricing Model (CAPM)
tingkat risiko yang sistematis dengan Dalam Capital Asset Pricing
tingkat keuntungan yang disyaratkan Model ini kita dapat melihat tentang
sekuritas portofolio. Dengan kata lain beberapa asumsi yang biasa di
tujuan utama penggunaan Capital Asset pergunakan, Husnan (2015 : 140).
Pricing Model (CAPM) adalah untuk Standar Capital Asset Pricing Model
menentukan tingkat keuntugan (CAPM) dipakai adalah jika beta
minimum yang disyaratkan atau bernilai positif, sementara dalam
minimum required rates of return dari pengujian di Bursa Efek Indonesia
investasi asset yang berisiko. (BEI) terlihat bahwa beta adalah
Volume 3, No.1, April 2019, Hal 5
ACCOUNTIA: Accounting, Trusted, Inspiring, Authentic Journal

negatif. Ini terlihat banyaknya sudah pada sebuah gagasan bahwa


pengujian yang di lakukan seperti oleh pengembalian sebuah asset dapat
Husnan (2015) dimana munculnya 8 diprediksi dengan menggunakan
saham yang memiliki angka beta hubungan yang terdapat antara asset
negatif dan beberapa di antaranya di yang sama dan faktor-faktor resiko
anggap adalah cukup signifikan secara secara umum (Fahmi, 2013 : 301)
statistik. Asumsi yang bisa menjelaskan Model Arbitrage Pricing
adalah salah satunya karena bursa efek Theory (APT) berusaha menjelaskan
indonesia berada pada weak from hubungan antara risiko dengan tingkat
(bentuk lemah) keuntungan. Arbitrase dilakukan
c. Formulasi model Capital sampai harga yang terjadi sama untuk
Asset Pricing Model (CAPM) semua aset yang mempunyai risiko
Banyak tolak ukur yang yang sama. Arbitrase mengikuti hukum
digunakan oleh investor untuk ‘’the law of one price’’. Kedua, jika
menentukan minimum return yang Capital Asset Pricing Model sampai
diharapkan dari suatu investasi. Metode pada kesimpulan bahwa faktor pasar
Capital Asset Pricing Model (CAPM) mempengaruhi tingkat keuntungan
merupakan metode masukan unsur yang diharapkan, Arbitrage pricing
resiko saham maka semakin tinggi pula theory (APT) sampai pada kesimplan
minimum return yang diharapkan. bahwa ada beberapa faktor yang
Tolak ukur resiko yang digunakan mempengaruhi tingkat keuntungan
adalah beta saham.Return minimum yang di harapkan untuk suatu aset
model Capital Asset Pricing Model (Mamduh, 2016 : 245). Dari beberapa
terdiri dari Risk Free Rate. pengertian diatas memberikan
d. Pengertian Arbitrage Pricing gambaran bahwa Arbitrage Pricing
Theory (APT) Theory (APT) adalah hubungan antara
Arbitrage Pricing Theory risiko dengan tingkat keuntungan
(APT) adalah sebuah model asset e. Variabel Makro Ekonomi
pricing (harga asset) yang didasarkan f. Populasi
Volume 3, No.1, April 2019, Hal 6
ACCOUNTIA: Accounting, Trusted, Inspiring, Authentic Journal

Populasi dalam penelitian ini Variabel Capital asset Pricing Model


adalah terdiri dari delapan (CAPM) dengan skala rasio
perusahaan pada sub sektor farmasi Rumus:
yang terdaftar
E(r i) = r f + β ( r m - r f )
Variabel makro ekonomi dapat
dijadikan sebagai faktor-faktor dalam Variabel Arbitrage Pricing Theory
model Arbitrage Pricing Theory, Gusni (APT) dengan skala rasio
dan Riantami (2017). Variabel makro Rumus:
ekonomi yang cukup berpengaruh = ( )+ + +. . . + +
terhadap harga saham antara lain yaitu
inflasi, nilai tukar, suku bunga dan
Sumber : Lemiyana, 2015
jumlah uang beredar (Mankiw, 2007).
5. POPULASI DAN SAMPEL
Dalam penelitian ini faktor makro
di Bursa Efek Indonesia atau seluruh
ekonomi yang akan digunakan adalah
saham perusahaan yang tergabung
inflasi, pertumbuhan ekonomi, suku
dalam Indeks Harga Saham Gabungan
bunga, kurs valuta asing, dan jumlah
(IHSG).
saham beredar.
Sampel
Arbitrage Pricing Theory
Sampel yang digunakan dalam
(APT) , dimana Capital Asset Pricing
penelitian ini adalah delapan
Model (CAPM) merupakan model yang
perusahaan yang dipilih dengan
menggambarkan hubungan antara
mengunakan metode sampel jenuh,
risiko dengan return yang diharapkan.
Sugiyono (2014: 68). Adapun kriteria
Sedangkan Arbitrage Pricing Theory
atau pertimbangan dalam pengambilan
(APT) adalah hubungan antara risiko
sampel ini antara lain: Saham
dengan tingkat keuntungan.
perusahaan yang termasuk dalam
Berdasarkan uraian di atas
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
operasional variabel di gambarkan
dan diperdagangkan di Bursa Efek
secara ringkas pada tabel berikut ini :
Indonesia (BEI). Saham perusahaan g
Operasional variabel
Volume 3, No.1, April 2019, Hal 7
ACCOUNTIA: Accounting, Trusted, Inspiring, Authentic Journal

terdaftar dan aktif diperdagangkan di selama periode pengamatan dari tahun


Bursa Efek Indonesia selama periode 2013 hingga tahun 2018.
tahun 2013-2018 tersedia untuk c. Metode Analisis Data
dianalisis. Kemudian pemilihan sampel 1. Menghitung CAPM (Capital
dengan menggunakan kriteria aktif Asset Pricing Model )
berdasarkan frekuensi perdagangan Capital Asset Pricing Model (
dengan pertimbangan bahwa saham CAPM ) menjelaskan hubungan antara
tersebut diminati banyak investor, risk dan return. Formulasi yang harus di
sehingga dapat mengurangi bias data. lakukan untuk memperoleh risiko dan
return dari suatu sekuritas adalah
a. Sumber Data sebagai berikut Samsul, (2015 : 348) :
Sumber data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah data Primer. E (ri) = r f + β ( r m – r f )

berupa data bulanan selama periode Keterangan :


pengamatan dari tahun 2013 hingga E(ri) = Return minimum / expected
tahun 2018. return
rf = risk free rata – rata bulanan
b. Tehnik Pengumpulan data atau tahunan
Teknik pengumpulan data β = Beta
dalam penelitian ini menggunakan rm =Market return rata – rata
teknik dokumentasi, yaitu dengan bulanan atau tahunan untuk
mencatat atau menyalin data yang menghitung risk free
tercantum di Bursa Efek Indonesia, 2. Menghitung APT ( Arbitrage
Pojok Bursa, IDX Statistik, Indonesia Pricing Theory )
Capital Market Directori (ICMD) dan Adapun rumus yang dipakai dalam
berbagai literatur lainnya yang teori Arbitrage Pricing Theory (APT)
dibutuhkan dalam penelitan ini. Data menurut Robert Ang (1997:214) dalam
yang diambil adalah data bulanan

Volume 3, No.1, April 2019, Hal 8


ACCOUNTIA: Accounting, Trusted, Inspiring, Authentic Journal

Lemiyana (2015) adalah sebagai a) Apabila Ri > 1, berarti tingkat


berikut keuntungan saham meningkat
lebih besar dibandingkan dengan
= ( )+ + +. . . +
+ tingkat keuntungan keseluruhan
saham di pasar.
Keterangan : b) Apabila Ri < 1, berarti tingkat
Ri = tingkat return actual keuntungan saham meningkat
sekuritas i lebih kecil dibandingkan dengan
E(Ri) = return harapan untuk keuntungan keseluruhan saham
sekuritas i
= sensitivitas sekuritas i
terhadap faktor i
f = deviasi factor
sistematis F dari nilai harapannya
ei = random error
3. Menganalisis hasil dari
perhitungan Capital asset Pricing
Model (CAPM)
a) Return harapan > return
minimum, berati saham layak di
beli (undervalued stock).
b) Return harapan < return
minimum, berarti saham tidak
layak dibeli (overvalued stock).
4. Menganalisis hasil dari
perhitungan Arbitrage Pricing
Theory (APT)

Volume 3, No.1, April 2019, Hal 9


ACCOUNTIA: Accounting, Trusted, Inspiring, Authentic Journal

HASIL PENELITIAN DAN Pasific Tbk. Yang artinya tingkat return yang
PEMBAHASAN diharapkan oleh investor lebih rendah dari
a. Hasil Penelitian return minimumnya, atau menggambarkan
Setelah melakukan penelitian pada suatu sekuritas yang harga pasarnya (market
Perusahaan Sub sektor farmasi, maka price) terlalu tinggi dibandingkan dengan
diperoleh Data Indeks Harga Saham harga wajarnya (offer stock) Fahmi (2015 :
Gabungan (IHSG), Data Suku Bunga Bank 343). Hal tersebut disebabkan oleh
Indonesia (SBI), Data Inflasi, Data menurunnya tingkat suku bunga bank
Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB), Indonesia dan Indeks Harga Saham
Data Suku Bunga, Data Kurs Valuta Asing Gabungan (IHSG) pada perusahan.
dan Data Jumlah Uang Beredar dalam Sementara pada perusahaan,
periode 2013, 2014, 2015, 2016, 2017 dan Indofarma Tbk., Kimia Farma Tbk. Dan
2018 sebagai dasar tolak ukur untuk menilai Merck Indonesia Tbk. Lebih banyak
kondisi saham perusahaan. Tolak ukur yang dikategorikan Undervalued yang artinya
digunakan dalam penelitian ini adalah harga saham tersebut lebih rendah dari pada
Analisis Capital Asset Pricing Model harga sekuritas pasar atau harga wajarnya.
(CAPM) dan Arbitrage Pricing Theory Hal ini disebabkan karena adanya kenaikan
(APT) untuk menentukan keputusan pada tingkat suku Bunga Bank Indonesia,
Investasi saham pada suatu perusahaan. yang disebabkan karena terjadinya inflasi dan
juga adanya perbaikan ekonomi global di
1. Hasil Keputusan Investasi pada tengah berlanjutnya proses konsolidasi
Capital Asset Pricing Model ekonomi domestik mengarah ke kondisi yang
(CAPM) pada sub sektor farmasi lebih seimbang. Hal tersebut juga terjadi
periode 2013-2018 akibat peningkatan pada Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG), yang disebabkan oleh
Hasil penelitian Capital Asset Pricing
adanya peningkatan volume perdagangan
Model pada Sub sektor Farmasi menunjukan
dan nilai total transaksi naik sehingga
bahwa terdapat lima perusahaan yang
berdampak pada kenaikan harga saham
tergolong Overvalued, yaitu pada perusahaan
(bisnis.tempo.co.id). Kenaikan Indeks
Darya-Varia Laboratoria Tbk., Kalbe Farma
Harga Saham Gabungan (IHSG) juga
Tbk., Pyridam Farma Tbk., Industri jamu &
didukung karena adanya fundamental
Farmasi Sido Muncul Tbk. dan Tempo Scan
Volume 3, No.1, April 2019, Hal 10
ACCOUNTIA: Accounting, Trusted, Inspiring, Authentic Journal

ekonomi Indonesia yang baik. Selain itu, menandakan bahwa risiko sistematis saham
kinerja emiten secara menyeluruh juga lebih besar dibandingkan dengan risiko
tercatat begitu positif (finance.detik.com). sistematis pasar, sedangkan return minimum
Penyebab lainnya adalah kondisi pada saham KAEF, KLBF, PYFA, SIDO,
perekonomian Indonesia cenderung stabil dan TSPC lebih kecil dari return harapannya.
dan stagnan, sehingga penguatan IHSG Sementara pada saham INAF, KAEF dan
sebenarnya banyak pula didukung oleh MERK menunjukkan beta saham perusahaan
profitabilitas korporasi yang terus meningkat tersebut berada dibawah satu. Hal ini
(ekonomi.kompas.com). menandakan bahwa risiko sistematis saham
Berdasarkan hasil Capital Asset lebih kecil dibandingkan dengan risiko
Pricing Model (CAPM) dikatakan bahwa sistematis dipasar, serta return minimum
saham DVLA, KLBF, PYFA, SIDO, dan pada saham INAF, KAEF, dan MERK lebih
TSPC tidak layak dibeli menurut standar besar dari return yang diharapkan oleh
pengukurannya dikarenakan mengalami investor.
Overvalued. Menurut Herawanny dan Saifi Berdasarkan penjelasan diatas, oleh
(2017), perusahaan yang berada dalam para investor untuk menentukan apakah suatu
kondisi overvalued merupakan perusahaan sekuritas tersebut Undervalued atau
yang memiliki nilai intrinsiknya lebih rendah Overvalued sebagai dasar untuk melakukan
dari harga pasar sekarang. Sementara saham jual beli saham guna memperoleh Capital
KAEF, INAF dan MERK merupakan saham Gain. Seperti memilih saham KAEF, INAF
yang layak dibeli menurut standar dan MERK. yang Undervalued. Dan untuk
pengukuran CAPM karena di kategorikan mendapatkan Capital gain, sebaiknya
saham yang Undervalued. menurut Samsul memilih saham DVLA, KLBF, PYFA,
(2015:348) semakin tinggi risiko investasi SIDO, dan TSPC yang Overvalued. Akan
yang dihadapi semakin besar return tetapi jika untuk menghindari adanya
minimum yang diharapkan. Semakin besar kerugian sebaiknya menolak berinvestasi
beta saham berarti semakin besar return atau tidak membeli saham DVLA, KLBF,
minimum. Akan tetapi pada kasus saham PYFA, SIDO, dan TSPC.
DVLA, KLBF, PYFA, SIDO, dan TSPC 2. Pembahasan Capital Asset Pricing
menununjukkan beta saham pada perusahaan Model (CAPM) dan Arbitrage
tersebut berada di atas satu. Hal ini Pricing Theory (APT)

Volume 3, No.1, April 2019, Hal 11


ACCOUNTIA: Accounting, Trusted, Inspiring, Authentic Journal

Model CAPM dan APT memiliki besar dari satu disetiap tahunnya. Ini
kemampuan yang sama untuk meramalkan menandakan bahwa APT tidak memberikan
keputusan investasinya pada perusahaan sub dampak tingkat pengembalian saham pada
sektor farmasi. Metode analisis Capital Asset perusahaan-perusahaan sub sektor farmasi
Pricing Model (CAPM) diharapkan dapat yang go publik di bursa efek Indonesia.
memberikan prediksi yang tepat antara Hasil dari penelitian ini berbeda
hubungan risiko sebuah aset dan tingkat dengan hasil penelitian Lemiyana (2015) dan
harapan pengembalian. Hasil dari estimasi Kristin Laia dan Ivonne Saerang (2015) yang
CAPM bahwa dari delapan perusahaan menyatakan bahwa terdapat perbedaan
sampel penelitian, tiga saham yang tergolong keakuratan antara CAPM dan APT.
saham undervalued karena tingkat return Lemiyana (2015) menyatakan bahwa CAPM
individu (Ri) lebih besar dari pada yang lebih akurat dibanding APT, sedangkan
diharapkan (E(Ri), sedangkan lima saham Kristin Laia dan Ivonne Saerang (2015)
tergolong saham yang overvalued, menyatakan bahwa APT lebih akurat
dikarenakan tingkat return individu (Ri) dibanding CAPM.
lebih kecil dari return yang diharapkan Penyebab dari perbedaan ini dapat di
E(Ri). Pada saat posisi sekuritas lihat dari dua sisi, yaitu dari model CAPM
undervalued, rekomendasi untuk keputusan dan APT. Dari sisi CAPM adalah beta atau
yang diambil oleh investor adalah risiko sistematis yang dihasilkan CAPM
membeli/menahan saham tersebut, akan bervariasi sesuai dengan jumlah
sedangkan keputusan terhadap sekuritas periode yang digunakan dan nilai dari
overvalued adalah menjual sekuritas tersebut masing-masing periode. Lemiyana
sebelum harga saham mengalami penurunan. menggunakan periode estimasi beta selama 6
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tahun (2007-2012), Kristin Laia dan Ivonne
penerapan metode CAPM ini layak untuk Saerang (2015) menggunakan periode
digunakan sebagai metode estimasi dalam estimasi beta selama 2 tahun (2013-2014).
estimasi investasi untuk memperoleh hasil Tandelilin (2010) menyatakan bahwa data
yang efektif dan efisien, Nasuha (2013). yang diperoleh dari sumber yang berbeda
Pada tingkat pengembalian saham sering menghasilkan beta yang berbeda-
(Ri) disetiap perusahaan terdapat hasil beda. Perbedaan beta inilah yang
return saham lebih kecil dari satu dan lebih menyebabkan terjadinya perbedaan tingkat

Volume 3, No.1, April 2019, Hal 12


ACCOUNTIA: Accounting, Trusted, Inspiring, Authentic Journal

akurasi dalam peramalan return saham pada memprediksi return saham jika
tiap-tiap penelitian. Jika dilihat dari sisi dibandingkan dengan model Capital Asset
APT, faktor-faktor makro yang digunakan Pricing Model (CAPM). Pada model Capital
pada penelitian ini berbeda dengan faktor- Asset Pricing Model (CAPM) saham-saham
faktor yang digunakan oleh Lemiyana (2015) yang dapat dikategorikan efisien yaitu
dan Kristin Laia dan Ivonne Saerang (2015). DVLA, INAF dan MERK, sedangkan jika
Perbedaan ini disebabkan karena menggunakan Arbitrage Pricing Theory
faktor yang dimasukkan pada model APT (APT) saham-saham yang dikategorikan
sangatlah luas dan dalam kenyataannya efisien yaitu keseluruhan saham sub sektor
belum ada kesepakatan mengenai faktor- farmasi yang terdafar di Bursa Efek
faktor risiko yang relevan dan jumlah faktor Indonesia.
yang dimasukkan (Tandelilin, 2010). Hal ini Hasil penelitian ini juga dibuktikan
menyebabkan peneliti satu dengan lainnya oleh Denny Cahyo Prasetyo pada tahun
bebas memasukkan faktor pembentuk model 2015. Penelitian ini bertujuan untuk
APT, selama faktor-faktor tersebut menganalisis perbandingan tingkat akurasi
memenuhi kriteria seperti bersifat surprise CAPM dan APT dalam
dan termasuk kedalam jenis faktor meramalkan return saham perusahaan. Hasil
makroekonomi. Penyebab perbedaan analisis menunjukkan bahwa tidak terdapat
keakuratan lainnya pada model APT adalah perbedaan keakuratan yang signifikan di
sama halnya dengan beta pada CAPM, yaitu antara model CAPM dan APT dalam
risiko sistematis akan bervariasi sesuai memprediksikan return saham perusahaan
dengan jumlah periode yang digunakan dan yang terdaftar di JII.
nilai dari masing-masing periode. hasil 6. KESIMPULAN
penelitian ini menunjukkan bahwa semakin Berdasarkan hasil penelitian yang
lama periode observasinya maka hasil telah diuraikan pada bab sebelumnya, bahwa
peramalan dari masing-masing model pun pada analisis Capital Asset Pricing Model
menjadi semakin akurat. (CAPM) terdapat lima perusahaan yang
Dari beberapa pendapat diatas maka mengalami Overvalued atau saham tidak
memberikan gambaran bahwa tidak terdapat layak dibeli, yakni pada perusahaan, DVLA
adanya perbedaan keakuratan pada model ,KLBF, PYFA, SIDO, dan TSPC. Sementara
Arbitrage Pricing Theory (APT) dalam pada saham KAEF, INAF dan MERK

Volume 3, No.1, April 2019, Hal 13


ACCOUNTIA: Accounting, Trusted, Inspiring, Authentic Journal

mengalami Undervalued atau dalam artian 4. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan


saham yang layak di beli. penelitian ini dapat dijadikan sebagai
Kemudian pada hasil Arbitrage bahan acuan dan perbandingan dalam
Pricing Theory (APT) lebih kecil dari satu melakukan penelitian yang sejenis dan
sehingga tingkat keuntungan saham agar dapat meneliti dengan pendekatan
meningkat lebih kecil dibandingkan dengan lain seperti faktor makroekonomi yang
tingkat keuntungan keseluruhan saham mempengaruhi Arbitrage Pricing Theory
dipasar. Banyak faktor yang mempengaruhi (APT).
hal tersebut diantaranya faktor makro DAFTAR PUSTAKA
ekonomi seperti Inflasi, suku bunga, Jumlah
Bank indonesia. www.bi.go.id. Diakses pada
uang beredar, kurs dan pertumbuhan PDB. 28 September 2018, pukul 18 : 29
7. SARAN Bisnis Tempo. www. bisnis.tempo.co.id.
Diakses pada tanggal 2 Februari
Adapun saran-saran yang diberikan 2019, pada pukul 16:10
penulis dalam penggunaan analisis Capital Bursa Efek Indonesia. www.idx.co.id.
Diakses pada 19 September 2018, pukul
Asset Pricing Model (CAPM) dan Arbitrage 14:22
Pricing Theory (APT) sebagai berikut : Detik.com. www.detik.com. Diakses pada
tanggal 1 Februari 2019, pukul 19:00
1. Bagi investor sebelum memutuskan untuk Ekonomi Kompas.
berinvestasi saham, sebaiknya lebih www.ekonomi.kompas.com. Diakses
pada 1Februari 2019, pukul 19:20
dahulu mengetahui tingkat risiko yang Ekonomi.Okezone. www.
diperoleh dari suatu saham dimasa datang economy.okezone.com. Diakses pada
tanggal 4 Februari 2019, pukul 09:15
untuk menekan kerugian. Fahmi Irham. 2013. Pengantar pasar modal.
2. Bagi perusahaan harus tetap bisa Edisi Kedua. Bandung: Alfabeta
--------------. 2015. Pengantar Manajemen
menekankan risiko tidak sistematis Keuangan. Edisi Keempat. Bandung:
sehingga dapat memperoleh capital gain Alfabeta
--------------. 2015. Pengantar Teori
yang lebih besar. Portopolio dan Analisis Investasi.
3. Sub sektor farmasi harus lebih selektif Edisi Pertama. Bandung : Alfabeta.
Finance.Detik. www. finance.detik.com.
dalam melakukan prediksi pasar dan Diakses pada tanggal 2 Februari
faktor ekonomi lainnya, agar dapat 2019, pukul 16:00
Gusni, Riantani Suskim (2017). Penggunaan
meningkatkan penjualan pada perusahaan Arbitrage Pricing Theory untuk
dan menarik minat investor untuk menganalisis Return saham Syariah.
Ultima Management Vol. 9 No. 1 Juni
berinvestasi. 2017

Volume 3, No.1, April 2019, Hal 14


ACCOUNTIA: Accounting, Trusted, Inspiring, Authentic Journal

Hartono,Jogiyanto, 2016. Teori Portofolio Kemendag. http://www.kemendag.go.id.


dan Analisis Investasi, Edisi Ketujuh Diakses pada tanggal 24 Januari
Yogyakarta: Fakultas Ekonomika dan 2019. Pada pukul 20:24.
Bisnis UGM. Kuncoro, Mudrajad dan Suhardjono. (2013).
Husnan Suad. 2015. Teori Portopolio & Manajemen Perbankan – Teori dan
Analisis Sekuritas. Edisi Kelima. Aplikas. Yogyakarta. BPFE UGM.
Yogyakarta: UPP STIM YKPN
Ike Nofiatin (2013). Hubungan Inflasi, Suku Maya Dwi Puspita, Tony Seno Aji. (2018).
Bunga, Produk Domestik Bruto, Nilai Analisis Pengaruh Inflasi, Suku
Tukar, Jumlah Uang Beredar, dan Bunga Sbi, Nilai Tukar, Produk
Indeks Harga Saham Gabungan Domestik Bruto (Pdb) Dan Indeks
(IHSG) Periode 2005–2011. Fakultas Dow Jones Industrial Average (Djia)
Ekonomi dan Bisnis Universitas Terhadap Indeks Kompas100 Periode
Brawijaya. Jurnal Vol 11, No 2 Januari 2012-Desember 2017. Jurnal
(2013). Ilmu Manajemen Volume 6 Nomor
Indra Afrida Yetti, 2018. Perbandingan 3–Jurusan Manajemen Fakultas
Keakuratan Metode Capital Asset Ekonomi Universitas Negeri
Pricing Surabaya.
Model Dan Arbitrage Pricing Susilawati Karya Dwi Christine (2012).
Theory Dalam Memprediksi Return Analisis Perbandingan Pengaruh
Saham (Studi Pada Perusahaan Sektor Likuiditas, Solvabilitas, dan
Barang Konsumsi Dan Sektor Profitabilitas Terhadap Harga
Pertambangan Yang Terdaftar Di Saham pada Perusahaan LQ 45.
Indeks Saham Syariah Indonesia Jurnal Akuntansi Vol.4 No.2
(Issi). Journal of Economic, Business November 2012: 165-174.
and Accounting (COSTING).
Volume 1 Nomor 2, Juni 2018. Rjoub, H., Tursoy, T., dan Gunsel, N.
Indonesia Invetment. https://www.indonesia- (2009). The Effects of
investments.com/id. Diakses pada Macroeconomic Factors on Stock
tanggal 16 Desember 2018. Pada Returns: Istanbul Stock Market.
pukul 20 : 09 Studies in Economics and Finance,
Investasi.https://investasi.kontan.co.id. Vol. 26, No. 1, 36 – 45.
Diakses pada tanggal 23 Oktober
2018. Pada pukul 22 : 26

Volume 3, No.1, April 2019, Hal 15

Anda mungkin juga menyukai