Anda di halaman 1dari 12

RISET AKUNTANSI DAN AUDITING

“ Artikel Riset tentang Positive Accounting Theory”

KELOMPOK 4 :

Gede Rudi Harta Pratama Giri 2081611006


Ni Putu Ema Leonita Andini 2081611008
Kadek Ria Fitriani 2081611011
Ida Ayu Wayan Uttamagana 2081611012

MAGISTER AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2021
Artikel 1

Judul Artikel : The Effect of Bonus Scemes on Accounting Decissions


Penulis : Paul M. Healy
Tahun : 1985
Penerbit : Journal of Accounting and Economics
Halaman : 85-107

1. Fenomena
Dari sebuah penelitian yang dilakukan pada tahun 1980 oleh Fox terhadap 1000
perusahaan terbesar di Amerika, ditemukan bahwa 90 persen menerapkan skema bonus
yang berbasis laba akuntansi sebagai kompensasi terhadap para manajernya. Penelitian
ini menguji tentang keputusan akuntansi oleh manajemen, yang sistem pemberian bonus
terhadap para eksekutifnya berbasis laba, mengenaipemilihan prosedur akuntansi yang
menaikkan kompensasi mereka. Penelitian ini menganalisis format kontrak bonus dan
menyediakan analisis yang lebih lengkap tentang pengaruh insentif akuntansi mereka
dibandingkan dengan penelitian terdahulu.
Skema yang digunakan dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga kasus yaitu:
1) Manajer mempunyai motivasi untuk memilih discretionary actual dengan
menurunkan pendapatan (take a bath).Apabila laba sebelum discretionary accrual
(DA) kurang dari batasan yang telah ditentukan, maka manajer mempunyai motivasi
untuk memilih discretionary accrual untuk menurunkan pendapatan
2) Manajer mempunyai motivasi untuk memilih discretionary actual dengan menaikkan
pendapatan. Apabila laba sebelum discretionary accrual(DA) melebihi batasan yang
telah ditentukan tetapi tidak mencapai batasan tertinggi,maka manajer mempunyai
motivasi untuk memilih discretionary accrual untuk menaikkan pendapatan
3) Manajer mempunyai motivasi untuk memilih discretionary actual dengan
menurunkan pendapatan. Apabila skema bonus diidentifikasikan pada batas atasdan
laba sebelum discretionary accrual (DA) melampaui batasan tersebut, maka manajer
mempunyai motivasi untuk memilih discretionary accrual untuk menurunkan
pendapatan

2. Research Gap
Penelitian sebelumnya menguji bahwa eksekutif dihargai oleh skema bonus
sehingga mereka memilih prosedur akuntansi yang meningkatkan pendapatan untuk
memaksimalkan kompensasi bonus mereka. Tetapi hasil empiris penelitian sebelumnya
bertentangan. Penelitian terdahulu yang menguji tentang hubungan antara kebijakan
akrualdan pemilihan prosedur akuntansi dengan skema laba untuk
memaksimalkankompensasi bonus mereka, pernah dilakukan oleh Watts dan Zimmerman
(1978),Hagerman dan Zmijewski (1979), Holthausen (1981), Zmijewski dan
Hagerman(1981), Collins, Rozeff dan Dhaliwal (1981), dan Bowen, Noreen, dan Lacey
(1981).Hasil penelitian mereka bertentangan.
3. Tujuan penelitian
Untuk mengetahui keputusan manajerial akuntansi yang mendalilkan bahwa
eksekutif yang diberi bonus yang berdasarkanlaba memilih prosedur akuntansi yang
tujuannya meningkatkan kompensasi mereka.
4. Rerangka Konseptual

Skema yang digunakan dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga kasus yaitu:
1) Manajer mempunyai motivasi untuk memilih discretionary actual dengan
menurunkan pendapatan (take a bath).Apabila laba sebelum discretionary accrual
(DA) kurang dari batasan yang telah ditentukan, maka manajer mempunyai
motivasi untuk memilih discretionary accrual untuk menurunkan pendapatan
2) Manajer mempunyai motivasi untuk memilih discretionary actual dengan
menaikkan pendapatan. Apabila laba sebelum discretionary accrual(DA)
melebihi batasan yang telah ditentukan tetapi tidak mencapai batasan
tertinggi,maka manajer mempunyai motivasi untuk memilih discretionary accrual
untuk menaikkan pendapatan
3) Manajer mempunyai motivasi untuk memilih discretionary actual dengan
menurunkan pendapatan. Apabila skema bonus diidentifikasikan pada batas
atasdan laba sebelum discretionary accrual (DA) melampaui batasan tersebut,
maka manajer mempunyai motivasi untuk memilih discretionary accrual untuk
menurunkan pendapatan

5. Metode
Populasi dalam penelitian adalah perusahaan yang terdaftar di Fortune Directory
pada tahun 1980 yang merupakan 250 perusahaan industry terbesar di AS. Sampel terdiri
dari 94 perusahaan yang memenuhi kriteria. Data dikumpulkan dari COMPUSTAT untuk
tahun 1964-1980 sedangkan untuk tahun tahun sebelumnya dikumpulkan melalui
Moody’s Industrial Manual. Penelitian ini menggunakan purposive sampling untuk
menentukan sampelnya.
Dua proksi untuk akrual diskresioner dan prosedur akuntansi digunakan: total
akrual dan pengaruh perubahan sukarela dalam prosedur akuntansi pada laba. Sampel
perubahan penyusutan yang digunakan oleh Holthausen (1981) dan perubahan yang
didokumentasikan oleh Tren dan Teknik Akuntansi. Pengaruh setiap perubahan pada
laba saat ini dan laba ditahan dikumpulkan dari laporan tahunan perusahaan.

6. Hasil Penelitian
Data dalam tabel 2 dan 3 umumnya tidak konsisten dengan hipotesis nol bahwa
tidak ada hubungan antara akrual diskresioner dan insentif pelaporan pendapatan manajer
berdasarkan rencana bonus. Ada insiden akrual negatif yang lebih besar ketika batas atas
dan bawah dalam kontrak bonus mengikat.
Ada beberapa batasan dalam uji kontingensi. Pertama, metode penugasan
observasi ke portofolio LOW menginduksi bias seleksi. Bias seleksi ini meningkatkan
kemungkinan salah menolak hipotesis nol. Batasan kedua dari tes kontingensi muncul
dari kesalahan dalam mengukur akrual disctetionary. Total akrual digunakan sebagai
proxy untuk akrual diskresioner. Kesalahan pengukuran untuk proksi ini berkorelasi
dengan arus kas perusahaan dari "operasi dan laba, variabel yang digunakan untuk
menetapkan tahun perusahaan ke portofolio UPP, MID dan LOW.
Namun, penurunan permintaan yang tidak terduga akan meningkatkan tingkat
persediaan fisik dan akrual nondiscretionary dan menurunkan arus kas dari operasi,
berlawanan dengan prediksi teori untuk portofolio RENDAH. Batasan ketiga dari tes
kontingensi muncul dari kesalahan dalam mengukur laba sebelum akrual diskresioner.
Pengamatan ini memiliki kesalahan pengukuran negatif dalam akrual diskresioner,
meningkatkan kemungkinan salah menolak hipotesis nol.

7. Implikasi
Penelitian ini memberikan perbandinagn akrual untuk perusahaan yang rencana
bonusnya termasuk dan mengecualikan batas atas lebih lanjut mendukung teori:
memegang arus kas konstan, akrual lebih rendah untuk perusahaan-tahun dengan
mengikat batas atas rencana bonus daripada untuk tahun perusahaan tanpa batas atas.
Lebih lanjut, penelitian ini memperluas literatur yang ada dengan memberikan gambaran
mengenai kebijakan akrual manajer terkait insentif pelaporan pendaptan dari kontrak
bonus dan perubahan prosedur kuntansi oleh manajer dikaitkan dengan adopsi atau
modifikasi rencana bonus.

8. Kritik dan Saran Untuk Pengembangan Penelitian Selanjutnya


Pengujian ini memiliki beberapa masalah. Pertama, diabaikannya definisi
pendapatan dari rencana,sehingga keputusan akuntansi tertentu tidak mempengaruhi
bonus. Kedua, pengujian sebelumnya menganggap skema kompensasi selalu mendorong
manajer untuk memilih prosedur akuntansi yang meningkatkan pendapatan. Tetapi
manajer juga dapat memilih prosedur penurunan pendapatan. Misalnya, mereka biasanya
mengizinkan dana yang disisihkan untuk penghargaan kompensasi bila penghasilan
melebihi target yang ditetapkan. Jika penghasilan begitu rendah sehingga tidak peduli
yang prosedur akuntansi yang dipilih laba target tidak akan terpenuhi, manajer memiliki
insentif untuk mengurangi laba saat ini dengan menunda pendapatan atau mempercepat
write-off, di mana strategi ini dikenal sebagai taking a bath. Strategi ini tidak
mempengaruhi penghargaan bonus saat ini dan meningkatkan kemungkinan memenuhi
target laba masa depan, Studi terdahulu tidak mengontrol untuk situasi tersebut dan,
karenanya, mengecilkan hubungan antara insentif kompensasi dan keputusan akuntansi
prosedur.
Dari penelitian ini, dimasa depan dapat diteliti mengapa kontrak bonus terhadap
manajer memberikan penghargaan kepada manajer atas dasar pendapatan bukan harga
saham perusahaan. Kemudian,penelitian selanjutnya juga dapat melihat apa saja efek
insentif lain dari kontrak bonus.
Artikel 2

Judul Artikel : Debt Covenant Violations And Managers Accouting Responses


Penulis : Amy Patricia Sweeney
Tahun : 1994
Penerbit : Journal of Accounting and Economics
Halaman : 281-308

1. Fenomena
Adanya perubahan akuntansi, default cost dan akuntansi berbasis perjanjian yang
dilanggar oleh 130 perusahaan yang melaporkan pelanggaran dalam laporan tahunan.
Perjanjian hutang dihipotesiskan menjadi faktor penentu bagi manajer Ketika memilih
kebijakan akuntansi. Demi menghindari penalti akibat pelanggaran atas perjanjian utang,
manajer biasanya akan melakukan praktik akuntansi seperti peningkatan laba bersih
untuk memperkecil kemungkinan perusahaan mengalami pelanggaran.

2. Research Gap
Penelitian sebelumnya tidak langsung menguji hipotesis perjanjian hutang secara
langsung namun menggunakan rasio hutang-ekuitas perusahaan sebagai proksi untuk
kedekatan dengan batasan perjanjian dan menguji hipotesis hutang. Pada penelitian ini,
peneliti menggunakan tes hipotesis perjanjian hutang yang berbeda dan berpotensi lebih
kuat dengan menganalisis perubahan akuntansi daripada akrual abnormal. dan dengan
memeriksa perusahaan yang melanggar perjanjian kekayaan bersih minimum dan modal
kerja daripada batasan dividen. Penelitian ini juga merupakan penelitian pertama yang
mendokumentasikan perubahan dalam metode akuntansi yang dibuat manajer dalam
menanggapi pelanggaran perjanjian utang. Penelitian ini juga mendokumentasikan
apakah perubahan akuntansi sebenarnya menunda pelanggaran pembatasan berbasis
akuntansi untuk satu periode akuntansi lebih.

3. Tujuan penelitian
Tujuan penelitian dalam artikel ini adalah apakah manajer mengubah prosedur
akuntansi, jenis proseur akuntansi mana yang diubah manajer, kapan perubahan tersebut
dilakukan, dan sejauh mana perubahan tersebut mempengaruhi pembatasan kredit
berbasis akuntansi. Penelitian ini meneliti bagaimana perubahan kebijakan akuntansi
yang dilakukan default firms dan control firms pada tahun -5 sampai +2 dari pelanggaran
perjanjian utang pada saat mengalami kegagalan teknis, serta respon dari manajer
terhadap perubahan akuntansi yang akan diambil oleh perusahaan.

4. Rerangka Konseptual
Dasar pemikiran dari penelitian ini adalah factor-factor apa saja yang
melatarbelakangi manajer perusahaan melakukan perubahan akuntansi. Dimana dalam
penelitian ini menarik hipotesis:
a. Manajer perusahaan yang memiliki fleksibilitas dan menanggung biaya kegagalan
lebih cenderung membuat perubahan akuntansi yang meningkatkan pendapatan
sebagai respon atas diperketatnya perjanjian utang, daripada manajer yang tidak
memiliki fleksibilitas akuntansi dan/atau menanggung biaya kegagalan.
b. Manajer melakukan perubahan menjadi prosedur akuntansi yang meningkatkan
pendapatan saat mengalami kegagalan teknis.
c. Manajer pada default firms melakukan perubahan akuntansi untuk menurunkan
kemungkinan pelanggaran teknikal.
d. Manajer pada default firms melakukan perubahan akuntansi yang meningkatkan
pendapatan untuk mengimbangi diperketatnya perjanjian utang.
e. Perubahan prosedur akuntansi yang dilakukan manajer bergantung pada biaya
kegagalan (default cost) yang dikenakan kreditor dan fleksibilitas akuntansi
manajer
f. Terdapat hubungan antara waktu pengadopsian perubahan metode akuntansi
secara mandatory dan pengaruhnya terhadap laba.
5. Metode
Penelitian ini dilakukan tahun 1980-1989. Sampel dalam penelitian berjumlah 130
perusahaan manufaktur yang terdapat dalam Compustat’s Expanded Annual Industrial
atau Annual Research file yang terdiri dari 98 default firms dan 32 control firms. Default
firms terdiri dari perusahaan-perusahaan yang tidak melakukan perubahan akuntansi
karena fleksibilitas akuntansi yang dimiliki manajer tidak dapat menunda terjadinya
kegagalan teknis, sedangkan control firms yang terdiri dari perusahaan-perusahaan yang
dalam keadaan sehat. Kriteria dalam pemilihan sampel mengharuskan perusahaan yang
masuk ke dalam sampel melakukan pelanggaran perjanjian utang dan menggunakan
fleksibilitas akuntansi. Untuk mengetahui perusahaan-perusahaan yang melakukan
perjanjian utang, peneliti melakukan pencarian melalui National Automated Accounting
Research System (NAARS).
Untuk menguji langsung hubungan antara perjanjian hutang dan pilihan kebijakan
akuntansi, peneliti melakukan identifikasi titik waktu ketika perusahaan melanggar
batasan berbasis akuntansi dalam perjanjian hutang mereka dan mendokumentasikan
rangkaian waktu pilihan akuntansi manajer seputar pelanggaran ini. Variabel extraneous
dalam penelitian ini dapat dikendalikan dengan melakukan pengambilan sampel melalui
metode purposive sampling.
Penelitian ini menggunakan perusahaan control dan default. Sampel kontrol
dibentuk untuk memperhitungkan kebijakan akuntansi di seluruh industri. Perusahaan
dalam industri yang sama menghadapi masalah kontrak dan pelaporan keuangan yang
serupa, dan dengan demikian diharapkan untuk menggunakan kebijakan akuntansi yang
serupa. untuk memastikan bahwa perusahaan kontrol mewakili perusahaan yang
bertahan, dan bukan perusahaan yang pada akhirnya mengajukan kebangkrutan, likuidasi,
atau diambil alih, semua perusahaan kontrol diambil dari File Industri Tahunan yang
Diperluas Compustat dan bukan File Penelitian Compustat. 'Oleh karena itu, saya
membandingkan perusahaan default dengan semua perusahaan lain pada File Industri
Compustat dalam industri SIC tiga digit yang sama dan memilih perusahaan kontrol
untuk meminimalkan perbedaan absolut dalam total aset lima tahun sebelum tahun
pertama default.
Analisis kasus juga dilakukan dalam penelitian ini untuk memeriksa apakah
perubahan akuntansi menunda default teknis, dan saya mendokumentasikan apakah
manajer mempertimbangkan konsekuensi arus kas dari perubahan prosedur akuntansi
terhadap manfaat penundaan default teknis.

6. Hasil Penelitian
Hasil penelitian menunjukkan bahwa manajer perusahaan yang mendekati
pelanggaran pembatasan berbasis penghitungan lebih cenderung membuat perubahan
akuntansi diskrit yang meningkatkan pendapatan dan mengadopsi perubahan akuntansi
wajib yang meningkatkan pendapatan lebih awal daripada perusahaan kontrol, sesuai
dengan industri, ukuran, dan periode waktu. Manajer membuat perubahan akuntansi
untuk mengimbangi peningkatan ketatnya pembatasan berbasis akuntansi saat perusahaan
mereka mendekati default teknis. Hal lain adalah bahwa manajer perusahaan default
beralih ke rangkaian pilihan akuntansi yang paling efisien untuk perusahaan mereka yang
mengalami kesulitan keuangan.
Dalam 5 dari 22 kasus yang diperiksa, efek laba dari perubahan akuntansi cukup
untuk menunda default teknis untuk satu atau lebih periode akuntansi. Manajer memilih
untuk mengganti prosedur akuntansi dan menunda default teknis jika tidak ada efek arus
kas negatif yang signifikan yang terkait dengan penggantian akuntansi. Ketika switch
menunda default teknis, tetapi memerlukan arus kas keluar yang signifikan (pajak),
manajer tidak mengalihkan prosedur akuntansi.

7. Implikasi
Penelitian ini memberikan dukungan bukti langsung dari hipotesis berbasis
perjanjian bahwa manajer perusahaan yang mendekati default teknis merespons dengan
perubahan akuntansi yang meningkatkan pendapatan. Lebih lanjut, penelitian ini
memperluas literatur yang ada dengan memberikan bukti bahwa respon akuntansi
manajer bergantung pada apakah biaya default dikenakan oleh kreditor, apakah manajer.
memiliki fleksibilitas akuntansi, dan apakah biaya pajak yang signifikan dikaitkan
dengan perubahan akuntansi yang tersedia.
Kontrak utang merupakan masalah antara manajemen dengan kreditor, sehingga
kreditor harus lebih berhati-hati dalam menganalisa laporan keuangan yang disajikan oleh
manajemen dalam kaitannya terhadap kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajibannya membayar utang.

8. Limitation
Prosedur pemilihan sampel dalam penelitian ini mengharuskan perusahaan untuk
ex post melanggar batasan perjanjian hutang, tidak ada perusahaan yang diperiksa dalam
penelitian ini menghindari batasan dan menghindari pelanggaran sepenuhnya. Bias
pemilihan ini dapat menghasilkan sampel perusahaan default yang tidak mengubah
prosedur akuntansi karena perusahaan ini membutuhkan efek pendapatan yang besar
untuk menunda default teknis dan / atau perusahaan ini memiliki sedikit peluang untuk
meningkatkan pendapatan melalui perubahan akuntansi.

9. Kritik dan Saran Untuk Pengembangan Penelitian Selanjutnya


Saran untuk pngembangan penelitian selanjutnya agar memperluas literatur yang
ada dengan memberikan bukti bahwa tanggapan akuntansi manajer tergantung pada
apakah biaya kewajiban dikenakan oleh kreditor, apakah manajer memiliki fleksibilitas
akuntansi, dan apakah biaya pajak yang signifikan dikaitkan perubahan akuntansi yang
tersedia.
Untuk penelitian berikutnya, dapat ditambahkan variabel – variabel pemoderasi
yang memperkuat atau memperlemah hubungan antara pelanggaran utang terhadap
tanggapan manajer akuntansi.
Artikel 3

Judul Artikel : Earnings Management During Import Relief Investigations


Penulis : Jennifer J. Jones
Tahun : 1991
Penerbit : Journal of Accounting Research
Vol : 29
No :2
Halaman : 193-228

1. Fenomena
Penelitian ini menguji apakah perusahaan memungkinkan untuk memperoleh
manfaat atas pemberian import relief (missal: kenaikan tarif dan pengurangan kuota)
dengan berusaha untuk menurunkan laba melalui manajemen laba selama investigasi
import relief yang dilakukan oleh United States International Trade Commission (ITC).
Ketentuan pemberian import relief yang dibuat oleh ITC berdasarkan beberapa faktor
yang ditentukan dalam undang-undang federal, termasuk didalamnya kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba. Penggunaan angka akuntansi secara terbuka dalam
undang-undang import relief telah menyediakan insentif bagi manajer untuk mengatur
laba guna meningkatkan kemungkinan memperoleh import relief. Adapun fenomena
dalam penelitian ini adalah adanya pengajuan petisi import relief oleh perusahaan industri
sepatu di AS pada tahun 1984 yang awalnya ditolak karena profitabilitas perusahaannya
dinilai masih dalam kondisi baik tetapi pada pengajuan petisi berikutnya ditemukan
bahwa terdapat penurunan profitabilitas sehingga ITC mencurigai perusahaan telah
melakukan manajemen laba melalui income decreasing.

2. Research Gap
Import relief investigations menyediakan motif yang khusus mengenai
manajemen laba yang tidak diberikan pada study manajemen laba yang lain sehingga hal
ini dapat memotivasi peneliti untuk melakukan penelitian dimana jika pada kontrak lain
memberikan peluang yang sempurna untuk memonitor manajemen laba dalam
melakukan manipulasi. Pihak yang menjadi consumers tidak dapat memonitor
manajemen laba secara efektif karena mereka mempunyai kepentingan yang beragam.

3. Tujuan penelitian
Penelitian ini menguji apakah ada manfaat bagi perusahaan jika perusahaan
menurunkan laba melalui menajemen laba selama import relief investigations yang
ditetapkan oleh ITC US berdasarkan beberapa faktor spesifik pada tindakan perdagangan
federal termasuk didalamnya yaitu profitabilitas perusahaan.

4. Rerangka Konseptual
Apakah perusahaan yang akan mendapatkan keuntungan dari keringanan impor
(misalnya, kenaikan tarif dan pengurangan kuota) mencoba untuk menurunkan
pendapatan melalui manajemen pendapatan selama investigasi keringanan impor oleh
Komisi Perdagangan Internasional Amerika Serikat (ITC). Bantuan impor penetapan
yang dilakukan oleh ITC didasarkan pada beberapa faktor yaitu ditentukan dalam
undang-undang perdagangan federal, termasuk profitabilitas industri. Penggunaan nomor
akuntansi secara eksplisit dalam regulasi keringanan impor memberikan insentif kepada
manajer untuk mengelola laba agar dapat meningkat, kemungkinan mendapatkan
keringanan impor dan / atau menambah jumlahbantuan diberikan.

5. Metode
Sampel dalam penelitian ini didapat dari perusahaan yang dalam melakukan
investigasi bantuan impor mengharuskan ITC untuk membuat suatu keputusan injury:
anti dumping, countervailing duty, dan general escape clause Penelitian ini
menggunakan analisis cross sectional dan statistik deskriptif yang terdiri dari uji
heteroskedastisitas, autokorelasi, regresi berganda, uji t, dan uji z. Dalam penelitian juga
digunakan analisis sensitivitas untuk memastikan efek variasi dari perusahaan dan
industri yang diteliti.
Penelitian ini menggunakan uji statistik deskriptif untuk menguji perbedaan
antara akrual saat dan sebelum tahun pertama karena perubahan akrual diskresioner dan
akrual nondiskresioner diasumsikan konstan dari periode ke periode. Model ekspektasi
digunakan untuk total akrual dan untuk mengontrol perubahan dalam kondisi ekonomi
perusahaan. Analisis cross sectional digunakan untuk mengelompokkan perusahaan ke
dalam kelompok industri sehingga dapat menganalisis akrual diskresioner. Penelitian ini
menggunakan analisis cross sectional dan statistik deskriptif yang terdiri dari uji
heteroskedastisitas, autokorelasi, regresi berganda, uji t, dan uji z. Dalam penelitian juga
digunakan analisis sensitivitas untuk memastikan efek variasi dari perusahaan dan
industri yang diteliti.

6. Hasil Penelitian
a) Model Akrual
Hasil menunjukkan bahwa pada tahun ke 0 mendukung hipotesis manajemen laba
sedangkan tahun -1 tidak mendukung. Nilai Z statistik untuk tahun +1 adalah -1,228
dengan uji satu sisi tingkat signifikansi 0,109 menunjukkan bahwa tidak ada pembalikan
akrual diskresioner pada tahun +1 konsisten dengan statistik deskriptif
b) Model Misspecification
Scatter plot dari persamaan regresi tidak menunjukkan hubungan nonlinier antara akrual
abnormal dengan perubahan pendapatan sehingga residu negatif untuk tahun 0 tidak
terlihat pada hasil pengujian model misspecification.
c) Pengujian Alternatif
Hasil pengujian tidak mengindikasikan bahwa perusahaan membuat penurunan akrual
pendapatan yang lebih dibandingkan perusahaan yang diselidiki berdasarkan undang-
undang countervailing dan antidumping.
d) Pengujian Portofolio
Pengujian portofolio menunjukkan bahwa masalah yang berkaitan dengan korelasi cross
sectional dikurangi dengan mengelompokkan perusahaan ke dalam portofolio industri,
akrual diskresioner pada tahun ke 0 masih secara signifikan terjadi income-decreasing.
Secara empiris pengujian yang menggunakan total akrual menunjukkan bahwa akrual
diskresioner menyatakan bahwa pendapatan menurun pada tahun ke 0 dan mendukung
hipotesis manajemen laba.
Hasil pada riset ini mendukung hipotesis manajemen laba dimana manajer
melakukan income-decreasing accruals selama import relief investigations. Pengujian
hipotesis manajemen laba berdasarkan pada model ekspektasi perusahaan spesifik
bertujuan untuk memprediksi total akrual normal. Model ini memungkinkan untuk
dilakukan perubahan akrual nondiskresioner yang disebabkan oleh kondisi ekonomi. ITC
dapat mengambil manfaat dengan memperhatikan bukti yang diberikan bahwa manajer
dengan cara membuat pengurangan pendapatan akrual selama periode import relief
investigations.

7. Implikasi
Implikasi kebijakan pada penelitian ini adalah riset ini memberikan informasi
bahwa manajer akan melakukan income decreasing selama periode investigasi ITC.
Model ekspektasian dalam penelitian juga mempertimbangkan kondisi-kondisi ekonomi
yang berdampak pada perusahaan.

8. Kritik dan Saran Untuk Pengembangan Penelitian Selanjutnya


Penelitian selanjutnya dapat menggunakan ukuran atau proksi lainnya dari
manajemen laba dan perusahaan yang dijadikan objek penelitian dapat dilakukan pada
jenis industri lainnya.
Hasil penelitian ini berguna bagi regulator di ITC. ITC bisa mendapatkan
keuntungan dengan menjelaskan bukti yang diberikan dari hasil penelitian ini yang
tampaknya dibuat oleh manajer akrual penurunan pendapatan selama periode investigasi
keringanan impor. Tentu saja, ITC bergantung pada beberapa faktor dalam membuat
keputusan tentang cedera mereka yang dapat mengurangi masalah mengandalkan angka
pendapatan yang dilaporkan.

Anda mungkin juga menyukai